4 HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Agus Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk itu perlu dilakukan sintesis terhadap resin pengkhelat PSDVB-NN terlebih dahulu. Adapun tahapan reaksi sintesis resin pengkhelat Polystyrene Divinylbenzene termodifikasi α-nitroso-β-naftol ditunjukkan oleh Gambar 4.1: Gambar 4.1. Tahapan reaksi sintesis resin pengkhelat PSDVB-NN Tahapan reaksi yang meliputi proses nitrasi, reduksi, azotisasi dan pengikatan ligan
2 Analisis senyawa dengan menggunakan spektroskopi inframerah dapat dilakukan karena adanya vibrasi pada molekul yang menimbulkan perubahan momen dipol. Untuk itu analisis setiap senyawa yang dihasilkan dalam reaksi sintesis resin PSDVB- NN digunakan spektroskopi inframerah. Akan tetapi untuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi azotisasi tidak dilakukan analisis dengan spektroskopi inframerah karena senyawa tersebut memiliki sifat yang tidak stabil dalam temperatur ruang. Setiap gugus yang terdapat dalam molekul memiliki vibrasi yang khas sehingga dapat diamati keberhasilan reaksi. Langkah pertama yang dilakukan dalam sintesis ini adalah memasukkan gugus nitro ke dalam resin yang merupakan suatu polimer non polar. Analisis terhadap hasil FTIR didapatkan kesimpulan bahwa resin amberlite telah ternitrasi. Puncak 1348,24 cm -1 merupakan serapan untuk gugus NO. Puncak 1608,63 cm -1 merupakan serapan untuk gugus C=N. Puncak inilah yang membuktikan bahwa resin amberlite telah ternitrasi. Adapun spektrum hasil spektroskopi infra merah resin yang telah ternitrasi ditunjukkan oleh Gambar %T XAD-16 tnitr /cm Gambar 4.2. Spektrum FTIR resin PSDVB-NO 2 Analisis spektrum infra merah pada 1348,24 cm -1 yang merupakan karakteristik untuk gugus NO, puncak 1608,63 cm -1 untuk gugus C=N 19
3 Setelah dilakukan proses nitrasi, resin direduksi dengan bantuan SnCl 2. Puncak karateristik dari resin PSDVB-NH 2 terdapat pada gugus N-H yang terdapat pada bilangan gelombang 3425,58 cm -1. Dengan adanya puncak tersebut diperkirakan gugus nitro (NO 2 ) pada resin amberlite telah tereduksi menjadi gugus amina (NH 2 ). Gugus NH akan memberikan karakteristik yang khas dalam spektroskopi inframerah. Gugus NH memberikan serapan di bilangan gelombang antara cm -1 dan ditandai dengan spektrumnya yang tidak lebar. sehingga dapat dipastikan bahwa resin PSDVB-NH 2 telah terbentuk. Karena puncak yang dihasilkan dari spektroskopi inframerah terhadap resin PSDVB-NH 2 lebar, diperkirakan resin tersebut mengandung gugus OH yang menandakan resin PSDVB-NH 2 mengandung air. Gambar 4.3 menunjukkan spektrum infra merah dari resin PSDVB yang telah tereduksi. 100 %T xad-nh /cm Gambar 4.3. Spektrum FTIR resin PSDVB-NH 2 Analisis terhadap puncak NH 2 pada bilangan gelombang 3425,58 cm -1, diperkirakan resin masih mengandung air Setelah resin tereduksi (PSDVB-NH 2 ) disintesis langkah selanjutnya adalah memasukkan ligan α-nitroso-β-naftol melalui gugus azo (-N=N-). Diazotisasi merupakan suatu cara untuk mengubah gugus amina menjadi komponen diazo dengan menggunakan larutan asam pekat. Garam diazonium biasanya merupakan suatu intermediet dalam sintesis reaksi organik. Diazotisasi resin dilakukan dengan penambahan larutan NaNO 2 pada suhu 1-3 o C. Garam diazonium sensitif tehadap cahaya dan mudah dirusak pada panjang gelombang ultraviolet dan cahaya tampak. Garam diazonium bersifat tidak stabil pada suhu diatas 4 o C. 20
