Barang Publik dan Eksternalitas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Barang Publik dan Eksternalitas"

Transkripsi

1 Barang Publik dan Eksternalitas 1. Eksternalitas dan Efisiensi Pasar Keseimbangan penawaran dan permintaan adalah suatu alkasi sumbersumber daya yang pada umumnya efisien. Meminjam metafra dari Adam Smith, tangan tak tampak yang ada di pasar menggiring pembeli dan penjual yang punya kepentingan masing-masing untuk memaksimalkan manfaat keseluruhan yang dapat diperleh masyarakat dari pasar itu. Pasar umumnya adalah cara yang baik untuk mengrganisasikan kegiatan eknmi. Ada banyak hal yang dapat dilakukan pasar dengan baik, tetapi pasar tidak dapat melakukan semuanya dengan baik. Pemerintah kadang kala dapat memperbaiki hasil pasar. Kita telaah mengapa pasar terkadang gagal mengalkasikan sumber-sumber daya dengan efisien bagaimana kebijakan pemerintah dapat memperbaiki alkasi dari pasar itu, dan kebijakan-kebijakan apa yang kinerjanya paling baik. Eksternalitas merupakan dampak-dampak tidak terkmpensasi dari tindakan seserang terhadap kesejahteraan rang lain yang tidak terlibat. Eksternalitas (externality) muncul ketika seserang terlibat dalam kegiatan yang memengaruhi kesejahteraan rang lain yang tidak menrima kmpensasi atas dampak tersebut. Jika dampaknya bagi rang lain buruk, hal ini disebut eksternalitas negatif; jika dampaknya baik, disebut eksternalitas psitif. Dalam suatu pereknmian mdern, setiap aktivitas mempunyai keterkaitan dengan aktivitas lainnya. Apabila semua keterkaitan antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau melalui suatu sistem, maka keterkaitan antar berbagai aktivitas tersebut tidak menimbulkan masalah. Akan tetapi banyak pula keterkaitan antar kegiatan yang tidak melalui mekanisme pasar sehingga timbul berbagai macam masalah. Keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar adalah apa yang disebut dengan eksternalitas. Secara umum dapat dikatakan bahwa eksternalitas adalah suatu efek samping dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain, baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan. Dalam literatur asing, efek samping mempunyai istilah seperti : external effects, externalities, neighbrhd effects, side effects, spillver effects (Mishan, 1990). Efek samping dari suatu kegiatan atau transaksi eknmi bisa psitif (psitive external effects, external ecnmic) maupun negatif (negative external effects, external disecnmic). Dalam kenyataannya, baik dampak negatif maupun efek psitif bisa terjadi secara bersamaan dan simultan. Dampak yang menguntungkan misalnya seserang yang membangun sesuatu pemandangan yang indah dan bagus pada lkasi tertentu mempunyai dampak psitif bagi rang sekitar yang melewati lkasi tersebut. Sedangkan dampak negatif misalnya plusi udara, air dan suara. Ada juga ekternalitas yang dikenal sebagai eksternalitas yang berkaitan dengan uang (pecuniary externalities) yang muncul ketika dampak eksternalitas itu disebabkan leh meningkatnya harga. Misalnya, suatu perusahaan didirikan pada Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 1

2 lkasi tertentu atau kmpleks perumahan baru dibangun, maka harga tanah tersebut akan melnjak tinggi. Meningkatnya harga tanah tersebut menimbulkan dampak external yang negatif terhadap knsumen lain yang ingin membeli tanah disekitar daerah tersebut. Dalam cnth di atas efek tersebut dalam perubahan harga tanah, dimana kesejahteraan masyarakat berubah tetapi perubahan itu akan kembali ke keadaan keseimbangan karena setiap barang akan menyamakan rasi harga-harga barang dengan marginal rate f substitutin (MRS). Jadi, suatu fakta bahwa tindakan seserang dapat mempengaruhi rang lain tidaklah berarti adanya kegagalan pasar selama pengaruh tersebut tercermin dalam harga-harga sehingga tidak terjadi ketidak efisienan dalam pereknmian. Jadi, yang dimaksud dengan eksternalitas hanyalah apabila tindakan seserang mempunyai dampak terhadap rang lain atau seglngan rang lain tanpa adanya kmpensasi apapun juga sehingga timbul inefisiensi dalam alkasi faktr prduksi. Figur 1 menunjukan kurva penawaran dan permintaan di pasar aluminium. Kurva penawaran dan permintaan mengandung infrmasi yang penting mengenai biaya dan manfaat. Kurva permintaan untuk aluminium mencerminkan nilai aluminium bagi knsumen, sebagaimana diukur leh harga yang bersedia mereka bayarkan. Pada jumlah berapa pun, tinggi kurva permintaan menunjukan kerelaan untuk membayar dari si pembeli marginal. Dengan kata lain, kurva ini menunjukan nilai aluminium yang terakhir dibeli bagi knsumen. Begitu juga, kurva penawaran mencerminkan biaya-biaya dari memprduksi alumunium. Pada jumlah berapa pun, tingginya kurva penawaran menunjukkan biaya bagi si penjual marginal. Dengan kata lain, kurva ini menunjukkan biaya aluminium yang terakhir diprduksi bagi si prdusen. Harga Aluminium Penawaran (biaya pribadi) Titik Keseimbangan Permintaan (nilai pribadi) 0 Jumlah Aluminium FIGUR 1 Pasar Aluminium Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 2

3 Kurva permintaan mencerminkan nilai bagi pembeli, dan kurva penawaran mencerminkan harga bagi penjual. Jumlah keseimbangan, QMARKET, memaksimalkan nilai ttal bagi pembeli dikurangi nilai ttal bagi penjual. Tanpa adanya eksternalitas, keseimbangan pasarnya efisien. Tanpa adanya intervensi dari pemerintah, harga akan berubah sedemikian hingga jumlah dan harga penawaran sama dengan permintaan. Jumlah yang diprduksi dan diknsumsi pada keseimbangan pasar, ditunjukkan sebagai QMARKET pada figur I, adalah efisien jika dilihat dari kemampuannya memaksimalkan surplus prdusen dan surplus knsumen. Artinya, pasar mengalkasikan sumber-sumber dayanya dengan suatu cara yang mampu memaksimalkan nilai ttal bagi knsumen yang membeli dan menggunakan alumunium dikurangi biaya ttal bagi prdusen yang memprduksikan dan menjual alumunium. A. JENIS-JENIS EKSTERNALITAS Efisiensi alkasi sumberdaya dan distribusi knsumsi dalam eknmi pasar dengan kmpetisi bebas dan sempurna bisa terganggu, jika aktivitas dan tindakan invividu pelaku eknmi baik prdusen maupun knsumen mempunyai dampak (externality) baik terhadap mereka sendiri maupun terhadap pihak lain. Eksternalitas itu dapat terjadi dari empat interaksi eknmi berikut ini : a) Efek atau dampak satu prdusen terhadap prdusen lain (effects f prducers n ther prducers). b) Efek atau dampak samping kegiatan prdusen terhadap knsumen (effects f prducers n cnsumers) c) Efek atau dampak dari suatu knsumen terhadap knsumen lain (effects f cnsumers n cnsumers) d) Efek akan dampak dari suatu knsumen terhadap prdusen (effects f cnsumers n prducers) 1. Dampak Suatu Prdusen Terhadap Prdusen Lain Suatu kegiatan prduksi dikatakan mempunyai dampak eksternal terhadap prdusen lain jika kegiatannya itu mengakibatkan terjadinya perubahan atau penggeseran fungsi prduksi dari prdusen lain. Dampak atau efek yang termasuk dalam kategri ini meliputi biaya pemurnian atau pembersihan air yang dipakai (eater intake clen-up cst) leh prdusen hilir (dwnstream prducers) yang menghadapi pencemaran air (water plutin) yang diakibatkan leh prdusen hulu (upstream prducers). Hal ini terjadi ketika prdusen hilir membutuhkan air bersih untuk prses prduksinya. Dampak kategri ini bisa dipahami lebih jauh dengan cnth lain berikut ini. Suatu prses prduksi (misalnya perusahaan pulp) menghasilkan limbah residu prduk sisa yang beracun dan masuk ke aliran sungai, danau atau semacamnya, sehingga prduksi ikan terganggu dan akhirnya merugikan prdusen lain yakni para penangkap ikan (nelayan). Dalam hal ini, kegiatan prduksi pulp tersebut mempunyai dampak negatif terhadap prduksi lain (ikan) atau nelayan, dan inilah yang dimaksud dengan efek suatu kegiatan prduksi terhadap prduksi kmditi lain. Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 3

4 2. Dampak Prdusen Terhadap Knsumen Suatu prdusen dikatakan mempunyai eksternal efek terhadap knsumen, jika aktivitasnya merubah atau menggeser fungsi utilitas rumah tangga (knsumen). Dampak atau efek samping yang sangat ppuler dari kategri kedua yang ppuler adalah pencemaran atau plusi. Kategri ini meliputi plusi suara (nise), berkurangnya fasilitas daya tarik alam (amenity) karena pertambangan, bahaya radiasi dari stasiun pembangkit (plusi udara) serta plusi air, yang semuanya mempengaruhi kenyaman knsumen atau masyarakat luas. Dalam hal ini, suatu agen eknmi (perusahaan/prdusen) yang menghasilkan limbah (waste prducts) ke udara atau ke aliran sungai mempengaruhi pihak dan agen lain yang memanfaatkan sumber daya alam tersebut dalam berbagai bentuk. Sebagai cnth, kepuasan knsumen terhadap pemanfaatan daerah-daerah rekreasi akan berkurang dengan adanya plusi udara. 3. Dampak Knsumen Terhadap Knsumen Lain Dampak knsumen terhadap knsumen yang lain terjadi jika aktivitas seserang atau kelmpk tertentu mempengaruhi atau mengganggu fungsi utilitas knsumen yang lain. Knsumen serang individu bisa dipengaruhi tidak hanya leh efek samping dari kegiatan prduksi tetapi juga leh knsumsi leh individu yang lain. Dampak atau efek dari kegiatan suatu serang knsumen yang lain dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Misalnya, bisingnya suara alat pemtng rumput tetangga, kebisingan bunyi radi atau musik dari tetangga, asap rkk seserang terhadap rang sekitarnya dan sebagainya. 4. Dampak Knsumen Terhadap Prdusen Dampak knsumen terhadap prdusen terjadi jika aktivitas knsumen mengganggu fungsi prduksi suatu prdusen atau kelmpk prdusen tertentu. Dampak jenis ini misalnya terjadi ketika limbah rumahtangga terbuang ke aliran sungai dan mencemarinya sehingga mengganggu perusahaan tertentu yang memanfaatkan air baik leh ikan (nelayan) atau perusahaan yang memanfaatkan air bersih. Lebih jauh Bauml dan Oates (1975) menjelaskan tentang knsep ekternalitas dalam dua pengertian yang berbeda : a) Eksternalitas yang bisa habis (a deplatable externality) yaitu suatu dampak eksternal yang mempunyai ciri barang individu (private gd r bad) yang mana jika barang itu diknsumsi leh seserang individu, barang itu tidak bisa diknsumsi leh rang lain. b) Eksternalitas yang tidak habis (an undeplate externality) adalah suatu efek eksternal yang mempunyai ciri barang publik (public gds) yang mana barang tersebut bisa diknsumsi leh seserang, dan juga bagi rang lain. Dengan kata lain, besarnya knsumsi seserang akan barang tersebut tidak akan mengurangi knsumsi bagi yang lainnya. Dari dua knsep eketernalitas ini, eksternalitas jenis kedua merupakan masalah pelik/rumit dalam eknmi lingkungan. Keberadaan eksternalitas yang merupakan barang publik seperti plusi udara, air, dan suara merupakan cnth eksternalitas jenis yang tidak habis, yang memerlukan instrumen eknmi untuk menginternalisasikan dampak tersebut dalam aktivitas dan analisa eknmi. Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 4

5 B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB EKSTERNALITAS Eksternalitas timbul pada dasarnya karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti prinsip-prinsip eknmi yang berwawasan lingkungan. Dalam pandangan eknmi, eksternalitas dan ketidakefisienan timbul karena salah satu atau lebih dari prinsip-prinsip alkasi sumber daya yang efisien tidak terpenuhi. Karakteristik barang atau sumberdaya publik, ketidaksempurnaan pasar, kegagalan pemerintah merupakan keadaan-keadaan dimana unsur hak pemikiran atau pengusahaan sumber daya (prperty rights) tidak terpenuhi. Sejauh semua faktr ini tidak ditangani dengan baik, maka eksternalitas dan ketidakefisienan ini tidak bisa dihindari. Kalau ini dibiarkan, maka ini akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan terhadap eknmi terutama dalam jangka panjang. 2. Teri Kesejahteraan Eknmi TEORAMA COASE Sejauh mana slusi swata tersebut mampu mengatasi masalah eksternalitas?. Ada sebuah pemikiran yang disebut terema Case (Case therem) mengambil nama perumusnya yakni eknm Rnald Case yang menyatakan bahwa slusi swasta bisa sangat efektif seandainya memenuhi satu syarat. Syarat itu adalah pihakpihak yang berkepentingan dapat melakukan negsiasi atau merundingkan langkahlangkah penanggulangan masalah ekternalitas yang ada diantara mereka, tanpa menimbulkan biaya khusus yang memberatkan alkasi sumber daya yang sudah ada. Menurut terema Case, hanya jika syarat itu terpenuhi, maka pihak swasta itu akan mampu mengatasi masalah eksternalitas dan meningkatkan efisiensi alkasi sumber daya. Untuk lebih memahami makna terema Case, simaklah cnth berikut : Di sebuah kta tinggal seserang bernama Dick, ditemani anjingnya yang bernama Spt. Spt ini terus-terusan menggnggng sehingga sangat mengganggu Jane, tetangga Dick. Dick memetik manfaat dengan memelihara Spt, berupa rasa aman dan nyaman. Namun pemeliharaannya atas Spt itu menimbulkan eksternalitas negatif terhadap Jane. Haruskah Dick dipaksa mengirim anjing ke lkasi khusus penitipan hewan, ataukah Jane yang harus dipaksa rela begadang sepanjang malam, karena tidak bisa tidur akibat gnggngan Spt?. Pertama-tama, kita perkirakan dahulu seperti apa pemecahan yang dalam secara ssial (untuk semua pihak). Ada dua alternatif yang perlu dipertimbangkan, dan untuk itu diperlukan perhitungan atas seberapa banyak nilai keuntungan bagi Dick dengan memelihara Spt, dan berapa kerugian yang harus ditanggung Jane. Jika keuntungannya melebihi kerugiannya maka pemecahan yang efisien secara ssial adalah Dick dibiarkan terus memelihara anjingnya, sedangkan Jane harus rela tidur diiringi gnggngan anjing. Sebaliknya, jika nilai kerugiannya melampaui nilai keuntungannya, maka Dick harus menyingkirkan anjingnya. Menurut terema Case, pasar swasta dapat menciptakan sendiri pemecahan yang efisien. Bagaimana caranya?. Sebagai satu cnth, Jane dapat menawarkan sejumlah uang kepada Dick agar menyingkirkan anjingnya. Dick akan terima tawaran itu, jika uang yang ditawarkan melebihi nilai keuntungannya dalam memelihara Spt. Melalui tawar Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 5

6 menawar, Dick dan Jane akhirnya akan dapat menyepakati jumlah imbalan yang dapat diterima kedua belah pihak, dan seandainya kesepakatan tersebut benar-benar dapat dicapai, maka itu berarti mereka dapat menciptakan sendiri pemecahan atas masalah eksternalits yang mereka hadapi. Umpamakan saja, nilai keuntungan bagi Dick dari memelihara Spt adalah Rp ,- sedangkan kerugian Jane bernilai Rp ,- Dalam kasus ini, Jane dapat menawarkan imbalan sebanyak Rp ,- dan Dick dengan senang hati akan menyingkirkan anjingnya. Kedua belah pihak akan lebih sejahtera dibanding sebelumnya dan pemecahan efisien pun tercipta. Namun ada pula kemungkinan Jane tidak membayar imbalan itu, yakni jika ternyata nilai keuntungan Dick lebih besar dari pada nilai kerugiannya. Misalkan saja, nilai keuntungan Dick dari memelihara Spt ternyata Rp ,- sedangkan kerugian Jane akibat gnggngan Spt hanya Rp ,- Jika ini kasusnya, maka tentu saja Dick akan menlak tawaran imbalan yang lebih kecil dari Rp ,- padahal Jane tidak akan mau membayar lebih dari Rp ,-. Akibatnya, Dick akan tetap memelihara Spt. Ditinjau dari perhitungan untung ruginya, kndisi tersebut juga terhitung efisien. Semua uraian dalam cnth di atas, tentu saja bertumpu pada asumsi bahwa Dick secara hukum memang dibenarkan memelihara anjingnya yang berisik itu, sehingga Jane tidak bisa mengganggu gugat. Artinya, kita berasumsi bahwa Dick dapat memelihara Spt dengan bebas, dan Jane harus memberinya imbalan agar Dick menyingkirkan anjingnya itu secara sukarela. Lantas bagaimana jika ternyata hukum berpihak pada Jane, atau jika Jane secara hukum berhak untuk menikmati ketenangan dan ketentraman di rumahnya sendiri. Menurut terema Case, distribusi awal hak atau perlindungan hukum itu tidak menjadi persalan, karena tidak ada pengaruhnya terhadap kemampuan pasar dalam mencapai hasil yang efisien. Misalkan saja, Jane secara hukum dapat menggugat Dick agar menyingkirkan anjingnya. Dalam kasus ini, hukum berpihak pada Jane, namun hasil akhirnya tidak akan berubah. Dalam kasus ini, Dick dapat menawarkan sejumlah imbalan kepada Jane agar ia dapat terus memelihara anjingnya. Andaikata nilai keuntungan Dick lebih besar daripada kerugian Jane, maka keduanya akan dapat mencapai suatu kesepakatan yang memungkinkan Dick terus memelihara Spt. Jadi, terlepas dari distribusi hak pada awalnya, Dick dan Jane tetap berpeluang mencapai kesepakatan. Meskipun demikian, sal distribusi hak itu bukannya sama sekali tidak relevan, karena distribusi awal itulah yang menentukan distribusi kesejahteraan eknmi. Jika Dick yang memiliki hak awal untuk memelihara Spt, maka Jane lah yang harus memberi imbalan dalam kesepakatan yang mereka buat. Sebaliknya, jika Jane yang mempunyai hak awal untuk hidup tenang, maka Dick yang harus memberi imbalan. Namun dalam kedua kasus ini, kesepakatan tetap dapat dibuat dalam rangka mengatasi masalah eksternalitas. Pada akhirnya, Dick hanya akan terus memelihara anjingnya jika nilai keuntungannya melebihi nilai kerugiannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa : Terema Case menyatakan bahwa pelakupelaku eknmi pribadi/swasta, dapat mengatasi sendiri masalah eksternalitas yang muncul diantara mereka. Terlepas dari distribusi hak pada awalnya, pihak-pihak Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 6

7 yang berkepentingan selalu berpeluang mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak, dan merupakan pemecahan yang efisien. 3. Eksternalitas Negatif dan Psitif dalam Prduksi maupun Knsumsi Eksternalitas Negatif Sekarang mari asumsikan pabrik-pabrik penghasil aluminium ini mengeluarkan plusi. Untuk setiap unit aluminium yang diprduksi, sejumlah asap memasuki atmsfer. Karena asap ini menciptakan risik kesehatan bagi mereka yang meghirup udaranya, asap merupakan eksternalitas negative. Bagaimana eksternalitas ini mempengaruhi efisiensi hasil pasar? Karena eksternalitas ini, biaya bagi masyarakat untuk memprduksi aluminium lebih besar daripada biaya prduksi bagi prdusen aluminium. Untuk setiap unit aluminium yang diprduksi, biaya ssial-nya meliputi biaya swasta dari para prdusen aluminium ditambah biaya bagi rang-rang lain yang terkena dampak buruk dari plusinya. Figur 2 menunjukkan biaya ssial dari memprduksi aluminium. Kurva biaya ssial ini terletak di atas kurva penawaran karena kurva ini memperhitungkan biaya-biaya eksternalitas yang dikenakan leh masyarakat terhadap prdusen aluminium. Perbedaan antara kedua kurva ini mencerminkan biaya dari plusi. Berapa banyak aluminium yang harus diprduksi? Untuk menjawab pertanyaan ini, sekali lagi kita perlu membayangkan apa yang akan dilakukan leh sang perencana yang baik hati. Ia ingin memaksimalkan surplus ttal yang berasal dari pasar, yaitu nilai aluminium bagi knsumen dikurangi biaya prduksi aluminium. Namun, ia memahami bahwa biaya prduksi aluminium juga mencakup biaya-biaya eksternal, seperti plusi. Sang perencana akan memilih tingkat prduksi aluminium dimana kurva permintaannya memtng kurva biaya ssial. Perptngan ini menentukan jumlah aluminium ptimal dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan. Di bawah tingkat prduksi ini, nilai aluminium bagi knsumen (sebagaimana diukur leh tinggginya kurva permintaan) melebihi biaya ssial dari memprduksi aluminium (sebagaimana diukur leh tingginya kurva biaya ssial). Sang perencana tidak akan memprduksi lebih dari tingkat ini karena biaya ssial dari memprduksi satu unit aluminium tambahan melebihi nilai bagi knsumen. Perhatikan bahwa jumlah keseimbangan aluminium Qmarket lebih besar daripada jumlah yang ptimal secara ssial Qptimum. Alasan dari ketidakefisienan ini adalah bahwa keseimbangan pasar hanya mencerminkan biaya-biaya swasta dari prduksi. Dalam keseimbangan pasar, knsumen marginal menghargai aluminium di bawah biaya ssial untuk memprduksinya. Artinya, pada Qmarket kurva permintaan berada di bawah kurva biaya ssial. Dengan demikian mengurangi prduksi aluminium dan juga knsumsinya hingga di bawah keseimbangan pasar akan meningkatkan kesejahteraan eknmi masyarakat. Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 7

8 Harga aluminium Titik ptimum Biaya dari plusi Titik keseimbangan Biaya ssial Penawaran (biaya pribadi) Permintaan (nilai pribadi) QOPTIMUM QMARKET Jumlah aluminium FIGUR 2. Plusi dan Titik Optimalnya bagi Masyarakat Dengan adanya eksternalitas negatif, seperti plusi, biaya ssial suatu barang melebihi biaya swastanya. Jumlah yang ptimal, QOPTIMUM yang lebih kecil daripada jumlah keseimbangannya, QMARKET. Bagaimanakah perancang ssial ini mencapai hasil yang ptimal? Salah satu caranya hádala memberlakukan pajak kepada para prdusen aluminium untuk setiap tn yang terjual. Pajak ini akan menggeser kurva penawaran aluminium ke atas sebesar nilai pajak itu. Jika pajak ini benar-benar mencerminkan biaya scial dari sapa yang dibuang ke atmsfer, kurva penawaran yang baru akan menempel dengan kurva biaya scial. Dalam keseimbangan pasar yang baru, para prdusen aluminium akan memprduksi jumlah yang ptimal secara ssial. Manfaat dari pajak semacam ini disebut sebagai internalisasi eksternalitas (internalizing an externalityi) karena hal ini memberikan insentif pada pembeli dan penjual di pasar untuk memperhitungkan efek-efek eksternal dari tindakan-tindakan mereka. Prdusen aluminium akan memperhitungkan dampak dan biaya dari plusi saat memutuskan berapa banyak aluminium yang akan dibuat, karena mereka harus membayar biaya-biaya eksternal ini lewat pajak. Kebijakan ini didasarkan atas satu dari Sepuluh Prinsip Eknmi: Semua rang tanggap terhadap insentif. Kita akan mempelajari di bab ini cara-cara lain yang dapat ditempuh pembuta kebijakan untuk mengatasi eksternalitas. Internalisasi eksternalitas adalah mengubah insentif-insentif sehingga masyarakat memperhitungkan dampak eksternal dari tindakan mereka. Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 8

9 Eksternalitas Psitif Meskipun beberapa jenis kegiatan menimbulkan biaya-biaya bagi pihak ketiga, beberapa jenis yang lain menghasilkan manfaat, cnthnya pendidikan. Pendidikan menghasilkan eksternalitas psitif karena ppulasi yang lebih terdidik akanmenciptakan pemerintahan yang lebih baik, yang menguntungkan bagi semua rang. Perhatikan bahwa manfaat pendidikan terhadap prduktivitas tidak dengan sendirinya merupakan eksternalitas. Knsumen dari pendidikan mendapatkan manfaatnya dalam bentuk upah yang lebih tinggi. Teapi jika sebagian dari manfaat prduktivitas dari pendidikan ini ternyata menguntungkan pihak-pihak lain, maka efek ini dapat juga dianggap sebagai eksternalitas psitif. Analisis dari eksternalitas psitif sama dengan analisis negatif dari eksternalitas negatif. Sebagaimana ditunjukkan pada figur 3, kurva permintaan tidak mencerminkan nilai barang itu bagi masyarakat. Karena nilai ssialnya lebih besar daripada nilai swastanya, kurva nilai ssial berada di atas kurva permintaan. Jumlah yang ptimal ditemukan pada perptngan kurva nilai ssial dengan kurva penawaran (yang mencerminkan biaya-biaya). Oleh karena itu, jumlah yang ptimal secara ssial adalah lebih besar daripada jumlah yang ditentukan pasar swasta. Sekali lagi, pemerintah dapat memperbaiki kegagalan ini dengan mendrng semua pihak yang terlibat di pasar utntuk menginternalisasikan eksternalitas itu. Tanggapan yang wajar atas kasus eksternalitas psitif adalah kebalikan dari tanggapan atas kasus eksternalitas negatif. Untuk menggeser keseimbangan pasar mendekat titik ptimal secara ssialnya, suatu eksternaitas psitif harus disubsidi. Pada kenyataannya, inilah yang dilakuakn leh peerintah. Pendidikan sngat banyak mendapatkan subsidi lewat kehadiran seklah-seklah negeri dan beasiswa pemerintah. Harga aluminium Penawaran (biaya pribadi) Biaya ssial Permintaan (nilai tambah) QMARKET QOPTIMUM Jumlah aluminium FIGUR 3 Pendidikan dan Titik Optimalnya bagi Masyarakat Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 9

10 Dengan adanya eksternalitas psitif, nilai ssial suatu barang melebihi nilai swastanya. Jumlah yang ptimal, QOPTIMUM, lebih besar daripada jumlah keseimbangannya, QMARKET. Secara ringkas: eksternalitas negatif membuat pasar memprduksi jumlah yang lebih besar daripada yang diinginkan leh ssial. Eksternalitas psitif membuat pasar memprduksi jumlah yang lebih kecil daripada yang diinginkan leh ssial. Untuk memperbaiki masalah ini, pemerinta menginteralisasi eksternalitasnya dengan cara mengenakan pajak pada barang-barang yang mempunyai eksternalitas negatif dan memberikan subsidi pada barang-barang yang mempunyai eksternalitas psitif. 4. Kebijakan Publik Dalam Mengatasi Eksternalitas Kita telah menyimak mengapa keberadaan eksternalitas itu dapat mengakibatkan alkasi sumber daya yang dilakukan leh pasar menjadi tidak efisien. Namun sejauh ini kita baru mengulas secara sekilas tentang cara-cara mengatasi eksternalitas tersebut. Dalam prakteknya, bukan hanya pemerintah saja yang perlu dan dapat mengatasi eksternalitas itu, melainkan juga pihak-pihak nn pemerintah, baik itu pribadi/kelmpk maupun perusahaan/rganisasi kemasyarakatan. Untuk mudahnya, kita sebut saja pihak-pihak nn pemerintah tersebut sebagai pihak pribadi atau swasta. Pada dasarnya, tujuan yang hendak dicapai leh pemerintah maupun pihak swasta (perrangan dan kelmpk), berkenaan dengan penanggulangan eksternalitas itu sama saja, yakni untuk mendrng alkasi sumber daya agar mendekati kndisi yang ptimum secara ssial. Pada bagian pembahasan berikut kita akan menelaah slusi-slusi atau upaya-upaya yang dilakukan leh pemerintah dan pribadi atau swasta (private slutin) dalam mengatasi persalan eksternalitas. A. REGULASI Pemerintah dapat mengatasi suatu eksternalitas dengan melarang atau mewajibkan perilaku tertentu dari pihak-pihak tertentu. Sebagai cnth, untuk mengatasi kebiasaan membuang limbah beracun ke sungai, yang biaya ssialnya jauh lebih besar dari pada keuntungan pihak-pihak yang melakukannya, pemerintah dapat menyatakannya sebagai tindakan kriminal dan akan mengadili serta menghukum pelakunya. Dalam kasus ini pemerintah menggunakan regulasi atau pendekatan kmand dan kntrl untuk melenyapkan eksternalitas tadi. Namun kasus-kasus plusi umumnya tidak sesederhanana itu. Tuntutan para pecinta lingkungan untuk menghapuskan segala bentuk plusi, sesungguhnya tidak mungkin terpenuhi, karana plusi merupakan efek sampingan tak terelakkan dari kegiatan prduksi industri. Cnth yang sederhana, semua kendaraan bemtr sesungguhnya mengeluarkan plusi. Jika plusi ini hendak dihapus sepenuhnya, maka segala bentuk kendaraan bermtr harus dilarang leh pemerintah, dan hal ini tidak mungkin dilakukan. Jadi, yang harus diupayakan bukan penghapusan plusi secara ttal, melainkan pembatasan plusi hingga ambang tertentu, sehingga tidak terlalu merusak lingkungan namun tidak juga menghalangi kegiatan prduksi. Untuk menentukan ambang aman tersebut, kita harus menghitung segala untung ruginya secara cermat. Di Amerika Serikat, Badan Perlindungan Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 10

11 Lingkungan Hidup (EPA/Envirnmental Prtectin Agency) adalah lembaga yang diserahi wewenang dan tugas untuk merumuskan, melaksanakan, dan mengawasi berbagai regulasi yang dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup. Bentuk regulasi dibidang lingkungan hidup itu sendiri bisa bermacammacam. Adakalanya EPA langsung menetapakan batasan plusi yang diperblehkan untuk suatu perusahaan. Terkadang EPA mewajibkan pemakaian teknlgi atau peralalatan tertentu untuk mengurangi plusi di pabrik-pabrik. Di semua kasus, demi memperleh suatu peraturan yang baik dan tepat guna, para pejabat pemerintah harus mengetahui spesifikasi dari setiap jenis/sektr industri, dan berbagai alternatif teknlgi yang dapat diterapkan leh industri yang bersangkutan, dalam rangka mengurangi atau membatasi plusi. Masalahnya, infrmasi seperti ini sulit di dapatkan. B. PAJAK PIGOVIAN DAN SUBSIDI Selain menerapkan regulasi, untuk mengatasi eksternalitas, pemerintah juga dapat menerapkan kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada pendekatan pasar, yang dapat memadukan insentif pribadi/swasta dengan efisiensi ssial. Sebagai cnth, seperti telah disinggung di atas pemerintah dapat menginternalisasikan eksternalitas dengan menggunakan pajak terhadap kegiatankegiatan yang menimbulkan eksternalitas negatif, dan sebaliknya memberi subsidi untuk kegiatan-kegiatan yang memunculkan eksternalitas psitif. Pajak yang khusus diterapkan untuk mengreksi dampak dan suatu ekstemalitas negatif lazim disebut sebagai Pajak Pigvian (Pigwan tax), mengambil nama eknm pertama yang merumuskan dan menganjurkannya, yakni Arthur Pigu ( ). Para eknm umumnya lebih menyukai pajak Pigvian dari pada regulasi sebagai cara untuk mengendalikan plusi, karena biaya penerapan pajak itu lebih murah bagi masyarakat secara keseluruhan. Andaikan ada dua pabrik-pabrik baja dan pabrik kertas-yang masing-masing membuang limbah sebanyak 500 tn per tahun ke sungai. EPA menilai limbah itu terlalu banyak, dan beniat menguranginya. Ada dua pilihan slusi baginya, yakni : a) Regulasi : EPA mewajibkan semua pabrik untuk mengurangi limbahnya hingga 300 tn per tahun. b) Pajak Pigvian : EPA mengenakan pajak sebesar Rp untuk setiap tn limbah yang dibuang leh setiap pabrik. Regulasi itu langsung membatasi ambang plusi, sedangkan pajak Pigvian memberikan insentif kepada para pemilik pabrik untuk sebanyak mungkin mengurangi plusinya. Menurut pendapat Anda, slusi manakah yang lebih baik? Para eknm lebih meyukai penerapan pajak. Mereka yakin penerapan pajak itu sama sekali tidak kalah efektifnya dalam menurunkan plusi. Untuk mencapai ambang plusi tertentu, EPA tinggal menghitung tingkat pajak yang paling tepat untuk diterapkannya. Semakin tinggi tingkat pajaknya, akan semakin banyak penurunan plusi yang akan terjadi. Namun EPA juga harus hati-hati, karena pajaknya terlalu tinggi, plusi akan hilang, karena semua pabrik bangkrut atau memilih tidak berperasi. Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 11

12 Alasan utama para eknm itu memilih penerapan pajak, adalah karena cara ini lebih efektif menurunkan plusi. Regulasi mewajibkan semua pabrik mengurangi plusinya dalam jumlah yang sama, padahal penurunan sama rata, bukan merupakan cara termurah menurunkan plusi. Ini dikarenakan kapasitas dan keperluan setiap pabrik untuk berplusi berbeda-beda. Besar kemungkinan salah satu pabrik (misalkan pabrik kertas), lebih mampu (biayanya lebih murah) untuk menurunkan plusi dibanding pabrik lain (pabrik baja). Jika keduanya dipaksa menurunkan plusi sama rata, maka perasi pabrik baja akan terganggu. Namun melalui penerapan pajak, maka pabrik kertas akan segera mengurangi plusinya, karena hal itu lebih murah dan lebih mudah dilakukan dari pada membayar pajak, sedangkan pabrik baja, yang biaya penurunan plusinya lebih mahal, akan memilih membayar pajak saja. Pada dasarnya, pajak Pigvian secara langsung menetapkan harga atas hak berplusi. Sama halnya dengan kerja pasar yang mengalkasikan berbagai barang ke pembeli, yang memberikan penilaian paling tinggi pajak Pigvian ini juga mengalkasikan hak berplusi kepada perusahaan atau pabrik, yang paling sulit menurunkan plusinya atau yang dihadapkan pada biaya paling tinggi untuk menurunkan plusi (misalkan karena biaya alat penyaring plusinya sangat mahal). Berapapun target penurunan plusi yang diinginkan EPA akan dapat mencapainya dengan biaya termurah melalui penerapan pajak ini. Para eknm juga berkeyakinan bahwa penerapan pajak Pigvian, merupakan cara terbaik untuk menurunkan plusi. Pendekatan kmand dan kntrl tidak akan memberikan alasan atau insentif bagi pabrik-pabrik pencipta plusi untuk berusaha mengatasi plusi semaksimal mungkin. Seandainya saja plusinya sudah berada dibawah ambang maksimal (misalkan 300 tn per tahun), maka perusahaan itu tidak akan membuang biaya lebih banyak agar plusinya dapat ditekan lebih rendah lagi. Sebaliknya, pajak akan memberikan insentif kepada pabrik-pabrik itu untuk terus mengembangkan tekndgi yang ramah terhadap lingkungan. Mereka akan terus terdrng menurunkan plusi, karena semakin sedikit plusi yang mereka ciptakan, akan semakin sedikit pula pajak yang harus mereka bayar. Pajak Pigvian tidaklah sama dengan pajak-pajak lain, dimana kita mengetahui bahwa pajak pada urnumnya akan mendistrsikan insentif dan mendrng alkasi sumber daya menjauhi titik ptimum ssialnya. Pajak umumnya juga menimbulkan beban baku berupa penurunan kesejahteraan eknmis (turunnya surplus prdusen dan surplus knsumen), yang nilainya lebih besar dari pada pendapatan yang diperleh pemerintah dan pajak tersebut. Pajak Pigvian tidak seperti itu karena pajak ini memang khusus diterapkan untuk mengatasi masalah ekstemalitas. Akibat adanya eksternalitas, masyarakat harus memperhitungkan kesejahteraan pihak lain. Pajak Pigvian diterapkan untuk mengreksi insentif ditengah adanya eksternalitas, sehingga tidak seperti pajak-pajak lainnya, pajak Pigvian itu justru mendrng alkasi sumber daya mendekati titik ptimum ssial. Jadi, selain memberi pendapatan tambahan pada pemerintah, pajak Pigvian ini juga meningkatkan efisiensi eknmi. Eksternalitas hadir dalam beragam bentuk, sebagaimana juga kebijakan yang dilakukan untuk mengatasi kegagalan pasarnya. Berikut adalah beberapa cnthnya: Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 12

