BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
|
|
- Fanny Harjanti Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Sejarah Umum Perusahaan PT Tirta Agung Wijaya (TAW) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pembuatan air minum dalam kemasan (AMDK). Dimulai pada tahun 2002, dengan nama PT Lestari. PT Lestari yang menjadi awal berdirinya perusahaan ini bermula dari ide pendirinya yang ingin membuat daur ulang air yang sangat bersih yang mana dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan. Oleh karena itu nama Lestari dipilih oleh pemiliknya, karena selain sebagai sebuah bisnis untuk menghasilkan profit, juga bertujuan untuk melestarikan lingkungan. Pada tahun 2006, PT Lestari berubah nama menjadi PT Sarana Sumber Tirta yang dalam bahasa Jawa Sumber Tirta berarti Sumber Air. Perubahan nama pada perusahaan ini dilakukan karena kembali lagi pada tujuan awal perusahaan sebagai perusahaan penyedia air terbesar di daerahnya yaitu Purbalingga, serta area Jawa Tengah dan ingin membuktikan dirinya bahwa perusahaan air ini akan menjadi salah satu perusahaan dengan sumber mata air dengan kualitas terbaik di daerahnya. Selanjutnya, sejak tahun 2008 hingga saat ini, perusahaan ini berubah nama menjadi PT Tirta Agung Wijaya, setelah dibeli oleh seorang pebisnis yang melihat potensi dan keunggulan industri ini apabila diolah dengan baik. Dari tahun 2002 sampai 2014, sudah banyak produk-produk yang dihasilakan oleh PT Tirta Agung Wijaya, diantaranya: YORA, BERTON, LAKON, MARVIN, ZAIDA, EZRO, dan ARION. Adapun beberapa nama produk yang melakukan mark loan dengan perusahaan, seperti: ALTIS, UFIA, dan NEW ALITA. Tetapi, dari semua produk yang dihasilkan oleh PT Tirta Agung Wijaya, sampai saat ini hanya 3 produk yang masih bertahan, yaitu: YORA, BERTON, dan LAKON. Perusahaan yang terletak di Desa Karanggambas RT 03/05, Kecamatan Padamara, Purbalingga, Jawa Tengah, sampai saat ini masih terus memproduksi air minum dalam kemasan gelas (cup) dan pada akhir tahun 37
2 38 ini, perusahaan akan berencana membuat air minum dalam kemasan botol untuk memperluas segmentasi pasar mereka Visi dan Misi Perusahaan Visi Menjadi perusahaan air minum dalam kemasan yang berkualitas dan terpercaya kepada masyarakat luas Misi 1. Memberikan produk air minum dengan mengutamakan kesehatan masyarakat. 2. Memberikan pelayanan terbaik yang dimiliki perusahaan. 3. Memberikan kepuasan kepada para pelanggan.
3 Struktur Organisasi Perusahaan S TRU KTUR ORG ANISAS I PT. T IRTA AG UNG W IJ AY A DIREKTUR WAKIL DIREKTUR I/II PRODUKSI QC ENGINEERING ADMINISTRASI & KEUANGAN HRD MARKETING TAX ADMIN ACCT SPV.PRODUKSI LOGISTIK/ GUDANG GENERAL CASHIER SECURITY PENGIRIMAN PLASTIK AMDK BAKU JADI COLLECTOR HR ADMIN OPERATOR ADMIN & QC OPERATOR ADMIN & QC HELPER HELPER CLEANING SERVICE DRIVER/KENEK SHIFT LEADER Gambar Struktur Organisasi Perusahaan Sumber: PT Tirta Agung Wijaya SHIFT LEADER
4 Produk yang Dihasilkan PT Tirta Agung Wijaya merupakan perusahaan industri manufaktur yang menghasilkan produk air minum dengan 2 macam kemasan, yaitu: 1. Air minum dalam kemasan cup Merek untuk air minum dalam kemasan cup pada PT Tirta Agung Wijaya diberi nama YORA. Segmentasi produk untuk semua kalangan masyarakat di area Jawa Tengah. Harga per karton berkisar antara Rp 12,000 sampai Rp 15,000 sesuai kesepakatan dengan perusahaan. 2. Air galon Merk untuk air galon pada PT Tirta Agung Wijaya diberi nama BERTON. Segmentasi produk untuk semua kalangan masyarakat di area Jawa Tengah, terutama ditujukan untuk perusahaan manufaktur (pabrik). Harga per galon berkisar antara Rp 9,000 sampai Rp 12,000 sesuai kesepakatan dengan perusahaan Hasil Pengumpulan Data Data-data yang telah terkumpul merupakan data hasil produksi air minum dalam kemasan pada PT Tirta Agung Wijaya selama 3 bulan, yaitu dari bulan Mei sampai bulan Juli Jenis Cacat yang Ditemukan Ada beberapa jenis cacat yang ditemukan pada produk di PT Tirta Agung Wijaya, diantaranya: A : Air kotor Air kotor terindikasi ketika pada proses filling air pada cup. Ini dapat disebabkan karena bak penampungan air yang kurang steril atau kotor terkena debu. Selain itu filter penyaringan air juga harus selalu dibersihkan agar air yang dihasilkan tetap steril. B : Potongan lid Cacat potongan lid bisa terjadi karena mesin pemotong plastik lid (proses cutting) kurang tajam sehingga membuat potongan plastik lid terpotong tidak sesuai dengan standar. C : Serbuk cup
5 41 Serbuk cup dapat terjadi ketika proses pembuatan cup yang tidak sesuai dengan standar, serbuk cup sisa hasil campuran pp orisinil dan affalan saat pembuatan cup tidak dibersihkan secara benar. Ini menyebabkan terdapat serbuk cup pada bibir cup. D : Air kurang Air kurang dapat disebabkan saat pengisian air ke dalam cup (proses filling) tidak sesuai dengan standar. Selain itu, air kurang dapat disebabkan karena cup bocor. E : Lid miring Lid yang miring disebabkan karena saat pemotongan plastik lid (cutting) tidak sesuai dengan standar. F : Lid kurang lengket Lid yang kurang merekat pada cup dapat disebabkan karena pengaturan suhu pada mesin press yang tidak standar sehingga membuat lid kurang lengket. G : Lid kepanasan Lid kepanasan disebabkan pengaturan suhu pada mesin yang tidak sesuai dengan standar (suhu terlalu tinggi). H : Lid bocor jarum Cacat lid bocor jarum disebabkan ketika pengepresan plastik lid pada cup, plastik lid terkena debu atau kotoran yang menyebabkan plastik lid bocor jarum. I : Lid jelek atau rusak Lid jelek atau rusak disebabkan karena mesin press tidak bekerja dengan baik. Pengaturan suhu yang tidak sesuai dengan standar dapat menyebabkan plastik lid jelek atau rusak. J : Cup bocor Cacat cup bocor dapat terjadi karena blowing cup tidak sempurna. Selain itu cacat cup juga disebabkan oleh campuran bahan baku yang tidak sesuai dengan takaran. K : Cup jelek Cup jelek diidentifikasi dengan adanya penyok yang terdapat pada cup. Benturan yang menyebabkan cup menjadi jelek merupakan cacat yang harus ditanggulangi perusahaan.
6 42 L : Cup tipis Cacat cup tipis terjadi karena takaran pp orisinil dan affalan yang tidak seimbang yang menyebabkan cup menjadi tipis. M : AMDK lengket AMDK lengket terjadi ketika proses pressing cup dan plastik lid, suhu tidak sesuai dengan standar (suhu terlalu tinggi) yang menyebabkan plastik lid menjadi lengket. N : AMDK jatuh AMDK jatuh terjadi karena kelalaian karyawan dalam pemeriksaan AMDK yang kurang berhati-hati sehingga AMDK jatuh dan tidak bisa dijual. O : AMDK kena oli AMDK kena oli terjadi saat proses pembuatan AMDK. Ini terjadi ketika dalam proses produksi AMDK ada kerusakan pada mesin yang menyebabkan AMDK terkena oli dari mesin. P : AMDK terjepit matras Cacat AMDK terjepit matras dapat terjadi ketika setelah keluar dari mesin pengepresan, AMDK terlempar keluar dengan cepat dan terjepit pada matras. Q : AMDK pecah AMDK pecah terjadi karena karyawan yang terburu-buru dalam pemeriksaan AMDK sehingga AMDK jatuh dan kemudian pecah Pengelompokkan Jenis Cacat yang Ditemukan Jenis cacat yang ditemukan pada produk air minum dalam kemasan PT Tirta Agung Wijaya dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: 1. Cacat Air: Air kotor dan air kurang. 2. Cacat Lid: Potongan lid, lid miring, lid kurang lengket, lid kepanasan, lid bocor jarum, dan lid jelek atau rusak. 3. Cacat Cup: Cup bocor, cup jelek, dan cup tipis. 4. Cacat AMDK: AMDK lengket, AMDK jatuh, AMDK kena oli, AMDK terjepit matras, dan AMDK pecah.
7 Mesin yang Digunakan dalam Proses Produksi Ada 3 mesin yang bekerja dalam pembuatan air minum dalam kemasan pada PT Tirta Agung Wijaya, yaitu: A. Extruder Sheet Machine Mesin pencampuran bahan baku (pp orisinil dan affalan) menjadi lembaran plastik (rol sheet) yang nantinya akan diproses lebih lanjut menjadi cup. B. Termoforming Machine Mesin pembuatan lembaran plastik menjadi cup dimana dalam mesin, rol sheet akan melalui proses pemanasan dengan suhu yang telah sesuai dan ditiup (proses blowing) menjadi cup. C. Filling Machine Cup yang sudah diproses kemudian masuk pada filling machine, dimana proses pengisian air dilakukan. Setelah proses filling air, dilakukan pengepresan lid dengan suhu yang sesuai dan pada proses akhir dilakukan cutting pada lid Pengolahan Data dan Analisis Data Diagram Alir (Flow Chart) Aliran proses produksi pada PT Tirta Agung Wijaya untuk menghasilkan produk air minum dalam kemasan YORA adalah sebagai berikut: A. Extruder Sheet Machine Pp orisinil + affalan Mixing Masuk pada cerobong mesin Heater Pencetakan menjadi lembaran Penggulungan (rol sheet) Gambar 4.2. Aliran Proses Produksi Extruder Sheet Machine
8 44 B. Termoforming Machine Bahan rol sheet Pengaturan suhu Masuk pada mesin (molding) Blowing rol sheet menjadi cup Pengecekan cup Pemisahan cup defect Pengemasan cup Gambar 4.3. Aliran Proses Produksi Termoforming Machine C. Filling Machine Peletakan cup pada mesin Proses filling air Pengepresan lid dengan suhu (heater) Cutting Pengecekan AMDK Pemisahan AMDK defect Pengemasan AMDK Gambar 4.4. Aliran Proses Produksi Filling Machine
9 Lembar Periksa (Check Sheet) Lembar Periksa untuk Produksi Air Minum Dalam Kemasan pada Bulan Mei Tabel dibawah ini menyajikan lembar periksa cacat produksi AMDK pada bulan Mei dalam satuan piece. Tabel 4.1. Cacat Produksi AMDK pada Bulan Mei Sumber: PT Tirta Agung Wijaya (2014) Lembar Periksa untuk Produksi Air Minum Dalam Kemasan pada Bulan Juni Tabel dibawah ini menyajikan lembar periksa cacat produksi AMDK pada bulan Juni dalam satuan piece.
10 46 Tabel 4.2. Cacat Produksi AMDK pada Bulan Juni Sumber: PT Tirta Agung Wijaya (2014) Lembar Periksa untuk Produksi Air Minum Dalam Kemasan pada Bulan Juli Tabel dibawah ini menyajikan lembar periksa cacat produksi AMDK pada bulan Juli dalam satuan piece.
11 47 Tabel 4.3. Cacat Produksi AMDK pada Bulan Juli Sumber: PT Tirta Agung Wijaya (2014) Diagram Pareto (Pareto Chart) Diagram Pareto untuk Produksi Air Minum Dalam Kemasan Periode Bulan Mei sampai Juli 2013 Berikut ini merupakan tabel jenis cacat dan jumlah cacat untuk produk air minum dalam kemasan periode bulan Mei sampai Juli 2013:
12 48 Tabel 4.4. Data Jenis Cacat dan Jumlah Cacat Produk AMDK Periode Bulan Mei sampai Juli 2013 Sumber: PT Tirta Agung Wijaya (2014) Dari tabel di atas, maka didapatkan data untuk persentase cacat dan persentase kumulatif untuk produk air minum dalam kemasan periode bulan Mei sampai Juli 2013 sebagai berikut: Tabel 4.5. Data Jenis, Jumlah, Persentase, dan Persentase Kumulatif Cacat Produk AMDK periode Bulan Mei sampai Juli 2013 Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Berdasarkan tabel di atas, penulis dapat membuat diagram pareto seperti berikut ini:
13 49 Diagram Pareto untuk Produksi Air Minum Dalam Kemasan Periode Bulan Mei sampai Juli 2013 Gambar 4.5. Diagram Pareto untuk AMDK Periode Bulan Mei sampai Juli 2013 Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa selama periode bulan Mei sampai Juli 2013, cacat yang paling banyak ditemukan adalah cacat AMDK, yang meliputi: AMDK lengket, AMDK jatuh, AMDK kena oli, AMDK terjepit matras, dan AMDK pecah yaitu sebanyak 12,825 pcs atau sebesar 44.03%. Cacat dengan tingkat kedua terbanyak adalah cacat lid, yaitu sebanyak 7,170 pcs atau sebesar 24.62% dan diikuti oleh cacat air sebanyak 4,630 pcs atau sebesar 15.90%. Cacat paling sedikit adalah cacat cup yaitu sebanyak 4,501 pcs atau sebesar 15.45% Diagram Batang (Histogram) Diagram Batang untuk Produk Cacat Air Minum Dalam Kemasan Periode Bulan Mei sampai Juli 2013 Berikut ini merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk produk air minum dalam kemasan periode bulan Mei sampai Juli 2013:
14 50 Tabel 4.6. Data Jumlah Cacat dan Jumlah Produksi pada Periode Bulan Mei sampai Juli 2013 Sumber: PT Tirta Agung Wijaya (2014)
15 51 Berdasarkan dari jumlah cacat (persatuan) di atas, penulis dapat membuat diagram batang dengan menghitung besarnya range, banyaknya kelas interval, interval kelas, betas kelas serta nilai tengah kelas, demikian: A. Besarnya range dihitung dengan rumus: R = Xmax Xmin R = R = 853 B. Banyaknya kelas interval dihitung dengan rumus: K = log n K = log 92 K = = 7 C. Interval kelas dihitung dengan rumus: D. Batas kelas dihitung dengan rumus: Batas kelas = (nilai terkecil - 1 / 2 x unit pengukuran) = (168-1 / 2 x 0.01) = = 168 Dengan demikian, Batas kelas pertama: Batas bawah = 168 Batas atas = = Batas kelas kedua: Batas bawah = Batas atas = = Batas kelas ketiga: Batas bawah =
16 52 Batas atas = = Batas kelas keempat: Batas bawah = Batas atas = = Batas kelas kelima: Batas bawah = Batas atas = = Batas kelas keenam: Batas bawah = Batas atas = = Batas kelas ketujuh: Batas bawah = Batas atas = = 1, E. Nilai tengah kelas dihitung dengan rumus: Untuk itu,
17 53 berikut: Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diperoleh tabel sebagai Tabel 4.7. Frekuensi Hipotesis Jumlah Cacat Produksi AMDK Periode Bulan Mei sampai Juli 2013 Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
18 54 dibawah ini: Berdasarkan tabel di atas, maka dibuatlah diagram batang seperti Diagram Batang untuk Air Minum Dalam Kemasan Periode Bulan Mei sampai Juli 2013 Gambar 4.5. Histogram untuk AMDK Periode Bulan Mei sampai Juli 2013 Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa frekuensi terbesar terdapat pada nilai tengah atau pada kelas interval 168 sampai , sedangkan frekuensi terkecil terdapat pada nilai tengah atau pada kelas interval sampai 1, Diagram Tebar Diagram tebar dibuat untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yaitu variabel banyaknya jumlah cacat AMDK selama periode bulan Mei sampai Juli 2013 dengan variabel total jumlah cacat yang terjadi pada periode bulan Mei sampai Juli Tujuan pembuatan diagram tebar adalah untuk menentukan jenis hubungan dari 2 (dua) variabel tersebut apakah terdapat hubungan positif, hubungan negatif ataupun tidak ada hubungan sama sekali. Berikut ini merupakan tabel jumlah cacat AMDK
19 55 yang terjadi pada proses produksi air minum dalam kemasan periode bulan Mei sampai Juli 2013: Tabel 4.8. Data Jumlah Cacat AMDK dan Total Jumlah Produksi AMDK Periode Bulan Mei sampai Juli 2013
20 56 Sumber: PT Tirta Agung Wijaya (2014) dibawah ini: Berdasarkan tabel di atas, maka dibuatlah diagram tebar seperti Gambar 4.6. Diagram Tebar Jumlah Cacat AMDK dengan Total Jumlah Cacat yang Terjadi pada Proses Produksi AMDK periode Bulan Mei sampai Juli 2013 Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Dari gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara banyaknya jumlah cacat AMDK dengan total jumlah cacat yang terjadi pada proses produksi air minum dalam kemasan periode bulan Mei sampai Juli Dari gambar terlihat bahwa dua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal itu ditandai dengan terlihatnya hubungan antara nilainilai besar pada variabel x dengan nilai-nilai besar pada variabel y dan nilainilai kecil pada variabel x dengan nilai-nilai kecil pada variabel y. Hubungan positif dapat dilihat dengan garis trendline yang miring ke sebelah kanan.
21 Peta Kontrol atau Bagan Kendali (Control Chart) Peta Kontrol untuk Produksi Air Minum Dalam Kemasan Periode Bulan Mei 2013 Berikut ini merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk produk air minum dalam kemasan periode bulan Mei 2013: Tabel 4.9. Data Jumlah Produksi dan Jumlah Cacat Produk AMDK pada bulan Mei 2013 Sumber: PT Tirta Agung Wijaya (2014)
22 58 Berdasarkan tabel di atas, untuk membuat peta kendali p maka harus menghitung besarnya proporsi cacat, CL (Central Line), UCL (Upper Control Limit), dan LCL (Lower Control Limit). A. Proporsi cacat dihitung dengan rumus: = = = untuk tanggal 1 Mei = = untuk tanggal 2 Mei = = untuk tanggal 3 Mei Dan seterusnya. B. Nilai CL dihitung dengan rumus: CL = = CL = = CL = = Nilai CL sebesar yang berarti CL adalah rata-rata proporsi produk cacat yang merupakan batas tengah peta kendali p. C. Nilai UCL dihitung dengan rumus: UCL = + 3 Sp UCL = + 3 UCL = UCL = UCL = untuk tanggal 1 Mei UCL = UCL = UCL = untuk tanggal 2 Mei UCL = UCL = UCL = untuk tanggal 3 Mei
23 59 Dan seterusnya D. Nilai LCL dihitung dengan rumus: LCL = 3 Sp LCL = 3 LCL = LCL = LCL = untuk tanggal 1 Mei LCL = LCL = LCL = untuk tanggal 2 Mei LCL = LCL = LCL = untuk tanggal 3 Mei Dan seterusnya. Berdasarkan perhitungan di atas, maka dibuatlah tabel hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL, dan LCL untuk produk air minum dalam kemasan periode Mei 2013 adalah sebagai berikut:
24 60 Tabel Hasil Perhitungan Proporsi Cacat, CL, UCL, dan LCL untuk Produk AMDK pada Bulan Mei 2013 Sumber: Hasil analisis data (2014)
25 Peta Kontrol untuk Produksi Air Minum Dalam Kemasan Periode Bulan Juni 2013 Berikut ini merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk produk air minum dalam kemasan periode bulan Juni 2013: Tabel Data Jumlah Produksi dan Jumlah Cacat Produk AMDK pada bulan Juni 2013 Sumber: PT Tirta Agung Wijaya (2014)
26 62 Berdasarkan tabel di atas, untuk membuat peta kendali p maka harus menghitung besarnya proporsi cacat, CL (Central Line), UCL (Upper Control Limit), dan LCL (Lower Control Limit). A. Proporsi cacat dihitung dengan rumus: = = = untuk tanggal 1 Juni = = untuk tanggal 2 Juni = = untuk tanggal 3 Juni Dan seterusnya. B. Nilai CL dihitung dengan rumus: CL = = CL = = CL = = Nilai CL sebesar yang berarti CL adalah rata-rata proporsi produk cacat yang merupakan batas tengah peta kendali p. C. Nilai UCL dihitung dengan rumus: UCL = + 3 Sp UCL = + 3 UCL = UCL = UCL = untuk tanggal 1 Juni UCL = UCL = UCL = untuk tanggal 2 Juni UCL = UCL = UCL = untuk tanggal 3 Juni
27 63 Dan seterusnya. D. Nilai LCL dihitung dengan rumus: LCL = 3 Sp LCL = 3 LCL = LCL = LCL = untuk tanggal 1 Juni LCL = LCL = LCL = untuk tanggal 2 Juni LCL = LCL = LCL = untuk tanggal 3 Juni Dan seterusnya. Berdasarkan perhitungan di atas, maka dibuatlah tabel hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL, dan LCL untuk produk air minum dalam kemasan periode Juni 2013 adalah sebagai berikut:
28 64 Tabel Hasil Perhitungan Proporsi Cacat, CL, UCL, dan LCL untuk Produk AMDK pada Bulan Juni 2013 Sumber: Hasil analisis data (2014)
29 Peta Kontrol untuk Produksi Air Minum Dalam Kemasan Periode Bulan Juli 2013 Berikut ini merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk produk air minum dalam kemasan periode bulan Juli 2013: Tabel Data Jumlah Produksi dan Jumlah Cacat Produk AMDK pada bulan Juli 2013 Sumber: PT Tirta Agung Wijaya (2014)
30 66 Berdasarkan tabel di atas, untuk membuat peta kendali p maka harus menghitung besarnya proporsi cacat, CL (Central Line), UCL (Upper Control Limit), dan LCL (Lower Control Limit). A. Proporsi cacat dihitung dengan rumus: = = = untuk tanggal 1 Juli = = untuk tanggal 2 Juli = = untuk tanggal 3 Juli Dan seterusnya. B. Nilai CL dihitung dengan rumus: CL = = CL = = CL = = Nilai CL sebesar yang berarti CL adalah rata-rata proporsi produk cacat yang merupakan batas tengah peta kendali p. C. Nilai UCL dihitung dengan rumus: UCL = + 3 Sp UCL = + 3 UCL = UCL = UCL = untuk tanggal 1 Juli UCL = UCL = UCL = untuk tanggal 2 Juli UCL = UCL = UCL = untuk tanggal 3 Juli
31 67 Dan seterusnya. D. Nilai LCL dihitung dengan rumus: LCL = 3 Sp LCL = 3 LCL = LCL = LCL = untuk tanggal 1 Juli LCL = LCL = LCL = untuk tanggal 2 Juli LCL = LCL = LCL = untuk tanggal 3 Juli Dan seterusnya. Berdasarkan perhitungan di atas, maka dibuatlah tabel hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL, dan LCL untuk produk air minum dalam kemasan periode Juli 2013 adalah sebagai berikut:
32 68 Tabel Hasil Perhitungan Proporsi Cacat, CL, UCL, dan LCL untuk Produk AMDK pada Bulan Juli 2013 Sumber: Hasil analisis data (2014)
33 69 Berdasarkan tabel perhitungan proporsi cacat, CL, UCL, dan LCL di atas, maka penulis dapat memperoleh peta kendali p untuk produk air minum dalam kemasan periode bulan Mei sampai Juli 2013 sebagai berikut: P Chart of Jumlah Cacat UCL= Proportion _ P= LCL= Sample Tests performed with unequal sample sizes Gambar 4.7. Diagram Peta Kendali P untuk Produk AMDK Periode Bulan Mei sampai Juli 2013 Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Dari hasil penghitungan peta kendali p untuk produk air minum pada PT Tirta Agung Wijaya periode bulan Mei sampai Juli 2013 masih terdapat data-data yang keluar dari batas pengendali statistikal. Terdapat 12 titik yang berada di luar batas kendali, 9 titik berada di luar batas pengendali atas dan 3 titik berada di luar batas pengendali bawah Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram) Diagram Sebab-Akibat adalah sebuah sebuah metode pemecahan masalah yang membantu berpikir melalui banyak kemungkinan sebab-akibat dari suatu masalah yang ingin diselesaikan. Dari pembuatan diagram pareto di atas telah diketahui ada 4 jenis pengelompokkan cacat pada proses produksi air minum dalam kemasan di PT Tirta Agung Wijaya. Jenis-jenis cacat tersebut antara lain: cacat air (air kotor dan air kurang), cacat lid (potongan lid, lid miring, lid kurang lengket, lid kepanasan, lid bocor jarum, dan lid jelek atau rusak), cacat cup (cup
34 70 bocor, cup jelek, dan cup tipis), dan cacat AMDK (AMDK lengket, AMDK jatuh, AMDK kena oli, AMDK terjepit matras, dan AMDK pecah). Dari keempat cacat yang disebutkan di atas, terdapat lima faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap cacat pada suatu produk, yaitu: manusia, mesin, bahan baku, metode kerja dan lingkungan kerja Faktor Penyebab pada Setiap Jenis Cacat Air Mesin Metode Kerja Kebersihan mesian yang tidak terjaga SOP yang kurang jelas Filter air kurang terjaga kebersihannya Usia mesin yang sudah tua dan perawatan mesin tidak teratur Masih terbiasa dengan metode mesin Feeling yang lama Cacat Air Cup atau plastik lid kotor Koordinasi dengan Pihak QC lapangan kurang Sering ganti karyawan Kelalaian saat bekerja Gambar 4.8. Diagram Sebab-Akibat untuk Faktor Penyebab pada Setiap Jenis Cacat Air Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) 1. Mesin Usia mesin yang sudah tua dan perawatan mesin yang tidak teratur Penggunaan mesin yang sudah tua dan tidak dilakukannya perawatan mesin secara berkala menyebabkan kondisi mesin mengalami penurunan kerja. Ini dapat mengakibatkan pengisian air (filling) ke dalam cup tidak sesuai dengan standar. Kebersihan mesin yang tidak terjaga Cacat air kotor yang terdapat pada AMDK disebabkan karena kebersihan mesin yang kurang terjaga. Ini menyebabkan ketika pengisian air (filling) ke dalam cup, air tidak higienis (terkena kotoran dari mesin ataupun dari luar).
35 71 2. Metode Kerja SOP yang kurang jelas Metode dalam perawatan mesin tidak sesuai dengan standar perusahaan karena SOP dalam perusahaan yang kurang jelas, sehingga membuat mesin tidak bekerja sesuai harapan. Filter air kurang terjaga kebersihannya Ketika penyaringan air masih terdapat kotoran yang dapat membuat air menjadi tidak steril. Masih terbiasa dengan metode mesin filling yang lama Hal ini berdampak pada saat pengepresan cup dan lid yang kurang baik sehingga menyebabkan air kurang saat sudah menjadi AMDK. 3. Material Cup atau plastik lid kotor Cup atau plastik lid yang kotor dapat membuat air di dalam cup juga menjadi kotor. Hal ini sebaiknya di atasi dengan sterilisasi cup agar cup yang akan diisi dengan air minum sudah bersih. 4. Manusia Sering ganti karyawan Karyawan yang sering diganti menyebabkan perusahaan harus memberikan training kepada karyawan baru agar proses produksi dapat berjalan dengan baik. Koordinasi dengan pihak QC lapangan kurang Kurangnya koordinasi dengan pihak QC mengakibatkan karyawan tidak dapat melakukan kinerjanya sesuai dengan apa yang pihak QC inginkan. Kelalaian saat bekerja Kelalaian karyawan saat mengecek AMDK yang terisi air kotor dan air kurang saat bekerja dapat terjadi.
36 Faktor Penyebab pada Setiap Jenis Cacat Plastik Lid Mesin Metode Kerja Kinerja mesin potongan plastik lid yang kurang optimal Proses pengepresan plastik lid yang kurang akurat Suhu pada saat pengepresan Cacat lid Kualitas plastik lid penutup cup yang tidak bagus Kelalaian saat bekerja Kurangnya kontrol dari operator Tidak cermat dalam pengaturan suhu dan peletakan plastik lid pada mesin Gambar 4.9. Diagram Sebab-Akibat untuk Faktor Penyebab pada Setiap Jenis Cacat Lid Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) 1. Mesin Kinerja mesin potongan plastik lid yang kurang optimal Potongan plastik lid yang tidak sesuai dengan standar dapat menyebabkan cacat pada AMDK yang nantinya pada saat sudah diproduksi tidak dapat diteruskan untuk dikonsumsi. Potongan plastik lid kurang rapi, potongan plastik lid yang miring dan plastik lid yang jelek atau rusak dapat terjadi karena kinerja mesin yang kurang optimal. Suhu pada saat pengepresan Suhu pada saat pengepresan plastik lid pada kemasan cup yang berisi air harus sesuai standar. Apabila suhu tidak sesuai dengan standar dapat menyebabkan plastik lid kepanasan sehingga produk menjadi cacat. 2. Metode Kerja Proses pengepresan plastik lid yang kurang akurat
37 73 Proses pengepresan plastik lid harus dilakukan dengan benar sesuai standar yang berlaku pada perusahaan. Apabila tidak dilakukan sesuai standar, dapat menyebabkan masalah seperti plastik lid kepanasan karena suhu terlalu tinggi, plastik lid miring saat dilakukan pengepresan, dan lain-lain. 3. Material Kualitas plastik lid penutup cup yang tidak bagus Ketika proses pengepresan plastik lid pada cup, kualitas plastik lid yang tidak bagus dari pemasok dapat mengakibatkan cacat produk. 4. Manusia Kelalaian saat bekerja Kelalaian karyawan saat mengecek AMDK yang terdapat cacat plastik lid miring, rusak ataupun bocor jarum saat bekerja dapat terjadi. Tidak cermat dalam pengaturan suhu dan peletakan plastik lid pada mesin Tidak cermatnya karyawan dalam pengaturan suhu dan peletakan plastik lid pada mesin dapat menyebabkan timbulnya cacat plastik lid seperti: plastik lid miring, plastik lid kepanasan, plastik lid kurang lengket, dan lain-lain. Kurangnya kontrol dari operator Kurangnya pengawasan dari operator mesin dapat menyebabkan ketidaksesuaian peletakan plastik lid pada cup. Selain itu juga pengaturan suhu diperlukan untuk menempelkan plastik lid pada cup agar terpasang dengan baik.
38 Faktor Penyebab pada Setiap Jenis Cacat Cup Mesin Metode Kerja Usia mesin yang sudah tua dan perawatan mesin yang tidak teratur Perawatan pisau mesin Proses pencampuran pp orisinil dan afalan yang tidak akurat Cacat Cup Sering ganti karyawan Kualitas biji plastik (pp orisinil) Yang tidak bagus Kurangnya kontrol dari operator Tidak cermat dalam pengaturan suhu dan peletakan gulungan plastik cup pada mesin Gambar Diagram Sebab-Akibat untuk Faktor Penyebab pada Setiap Jenis Cacat Cup Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) 1. Mesin. Perawatan pisau mesin Perawatan pisau mesin untuk memotong gulungan plastik menjadi cup harus selalu dijaga ketajamannya. Apabila pisau tidak lagi tajam, pembuatan cup menjadi tidak standar atau cup menjadi jelek. Usia mesin yang sudah tua dan perawatan mesin yang tidak teratur Penggunaan mesin yang sudah tua dan tidak dilakukannya perawatan mesin secara berkala menyebabkan kondisi mesin mengalami penurunan kerja. Ini dapat mengakibatkan pengolahan biji plastik (pp orisinil) dan affalan tidak berjalan dengan baik dan mengakibatkan pembuatan cup tidak sesuai dengan standar. Cacat pada cup yang tidak standar meliputi: cup bocor, cup jelek dan cup tipis. 2. Metode Kerja Proses pencampuran pp orisinil dan affalan yang tidak akurat
39 75 Proses pembuatan cup harus dengan takaran yang sesuai. Apabila takaran pp orisinil dan affalan tidak sesuai dengan yang diminta, maka dapat menyebabkan cup menjadi tipis ataupun jelek. 3. Material Kualitas biji plastik (pp orisinil) yang tidak bagus Saat proses pembuatan cup, kualitas biji plasitk (pp orisinil) sangat berpengaruh terhadap kualitas cup yang akan dibuat. 4. Manusia Sering ganti karyawan Karyawan yang sering diganti menyebabkan perusahaan harus memberikan training kepada karyawan baru agar proses produksi pembuatan cup dapat berjalan dengan baik. Tidak cermat dalam pengaturan suhu dan peletakan gulungan plastik cup pada mesin Tidak cermatnya karyawan dalam pengaturan suhu dan peletakan gulungan plastik cup pada mesin dapat menyebabkan timbulnya cacat cup seperti: cup bocor dan cup jelek. Kurangnya kontrol dari operator Kurangnya pengawasan dari operator dapat menyebabkan ketidaksesuaian peletakan gulungan plastik cup pada mesin. Selain itu juga pengaturan suhu diperlukan untuk pembuatan cup agar sesuai dengan bentuk dan standar.
40 Faktor Penyebab pada Setiap Jenis Cacat AMDK Mesin Metode Kerja Usia mesin yang sudah tua dan perawatan mesin yang tidak teratur Proses penyimpanan AMDK kurang teratur Adanya pemesanan dalam jumlah besar Cacat AMDK Kurangnya ruang gerak untuk memeriksa AMDK yang sudah diproduksi Sering ganti karyawan Kelalaian saat bekerja Gambar Diagram Sebab-Akibat untuk Faktor Penyebab pada Setiap Jenis Cacat AMDK Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) 1. Mesin Usia mesin yang sudah tua dan perawatan mesin yang tidak teratur Penggunaan mesin yang sudah tua dan tidak dilakukannya perawatan mesin secara berkala menyebabkan kondisi mesin mengalami penurunan kerja. Ini dapat mengakibatkan AMDK yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar. Ketika AMDK telah diproduksi, terkadang ada AMDK yang terjepit dengan matras, AMDK pecah karena jatuh dari mesin pembuat AMDK, AMDK terkena oli, dan lain-lain. 2. Metode Kerja Proses penyimpanan AMDK kurang teratur Proses penyimpanan produk yang kurang teratur karena minimnya gudang menyebabkan resiko terjadinya cacat pada AMDK. Adanya pemesanan dalam jumlah besar Ketika terjadi pesanan dalam jumlah besar, karyawan terburu-buru dalam melakukan pengecekan AMDK yang telah diproduksi dan
41 77 pengecekan ini dilakukan secara manual. Hal ini menyebabkan cacat produk yang terjadi tidak tersortir dengan benar. 3. Lingkungan Kerja Kurangnya ruang gerak untuk memeriksa AMDK yang sudah diproduksi Keadaan yang sempit, panas dan kurangnya ruang gerak sangat mempengaruhi kinerja karyawan dalam berkonsentrasi saat pemeriksaan AMDK yang telah diproduksi. 4. Manusia Sering ganti karyawan Karyawan yang sering diganti menyebabkan perusahaan harus memberikan training kepada karyawan baru agar proses produksi pemeriksaan AMDK dapat berjalan dengan baik. Kelalaian saat bekerja Karyawan yang kurang cermat saat pengecekan AMDK cacat ketika bekerja dapat terjadi karena kurangnya konsentrasi dan panduan dari perusahaan Analisa Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Analisa Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan salah satu alat yang secara sistematis mengidentifikasi akibat atau konsekuensi dari kegagalan sistem atau proses, serta mengurangi atau mengeliminasi peluang terjadinya kegagalan. FMEA digunakan untuk mengidentifikasi kegagalan suatu produk, jasa atau proses sehingga bisa memperkecil akibat yang terjadi. FMEA ini bisa digunakan saat mendesain suatu sistem baru, merubah suatu sistem, dan lain-lain. Pada penelitian ini, FMEA digunakan sebagai alat untuk mengetahui jenis kegagalan yang paling kritis sehingga memerlukan penanganan terlebih dahulu. Jadi dengan menggunakan FMEA ini dapat diketahui tingkat kegagalan yang ada pada sistem, produk ataupun proses. Metode ini mengidentifikasi potensi penyimpangan yang mungkin terjadi. Pemberian nilai atau bobot dilakukan melalui diskusi dengan manajer produksi dan staff QC beserta operator mesin dari PT Tirta Agung Wijaya.
42 78 Pemberian bobot severity, occurence dan detectability pada tiap penyebab didasarkan pada rating severity, rating occurance dan rating detectability yang sudah terlampir pada bab 2. Berikut ini adalah hasil FMEA untuk cacat yang timbul pada proses pembuatan AMDK: 1. FMEA Jenis Cacat Air Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pihak QC di pabrik mengenai penyebab potensial jenis cacat air, akibat potensial yang terjadi dari faktor penyebab tersebut, upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya serta penilaian dari pihak QC tentang tingkat resiko yang timbul sesuai severity, occurrence dan detectabilitynya, maka dibuatlah tabel FMEA seperti dibawah ini: CTQ Cacat Air Potential Failure Mode Cup atau lid kotor Filter air tidak diganti secara rutin Tabel FMEA Jenis Cacat Air Potential Failure Mode & Analysis Potential Current Effect of S O D RPN Control Failure Air menjadi kotor Air menjadi kurang steril Tegura n pada pekerja Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Recommended Action Memberikan pengawasan kepada karyawan saat bekerja Membuat standar dan jadwal penggantian filter air secara rutin Dari tabel FMEA di atas dapat dibuat diagram pareto untuk mengetahui prioritas perbaikan mana yang lebih baik dilakukan terlebih dahulu. Hasil diagram pareto di atas adalah sebagai berikut:
43 79 Gambar Diagram Pareto Hasil FMEA Jenis Cacat Air Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Dari hasil diagram pareto di atas dapat diketahui bahwa karyawan yang kurang cermat saat bekerja adalah potensi utama penyebab terjadinya cacat air pada proses produksi dengan persentase sebesar 52%. Selain itu, dapat kita ketahui bahwa mata air tidak selamanya bersih, bisa saja terjadi cacat air dikarenakan mata air sedang keruh. Jadi, kesalahan seutuhnya tidak berasal dari karyawan. Untuk itu, perusahaan sebaiknya dapat bertindak dengan cepat dan tepat untuk menanggulangi cacat yang terjadi. 2. FMEA Jenis Cacat Lid Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pihak QC di pabrik mengenai penyebab potensial jenis cacat lid, akibat potensial yang terjadi dari faktor penyebab tersebut, upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya serta penilaian dari pihak QC tentang tingkat resiko yang timbul sesuai severity, occurrence dan detectabilitynya, maka dibuatlah tabel FMEA seperti dibawah ini:
44 80 CTQ Cacat Lid Potential Failure Mode Pemilihan supplier plastik lid yang kurang baik Perlu dilakukan kalibrasi pada mesin press Kalibrasi pada mesin pemotong plastik lid Tabel FMEA Jenis Cacat Lid Potential Failure Mode & Analysis Potential Current Effect of Control Failure Plastik lid yang kualitasnya kurang baik (plastik lid tipis atau jelek) Lid menjadi kurang lengket pada cup Proses pemotonga n lid tidak sempurna (miring) Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Teguran pada pekerja S O D RPN Recommended Action Melakukan pengawasan ketat kepada supplier agar menjaga kualitas plastik lid yang dibuat Pengaturan dan perbaikan ulang serta pengawasan rutin pada mesin press Pengaturan dan perbaikan ulang serta pengawasan rutin pada mesin pemotong Dari tabel FMEA di atas dapat dibuat diagram pareto untuk mengetahui prioritas perbaikan mana yang lebih baik dilakukan terlebih dahulu. Hasil diagram pareto di atas adalah sebagai berikut:
45 81 Gambar Diagram Pareto Hasil FMEA Jenis Cacat Lid Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Dari hasil diagram pareto di atas dapat diketahui bahwa kalibrasi mesin pemotong plastik lid adalah potensi utama penyebab terjadinya cacat lid pada proses produksi dengan persentase sebesar 40%. Untuk itu, mekanik pada perusahaan diharapkan sering mengecek mesin-mesin yang ada di pabrik secara rutin agar semua komponen mesin terjaga dan dapat digunakan dengan maksimal. 3. FMEA Jenis Cacat Cup Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pihak QC di pabrik mengenai penyebab potensial jenis cacat cup, akibat potensial yang terjadi dari faktor penyebab tersebut, upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya serta penilaian dari pihak QC tentang tingkat resiko yang timbul sesuai severity, occurrence dan detectabilitynya, maka dibuatlah tabel FMEA seperti dibawah ini:
46 82 CTQ Cacat Cup Potential Failure Mode Kalibrasi pemoton g rol sheet pada mesin pembuat cup Operator kurang mengerti dalam pengatura n suhu saat pembuata n cup Karyawa n kurang cermat dalam pemeriks aan cup yang sudah diproduk si Tabel FMEA Jenis Cacat Cup Potential Failure Mode & Analysis Potential Current Effect of S O D RPN Control Failure Hasil jadi cup jelek atau bocor Hasil jadi cup jelek ataupun tipis Cup yang cacat dapat masuk ke proses selanjutn ya Teguran pada pekerja Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Recommended Action Pengaturan dan perbaikan ulang serta pengawasan rutin pada mesin pembuat cup Pemberian rancangan standar cara pengoperasian mesin kepada operator Pekerja dilatih untuk disiplin dan berkonsentrasi dalam melakukan proses pemeriksaan cup Dari tabel FMEA di atas dapat dibuat diagram pareto untuk mengetahui prioritas perbaikan mana yang lebih baik dilakukan terlebih dahulu. Hasil diagram pareto di atas adalah sebagai berikut:
47 83 Gambar Diagram Pareto Hasil FMEA Jenis Cacat Cup Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Dari hasil diagram pareto di atas dapat diketahui bahwa operator yang kurang cermat dalam pengaturan suhu saat mesin pembuat cup bekerja adalah potensi utama penyebab terjadinya cacat cup pada proses produksi dengan persentase sebesar 44%. Kesalahan pengaturan suhu yang miss sedikit saja (suhu terlalu tinggi), dapat menyebabkan cup menjadi tipis dan tidak dapat digunakan untuk proses produksi. Untuk itu operator harus cermat dengan apa yang akan dikerjakannya. 4. FMEA Jenis Cacat AMDK Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pihak QC di pabrik mengenai penyebab potensial jenis cacat AMDK, akibat potensial yang terjadi dari faktor penyebab tersebut, upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya serta penilaian dari pihak QC tentang tingkat resiko yang timbul sesuai severity, occurrence dan detectabilitynya, maka dibuatlah tabel FMEA seperti dibawah ini:
48 84 CTQ Cacat AMDK Potential Failure Mode Kalibrasi pada mesin pembuat AMDK Karyawa n kurang cermat dalam pemeriks aan AMDK yang sudah diproduk si Tabel FMEA Jenis Cacat AMDK Potential Failure Mode & Analysis Potential Current Effect of S O D RPN Control Failure Hasil pembuata n AMDK menjadi tidak sesuai standar Terdapat AMDK yang cacat disaat pengepak an AMDK dalam kardus Teguran pada pekerja Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Recommended Action Pengaturan dan perbaikan ulang serta pengawasan rutin pada mesin akhir pembuat AMDK Pekerja dilatih untuk disiplin dan berkonsentrasi dalam melakukan proses pemeriksaan AMDK Dari tabel FMEA di atas dapat dibuat diagram pareto untuk mengetahui prioritas perbaikan mana yang lebih baik dilakukan terlebih dahulu. Hasil diagram pareto di atas adalah sebagai berikut:
49 85 Gambar Diagram Pareto Hasil FMEA Jenis Cacat AMDK Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Dari hasil diagram pareto di atas dapat diketahui bahwa kalibrasi pada mesin pembuat AMDK (proses filling air, pressing lid dengan pengaturan suhu yang tepat dan cutting) adalah potensi utama penyebab terjadinya cacat AMDK dengan persentase sebesar 64%. Untuk itu diharapkan operator dapat menjalankan mesin dengan benar dan tepat agar produk sesuai dengan standar dari perusahaan Rekomendasi Bagi Perusahaan Dalam usulan perbaikan secara umum ini ditunjukkan pada faktor manusia dan mesin. Pada faktor manusia, kesalahan terbesar berasal dari karyawan yang lalai saat bekerja dan kesalahan pengaturan pada mesin yang menyebabkan kecacatan pada proses produksi. Sedangkan pada faktor mesin, dapat dilihat bahwa kinerja mesin yang sudah mulai menurun akibat tidak adanya perawatan yang baik pada mesin tersebut. Hal ini dapat dilakukan rekomendasi bagi perusahaan dengan cara menganggulangi permasalahan yang ada dalam rangka meningkatkan mutu produk yang dihasilkan dengan: 1. Perusahaan harus dapat meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja. Motivasi ini dapat berupa penghargaan kepada karyawan atas kinerjanya dalam perusahaan.
50 86 2. Membuat Standar Operasi Prosedur (SOP) untuk karyawan agar dapat mengoperasikan mesin dengan baik dan benar. Ini dilakukan perusahaan agar pengaturan mesin sesuai dengan standar yang berlaku pada setiap lini produksi. 3. Perusahaan secara berkala memberikan training serta pengarahan kepada karyawan mengenai cara penanganan mesin yang baik dan benar terutama pada operator yang kurang berpengalaman. 4. Melakukan maintenance secara berkala terhadap mesin-mesin produksi. 5. Memberikan rasa nyaman pada karyawan saat bekerja sangat harus diperhatikan perusahaan agar karyawan dapat bekerja dengan baik tanpa adanya gangguan dari luar maupun dari dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya pemberian ventilasi yang cukup agar karyawan tidak kepanasan pada saat bekerja.
BAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian dilakukan pada PT Tirta Agung Wijaya yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan di area Jawa Tengah. Pengamatan
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk
Lebih terperinciABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry garmen, dimana perusahaan memproduksi kemeja pria dewasa. Bahan dasar untuk produksi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme dalam usaha bisnisnya. Agar perusahaan dapat bertahan hidup
Lebih terperinciBAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang
BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA
23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya
Lebih terperinciBAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan data Observasi dilakukan pada lantai Produksi dan dikhususkan pada proses pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan buku,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan
Lebih terperinciBAB III PENGUMPULAN DATA
BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk
Lebih terperinciBAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode
Lebih terperinciBAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis Cacat Berdasarkan hasil dari diagram pareto yang telah dibuat, dapat dilihat persentase masing-masing jenis cacat, yaitu cacat Haze dengan persentase sebesar
Lebih terperinciUSULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA
USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur
Lebih terperinciANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009
ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai
Lebih terperinciBAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang
BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya
Lebih terperinciBAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,
BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO 2014 ISSN
Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMBAHASAN
79 BAB V ANALISA PEMBAHASAN Setelah melakukan tahap pengumpulan dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya adalah analisa pembahasan. Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan terhadap Risk Priority Number
Lebih terperinciABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
ABSTRAK PT Sahabat Buana adalah perusahaan yang memproduksi bijih-bijih plastik dimana terdapat banyak pesaing, untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya yang semakin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Perusahaan Collection Shoes merupakan perusahaan sepatu yang sudah berdiri cukup lama. Dalam penelitian saat ini pengamatan dilakukan pada produksi sepatu pantofel. Masalah utama dari bagian produksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin meningkatnya pemesanan oleh masyarakat. Oleh karena itu PT. PANCA BUDI IDAMAN lebih meningkatkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Botol Kemasan Sabun Lifebuoy Bahan baku utama untuk pembuatan botol kemasan sabun lifebuoy adalah biji plastik berwarna putih yang sudah memenuhi standar
Lebih terperinci7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016
7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu
48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. PT. Shyang Yao Fung adalah perusahaan industri manufaktur yang
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. Shyang Yao Fung adalah perusahaan industri manufaktur yang bergerak di bidang sepatu olahraga yang bermerek Adidas yang memproduksi sepatu untuk pria, wanita,
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik
47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik (Agroplas). Variabel yang diteliti adalah metode pengendalian kualitas yang diterapkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
77 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Hasil Pengumpulan Data Bagian ini merupakan tahapan dimana semua data-data hasil observasi lapangan di CV. Panca Karya Utama, dengan demikian dapat dilakukan
Lebih terperinciAnalisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java
Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Arkan Addien 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan
Lebih terperinciBAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas
ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Histogram Histogram pada tahap ini digunakan untuk mengidentifikasi peluang cacat, membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream 30gr dan Lightening
Lebih terperinciBAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
42 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang
Lebih terperinci3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di PT United Can Company Ltd. yang berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 17, Kalideres Jakarta Barat,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH
BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 TAHAP ANALISIS (ANALYSE) Setelah di lakukan pengukuran maka dilakukan analisis permasalahan. Aktivitas utama tahap analisis adalah menentukan faktor penyebab cacat dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
35 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode dasar analisis deskriptif analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran
Lebih terperinciLAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Hasil Perhitungan Jam Ke- CTQ of Out Sol Manufacture it) n it) si (p in g . P efect (p Isi ersize - T
L46 LAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan selama melakukan observasi di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini antara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4. Hasil Pengumpulan Data Untuk dapat menganalisa kualitas yang ada di PT. UNITED Kingland, peneliti memerlukan data-data yang akurat dari pihak perusahaan. Berikut datadata
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pemilihan Produk Pada penulisan Tugas Akhir ini penulis memilih meneliti Botol Citra Lasting White 250 ml. Botol Citra 250 ml merupakan botol yang berisikan cairan
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH
BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase
Lebih terperinciUNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 Peningkatan kualitas untuk produk keranjang baju menggunakan SPC di PT. Surya Millinia Abadi Vicky 0800735993
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara langsung dan mendapatkan data lengkap. Kemudian penulis melakukan analisa masalah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK...i. KATA PENGANTAR ii. DAFTAR ISI..iv. DAFTAR TABEL viii. DAFTAR GAMBAR.ix. DAFTAR LAMPIRAN..x. 1.1 Latar Belakang Masalah..
ABSTRAK Usaha untuk tetap menjaga kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan salah satu hal yang penting yang harus diperhatikan oleh pihak CV.X agar produknya dapat bersaing di pasaran.
Lebih terperinciOleh : Miftakhusani
USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH
BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya di peroleh hasil bahwa data yang telah di kumpulkan layak untuk di olah dalam proses pengolahan data, dan
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa dan Pembahasan Produksi dan Defect Produk Dari data yang diambil, diketahui bahwa defect yang terjadi pada proses filling liquid produk obat sirup penurun panas
Lebih terperinciPENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI
PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti putu_hrs@yahoo.com Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Ketatnya persaingan dalam usaha textil akhir-akhir ini membuat banyak perusahaan textil bekerja keras untuk bertahan dalam persaingan. Faktor kualitas menjadi point yang paling diperhatikan agar
Lebih terperinciANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SEPATU DAN SANDAL WANITA DENGAN METODE SPC (STATISTICAL PROCESS CONTROL) PADA PT.
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SEPATU DAN SANDAL WANITA DENGAN METODE SPC (STATISTICAL PROCESS CONTROL) PADA PT. GRAMIDO SKRIPSI Oleh : Chrestella - 0900794800 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Pembuatan Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
57 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan seperti tabel dibawah ini : Tabel 3.1 Jenis-jenis Penelitian menurut Tujuan, Metode,
Lebih terperinciBab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products.
40 Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka berpikir adalah rangkaian urutan-urutan langkah yang disusun secara sistematis dan dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian, berikut
Lebih terperinciANALISIS KECACATAN PRODUK AIR MINUM DALAM KEMASAN SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE DMAIC
C.5. Analisis Kecacatan Produk Air Minum Dalam Kemasan Sebagai Upaya Perbaikan... (Ratnanto Fitriadi)) ANALISIS KECACATAN PRODUK AIR MINUM DALAM KEMASAN SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE DMAIC
Lebih terperinciPengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.
Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH
BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang terjadi
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA
PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA Mochammad Damaindra, Atikha Sidhi Cahyana Program studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Kinerja Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul, data tersebut akan diolah melalui 5 fase dalam Six Sigma yang disebut Six Sigma Improvement Framework atau
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Dalam buku yang berjudul Manajemen Operasi, Heizer & Render (2009:301) mendefinisikan pengertian kualitas sebagaimana dijelaskan oleh American
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.
Lebih terperinciOleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010
ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian untuk pengumpulan dan pengolahan data yang diperlukan, hingga analisa
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
51 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana cara kerja sistem pengendalian kualitas yang dilakukan pada saat paling awal yaitu mulai
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK CV. Kembar Jaya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengecoran dan menghasilkan berbagai jenis produk berbahan logam (jenis produk yang diproduksi sesuai dengan pesanan). Pengecoran
Lebih terperinciANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk
228 Seminar Nasional Teknik Industri [SNTI2017] ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk Heri Wibowo 1, Sulastri 2 dan Ahmad
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan terdiri dari empat langkah utama yaitu pengamatan awal, perumusan masalah, menentukan tujuan penelitan dan menentukan batasan masalah.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI
IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI R. Phenter S. P. 1 ; Faisal Safa 2 ABSTRACT The purpose of quality control
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN ANALISIS
BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard
Lebih terperinciANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA
ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA Faisal Waisul Kurni Rusmana 1), Syarif Hidayat. 2), 1),2) Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi,
Lebih terperinci4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Jenis Cacat PT. Duta Abadi Primantara adalah perusahan yang memproduksi jenis kasur spring bed dengan type King Koil. Pada tipe
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN ANALISA DATA
60 BAB V HASIL DAN ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis reject yang terjadi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).
Lebih terperinciKUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC
KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC Edy Susanto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,
Lebih terperinciANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
80 N < N, (25.69 < 30 ) maka jumlah data dianggap cukup karena jumlah data atau pengamatan yang teoritis sudah dilampaui oleh jumlah data yang sebenarnya atau aktual. BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1.
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
30 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Studi Pendahuluan Identifikasi & Perumusan Masalah Pengumpulan Data M enentukan CTQ M enghitung Proporsi Kesalahan M enghitung Kapabilitas Sigma M embuat Peta Kendali
Lebih terperinciABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT Multi Strada Arah Sarana (MSA) adalah perusahaan ban penumpang (Passenger Car) radial dan truk ringan (Light Truck) radial yang memiliki tiga merek yaitu Achilles, Corsa dan Strada. Namun dalam
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi
BAB V ANALISA HASIL Dalam bab ini akan membahas tentang analisa hasil pengendalian proses yang sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi pada proses powder coating
Lebih terperinci2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang
27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengumpulan Data Sebelum dilakukan pengolahan data, dalam melakukan penelitian ini data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian pada PT. FEDERAL KARYATAMA dalam periode
Lebih terperinciANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG
ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG Nia Budi Puspitasari Program Studi Teknik Industri UNDIP Abstrak Sebagai salah
Lebih terperinciPengendalian Kualitas Produk Kantong Plastik dalam Menurunkan Tingkat Kegagalan Produk Jadi
Petunjuk Sitasi: Suliawati, & Gumay, V. S. (2017). Pengendalian Kualitas Produk Kantong Plastik dalam Menurunkan Tingkat Kegagalan Produk Jadi. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. D70-75). Malang: Jurusan
Lebih terperinci