4 Setelah garam diazonium terbentuk, ke dalam resin ditambahkan larutan α-nitroso-βnaftol yang telah dilarutkan dalam larutan basa. Pada reaksi ini dilakukan reaksi kopling, yakni reaksi penggabungan antara dua senyawa. Reaksi kpling yang dimaksud adalah reaksi penggabungan antara gugus Polistiren Divinilbenzen dengan ligan α-nitroso-β-naftol yang bersifat sebagai nukleofil. Penempelan ligan dilakukan dengan merendam resin yang telah terazotisasi dalam larutan ligan. Ligan NN akan menggantikan gugus Cl - yang terbentuk dari reaksi azotisasi. Setelah dilakukan penyaringan resin tetap disimpan dalam lemari pendingin. Gambar 4.4 merupakan hasil FTIR terhadap resin pengkhelat Polistiren Divinilbenzen termodifikasi dengan ligan α-nitroso-β-naftol. 105 %T xad-nitroso simplo /cm Gambar 4.4. Spektrum FTIR resin PSDVB-NN Hasil FTIR terhadap resin yang telah dimodifikasi dengan ligan Dari Gambar 4.4 diketahui bahwa pada bilangan gelombang 1440,83 cm -1 terdapat serapan untuk gugus azo(-n=n-). Adanya vibrasi N=O pada panjang gelombang 1384,89 cm -1 serta serapan C=N pada bilangan gelombang 1604,77 cm -1 menunjukkan bahwa dalam struktur tersebut α-nitroso-β-naftol telah terikat pada resin melalui gugus perantara azo. 21
5 4.2.Penentuan kondisi optimum resin dengan metode batch Prinsip yang digunakan dalam metode ini sama seperti pada kromatografi penukar ion. Fasa diam berupa resin PSDVB dan fasa gerak yang digunakan yakni larutan ion logam Cu 2+. Ion H + yang terdapat dalam resin PSDVB-NN akan digantikan oleh ion logam Cu 2+. Ion logam Cu 2+ tersebut dapat tertahan dalam resin sampai kapasitas retensinya terlewati. Apabila konsentrasi ion l ogam Cu 2+ dalam resin sudah jenuh dan tidak bisa tertahan dalam resin, maka logam Cu 2+ tersebut akan dilepaskan ke dalam larutan. Ion logam Cu 2+ yang terelusi akan dideteksi oleh Spektrofotometri Serapan Atom. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa resin pengkhelat PSDVB-NN dapat membentuk khelat dengan ion logam Cu 2+ pada ph 7. Untuk mengetahui ph optimum terbentuknya resin pengkhelat PSDVB-NN dengan ion logam Cu 2+ dilakukan pengujian terhadap variasi ph. Gambar 4.5 menunjukkan kurva antara banyaknya ion Cu 2+ yang teretensi terhadap variasi ph larutan. Penentuan ph optimum % Retensi ph Gambar 4.5. Penentuan ph optimum resin PSDVB-NN dengan ion logam Cu 2+ Optimasi ph dilakukan pada larutan ion logam Cu ppm dengan variasi ph 5,6,7 dan 8 kemudian dikontakkan pada resin PSDVB-NN selama 30 menit Pada ph di atas 7 dapat terjadi kompetisi reaksi pembentukan kompleks antara senyawa khelat dengan ion hidroksida. Pada ph tinggi ion logam Cu 2+ dapat membentuk endapan Cu(OH) 2. Dengan terbentuknya endapan Cu(OH) 2, semakin sedikit ion logam Cu 2+ yang teretensi oleh resin PSDVB-NN. Setelah didapatkan ph optimum terbentuknya resin pengkhelat PSDVB-NN dengan ion logam Cu 2+, dilakukan pengujian terhadap waktu kontak. Pengujian terhadap waktu kontak dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengetahui seberapa waktu yang dibutuhkan agar ion logam Cu 2+ dapat teretensi dengan baik dalam resin. Dari Gambar 22
6 4.6 diketahui mulai waktu kontak 10 menit, ion logam Cu 2+ dapat tertahan dengan baik dalam resin Pengaruh Waktu Kontak % Retensi t (menit) Gambar 4.6. Pengaruh waktu kontak logam Cu 2+ terhadap resin PSDVB-NN Pengaruh waktu kontak dilakukan dengan merendam resin dalam 20 ml larutan Cu ppm selama 5, 10, 30, 60, 90 dan 150 menit Waktu kontak yang cukup singkat ini diharapkan akan memberikan keunggulan tersendiri dari resin pengkhelat yang disintesis pada penggunaannya sebagai material pengisi kolom untuk pengembangan teknik prakonsentrasi berbasis FIA. Penentuan kapasitas retensi dilakukan pada ph optimum (ph 7), dengan waktu kontak 60 menit. Kapasitas retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN ditunjukkan oleh Gambar 4.7. Penentuan kapasitas retensi 1.3 mg Cu teretensi/g resin [Cu],ppm Gambar 4.7. Kapasitas penyerapan ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN Dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi larutan ion logam Cu 2+ sebesar 2, 4, 6, dan 8 ppm pada ph 7 23