13 Emisi gas buang dari kendaraan bermtr adalah eksternalitas negatif karena menciptakan asap yang mau tak mau terhirup leh rang lain. Sebagai hasil eksternalitas ini, para pengemudi cenderung membuat plusi terlalu banyak. Pemerintah mencba mengatasi masalah ini dengan mengatur tingkat emisi gas buang untuk mbil-mbil. Pemerintah juga mengenakan pajak atas bensin untuk mengurangi seringnya masyarakat berkendaraan. Bangunan-bangunan barsejarah yang direnvasi dan dipelihara merupakan eksternalitas psitif karena rang-rang yang mangunjungi atau melewatinya dan meinkmati keindahan dan nuansa sejarah yang ada pada bangunanbangunan tersebut. Para pemilik bangunan tidak mendapatkan manfaat sepenuhnya dari prses renvasi ini, dan leh karena itu, cenderung mangabaikan bangunan-bangunan yang sudah tua. Pemerintah-pemerintah setempat berusaha menangani masalah dengan membuat regulasi perihal penghancuran bangunan-bangunan bersejarah an dengan memberikan keringanan pajak kepada para pemilik yang merawat bangunannya. Gnggngan anjing menciptakan eksternalitas negatif karena para tetangga terganggu dengannya. Para pemilik anjing tidak menanggung beban yang sepenuhnya suara itu, dan leh karena itu, cenderung tidak peduli dengan seberapa seringnya anjing mereka menggnggng. Pemerintah setempat mengatasi masalah ini dengan membuat hal ini ilegal. Penelitian-penelitian tekhnlgi baru memberikan eksternalitas psitif karena menghasilkan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan masyarakat. Karena para penemu tidak dapat mengambil seluruh manfaat dari penemuan mereka, maka para penemu ini cenderung mengalkasikan sumber-sumber daya yang terlalu sedikit untuk penelitian. Pemerintah mengatasi maslah ini sebagian dengan pemberlakuan hak paten, yang memberikan hak eksklusif kepada penemu suatu barang untuk manggunakannya selama jangka waktu tertentu. Dalam masing-masing kasus tersebut, sebagian pembuat keputusan gagal untuk memperhitungan dampak-dampak eksternal dari perilaku mereka. Pemerintah menanggapinya dengan mencba memengaruhi perilaku ini untuk melindungi kepentingan rang-rang lain. 5. Barang-Barang Publik a. Definisi Barang Publik Barang Publik (Public Gds) adlah barang-barang yang tidak ekskludabel dan juga tidak rival. Artinya, siapa saja tidak bisa dicegah untuk memanfaatkan barang ini, dan knsumsi seserang atas barang ini tidak mengurangi peluang rang lain utnuk melakukan hal yang sama. Ekskludabel : Sifat suatu barang yang menyebabkan rang dapat dicegah dari pemanfaatan barang tersebut. Rival : Persaingan suatu barang yang menyebabkan berkurangnya pemanfaatan barang tersebut leh seserang saat barang yang sama sedang dimanfaatkan leh rang lain. b. Cnth Barang Publik Pertahanan Nasinal. Jika suatu Negara aman karena mampu melawan setiap serangan Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 13

14 dari Negara lain, maka siapa saja di Negara ini tidak bisa dicegah untuk turut menikmati rasa aman. Di samping itu, pada saat rang tersebut menikmati rasa aman, peluang bagi rang lain untuk turut menikmati keamanan sama sekali tidak berkurang. c. Barang Publik yang Penting Pertahanan Nasinal Jika suatu Negara berhasil dipertahankan, tidak ada serang pun yang bisa cegah untuk menikmati manfaatnya. Dan ketika seserang yang menikmati manfaatnya. Manfaat yang dirasakan rang lain tidak akan berkurang. Oleh karena itu pertahanan nasinal tedak bersifat eksludabel maupun rival. Pertahanan nesinal merupakan salah satu barang publik yang paling mahal. Para eknm yang selalu mendukung pemerintah yang kecil juga setuju bahwa pertahanan nasinal adalah barang publik yang harus disediakan pemerintah. Penelitian ilmu pengetahuan Pengetahuan adalah barang publik. Cntuh : Matemaitkawan menemukan therema baru, maka therema tersebut akan masuk ke dalam ilmu pengetahuan yang bleh dimanfaatkan siapa saja secara gratis. Pengetahuan umum berbeda dengan pengetahuan spesifik dan teknis. Pengetahuan teknis yang spesifik, misalnya batu baterai baru yang tahan lama, dapat dipatenkan. Dengan hak paten, penemu bisa menikmati sendiri sebagian besar manfaatnya sampai batas waktu tertentu. Sedangkan therema yang ditemukan matematikawan tidak dapat dipatenkan karena setiap rang dapat memanfaatkannya secara gratis. Pengentasan kemiskinan Prgram-prgram antikemiskinan ini dibiayai leh pajak yang dipungut pemerintah dari keluarga/individu yang sukses secara kemiskinan. Diantaranya prgram-prgram tersebut adalah : Sistem kesejahteraan bersama : memberikan sedikit uang kepada fakir miskin. Prgram makanan murah : mengurangi biaya pembelian makanan bagi keluarga miskin. Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 14

15 RIVAL YA TIDAK Barang Pribadi Mnpli Alamiah YA Es Cream Pakaian Jalam tl yang macet Pemadam kebakaran TV kabel Jalan tl yang ksng EKSLUDABEL TIDAK Sumber daya milik bersama Ikan di laut Lingkungan Jalan biasa yang macet Barang Umum Tanda bahaya angin ribut Pertahanan nasinal Jalan biasa yang ksng Semua barang dapat dikelmpkkan ke dalam empat kategri berdasarkan dua kriteria berikut : 1. Apakah barang itu eksludabel? Apakah seserang dapatdicegah dari memanfaatkan barang tersebut? 2. Apakah barang itu rival? Apakah pemakaiannya leh seserang mengurangi kesempatan rang lain melakukan hal yang sama? Tabel di atas menyajikan cnth-cnth dari setiap kategri. Ketika kita menemukan apakah suatu barang termasuk barang publik, terlebih dahulu kita perlu menentukan siapa yang menikmati manfaatnya, dan apakah mereka dapat dilarang dalam memanfaatkan barang tersebut. Cnthnya : 1) Jika sebuah mercusuar menguntungkan banyak pemilik kapal, maka mercusuar itu merupakan barang publik. Tetapi jika manfaat utamanya dinikmati leh pemilik pelabuhan terdekat, maka mercusuar itu cenderung bersifat barang pribadi. 2) Pertunjukkan kembang api adalah barang publik. Jika diselenggarakan di sebuah kta yang padat penduduknya. Namun jika pertunjukkan tersebut disajikan di sebuah taman hiburan seperti Wall Disney Wrld maka sifatnya menjadi barang pribadi karena semua rang yang menntn harus membayar harga tiket masuk ke taman hiburan itu. Dengan kata lain beberapa barang dapat bersifat sebagai barang publik dan juga barang pribadi. Tergantung dari situasinya 6. Sumber Daya Milik Bersama Sumber daya milik bersama bersifat tidak ekskludabel namun bersifat rival. Pemanfaatannya leh seserang akan mengurangi peluang rang lain melakukan hal yang sama sebagai cnth : Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 15

16 Ikan di laut. Tidak ada yang melarang seserang utnuk menangkap ikan di laut. Atau meminta bayaran kepada para nelayan atas ikan-ikan yang mereka tangkap. Namun pda saat seserang melakukannya, maka jumlah ikan di laut akan berkurang sehingga kesempatan ramg lain melakukan hal yang sama jadi berkurang. Sumber Daya Milik Bersama yang Penting 1) Air dan udara bersih Pasar tidak mampu melindungi lingkungan hidup dengan baik. Air dan udara ebrsih merupakan sumber daya milik bersama seperti halnya lahan pengembalaan terbuka. Dan plusi yang terlalu besar sama saja dengan pemakaian lahan umum yang berlebihan. Plusi merupakan eksternalitas negatif yang dapat diatasi leh pemerintah dengan regulasi pemberlakuan pajak atas kegiatan yang menghasilkan plusi. 2) Jalanan yang padat Jalan raya yang tidak padat merupakan barang publik, namum jika jalan raya sedang dalam kndisi padat, maka timbul eksternalitas negatif. Ketika seserang menggunakan jalan raya dalam keadaan padat, jalan raya akan semakin padat, dan rang lain harus mengendarai kendaraannya dengan lebih lambat. Pal kasus ini, jalan raya adalah sumber daya milik bersama. 3) Ikan, ikan paus dan hewan liar lainnya Banyak spesies hewan yang terglng sumber daya milik bersama. Ikan dan ikan paus misalnya. Bernilai kmersial dan siapa saja bleh menangkapnya. Namun penangkapan ikan secara berlebihan juga akan mengancam plusi ikan dan ikan paus sehingga pada akhirnya hewan-hewan liar di laut yang nialinya kmersial tinggi terancam punah. 7. Pentingnya hak milik Dalam semua kasus pasar gagal mengalkasikan sumber-sumber dayanya secara efisien karena hak milik atas barang-barang tersebut tidak terdefinisi jelas artinya beberapa barang yang berharga tidak mempunyai pemilik yang sah. Cnthnya : kendati tidak ada yang bantah bahwa udara bersih dan pertahanan nasinal yang kuat itu merupakan barang berharga dan bernilai tinggi, tidak ada yang berhak memasang harga, menjual dan mengambil keuntungan dari barang-barang tersebut. Bila hak kepemilikan ada, setiap individu memiliki hak hukum untuk menuntut ganti rugi atas kerusakan atau penyalahgunaan sumber-sumber daya milik mereka. Bila hal milik itu terdefinisikan secara jelas, maka penggunaannya harus didertai dengan persetujuan atau kntrak khusus antara pemilik dan pemakai. Jika anda memiliki tanah, anda berhak menyusun kntrak dengan pihak yang hendak memanfaatkannya, katakanlah untuk membuka peternakan, dan anda pasti memperleh imbalan. Kita bisa memprediksikan bahwa bila ternyata kntrak atau perjanjian itu menjadi terlampau mahal atau sulit, maka biaya ssial dan biaya persnalnya tidak akan sama. Sebaliknya, jika kntrak dan pemanfaatan hak milik relatif murah, maka biaya ssial dan biaya persnalnya cenderung menyatu dan sama besarnya. Sebenarnya inilah penyebab mengapa eksternalitas itu hanya muncul pada sebagian kegiatan dalam masyarakat. Kita tidak perlu mengkhawatirkan pertentangan antara biaya ssial dan biaya persnal atas sebagian besar kegiatan yang berlangsung dalm pereknmian kita, megingat kegiatan-kegiatan itu berlangsung atas dasar kntrak atau perjanjian pengalihan dan pemanfaatan hak milik yang jelas. Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 16

17 KESIMPULAN Dalam beberapa kasus, para anggta masyarakat dapat mengatasi sendiri masalah eksternalitas, tanpa keterlibatan pemerintah. Menurut terema Case, seandainya mereka dapat melakukan tawar menawar secara bebas (tanpa biaya), maka mereka akan dapat mencapai kesepakatan bersama, dan melaksanakannya bersama-sama pula sehingga tercapai suatu alkasi yang efisien. Narnun dalam prakteknya, banyak kendala yang tidak memungkinkan berlangsungnya tawar menawar itu. Salah satu diantaranya adalah terlalu banyak pihak yang berkepentingan. Kalau rang-rang tidak dapat menyelesaikan sendiri masalah eksternalitas yang mereka hadapi, maka pemerintah perlu turun tangan. Namun adanya eksternalitas itu tidaklah menjadi alasan untuk sepenuhnya mencampakkan kekuatan pasar. Pemerintah dapat mengatasi persalan eksternalitas itu tanpa meninggalkan pasar, yakni dengan secara langsung mewajibkan para pembuat keputusan (prdusen atau knsumen) menanggung segenap biaya atau akibat yang ditimbulkan leh prilaku atau tindakan mereka. Cnthnya adalah penerapan pajak Pigvian terhadap plusi. Penanggulangan plusi juga dapat dilakukan melalui penerbitan izin plusi terbatas. Hanya perusahaan yang memiliki izin yang bleh menciptakan plusi, itupun dalam kadar yang terbatas. Kedua cara ini pada dasarnya merupakan upaya internalisasi ekstemalitas plusi. Dalam prakteknya peran kelmpkkelmpk pecinta lingkungan terus meningkat, sehingga kini mereka menjadi kekuatan utama dalam melindungi kelestarian lingkungan hidup. Kekuatan pasar jika dapat diarahkan secara tepat dapat menjadi resep yang paling mujarab untuk mengatasi kegagalan pasar. Dsen: Dr. Sri Murtiasih, SE., MM Halaman 17

EKSTERNALITAS POSITIF DAN NEGATIF PRODUSEN L Suparto LM

EKSTERNALITAS POSITIF DAN NEGATIF PRODUSEN L Suparto LM EKSTERNALITAS POSITIF DAN NEGATIF PRODUSEN L Suparto LM PENGANTAR Dalam suatu perekonomian modern, setiap aktivitas mempunyai keterkaitan antara aktifitas satu dengan aktivitas lainnya. Keterkaitan ini

Lebih terperinci

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK PENGANTAR RIVAL NON-RIVAL KHUSUS TIDAK-KHUSUS 1 RIVALRY (PERSAINGAN) TINGKAT PERSAINGAN ANTAR INDIVIDU UNTUK MEMPEROLEH MANFAAT DARI SUATU EXCLUDABILITY (PENGKHUSUSAN) TINGKAT PENGKHUSUSAN

Lebih terperinci

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market)

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market) EKSTERNALITAS EKSTERNALITAS Manfaat (Benefit) dan/atau Biaya (Cost) yang tidak dapat diperhitungkan secara langsung dalam proses produksi barang/jasa. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan

Lebih terperinci

(GOODS) Anang Muftiadi

(GOODS) Anang Muftiadi RIVAL NON-RIVAL KHUSUS TIDAK-KHUSUS JENIS BARANG (GOODS) Anang Muftiadi Program Pascasarjana STIA-LAN Bandung RIVALRY (PERSAINGAN) TINGKAT PERSAINGAN ANTAR INDIVIDU UNTUK MEMPEROLEH MANFAAT DARI SUATU

Lebih terperinci

by : Andika Putra Utami; Yunike Rahmi; Dewi Permata Sari; Bismatullah; Ismadi

by : Andika Putra Utami; Yunike Rahmi; Dewi Permata Sari; Bismatullah; Ismadi Manajemen Risik K3 di Perusahaan Pertambangan Psted n 21 Januari 2011 by Aria Gusti by : Andika Putra Utami; Yunike Rahmi; Dewi Permata Sari; Bismatullah; Ismadi Pendahuluan Pertambangan memiliki peran

Lebih terperinci

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR EFISIENSI EKONOMI dan PASAR Kuliah Ekonomi Lingkungan Sesi 5 Efisiensi Ekonomi (1) Efisiensi Ekonomi keseimbangan antara nilai produk dengan nilai dari input yang digunakan untuk memproduksinya (dgn kata

Lebih terperinci

Fenomena Eksternalitas:

Fenomena Eksternalitas: Beberapa contoh negatif lingkungan sungai Eksternlitas sampah di pantai Akibat penambangan kebisingan Fenomena : adalah fenomena yang pervasif (selalu terjadi di mana-mana) Fenomena ini terjadi karena

Lebih terperinci

Keselamatan kerja dan Kesehatan lingkungan 1

Keselamatan kerja dan Kesehatan lingkungan 1 MENGASOSIASI : Prinsip K-3 & Penerapan di Bengkel Kerja Anda diharuskan juga untuk mengassiasi atau menerjemahkan kedalam pikiran anda sendiri dan selanjutnya diwujudkan dalam bentuk tulisan atau gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah populasi jiwa serta kepadatan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah populasi jiwa serta kepadatan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah ppulasi 8.389.443 jiwa serta kepadatan penduduk sebesar 12.682,1/ 2 km, diperkirakan akan terus bertambah. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

PENGERTIAN, ASAS DAN TUJUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PENGERTIAN, ASAS DAN TUJUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN PENGERTIAN, ASAS DAN TUJUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh : FAUZUL A FAKULTAS HUKUM UPN VETERAN JAWA TIMUR kamis, 17 Maret 2011 BAHASAN Pengertian Azas Perlindungan knsumen Tujuan Perlindungan knsumen Hikmah

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Layanan Purna Jual Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indnesia N. 634/MPP/Kep/9/2002 tentang ketentuan dan tata cara pengawasan

Lebih terperinci

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY TIU : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan pengertian utilitas, menerangkan pengaruh utilitas dan permintaan serta menganalisisnya. TIK:

Lebih terperinci

Fenomena Eksternalitas:

Fenomena Eksternalitas: Fenomena : adalah fenomena yang pervasif (selalu terjadi di mana mana) Fenomena ini terjadi karena tindakan satu pihak tidak memperhitungkan akibatnya pada pihak lain. Eskternalitas terjadi manakala melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagai negara agraris, Indnesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikella dengan tepat, kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan

Lebih terperinci

Rangkuman Bab 14. Pembeli dapat melakukan :

Rangkuman Bab 14. Pembeli dapat melakukan : Rangkuman Bab 14 Memahami Penetapan Harga Harga bukan hanya angka-angka di label harga. Harga mempunyai banyak bentuk-bentuk dan melaksanakan banyak fungsi. Sepanjang sejarah, harga ditetapkan melalui

Lebih terperinci

Taman edukasi profesi dan Rekreasi anak medan

Taman edukasi profesi dan Rekreasi anak medan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sewaktu kita anak-anak, kita memiliki cita-cita yang kita impikan. Kita sering membayangkan bagaimana kalau ketika sudah dewasa nanti kita akan bekerja ataupun menekunin

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E.

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL Disusun dan diajukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Operasinal (Praktikum) Yang dibimbing leh Rr Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. Disusun Oleh :

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Sambutan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kata Pengantar Daftar Isi

Daftar Isi. Kata Sambutan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Isi Kata Sambutan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kata Pengantar Daftar Isi BAGIAN I PENDAHULUAN BAB 1 GAMBARAN UMUM KEUANGAN PUBLIK 1 Alasan Mempelajari Keuangan Publik 2 Pentingnya

Lebih terperinci

MEMBANGUN E-GOVERNMENT

MEMBANGUN E-GOVERNMENT 1 MEMBANGUN E-GOVERNMENT 1. Pendahuluan Di era refrmasi ini, kebutuhan masyarakat akan transparansi pelayanan pemerintah sangatlah penting diperhatikan. Perkembangan teknlgi infrmasi menghasilkan titik

Lebih terperinci

PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN

PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN a. Penilaian Praktikum: 1. Penilaian praktikum terdiri dari 2 kelmpk nilai: tugas kelmpk dinilai leh pembimbing asistensi yang bersangkutan

Lebih terperinci

UPAYA PENGHAPUSAN BENSIN BERTIMBAL MELALUI INSTRUMEN HUKUM

UPAYA PENGHAPUSAN BENSIN BERTIMBAL MELALUI INSTRUMEN HUKUM UPAYA PENGHAPUSAN BENSIN BERTIMBAL MELALUI INSTRUMEN HUKUM Pendahuluan Keberadaan bensin bertimbal sebagai bahan yang berbahaya (mengandung neurotoksin racun penyerang syaraf ) disadari memiliki implikasi

Lebih terperinci

Kebijakan tentang Benturan Kepentingan dan Benturan Komitmen

Kebijakan tentang Benturan Kepentingan dan Benturan Komitmen Kebijakan tentang Benturan Kepentingan dan Benturan Kmitmen Versi 29 Juni 2009 I. Pendahuluan Partisipasi aktif atau kegiatan staf akademik SBM dalam berbagai kegiatan yang berperan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan Jenis Infrmasi yang Terbuka dan Dikecualikan Kelmpk Infrmasi Publik yang diatur dalam UU KIP mencakup Infrmasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala; Infrmasi Publik yang wajib diumumkan

Lebih terperinci

Dalam menentukan harga setiap usaha mungkin memiliki strategi yang berbeda-beda. Namun

Dalam menentukan harga setiap usaha mungkin memiliki strategi yang berbeda-beda. Namun CHAPTER V Harga menurut Philip Ktler (2001 : 439) ialah sebagai berikut, charged fr a prduct r service. Mre bradly, price is the sum f all the value that cnsumer exchange fr the benefits f having r using.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Scial Budaya Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi menjadi dua slidaritas, yaitu masyarakat dari berslidaritas mekanik

Lebih terperinci

ETIKA DAN LINGKUNGAN

ETIKA DAN LINGKUNGAN ETIKA DAN LINGKUNGAN edited by Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta, 2010 Etika Ekologi Sistem ekologi adalah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH I. UMUM Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya

Lebih terperinci

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN Pertemuan 6 AKURASI DAN MACAM ANGGARAN Halaman 1 dari Pertemuan 6 6.1 Ciri ciri dan Penyebab Perkiraan Biaya yang Kurang Akurat Anggaran pryek dihasilkan dari perkiraan biaya kmpnen-kmpnennya dengan memperhatikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN UMUM DAN TEORI EKONOMI KESEJAHTERAAN. 1. Keseimbangan umum dan efisiensi. 2. Eksternalitas dan kegagalan pasar

KESEIMBANGAN UMUM DAN TEORI EKONOMI KESEJAHTERAAN. 1. Keseimbangan umum dan efisiensi. 2. Eksternalitas dan kegagalan pasar KESEIMBANGAN UMUM DAN TEORI EKONOMI KESEJAHTERAAN 1. Keseimbangan umum dan efisiensi. 2. Eksternalitas dan kegagalan pasar 1 1.Keseimbangan umum dan efisiensi Keseimbangan umum adalah kondisi dimana jumlah

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN a) LATAR BELAKANG DAN DASAR HUKUM BPK mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan,kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Definisi Judul

BAB I. 1.1 Definisi Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Judul Pasar : Tempat berlangsungnya transaksi jual beli barang dengan berbagai macam item, dan berjumlah banyak. Ikan knsumsi : Hewan yang hidup di air, baik di air tawar

Lebih terperinci

PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KOPERASI BAGI KELOMPOK TANI WANITA PANEN RAYA DI KANAGARIAN PADANG TAROK KEC. BASO KAB.

PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KOPERASI BAGI KELOMPOK TANI WANITA PANEN RAYA DI KANAGARIAN PADANG TAROK KEC. BASO KAB. Prgram PPM PROGRAM STUDI Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.000.000,- Tim Pelaksana Riza Reni Yenti, Raudhatul Hidayah dan Wiladatika Fakultas Eknmi Lkasi Kab. 50 Kta, Sumatera Barat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER L1 LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER Gambaran Umum Situasi Perusahaan dan Industri A. Gambaran Umum Situasi Perusahaan dan Industri 1. Pada lingkup industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cecep Eggy Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cecep Eggy Fauzi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era glbalisasi sekarang ini banyak sekali masyarakat yang tidak peduli akan pentingnya lahraga, mereka lebih sibuk dengan pekerjaan mereka. Sehingga mereka

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Berdasarkan System Develpment Life Cycle (SDLC) metde waterfall yang digunakan dalam pembuatan aplikasi penentuan harga jual, terdapat beberapa tahapan yang terdiri

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 009-013 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 009-013 A. VISI DAN MISI DAERAH V isi merupakan gambaran bersama mengenai masa depan, berupa kmitmen murni,

Lebih terperinci

Peran Pemerintah dalam Perekonomian

Peran Pemerintah dalam Perekonomian Peran Pemerintah dalam Perekonomian 1. Sistem ekonomi atau Politik Negara 2. Pasar dan peran Pemerintah 3. Jenis Sistem Ekonomi 4. Peran Pemerintah 5. Sumber Penerimaan Negara week-2 ekmakro08-ittelkom-mna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersejarah, flora, fauna dan masih banyak kekayaan alam yang lainnya. Namun semakin

BAB I PENDAHULUAN. bersejarah, flora, fauna dan masih banyak kekayaan alam yang lainnya. Namun semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal akan kekayaan alamnya. Hutan, laut, bangunan bersejarah, flora, fauna dan masih banyak kekayaan alam yang lainnya. Namun semakin

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

EKONOMI PUBLIK JUNAEDI

EKONOMI PUBLIK JUNAEDI EKONOMI PUBLIK JUNAEDI Contents 1 PENDAHULUAN 2 PERAN PEMERINTAH 3 KEGAGALAN PASAR 4 RUMAH TANGGA PEMERINTAH PENDAHULUAN Ekonomi Publik Definisi: studi tentang kebijakan ekonomi, dengan penekanan khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian yang sangat penting dalam knteks keberlanjutan suatu bangsa. Anak merupakan penentu kualitas sumber daya manusia serta kemajuan di masa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hubungan antara manusia dengan lingkungan adalah sirkuler. Perubahan pada lingkungan pada gilirannya akan mempengaruhi manusia. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BARANG PUBLIK & FREE RIDER

BARANG PUBLIK & FREE RIDER BARANG PUBLIK tejo@uny.ac.id & FREE RIDER Tejo Nurseto, M.Pd P. Ekonomi FE UNY TUJUAN: Mahasiswa mampu: tejo@uny.ac.id Menjelaskan bagaimana barang publik berbeda dengan barang privat dan mengapa pihak

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan PEMBAHASAN

BAB 4. ANALISIS dan PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS dan PEMBAHASAN 4.1 Prfil Perusahaan PT. Megah Lestar Packind adalah perusahaan yang bergerak di bidang Percetakan kardus yang mulai berdiri sejak 9 Maret 1988 dengan lkasi yang bertempat

Lebih terperinci

B i n t o r o Abdi Negoro arsitektur universitas mercu buana. Side Entrance. Servis. Public. Semi public

B i n t o r o Abdi Negoro arsitektur universitas mercu buana. Side Entrance. Servis. Public. Semi public BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Knsep Masa Bangunan 5.1.1 Zning Side Entrance Servis Private Public Ruang Hijau Main Entrance Semi public Main entrance diletakkan pada tapak sebelah barat, yang merupakan

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Kompensasi

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Kompensasi Kmpensasi Definitin hmas H. Stne : Cmpensatin is any frm f payment t emplyees fr wrk they prvide t their emplyer Kmpensasi adalah segala bentuk pembayaran kepada karyawan karena pekerjaan yang dia telah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Knsep ekwisata pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainable develpment). Pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak negara di berbagai penjuru dunia dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di masing-masing

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pada sektr industri di Semarang semakin meningkat seiring dengan perkembangan kta. Salah satunya di Kecamatan Pedurungan, Semarang. Di wilayah ini tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pasar merupakan bagian terpenting dalam kegiatan eknmi dan kesejahteraan masyarakat. Pasar adalah wadah dimana penjual atau pembeli dapat langsung bertemu secara fisik.

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5 ETIKA BISNIS INTERNASIONAL Week 5 Bisnis Internasional Bisnis internasional yakni bisnis yang kegiatannya melewati batas-batas negara. Definisi ini termasuk perdagangan internasional, pemanufakturan diluar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memarkirkan mobilnya di tempat-tempat perparkiran yang cukup sibuk seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. memarkirkan mobilnya di tempat-tempat perparkiran yang cukup sibuk seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin banyaknya pemilik mbil di kta besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya akan menimbulkan masalah bagi pemilik mbil untuk memarkirkan mbilnya di tempat-tempat

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 45 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan PT. Cahaya Ragam Sakti 3.1.1 Sejarah Berdirinya PT. Cahaya Ragam Sakti PT. Cahaya Ragam Sakti pada awalnya merupakan perusahaan yang didasari leh ide

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 % PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 % wilayahnya merupakan perairan laut dengan garis pantai sepanjang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1982 TENTANG TATA PENGATURAN AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1982 TENTANG TATA PENGATURAN AIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1982 TENTANG TATA PENGATURAN AIR Menimbang : Mengingat : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI PIDIE, Menimbang

Lebih terperinci

TUGAS ARTIKEL RENCANA WIRAUSAHA

TUGAS ARTIKEL RENCANA WIRAUSAHA TUGAS ARTIKEL RENCANA WIRAUSAHA Oleh : MOCH AFIF BAHTIYAR NIM : 04113029 PROGRAM STUDI SISTEM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA 1. ALASAN PENDIRIAN USAHA Mendirikan usaha sendiri

Lebih terperinci

Octavery Kamil, Irwanto, Ignatius Praptoraharjo, Anindita Gabriella, Emmy, Siska Natalia Gracia Simanullang, Natasya Evalyne Sitorus, Sari Lenggogeni

Octavery Kamil, Irwanto, Ignatius Praptoraharjo, Anindita Gabriella, Emmy, Siska Natalia Gracia Simanullang, Natasya Evalyne Sitorus, Sari Lenggogeni Octavery Kamil, Irwant, Ignatius Praptraharj, Anindita Gabriella, Emmy, Siska Natalia Gracia Simanullang, Natasya Evalyne Sitrus, Sari Lengggeni Jumlah kasus AIDS yang tercatat adalah sebesar 33.364 rang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GREEDY PADA PERMAINAN CAPSA SUSUN

PENGGUNAAN ALGORITMA GREEDY PADA PERMAINAN CAPSA SUSUN PENGGUNAAN ALGORITMA GREEDY PADA PERMAINAN CAPSA SUSUN Calvin Irwan 13507010 Prgram Studi Teknik Infrmatika Seklah Teknik Elektr dan Infrmatika Institut Teknlgi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indnesia

Lebih terperinci

lo/v- , kl : /r -?q Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

lo/v- , kl : /r -?q Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, PIDATO PENGARAHAN KEPALA BIRO PENGAIRAN DAN IRIGASI. BAPPENAS PADA DESIMINASI HASIL STUDI PERENCANMN, PENGELOLAAN, KELEMBAGMN DAN KUALTTAS AIR DIWIIAYAH SUNGAI CITARUM Yang terhrmat Bapak Gubernur/ Kepala

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAJEMENT ( SCM )

SUPPLY CHAIN MANAJEMENT ( SCM ) SUPPLY CHAIN MANAJEMENT ( SCM ) (TUGAS UJIAN TENGAH SEMETER) Disusun leh : Abdillah A.G 08.11.1935 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 64 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria ptimasi yang digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha adalah dengan studi kelayakan bisnis yang berdasarkan beberapa aspek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perubahan arah kebijakan pembangunan dari yang berbasis pada sumber daya terestrial ke arah sumber daya berbasis kelautan merupakan tuntutan yang tidak dapat dielakkan. Hal ini dipicu

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Pertemuan 1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Pertemuan 1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI Pertemuan 1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI Halaman 1 dari Pertemuan 1 1.1 Pengertian Manajemen Pengertian Manajemen menurut Kntz, H. adalah: prses merencanakan, mengrganisir, memimpin dan mengendalikan

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa setiap kegiatan usaha dapat menimbulkan bahaya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Prfil Singkat Perusahaan Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2006 yang berbentuk perusahaan mitra PT.Pertamina yaitu Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU)

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta

BAB II KAJIAN TEORI. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta kemampuan kerja yang didasari leh pengetahuan, sikap, keterampilan dan mtivasi dalam menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini akan semakin tinggi.apalagi pada tahun ini terjadi kenaikan harga bahan bakar

BAB 1 PENDAHULUAN. ini akan semakin tinggi.apalagi pada tahun ini terjadi kenaikan harga bahan bakar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha akan selalu terjadi bahkan peningkatan persaingan ini akan semakin tinggi.apalagi pada tahun ini terjadi kenaikan harga bahan bakar

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : 131 803 987 Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 1 KEBIJAKSANAAN ENERGI 1. Menjamin penyediaan di dalam negeri secara terus-menerus

Lebih terperinci

G U B E R N U R JAMB I

G U B E R N U R JAMB I -1- G U B E R N U R JAMB I PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Manajemen Proyek. Manajemen

Manajemen Proyek. Manajemen Manajemen Pryek Manajemen Aktivitas yang meliputi perencanaan, pengrganisasian, pelaksanaan dan kepemimpinan, serta pengawasan terhadap pengellaan sumber daya yang dimiliki suatu rganisasi untuk mencapai

Lebih terperinci

STUDI HARMONISASI LOGISTIK INDONESIA Kuesioner Operasi ekspedisi muatan laut petikemas

STUDI HARMONISASI LOGISTIK INDONESIA Kuesioner Operasi ekspedisi muatan laut petikemas STUDI HARMONISASI LOGISTIK INDONESIA Kuesiner Operasi ekspedisi muatan laut petikemas Terima kasih atas partisipasi Anda dalam survei singkat yang akan membantu kami menemukan rintangan dalam 'Rantai paskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya teknologi. Hal tersebut mendorong para produsen dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya teknologi. Hal tersebut mendorong para produsen dalam BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Pada saat ini masyarakat semakin berkembang, yang disebabkan leh semakin majunya teknlgi. Hal tersebut mendrng para prdusen dalam menciptakan barang dan jasa, untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata kehidupan Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN UNTUK MENARIK MINAT PEMAIN FUTSAL KE LAPANGAN FUTSAL X BANDUNG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN UNTUK MENARIK MINAT PEMAIN FUTSAL KE LAPANGAN FUTSAL X BANDUNG INDEPT, Vl, N., Oktber 0 ISSN 087-90 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN UNTUK MENARIK MINAT PEMAIN FUTSAL KE LAPANGAN FUTSAL X BANDUNG Erlian Supriyant.,ST Dsen Tetap Teknik Industri Universitas Nurtani Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknlgi selalu berkembang setiap saat, ada saja yang dilakukan manusia untuk memberikan kemudahan pada kehidupan sehari-hari. Salah satu cnth kemudahan

Lebih terperinci

Eksternalitas & Barang Publik

Eksternalitas & Barang Publik Eksternalitas & Barang Publik Rus an Nasrudin Kuliah ke-13 May 21, 2013 Rus an Nasrudin (Kuliah ke-13) Eksternalitas & Barang Publik May 21, 2013 1 / 21 Outline 1 Pendahuluan 2 Definisi Eksternalitas 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Krisis utama

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Krisis utama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Krisis utama yang dialami remaja adalah pencarian identitas diri. Menurut psiklg perkembangan remaja, Erik

Lebih terperinci

ruo tar qtu -a Gt i* n c L (E(u xro & o (} td fem T'E cl l- as ff o, ; tj o- Y {,/r} fuffi :s it -, I {} stl (} ra -{t .ts, -{J -6 o, ={E F E 'ci

ruo tar qtu -a Gt i* n c L (E(u xro & o (} td fem T'E cl l- as ff o, ; tj o- Y {,/r} fuffi :s it -, I {} stl (} ra -{t .ts, -{J -6 o, ={E F E 'ci h ril { fs (, c A, L {t, - t: g tr J 'ci c {E s (t D - I ē G.E G R. 6 q 6 tar G b s -, I c L 5r $ C,I,r-, ff, ; -{t & )c fit {* f'r fin re rft A, (\ Crk (E(u.ts, -{J.t, bs tj - qtu Y {,/r} fuffi -a Gt

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan sampah memerlukan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki potensi yang menjanjikan. Hal ini dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki potensi yang menjanjikan. Hal ini dapat dilihat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembang pesat dan semakin kuat nya persaingan bisnis di bidang tmtif saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki ptensi yang menjanjikan. Hal ini dapat

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN BAB IX PERENCANAAN, PENGELOLAAN, DAN EVALUASI USAHA JASA ALAT MESIN PERTANIAN Drs. Kadirman, MS. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa sebagai akibat bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi areal vital bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air. Pemanfaatan air sungai banyak digunakan sebagai pembangkit

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian integral dari pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan infrastruktur merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur juga mempunyai peran yang

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

RANGKUMAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN dan BUDAYA JAKARTA (PLBJ) KALI BERSIH. 1.2 Mengenal manfaat kali bersih. 1.3 Membiasakan menjaga kebersihan kali

RANGKUMAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN dan BUDAYA JAKARTA (PLBJ) KALI BERSIH. 1.2 Mengenal manfaat kali bersih. 1.3 Membiasakan menjaga kebersihan kali RANGKUMAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN dan BUDAYA JAKARTA (PLBJ) KALI BERSIH Standar Kompetensi : 1. Memahami pentingnya kali bersih : 1.1 Mengidentifikasi kali bersih 1.2 Mengenal manfaat kali bersih 1.3 Membiasakan

Lebih terperinci

license dan franchise, perusahaan ini juga membuka gerai atau outlet Roti Mum. Hingga saat

license dan franchise, perusahaan ini juga membuka gerai atau outlet Roti Mum. Hingga saat BAB 1 PENDAHULUA N 1.1 Latar Belakang Pada masa dewasa ini, persaingan di dunia industri semakin ketat. Terlebih di dalam persaingan industri makanan. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya prdusen

Lebih terperinci