Tinjauan Pustaka. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar berikut: Gambar 2. 1 Struktur Ikatan Uretan
|
|
- Indra Sugiarto Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Poliuretan Sintesis Poliuretan Poliuretan ditemukan pertama kali oleh Prof. Otto Bayer pada tahun 1937 sebagai pembentuk serat yang didesain untuk menandingi serat Nylon. Poliuretan berkembang menjadi suatu material khas yang mempunyai terapan yang amat luas, bukan hanya bisa digunakan sebagai fiber (serat), tetapi dapat juga digunakan untuk membuat busa (foam), bahan elastomer (karet/plastik), lem, pelapis (coating), dan lain-lain. 3 Poliuretan merupakan material polimer yang terbentuk dari susunan unit ulang yang terikat oleh gugus uretan melalui reaksi polimerisasi dalam rantai utamanya, gugus uretan tersebut tersusun dari unsur-unsur HNCOO. 3, 4 Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar berikut: N H O C O Gambar 2. 1 Struktur Ikatan Uretan Gugus fungsi uretan terbentuk dari reaksi antara senyawa yang mengandung dua atau lebih gugus diisosianat (-NCO) yang sangat reaktif dengan gugus hidroksil membentuk uretan, sehingga dengan demikian jenis dan ukuran setiap molekul pembentuk akan memberikan kontribusi terhadap sifat poliuretan yang terbentuk. 6 seperti nampak dalam persamaan reaksi 2.1 berikut: xr-nco + R'OH R-NH-COO-R' (2. 1)
2 Jika diisosianat atau poliisosianat bereaksi dengan diol atau poliol akan terbentuk poliuretan. Reaksi tersebut akan berlangsung terus hingga salah satu atau kedua pereaksi habis. Reaksi pembentukan poliuretan ditunjukkan pada persamaan reaksi 2.2 berikut: OCN-R-NCO + HO-R-OH OCN-R-NH-CO-O-R'-OH reaksi dengan monomer-monomer berikutnya (2. 2) ( CO-NH-R-NH-CO-O-R'-O ) n Pada sintesis poliuretan, pemilihan perbandingan dan komposisi isosianat dan poliol berpengaruh pada pembentukan segmen kopolimer blok yang terdiri dari segmen keras (hard segmen) dan segmen lunak (soft segmen). Segmen keras terikat secara kovalen dengan segmen lunak pada ikatan uretan dengan polieter atau poliester. Komposisi segmen keras dan lunak dalam suatu poliuretan yang dihasilkan akan menentukan sifat elastisitasnya, karena segmen keras berperan sebagai partikel pengisi (filler) dan pengikat silang Sifat Poliuretan Sifat-sifat poliuretan sangat ditentukan oleh struktur segmen keras dan lunak, Selain itu sifat poliuretan juga ditentukan oleh sifat fisik yang lain seperti kristalinitas dan ikatan hidrogen antar segmen. Disamping masalah segmentasi, struktur dan massa molekul poliol juga berpengaruh terhadap sifat mekanik poliuretan. 5, 6 Molekul diisosianat juga sangat bepengaruh terhadap sifat poliuretan. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan beberapa diisosianat yang direaksikan dengan poli(etilen adipat) dengan perbandingan poli(etilen adipat)/ diisosianat/1,4-butanadiol 1/3/2, menunjukkan p-fenilen diisosianat yang memiliki faktor simetri dan kekakuan (rigiditas) yang tinggi sehingga menyebabkan kuat tarik dan modulus Young besar. Adanya gugus metil menyebabkan turunnya 4
3 modulus. Hal ini menunjukkan bahwa gugus metil dapat merusak simetri dan kristalisabilitas diisosianat Aplikasi Poliuretan Poliuretan yang terbentuk dari reaksi antara senyawa yang mengandung gugus isosianat dan gugus hidroksi akan memiliki beberapa kegunaan antara lain elastomer, fiber, foam dan pelapisan (coating). 7, Elastomer Poliuretan merupakan suatu kopolimer blok yang memiliki bagian segmen keras dan segmen lunak dalam struktur rantai polimernya. Bagian segmen keras umumnya dari senyawa yang mengandung diisosianat dan bagian segmen lunak berasal dari senyawa yang mengandung gugus dihidroksi. Karet atau elastomer merupakan polimer yang memperlihatkan resiliensi (daya pegas) atau kemampuan meregang dan kembali kekeadaan semula dengan cepat. Elastomer poliuretan memiliki ketahanan gores, kuat, tahan terhadap minyak dan tingkat kekerasan yang cukup baik sehingga banyak digunakan untuk melapisi bahan yang terkena tekanan mekanik terus-menerus seperti, benang ban, roda gigi, sol sepatu dan pelapis rol pada mesin pembuat kertas Serat Poliuretan ini memiliki sifat keelastisan yang cukup baik sehingga dapat menggantikan benang karet lateks pada industri pembuatan pakaian penyelam. Serat dicirikan oleh modulus dan kekuatan yang tinggi, elongasi (daya rentang) yang baik, stabilitas panas yang baik (sebagai contoh, cukup untuk menahan panas strika), spinabilitas (kemampuan untuk diubah menjadi pilamen-pilamen) dan sejumlah sifat-sifat lain yang bergantung pada apakah akan dipakai dalam tekstil, kawat, tali dan kabel dan lain-lain. 8 5
4 Proses Pelapisan (coating) Dengan berkembangnya polimer-polimer sintetik pada abad ke 20, industri bahan pelapis telah berkembang dari pernis dan cat sintesis poliester hingga ke cat-cat lateks yang lebih mutakhir yang terdiri atas polimer-polimer yang diemulsi dalam air. Poliuretan yang keras memiliki sifat tahan gores, ketahanan terhadap cuaca dan benturan yang cukup baik sehingga banyak digunakan sebagai pelapis pada cat mobil, lantai gymnasium dan berbagai peralatan kelautan Busa (foam) Pembuatan busa dari poliuretan dilakukan dengan menggunakan agen pengembang (blowing agent), yang akan menghasilkan gas pada saat terjadi reaksi sehingga poliuretan dapat membentuk busa. Ada dua jenis busa poliuretan, yaitu busa lunak (flexible foam) dan busa kaku (rigid foam). Busa lunak umumnya adalah busa karet dalam industri furniture misalnya kasur busa, alas kursi dan industri kendaraan bermotor misalnya jok mobil. Hal ini disebabkan karena memiliki kekuatan lebih baik, kerapatan lebih rendah dan proses pembuatan yang lebih mudah. Busa kaku (rigid foam) memiliki ketahanan terhadap tekanan dan memiliki struktur sel tertutup sehingga daya hantar panasnya cukup rendah, menolak minyak dan sedikit menyerap air, sehingga sangat berguna untuk struktur berlapis seperti insulasi dinding pada bangunan, insulasi lemari es atau insulasi kedap suara Poliol Dalam sintesis poliuretan senyawa-senyawa polihidroksi yang secara luas digunakan sebagai sumber poliol adalah polieter dan poliester yang memiliki gugus hidroksil ujung, dan juga poliolefin dan glikol. sifat poliuretan terutama bergantung pada jenis poliol yang digunakan dalam sintesis polimernya. Umumnya poliol yang mempunyai rantai panjang dan massa molekul yang tinggi digunakan untuk mensintesis poliuretan elastomer. 10 6
5 Poli etilen glikol terdiri dari monomer etilen glikol. Etilen glikol merupakan etena yang kedua atom karbonnya mengikat gugus alkohol. PEG sebagai pemanjang rantai, zat ini mempunyai sifat tidak mudah menguap, PEG-400 dan 1000 berwujud cairan kental sedangkan PEG-1500 dan yang lebih besar berbentuk padatan seperti lilin, bentuk unit ulangnya adalah HO C 2 H 4 O n H. PEG sangat dibutuhkan dalam berbagai industri, khususnya dalam industri farmasi dan kosmetik karena beberapa sifatnya antara lain mudah larut, lunak, dan tidak beracun. Struktur polietilen glikol dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut: O H HO n Gambar 2. 2 Struktur polietilen glikol (PEG) 2.3 Dimetil Asetamida (DMAc) N,N dimetil asetamida (DMAc) dalam penelitian ini digunakan sebagai pelarut karena dapat melarutkan dengan baik Poli etilen glikol (PEG). DMAc bersifat polar dan mempunyai titik didih 185 o C. struktur DMAc ditunjukkan pada Gambar 2.3 berikut: H 3 C N O C CH 3 H 3 C Gambar 2. 3 Struktur N,N dimetil asetamida (DMAc) 2.4 Isosianat Isosianat yang secara luas digunakan dalam sintesis poliuretan adalah Toluen diisosianat (TDI), metilen difenildiisosianat (MDI), dan heksametilen disosianat (HDI), isosianat aromatik lebih reaktif dibanding alifatiknya. 3 7
6 Pada penelitian ini digunakan 2,4-toluen diisosianat (TDI) yang mempunyai massa molekul 174,16 g/mol sebagai monomer yang akan direaksikan dengan polietilen glikol sebagai poliolnya untuk sintesis poliuretan. TDI dihasilkan melalui reaksi nitrasi pada o-nitro toluen. Struktur TDI ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut: OCN NCO H 3 C Gambar 2. 4 Struktur 2,4-toluen diisosianat (TDI) 2.5 Karakterisasi Untuk mengetahui sifat-sifat polimer yang telah disentesis maka dilakukan karakterisasi terhadap sifat fisik dan kimia antara lain struktur molekul, sifat termal. Karakterisasi polimer adalah merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu industri polimer, karena hasil karakterisasi akan menentukan aplikasi polimer, Aplikasi dari polimer ini ditentukan oleh sifat yang dimiliki oleh bahan polimer tersebut. Pada penelitian digunakan beberapa metode karakterisasi antara lain: analisis struktur molekul dengan Fourier Tansform Infra Red (FTIR), analisa sifat termal menggunakan Differential Thermal Analysis (DTA) dan Thermogravimetric Analysis (TGA), penentuan massa molekul dengan viskometer Ostwald, penentuan rapat massa (ρ) dengan piknometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) Ketika sinar inframerah dilewatkan melalui suatu sampel polimer, maka sejumlah frekuensi diabsorbsi sementara yang lain akan diteruskan (ditransmisikan). Jika persen absorbansi atau persen transmitan digambarkan terhadap frekuensi maka akan dihasilkan suatu spektrum inframerah. Transisi yang terlibat dalam absorbsi sinar inframerah berkaitan dengan perubahan-perubahan vibrasi dalam molekul. 8
7 Ada dua jenis vibrasi molekul yang umum yaitu: Vibrasi ulur adalah ritme gerakan sepanjang sumbu ikatan sebagai interaksi pertambahan atau pengurangan jarak antar atom dan vibrasi tekuk yaitu suatu perubahan sudut ikatan antara 11, 12 ikatan-ikatan dengan suatu atom. Penggunaan spektoskopi inframerah dalam karakterisasi polimer menggunakan daerah dari cm cm -1 (2,5 15 µm). Daerah dengan frekuensi 700 cm cm -1 (14,3 50 µm) disebut inframerah jauh, dan daerah dengan frekuensi cm -1 (0,7 2,5 µm) disebut inframerah dekat. 12,13 Daerah serapan inframerah beberapa gugus fungsi ditunjukkan dalam Tabel 2.1 berikut: Tabel 2. 1 Daerah serapan inframerah beberapa gugus fungsi No. Gugus fungsi Daerah frekuensi (cm -1 ) vibrasi karbonil(c = O) alkohol : O - H C OH C OH C OH Alkana : CH 2 CH 2 Amina : N H C - N Ester : C O C Aromatik : C H C - C , 1.500, ulur ulur ulur in-plane bend wag wag rock ulur ulur asimetri ulur ulur aromatik ulur pada cincin Viskometri Massa molekul rata-rata dari suatu polimer adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap sifat polimer, Karena itu penentuan massa molekul relatif merupakan salah satu tahap karakterisasi yang sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat suatu polimer. Ada beberapa metode dapat dilakukan untuk menentukan 9
8 massa molekul relatif rata-rata suatu polimer, antara lain : metode osmometri yaitu dengan cara mengukur tekanan osmosis larutan polimer, metode tonometri yaitu dengan mengukur perbedaan tahanan listrik larutan polimer dan pelarut serta metode viskometri yaitu dengan cara mengukur laju alir larutan polimer dengan viskometer. 19 Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk menentukan massa molekul rata-rata poliuretan adalah metode viskometi dengan viskometer Ostwald. Dengan metode ini massa molekul rata-rata ditentukan melalui hubungan empirik antara viskositas intrinsik ([ η ]) larutan polimer encer dengan massa molekul rata-rata ( M v ) 14. Hal ini dapat dirumuskan dalam persamaan Mark-Houwink yang ditunjukkan pada persamaan 2.3 berikut: [ ]. a η = K M v (2. 3) Dimana M v adalah berat molekul rata-rata viskositas, K dan a adalah tetapan Mark-Houwink-Sakurada yang nilainya bergantung pada suhu pengukuran, jenis polimer dan pasangan pelarutnya. Pada penelitian ini hanya ditentukan viskositas intrinsik dari poliuretan karena nilai K dan a dari jenis poliuretan hasil sintesis belum diketahui, namun demikian karena nilai K dan a adalah merupakan bilangan-bilangan positif yang pada umumnya bervariasi. Nilai a antara 0,5 1,0 nilai K pada umumnya bervariasi antara 10-3 dan 0,5 sehingga dapat diasumsikan bahwa berat molekul rata-rata polimer adalah sebanding dengan viskositas intrinsiknya. 8 Viskositas intrinsik dari suatu larutan polimer encer adalah nilai viskositas tereduksi (η red) larutan polimer atau viskositas inheren diekstrapolasi pada c = 0, seperti ditunjukkan pada persamaan 2.4 berikut: Viskositas tereduksi ( η red η ηred c c sp [ η] = lim = lim c 0 c 0 ) diperoleh dari nilai viskositas spesifik ( η sp konsentrasi (c), seperti ditunjukkan pada persamaan 2.5 berikut: η η ( η 1) (2. 4) ) persatuan sp rel red = = (2. 5) c c 10
9 Viskositas spesifik ( η sp ) adalah kenaikan relatif viskositas suatu larutan terhadap viskositas pelarutnya, seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.6 berikut: ( η η ) o ηsp = = ηrel 1 η (2. 6) o Viskositas spesifik ( η sp ) dapat ditentukan melalui viskositas relatif ( η rel ) yaitu membandingkan waktu alir larutan polimer (t) dengan waktu alir pelarut murni ( t o ), ditunjukkan pada persamaan 2.7 berikut: t η rel = (2. 7) to Selanjutnya dengan membuat plot viskositas tereduksi ( ) pada sumbu y terhadap konsentrasi (c) pada sumbu x, akan diperoleh titik potong pada sumbu y sebagai viskositas intrinsik yang sesuai dengan persamaan garis lurus. yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 berikut: η red 15 Seperti C (g/ml Gambar 2. 5 Kurva ( η rel ) vs C Dari kurva tersebut di atas diperoleh persamaan linier seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.8 dan 2.9 berikut: y = m x + b (2. 8) 2 [ ] [ ] η = k' η c + η red (2. 9) 11
10 2.5.3 Uji Termal Analisis sifat termal dapat didefinisikan sebagai pengukuran sifat fisik maupun kimia dari bahan sebagai fungsi temperatur. Thermogravimetric Analysis (TGA) dan Differential Thermal Analysis (DTA) adalah dua teknik analisis termal yang utama. TGA merekam secara otomatis perubahan massa dari suatu sampel sebagai fungsi temperatur, sedangkan DTA mengukur perbedaan temperatur T antara suatu sampel dengan bahan acuan sebagai fungsi temperatur. Salah satu teknik yang berkaitan erat dengan DTA adalah Differential Scanning Calorimetry (DSC). Pada DSC peralatannya didesain untuk mengukur secara kuantitatif perubahan entalpi yang terjadi dalam suatu sampel sebagai fungsi temperatur atau waktu. Teknik analisis termal yang lain adalah dilatometry, dimana perubahan dimensi linier dari suatu sampel direkam sebagai fungsi temperatur. 16 Aplikasi yang penting dari teknik DTA dalam karakterisasi polimer adalah pengukuran temperatur transisi gelas (T g ), temperatur dekomposisi (T d ), dan temperatur leleh (T m ). Transisi gelas (T g ) menyatakan suhu dimana suatu polimer yang mengalami perubahan sifat fisik dari bentuk kaku (glassy) menjadi bentuk elastis. Temperatur dekomposisi (T d ) menunjukkan pemutusan ikatan kovalen pada rantai polimer dan Temperatur leleh (T m ) merupakan nilai temperatur pada saat polimer mengalami pelelehan sempurna. Pada temperatur ini bahan kristalin akan berubah dari padatan menjadi cairan amorf. Nilai T g, T d dan T m dapat menjadi acuan pada aplikasi suatu polimer sesuai dengan keperluan. Set alat DTA/TGA ditunjukkan pada Gambar 2.6 berikut: 12
11 Gambar 2. 6 Set Alat Gabungan DTA/TGA Massa Jenis (ρ) Massa jenis dari suatu zat adalah ukuran kerapatan susunan atom atau molekul suatu materi yang menggambarkan keteraturan dan kekompakan dari atom-atom atau molekul-molekul penyusun zat tersebut, dimana massa jenis didefinisikan sebagai massa persatuan volum (ρ = g/cm 3 ). Polimer dengan struktur rantai linier mempunyai susunan rantai yang teratur dibandingkan dengan struktur rantai bercabang sehingga massa jenisnya relatif tinggi. Sedangkan polimer dengan struktur rantai bercabang dan atau mempunyai subtituen yang meruah akan bersifat kurang teratur dan struktur rantainya tidak tersusun rapat sehingga volume yang ditempatinya akan lebih besar dan massa jenis (ρ) zat akan lebih rendah. Sifat-sifat mekanik seperti kekuatan tarik, temperatur leleh (T m ), derajat kristalinitas kekerasan dan modulus Young meningkat dengan bertambahnya massa jenis (ρ) suatu polimer. Pengukuran massa jenis (ρ) suatu polimer padat dapat dilakukan dengan menggunakan piknometer. Bahan cair yang inert dan tidak melarutkan digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran. Untuk poliuretan dapat digunakan air sebagai pembanding. Massa jenis diukur dengan menentukan massa dari piknometer yang diisi dengan suatu cairan yang diketahui massa jenisnya dimana sejumlah tertentu bahan polimer dibenamkan. Volume sampel sama dengan 13
12 volume zat cair yang dipindahkan dari piknometer. Ketelitian metode ini adalah ± 0,004 g cm -1 17, 18. Penentuan massa jenis (ρ) didasarkan pada hukum Archimedes yaitu volume yang ditempati oleh larutan polimer sama dengan volume zat cair yang dipindahkan, seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.10 berikut: w -w 3 2 ρ sampel = ( w o -w 2) - ( w 1 -w (2.10) 3) dimana : ρ sampel ρ air W o W 1 W 2 W 3 = rapat massa sampel polimer = rapat massa air pada suhu pengukuran = massa pikno + air = massa piknometer + air + sampel = massa pikno kosong = massa pikno + sampel 14
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen
Lebih terperinci3.1 Alat dan Bahan Alat
Bab III Metodologi 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia. Adapun peralatan lain yang khusus digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Indonesia mempunyai total areal perkebunan karet sebesar 3.338.162 ha (2003)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biji karet berpotensi menjadi produk samping dari perkebunan karet yang tersebar luas di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini
Lebih terperinciKIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok
Lebih terperinci4 Hasil dan pembahasan
4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interpenetrasi Jaringan Polimer (IPN) telah berkembang sejak tahun 90-an. Telah banyak penelitian yang dipatenkan dalam bidang ini (Tamrin, 1997). Polimer Jaringan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Poliuretan memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai busa tempat tidur, sofa, asesoris mobil, serat, elastomer, dan pelapis (coating). Produk Poliuretan mempunyai bentuk
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis melalui polimerisasi dari monomer (stiren). Polimerisasi ini merupakan polimerisasi radikal, dengan pusat aktif berupa radikal bebas.
Lebih terperinciPENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER
Laporan Praktikum Hari/tanggal : Rabu / 9 Maret 011 Kimia Polimer Waktu : 10.00-13.00 WIB Asisten : Prestiana PJP : Andriawan Subekti, S.Si, M. Si PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER MIRANTI
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI POLIURETAN DARI POLIETILEN GLIKOL (PEG) DENGAN TOLUEN DIISOSIANAT (TDI)
SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLIURETAN DARI POLIETILEN GLIKOL (PEG) DENGAN TOLUEN DIISOSIANAT (TDI) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan
Lebih terperinciProsiding Semnas Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, FMIPA-UNY, Yogyakarta 8 Pebruari 2005
KAJIAN TENTANG SINTESIS PLIURETAN DAN KARAKTERISASINYA Eli Rohaeti Jurdik Kimia FMIPA UNY Abstrak Poliuretan merupakan bahan polimer yang mengandung gugus fungsi uretan (-NHC-) dalam rantai molekulnya.
Lebih terperinciSINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI
SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI 7 AGUSTUS 2014 SARI MEIWIKA S. NRP. 1410.100.032 Dosen Pembimbing Lukman Atmaja, Ph.D Pendahuluan Metodologi Hasil
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren
Lebih terperinciEli Rohaeti Jurdik Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
BIODEGRADASI POLIMER HASIL SINTESIS DARI POLIOKSIETILEN GLIKOL DAN METILEN-4,4 - DIFENILDIISOSIANAT SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PERKULIAHAN KIMIA FISIKA POLIMER Eli Rohaeti Jurdik Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Kata polimer pertama kali digunakan oleh kimiawan Swedia Berzelius pada tahun 1833. 1 sepanjang abad 19 para kimiawan bekerja dengan polimer tanpa memiliki suatu pengertian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Penggunaan senyawa polihidroksi alkohol (poliol) untuk berbagai jenis keperluan banyak dibutuhkan seperti halnya ester poliol dari turunan sakarida dengan
Lebih terperinciANALISIS SIFAT TERMAL POLIURETAN BERBASIS MINYAK JARAK DAN TOLUENA DIISOSIANAT DENGAN TEKNIK DTA DAN TGA
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 ANALISIS SIFAT TERMAL POLIURETAN BERBASIS MINYAK JARAK DAN TOLUENA DIISOSIANAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Adapun perbedaan
Lebih terperinciPenentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas
Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Abstrak Jurusan
Lebih terperinciSenyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti
Senyawa Polimer 22 Maret 2013 Polimer (poly = banyak; mer = bagian) suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia Suatu polimer
Lebih terperinciKata Kunci : styrofoam, polistyren, polistyren tersulfonasi, amilosa, polibled
KAJIAN FISIKA KIMIA LIMBAH STYROFOAM DAN APLIKASINYA Ni Ketut Sumarni 1, Husain Sosidi 2, ABD Rahman R 3, Musafira 4 1,4 Laboratorium Kimia Fisik Fakultas MIPA, Universitas Tadulako 2,3 Laboratorium Kimia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lignin merupakan polimer alam yang terdapat dalam tumbuhan. Struktur lignin sangat beraneka ragam tergantung dari jenis tanamannya. Namun, secara umum lignin merupakan
Lebih terperinciBAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,
Lebih terperinciHIDROKARBON DAN POLIMER
HIDROKARBON DAN POLIMER Hidrokarbon Senyawa karbon disebut senyawa organik karena pada mulanya senyawa-senyawa tersebut hanya dapat dihasilkan oleh organisme Senyawa lain yang tidak berasal dari makhluk
Lebih terperinciAlkena dan Alkuna. Pertemuan 4
Alkena dan Alkuna Pertemuan 4 Alkena/Olefin hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki satu ikatan rangkap (C = C) Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap: alkadiena tiga ikatan rangkap: alkatriena,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)
23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pasar untuk bahan-bahan yang berasas minyak tumbuhan sangat berkembang disebabkan oleh keuntungan-keuntungan dalam hal ekonomi, lingkungan dan ketersediaannya. Bahan-bahan
Lebih terperinci2. Tinjauan Pustaka Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Gambar 2.1 Diagram Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC)
2. Tinjauan Pustaka 2.1. Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) adalah salah satu tipe fuel cell yang sedang dikembangkan. PEMFC ini bekerja mengubah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik Polyethylene Terephthalate (PET) Pada botol plastik yang transparan dan tembus pandang seperti botol air mineral, botol minuman sari buah, minyak goreng, kecap, sambal,
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial
PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial Densifikasi parsial, baik kompresi maupun impregnasi, terbukti dapat meningkatkan sifat-sifat kayu Agatis maupun Mangium. Dari hasil
Lebih terperinciEFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)
EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) Oleh : MARSAID/ 1409.201.717 Pembimbing: Drs.Lukman Atmaja, M.Si.,Ph.D. LATAR BELAKANG PENELITIAN GELATIN Aplikasinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa gliserol yang merupakan produk samping utama dari proses pembuatan biodiesel dan sabun bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat luas penggunaannya
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.
18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate
Lebih terperinci= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij
5 Pengujian Sifat Binderless MDF. Pengujian sifat fisis dan mekanis binderless MDF dilakukan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat tersebut meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)
Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan
Lebih terperinciPOLIMER. Eli Rohaeti
PLIMER Eli Rohaeti PENDAULUAN Plastik, serat, bahan pelapis, perekat, cat, karet, elastomer, protein, selulosa, dll bagian dari dunia kimia polimer. Serat-serat tekstil poliester dan nilon untuk pakaian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I- 1. I.1 Latar Belakang
I- 1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang semakin maju mendorong berbagai macam industri besar dunia untuk memenuhi permintaan konsumen. Dalam hal ini, industri carbon fiber semakin
Lebih terperincikimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran
K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel
Lebih terperinciBiodegradasi poliuretan hasil
Profesionalisme Peneliti dan Pendidik dalam Riset dan Pembelajaran yang Berkualitas dan Berkarakter Yogyakarta, 30 Oktober 2010 prosiding seminar nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 2010 ISBN: 978-979-98117-7-6
Lebih terperinciKARAKTERISASI BIODEGRADASI POLIMER
Eli Rohaeti/Karakterisasi Biodegradasi Polimer KARAKTERISASI BIODEGRADASI POLIMER Eli Rohaeti Jurdik Kimia FMIPA UNY Karangmalang Yogyakarta 55281 rohaetieli@yahoo.com ABSTRAK Biodegradasi polimer dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 asil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan dan Kitosan Kulit udang yang digunakan sebagai bahan baku kitosan terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Tahapan-tahapan dalam pengolahan kulit udang menjadi kitosan
Lebih terperinciKIMIA. Sesi HIDROKARBON (BAGIAN II) A. ALKANON (KETON) a. Tata Nama Alkanon
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 16 Sesi NGAN HIDROKARBON (BAGIAN II) Gugus fungsional adalah sekelompok atom dalam suatu molekul yang memiliki karakteristik khusus. Gugus fungsional adalah bagian
Lebih terperinciBAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI
BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI A. Kekhasan / Keunikan Atom Karbon o Terletak pada golongan IVA dengan Z = 6 dan mempunyai 4 elektron valensi. o Untuk mencapai konfigurasi oktet maka atom karbon mempunyai
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) merupakan salah satu jenis fuel cell, yaitu sistem penghasil energi listrik, yang bekerja berdasarkan
Lebih terperinciLKS HIDROKARBON. Nama : Kelas/No.Abs :
Nama : Kelas/No.Abs : LKS HIDROKARBON 1. Kekhasan / Keunikan Atom Karbon 1. Terletak pada golongan IVA dengan Z = 6 dan mempunyai 4 elektron valensi. 2. Untuk mencapai konfigurasi oktet maka atom karbon
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,
Lebih terperinciberupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).
HIDROKARBON Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan
Lebih terperinciAnalisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi
Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah
Lebih terperinciAtom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2.
SENYAWA ORGANIK A. Sifat khas atom karbon Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2. Atom karbon mempunyai 4 elektron valensi,
Lebih terperinciPROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004, 1-9 1
PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004, 1-9 1 Pengaruh Dua Macam Perlakuan Mikroorganisme terhadap Kemudahan Degradasi Poliuretan Hasil Sintesis dari Monomer Polietilen Glikol Berat Molekul 400
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia dan banyak sekali produk turunan dari minyak sawit yang dapat menggantikan keberadaan minyak
Lebih terperinciPengaruh Jenis Poliol terhadap Pembentukan Poliuretan dari Monomer PEG400 dan MDI
PRC. ITB Sains & Tek. Vol. 35 A, No. 2, 2003, 97-109 97 Pengaruh Jenis Poliol terhadap Pembentukan Poliuretan dari Monomer PEG400 dan MDI Eli Rohaeti*, N. M. Surdia**, Cynthia L. Radiman** & E. Ratnaningsih**
Lebih terperinci3 Metodologi penelitian
3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pori
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit
Lebih terperinci1. Penentuan Berat Molekul Polimer
1. Penentuan Berat Molekul Polimer A. Pengertian Berat Molekul Polimer Berat molekul merupakan variabel yang teristimewa penting sebab berhubungan langsung dengan sifat kimia polimer. Umumnya polimer dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Usaha menciptakan polimer poliuretan pertama kali dirintis oleh Otto Bayer dan rekanrekannya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Poliuretan Usaha menciptakan polimer poliuretan pertama kali dirintis oleh tto Bayer dan rekanrekannya pada tahun 1973 di labolatorium I.G. Farben di Leverkusen, Jerman.
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperinciJenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.
Polimer Apakah Polimer? Polimer adalah suatu material yang tersusun dari suatu rantai molekul secara berulang. Polimer tersusun dari unit-unit yang disebut dengan monomer Contoh-contoh polimer yang sering
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan
Lebih terperinci3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan
3 Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, seperti gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, labu
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material, Kelompok Keilmuan Kimia Anorganik dan Fisik, Program Studi Kimia ITB dari bulan
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal adalah material perekat berwarna coklat kehitam hitaman sampai hitam dengan unsur utama bitumen. Aspal merupakan senyawa yang kompleks, bahan utamanya disusun
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Busa Poliuretan Poliuretan merupakan bahan polimer yang mempunyai ciri khas adanya gugus fungsi uretan (-NCOO-) dalam rantai utama polimer. Gugus fungsi uretan dihasilkan dari
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,
Lebih terperincik = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n
POKOK BAHASAN I. LAJU REAKSI 1.1 Pengertian Laju Reaksi Laju reaksi didefinisikan sebagai laju berkurangnya konsentrasi zat pereaksi (reaktan) atau laju bertambahnya hasil reaksi (produk) tiap satu satuan
Lebih terperinciPolimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H
POLIMER BAHAN TEKNIK 1 PENGERTIAN Polimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H C = C C C C H H H H H Etilen Monomer Polietilen Polimer Susunan molekul
Lebih terperinciPENGARUH MALTOSA TERHADAP PEMBENTUKAN POLIURETAN
PENGARUH MALTSA TERHADAP PEMBENTUKAN PLIURETAN Eli Rohaeti 1), N. M. Surdia 2), Cynthia L. Radiman 2), dan E. Ratnaningsih 2) 1) Mahasiswa S 3 Jurusan Kimia FMIPA ITB 2) Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Secara Umum Secara umum, diagram kerja penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Monomer Inisiator Limbah Pulp POLIMERISASI Polistiren ISOLASI
Lebih terperinci2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciSenyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si
Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa yang sumber utamanya berasal dari tumbuhan, hewan, atau sisa-sisa organisme
Lebih terperinci2 Tinjauan Pusaka. 2.1 Polimer
Tinjauan Pusaka. Polimer Polimer adalah molekul besar yang terbentuk dari pengulangan unit yang kecil dan sederhana. Unit ulang dari polimer biasanya sama atau hampir sama dengan monomernya. Polimer yang
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan
Lebih terperinciGaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan
Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab V Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Fasa merupakan bagian homogen suatu sistem
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena
36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena yang berwarna putih susu atau milky seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil polimer emulsi
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan
Lebih terperinci