ANALISIS DAMPAK MARKET POWER PADA INDUSTRI KELAPA SAWIT SUMATERA UTARA. Diana Chalil Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAMPAK MARKET POWER PADA INDUSTRI KELAPA SAWIT SUMATERA UTARA. Diana Chalil Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara"

Transkripsi

1 Jurnal Keuangan &Bisnis Vlume 2 N. 3 Nvember 200 ANALISIS DAMPAK MARKET POWER PADA INDUSTRI KELAPA SAWIT SUMATERA UTARA Diana Chalil Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Zahari Zen (zzein@ind.net.id / zahari.zein@gmail.cm) Seklah Tinggi Ilmu Eknmi Harapan ABSTRACT The aim f this study is t analyse the behaviur f palm il market particularly cking il supply chain il palm farmers crude palm il () mill refineries and cking il cnsumers. Analysis was cnducted thrugh the New Empirical Industrial Organizatin (NEIO) mdel emplying secndary data in the perid f January 2006 t December Primary data are cllected frm 60 farmers in Labuhan Batu District and Serdang Bedagai District interviewing 60 traders and 90 buyers at the tradisinal markets in Medan. Survey is als nducted tward 3 mill and 3 refineries. Estimatin results shw that in general bth mills and refineries behave cmpetitively. Hwever n the scenari 3 shw that bth mill and refineries exercise successive market ligply pwer and f indicating a mnplistic behaviur. Such cnditins are likely t be influenced by the Gvernment upn cking il price plicy which is t address the public cncern t reduce the price f cking il instead f imprving the market structure f il palm industries t becme a cmpetitive market. The price f cking il wuld much cheaper than f under regulatin. Keywrds: market pwer NEIO apprach il palm LATAR BELAKANG Stabilisasi harga minyak greng merupakan masalah lama yang dihadapi masyarakat Indnesia. Masalah ini banyak dibicarakan leh kalangan eknm maupun Pemerintah karena minyak greng merupakan kebutuhan pkk yang mempunyai nilai strategis. Sebagai prduk strategis masalah yang timbul akibat kenaikan harga minyak greng tidak hanya terbatas pada isu eknmi tetapi juga dapat merambat ke masalah ssial dan plitik (Susila 2005). Dengan peningkatan harga minyak greng yang cukup tajam dan knstan dalam satu tahun terakhir (mulai dari bulan Mei 2007 peran Pemerintah untuk pengendalian harga menjadi sangat dibutuhkan. Berbagai kebijakan dan intervensi telah dilakukan Pemerintah sejak tahun 970an (Larsn 996). Salah satunya adalah kebijakan Dmestic Market Obligatin yang mewajibkan prdusen (yang merupakan bahan baku utama pembuatan minyak greng) dari perusahaan perkebunan negara dan swasta untuk mendistribusikan sebagian dari utputnya ke pasar dmestik dengan harga yang relatif murah. Sayangnya prgram stabilisasi harga tersebut pada akhirnya gagal (Drajat 2007). Kelihatannya hal tersebut terjadi karena Pemerintah tidak mempunyai cukup infrmasi yang dibutuhkan. Gausch dan Hahn (999) menyarankan agar kebijakan yang diambil mencapai hasil yang diharapkan harus didukung infrmasi yang relevan dan memadai. Kebijakan yang hanya didasari pada infrmasi yang terbatas umumnya akan memberikan hasil yang kurang efisien dan kurang efektif. Dalam kasus ini perilaku pasar merupakan salah satu infrmasi yang dibutuhkan untuk melakukan intervensi harga pasar. Akan tetapi kajian tentang perilaku pasar dmestik pada industri kelapa sawit masih sangat terbatas. Untuk mengisi kesenjangan tersebut penulis merasa bahwa penelitian mengenai perilaku pasar di industri kelapa sawit perlu dilakukan sebagai masukan bagi pembuat kebijakan dalam

2 200 Diana Chalil dan Zahari Zen menetapkan intervensi pasar yang lebih ptimal namun tidak menimbulkan perilaku mnpli. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitan secara umum adalah mengetahui struktur pasar pada industri kelapa sawit di Indnesia. Secara spesifik tujuannya adalah untuk () Menganalisis perilaku pasar dan minyak greng menggunakan mdel market pwer index baik ligply pwer ligpsny pwer successive ligply pwer dan successive ligpsny pwer dan (2) Menganalisis dampak perilaku pasar pada kesejahteraan petani perkebunan rakyat dan knsumen minyak greng melalui perhitungan surplus prdusen dan surplus knsumen. Hasil análisis diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan bagi stakehlders. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Salah satu karakteristik utama dalam pasar persaingan adalah baik penjual maupun pembeli bertindak sebagai penerima harga (price taker). Dalam pasar yang bersaing tidak ada penjual atau pembeli yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya. Harga pasar tidak ditentukan leh keputusan sebuah atau sekelmpk penjual atau pembeli melainkan terbentuk dari keseimbangan seluruh supply dan demand. Penjual akan menjual utputnya dengan harga yang sama dengan biaya marjinalnya sedangkan pembeli akan membeli barang dengan harga yang sama dengan benefit marjinalnya. Dengan demikian umumnya pasar persaingan mempunyai harga efisien. Sebaliknya dalam pasar yang tidak bersaing penjual atau pembeli mempunyai market pwer di mana penjual dapat menjual utputnya dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan biaya marjinalnya atau pembeli akan membeli dengan harga yang lebih rendah daripada benefit marjinalnya. Khusus untuk hasil pertanian isu market pwer telah banyak dibicarakan di kalangan eknm mulai dari industri hulu sampai hilir (Sextn dan Zhang 200). Pada industri hulu (pasar bahan mentah) mnply atau ligply pwer berasal dari karakteristik pabrik penglahan yang umumnya sangat spesifik di mana bahan mentah yang digunakan sama sekali tidak dapat disubstitusikan dengan bahan mentah yang lain. Akibatnya demand menjadi sangat inelastis sehingga penjual dapat meningkatkan harga di atas biaya marjinalnya tanpa harus kehilangan banyak permintaan. Mnpsny atau ligpsny pwer dapat berasal karakteristik hasil prduk pertanian yang bersifat bulky sehingga biaya transprtasi menjadi mahal. Bahan mentah tersebut juga perishable (mudah rusak) sehingga petani terpaksa menjual hasil panennya hanya ke penglah yang letaknya berdekatan dengan usahataninya. Di samping itu untuk beberapa kmditi pertanian petani berknsentrasi hanya pada jenis prduk akibat tingginya sunk csts yang menjadi exit barriers bagi petani tersebut. Akibatnya supply menjadi sangat inelastis sehingga pembeli dapat menurunkan harga di bawah benefit marjinalnya tanpa harus kehilangan banyak penawaran. Pada industri kelapa sawit terdapat indikasi adanya ketiga faktr tersebut diatas baik karakter pabrik penglahan yang spesifik sifat prduk yang bulky dan perishable serta tingginya sunk csts. Pertama adalah walaupun minyak greng kelapa merupakan substitusi minyak greng kelapa sawit dengan desain yang sedemikian rupa penggunaan sebagai bahan baku minyak greng tidak dapat disubstitusi leh Ccnut Crude Oil. Kedua sebagai bahan baku sangat bulky dan harus dilah dalam waktu 24 jam agar kualitas yang dihasilkan tetap terjaga. Ketiga besarnya sunk csts dalam industri kelapa sawit dapat terlihat dari kebutuhan dana investasi untuk membangun perkebunan kelapa sawit. Di samping itu kuatnya integrasi vertikal di antara dan pabrik minyak greng memberikan keleluasaan bagi perusahaan yang bersangkutan untuk mengatur distribusi prduksinya. Sedangkan petani-petani kelapa sawit tidak leluasa mengatur distribusi prduknya. Dengan pangsa pasar yang cukup signifikan kemampuan mengatur distribusi prduksi tersebut dapat memberikan kemampuan bagi perusahaan untuk mempengaruhi harga dan mempraktekkan market pwer. Akibatnya harga dmestik 87

3 86 97 Jurnal Keuangan & Bisnis Nvember tetap tinggi dan stabilisasi harga sukar untuk dicapai. Lebih jauh lagi tingkat kesejahteraan masyarakat akan menurun. Penentuan Lkasi dan Penentuan Sampel Daerah penelitian ditentukan secara purpsive yaitu Medan sebagai pusat pemasaran minyak greng di Sumatera Utara dan Kabupaten Labuhan Batu serta Kabupaten Serdang Bedagai sebagai sentra perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara. Sampel ditentukan dengan dua cara. Untuk petani kelapa sawit penjual dan pembeli minyak greng; sampel ditentukan secara randm dengan rincian sebagai berikut : interview terhadap 60 petani kelapa sawit 60 penjual minyak greng dan 90 pembeli minyak greng. Untuk sampel dan pabrik minyak greng sampel juga ditentukan secara purpsive sesuai dengan izin yang diperleh. Dari penjajakan terhadap 2 dan 3 pabrik minyak greng di Sumatera Utara hanya 3 dan 2 pabrik minyak greng yang menerima peneliti untuk dapat diwawancarai. Metde Analisis Analisis pelaku pasar dalam rantai suplai minyak greng yang mencakup: () petani perkebunan rakyat kelapa sawit sebagai prdusen dan bertindak sebagai tandan buah segar () yang diasumsikan selalu bertindak kmpetitif; (2) sebagai penglah menjadi bahan setengah jadi Crude Palm Oil () yang bertindak sebagai pembeli ke petani dan penjual ke pabrik minyak greng; (3) Pabrik minyak greng sebagai penglah menjadi minyak greng yang bertindak sebagai pembeli ke dan penjual minyak greng ke knsumen akhir; dan (4) Knsumen akhir sebagai pembeli dan pengguna bahan jadi (minyak greng) yang diasumsikan selalu bertindak kmpetitif. Dengan kata lain hanya dan pabrik minyak greng yang dianggap mempunyai kemungkinan untuk mempraktekkan market pwer. Market pwer index diestimasi dengan menggunakan 4 skenari yaitu () dapat mempunyai ligpsny dan ligply pwer (2) Pabrik minyak greng dapat mempunyai ligpsny dan ligply pwer (3) dan pabrik minyak greng dapat mempunyai successive ligply pwer dan (4) dan pabrik minyak greng dapat mempunyai successive ligpsny pwer. Prsesr baik maupaun pabrik minyak greng diasumsikan menggunakan teknlgi fixed prprtin dalam mengubah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan setengah jadi menjadi bahan jadi sehingga: k ; k2 k2 k k k q k q q k q atau ; 3. k2 3 dan q adalah jumlah pada tingkat pasar dan perusahaan k dan k 2 merupakan rendemen dan minyak greng superscript dan menyatakan tandan buah segar crude palm il dan minyak greng yang merupakan utput yang dihasilkan petani pabrik kelapa sawit dan pabrik minyak greng. Skenari : market pwer index pabrik minyak greng diperleh dari turunan pertama dari fungsi prfit pabrik minyak greng. Jika diketahui fungsi prfit pabrik minyak greng D k q S k q c k D q 3 di mana menunjukkan inverse demand yang dihadapi pabrik minyak greng S c inverse suplai bahan baku atau dan menunjukkan biaya marjinal penglahan dari menjadi minyak greng. Turunan pertama dari fungsi prfit adalah sebagai berikut: k 3 P k P c...() P dimana P adalah elastisitas harga suplai (leh ) P P adalah nilai abslut elastisitas harga permintaan minyak greng leh knsumen yang berperlaku kmpetitif dan q q 88

4 200 Diana Chalil dan Zahari Zen q q adalah cnjectural elasticities pabrik minyak greng. 0 0 dan mengukur ligpsny market pwer dan ligply market pwer pabrik minyak greng dalam membeli ke dan menjual minyak greng ke knsumen. Nilai 0 menunjukkan kndisi persaingan sempurna sedangkan nilai menunjukkan kndisi mnpsni atau mnpli. Skenari 2: market pwer index diperleh dari turunan pertama dari fungsi prfit. Diketahui fungsi prfit D k q S q c q di mana D menunjukkan inverse demand yang dihadapi S merupakan inverse suplai bahan baku atau c dan menunjukkan biaya marjinal penglahan dari menjadi. Turunan pertama dari fungsi prfit adalah sebagai berikut: 0 k P P c...(2) di mana P P adalah elastisitas P P harga suplai adalah nilai abslut elastisitas harga permintaan leh pabrik minyak greng yang berperlaku kmpetitif dan q q q q adalah cnjectural elasticities. 0 dan 0 mengukur ligpsny market pwer dan ligply market pwer dalam membeli ke petani dan menjual ke pabrik minyak greng. Nilai 0 menunjukkan kndisi persaingan sempurna sedangkan nilai menunjukkan kndisi mnpsni atau mnpli. Skenari 3: baik maupun prdusen minyak greng yang berada pada rantai prdusen minyak greng mempunyai ligply pwer. Market pwer index successive ligply pwer diperleh dari turunan pertama dari fungsi prfit prdusen minyak greng dan. Dalam hal ini harga minyak greng ditentukan berdasarkan 2 tahap. Tahap pertama harga ditentukan leh yang dapat mempunyai ligply pwer tetapi berlaku kmpetitif dalam pasar input. Dengan kata lain harga utput yang merupakan variabel yaitu invers demand dari perusahaan minyak greng D sedangkan harga input merupakan knstanta P. Dengan demikian fungsi prfit dapat dinyatakan 0 sebagai D k q P q c q dengan turunan pertama dari fungsi prfit menjadi k P P c...(3) Tahap kedua harga minyak greng ditentukan leh pabrik minyak greng yang juga dapat mempunyai ligply pwer tetapi berlaku kmpetitif dalam pasar input. Dengan kata lain harga utput juga merupakan variabel yaitu invers demand minyak greng D sedangkan harga input merupakan knstanta P. Dengan demikian fungsi prfit pabrik minyak greng dapat dinyatakan sebagai berikut: D k 3q P kq c kq dengan turunan pertamanya sebagai berikut: 0 k3 P kp c...(4) Dengan harga yang telah ditetapkan 0 P c P k sebesar atau 0 89

5 86 97 Jurnal Keuangan & Bisnis Nvember 0 P D c yang menunjukkan inverse demand leh pabrik minyak greng given market pwer index dan biaya marjinal penglahan menjadi maka Persamaan 4 dapat ditulis menjadi 0 P c 0 k 3 P k c...(5) Skenari 4 : Pada skenari ini baik maupun prdusen minyak greng yang berada pada rantai prdusen minyak greng mempunyai ligpsny pwer. Market pwer index successive ligpsny pwer diperleh dari turunan pertama dari fungsi prfit prdusen minyak greng dan. Analg dengan skenari 3 dalam hal ini harga juga ditentukan berdasarkan 2 tahap. Tahap pertama harga ditentukan leh pabrik minyak greng yang dapat mempunyai ligpsny pwer tetapi berlaku kmpetitif dalam pasar utput. Dengan kata lain harga input yang merupakan variabel yaitu invers supply dari S sedangkan harga utput merupakan knstanta P. Dengan demikian fungsi prfit pabrik minyak greng dapat dinyatakan sebagai P k3q S k q c kq dengan turunan pertamanya sebagai k 3P k P c...(6) Tahap kedua harga ditentukan leh yang juga dapat mempunyai ligpsny pwer tetapi berlaku kmpetitif dalam pasar utput. Dengan kata lain harga input juga merupakan variabel yaitu invers supply S sedangkan harga utput merupakan knstanta P atau 0 P S c yang menunjukkan inverse supply leh given market pwer index pabrik minyak greng dan biaya marjinal penglahan menjadi minyak greng. Dengan demikian fungsi prfit dapat dinyatakan sebagai 0 P k q S q c q dengan turunan pertama dari fungsi prfit menjadi:...(7) P k P c Dengan harga given market pwer index pabrik minyak greng pada Persamaan 4 maka Persamaan 7 dapat dinyatakan sebagai k3 0...(8) P c k k P c Untuk mendapatkan harga riil hargaharga dan Minyak Greng yang barasal dari data time series dilakukan deflasi dengan tahun dasar 2003 HASIL DAN PEMBAHASAN Skenari Elastisitas Suplai leh Dengan menggunakan data time series bulanan pada peride Januari 2006 Desember 2008 jumlah suplai (Y dalam kg) diregresikan terhadap harga dmestik riil (x dalam Rp/kg) harga internasinal riil ( x2 dalam Rp/kg) harga dmestik riil minyak greng (x3 dalam Rp/kg) dan variabel dummy hari besar tahun baru bulan Ramadhan/ puasa dan hari raya idul fitri (D) (Lampiran ). Alasan penggunaan nilai riil untuk semua variabel harga adalah untuk menghindari regresi yang palsu ( spurius regressin) akibat penggunaan data time series. Hasil estimasinya adalah sebagai berikut: Ŷ = X X 2 (0.56) (6.70) (-6.65) R 2 = 0.58 F hit = (9) Hasil estimasi menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas dapat menerangkan sekitar 60% variasi jumlah suplai dmestik 40% lainnya diterangkan leh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam mdel. Harga dmestik riil minyak greng dan hari besar kelihatannya tidak mempengaruhi jumlah suplai dmestik sehingga dengan metde backward SPSS 5 mengeluarkan kedua 90

6 200 Diana Chalil dan Zahari Zen variabel tersebut dari mdel. Secara serempak ketiga variabel tersebut secara nyata mempengaruhi jumlah suplai di pasar dmestik. Harga riil baik di pasar dmestik maupun di pasar internasinal ternyata berpengaruh nyata terhadap jumlah suplai. Harga dmestik berpengaruh psitif sedangkan internasinal negatif. Artinya kenaikan harga di pasar dmestik meningkatkan insentif prdusen untuk meningkatkan suplai nya ke pasar dmestik sedangkan harga kenaikan harga di pasar internasinal meningkatkan insentif prdusen untuk meningkatkan jumlah ekspr dan mengurangi suplainya ke pasar dmestik. Dengan menggunakan kefisien regresi harga riil di pasar dmestik dan harga serta jumlah suplai rata-rata diperleh nilai elastisitas suplai sebesar 8. Artinya keputusan prdusen dalam menentukan jumlah suplai di pasar dmestik dapat dikatakan cukup elastis. Hal tersebut dimungkinkan karena prdusen telah berintegrasi vertikal dengan perusahaan minyak greng baik sebagai milik sendiri atau melalui kerjasama. Dengan kndisi demikian prdusen cukup leluasa memilih pasar tujuannya apakah ke pasar dmestik untuk dilah menjadi minyak greng atau langsung diekspr dalam bentuk. Namun demikian perubahan suplainya relatif kecil. Lebih spesifiknya peningkatan harga riil sekitar Rp / kg di pasar dmestik atau Rp /kg di pasar internasinal dapat meningkatkan suplai di pasar dmestik sebesar kg/ bulan. Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi beberapa hal. Pertama permintaan di pasar dmestik yang relatif tetap karena sebagian besar peruntukannya adalah untuk minyak greng yang merupakan bahan pkk. Kedua kapasitas prduksi pabrik minyak greng yang terintegrasi dengan prdusen minyak greng juga relatif tetap. Ketiga penawaran lebih ditentukan leh panen yang dihasilkan. Sementara jumlah panen lebih ditentukan leh umur tanaman. Elastisitas permintaan minyak greng Dalam mdel ini data diperleh dari 90 sampel yang mengknsumsi 2 jenis minyak greng curah dan bermerek (Lampiran 3). Karena sebagian besar sampel (sekitar 7% atau 60 sampel) menggunakan minyak greng curah maka dipilih regresi untuk minyak greng curah. Di samping harga (X dalam Rp/kg) pendapatan (X 2 dalam Rp/bulan) jumlah tanggungan (X 3 dalam rang) dan pendidikan (X 4 dalam tahun) juga dimasukkan sebagai variabel bebas dalam fungsi knsumsi yang akan diestimasi. Sebelum dilakukan estimasi data dibersihkan dari utlier yang berasal dari data knsumsi dan pendapatan. Dengan metde backward SPSS 5 variabel jumlah tanggungan dikeluarkan dari estimasi akhir. Kemungkinan jumlah tanggungan tidak berpengaruh karena penggunaan minyak greng dilakukan untuk seluruh keluarga. Jumlah pemakaian yang dibutuhkan umumnya tidak terlalu banyak berbeda untuk keluarga dengan jumlah 2 sampai 7 rang anggta keluarga. Hasil akhirnya adalah sebagai berikut: = X X X 5 (2853) (-855) (3249) (-228) R 2 = 0239 F hit = (0) Dari hasil estimasi akhir (mdel ketig a) diperleh nilai R 2 sebesar Artinya sekitar 25% variasi permintaan minyak greng di pasar dmestik dapat diterangkan leh variasi harga minyak greng pendapatan knsumen dan tingkat pendidikan. Pengamatan di lapang dan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa knsumsi minyak greng di Indnesia relatif meningkat pada saat hari besar seperti bulan puasa lebaran atau tahun baru. Di samping itu intervensi Pemerintah yang berkaitan dengan jumlah dan harga minyak greng seperti perasi pasar juga dapat mempengaruhi tingkat pembelian masyarakat. Namun demikian karena data yang digunakan merupakan data crss sectin maka penambahan variabel tersebut tidak dapat dilakukan. Dari hasil estimasi terlihat bahwa walaupun harga dan pendapatan knsumen berpengaruh secara signifikan namun pengaruhnya tidak besar. Kefisien variabel harga menunjukkan bahwa peningkatan harga sebesar Rp000- akan meningkatnya knsumsi minyak greng sebanyak kg/keluarga/ bulan. Dengan kata lain sebagai bahan pkk minyak greng diknsumsi 9

7 86 97 Jurnal Keuangan & Bisnis Nvember hampir setiap hari leh keluarga Indnesia termasuk di Medan namun dalam jumlah yang relatif tetap. Kefisien variabel pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan hampir tidak berpengaruh terhadap knsumsi minyak greng. Kecilnya pengaruh tersebut dapat merupakan efek dari pemberian subsidi Pemerintah pada masyarakat miskin. Ditambah dengan sifat minyak greng sebagai bahan pkk maka pengaruh pendapatan terhadap knsumsi menjadi sangat kecil. Kefisien variabel pendidikan menunjukkan hubungan yang negatif. Semakn tinggi pendidikan maka semakin kecil permintaan minyak greng. Umumnya alasan utamanya adalah pertimbangan kesehatan. Semakin tinggi pendidikan seserang maka semakin banyak infrmasi yang telah didapatkannya termasuk mengenai minyak greng. Dengan menggunakan kefisien variabel harga (P) sebesar serta harga dan jumlah knsumsi rata-rata minyak greng yang masing-masing sebesar 57 dan 7935 maka diperleh perkiraan elastisitas sebesar Hal tersebut mengindikasikan bahwa permintaan minyak greng curah cukup elastis. Kemungkinan hal tersebut dapat disebabkan leh karakteristik minyak greng yang dapat disimpan lama. Dengan demikian walaupun minyak greng merupakan kebutuhan pkk yang secara umum hampir setiap hari diknsumsi karena dapat disimpan knsumen dapat mengurangi pembeliannya pada saat harga mahal dan menambah stknya pada saat harga murah. Indeks Market Pwer Dari data primer diketahui bahwa nilai rendemen (k ) dan (k 2 ) masingmasing sebesar 298% dan 7795%. Dengan asumsi keseimbangan jangka panjang biaya marjinal penglahan dari menjadi minyak greng didekati dari biaya riil rata-ratanya sebesar Rp067/kg sedangkan harga riil ratarata dan harga rata-rata minyak greng masing-masing sebesar Rp3604-/kg dan Rp344-/kg. Selanjutnya dengan menggunakan hasil perhitungan elastisitas penawaran dan elastisitas permintaan minyak greng yang telah dihitung diperleh persamaan 938 = -5 ξ θ Diketahui bahwa market pwer index mempunyai kisaran nilai antara 0 dan sehingga persamaan tersebut tidak dapat terpenuhi. Hal tersebut dapat diterangkan dari marjin harga riil rata-rata dari ke minyak greng yang negatif (Rp Rp3604-) sementara nilai market pwer index terendah (nl) tercapai pada saat marjin harga sama dengan nl. Hal tersebut diasumsikan karena dalam jangka panjang untuk perusahaan yang bertindak rasinal marjin negatif akan membuat perusahaan keluar dari pasar. Namun demikian untuk pasar minyak greng di Indnesia hal tersebut dapat terjadi karena pembentukan harga minyak greng sering diintervensi Pemerintah. Salah satunya adalah dengan pemberian subsidi yang dapat diberikan secara langsung ke knsumen akhir atau secara tidak langsung ke prdusen minyak greng. Cnthnya pada tahun peride subsidi diberikan kepada pengusaha atau prdusen minyak greng yang melaksanakan perasi pasar untuk masyarakat dengan menghapus PPN sebesar 0 % terhadap pengusaha minyak greng baik dalam bentuk Penangguhan Pembayaran PPN / PPNBM Pajak terutang tidak dipungut atau PPN ditanggung Pemerintah. Dengan demikian marjin yang negatif belum tentu berarti perusahaan minyak greng mengalami kerugian dan harus keluar dari pasar karena pasar tidak bekerja secara kmpetitif. Di sisi lain dari studi data sekunder hasil wawancara dan bservasi di lapang diperleh keterangan bahwa pabrik minyak greng berintegrasi dengan dan/ atau perkebunan kelapa sawit baik sebagai kebun milik perusahaan yang sama atau kerjasama dengan pihak lain. Dengan integrasi tersebut pabrik minyak greng membeli dengan Harga Pkk Prduksi (HPP). Dari kedua hal tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa perusahaan minyak greng berlaku kmpetitif baik sebagai pembeli maupun sebagai penjual. Skenari 2 Elastisitas Suplai leh Dengan menggunakan data time series bulanan dari perusahaan yang mempunyai dan pabrik minyak greng (vertikal integrasi) jumlah suplai (Y dalam kg) diregresikan terhadap harga dmestik riil (x dalam Rp/kg) harga internasinal riil (x2 dalam Rp/kg) harga dmestik riil minyak greng (x3 dalam Rp/kg) dan variabel dummy hari besar tahun baru bulan Ramadhan puasa dan hari raya idul fitri (D) (Lampiran 5). Alasan penggunaan nilai riil untuk semua 92

8 200 Diana Chalil dan Zahari Zen variabel harga adalah untuk menghindari regresi yang palsu (spurius regressin) akibat penggunaan data time series. Hasil estimasinya adalah sebagai berikut: Ŷ = X X 2 (0.56) (6.70) (-6.65) R 2 = 0.58 F hit = () Hasil estimasi menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas dapat menerangkan sekitar 60% variasi jumlah suplai dmestik 40% lainnya diterangkan leh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam mdel. Harga dmestik riil minyak greng dan hari besar kelihatannya tidak mempengaruhi jumlah suplai dmestik sehingga dengan metde backward SPSS 5 mengeluarkan kedua variabel tersebut dari mdel. Secara serempak ketiga variabel tersebut secara nyata mempengaruhi jumlah suplai di pasar dmestik. Harga riil baik di pasar dmestik maupun di pasar internasinal ternyata berpengaruh nyata terhadap jumlah suplai. Harga dmestik berpengaruh psitif sedangkan internasinal negatif. Artinya kenaikan harga di pasar dmestik meningkatkan insentif prdusen untuk meningkatkan suplai nya ke pasar dmestik sedangkan harga kenaikan harga di pasar internasinal meningkatkan insentif prdusen untuk meningkatkan jumlah ekspr dan mengurangi suplainya ke pasar dmestik. Dengan menggunakan kefisien regresi harga riil di pasar dmestik dan harga serta jumlah suplai rata-rata diperleh nilai elastisitas suplai sebesar 8. Artinya keputusan prdusen dalam menentukan jumlah suplai di pasar dmestik dapat dikatakan cukup elastis. Hal tersebut dimungkinkan karena prdusen telah berintegrasi vertikal dengan perusahaan minyak greng baik sebagai milik sendiri atau melalui kerjasama. Dengan kndisi demikian prdusen cukup leluasa memilih pasar tujuannya apakah ke pasar dmestik untuk dilah menjadi minyak greng atau langsung diekspr dalam bentuk. Namun demikian perubahan suplainya relatif kecil. Lebih spesifiknya peningkatan harga riil sekitar Rp / kg di pasar dmestik atau Rp /kg di pasar internasinal dapat meningkatkan suplai di pasar dmestik sebesar kg/ bulan. Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi beberapa hal. Pertama permintaan di pasar dmestik yang relatif tetap karena sebagian besar peruntukannya adalah untuk minyak greng yang merupakan bahan pkk. Kedua kapasitas prduksi pabrik minyak greng yang terintegrasi dengan prdusen minyak greng juga relatif tetap. Ketiga penawaran lebih ditentukan leh panen yang dihasilkan. Sementara jumlah panen lebih ditentukan leh umur tanaman. Elastisitas permintaan minyak greng Dalam mdel ini data diperleh dari 90 sampel yang mengknsumsi 2 jenis minyak greng curah dan bermerek (Lampiran 2). Karena sebagian besar sampel (sekitar 7% atau 60 sampel) menggunakan minyak greng curah maka dipilih regresi untuk minyak greng curah. Di samping harga (X dalam Rp/kg) pendapatan (X 2 dalam Rp/bulan) jumlah tanggungan (X 3 dalam rang) dan pendidikan (X 4 dalam tahun) juga dimasukkan sebagai variabel bebas dalam fungsi knsumsi yang akan diestimasi. Sebelum dilakukan estimasi data dibersihkan dari utlier yang berasal dari data knsumsi dan pendapatan. Dengan metde backward SPSS 5 variabel jumlah tanggungan dikeluarkan dari estimasi akhir. Kemungkinan jumlah tanggungan tidak berpengaruh karena penggunaan minyak greng dilakukan untuk seluruh keluarga. Jumlah pemakaian yang dibutuhkan umumnya tidak terlalu banyak berbeda untuk keluarga dengan jumlah 2 sampai 7 rang anggta keluarga. Hasil akhirnya adalah sebagai berikut: Ŷ = X X X 5 (2853) (-855) (3249) (-228) R 2 = 0239 F hit = (2) Dari hasil estimasi akhir (mdel ketiga) diperleh nilai R 2 sebesar Artinya sekitar 25% variasi permintaan minyak greng di pasar dmestik dapat diterangkan leh variasi harga minyak greng pendapatan knsumen dan tingkat pendidikan. Pengamatan di lapang dan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa knsumsi minyak greng di Indnesia relatif meningkat pada saat hari besar seperti bulan puasa lebaran atau tahun baru. Di samping itu intervensi Pemerintah yang berkaitan dengan 93

9 86 97 Jurnal Keuangan & Bisnis Nvember jumlah dan harga minyak greng seperti perasi pasar juga dapat mempengaruhi tingkat pembelian masyarakat. Namun demikian karena data yang digunakan merupakan data crss sectin maka penambahan variabel tersebut tidak dapat dilakukan. Dari hasil estimasi terlihat bahwa walaupun harga dan pendapatan knsumen berpengaruh secara signifikan namun pengaruhnya tidak besar. Kefisien variabel harga menunjukkan bahwa peningkatan harga sebesar Rp000- akan meningkatnya knsumsi minyak greng sebanyak kg/keluarga/ bulan. Dengan kata lain sebagai bahan pkk minyak greng diknsumsi hampir setiap hari leh keluarga Indnesia termasuk di Medan namun dalam jumlah yang relatif tetap. Kefisien variabel pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan hampir tidak berpengaruh terhadap knsumsi minyak greng. Kecilnya pengaruh tersebut dapat merupakan efek dari pemberian subsidi Pemerintah pada masyarakat miskin. Ditambah dengan sifat minyak greng sebagai bahan pkk maka pengaruh pendapatan terhadap knsumsi menjadi sangat kecil. Kefisien variabel pendidikan menunjukkan hubungan yang negatif. Semakn tinggi pendidikan maka semakin kecil permintaan minyak greng. Umumnya alasan utamanya adalah pertimbangan kesehatan. Semakin tinggi pendidikan seserang maka semakin banyak infrmasi yang telah didapatkannya termasuk mengenai minyak greng. Dengan menggunakan kefisien variabel harga (P) sebesar serta harga dan jumlah knsumsi rata-rata minyak greng yang masing-masing sebesar 57 dan 7935 maka diperleh perkiraan elastisitas sebesar Hal tersebut mengindikasikan bahwa permintaan minyak greng curah cukup elastis. Kemungkinan hal tersebut dapat disebabkan leh karakteristik minyak greng yang dapat disimpan lama. Dengan demikian walaupun minyak greng merupakan kebutuhan pkk yang secara umum hampir setiap hari diknsumsi karena dapat disimpan knsumen dapat mengurangi pembeliannya pada saat harga mahal dan menambah stknya pada saat harga murah. Indeks Market Pwer Dari data primer diketahui bahwa nilai rendemen (k ) dan (k 2 ) masingmasing sebesar 298% dan 7795%. Dengan asumsi keseimbangan jangka panjang biaya marjinal penglahan dari menjadi minyak greng didekati dari biaya riil rata-ratanya sebesar Rp067/kg sedangkan harga riil ratarata dan harga rata-rata minyak greng masing-masing sebesar Rp3604-/kg dan Rp344-/kg. Selanjutnya dengan menggunakan hasil perhitungan elastisitas penawaran dan elastisitas permintaan minyak greng yang telah dihitung diperleh persamaan 938 = - 5 ξ θ. Diketahui bahwa market pwer index mempunyai kisaran nilai antara 0 dan sehingga persamaan tersebut tidak dapat terpenuhi. Hal tersebut dapat diterangkan dari marjin harga riil rata-rata dari ke minyak greng yang negatif (Rp Rp3604-) sementara nilai market pwer index terendah (nl) tercapai pada saat marjin harga sama dengan nl. Hal tersebut diasumsikan karena dalam jangka panjang untuk perusahaan yang bertindak rasinal marjin negatif akan membuat perusahaan keluar dari pasar. Namun demikian untuk pasar minyak greng di Indnesia hal tersebut dapat terjadi karena pembentukan harga minyak greng sering diintervensi Pemerintah. Salah satunya adalah dengan pemberian subsidi yang dapat diberikan secara langsung ke knsumen akhir atau secara tidak langsung ke prdusen minyak greng. Cnthnya pada tahun peride subsidi diberikan kepada pengusaha atau prdusen minyak greng yang melaksanakan perasi pasar untuk masyarakat dengan menghapus PPN sebesar 0 % terhadap pengusaha minyak greng baik dalam bentuk Penangguhan Pembayaran PPN / PPNBM Pajak terutang tidak dipungut atau PPN ditanggung Pemerintah. Dengan demikian marjin yang negatif belum tentu berarti perusahaan minyak greng mengalami kerugian dan harus keluar dari pasar. Di sisi lain dari studi data sekunder hasil wawancara dan bservasi diperleh keterangan bahwa pabrik minyak greng berintegrasi dengan dan/ atau perkebunan kelapa sawit baik sebagai kebun milik perusahaan yang sama atau kerjasama dengan pihak lain. Dengan integrasi tersebut pabrik minyak greng membeli dengan Harga Pkk Prduksi (HPP). Dari kedua hal tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa perusahaan minyak greng berlaku kmpetitif baik sebagai pembeli maupun sebagai penjual. 94

10 200 Diana Chalil dan Zahari Zen Skenari 3 Tahap Dengan menggunakan hasil estimasi elastisitas permintaan sebesar -006 k = 0298 harga riil rata-rata dan masing-masing sebesar 3604 dan 708 serta nilai riil biaya-rata-rata penglahan menjadi sebesar 260 maka diperleh indeks ligply pwer sebesar 0954 atau sangat mendekati yang menunjukkan kndisi mnpli. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam mdel ini indeks market pwer diukur dengan price cst margin (PCM) perbedaan antara harga pasar dengan harga ekuilibrium sebagaimana yang diperkenalkan Lerner (934) dan hingga kini telah banyak digunakan dalam studi market pwer. Idenya adalah bahwa jika suatu perusahaan yang mempunyai seller pwer akan dapat meningkatkan harga jual utputnya tanpa harus kehilangan permintaan secara signifikan. Dalam kasus ini peningkatan harga jual tidak semata-mata terjadi akibat seller pwer tetapi juga karena naiknya harga di pasar internasinal yang dalam taraf tertentu merupakan pasar alternatif (substitusi) bagi pasar dmestik. Ketika harga internasinal naik maka harga dmestik juga naik dan mengakibatkan PCM dan indeks market pwer naik. Kemungkinan kedua adalah pengaruh subsidi untuk pabrik minyak greng yang merupakan salah satu bentuk intervensi Pemerintah dalam usaha menstabilkan harga minyak greng. Akan tetapi kelihatannya penetapan harga tersebut lebih didasarkan pada tuntutan masyarakat daripada perhitungan kndisi bersaing/ biaya marjinal. Misal harga awal di pasar adalah P. Pada saat itu PCM adalah sebesar PCM (perbedaan P dengan harga ekuilibrium E ). Masyarakat merasa harga tersebut terlalu memberatkan dan meminta kebijakan. Pemerintah untuk menurunkan harga. Pemerintah merespnnya dengan memberikan subsidi harga pada pabrik minyak greng yang menyebabkan kurva suplai bergeser ke kanan S dan ekuilibrium berubah menjadi E 2. Pada saat yang bersamaan Pemerintah menurunkan harga pasar menjadi P 2. Namun ternyata pada saat itu PCM masih psitif (PCM 2 ) bahkan lebih besar dibandingkan dengan PCM awal (PCM ). Peningkatan PCM tersebut menyebabkan indeks market pwer naik mendekati kndisi mnpli. PCM Tahap 2 E E 2 Gambar. Pengaruh subsidi yang mengakibatkan PCM psitif Dengan menggunakan indeks ligply pwer pada tahap harga riil rata-rata dan minyak greng nilai riil rat-rata biaya penglahan dan minyak greng serta nilai elastisitas permintaan minyak greng elastisitas permintaan dan elastisitas suplai maka dapat diestimasi indeks ligply pwer pabrik minyak greng sebesar -25. Nilai negatif tersebut mengindikasikan bahwa harga jual minyak greng lebih rendah daripada biaya marjinalnya. Namun demikian pada saat itu belum tentu perusahaan minyak greng mengalami kerugian. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya Pemerintah memberikan subsidi harga kepada pabrik minyak greng. Jika jumlah subsidi tersebut sama dengan selisih antara harga jual dan biaya marjinal tersebut maka perusahaan tidak rugi bahkan jika ternyata karena kurangnya infrmasi yang dimiliki Pemerintah menyebabkan besarnya pemberian subsidi lebih besar dari selisih tersebut maka PCM perusahaan menjadi psitif dan perusahaan akan mempunyai market pwer. Kndisi ini sesuai dengan hasil yang diperleh dari estimasi Skenari Dampak Market Pwer Dengan menggunakan kndisi tanpa market pwer dan kndisi ligply pwer sebesar 0954 dan permintaan rata-rata leh pabrik minyak greng maka diperkirakan bahwa surplus pabrik yang hilang dengan S S PCM2 Out put P P 2 95

11 86 97 Jurnal Keuangan & Bisnis Nvember k 0 P c P c k 0 D Namun demikian dalam kasus ini karena nilai market pwer > elastisitas permintaan minyak greng maka persamaan tersebut tidak dapat dipenuhi (P menjadi < 0). Skenari 4 Tahap Dengan menggunakan hasil estimasi elastisitas suplai pada skenari sebelumnya nilai k dan k 3 harga riil rata-rata dan minyak greng serta biaya penglahan minyak greng diperleh indeks ligpsni pwer pabrik minyak greng sebesar Sama halnya dengan hasil yang diperleh dari Skenari 2 indeks yang negatif tersebut mengindikasikan bahwa harga beli yang dibayar pabrik minyak greng lebih mahal dibandingkan dengan harga pada saat pasar bersaing. Namun demikian dengan bantuan subsidi harga kepada pabrik minyak greng selisih tersebut belum tentu ditanggung leh pabrik. Bahkan jika besarnya subsidi > selisih tersebut maka seperti yang terlah dijelaskan sebelumnya PCM pabrik bahkan dapat meningkat. Tetapi jika dilihat dari sisi pembeli maka harga yang diterima merupakan harga kmpetitif. Tahap 2 Dari semua variabel yang dibutuhkan untuk mengestimasi indeks ligpsny pwer hanya elastisitas permintaab yang belum diketahui. Dengan menggunakan data harga dan jumlah permintaan leh agen diperleh estimasi fungsi invers permintaan tersebut sebagai berikut: Ŷ= X (73260) (4878) R 2 = 0069 F hit = ) Dalam kasus ini digunakan fungsi invers permintaan karena berdasarkan hasil wawancara harga ditentukan leh jumlah permintaan. Misalnya pada bulan Juni Oktber biasanya prduksi menurun. Pada saat itu jumlah yang dihasilkan kebun milik tidak mencukupi kapasitas terpasang yang dibutuhkan sehingga permintaan ke pihak III/ petani meningkat. Cnth lain adalah pada saat kebun milik sedang replanting. Pada saat itu kekuatan tawar pihak II meningkat dan harga beli juga meningkat. Hasil estimasi tersebut menunjukkan bahwa dalam kasus ini harga (variabel bebas) hanya dapat menerangkan sekitar 7% dari permintaan leh agen (variasi variabel terikat). Pengaruh tersebut cukup signifikan (tingkat kepercayaan 99%) tetapi jumlahnya tidak besar di mana kenaikan permintaan sebesar tn hanya meningkatkan harga sekitar Rp5-/kg. Dengan kata lain dalam kasus ini psisi tawar petani masih relatif lemah. Banyak petani yang merasa bahwa harga yang diterima masih terlalu rendah. Namun dengan jumlah prduksi yang terbatas petani agak susah untuk mencari agen yang lain. Di samping itu keterikatan petani dengan agen terutama dalam pinjaman mdal menyebabkan petani lebih memilih untuk menerima harga apa adanya. Dengan menggunakan invers kefisien regresi tersebut dikali dengan jumlah dan harga riil rata-rata diperleh nilai elastisitas permintaan sebesar Dengan memasukkan nilai tersebut ke dalam persamaan 5 diperleh indeks ligpsny pwer sebesar Walaupun nilai indeks tersebut masih negatif tetapi nilainya mendekati 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam Skenari 4 ini bertindak kmpetitif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada Skenari 4 ini baik pabrik minyak greng maupun keduanya tidak menerapkan harga market pwer. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan diperleh kesimpulan bahwa baik mapun pabrik greng umumnya berlaku kmpetitif. Hanya pada Skenari 3 yang mengestimasikan kemungkinan kndisi di mana dan pabrik minyak greng dapat mempunyai successive ligply pwer menerapkan market pwer yang cukup kuat bahkan mendekati kndisi mnpli. Hal 96

12 200 Diana Chalil dan Zahari Zen tersebut mengindikasikan bahwa integrasi vertikal yang dimiliki leh dan pabrik minyak greng tidak cenderung meningkatkan efisiensi harga yang ditandai leh PCM yang psitif dan meningkat. Hal tersebut banyak dipengaruhi leh intervensi kebijakan harga Pemerintah yang kelihatannya lebih merupakan reaksi atas tuntutan masyarakat dibandingkan dengan usaha untuk meningkatkan efisiensi pasar menuju pasar yang bersaing. Masyarakat menikmati harga minyak greng yang relatif murah dengan adanya subsidi. Tetapi subsidi tersebut dapat memfasilitasi perusahaan yang kurang efisien untuk dapat tetap bertahan di pasar dan merupakan pembrsan dalam pengeluaran Pemerintah. Dengan demikian disarankan agar sebaiknya intervensi harga yang dilakukan lebih ditujukan untuk perbaikan struktur pasar di jangka panjang daripada hanya sebagai respn dari tuntutan masyarakat. Intervensi yang dilakukan lebih baik dengan metde partisipatif melalui PTP Nusantara dan pabrik minyak greng milik Pemerintah (yaitu dengan menyesuaikan jumlah suplai untuk mempengaruhi harga pasar) daripada dengan metde tritas dengan penetapan harga jual dan minyak greng yang selama ini banyak diterapkan. Namun demikian sebagai catatan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat perlu dilakukan penelitian lanjutan yang menyangkut mekanisme pembentukan harga dan kebijakan-kebijakan harga yang telah dilakukan Pemerintah baik di pasar maupun minyak greng. market pwer n U.S. cnsumers Agribusiness vl. 7 pp Susila W.R. (2005) Analisis kebijakan perdagangan dan minyak greng Lembaga Riset Perkebunan Indnesia Available: DAFTAR PUSTAKA Dradjat B. (2007) Stabilisasi harga minyak greng Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29 pp3-5. Guasch J.L dan Hahn R.W. (999). The csts and benefits f regulatins: Implicatins fr develping cuntries. The Wrld Bank Research Observer Sextn R.J dan Zhang M (200) An assessment f the impact f fd industry 97

Dalam menentukan harga setiap usaha mungkin memiliki strategi yang berbeda-beda. Namun

Dalam menentukan harga setiap usaha mungkin memiliki strategi yang berbeda-beda. Namun CHAPTER V Harga menurut Philip Ktler (2001 : 439) ialah sebagai berikut, charged fr a prduct r service. Mre bradly, price is the sum f all the value that cnsumer exchange fr the benefits f having r using.

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING EKONOMI LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING Analisa Dampak Market Power pada Industri Kelapa Sawit (Studi kasus: Propinsi Sumatera Utara) Oleh : Ir. Diana Chalil MSi, PhD DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak goreng kelapa sawit berasal dari kelapa sawit yaitu sejenis tanaman keras yang digunakan sebagai salah satu sumber penghasil

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan PEMBAHASAN

BAB 4. ANALISIS dan PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS dan PEMBAHASAN 4.1 Prfil Perusahaan PT. Megah Lestar Packind adalah perusahaan yang bergerak di bidang Percetakan kardus yang mulai berdiri sejak 9 Maret 1988 dengan lkasi yang bertempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penetapan Harga Pada dasarnya, ada 2 kekuatan besar yang berpengaruh pada pembentukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER L1 LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER Gambaran Umum Situasi Perusahaan dan Industri A. Gambaran Umum Situasi Perusahaan dan Industri 1. Pada lingkup industri

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Energi Energi yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan, tetapi dapat dirasakan adanya. Energi atau yang sering disebut tenaga, adalah suatu pengertian yang sering

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja ICRA Indnesia Rating Feature May 2013 ICRA Indnesia Metdlgi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja Industri baja memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan eknmi. Baja merupakan kmpnen umum pada beberapa

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 64 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria ptimasi yang digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha adalah dengan studi kelayakan bisnis yang berdasarkan beberapa aspek,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO Widiastuti *) Kepala Bagian Pengembangan Pasar, BAPPEBTI Pengantar redaksi: Tahun 2010, lalu, Biro Analisa Pasar, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAJEMENT ( SCM )

SUPPLY CHAIN MANAJEMENT ( SCM ) SUPPLY CHAIN MANAJEMENT ( SCM ) (TUGAS UJIAN TENGAH SEMETER) Disusun leh : Abdillah A.G 08.11.1935 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENGERTIAN, ASAS DAN TUJUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PENGERTIAN, ASAS DAN TUJUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN PENGERTIAN, ASAS DAN TUJUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh : FAUZUL A FAKULTAS HUKUM UPN VETERAN JAWA TIMUR kamis, 17 Maret 2011 BAHASAN Pengertian Azas Perlindungan knsumen Tujuan Perlindungan knsumen Hikmah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Berdasarkan System Develpment Life Cycle (SDLC) metde waterfall yang digunakan dalam pembuatan aplikasi penentuan harga jual, terdapat beberapa tahapan yang terdiri

Lebih terperinci

license dan franchise, perusahaan ini juga membuka gerai atau outlet Roti Mum. Hingga saat

license dan franchise, perusahaan ini juga membuka gerai atau outlet Roti Mum. Hingga saat BAB 1 PENDAHULUA N 1.1 Latar Belakang Pada masa dewasa ini, persaingan di dunia industri semakin ketat. Terlebih di dalam persaingan industri makanan. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya prdusen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 6 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penetapan Harga TBS Produk minyak sawit yang merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia mengalami

Lebih terperinci

Oleh : Yuli Nurmayanti 1, Dini Rochdiani 2, Cecep Pardani 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Oleh : Yuli Nurmayanti 1, Dini Rochdiani 2, Cecep Pardani 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran RESPO PETAI TERHADAP PEERAPA USAHATAI JAGUG HIBRIDA (Zea Mays spp.) POLA TUMPAGSARI (Studi Kasus di Desa Sagalaherang Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) Oleh : Yuli urmayanti, Dini Rchdiani, Cecep

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN BAB IX PERENCANAAN, PENGELOLAAN, DAN EVALUASI USAHA JASA ALAT MESIN PERTANIAN Drs. Kadirman, MS. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metde Penilaian Investasi Metde Penilaian Investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan penambahan gudang pada PT. Prima Lintas Express dapat dikatakan layak

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGRIBISNIS

STUDI KELAYAKAN AGRIBISNIS 2012 STUDI KELAYAKAN AGRIBISNIS Seri Analisis Pryek 5/24/2012 1. Pengertian Studi Kelayakan Sebelum menyusun Prpsal usaha pada uumnya dilakukan studi kelayakan usaha terlebih dahulu. Studi kelayakan usaha

Lebih terperinci

DUKUNGAN OJK ATAS PROGRAM INVESTASI DI LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

DUKUNGAN OJK ATAS PROGRAM INVESTASI DI LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DUKUNGAN OJK ATAS PROGRAM INVESTASI DI LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA Disampaikan leh Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Pada acara Indnesia Eximbank Investr Gathering 2017 Jakarta, 7 Februari 2017

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Keseimbangan Pasar Menurut Baye (2010), pembentukan harga keseimbangan pasar ditentukan oleh interaksi antara pemintaan dan penawaran pasar. Harga keseimbangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Agribisnis minyak goreng berbahan baku kelapa dulunya merupakan satu satunya minyak goreng yang digunakan

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 009-013 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 009-013 A. VISI DAN MISI DAERAH V isi merupakan gambaran bersama mengenai masa depan, berupa kmitmen murni,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknlgi selalu berkembang setiap saat, ada saja yang dilakukan manusia untuk memberikan kemudahan pada kehidupan sehari-hari. Salah satu cnth kemudahan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN UNTUK MENARIK MINAT PEMAIN FUTSAL KE LAPANGAN FUTSAL X BANDUNG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN UNTUK MENARIK MINAT PEMAIN FUTSAL KE LAPANGAN FUTSAL X BANDUNG INDEPT, Vl, N., Oktber 0 ISSN 087-90 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN UNTUK MENARIK MINAT PEMAIN FUTSAL KE LAPANGAN FUTSAL X BANDUNG Erlian Supriyant.,ST Dsen Tetap Teknik Industri Universitas Nurtani Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha di bidang pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian berperan sangat

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 45 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan PT. Cahaya Ragam Sakti 3.1.1 Sejarah Berdirinya PT. Cahaya Ragam Sakti PT. Cahaya Ragam Sakti pada awalnya merupakan perusahaan yang didasari leh ide

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Analisa-analisa yang penulis telah lakukan pada bab sebelumnya memiliki tujuan untuk dapat memberikan kesimpulan pada bab ini mengenai masalah-masalah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ppulasi, Sampel, dan Data 3.1.1. Ppulasi Ppulasi adalah sebuah wilayah atau tempat bjek atau subjek yang diteliti, seperti rang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal lain

Lebih terperinci

Rangkuman Bab 14. Pembeli dapat melakukan :

Rangkuman Bab 14. Pembeli dapat melakukan : Rangkuman Bab 14 Memahami Penetapan Harga Harga bukan hanya angka-angka di label harga. Harga mempunyai banyak bentuk-bentuk dan melaksanakan banyak fungsi. Sepanjang sejarah, harga ditetapkan melalui

Lebih terperinci

PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN

PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN a. Penilaian Praktikum: 1. Penilaian praktikum terdiri dari 2 kelmpk nilai: tugas kelmpk dinilai leh pembimbing asistensi yang bersangkutan

Lebih terperinci

PELUANG USAHA PEMBESARAN IKAN GURAMEH. Oleh : Riesky Febrian NIM : Kelas : S1.SI.2A

PELUANG USAHA PEMBESARAN IKAN GURAMEH. Oleh : Riesky Febrian NIM : Kelas : S1.SI.2A PELUANG USAHA PEMBESARAN IKAN GURAMEH Oleh : Riesky Febrian NIM : 10.12.4366 Kelas : S1.SI.2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 1. Pendahuluan Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indnesia yang sudah menyebar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 49 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lkasi wilayah studi dalam penelitian ini secara fisik terletak dalam sistem DAS Law. Dalam penelitian ini batasan yang digunakan adalah batasan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) Oleh : Prajogo U. Hadi Adimesra Djulin Amar K. Zakaria Jefferson Situmorang Valeriana Darwis PUSAT ANALISIS SOSIAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan

Lebih terperinci

\TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan

\TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan 18 \TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Penggunaan minyak goreng

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E.

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL Disusun dan diajukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Operasinal (Praktikum) Yang dibimbing leh Rr Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun meningkat di seluruh dunia khususnya Indonesia. Internet berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun meningkat di seluruh dunia khususnya Indonesia. Internet berfungsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknlgi infrmasi khususnya jaringan internet sudah banyak dikenal leh masyarakat secara luas. Penggunaan internet dari tahun ke tahun meningkat di seluruh

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Layanan Purna Jual Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indnesia N. 634/MPP/Kep/9/2002 tentang ketentuan dan tata cara pengawasan

Lebih terperinci

: CANDRA BUTAR-BUTAR AGRIBISNIS

: CANDRA BUTAR-BUTAR AGRIBISNIS ANALISIS DAMPAK SISTEM MEKANISASI PANEN TEH TERHADAP TINGKAT PENGGUNAAN TENAGA KERJA, PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA, PENDAPATAN DAN EFISIENSI UNIT KEBUN SIDAMANIK, PTPN IV JURNAL ILMIAH Oleh : CANDRA BUTAR-BUTAR

Lebih terperinci

RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI

RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI Seminar Nasinal Peternakan clan Vetermer 1000 RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI Kats kunch Respn, ayam ras pedaging, pendapatan ELAN MAssutAN', A. PRIYANTO, dan U. KusNAD12

Lebih terperinci

Menggunakan P-Chart dan Diagram Ishikawa pada PT. Ungaran Multi. Engineering, Ungaran". Penelitian tersebut dilakukan di PT.

Menggunakan P-Chart dan Diagram Ishikawa pada PT. Ungaran Multi. Engineering, Ungaran. Penelitian tersebut dilakukan di PT. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian Almunir Yudha Putra Raharja, mahasiswa Universitas Islam Indnesia pada tahun 2004 dengan judul "Evaluasi Pengendalian Kualitas Prduk Menggunakan

Lebih terperinci

TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI SALAK DI DESA TINJOMAN LAMA KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN HUTAIMBARU KOTA PADANGSIDEMPUAN

TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI SALAK DI DESA TINJOMAN LAMA KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN HUTAIMBARU KOTA PADANGSIDEMPUAN TIGKAT KESEJAHTERAA PETAI SALAK DI DESA TIJOMA LAMA KECAMATA PADAGSIDIMPUA HUTAIMBARU KOTA PADAGSIDEMPUA by KHOIRUISA PASARIBU Email: Khirunnisapasaribu@yah.cm Lecture: Dra. Indrawati, M.Si Jurusan Ssilgi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam pengembangan sektor pertanian sehingga sektor pertanian memiliki fungsi strategis dalam penyediaan pangan

Lebih terperinci

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI DINAMISATOR DAN STABILISATOR PEREKONOMIAN INDONESIA

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI DINAMISATOR DAN STABILISATOR PEREKONOMIAN INDONESIA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI DINAMISATOR DAN STABILISATOR PEREKONOMIAN INDONESIA Sunars Fakultas Eknmi Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT Indnesia just cnvalesce frm ecnmic crisis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PENELITIAN

III. KERANGKA PENELITIAN 23 III. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Teori Harga Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls & Uhl (2002),

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA 36 III. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian terdahulu menunjukkan perkembangan yang sistematis dalam penelitian kelapa sawit Indonesia. Pada awal tahun 1980-an, penelitian kelapa sawit berfokus pada bagian hulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indnesia merupakan negara penghasil rtan terbesar di dunia, diperkirakan 80% bahan baku rtan di seluruh dunia dihasilkan leh Indnesia, sisanya dihasilkan leh Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia melalui peningkatan nilai tambah, ekspor, pengurangan kemiskinan, dan penciptaan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill Petunjuk Sitasi: Pasaribu, M. F., & Puspita, R. (2017). Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill. Prosiding SNTI

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A.

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A. K-13 Kelas X ekonomi INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan menjelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia sehingga industri kelapa sawit diusahakan secara besar-besaran. Pesatnya perkembangan industri kelapa

Lebih terperinci

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN Pertemuan 6 AKURASI DAN MACAM ANGGARAN Halaman 1 dari Pertemuan 6 6.1 Ciri ciri dan Penyebab Perkiraan Biaya yang Kurang Akurat Anggaran pryek dihasilkan dari perkiraan biaya kmpnen-kmpnennya dengan memperhatikan

Lebih terperinci

Amnesti Pajak materi lengkap diperoleh dari pajak.go.id

Amnesti Pajak materi lengkap diperoleh dari pajak.go.id Amnesti Pajak materi lengkap diperleh dari pajak.g.id Jul 2016 - Frm: www.itkind.rg (free pdf - Manajemen Mdern dan Kesehatan Masyarakat) 1 Daftar Isi Ruang Lingkup (ringkas)... 3 Tarif... 4 Repatriasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya teknologi. Hal tersebut mendorong para produsen dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya teknologi. Hal tersebut mendorong para produsen dalam BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Pada saat ini masyarakat semakin berkembang, yang disebabkan leh semakin majunya teknlgi. Hal tersebut mendrng para prdusen dalam menciptakan barang dan jasa, untuk

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Minyak Goreng

Tinjauan Pasar Minyak Goreng (Rp/kg) (US$/ton) Edisi : 01/MGR/01/2011 Tinjauan Pasar Minyak Goreng Informasi Utama : Tingkat harga minyak goreng curah dalam negeri pada bulan Januari 2011 mengalami peningkatan sebesar 1.3% dibandingkan

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa: 1. Penawaran output jagung baik di Jawa Timur maupun di Jawa Barat bersifat elastis

Lebih terperinci

Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 4, # 105-

Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 4, # 105- Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed. 2005 Chapter 4, # 105- Heinrich von Stackelberg (1934) Supply side banyak sedikit satu Demand side banyak Persaingan sempurna

Lebih terperinci

Apakah Perekonomian Indonesia Melambat?

Apakah Perekonomian Indonesia Melambat? Seminar Nasinal Apakah Pereknmian Indnesia Melambat? Disampaikan leh: PT. Danareksa (Perser) Jl. Medan Merdeka Selatan N. 14 Jakarta Agustus 2017-0 - Outline A. Prspek Pereknmian Glbal dan Ekspr Indnesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manufaktur bersaing dengan ketat dalam memproduksi barang, konsumen menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. manufaktur bersaing dengan ketat dalam memproduksi barang, konsumen menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa persaingan bebas pada era Glbalisasi ini, dimana perusahaan manufaktur bersaing dengan ketat dalam memprduksi barang, knsumen menjadi sangat menyadari

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU Eriyati Rosyeti Abstraksi Perkembangan komoditi Crude Palm Oil (CPO) Riau menghadapi berbagai saingan, untuk itu studi analisis daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki potensi yang menjanjikan. Hal ini dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki potensi yang menjanjikan. Hal ini dapat dilihat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembang pesat dan semakin kuat nya persaingan bisnis di bidang tmtif saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki ptensi yang menjanjikan. Hal ini dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI PENJUALAN SERTA PENAWARAN CPO DI PT AGRICINAL ANALYZING OF PRODUCTION SALES AND SUPPLY GROWTH OF CPO IN PT AGRICINAL

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI PENJUALAN SERTA PENAWARAN CPO DI PT AGRICINAL ANALYZING OF PRODUCTION SALES AND SUPPLY GROWTH OF CPO IN PT AGRICINAL ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI PENJUALAN SERTA PENAWARAN CPO DI PT AGRICINAL ANALYZING OF PRODUCTION SALES AND SUPPLY GROWTH OF CPO IN PT AGRICINAL Elsa Ginting, M. Nurung, Sri Sugiarti Jurusan Sosial

Lebih terperinci

IMPLIKASI KEBIJAKAN BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT INDONESIA. Indonesia menetapkan kebijakan pada industri kelapa sawit dan

IMPLIKASI KEBIJAKAN BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT INDONESIA. Indonesia menetapkan kebijakan pada industri kelapa sawit dan IX. IMPLIKASI KEBIJAKAN BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT INDONESIA 9.1. Industri Sawit Indonesia Indonesia menetapkan kebijakan pada industri kelapa sawit dan memberlakukan pajak ekspor dengan ketentuan

Lebih terperinci

PERANAN PEMBERIAN KREDIT PERTANIAN BANK BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI WORTEL DI KELURAHAN RURUKAN KECAMATAN TOMOHON TIMUR

PERANAN PEMBERIAN KREDIT PERTANIAN BANK BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI WORTEL DI KELURAHAN RURUKAN KECAMATAN TOMOHON TIMUR PERANAN PEMBERIAN KREDIT PERTANIAN BANK BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI WORTEL DI KELURAHAN RURUKAN KECAMATAN TOMOHON TIMUR Rianita Omega Rares Jachim N.K Dumais Charles R. Ngangi Nrtje M. Benu ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, 60 BAB I PENDAHULUAN 3.1. Latar Belakang Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar) 1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Komoditas kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan sangat penting dalam penerimaan devisa negara, pengembangan perekonomian

Lebih terperinci

Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang

Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang PERANAN SEKTOR KEHUTANAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA BARAT 1) Oleh : Nur Arifatul Ulya 2) ABSTRAK Prvinsi Sumatera Barat merupakan salah satu prvinsi di Pulau Sumatera yang memiliki kawasan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu ) Cindi Melani

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Definisi Judul

BAB I. 1.1 Definisi Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Judul Pasar : Tempat berlangsungnya transaksi jual beli barang dengan berbagai macam item, dan berjumlah banyak. Ikan knsumsi : Hewan yang hidup di air, baik di air tawar

Lebih terperinci

ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN PADA RUAS JALAN WOLTER MONGINSIDI KOTA MANADO

ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN PADA RUAS JALAN WOLTER MONGINSIDI KOTA MANADO Jurnal Sipil Statik Vl.1 N.9, Agustus (623-629) ISSN: 2337-6732 ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN PADA RUAS JALAN WOLTER MONGINSIDI KOTA MANADO Ardi Palin A. L. E. Rumayar, Lintng E. Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

Barang Publik dan Eksternalitas

Barang Publik dan Eksternalitas Barang Publik dan Eksternalitas 1. Eksternalitas dan Efisiensi Pasar Keseimbangan penawaran dan permintaan adalah suatu alkasi sumbersumber daya yang pada umumnya efisien. Meminjam metafra dari Adam Smith,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 25 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Area Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia secara berturut-turut pada tahun 1999, 2000, 2001 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Dimana sebagian besar penduduknya. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Hal ini sebenarnya tidak terlalu

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Dimana sebagian besar penduduknya. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Hal ini sebenarnya tidak terlalu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Dimana sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tahun BAB I PENDAHULUAN Penelitian menjelaskan bagaimana sistem informasi manajemen rantai pasok minyak sawit mentah berbasis GIS dirancang. Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan

Lebih terperinci

ORGANISASI PERUSAHAAN. Dua pertanyaan dalam kaitannya dengan operasi perusahaan, yaitu:

ORGANISASI PERUSAHAAN. Dua pertanyaan dalam kaitannya dengan operasi perusahaan, yaitu: ORGANISASI PERUSAHAAN Dua pertanyaan dalam kaitannya dengan operasi perusahaan, yaitu: (1) BAGAIMANA CARA OPTIMAL UNTUK MEMPEROLEH KOMPOSISI INPUT YANG EFISIEN? (2) BAGAIMANA PEMILIK MEMASTIKAN PEKERJA

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI BORDIR/SULAMAN DI KOTA PEKANBARU

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI BORDIR/SULAMAN DI KOTA PEKANBARU PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI BORDIR/SULAMAN DI KOTA PEKANBARU Oleh : Rezzy Andriani Pembimbing : Mardiana dan Deny Setiawan Faculty f Ecnmics Riau Univesity, Pekanbaru, Indnesia Email :rezzyandriani@yah.cm

Lebih terperinci

10Pilihan Stategi Industrialisasi

10Pilihan Stategi Industrialisasi 10Pilihan Stategi Industrialisasi Memasuki Milenium Ketiga yang Berpihak pada Penguatan Ekonomi Rakyat Pendahuluan Sebenarnya judul makalah yang diminta panitia kepada saya adalah Peluang Rakyat Dalam

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi 1 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU Eriyati Rosyetti Abstraksi Perkembangan komoditi Crude Palm Oil (CPO) Riau menghadapi berbagai saingan, untuk itu studi analisis

Lebih terperinci

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

I. U M U M. TATA CARA PANEN. LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

ANALISIS SUB-SEKTOR PERKEBUNAN PALA DI PROVINSI SULAWESI UTARA. Soraya Pangalima Caroline B. D. Pakasi Noortje M. Benu

ANALISIS SUB-SEKTOR PERKEBUNAN PALA DI PROVINSI SULAWESI UTARA. Soraya Pangalima Caroline B. D. Pakasi Noortje M. Benu Analisis Sub-sektr Perkebunan Pala.... (Sraya Pangalima, Carline Pakasi, Nrtje Benu) ANALISIS SUB-SEKTOR PERKEBUNAN PALA DI PROVINSI SULAWESI Sraya Pangalima Carline B. D. Pakasi Nrtje M. Benu ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi. HMGRIN Harga Margarin (rupiah/kg) 12393.5 13346.3 7.688 VII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil pendugaan model pengembangan biodiesel terhadap produk turunan kelapa sawit

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERLAKUAN PAJAK EKSPOR TERHADAP HARGA DOMESTIK BIJI KERING KAKAO SUMATERA UTARA

PENGARUH PEMBERLAKUAN PAJAK EKSPOR TERHADAP HARGA DOMESTIK BIJI KERING KAKAO SUMATERA UTARA PENGARUH PEMBERLAKUAN PAJAK EKSPOR TERHADAP HARGA DOMESTIK BIJI KERING KAKAO SUMATERA UTARA Litna Nurjannah G 1), Salmiah 2), dan Lily Fauziah 3) Alumni Fakultas Pertanian USU dan Staf Pengajar Program

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN a) LATAR BELAKANG DAN DASAR HUKUM BPK mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan,kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI Oleh : Sri Nuryanti Delima H. Azahari Erna M. Lokollo Andi Faisal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 Lampiran 1 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 PENDAHULUAN Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan dkumen pembangunan yang disusun untuk kurun waktu

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT. 1. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau

ABSTRAK ABSTRACT. 1. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau ANALISIS SALURAN PEMASARAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PADA PETANI SWADAYA DI DESA SIMPANG KELAYANG KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU Oleh: Ardiansyah Pratama 1, Eliza 2 Ermi Tety 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran Berbasis Kinerja Anggaran Berbasis Kinerja Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metde penganggaran yang digunakan adalah metda tradisinal atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan

Lebih terperinci