7 Kapasitas retensi yang dimiliki oleh resin pengkhelat PSDVB-NN yang terjenuhkan dengan ion logam Cu 2+ adalah sebesar 1,039 mg/g resin. Data tersebut memberikan informasi bahwa setiap 1 gram resin dapat meretensi 1,039 mg ion logam Cu 2+. Sebelum mencapai konsentrasi 6 ppm, resin PSDVB-NN masih dapat meretensi ion logam. Sehingga kapasitas retensinya akan terus mengalami peningkatan sampai resin dapat terjenuhkan oleh ion logam. Pada konsentrasi larutan logam 6 dan 7 ppm, resin PSDVB-NN masih dapat meretensi ion logam Cu 2+. Akan tetapi ketika konsentrasi larutan logam mencapai 9 ppm, sebagian ion logam Cu 2+ tidak mampu lagi diretensi oleh resin PSDVB-NN. karena resin sudah terjenuhkan oleh ion logam. 4.3.Kajian awal penggunaan resin dengan menggunakan metode FIA Pada dasarnya prinsip yang digunakan dalam metode injeksi alir dengan metode batch sama. Ion H + yang terdapat dalam resin akan digantikan oleh ion logam Cu 2+. Semakin tinggi konsentrasi asam yang digunakan akan meningkatkan laju elusi karena [H + ] yang lebih tinggi memungkinkan terjadinya kompetisi yang lebih baik dalam memngelusi ion logam yang terikat dalam resin. Gambar 4.8 menunjukkan profil sinyal terhadap waktu yang dimiliki oleh resin PSDVB-NN setelah dilewatkan ion logam dan dielusi dengan larutan asam. Tinggi puncak Waktu (detik) Gambar 4.8. Profil sinyal Profil sinyal yang ditunjukkan oleh resin PSDVB-NN dalam meretensi ion logam Cu 2+ Sebelum dilakukan analisis, kolom yang telah diisi dengan 0,2 gram resin PSDVB- NN dikembangkan (swelling) dengan menggunakan air ph 7 sebagai carrier selama 30 menit. Dengan demikian kolom resin dapat dikondisikan pada ph optimumnya. Larutan Cu yang masih dapat teretensi oleh kolom, tidak akan memberikan sinyal pada detektor. 24
8 Apabila resin sudah tidak dapat meretensi ion logam, maka detektor akan memberikan sinyal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.8. Tinggi puncak Waktu (detik) Gambar 4.9. Kurva tingkat kejenuhan dinamik kolom PSDVB-NN dengan logam Cu 2+ Kapasitas retensi yang ditunjukkan oleh resin PSDVB-NN dengan menggunakan metode FIA terintegrasi AAS Dari kurva pada Gambar 4.9 diperoleh kapasitas retensi dinamik sebesar 0,875 mg Cu 2+ /gram resin. Atau jika digunakan minikolom berisi 0,2 gram resin maka dengan sejumlah 1,5 liter larutan Cu ppb masih dapat diretensi oleh kolom. Ion logam Cu 2+ yang tertahan dalam kolom resin dapat dilepaskan kembali dengan bantuan eluen yang berupa larutan asam nitrat. Dengan demikian proses regenerasi kolom dapat dilakukan. Efektivitas elusi ditentukan oleh jenis dan konsentrasi eluen yang dipilih. Eluen yang digunakan adalah larutan asam HNO 3 dengan variasi konsentrasi 0,5;1;2 dan 3 M. Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa dengan eluen pada konsentrasi 2M didapatkan hasil yang optimum. Tabel 4.1. Pengaruh konsentrasi eluen [HNO 3 ],M Tinggi puncak (AU) 0,5 121, , , ,2 Profil tinggi puncak yang ditunjukkan oleh retensi ion logam Cu 2+ dengan memvariasikan konsentrasi larutan asam 25
9 Analisis pengaruh konsentrasi eluen dilakukan dengan menginjeksikan larutan logam Cu ppb sebanyak 1 ml. Kemudian dielusi dengan menggunakan larutan asam dengan berbagai konsentrasi. Dari Tabel 1 diketahui bahwa ion logam Cu 2+ dapat terelusi dengan baik dengan menggunakan larutan HNO 3 2M. Setelah didapatkan konsentrasi eluen yang optimum, dilakukan pengujian terhadap variasi volume eluen. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa kondisi optimum kolom resin didapatkan dengan mengalirkan larutan HNO 3 2M sebanyak 0,5 ml. Dengan melihat kapasitas retensi dinamik (0,875 mg/g resin) dan volume eluen yang diperoleh (0,5 ml), maka dengan menggunakan larutan logam Cu 2+ dengan konsentrasi 50 ppb dapat diperoleh faktor pemekatan sebesar 3000 kali. Tingkat presisi (kebolehulangan) dalam suatu metode analitik menunjukkan tingkat ketelitian metode tersebut kebolehulangan merupakan perbedaan hasil percobaan dari analisis yang sama di laboratorium yang sama yang dilakukan secara berulang-ulang guna menunjukkan ketelitian dari pengukuran. Kebolehulangan dapat dilihat dari standar deviasi relatif absorbansi larutan standar pada konsentrasi tertentu secara berulang-ulang. Semakin kecil standar deviasi relatifnya, maka akan semakin bagus kebolehulangan dari pengukuran tersebut. Pada penelitian ini diperiksa kebolehulangan pengukuran larutan standar Cu 2+ pada konsentrasi 50 μg L -1. Salah satu parameter kinerja analitik ditunjukkan dengan kebolehulangan pengukuran yang baik. Kebolehulangan metode ditunjukkan dengan nilai koefisien variansi (%KV) sebesar 5,8% dengan standar deviasi sebesar 6,3. Tinggi puncak dan profil sinyal untuk pengujian kebolehulangan dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.10 Tabel 4.2. Profil tinggi puncak pada pengujian kebolehulangan Puncak Tinggi puncak (AU) 1 111, , , , ,39 Profil tinggi puncak pada penentuan kebolehulangan penggunaan resin PSDVB-NN dengan metode FIA terintegrasi AAS 26
10 0.07 ncak Tinggi pu Pengukuran Gambar 4.10 Profil sinyal dalam pengujian kebolehulangan Presisi dalam penentuan kebolehulangan dengan pada resin PSDVB-NN dengan metode FIA- AAS Dari profil puncak yang diperoleh seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.10, sebanyak 1 ml larutan logam Cu 2+ dengan konsentrasi 50 ppb mampu memberikan tinggi puncak sebesar kira-kira 100 satuan arbitreir yang setara dengan nilai absorbansi sebesar 0,1. Pengukuran langsung dengan spektrofotometer serapan atom untuk larutan 1 ppm memberikan absorbansi sebesar 0,0547. Dengan demikian, melalui teknik prakonsentrasi ini dapat diperoleh peningkatan sinyal sebesar 40 kali. 27
4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis PSDVB-PAR Senyawa 4-(2 Piridilazo) Resorsinol merupakan senyawa yang telah lazim digunakan sebagai indikator logam pada analisis kimia karena kemampuannya membentuk
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung. Jalan Ganesha no.10 Bandung. 3.2.Alat Pada penelitian
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Reaktor-separator terintegraasi yang dikembangkan dan dikombinasikan dengan teknik analisis injeksi alir dan spektrofotometri serapan atom uap dingin (FIA-CV-AAS) telah dikaji untuk
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat yang Digunakan Selain peralatan gelas standar laboratorium kimia, digunakan pula berbagai peralatan lain yaitu, pompa peristaltik (Ismatec ) untuk memompakan berbagai larutan
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung, yang terletak di Lantai 3 Gedung Kimia bagian Utara. 3.1 Peralatan
Lebih terperinciRESIN POLISTIREN DIVINILBENZEN TERMODIFIKASI α-nitroso-β-naftol UNTUK RETENSI ION LOGAM Cu 2+ SKRIPSI. Putrika Swasti Warapsari
RESIN POLISTIREN DIVINILBENZEN TERMODIFIKASI α-nitroso-β-naftol UNTUK RETENSI ION LOGAM Cu 2+ SKRIPSI Putrika Swasti Warapsari 10504057 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Timbal
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Timbal Timbal adalah logam berat yang pada tabel periodik ditulis dengan simbol Pb (bahasa latin: Plumbum). Timbal merupakan suatu unsur yang memiliki nomor atom 82 yang pada sistem
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2.1 Siklus nitrogen di lingkungan hidrosfer
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Nitrogen Amonia Nitrogen merupakan nutrien dasar untuk semua bentuk kehidupan, bahkan perubahan yang sangat kecil dari kadar nitrogen yang tersedia di alam dapat mempengaruhi tingkat
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengaruh ph larutan terhadap pembentukan Cr-PDC ph merupakan faktor yang penting dalam pembentukan senyawa kompleks, oleh karena itu perlu dilakukan percobaan penentuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Tembaga di alam. 2.2.Manfaat & Toksisitas tembaga
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tembaga di alam Tembaga tersebar luas di banyak tempat di bumi, dan ditemukan pada bijih-bijih mineral. Tembaga merupakan salah satu unsur transisi yang terletak pada peride 4 dengan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. 1. Cotton, F.Albert., Wilkinson,G., (1989), Kimia Anorganik Dasar, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta,
DAFTAR PUSTAKA 1. Cotton, F.Albert., Wilkinson,G., (1989), Kimia Anorganik Dasar, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 477-482 2. Mehtar,S., Wiid I., Todorov,S.D.,(2008),The Antimicrobial Activity
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis Penentuan panjang gelombang maksimum (λ maks) dengan mengukur absorbansi sembarang
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan
Lebih terperinciMODIFIKASI RESIN Ca-ALGINAT DENGAN ABU JERAMI PADI SEBAGAI MATERIAL PENGISI KOLOM PADA TAHAPAN PRAKONSENTRASI ANALISA ION Mn (II) SECARA OFF- LINE
MODIFIKASI RESIN Ca-ALGINAT DENGAN ABU JERAMI PADI SEBAGAI MATERIAL PENGISI KOLOM PADA TAHAPAN PRAKONSENTRASI ANALISA ION Mn (II) SECARA OFF- LINE Adhi Surya Pranata, Bohari Yusuf, Aman Sentosa Panggabean
Lebih terperinciKata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol
PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi
2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan
Lebih terperinciBABrV HASIL DAN PEMBAHASAN
BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HasU Penelitian 4.1.1. Sintesis Zeolit mo 3«00 3200 2aiW 2400 2000 IMO l«m l«m I2«) 1000 100 600 430.0 Putri H_ kaolin 200 m_zeolit Gambar 11. Spektogram Zeolit A Sintesis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)
PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun
Lebih terperinciSINTESIS RESIN PENGKHELAT POLYSTYRENE DIVINYLBENZENE-DIMETILGLIOKSIMA DAN KEMAMPUAN ADSORPSI TERHADAP ION LOGAM Ni(II)
SITESIS RESI PEGKELAT POLYSTYREE DIVIYLBEZEE-DIMETILGLIOKSIMA DA KEMAMPUA ADSORPSI TERADAP IO LOGAM i(ii) SYTESIS OF ELATIG RESIS POLYSTYREE DIVIYLBEZEE-DIMETYLGLIOKSIMA ELATIG RESI AD ADSORPTIO ARATERISTI
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi
LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi 35 LAMPIRAN 2 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sesudah Aktivas 36 LAMPIRAN 3 Data XRD Pasir Vulkanik Merapi a. Pasir Vulkanik
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri
Lebih terperinciPENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A
PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan
dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x GLOSARIUM... xi INTISARI.... xii ABSTRACT...
Lebih terperinciSINTESIS DAN UJI TOKSISITAS KOMPLEKS LOGAM Mn(II)/Zn(II) DENGAN LIGAN ASAM PIRIDIN-2,6-DIKARBOKSILAT
1 SINTESIS DAN UJI TOKSISITAS KOMPLEKS LOGAM Mn(II)/Zn(II) DENGAN LIGAN ASAM PIRIDIN-2,6-DIKARBOKSILAT Yulien Nilam Sari 1409 100 068 Dosen Pembimbing: Dr. Fahimah Martak, M.Si Jurusan Kimia Fakultas Matematika
Lebih terperinciLAPORAN KIMIA ANALITIK KI Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI
LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI Nama : Imana Mamizar NIM : 10511066 Kelompok : 5 Nama Asisten : Fatni Rifqiyati Tanggal Percobaan : 1 November 2013 Tanggal Pengumpulan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel ini dilakukan berdasarkan ketidaklengkapannya informasi atau keterangan yang seharusnya dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan. Pertama adalah pembuatan elektroda pasta karbon termodifikasi diikuti dengan karakterisasi elektroda yang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental Murni dengan rancangan eksperimental random atau disebut juga randomized pretest posttest control group
Lebih terperinciBAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Elektroda di Larutan Elektrolit Pendukung Elektroda pasta karbon lapis tipis bismut yang dimodifikasi dengan silika dikarakterisasi di larutan elektrolit pendukung
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudhi No.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu
III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau selama kurang lebih 5
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan
Lebih terperinciIon Exchange Chromatography Type of Chromatography. Annisa Fillaeli
Ion Exchange Chromatography Type of Chromatography Annisa Fillaeli TUJUAN Setelah pembelajaran ini selesai maka siswa dapat melakukan analisis kimia menggunakan resin penukar ion. Title R+OH- + X- ===
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3
SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas
Lebih terperinciBAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September
BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin
Lebih terperinciKondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin
Laporan Praktikum Senyawa Organik Polifungsi KI2251 1 Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Antika Anggraeni Kelas 01; Subkelas I; Kelompok C; Nurrahmi Handayani
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang
Lebih terperinciKAJIAN ph DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI Cd(II) DAN Zn(II) PADA HUMIN. Study of ph and EquilibriumTime on Cd(II) and Zn(II) Adsorption by Humin
151 KAJIAN ph DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI Cd(II) DAN Zn(II) PADA HUMIN Study of ph and EquilibriumTime on Cd(II) and Zn(II) Adsorption by Humin Yunitawati, Radna Nurmasari, Dwi Rasy Mujiyanti, Dewi
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II
ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan cangkang kerang darah (AnadaraGranosa) sebagai adsorben penyerap logam Tembaga (Cu) dijelaskan melalui
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur
Lebih terperinciPERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI
PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DAFTAR ISI Pendahuluan Metodologi Hasil dan Pembahasan
Lebih terperinci3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).
3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal
Lebih terperinci3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan
3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan adalah polimer PMMA, poli (metil metakrilat), ditizon, dan oksina. Pelarut yang digunakan adalah kloroform. Untuk larutan bufer
Lebih terperinciKROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography
KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography Merupakan pemisahan senyawa senyawa polar dan ion berdasarkan muatan Dapat digunakan untk hampir semua molekul bermuatan termasuk proteins, nucleotides
Lebih terperinciUji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis
Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika IPB.
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN
LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN 1.1 BILANGAN IODIN ADSORBEN BIJI ASAM JAWA Dari modifikasi adsorben biji asam jawa yang dilakukan dengan memvariasikan rasio adsorben : asam nitrat (b/v) sebesar 1:1, 1:2, dan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium
23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012
23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia
44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Ligan H AdBP dan H SbBP Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa H AdBP dan H SbBP berdasarkan metode Jensen yang telah dimodifikasi. CH 3 1 H H H 3 CH 3 -H H
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.
16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat
Lebih terperinciLAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)
LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) 1. Persiapan Bahan Adsorben Murni Mengumpulkan tulang sapi bagian kaki di RPH Grosok Menghilangkan sisa daging dan lemak lalu mencucinya dengan air
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.
18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate
Lebih terperinciSTUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA
PENULIS : 1. Sus Indrayanah, S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA Abstrak :
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar
Lebih terperinciLampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum
Lampiran Lampiran I. Rancangan Percobaan Sampel 2 macam Laaitan standar formaldehid Persiapan sampel dengan berbagai variasi suhu (50,6O,7O,8O,9O,dan 100 V Penentuan waktu kestabilan warna y V Penentuan
Lebih terperinciADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 217 ADSORPSI
Lebih terperinci