BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Industri Definisi Kualitas Kualitas merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi konsumen ketika memilih suatu produk atau jasa tertentu. Dengan demikian, kualitas dari produk atau jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi tingkat perkembangan dan kemajuan perusahaan tersebut. Tinggi rendahnya suatu kualitas pada produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan akan berhubungan langsung dengan kepuasan konsumen (Gygi, 2005, p8-9). Menurut Vincent Gaspersz, kualitas memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung pada bidang penerapannya. Pada bidang industri, kualitas dapat didefinisikan dalam dua cara yaitu secara konvensional dan secara strategik. Kualitas yang didefinisikan ssecara konvensional biasanya berhubungan dengan karakteristik dari suatu produk, seperti performance, reliability, kemudahan dalam penggunaan, estetika, dan lain sebagainya. Sedangkan kualitas yang didefinisikan secara strategik maksudnya adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen. Definisi dari kualitas sangatlah bervariasi, berikut adalah beberapa pengertian dari kualitas menurut para pakar kualitas (Ariani, 2004, p3): Menurut Joseph M. Juran, kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan dan manfaatnya.

2 14 Menurut Vincent Gasperz, kualitas adalah konsistensi peningkatan dan penurunan variasi karakteristik produk, agar dapat memenuhi spesifikasi dan kebutuhan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal Menurut Deming, kualitas bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa mendatang. Menurut Feigenbaum, kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, di mana produk atau jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan Variasi Variasi merupakan perbedaan antara tindakan atau aktivitas tertentu dengan hasil yang ditargetkan (Fandy, 2004, p32). Variasi dapat terjadi di dalam proses, baik proses manufaktur maupun non-manufaktur. Variasi dapat terjadi karena terdapat proses-proses tidak konsisten sehingga produk yang dihasilkan tidak sama. Dan apabila variasi yang terjadi melewati batas-batas yang telah ditentukan, maka produk tersebut dianggap cacat. Perhitungan standar deviasi ( σ ) merupakan perhitungan pada statistik yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat variasi (penyimpangan) yang terjadi pada suatu proses yang diketahui dalam suatu populasi tertentu. Gaspersz (1998, p28-29) mengatakan bahwa variasi merupakan ketidakseragaman dalam sistem produksi atau operasional sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas

3 15 pada output (barang dan jasa) yang dihasilkan. Terdapat dua penyebab timbulnya variasi yaitu: 1. Variasi penyebab khusus (Special-Causes Variation) Variasi penyebab khusus adalah kejadian-kejadian di luar sistem yang mempengaruhi variasi dalam sistem. Sumber dari penyebab khusus ini biasanya adalah faktor-faktor seperti manusia, peralatan, material, lingkungan, dan metode kerja. Penyebab khusus ini mengambil pola-pola non-acak (non random patterns) sehingga dapat diidentifikasi/ditemukan sebab tidak selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga menimbulkan variasi. 2. Variasi penyebab umum (Common-Causes Variation) Variasi penyebab umum merupakan faktor-faktor di dalam sistem atau yang melekat pada proses yang menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya. Variasi ini sering disebut sebagai penyebab acak (random causes) atau penyebab sistem (system causes). Karena penyebab umum ini selalu melekat pada sistem, untuk menghilangkannya harus menelusuri elemen-elemen dalam sistem itu, dan hanya pihak manajemen yang dapat memperbaikinya (karena pihak manajemenlah yang mengendalikan sistem itu) Six Sigma Sejarah dan Perkembangan Six Sigma Pada awalnya, konsep Six Sigma di dalam dunia industri diperkenalkan dan dipergunakan pertama kali oleh salah satu perusahaan peralatan elektronik yang berbasis di Amerika Serikat, yaitu Motorola Incorporated pada tahun Pada saat itu Motorola

4 16 menghadapi kesulitan besar dan berada di dalam bahaya karena kemampuan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan tertinggal cukup jauh dari para pesaingnya, terutama perusahaan-perusahaan Jepang yang dapat menghasilkan produk dengan kualitas lebih baik dengan harga lebih murah. Setelah menyadari bahwa permasalahan utama pada perusahaan adalah buruknya kualitas produk-produk yang dihasilkan, maka Motorola melakukan penelitian dan pengembangan yang akhirnya membawa pada metodologi Six Sigma. Sampai pada tahun 1993, kebanyakan proses yang ada di Motorola sudah mencapai tingkat hampir 6 sigma. Dan setelah empat tahun menerapkan Six Sigma, penghematan yang diterima perusahaan mencapai $2,2 miliar. Untuk kesuksesannya menerapkan Six Sigma, Motorola mendapatkan Malcom Baldrige National Award pada tahun Karena kesuksesan implementasi metodologi Six Sigma di Motorola sangat signifikan, banyak perusahaan lain yang juga mengimplementasikan metodologi tersebut dan mendapatkan hasil yang serupa. Beberapa dari perusahaan-perusahaan tersebut antara lain adalah (Gygi, 2005, p12): General Electric meraih keuntungan sebesar $7 miliar dalam waktu lima tahun. Dupont menghemat sebesar $2,4 miliar dalam waktu empat tahun. Bank of America mempercepat waktu siklusnya sebesar dua kali lipat dan mengurangi jumlah eror secara signifikan dalam prosesnya. Honeywell menghemat sebesar $2 miliar pada biaya langsung.

5 Pengertian Six Sigma Six Sigma merupakan suatu implementasi dari prinsip-prinsip kualitas dan teknik yang sangat efektif dan terfokus. Dengan menggabungkan elemen-elemen kualitas yang telah ada sebelumnya, Six Sigma bertujuan untuk mengeliminasi segala kesalahan yang terjadi dalam suatu proses (Pyzdek, 2003, p3). Sigma merupakan huruf ke-18 dari alphabet Yunani yang digunakan oleh para statistikawan untuk mengukur variasi pada suatu proses. Kinerja dari suatu perusahaan diukur dengan menggunakan sigma level dari proses bisnisnya. Seiring dengan berjalannya waktu, Six Sigma telah menjadi suatu terminologi yang digunakan untuk mendefinisikan beberapa konsep (Gygi, 2005, p9), di antaranya adalah: Six Sigma merupakan suatu metodologi pemecahan masalah yang digunakan untuk meningkatkan performance bisnis dan organisasi. Performance Six Sigma merupakan suatu proses yang menghasilkan 3,4 cacat untuk setiap satu juta kesempatan. Six Sigma improvement merupakan hasil dari suatu bisnis atau proses yang ditingkatkan secara signifikan, biasanya sebesar 70% atau lebih. Six Sigma deployment merupakan penerapan metodologi Six Sigma dalam suatu perusahaan.

6 Six Sigma dari Sudut Pandang Statistik Secara statistik, Six Sigma ditandai dengan nilai 3,4 DPMO (Defect Per Million Opportunities) yang berarti bahwa hanya terdapat 3,4 defect dalam sejuta kesempatan atau 99,99966% dari apa yang diharapkan ada di produk tersebut (Gygi, 2005, p23). Skala sigma merupakan alat pengukuran universal untuk mengukur seberapa baik kinerja suatu karakteristik yang kritikal bila dibandingkan terhadap kebutuhannya. Semakin tinggi nilai sigmanya, maka semakin baik pula kinerja suatu karakteristik. Berikut adalah tabel skala sigma (Gygi, 2005, p23): Tabel 2.1 Skala Sigma Sigma Persentasi Defect Defects per Million 1 69 % % ,7 % ,62 % ,023 % ,00034 % 3,4 Konsep Six Sigma yang dikembangkan oleh Motorola berbeda dengan konsep distribusi normal yang tidak memberikan kelonggaran akan pergeseran. Pada konsep Six Sigma Motorola terdapat pergeseran 1,5 sigma dari nilai target. Nilai pergeseran ini diperoleh dari hasil penelitian Motorola atas proses dan sistem industri. Berdasarkan data-data historis selama bertahun-tahun, diperoleh bahwa proses yang terdapat pada perusahaan selalu mengalami pergeseran (drift) nilai tengah (mean) sebesar 1,5σ setiap

7 19 tahunnya. Pergeseran ini disebut sebagai Long Term Dynamic Mean Variation. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa suatu proses industri (terutama mass production) tidak akan 100% berada pada satu titik nilai target, tetapi akan ada pergeseran sebesar rata-rata 1,5 sigma dari nilai tersebut (Gygi, 2005, p24). Pada perhitungan distribusi normal biasa, nilai 3,4 DPMO hanya menghasilkan 4,5σ dan bukan 6σ seperti seharusnya. Jumlah kecacatan yang diperbolehkan dalam Six Sigma menurut distribusi normal adalah 2 DPBO (Defect Per Billion Opportunities). Sedangkan Dengan pergeseran nilai sesuai dengan konsep Motorola, untuk tingkat 6 sigma akan diperoleh nilai DPMO sebesar 3,4 per satu juta kesempatan. Dibawah ini adalah tabel konversi nilai sigma dengan 1,5 shift (Gygi, 2005, p ): Tabel 2.2 Perbandingan True Six Sigma dengan Motorola s Six Sigma True 6-Sigma Process (Normal Distribution Centered) Batas Persentase DPMO Spesifikasi yang (kegagalan/cacat (LSL USL) memenuhi per sejuta spesifikasi kesempatan) (LSL USL) 1-Sigma 68,27% Sigma 95,45% Sigma 99,73% Sigma 99,9937% 63 5-Sigma 99,999943% 0,57 6-Sigma 99, % 0,002 Motorola's 6-Sigma Process (Normal Distribution Shifted 1,5-Sigma) Batas Persentase DPMO Spesifikasi yang (kegagalan/cacat (LSL USL) memenuhi per sejuta spesifikasi kesempatan) (LSL USL) 1-Sigma 30,8538% Sigma 69,1462% Sigma 93,3193% Sigma 99,3790% Sigma 99,9767% Sigma 99,99966% 3,4

8 Penerapan Six Sigma Dalam penerapan Six Sigma, terdapat 8 (delapan) tahap dasar, yaitu identifikasi (identify), definisi (define), pengukuran (measure), analisis (analyze), perbaikan (improve), kontrol (control), standar (standardize) dan integrasi (integrate). Inti dari strategi ini adalah tahap Measure-Analyze-Improve-Control. Namun, tahap definisi sering dimasukkan ke dalam inti strategi Six Sigma, sehingga tahapannya menjadi Define- Measure-Analyze-Improve-Control. Tahapan ini dilakukan secara berulang dan membentuk siklus peningkatan kualitas Six Sigma seperti dilihat pada gambar berikut: Define Control Measure Improve Analyze Gambar 2.1 Siklus DMAIC Critical To Quality (CTQ) Critical To Quality (CTQ) merupakan ketentuan-ketentuan yang diinginkan oleh pelanggan terhadap suatu produk atau jasa. CTQ merupakan karakteristik kualitas yang ditetapkan seyogyanya berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik pelanggan, yang diturunkan secara langsung dari persyaratan-persyaratan output dan pelayanan (Gaspersz, 2002, p73).

9 Tools yang Digunakan dalam Six Sigma Berikut ini adalah beberapa tools yang digunakan dalam menjalankan suatu proyek Six Sigma: Diagram SIPOC Diagram SIPOC merupakan suatu teknik diagram alir yang membantu dalam mengidentifikasikan proses-proses yang memiliki pengaruh terbesar pada kepuasan konsumen (Pzydek, 2003, p67-p68). SIPOC merupakan singkatan dari Supplier Input Process Output Customer dan didefinisikan sebagai berikut (Gygi, 2005, p247): Supplier adalah sistem, orang-orang, organisasi atau sumber lain untuk material, informasi, dan sumber daya lainnya yang ditransformasikan dalam suatu proses tertentu. Input adalah material, informasi, dan sumber daya lainnya yang disediakan oleh supplier dan ditransformasikan dalam suatu proses tertentu. Process merupakan suatu kumpulan langkah dan aktivitas yang mentransformasikan input menjadi output. Output merupakan suatu produk atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses dan digunakan oleh konsumen. Customer adalah orang-orang, perusahaan, sistem, atau proses-proses lain yang menerima output dari proses tertentu.

10 22 Gambar 2.2 Contoh Diagram SIPOC Peta Kontrol (Control Chart) Pembuatan peta kontrol bertujuan untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus (special-causes variation) dan variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (common-causes variation). Dengan pembuatan peta kontrol, manajemen dapat memperoleh informasi mengenai halhal seperti (Pzydek, 2003, p ): Karakteristik operasi proses dari waktu ke waktu. Variasi penyebab umum yang dapat diharapkan pada proses. Apakah variasi penyebab umum memenuhi spesifikasi. Kehadiran variasi penyebab khusus. Terdapat berbagai macam peta kontrol. Pemilihan peta kontrol didasarkan pada tipe data yang ada. Dalam konteks pengendalian proses statistik, terdapat jenis data, yaitu (Pzydek, 2003, p ):

11 23 Data variabel (variables data); adalah data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. Data atribut (attributes data); merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Berdasarkan kedua tipe data tersebut, terdapat dua jenis peta kontrol yaitu peta kontrol untuk data variabel dan peta kontrol untuk data atribut. Dibawah ini adalah jenisjenis peta kontrol berdasarkan tipe data (Pzydek, 2003, p418): 1. Peta kontrol untuk data variable. - Peta kontrol x dan R; menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam ukuran titik pusat (central tendency) atau rata-rata dari suatu proses serta dan dalam ukuran variasi yang berkaitan dengan perubahan homogenitas produk yang dihasilkan melalui suatu proses. - Peta kontrol x dan MR; diterapkan pada proses produksi yang sangat lama dan menggunakan 100% inspeksi. 2. Peta kontrol untuk data atribut. - Peta kontrol p; digunakan untuk mengukur proprosi ketidak sesuaian atau penyimpangan yang sering disebut sebagai cacat dari item produk yang dihasilkan dalam suatu proses.

12 Peta Kontrol P Untuk Proses Produksi UCL= Proporsi Keterlambatan _ P= LCL = Minggu ke Tests performed with unequal sample sizes Gambar 2.3 Contoh Gambar Peta Kontrol P - Peta kontrol np; merupakan peta kontrol yang hampir sama dengan peta kontrol p, kecuali bahwa dalam peta kontrol np tidak terjadi perubahan skala pengukuran. - Peta kontrol c; diterapkan pada kasus-kasus di mana toleransi atas kelemahan satu atau beberapa titik spesifik yang tidak memenuhi syarat namun tidak mempengaruhi fungsi dari item yang diperiksa. - Peta kontrol u; mengukur banyaknya ketidak sesuaian dalam periode pengamatan tertentu yang mungkin memiliki ukuran contoh atau sampel item yang diperiksa. Berikut adalah hierarki dalam pemilihan jenis peta kendali (Pzydek, 2003):

13 25 Gambar 2.4 Hierarki Pemilihan Jenis Peta Kendali Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat atau yang biasa dikenal sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram) atau diagram Ishikawa (Ishikawa s diagram) diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa. Diagram sebab akibat merupakan diagram berbentuk tulang ikan yang menunjukkan semua kemungkinan kemungkinan variabel yang dapat mempengaruhi output dari suatu proses (Gygi, 2005, p 321). Diagram sebab akibat dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan berikut: Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah. Membantu pencarian fakta lebih lanjut tentang masalah. Merupakan alat untuk mengumpulkan ide atau input-input kelompok yang merupakan metode dasar dari brainstorming terstruktur.

14 26 Dengan mengelompokkan penyebab-penyebab yang mungkin, maka kelompok dapat memikirkan banyak kemungkinan daripada hanya memfokuskan pada beberapa area tipikal. Membantu dalam identifikasi beberapa penyebab yang paling berpengaruh dalam terjadinya cacat. Dibawah ini adalah contoh bentuk diagram sebab akibat: Gambar 2.5 Diagram Sebab Akibat Analytical Hierarchy Process (AHP) M odel AHP diperkenalkan pertama kali oleh Thomas L. Saaty pada tahun an (Rizky, 2005, p92). Model AHP merupakan suatu model pengambilan keputusan dan perencanan strategis. Ciri khas dari model ini adalah penentuan skala prioritas atas alternatif pilihan berdasarkan suatu proses analitis secara terstruktur atas variabel keputusan. Langkah langkah perhitungan model AHP adalah:

15 27 Menentukan tujuan (level 1), kriteria (level 2), dan alternative (level 3) dari suatu masalah. Gambar 2.6 Skema Pemilihan Pada AHP Menentukan peringkat kriteria untuk matriks alternative yang dipilih menurut derajat kepentingan. Dalam menentukan skala prioritas, terdapat sembilan derajat kepentingan dalam AHP yaitu:

16 28 Tabel 2.3 Derajat Kepentingan dalam AHP Intensitas Keterangan Penjelasan Kepentingan 1 Equally Preferred Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama terhadap tujuan 2 Equally to moderately preferred Antara equally dan moderately 3 Moderately preferred Pengalaman dan penilaian memberikan nilai tidak jauh berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya 4 Moderately to strongly preferred Antara moderately dan strongly 5 Strongly preferred Penilaian memberikan nilai kuat berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya 6 Strongly to very strongly preferred Antara strongly dan very strongly 7 Very strongly preferred Satu aktivitas sangat lebih disukai dibandingkan aktivitas lainnya 8 Very strongly to extremely preferred Antara very strongly dan extremely 9 Extremely preferred Satu aktivitas menempati urutan tertinggi dari aktivitas lainnya.

17 29 Menentukan peringkat untuk masing-masing matriks kriteria yang dipilih menurut derajat kepentingan. Mengalikan matriks kriteria dan matriks alternative yang didapat untuk menghasilkan priority vector sehingga bisa mendapatkan keputusan yang baik. Melakukan perhitungan konsistensi untuk mengetahui kekonsistenan hasil yang didapat dengan cara: o Menentukan Weighted Sum Vector: didapat dengan cara mengalikan row average dengan matriks awal. o Menentukan consistency vector: didapat dengan cara membagi weighted sum vector dengan row average. o Menghitung Lambda dan Consistency Index CI = λ n n 1 Di mana: λ = Lambda n = Jumlah faktor o Menghitung Consistency Ratio CI CR = RI Di mana: CI = Consistency Index RI = Random Index yang didapat dari tabel

18 30 Berikut adalah tabel Random Index: Tabel 2.4 Tabel Random Index N RI ,58 4 0,9 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1, ,49 Hasil yang konsisten adalah apabila nilai CR lebih kecil dari pada 0,1. Apabila nilai CR lebih besar dari 0,1, maka hasil yang didapat harus dievaluasi ulang karena tidak konsisten Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) FMEA pertama kali dibuat pada tahun 1960-an, yang kemudian digunakan untuk standar militer M il-std-1629a. FM EA dilakukan untuk mengetahui kemungkinankemungkinan kegagalan yang ada, efeknya terhadap suatu sistem, kemungkinan bagi

19 31 kegagalan itu untuk terjadi, dan probabilitas kegagalan itu bisa terjadi tanpa diketahui (Pzydek, 2003, p596). Terdapat dua pendekatan dalam pembuatan FMEA yaitu (Pzydek, 2003, p596 p 597): Pendekatan hardware: pendekatan ini mencatat setiap perangkat keras yang ada dan menganalisa kemungkinan kegagalannya. Pendekatan FMEA ini biasanya digunakan pada proyek produk DFSS. Pendekatan fungsional: pendekatan ini melihat output-output yang didapat dari melakukan fungsi-fungsi tertentu. Output-output ini dicatat dan kemungkinan kegagalannya dianalisa. Pendekatan FMEA ini adalah pendekatan yang paling sering digunakan pada proyek DMAIC maupun DMADV yang meliputi perbaikan dari proses-proses atau sistem yang kompleks. Definisi berbagai terminologi dalam FMEA adalah sebagai berikut (Pzydek, 2003, p596 p 597): 1. Akibat potensial adalah akibat yang dirasakan atau dialami oleh pengguna akhir. 2. Potential Failure Mode adalah penyebab kegagalan kegagalan atau penyebab kecacatan yang mungkin terjadi 3. Potential Failure Effect adalah efek-efek yang terjadi karena kegagalan tersebut. 4. Potential Causes adalah kemungkinan penyebab terjadinya potential failure. 5. Severity adalah penilaian tentang seberapa signifikan efek dari kegagalan yang terjadi terhadap konsumen. Penilaian untuk Severity dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Pzydek, 2003, p ):

20 32 Tabel 2.5 Tabel Penilaian untuk Severity Rating Severity 1 Minor. Konsumen tidak akan mengetahui efek yang diakibatkan, atau konsumen akan menganggapnya tidak terlalu penting. 2 Konsumen akan mengetahui efek yang diakibatkan oleh cacat. 3 Konsumen akan merasa terganggu terhadap efek yang diakibatkan dan kinerja akan melemah. 4 Ketidakpuasan konsumen karena melemahnya kinerja. 5 Produktivitas konsumen akan melemah. 6 Konsumen akan komplain. Biasanya output yang dihasilkan akan perlu untuk diperbaiki atau dikembalikan. Biaya internal akan naik (scrap, rework, dan lain-lain). 7 Kritikal. Loyalitas konsumen akan melemah. Operasi internal akan sedikit terpengaruh oleh efek yang diakibatkan 8 Hilangnya goodwill konsumen. Operasi internal sangat terganggu. 9 Keselamatan konsumen atau karyawan terganggu. 10 Sangat Buruk. Konsumen maupun karyawan terancam bahaya tanpa warning. Pelanggaran dari ketentuan pekerjaan ataupun hukum.

21 33 6. Occurrence (O) adalah penilaian tentang seberapa sering penyebab kegagalan atau penyebab cacat ini akan terjadi. Penilaian untuk Occurrence dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Pzydek, 2003, p ): Tabel 2.6 Tabel Penilaian untuk Occurrence Rating Occurrence 1 Kemungkinan terjadi sangat kecil. 2 Failure rate yang terdokumentasi rendah. 3 Failure rate yang tidak terdokumentasi rendah. 4 Kegagalan terjadi dari waktu ke waktu. 5 Failure rate yang terdokumentasi sedang. 6 Failure rate yang tidak terdokumentasi sedang. 7 Failure rate yang terdokumentasi tinggi. 8 Failure rate yang tidak terdokumentasi tinggi. 9 Kegagalan sangat sering terjadi 10 Kegagalan hampir selalu terjadi. 7. Detectability (D) adalah penilaian tentang seberapa mungkin sistem akan mengetahui penyebab kegagalan ketika terjadi. Penilaian untuk Detectability dapat dilihat pada tabel di bawah ini, di mana p adalah probabilitas dari suatu kegagalan untuk tidak diketahui (Pzydek, 2003, p ):

22 34 Tabel 2.7 Tabel Penilaian untuk Detectability Rating Detectability 1 Hampir selalu diketahui sebelum diterima oleh konsumen. (p 0) 2 Kemungkinan untuk tidak diketahui sebelum diterima oleh konsumen sangat rendah. (0<p 0,01) 3 Kemungkinan untuk tidak diketahui sebelum diterima oleh konsumen rendah. (0,01<p 0,05) 4 Biasanya diketahui sebelum diterima oleh konsumen. (0,05<p 0,20) 5 Mungkin diketahui sebelum diterima oleh konsumen. (0,20<p 0,50) 6 Terkadang tidak diketahui sebelum diterima oleh konsumen. (0,50<p 0,70) 7 Kemungkinan besar tidak diketahui sebelum diterima oleh konsumen. (0,70<p 0,90) 8 Kemungkinan untuk dapat diketahui sebelum diterima oleh konsumen buruk. (0,90<p 0,95) 9 Kemungkinan untuk dapat diketahui sebelum diterima oleh konsumen sangat buruk. (0,95<p 0,99) 10 Pasti tidak akan diketahui sebelum diterima oleh konsumen. (p 1)

23 35 8. Risk Priority Number (RPN) merupakan hasil perkalian antara severity, detectibility dan occurrence. 9. Recommended Action adalah usulan-usulan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kegagalan-kegagalan atau cacat yang mungkin terjadi Sistem Informasi Manajemen Pengertian Sistem Menurut Mathiasen (2000, p3) sistem adalah sebuah kumpulan komponen yang mengimplentasi model dari requirement, functions dan interface. Menurut O Brien (2006, p24) sistem merupakan kumpulan komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama mencapai suatu tujuan dengan menerima input dan mentransformasikannya untuk menghasilkan output. Sedangkan menurut Mulyadi (2001, p5) sistem merupakan suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen atau jaringan yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama Pengertian Data Menurut McLeod (2004, p9) data terdiri dari fakta- fakta dan angka-angka yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai.

24 36 Menurut O Brien (2006, p28) data merupakan bahan mentah dari sistem informasi. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa data adalah faktafakta mentah yang tidak memiliki arti Pengertian Informasi Menurut O Brien (2006, p20) informasi adalah data yang telah dikonversi sehingga menjadi berarti dan berguna untuk pemakai. McLeod (2004, p10) mengatakan bahwa informasi merupakan data yang telah diproses atau memiliki arti. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa informasi merupakan data yang telah diproses sehingga memiliki arti yang berguna bagi organisasi atau perusahaan untuk menghasilkan keputusan Pengertian Sistem Informasi Menurut McLeod (2004, p19) sistem informasi adalah sekumpulan komponenkomponen terintegrasi dan mengimplementasikan model dari requirement, function dan interface yang bekerja untuk mencapai tujuan tertentu dengan menerima data sebagai input dan memprosesnya sehingga menjadi output yang mempunyai arti bagi penerimanya. Menurut O Brien (2006, p6) sistem informasi adalah penggabungan dari manusia, hardware, software, jaringan komputer, dan sumber data yang mengumpulkan, mentransformasikan, dan menyebarkan informasi di dalam suatu organisasi.

25 37 Menurut O Brien (2006, p26) Sistem Informasi terdiri dari lima komponen yaitu: Manusia: Manusia diperlukan dalam operasi Sistem Informasi. Manusia terbagi atas: o End users: Orang yang menggunakan sistem informasi. Contoh: pelanggan, manager. o IS Specialist: Orang yang mengembangkan dan mengoperasik sistem informasi. Contoh: system analyst, software developers, dan system operators. Hardware: Perangkat-perangkat yang digunakan dalam memproses informasi. Contoh: - Sistem komputer: Contohnya microcomputer, dan laptop. - Pendukung komputer: Contohnya keyboard, mouse, dan printer. Software: Merupakan program atau prosedur yang digunakan dalam menjalankan sistem. Contoh : o System software: Program dalam suatu sistem yang mengkontrol dan mendukung proses operasional. o Application software: Program yang berhubungan dengan pemprosesan data oleh end user. Contoh: program analisis penjualan, dan demand. o Prodecures: Instruksi operasi untuk orang yang menggunakan sistem informasi. Contoh: prosedur entri data.

26 38 Data: Bahan mentah dalam sistem informasi. Contoh: deskripsi produk, data pelanggan, data pemasok, dan data karyawan. Network: Teknologi komunikasi dan jaringan Pengertian Sistem Informasi Manajemen Menurut O Brien (2006, p328) sistem informasi manajemen merupakan satu dari tipe sistem informasi yang dikembangkan untuk mendukung pembuatan keputusan manajerial. Menurut Mulyadi (2001, p30) sistem informasi manajemen merupakan manajemen perusahaan menjalankan bisnis perusahaan dengan menggunakan sistem informasi. Sedangkan menurut McLeod (2004, p10) sistem informasi manajemen adalah suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai yang serupa Object Oriented Analysis and Design (OOAD) Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) adalah metode analisa dan perancangan sistem yang berorientasi object (Mathiassen, 2000, p135). Object merupakan suatu entitas yang memiliki identitas, state dan behavior (Mathiassen, 2000, p4). Pada bagian analisa, identitas sebuah object dapat membedakanya dari object lain, dan behavior object merupakan event-event yang dilakukannya. Pada bagian perancangan, identitas sebuah object digambarkan dengan cara bagaimana object lain mengenalinya sehingga dapat diakses, dan behavior object digambarkan dengan

27 39 operation yang dapat dilakukan object tersebut yang dapat mempengaruhi object lain dalam sistem Objek dan Class Objek merupakan sebuah entitas yang memiliki identitas, status, dan perilaku (Mathiassen, 2000, p4). Contoh dari objek misalnya pelanggan yang merupakan entitas dengan identitas yang spesifik, dan memiliki status dan perilaku tertentu yang berbeda antara satu pelanggan dengan pelanggan yang lain. Sedangkan class merupakan deskripsi dari kumpulan objek yang memiliki struktur, pola perilaku, dan atribut yang sama (Mathiassen, 2000, p4). Untuk dapat lebih memahami objek, biasanya objek-objek tersebut sering digambarkan dalam bentuk class. Tiga buah konsep dalam proses analisa dan perancangan berorientasi objek adalah sebagai berikut: 1. Encapsulation Encapsulation merupakan suatu pengelompokkan fungsi. Pengelompokkan ini bertujuan agar tidak terjadi redundancy untuk suatu fungsi yang sama, sehingga cukup untuk memanggil fungsi yang telah dibuat sebelumnya. 2. Inheritance Inheritance adalah suatu class baru yang memiliki sifat-sifat dan karakteristikkarakteristik sama dengan class induknya. 3. Polymorphism Polymorphism adalah kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk menyediakan atribut dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.

28 40 Empat buah aktivitas utama dalam analisa dan perancangan berorientasi objek dapat dilihat pada gambar berikut ini (Mathiassen 2000, p14-15): Gambar 2.7 Aktivitas Utama dalam OOAD Pengertian System Definition Menurut Mathiassen (2000, p24) pengertian System Definition adalah deskripsi singkat dari sistem komputerisasi yang diungkapkan dengan bahasa sehari-hari Pengertian Rich Picture Menurut Mathiassen (2000, p26) Rich Picture adalah gambaran informal yang mengilustrasikan pengertian terhadap situasi dari sistem yang sedang berlangsung FACTOR Kriteria FACTOR terdiri dari enam elemen yaitu : Functionality: Fungsi dari sistem yang mendukung application domain

29 41 Application Domain: Bagian dari organisasi yang mengadministrasi, memantau, atau mengawasi sebuah problem domain. Conditions: Kondisi dimana sistem akan dikembangkan atau dijalankan. Technology: Teknologi yang digunakan untuk mengembangkan dan menjalankan sistem. Objects: Objek- objek pada probem domain. Responsibility: Tanggung jawab sistem secara keseluruhan Pengertian Problem Domain Problem domain merupakan bagian dari konteks yang diatur, diawasi atau dipantau oleh sistem. Analisis problem domain difokuskan pada informasi-informasi yang harus ditangani dan menghasilkan sebuah model yang merupakan gambaran dari kelas-kelas, objek-objek, struktur dan perilaku (behavior) yang ada dalam problem domain. Berikut ini adalah gambar aktivitas-aktivitas pada problem domain: Gambar 2.8 Aktivitas Analisis Problem Domain

30 Class Class merupakan gambaran atau definisi atau kumpulan objek yang mempunyai structure, behavioral pattern, dan atribut yang bersamaan (Mathiassen, 2000, p53). Objek adalah suatu entitas yang memiliki identitas, state dan behaviour. Event adalah kejadian yang melibatkan satu atau lebih objek Structure Structure merupakan kegiatan kedua dalam problem domain (Mathiassen, 2000, p69). Structure digunakan untuk mencari hubungan struktural antara kelas-kelas dan objek-objek dalam problem domain. Hasil dari kegiatan structure adalah class diagram. Class diagram adalah kumpulan dari kelas-kelas yang terhubung secara terstuktur. Menurut Mathiassen (2000, p73), terdapat dua tipe dari Object Oriented Structure yaitu: Class Structure merupakan suatu gambaran hubungan konseptual yang statis antar class, meliputi: o Generalization: Kelas umum (super class) yang menjelaskan property pada suatu kelompok kelas khusus (subclasses). Hubungan dalam generalization dapat dikatakan sebagai hubungan is-a, yang berarti subclass akan mempunyai attribute dan operation yang sama dengan superclass.

31 43 Person Customer Employee Gambar 2.9 Generalization Structure o Cluster: Kumpulan dari kelas-kelas yang saling berhubungan. Cluster digambarkan dengan notasi file folder yang di dalamnya terdapat kumpulan class yang berkaitan. Class-class dalam cluster yang sama dihubungkan dengan hubungan generalization ataupun aggregation, sedangkan class-class yang ada pada cluster yang berbeda dihubungkan dengan hubungan assosiation. <<cluster>> cars car engine passenger car Cylinder Taxi Gambar 2.10 Class Structure

32 44 Object Structure meliputi: o Aggregation: objek superior (keseluruhan) yang terdiri dari sejumlah objek inferior (sebagian). Hubungan Aggregation dirumuskan sebagai hubungan has-a atau is-part-of. Car Body Wheel Gambar 2.11 Agregation Structure Terdapat tiga tipe struktur dari aggregation, yaitu: Whole-part: Objek superior adalah jumlah dari objek inferior, jika dilakukan penambahan atau penghapusan objek inferior, maka akan mengubah objek superior. Container-content: Objek superior adalah container bagi objek inferior, jika melakukan penambahan maupun penghapusan objek inferior, tidak akan mengubah pokok objek superior. Union-member: Objek superior adalah objek inferior yang terorganisasi. Tidak akan terjadi perubahan pada objek superior apabila melakukan penambahan atau penghapusan objek inferior, akan tetapi ada batasannya. o Association: hubungan yang penting antara sejumlah objek. Hubungan association digambarkan sebagai garis yang menghubungkan class-class yang relevan.

33 45 Car 0..* 1..* Person Gambar 2.12 Association Structure Behaviour Kegiatan ketiga dalam problem domain adalah behaviour. Behaviour berguna untuk membuat model dinamis dari problem domain. Hasil dari kegiatan behaviour adalah statechart diagram. / Amount Deposited / Account Openend / Amount Closed State1 / Amount Withdrawn Gambar 2.13 Contoh Statechart Diagram Application Domain Analysis Application domain adalah fase desain untuk menggambarkan kegiatan yang mengatur, memonitor, atau mengendalikan problem domain. Analisis application domain memiliki tiga kegiatan, yaitu Usage, Function, dan Interface. Berikut adalah gambar kegiatan dalam application domain analysis:

34 46 Gambar 2.14 Aktivitas Analisis Application Domain Usage Usage merupakan kegiatan pertama yang bertujuan untuk menentukan bagaimana interaksi actor dengan sistem. Actor adalah abstraksi dari user yang terlibat dalam usecase. Sedangkan usecase merupakan interaksi antara sistem dengan actor di dalam application domain. Hasil dari usage adalah deskripsi dari semua use case dan actor. Berikut adalah contoh bentuk dari Use Case Diagram: Gambar 2.15 Contoh Use Case Diagram

35 Function Kegiatan selanjutnya dari analisis application domain adalah function. Function bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu sistem dalam memproses informasi. Function memfokuskan pada apa yang bisa dilakukan sistem untuk membantu actor dalam pekerjaan. Function mempunyai empat tipe, yaitu: Update function: Fungsi yang aktif ketika event dari problem domain dan menghasilkan perubahan dalam model state. Signal function: Fungsi yang aktif ketika perubahan di model state dan menghasilkan reaksi dalam konteks. Read function: Fungsi yang aktif ketika ada kebutuhan informasi oleh actor dalam melakukan tugas dan sistem akan menampilkan informasi yang diinginkan. Compute function: Fungsi yang aktif ketika adanya kebutuhan informasi oleh actor dalam melakukan tugas dan terdiri dari perhitungan sejumlah informasi Interface Kegiatan ketiga adalah interface, yang bertujuan untuk menentukan system interface. Interface digunakan oleh actor untuk berinteraksi dengan system. Aktifitas interface mempunyai tiga konsep yaitu: Interface: Fasilitas yang membuat model sistem dan fungsi dapat digunakan oleh actor. User interface: Interface untuk user.

36 48 System interface: Interface untuk sistem lain. Terdapat empat jenis pola user interface yaitu : Menu selection: Menampilkan pilihan-pilihan pada user interface. Form fill-in: Pola klasik untuk entri data. Command language: User memasukkan dan mengaktifkan perintah format sendiri. Direct manipulation: User memilih objek dan melaksanakan function atas objek dan melihat hasil dari interaksi tersebut. Hasil dari kegiatan interface adalah sebuah deskripsi elemen user interface dan system interface yang lengkap. Hasil dari kegiatan user interface berupa form presentasi dan dialoque style, daftar lengkap dari elemen user interface, diagram window terpilih, dan diagram navigasi. Sedangkan hasil dari system interface berupa class diagram untuk peralatan dan protocol eksternal untuk berinteraksi dengan sistem yang lain Sequence Diagram Menurut Bennet (2006, p252) Sequence diagram adalah bagian dari interaksi UML diagram, di mana interaksi ini menentukan pola komunikasi di antara sejumlah objek atau sistem yang berpartisipasi dalam satu kolaborasi. Interaksi ini dijelaskan oleh rangkaian pesan yang berurutan antara objek. Sequence diagram menggambarkan interaksi antara penyusunan atau perubahan objek dalam waktu yang berurutan. Sequence diagram dapat digambarkan dalam level

37 49 yang berbeda dari detail dan digunakan untuk menemukan maksud dalam beberapa tingkatan dalam pengembangan daur hidup. Setiap sequence diagram harus diberikan frame yang memiliki heading dengan menggunakan notasi sd yang merupakan kependekan dari sequence diagram. Terdapat beberapa notasi penulisan heading pada setiap frame yang terdapat dalam sequence diagram, antara lain: o Alt: adalah singkatan untuk alternatives yang menjelaskan terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk dijalankan. o Opt: adalah singkatan untuk optional dimana frame yang memiliki heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika syarat tertentu dipenuhi. o Loop: menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame tersebut dijalankan secara berulang. o Break:menyatakan bahwa semua operation yang berada setelah frame tersebut tidak dijalankan. o Par: adalah singkatan untuk parallel yang mengindikasikan bahwa operation dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan. o Seq: adalah singkatan untuk weak sequencing yang berarti operation yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada urutan manapun. o Strict: adalah singkatan untuk strict sequencing yang menyatakan bahwa operation harus dilakukan secara berurutan. o Neg: adalah singkatan untuk negative yang mendeskripsikan operasi yang tidak valid.

38 50 o Critical: notasi ini menyatakan bahwa operasi-operasi yang terdapat di dalamnya tidak memiliki sela yang kosong. o Ignore: Notasi ini menyatakan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan dapat diabaikan dalam interaksi. o Consider: Consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam interaksi. o Assert: adalah singkatan untuk assertion yang menyatakan urutan pesan yang valid. o Ref: adalah singkatan untuk refer yang menyatakan bahwa frame mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada sebuah sequence diagram tertentu.

39 51 Berikut adalah contoh gambar Sequence Diagram: Gambar 2.16 Contoh Sequence Diagram Architectural Design Menurut Mathiassen (2002, p173) keberhasilan suatu sistem ditentukan dari kekuatan desain arsitekturalnya. Arsitektur membentuk sistem yang sesuai dengan sistem tersebut dengan memenuhi kriteria desain tertentu. Arsitektur berfungsi sebagai kerangka

40 52 untuk pengembangan selanjutnya. Suatu arsitektur yang tidak jelas akan menghasilkan pekerjaan yang sia-sia. Terdapat tiga kegiatan dalam architectural design yaitu Criteria, Component Architecture, dan Process Architecture. Berikut adalah gambar kegiatan yang terdapat dalam architectural design: Gambar 2.17 Aktivitas Architectural Design Criteria Tujuan dari sebuah criteria adalah untuk mempersiapkan prioritas dari sebuah perancangan. Konsep utama pada criteria adalah: Criteria: Menentukan properti yang diinginkan dari sebuah arsitektur. Condition: Hal hal yang bersifat teknis, organisasional, kelebihan dan keterbatasan manusia yang terlibat dalam tugas Sebuah desain yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

41 53 Tidak mempunyai kelemahan. Syarat ini menyebabkan adanya penekanan pada evaluasi dari kualitas berdasarkan review dan eksperimen dalam menentukan prioritas dari criteria yang mengatur kegiatan pendesainan. Tabel dibawah ini adalah beberapa criteria yang digunakan dalam kegiatan mendesain objek

42 54 Tabel 2.8 Criteria Kriteria Usable Ukuran dari Kemampuan sistem untuk beradaptasi dengan organisasi, hubungan kerja, dan konteks secara teknis. Secure Pencegahan terhadap akses yang tidak dikehendaki terhadap data dan fasilitas lainnya. Efficient Eksploitasi secara ekonomis dari fasilitas-fasilitas technical platform. Correct Reliable Pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan. Pemenuhan atas ketepatan yang diperlukan dalam pengeksekusian suatu fungsi. Maintainable Testable Biaya penempatan dan perbaikan sistem yang rusak Biaya dari memastikan bahwa sistem yang dikembangkan akan sesuai dengan yang diharapkan. Flexible Biaya untuk memodifikasi sistem yang dikembangkan. Comprehensible Usaha yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu pemahaman tentang sebuah sistem. Reusable Kemampuan untuk menggunakan bagian sistem ke sistem lain yang berhubungan. Portable Interoperable Biaya pemindahan sistem ke technikal platform lainnya. Biaya menggabungkan sistem ke sistem lainnya.

43 55 Menyeimbangkan beberapa kriteria. Konflik sering terjadi antar kriteria, maka untuk menentukan kriteria mana yang diutamakan dan bagaimana cara untuk menyeimbangkannya dengan kriteria-kriteria yang lain bergantung pada situasi sistem tertentu. Usable, flexible, dan comprehensible. Kriteria-kriteria ini bersifat universal dan digunakan pada sebagian setiap proyek pengembangan sistem Component Architecture Component architecture adalah sebuah struktur sistem dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Pola dalam desain komponen arsitektur yang umum digunakan, yaitu: Layered architecture pattern: Pola ini adalah model klasik pada software. Layer arsitektur ini terdiri dari beberapa komponen yang ditunjuk sebagai layer. Layer menunjukkan component sedangkan panah menunjukkan dependencies yang berarti perubahan pada satu komponen akan mempengaruhi komponen yang lain. Arsitektur ini sangat berguna untuk membagi sistem ke dalam komponen-komponen <<component>> Layer i+1 <<component>> Layer 1 <<component>> Layer i- 1 Gambar 2.18 Layered Architecture Pattern

44 56 Generic Architecture Pattern: Pola ini digunakan dalam menguraikan sistem dasar yang terdiri dari komponen interface, function, dan model. Model component berada di layer yang paling bawah, kemudian dilanjutkan oleh function layer dan yang paling atas adalah interface. <<component>> Interface <<component>> User Interface <<component>> System Interface <<component>> Function <<component>> Model <<component>> Technical Plaform <<component>> UIS < <component>> DBS <<component>> F u nc ti on Gambar 2.19 Generic Architecture Pattern Client Server Architecture Pattern: Pola ini dibangun untuk mengatasi sistem yang terdistribusi di beberapa proses yang tersebar secara geografis. Arsitektur ini terdiri dari sebuah server dan beberapa client. Server memiliki kumpulan operation yang dapat digunakan oleh client. Client menggunakan server secara independen. Bentuk distribusi dari bagian sistem diputuskan antara client dan server. Identifikasi komponen, didalam perancangan sistem atau subsistem, pada umumnya dimulai dengan layer architecture dan client server architecture dimana keduanya merupakan

45 57 dua layer yang berbeda, tetapi saling melengkapi. Perbedaannya adalah layer architecture memberikan hierarchy discipline, sedangkan client server architecture merupakan ekspresi dari pemikiran jaringan. Dari component architecture ini akan menghasilkan class diagram dengan specification <<component>> Client 1 <<component>> Client 2 <<c omponent>> Client n <<component>> Server Gambar 2.20 Client server Architecture Pattern Terdapat dua macam metode berbeda dalam membagi komponen client dan server, yaitu: o Client dan server dianggap sebagai subsistem tunggal yang masing-masing memiliki komponen, yaitu user interface(u), function (F), dan model (M). o Atau masing-masing dapat dianggap sebagai layer berbeda dalam sistem yang sama.

46 58 Tabel 2.9 Form Distributed pada Client server architecture Client Server Architecture U U+F+M Distributed presentation U F + M Local presentation U + F F + M Distributed functionality U + F M Centralized data U + F + M M Distributed data Component Diagram merupakan diagram implementasi yang digunakan untuk menggambarkan arsitektur fisik dari software sistem. Diagram ini dapat menunjukkan bagaimana coding pemrograman terbagi menjadi komponen-komponen dan juga menunjukkan ketergantungan antar komponen tersebut (Whitten, 2004, p442). Berikut adalah contoh gambar untuk Component Diagram: Gambar 2.21 Contoh Component Diagram

47 Process Architecture Process Architecture adalah suatu struktur sistem eksekusi yang terdiri dari proses-proses yang saling tergantung. Hasilnya adalah deployment diagram. Pada aktivitas ini, terdapat 3 jenis pola distribusi, yaitu: o Centralized Pattern: Pola ini menyimpan semua data pada server pusat dan user hanya bisa melihat user interface saja. Keuntungan dari pola ini adalah dapat diimplementasikan pada client secara murah, semua data konsisten karena hanya berada di satu tempat saja, strukturnya mudah. : : Cl ient User Interface System Interface more clients. : Server user Interface System interface Function Model Gambar 2.22 Centralized Pattern o Distributed Pattern: Pada pola ini, semua terdistribusi ke user atau client dan server hanya menyebarkan model yang telah di-update di antara client. Keuntungan utama pada model ini adalah waktu akses yang rendah, sehingga

48 60 tidak terjadi kemacetan jaringan, kinerja lebih maksimal, dan back-up data banyak. Kerugian dalam pola ini adalah banyaknya data yang redundant sehingga konsistensi data terancam, kemacetan jaringan yang tinggi karena semua update harus disebar kepada semua client, kebutuhan teknis yang canggih, arsitekturnya lebuh sulit dimengerti dan diimplementasikan. _ : Clie nt user interface system interface function more clients model, : Server System_ interfac e Gambar 2.23 Distributed Pattern o Decentralized Pattern Client: Pola ini berada diantara kedua pola diatas. Pada pola ini client memiliki data tersendiri sehingga data umum hanya berada pada server. Server menyimpan data umum dan function atas data-data tersebut, sedangkan client menyimpan data yang merupakan milik bagian application domain client tersebut. Keuntungan pola ini adalah konsistensi

49 61 data, karena tidak ada duplikasi data antara client dengan client lain ataupun dengan server, lalu lintas jaringan jarang karena jaringan hanya digunakan ketika data umum di server di-update. Kekurangan pola ini adalah bahwa semua prosedur harus mampu melakukan fungsi yang kompleks dan memelihara model dalam jumlah besar, sehingga akan meningkatkan biaya hardware. :clie nt user _inter face system interface. more clients function. Model (local) :server Us er_ Interfa ce sy stem _inter face Func tion. M odel (common) Gambar 2.24 Decentralized Pattern Component Design Tujuan dari component design adalah untuk menentukan kebutuhan di dalam kerangka arsitektural. Berikut adalah gambar aktivitas yang terdapat pada component design:

50 62 Gambar 2.25 Aktivitas Component Design Model Component Model component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem domain. Hasil dari model component adalah restrukturisasi class diagram yang dibuat pada tahap analisis, terdiri dari penambahan class, attribute dan struktur baru yang menunjukkan events. Restrukturisasi class dapat terjadi pada : o Generalization: Jika terdapat dua class dengan attribute yang sama maka dapat dibentuk class baru (revised class). o Association: Jika terdapat hubungan many- to- many. o Embedded Iterations: Embedded Iterations merupakan embedded di dalam statechart diagram. Misalnya jika sebuah class terdapat statechart diagram yang mempunyai tiga iterative events, maka dapat membentuk tiga class di dalam perancangan model.

51 Function Component Function component adalah bagian dari sebuah sistem yang mengimplementasikan kebutuhan-kebutuhan fungsional. Tujuan dari Function component adalah untuk menunjukkan pengimplementasian dari functions. Hasilnya berupa class diagram dengan operations dan spesification dari operation yang kompleks.

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Angga Adhytiawan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pengendalian Kualitas Pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda SISTEM INFORMASI - TEKNIK INDUSTRI Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda SISTEM INFORMASI - TEKNIK INDUSTRI Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda SISTEM INFORMASI - TEKNIK INDUSTRI Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN KUALITAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu buku-buku, jurnal, dan sebagainya. Berikut ini dijabarkan teori yang mendasari penelitian. 2.1.Pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 25 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen atau pelanggannya. Faktor utama yang menentukan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah model yang menggambarkan sistem dan terdapat langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Diharapkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Tedy Chandra 0600657693

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mulyadi (2001, p2) Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan baik dibutuhkan suatu metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis yang harus dilakukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007 / 2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN PADA NOTEBOOK88

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kualitas dapat menjadi konsep yang berbeda bagi beberapa orang, pengertian kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kualitas dapat menjadi konsep yang berbeda bagi beberapa orang, pengertian kualitas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas 2.1.1. Definisi Kualitas Kualitas dapat menjadi konsep yang berbeda bagi beberapa orang, pengertian kualitas terus berevolusi seiring dengan pertumbuhan dan kedewasaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Putra Jaya Gemilang.

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Proses Operasi Menurut Sritomo (2003,p100) Peta Proses Operasi atau dikenal dengan Operation Chart akan menunjukkan langkah-langkah secara kronologis dari semua operasi inspeksi,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

Kelebihan Architecture layered: memecahkan layer menjadi bagian yang lebih kecil

Kelebihan Architecture layered: memecahkan layer menjadi bagian yang lebih kecil Kisi- kisi BINUS 2011 1. Jelaskan apa yg anda ketahui tentang Good Design? Desain yang baik memiliki sedikit kelemahan utama Sebuah desain yang baik bertujuan untuk mecapai properti yang bagus dan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi SI telah menjadi komponen yang sangat penting bagi keberhasilan bisnis dan organisasi. Menurut Hall (2008, p7), SI adalah sebuah rangkaian prosedur

Lebih terperinci

Bab 3. Landasan Teori

Bab 3. Landasan Teori Bab 3 Landasan Teori 3.1. Pengenalan Six Sigma Ada banyak pengertian mengenai six sigma, six sigma diartikan sebagai metode berteknologi canggih yang digunakan oleh para insinyur dan statistikawan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dokumen ditulis di kertas dan informasinya ditulis memakai tinta baik

BAB 2 LANDASAN TEORI. dokumen ditulis di kertas dan informasinya ditulis memakai tinta baik BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori teori Dasar/Umum 2.1.1 Pengertian Dokumen Dokumen adalah sebuah tulisan yang memuat informasi. Biasanya, dokumen ditulis di kertas dan informasinya ditulis memakai tinta

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah memberikan garis-garis besar tahapan penelitian secara keseluruhan yang disusun secara sistematis sehingga pada pelaksanaannya, penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah adalah serangkaian urutan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI APLIKASI PENJUALAN JASA DAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 88 A B Analisis Sistem Berjalan Membuat Rich Picture dari sistem yang sedang berjalan Perancangan database

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang 127 BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI 4.1 The Task 4.1.1 Purpose Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang dimulai dari pendataan bahan yang baru, bahan masuk yang dimulai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Dalam ISO 9000:2005, kualitas didefinisikan sebagai kumpulan dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut merupakan diagram alir tahapan penelitian untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Super Shop and Drive: Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 83 1 Aktivitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PIUTANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN UTANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS 195 LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS 1. The Task. Penjelasan ringkas dari latar belakang dan hubungan dokumen. 1.1 Purpose. Maksud keseluruhan dari proyek pengembangan sistem. 1.2 System Definition.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan 3.1.1. Studi Lapangan Pada tahap awal ini yang dilakukan adalah pengamatan langsung terhadap perusahaan dan juga untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar 261 Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar e) Form Historis BB Bulanan Form ini merupakan form yang menampilkan data bahan baku keluar, tetapi data akan dikelompokkan dalam kurun waktu bulanan. Sehingga dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 78 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah produk unit karoseri yang pernah diproduksi oleh PT. Karyatugas Paramitra dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ABSTRAK

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ABSTRAK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Sistem Informasi Teknik Industri Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2005/2006 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI BONDING TEST UNTUK MEMBANTU

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Six Sigma 3.1.1. Sejarah dan Perkembangan Six Sigma Pada awalnya, konsep Six sigma di dalam dunia industri diperkenalkan dan dipergunakan pertama kali oleh salah satu perusahaan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN PADA PT KEBAYORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Sistem informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Informasi ini kemudian

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Informasi ini kemudian BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Gelinas et al. (2005, p.15), Sistem Informasi Akuntansi adalah subsistem dari sistem informasi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi Dalam melakukan analisis sistem informasi untuk pembuatan sistem penjualan yang menjadi topik skripsi ini, dibutuhkan pemahaman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Whitten et al (2004, p12), Information system is an arrangement of

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Whitten et al (2004, p12), Information system is an arrangement of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut Whitten et al (2004, p12), Information system is an arrangement of people, data, processes, and information technology that interact to collect,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Makna penelitian secara sederhana ialah bagaimana mengetahui sesuatu yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur yang sistematis. Proses sistematis ini tidak lain adalah

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh. Marius

SKRIPSI. oleh. Marius ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PERSEDIAAN PADA PT CIPTA SUMBER SEJAHTERA SKRIPSI oleh Marius 1100042622 PROGRAM GANDA SISTEM INFORMASI DAN AKUNTANSI UNIVERSITAS BINA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 PENERAPAN METODE SIX SIGMA DAN DUKUNGAN SISTEM INFORMASI DI PT DANKOS LABORATORIES

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Sistem Informasi Menurut Bodnar dan Hopwood yang diterjemahkan oleh Jusuf dan Tambunan (2000, p4), sistem informasi adalah penggunaan teknologi komputer dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Agar penelitian berjalan dengan lebih terarah dan sistematis, maka digunakan flowchart sebagai pedoman dalam setiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Johan Kesuma Harsa

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Dalam menghasilkan suatu produk yang baik tentunya akan memperhatikan faktor kualitas, karena berhubungan dengan kepercayaan dan kepuasan konsumen dalam membeli

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang mendukung metode penelitian pada penulisan skripsi ini. Teori yang akan dijelaskan adalah teori-teori yang digunakan penulis dalam pengolahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Perumusan masalah dan Pengambilan Keputusan Model perumusan masalah dan pengambilan keputusan yanag digunakan dalam skripsi ini dimulai dengan melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 PENGENDALIAN KUALITAS 2.1.1 Pengertian Kualitas Keistimewaan atau keunggulan suatu produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan. Salah satunya dapat dilihat dari sisi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah & Pengertian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kriteria dan Analisis Multikriteria Dalam proses pengambilan keputusan dibutuhkan adanya kriteria sebelum memutuskan suatu alternatif pilihan. Kriteria digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1. Skema Metodologi Penelitian 119 Gambar 3.2. Skema Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data 120 Gambar 3.3. Skema Metode Analisa Sistem Informasi (lanjutan 1) 121

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA 4.1. The Task 4.1.1. Purpose Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung kegiatan dari setiap pengguna

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Contoh suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI. terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Contoh suatu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Manajemen 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut McLeod (2001, p11) system merupakan sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu kegiatan operasionalnya dan membantu perusahaan dalam mengambil sebuah keputusan atas

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. suatu model pada Problem Domain. 2. Class Faktur Penjualan

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. suatu model pada Problem Domain. 2. Class Faktur Penjualan 199 BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI 4.1 Component Design 4.1.1 Model Component Berikut ini merupakan analisis terhadap classes dan behaioral pattern yang diperoleh pada tahap Problem Domain Analysis

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 82 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Model dalam perumusan masalah dan pengambilan keputusan yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994)

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian kualitas Kualitas memiliki kaitan yang sangat erat dengan dunia perindustrian, baik industri barang maupun jasa. Definisi dari kualitas sendiri bermacam-macam, karena

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2 PENGANTAR RUP & UML Pertemuan 2 PENGANTAR RUP Rational Unified Process (RUP) atau dikenal juga dengan proses iteratif dan incremental merupakan sebuah pengembangan perangkat lunak yang dilakukan secara

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENDUKUNG PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA PROCESS IMPROVEMENT PADA PT. KABELINDO MURNI TBK

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENDUKUNG PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA PROCESS IMPROVEMENT PADA PT. KABELINDO MURNI TBK ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENDUKUNG PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA PROCESS IMPROVEMENT PADA PT. KABELINDO MURNI TBK SKRIPSI oleh Revina Febriani 0900791225 PROGRAM GANDA TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Whitten, Bentley dan Dittmann (2004,p.12) sistem informasi adalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Whitten, Bentley dan Dittmann (2004,p.12) sistem informasi adalah BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Informasi Menurut Whitten, Bentley dan Dittmann (2004,p.12) sistem informasi adalah sebuah susunan dari orang, data, proses data, dan teknologi informasi yang

Lebih terperinci

penelitian, maka berikut ini disertakan penjelasan secara terperinci dan menyeluruh mengenai sistematika model metodologi pemecahan masalah.

penelitian, maka berikut ini disertakan penjelasan secara terperinci dan menyeluruh mengenai sistematika model metodologi pemecahan masalah. Untuk lebih memahami langkah-langkah yang diambil dalam melakukan penelitian, maka berikut ini disertakan penjelasan secara terperinci dan menyeluruh mengenai sistematika model metodologi pemecahan masalah.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Sistem Informasi Manajemen Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Sistem Informasi Manajemen Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Sistem Informasi Manajemen Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Diagram alir untuk memecahkan permasalahan di PT. Krakatau Steel yang digunakan adalah sebagai berikut : Mulai Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Kualitas Kualitas dapat diartikan dalam banyak hal. Secara umum, kualitas adalah pemenuhan kebutuhan, harapan dan kepuasan pelanggan. Menurut Douglas C. Montgomery

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT. JATI DHARMA INDAH PLYWOOD INDUSTRIES SKRIPSI. oleh.

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT. JATI DHARMA INDAH PLYWOOD INDUSTRIES SKRIPSI. oleh. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT. JATI DHARMA INDAH PLYWOOD INDUSTRIES SKRIPSI oleh Delis 0800758782 PROGRAM GANDA SISTEM INFORMASI DAN AKUNTANSI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas memiliki pengertian yang luas, setiap sudut pandang yang mendefinisikannya pasti memiliki perbedaan. Sebagaian besar orang mempunyai konsep pemahaman

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN, PERSEDIAAN DAN PENJUALAN TUNAI PADA PT TRISATYA MITRA ABADI

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN, PERSEDIAAN DAN PENJUALAN TUNAI PADA PT TRISATYA MITRA ABADI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Ilmu Komputer Program Studi Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2004 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN, PERSEDIAAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Jurusan Sistem Informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil tahun 2007/008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Jurusan Sistem Informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil tahun 2007/008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Jurusan Sistem Informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil tahun 2007/008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 Herdyan Widarmanto 0600664894 ABSTRAK Sebagai penyedia komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI 22 BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Kualitas Kualitas secara singkat dapat diartikan sebagai standar yang dapat memuaskan harapan dari pelanggan. Namun, bagi orang produksi kualitas merupakan standar

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERS EDIAAN, PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT.METALINDO GUNATAMA SKRIPSI. Oleh.

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERS EDIAAN, PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT.METALINDO GUNATAMA SKRIPSI. Oleh. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERS EDIAAN, PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT.METALINDO GUNATAMA SKRIPSI Oleh Wilia Wijaya 0900828493 PROGRAM GANDA SISTEM INFORMASI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang

Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang L8 Gambar Window Laporan Fisik Persediaan L9 Gambar Window Laporan Status Persediaan L10 Gambar Window Laporan Management by Exception L11 L12 Descriptions

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Pengertian Sistem menurut Mathiassen serta James A O Brien: Menurut Mathiassen (2000, p9), sistem adalah sekumpulan komponen

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci