BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Yohanes Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Kestabilan Sol Pada penelitian ini NASICON disintesis menggunakan metode sol gel dengan bahan baku larutan Na 2 SiO 3, ZrO(NO 3 ) 2, NH 4 H 2 PO 4 dan larutan aditif asam sitrat dengan perbandingan molar 2:2:1:3. Konsentrasi asam sitrat pada sintesis NASICON ini berturut-turut sebesar 3M, 4M, 5M, 6M, dan 7M. Pada penambahan asam sitrat 3M, sol yang stabil dihasilkan setelah pengocokan selama 10 menit. Hal yang sama terjadi pula pada sol yang ditambahkan asam sitrat sebesar 4M dan 5M. Akan tetapi semakin besar asam sitrat yang ditambahkan yaitu 6M dan 7M, sol yang stabil dapat terbentuk tanpa pengocokan terlebih dahulu. Perubahan sol menjadi gel dilakukan melalui pemanasan selama 14 jam pada suhu 120 C. Pemanasan gel secara berkelanjutan menghasilkan gel kering atau xerogel Gambar 4.1 dan 4.2 menunjukkan sol dan xerogel yang dipreparasi dengan konsentrasi asam sitrat yang bervariasi. Karakteristik sol dan xerogel yang dihasilkan dirangkum pada Tabel 4.1.
2 28 Gambar 4.1 Sol yang dihasilkan setelah pengocokan 10 menit Gambar 4.2 Xerogel yang dihasilkan dari sol yang dipanaskan selama 16 jam Tabel 4.1 Karakteristik sol dan xerogel yang dihasilkan Jenis sol Warna sol Warna xerogel Asam sitrat (3) Tidak berwarna Putih Asam sitrat (4) Tidak berwarna Putih kekuningan Asam sitrat (5) Tidak berwarna Putih, lengket (+) Asam sitrat (6) Tidak berwarna Kuning muda, lengket (++) Asam sitrat (7) Tidak berwarna Kuning muda, lengket (+++) Karakter xerogel yang terbentuk dari sol dengan konsentrasi aditif asam sitrat yang berbeda menghasilakan tekstur xerogel yang berlainan. Semakin tinggi
3 29 konsentrasi asam sitrat yang ditambahkan pada sol, semakin lengket xerogel yang dihasilkan Analisis FT-IR Analisis FT-IR berfungsi untuk mengetahui gugus fungsi pada material hasil sintesis. Analisis FT-IR pada sintesis NASICON ini dilakukan pada tiga sampel, yaitu xerogel (gel yang sudah dikeringkan pada suhu 120 C), material hasil kalsinasi 750 C, dan material hasil kalsinasi 1000 C. Hasil analisis FT-IR terhadap xerogel yang dipreparasi pada berbagai konsentrasi asam sitrat diperlihatkan pada Gambar Vibrasi ulur Zr-O, P-O-P, Si-O Asam sirtat 3 Asam sitrat 4 Asam sitrat 5 Asam sitrat 6 Asam sitrat 7 Intensitas Vibrasi tekuk Zr-O, P-O-P, Si-O 0 C=O dan Air terabsorpsi N-O Bilangan Gelombang (cm -1 ) Gambar 4.3 Spektra FT-IR xerogel yang dibuat melalui metode sol-gel dengan penambahan aditif asam sitrat
4 30 Kelima spektra FT-IR xerogel menunjukkan serapan pada daerah bilangan gelombang cm -1, cm -1, cm -1, cm -1, cm -1 dan 3500 cm C C C Vibrasi tekuk Zr-O, P-O-P, Si-O Intensitas Vibrasi PO 4 dan SiO 4 20 P-O-P 0 C=O dan Air terabsorpsi N-O Bilangan Gelombang (cm -1 ) Gambar 4.4 Spektra FT-IR xerogel dengan aditif asam sitrat 3M yang dikalsinasi bertahap pada suhu 750 o C dan 1000 o C
5 Intensitas C C C Vibrasi tekuk Zr-O, P-O-P, Si-O Vibrasi PO 4 dan SiO C=O dan Air terabsorpsi N-O P-O-P Bilangan Gelombang (cm -1 ) Gambar 4.5 Spektra FT-IR xerogel dengan aditif asam sitrat 4M yang dikalsinasi bertahap pada suhu 750 o C dan 1000 o C Intensitas Vibrasi PO 4 dan SiO 4 Vibrasi tekuk Zr-O, P-O-P, Si-O 20 0 C=O dan Air terabsorpsi N-O P-O-P C C C Bilangan Gelombang (cm -1 ) Gambar 4.6 Spektra FT-IR xerogel dengan aditif asam sitrat 5M yang dikalsinasi bertahap pada suhu 750 o C dan 1000 o C
6 C C C Intensitas Vibrasi tekuk Zr-O, P-O-P, Si-O Vibrasi PO 4 dan SiO 4 0 C=O dan Air terabsorpsi N-O P-O-P Bilangan Gelombang (cm -1 ) Gambar 4.7 Spektra FT-IR xerogel dengan aditif asam sitrat 6M yang dikalsinasi bertahap pada suhu 750 o C dan 1000 o C C C C 80 Vibrasi tekuk Zr-O, P-O-P, Si-O Intensitas C=O dan Air terabsorpsi N-O 20 Vibrasi PO 4 dan SiO 4 P-O-P Bilangan Gelombang (cm -1 ) Gambar 4.8 Spektra FT-IR xerogel dengan aditif asam sitrat 7M yang dikalsinasi bertahap pada suhu 750 o C dan 1000 o C
7 33 Gambar 4.4 sampai dengan Gambar 4.8 menunjukkan spektra FT-IR terhadap material yang dikalsinasi secara bertahap pada suhu 750 C dan 1000 C. Pada spektra terlihat serapan N-O pada bilangan gelombang cm -1 yang terdapat pada xerogel sudah tidak tampak lagi pada spektra setelah xerogel dikalsinasi pada suhu 750 o C dan 1000 o C. Tetapi hal ini tidak tampak pada xerogel dengan asam sitrat 7 M, pada xerogel hasil kalsinasi pada suhu 750 o C masih terdapat serapan N-O pada bilangan gelombang cm -1 dengan intensitas yang rendah Asam sitrat 3M Asam sitrat 4M Asam sitrat 5M Asam sitrat 6M Asam sitrat 7M Vibrasi tekuk Zr-O, P-O-P, Si-O Intensitas Vibrasi PO 4 dan SiO 4 P-O-P Bilangan Gelombang (cm -1 ) Gambar 4.9 Spektra FT-IR material konduktor ionik dengan aditif asam sitrat yang dikalsinasi pada suhu 1000 C
8 34 Gambar 4.9 menunjukkan spektra FT-IR material konduktor ionik untuk berbagai konsentrasi asam sitrat. Spektra tersebut menunjukkan puncak yang lebar pada bilangan gelombang cm -1 dan puncak-puncak tajam pada bilangan gelombang cm Analisis XRD Analisis XRD dilakukan untuk mengetahui pola difraksi sinar-x NASICON hasil sintesis. Analisis XRD ini dilakukan pada sampel NASICON yang dipreparasi dengan konsentrasi asam sitrat 3M sampai dengan 7M. Pola difraktogram menunjukkan adanya puncak-puncak pada 2 = 16, 22, 23, 27, 32, 36, dan 40 dengan intensitas tinggi. Selain itu terdapat pula puncak-puncak dengan intensitas rendah pada 2 = 48, 53, 55, 59, 64, dan 70. Pola difraktogram dari kelima sampel dapat dilihat pada Gambar 4.10.
9 35 Asam sitrat 7M Asam sitrat 6M Intensitas Asam sitrat 5M Asam sitrat 4M Asam sitrat 3M θ Gambar 4.10 Pola difraktogram sinar-x material konduktor ionik Pengukuran Konduktifitas Pengukuran konduktifitas berfungsi untuk mengetahui konduktifitas material konduktor ionik yang dihasilkan. Gambar 4.11, 4.12, dan 4.13 menggambarkan nilai konduktifitas NASICON yang dipreparasi dengan penambahan asam sitrat sebesar 3 M, 4 M, dan 5 M sebagai fungsi waktu. Analisis IS ini dilakukan pada beberapa suhu untuk mengetahui pengaruh suhu analisis terhadap konduktifitas NASICON.
10 log σ (S/cm -1 ) C 175 C 200 C 225 C 250 C 275 C 300 C 325 C 350 C 375 C 400 C t (sekon) Gambar 4.11 Konduktifitas NASICON yang dipreparasi dengan asam sitrat 3M log σ (S/cm -1 ) C 175 C 200 C 225 C 250 C 275 C 300 C 325 C 350 C 375 C 400 C t (sekon) Gambar 4.12 Konduktifitas NASICON yang dipreparasi dengan asam sitrat 4M
11 log σ (S/cm) C 175 C 200 C 225 C 250 C 275 C 300 C 325 C 350 C 375 C 400 C t (sekon) Gambar 4.13 Konduktifitas NASICON yang dipreparasi dengan asam sitrat 5M Uji Kinerja NASICON Untuk mengetahui kelayakan NASICON dijadikan sebagai komponen sensor gas NO x maka dilakukan uji kinerja NASICON. Melalui uji ini dapat diketahui kemampuan NASICON dalam merespon gas NO x yang dilalirkan. Gambar 4.14 menunjukkan nilai konduktifitas NASICON yang dipreparasi dengan asam sitrat 5M pada suhu 375 C tanpa dialiri gas NO 2 dan dengan dialiri gas NO 2.
12 C 375 C + gas log σ (S/cm) t (sekon) Gambar 4.14 Konduktifitas NASICON yang dipreparasi dengan asam sitrat 5M pada suhu 375 C tanpa dialiri gas NO 2 dan dengan dialiri gas NO 2
13 Pembahasan Kestabilan sol Sintesis NASICON menggunakan metode sol-gel memiliki beberapa keuntungan diantaranya homogenitas dan kemurnian yang tinggi serta material yang dihasilkan bersifat amorf dan nanopori. Tetapi dibalik keuntungan tersebut ada kelemahan metode sol-gel dalam mensintesis NASICON yaitu sulitnya menstabilkan sol yang dapat dipreparasi menjadi NASICON. Sol yang stabil sulit diperoleh karena terbentuknya zirconil fosfat (ZrOHPO 4 ) atau zirconium fosfat (Zr(HPO 4 ) 2 ) ketika larutan ZrO(NO 3 ) 2 dan larutan NH 4 H 2 PO 4 ditambahkan. Di dalam larutan, ion Zr 4+ lebih mudah bereaksi dengan OH - dari basa membentuk ZrOH 3+ yang kemudian akan terurai menjadi ZrO 2+. Ion ZrO 2+ dalam larutan inilah yang akan bereaksi dengan ion HPO 4 2- membentuk ZrOHPO 4 (Mouazer et al. (2003)). Zr 4+ + OH - ZrOH 3+ K = (1) ZrOH 3+ ZrO 2+ + H + K = (2) ZrO 2+ + HPO 2-4 ZrOHPO 4 K = (3) Dalam penelitian ini ZrOHPO 4 atau Zr(HPO 4 ) 2 yang terbentuk dikurangi dengan membentuk senyawa komplek antara ion Zr 4+ dengan senyawa asam sitrat. Pada reaksi pembentukkan kompleks ini Zr 4+ akan bereaksi dengan gugus karbonil pada asam membentuk kompleks RCOOZr. Reaksi yang terjadi adalah:
14 40 Zr R(COOH)(COO) 2 [Zr(COO) 2 (COOH)R] 2+ (4) [Zr(COO) 2 (COOH)R] 2+ + H + [Zr(COO)(COOH) 2 R] 3+ (5) Pada bagian telah diuraikan bahwa pada penambahan asam sitrat sebesar 3-5 M sol yang stabil dihasilkan setelah pengocokan selama 10 menit. Tetapi semakin besar asam sitrat yang ditambahkan yaitu 6M dan 7M, sol yang stabil dapat terbentuk tanpa pengocokan terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi asam sitrat yang ditambahkan akan lebih menstabilkan sol (mencegah pertumbuhan endapan zirconil dan zirconium fosfat) Analisis FT-IR Kelima spektra FT-IR xerogel (Gambar 4.3) menunjukkan serapan pada daerah bilangan gelombang cm -1, cm -1, cm -1, cm -1, cm -1 dan 3500 cm -1. Serapan pada bilangan gelombang cm -1 diakibatkan oleh vibrasi tekuk dari Zr-O, P-O-P dan Si-O sedangkan puncak-puncak pada bilangan gelombang cm -1 selain diakibatkan oleh senyawa organik yang terdapat dalam xerogel juga diakibatkan oleh vibrasi ulur dari Zr-O, P-O-P dan Si-O (Monros, 1992). Serapan pada bilangan gelombang cm -1 menunjukkan adanya gugus N- O serta serapan pada bilangan gelombang cm -1 menunjukkan adanya gugus karbonil (C=O) pada xerogel. Sedangkan puncak pada bilangan gelombang cm -1 dan 3500 cm -1 menunjukkan adanya air yang terabsorbsi di dalam xerogel.
15 41 Variasi konsentrasi asam sitrat pada xerogel hasil FTIR ini tidak menunjukkan perbedaan pola puncak. Perbedaan yang nampak dari spektra tersebut terletak pada intensitas puncak. Spektra xerogel dengan konsentrasi asam sitrat 5M menunjukkkan intensitas paling tinggi jika dibandingkan dengan keempat spektra xerogel yang lainnya. Perubahan pola spektra terlihat setelah xerogel dipanaskan pada suhu 750 o C dan 1000 o C. Pada spektra (Gambar 4.4 sampai Gambar 4.7) terlihat serapan N-O pada bilangan gelombang cm -1 yang terdapat pada xerogel sudah tidak tampak lagi pada spektra setelah xerogel dikalsinasi pada suhu 750 o C dan 1000 o C. Tetapi hal ini tidak tampak pada xerogel dengan asam sitrat 7 M (Gambar 4.8), pada xerogel hasil kalsinasi pada suhu 750 o C masih terdapat serapan N-O pada bilangan gelombang cm -1 dengan intensitas yang rendah. Hal ini mungkin diakibatkan adanya gas NO yang terjebak dalam xerogel. Gejala yang sama juga tampak pada bilangan gelombang cm -1 yang menunjukkan adanya vibrasi gugus C=O. Hilangnya gugus C=O pada spektra xerogel yang telah mengalami kalsinasi menunjukkan sudah tidak adanya senyawa organik yang terdapat pada sampel. Bahkan pada spektra sampel setelah kalsinasi kedua (1000 o C) puncak pada bilangan gelombang cm -1 sudah tidak tampak. Hal ini menunjukkan sudah tidak adanya air bebas atau air yang terabsordsi pada sampel. Puncak-puncak pada bilangan gelombang cm -1 menunjukkan kemiripan pola pada semua spektra. Puncak-puncak ini disebabkan oleh kombinasi
16 42 vibrasi ulur dari gugus Zr-O, P-O-P dan Si-O. Perbedaan puncak yang tampak pada daerah cm -1 menunjukkan mulai terbentuknya material konduktor ionik (Qiu et al., 2003). Puncak-puncak tersebut menunjukkan adanya vibrasi tekuk gugus Zr-O, P-O-P dan Si-O (Monros et al., 1992). Perbandingan spektra FT-IR untuk material konduktor ionik yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 4.9. Spektra material yang dihasilkan menunjukkan pola yang serupa. Spektra tersebut menunjukkan puncak yang lebar pada bilangan gelombang cm -1 dan puncak-puncak tajam pada bilangan gelombang cm -1. Tabel 4.2 menunjukkan vibrasi gugus-gugus yang menyebabkan puncakpuncak tersebut dapat terjadi. Tabel 4.2 Daftar serapan gugus-gugus pada NASICON (Monros et al, 1992; Zhang. S et al, 2003; Qiu et al, 2003, 2004; Rao et al., 2001) Puncak serapan Analisis cm -1 Vibrasi tekuk ZrO 6, PO 4 dan SiO cm -1 Vibrasi ZrO cm -1 Vibrasi O P O, cm -1 Vibrasi Zr O cm -1 Vibrasi O Si O dan P O P cm -1 Vibrasi P O P cm -1 Vibrasi PO 4 3- dan SiO cm -1 Vibrasi ion PO -
17 Analisis XRD Pada Gambar 4.10 dapat dilihat pola difraktogram NASICON yang dipreparasi dengan konsentrasi asam sitrat 3-7 Molar. Puncak-puncak dari kelima NASICON ini menunjukkan nilai yang sama pada 2 = 16, 22, 23, 27, 32, 36, dan 40 dengan intensitas tinggi. Puncak-puncak yang dihasilkan ini sesuai dengan pola XRD untuk NASICON rujukan (Gambar 2.4). Selain puncak-puncak tersebut terdapat pula puncak-puncak dengan intensitas kecil pada 2 = 48, 53, 55, 59, 64, dan 70. Tetapi dari puncak yang dihasilkan terdapat puncak pengotor yaitu pada 2 = 60 yang menunjukkan adanya ZrO 2. Adanya zirconia pada NASICON yang dihasilkan akan mengurangi nilai konduktifitasnya Pengukuran Konduktifitas Pengukuran konduktifitas dilakukan pada berbagai suhu, yaitu suhu 150 C, 175 C, 200 C, 225 C, 250 C, 275 C, 300 C, 325 C, 350 C, 375 C dan 400 C. Penggunaan variasi suhu ini dilakukan untuk mengamati hubungan nilai konduktifitas material konduktor ionik terhadap kenaikan suhu. Secara umum nilai konduktifitas NASICON semakin meningkat seiring dengan kenaikan suhu (Ahmad et al, 1987). Pada Gambar 4.11 nilai konduktifitas NASICON yang dipreparasi dengan asam sitrat 3M paling rendah berada pada log = -6,5 pada suhu 175 C, sedangkan paling tinggi berada pada log = -3,4 pada suhu 400 C. Pada Gambar 4.12 nilai konduktifitas NASICON yang dipreparasi denagn asam sitrat 4M paling rendah
18 44 berada pada log = -6,4 pada suhu 150 C, sedangkan paling tinggi berada pada log = -3,3 pada suhu 375 C. Pada Gambar 4.13 nilai konduktifitas NASICON yang dipreparasi dengan asam sitrat 5M paling rendah berada pada log = -5,6 pada suhu 150 C, sedangkan paling tinggi berada pada log = -3,0 pada suhu 375 C. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi asam sitrat yang ditambahkan pada sampel NASICON maka semakin tinggi pula nilai konduktifitas yang dihasilkannya. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan asam sitrat dengan konsentrasi yang lebih tinggi akan semakin menambah kestabilan NASICON yang diperoleh. Nilai konduktifitas NASICON yang disintesis telah memenuhi untuk digolongkan sebagai fast ionic conductor dan dapat digunakan sebagai komponen sensor gas NO x Uji Kinerja NASICON Dari hasil pengukuran konduktifitas diketahui nilai konduktifitas NASICON tertinggi diperoleh pada sampel dengan konsentrasi asam sitrat 5M dengan log = pada suhu 375 C. Untuk mengetahui kelayakan NASICON dijadikan sebagai komponen sensor gas NO x maka dilakukan uji kinerja NASICON. Melalui uji ini dapat diketahui kemampuan NASICON dalam merespon gas NO x yang dilalirkan. Gas NO x yang digunakan dalam uji kinerja NASICON ini diperoleh dari pemanasan Ba(NO 3 ) 2. Sebanyak 0,0134 mol Ba(NO 3 ) 2 dialirkan ke dalam sistem selama 135 detik pada suhu 375 C. Setelah dilakukan pemanasan, Ba(NO 3 ) 2 yang
19 45 tersisa adalah 0,0126 mol. Dengan demikian terdapat 0,0016 mol gas NO 2 yang mengalir ke dalam sistem dan bereaksi dengan NASICON. Pada Gambar 4.14 dapat dilihat nilai konduktifitas NASICON yang dialiri gas NO 2 lebih tinggi daripada nilai konduktifitas NASICON tanpa dilaliri gas. Hal ini menunjukkan adanya reaksi antara NASICON dengan gas NO 2. Pada saat gas NO 2 berinteraksi dengan lapisan NaNO 2 pada elektroda kerja, NO 2 akan bereaksi dengan Na +. Sedangkan pada elektroda counter, NaNO 2 terurai menjadi Na + dan NO 2. Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada Gambar Sensing electrode : NO 2 (g) + Na + + e - NaNO 2 Counter electrode : NaNO 2 NO 2 + e - + Na + e - NO 2 (g) + Na + + e - NaNO 2 NaNO 2 Na + NASICON e - NaNO 2 NO 2 + e - + Na + Elektroda Gambar 4.15 Reaksi yang terjadi antara NASICON dengan gas NO 2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas
31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai
Lebih terperinciPANITIA SEMINAR NASIONAL KIMIA XVIII JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA. Dr. AGUS SETIABUDI PENYAJI
PANITIA SEMINAR NASIONAL KIMIA XVIII JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA Diberikan kepada Dr. AGUS SETIABUDI Sebagai PENYAJI Pada SEMINAR NASIONAL KIMIA
Lebih terperinciSINTESIS DAN UJI KONDUKTIFITAS MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS MAGNESIUM MELALUI METODE SOL-GEL ANORGANIK
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 1, No.1 ISSN 2087-7412 April 2010, hal 1-6 SINTESIS DAN UJI KONDUKTIFITAS MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS MAGNESIUM MELALUI METODE SOL-GEL ANORGANIK Aniesah Ratna
Lebih terperinciModifikasi Prosedur Preparasi Material Konduktor Ionik Berbasis Ion Magnesium Sebagai Komponen Sensor Gas SO 2
Modifikasi Prosedur Preparasi Material Konduktor Ionik Berbasis Ion Magnesium Sebagai Komponen Sensor Gas SO 2 Soja Siti Fatimah 1,Ali Kusrijadi 1,Agus Setiabudhi 1, Bambang Soegijono 2, dan Arif N 1 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan makhluk hidup serta dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah kehadiran substansi fisik, kimia atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan makhluk hidup serta dapat merusak benda-benda
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Preparasi, sintesis material konduktor ionik dan uji kinerja material
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Preparasi, sintesis material konduktor ionik dan uji kinerja material konduktor ionik menggunakan analisis IS dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Molekul nitrogen terdapat 80% di alam diantaranya membentuk oksida
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oksida Nitrogen (NOx) Molekul nitrogen terdapat 80% di alam diantaranya membentuk oksida nitrogen, menghasilkan beberapa senyawa yaitu N 2 O, NO, N 2 O 3, NO 2, N 2 O 5 tergantung
Lebih terperinciPengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal
Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal K Oleh Said Mihdar Said Hady Nrp. 1407201729 Dosen Pembimbing Dra. Ratna
Lebih terperinciMODIFIKASI PREPARASI MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS ION MAGNEIUM MELALUI METODE SOL GEL SEBAGAI KOMPONEN SENSOR GAS SO 2
MODIFIKASI PREPARASI MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS ION MAGNEIUM MELALUI METODE SOL GEL SEBAGAI KOMPONEN SENSOR GAS SO 2 Oleh : Soja Siti Fatimah,M.Si 1) Ali Kusrijadi,M.Si 1) Dr. Bambang Soegiono 2)
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat dimana terjadi perubahan cuaca dan iklim lingkungan yang mempengaruhi suhu bumi dan berbagai pengaruh
Lebih terperinciMAKALAH. Preparasi dan Karakterisasi Material Konduktor Ionik Berbasis Ion Magnesium Sebagai Komponen Sensor Gas SO 2
MAKALAH Preparasi dan Karakterisasi Material Konduktor Ionik Berbasis Ion Magnesium Sebagai Komponen Sensor Gas SO 2 Oleh : Soja Siti Fatimah, M.Si 1) Drs. Ali Kusrijadi, M.Si 1) Dr.Agus Setiabudhi 1)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan
6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk
Lebih terperinciTabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)
22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oksida Nitrogen Tiga bentuk oksida nitrogen yang secara normal masuk ke dalam atmosfer adalah nitrogen monoksida (N 2 O), nitrogen oksida (NO), dan nitrogen dioksida (NO 2
Lebih terperinciSINTESIS DAN UJI KONDUKTIFITAS MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS MAGNESIUM MELALUI REAKSI PADAT-PADAT
SINTESIS DAN UJI KONDUKTIFITAS MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS MAGNESIUM MELALUI REAKSI PADAT-PADAT Setyo Hermintoyo, Soja Siti Fatimah, dan Ali Kusrijadi. Program Studi Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada saat ini karena udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan makhluk hidup, terutama manusia.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium
22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan diproduksinya berbagai macam peralatan yang dapat mempermudah manusia
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,
Lebih terperincidengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu
6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop
Lebih terperinciDeskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR
1 Deskripsi 1 2 30 SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkaitan dengan sintesis senyawa Mg/Al hydrotalcite-like (Mg/Al
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN
PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinciPreparasi dan Karakterisasi Material Konduktor Ionik Komponen Sensor Gas Nox
Preparasi dan Karakterisasi Material Konduktor Ionik Komponen Sensor Gas Nox Agus Setiabudi 1, Nahadi 1, Ois Pandi 1, Bambang Soegijono 2, dan Achmad Hanafi S 2 1 Program Studi Kimia Universitas Pendidikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)
Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan
Lebih terperinciOleh : Yanis Febri Lufiana NRP :
Pengaruh Konsentrasi NaOH/Na 2 CO 3 Pada Sintesis CaOMgO Menggunakan Metode Kopresipitasi TUGAS AKHIR Oleh : Yanis Febri Lufiana NRP : 1409100015 Dosen Pembimbing : Dr. Didik Prasetyoko., M.Sc. TUGAS AKHIR
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)
23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi
Lebih terperinciKata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol
PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN DISKUSI
BAB 4 HASIL DAN DISKUSI 4.1 Uji Kekuatan Tabel 4.1 Hasil karakterisasi uji tekan pada epoxy resin Epoxy Resin (gr) Epoxy Hardener (gr) SiO 2 (gr) Suhu ( 0 C) Pemanasan (menit) Kekuatan Tekan (Kg/cm 2 )
Lebih terperinciREAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1
REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1 Oleh: Dyah Fitasari 1409201719 Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, S.Si, M.Sc Suprapto, M.Si, Ph.D LATAR BELAKANG Sikloheksanon Sikloheksanon Oksim
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)
PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TH Anggaran 2007
LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TH Anggaran 2007 Material Sains Kinerja Material Konduktor Ionik Berbasis Ion Na + Hasil Preparasi Sebagai Sensor Gas NOx Dr. Agus Setiabudi Dr. Bambang Soegijono Soja
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu pembuatan adsorben dan uji kinerja adsorben tersebut untuk menyisihkan phenanthrene dari dalam air. 4.1 Pembuatan adsorben
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sulfur dioksida adalah gas tak terlihat yang berbau sangat tajam,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sulfur Dioksida Sulfur dioksida adalah gas tak terlihat yang berbau sangat tajam, mempunyai sifat tidak mudah terbakar, tidak mudah meledak, menyerang sistem pernafasan manusia
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen
Lebih terperinci4 Hasil dan pembahasan
4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.
Lebih terperinciSINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E. Oleh: SUS INDRAYANAH
SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E Oleh: SUS INDRAYANAH 1409 2017 06 LATAR BELAKANG Vitamin E Antioksidan Alami Sintetis Friedel-Craft Belum
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan
Lebih terperinciAMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER. Warih Supriadi
AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER Warih Supriadi BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Encapsulation B3 tidak boleh bebas Di lingkungan (Chen. dkk, 2008) Amobilisasi dengan
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap
Lebih terperinciLaporan Hasil Penelitian Tahun ke 2 HIBAH KOMPETENSI
V 3 Infra struktur, transportasi, dan Industri pertahanan Laporan Hasil Penelitian Tahun ke 2 HIBAH KOMPETENSI PEMBUATAN PROTOTYPE SENSOR GAS NOX MENGGUNAKAN MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS ION NA +
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas
Lebih terperinciMODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 MAKALAH PENDAMPING PARALEL
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS ZIRKONIA HASIL OLAH PASIR ZIRKON
ISSN 1410-6957 PENINGKATAN KUALITAS ZIRKONIA HASIL OLAH PASIR ZIRKON Dwiretnani Sudjoko, Triyono Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN Yogyakarta55281 ABSTRAK PENINGKATAN KUALITAS ZIRKONIA
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sintesis material, beberapa hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. Perbaikan kinerja
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan
Lebih terperinci3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis
7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO
SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO Cicik Herlina Yulianti 1 1) Dosen Fakultas Teknik Prodi Elektro Universitas Islam Lamongan Abstrak Pengembangan material kristalin berukuran nano merupakan suatu
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Pembuatan Larutan Buffer Semua zat yang digunakan untuk membuat larutan buffer dapat larut dengan sempurna. Larutan yang diperoleh jernih, homogen, dan tidak berbau. Data
Lebih terperinciSINTESIS ZSM-5 SECARA LANGSUNG DARI KAOLIN TANPA TEMPLAT ORGANIK: PENGARUH WAKTU KRISTALISASI
SINTESIS ZSM-5 SECARA LANGSUNG DARI KAOLIN TANPA TEMPLAT ORGANIK: PENGARUH WAKTU KRISTALISASI Oleh: Oni Saputro / 1409 100 077 Pembimbing: Drs. Djoko Hartanto, M.Si. Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc. MFI (IZA)
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Etilendiaminopropil)-Trimetoksisilan). Perlakuan modifikasi ini diharapkan akan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adsorpsi ion logam Pb 2+, Cr 3+ dan Cu 2+ pada Abu Sekam Padi yang diimobilisasi dengan EDAPTMS (3- Etilendiaminopropil)-Trimetoksisilan).
Lebih terperinciStudi Efek Pendadah Berbagai Asam dan Temperatur Terhadap Konduktivitas Polibenzidin. Oleh : Agus salim Suwardi
Studi Efek Pendadah Berbagai Asam dan Temperatur Terhadap Konduktivitas Polibenzidin Oleh : Agus salim Suwardi Pendahuluan Polimer elektroaktif telah menjadi objek penelitian yang menarik bagi kalangan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA
LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 17 Oktober 2013 Nama Mahasiswa : 1. Nita Andriani Lubis 2. Ade Sinaga Tujuan Praktikum : Teori 1. Mengetahui pembuatan
Lebih terperinci4 Pembahasan Degumming
4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif
Lebih terperinciBAB 3 RANCANGAN PENELITIAN
BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: 1. Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan, waktu pemanasan dan lama pengadukan.
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUJIAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) Pengujian struktur kristal SBA-15 dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction dan hasil yang di dapat dari pengujian
Lebih terperinciBAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat
BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),
Lebih terperinciPENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA
Laporan Akhir Tesis LOGO PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Disusun Oleh: M. Furoiddun Nais 2309201016 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Gede Wibawa, M.Eng
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini salah satu jenis material aplikasi yang terus dikembangkan adalah komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan atau lebih
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang
Lebih terperinciBab 4 Data dan Analisis
Bab 4 Data dan Analisis 4.1 Hasil XRD Pada penelitian ini dilakukan analisa dengan menggunakan XRD, serbuk yang dihasilkan lewat proses auto-combustion dan telah dikalsinasi dianalisa dengan XRD untuk
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penentuan Kadar Air Pada pengukuran inframerah dari pelumas ini bertujuan untuk membandingkan hasil spektra IR dari pelumas yang bebas air dengan pelumas yang diduga memiliki
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA. Oleh STEFANI KRISTA BP :
SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA Oleh STEFANI KRISTA BP : 0910412029 JURUSAN S1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih
Lebih terperinciBAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar
Kimia XI SMA 179 BAB 6 Larutan Penyangga Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian larutan penyangga dan komponen penyusunnya. 2. Merumuskan persamaan
Lebih terperinciSINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI
SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI EL INDAHNIA KAMARIYAH 1109201715 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinci