III. KERANGKA PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PENELITIAN"

Transkripsi

1 23 III. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Teori Harga Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls & Uhl (2002), harga merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran yang berlangsung pada pasar yang bersaing sempurna. Harga optimal akan terjadi dimana manfaat yang diperoleh oleh pembeli barang atau jasa tersebut sama dengan marginal cost dari penjual. Secara kuantitatif, cara yang dapat digunakan dalam penentuan harga komoditas tertentu dalam pasar adalah melalui analisis permintaan dan penawaran. Analisis ini juga merupakan alat peramalan kualitatif yang digunakan untuk melihat tren pada pasar bersaing. Pendekatan yang dilakukan dalam analisis ini adalah dengan menggunakan kurva permintaan (demand) pasar dan kurva penawaran (supply) pasar Kurva Permintaan dan Penawaran Pasar Kurva permintaan pasar adalah kurva yang menggambarkan jumlah total barang yang diinginkan dan dapat dibeli oleh konsumen pada setiap tingat harga yang mungkin, dengan asumsi harga barang lain yang berkorelasi, pendapatan, iklan, dan variabel lain tidak berubah (Baye, 2010). Hukum permintaan (Law of demand) menyatakan bahwa hubungan antara harga barang dengan jumlah permintaan bersifat kebalikan dimana semakin tinggi harga barang maka semakin sedikit jumlah permintaan terhadap barang tersebut. Dengan demikian kurva permintaan mempunyai slope negatif (menurun). Setiap titik pada kurva permintaan menggambarkan jumlah barang yang diminta pada setiap tingkatan harga. Perubahan harga akan menyebabkan perubahan kuantitas barang yang diminta oleh konsumen atau yang dikenal dengan Law of Demand (Gambar 6a). Namun demikian, permintaan suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh harga barang tersebut. Menurut Baye (2010), beberapa faktor seperti iklan, pendapatan, harga barang lain yang berkorelasi, populasi penduduk dan harapan konsumen akan menyebabkan perubahan permintaan (demand) yang dapat

2 24 menggeser keseluruhan titik pada kurva permintaan. Faktor-faktor tersebut disebut demand shifter. Pergeseran kurva ke kanan disebut peningkatan permintaan, dan sebaliknya pergeseran kurva ke kiri disebut penurunan permintaan. Harga Harga P x P x P x D D D Q x Kuantitas Q x Q x Kuantitas Gambar 6a Kurva Permintaan Gambar 6b Pergeseran Kurva Permintaan Kurva penawaran pasar adalah sebuah kurva yang menggambarkan jumlah total suatu barang yang akan diproduksi oleh seluruh produsen dalam pasar yang bersaing pada setiap tingkat harga, dengan asumsi harga input, teknologi dan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi penawaran tidak berubah (Baye, 2010). Sebagaimana konsep dalam hukum permintaan, perubahan harga suatu barang akan mengubah jumlah yang ditawarkan. Kenaikan (penurunan) harga barang dan faktor-faktor lain tetap akan meningkatkan (menurunkan) jumlah barang yang ditawarkan. Hal ini dikenal sebagai Hukum Penawaran (Law of Supply). Kondisi ini mengakibatkan bentuk kurva permintaan mempunyai slope positif. Variabel yang dapat mempengaruhi posisi kurva penawaran disebut supply shifter, yang terdiri dari harga input, tingkat teknologi yang digunakan dalam berproduksi, jumlah perusahaan dalam pasar, pajak dan harapan produsen (Baye, 2010). Perubahan faktor-faktor tersebut akan menggeser kurva penawaran. Jika kurva bergeser ke kanan disebut kenaikan penawaran, dan sebaliknya jika kurva bergeser ke kiri disebut penurunan penawaran.

3 25 Harga Harga S S S P x P x P x Q x Kuantitas Q x Q x Kuantitas Gambar 7a Kurva Penawaran Gambar7b Pergeseran Kurva Penawaran Keseimbangan Pasar Keseimbangan harga dalam pasar yang bersaing ditentukan oleh interaksi yang terjadi antara seluruh penjual dan pembeli dalam pasar. Melalui konsep permintaan dan penawaran pasar dapat disimpulkan bahwa harga suatu barang pada pasar yang bersaing ditentukan oleh interaksi permintaan pasar dan penawaran pasar untuk barang tersebut. Gambaran mengenai keseimbangan pasar dapat dilihat pada Gambar 8 berikut. Harga Surplus S P H P C P L Shortage D Q 0 Q e Q 1 Kuantitas Sumber : Baye (2010) Gambar 8 Kurva Keseimbangan Pasar Dari Gambar 8 kita dapat melihat bagaimana penentuan harga pada pasar yang bersaing. Pada tingkat harga P L, akan terjadi kekurangan barang (shortage)

4 26 karena jumlah barang yang ditawarkan produsen lebih sedikit dari jumlah barang yang diminta konsumen. Dalam situasi shortage, secara alami akan terjadi kenaikan harga. Ketika harga naik dari P L menjadi P e, produsen memperoleh insentif untuk menaikkan jumlah barang yang ditawarkan dari Q 0 menjadi Q e. Sementara itu, seiring kenaikan harga barang, konsumen akan mengurangi pembeliannya. Ketika harga mencapai P e, maka jumlah barang yang diminta sejumlah Q e. Pada tingkat harga ini, jumlah barang yang ditawarkan produsen sama dengan jumlah barang yang diminta konsumen. Pada kondisi sebaliknya ketika harga mencapai P (surplus) barang karena jumlah barang yang ditawarkan produsen lebih banyak daripada jumlah barang yang dapat dibeli konsumen pada tingkat harga tersebut. Ketika terjadi suplus, secara alami akan terjadi penurunan harga menuju harga dimana jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Jika keseimbangan pasar digambarkan sebagai perpotongan kurva permintaan dan kurva penawaran, maka menurut (Baye, 2010) secara matematis keseimbangan pasar dapat dituliskan dalam persamaan berikut : Q d (P e ) = Q s (P e )... (3.1) H, terdapat kelebihan Dimana Q d (P) adalah jumlah barang yang diminta pada tingkat harga P Q s (P) adalah jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga P Pe adalah harga keseimbangan 3.2 Konsep Integrasi Pasar Integrasi pasar merupakan sebuah konsep dimana harga-harga pada pasar yang terpisah secara spasial atau pasar yang merupakan level yang berbeda dalam suatu supply chain digerakkan oleh mekanisme penawaran dan permintaan. Integrasi antar pasar antara lain dapat diindikasikan oleh terjadinya pergerakan barang, jasa dan faktor produksi antar pasar. Pengetahuan tentang integrasi pasar berguna sebagai dasar pengambilan kebijakan berdasarkan respon suatu pasar terhadap perubahan harga yang terjadi pada pasar yang lain (Rapsomanikis, 2004).

5 27 Secara garis besar, ada dua jenis integrasi pasar, yaitu integrasi vertikal dan integrasi spasial. Integrasi vertikal adalah keterpaduan antar pasar yang masingmasing merupakan level yang berbeda dalam supply chain. Sementara integrasi spasial merupakan keterpaduan antar pasar yang terpisah secara spasial. Transmisi dan informasi yang berjalan antar pasar mengakibatkan harga komoditas tertentu bergerak secara bersama-sama pada beberapa pasar. Menurut Leuthold&Hartman (1979) dalam Aji (2009) sistem pemasaran dikatakan berjalan efisien jika pasar menggunakan harga masa lalu (past price) secara tepat dalam penentuan harga saat ini (current price determination). Salah satu metode dalam analisis integrasi pasar adalah melalui pendekatan distributed lag auto regression sebagaimana yang dikembangkan oleh Ravallion (1986). Asumsi dasar yang digunakan dalam metode ini adalah bahwa respon ekonomi merupakan reaksi dari fungsi masa lalu sehingga integrasi pasar diestimasikan dengan memasukkan kelambanan (lag) dari variabel dependen dan variabel-variabel lain ke dalam persamaan. Melalui pendekatan ini dalam analisis integrasi pasar dapat diketahui pasar yang bertindak sebagai pasar acuan dan pasar pengikut (pasar yang merespon perubahan yang terjadi pada pasar acuan) Hukum Persamaan Harga (Law of One Price) Konsep persamaan harga adalah sebuah teori yang mengacu kepada keterkaitan harga komoditas tertentu yang diperdagangkan pada dua pasar atau lebih. Pada pasar yang efisien, seharusnya hanya ada satu harga dari suatu komoditas tertentu dan tidak dipengaruhi lokasi perdagangannya berlangsung (Persson, 2008). Menurut Kohl&Uhl (2002), hukum persamaan harga muncul dari perilaku profit-seeking dalam pemasaran dan perdagangan komoditas. Ketika terjadi kenaikan harga suatu komoditas pada pasar tujuan (pasar konsumen) maka perbedaan harga antara kedua pasar menjadi lebih besar dari biaya transfer. Hal ini dilihat oleh trader sebagai peluang untuk menaikkan profit sehingga pelaku perdagangan akan meningkatkan volume perdagangan dari pasar produsen. Sebagai respon dari adanya insentif profit, trader akan membeli komoditas di wilayah asalnya dengan harga yang lebih tinggi dan mengurangi harga pada pasar

6 28 tujuan. Setelah seluruh proses adjustment berlangsung, perbedaan harga antara dua pasar akan kembali kepada tingkat biaya transfernya. Dimisalkan harga suatu komoditas pada dua pasar yang terpisah secara spasial adalah P 1t dan P 2t dan biaya transfer dari pasar 1 ke pasar 2 adalah sebesar c, maka hubungan antara kedua harga tersebut adalah : P1t = P 2t + c... (3.2) Jika hubungan dua harga berlangsung menurut persamaan (3.2) diatas, maka kedua pasar tersebut terintegrasi sehingga dalam jangka panjang terdapat keseimbangan antara kedua harga. Meskipun demikian, dalam jangka pendek beberapa hal dapat terjadi yang menyebabkan hubungan antara kedua harga tersebut menyimpang dari kondisi diatas. Jika persamaan (3.2) menggambarkan hubungan harga yang memenuhi law of one price secara penuh, maka untuk hubungan hubungan antara dua harga yang berada dalam kondisi yang tidak sepenuhnya memenuhi law of one price menurut Fackler&Goodwin (2001) di dalam Rapsomanikis (2004) digambarkan melalui persamaan : P 1t - P 2t =λ c... (3.3) dimana λ adalah konstanta yang besarnya antara 0 dan 1 Kondisi (3.3) merupakan kondisi arbitrase spasial yang dapat menggambarkan hubungan yang lemah dalam law of one price (hubungan yang kuat digambarkan pada persamaan (3.2). Dalam hal ini, harga mungkin mengalami penyimpangan dari kondisi law of one price, namun adanya arbitrase spasial akan menyebabkan perbedaan harga antara kedua harga akan bergerak mendekati biaya transfer. Dengan demikian integrasi pasar dapat diinterpretasikan melalui pendekatan kointegrasi. Jika dua harga pada dua pasar yang terpisah secara spasial terkointegrasi maka kedua harga tersebut bertendensi untuk bergerak bersamasama dalam jangka panjang menurut suatu persamaan linier. Dalam jangka pendek kedua harga mungkin bergerak sendiri-sendiri, sehingga guncangan pada satu pasar tidak langsung ditransmisikan ke pasar yang lain. Adanya arbitrase spasial menyebabkan penyimpangan yang terjadi pada jangka pendek akan dikembalikan kepada keseimbangan jangka panjangnya.

7 29 Dalam sebuah pasar, penyimpangan dari hukum satu harga harus bersifat sementara. Dalam kenyataanya, perbedaan harga seringkali berbeda dengan keseimbangan pada hukum satu harga, dimana nilai rasio harga suatu pasar dengan pasar lain ditambah biaya transfer lebih besar atau lebih kecil dari 1. Pada pasar yang efisien, hanya akan terjadi sedikit penyimpangan dari law of one price. Terjadinya guncangan (shock) di suatu tempat membutuhkan waktu untuk didifusikan ke pasar yang lain. Seberapa lama penyimpangan terjadi salah satunya tergantung dari derajat kompetitif suatu pasar. Hal lain yang berpengaruh adalah kemajuan teknologi informasi. Pasar komoditas yang ditunjang transmisi informasi, inventori dan tidak adanya barrier to entry hanya mentoleransi penyimpangan yang pendek dan bersifat sementara Model Keseimbangan Spasial Tomek&Robinson (1990) memperkenalkan suatu model untuk menggambarkan proses integrasi antara pasar yang mempunyai excess demand dan pasar lain yang mengalami excess supply terhadap suatu komoditas tertentu. Melalui model ini dapat diduga harga yang terjadi pada masing-masing pasar dan jumlah komoditi yang diperdagangkan. Perdagangan antar pasar yang berpotensi mengalami defisit dan pasar yang berpotensi mengalami surplus dianalisa dengan pendekatan kurva penawaran dan permintaan dari masing-masing wilayah (Gambar 8). Kurva excess supply pasar A dan kurva excess demand pasar B dapat berubah sesuai perubahan permintaan dan penawaran pada masing-masing pasar. Jika diasumsikan tidak ada biaya transfer dan biaya lain dalam perdagangan antara pasar A dan pasar B, maka kuantitas perdagangan dari pasar A ke pasar B adalah sebesar Q 1 E dengan tingkat harga sebesar P E. Volume perdagangan (XY) antara pasar A dan pasar B akan semakin menurun jika biaya transfer (TC) semakin besar. Jika biaya transfer lebih besar dari P B P A maka perdagangan antara pasar A dengan pasar B tidak akan berlangsung. Adanya hambatan perdagangan baik yang berupa hambatan tarif dan non tarif akan memperbesar biaya transfer. Jika biaya transfer melebihi selisih harga PB P A maka pedagang tidak akan memperoleh keuntungan dari perdagangan

8 30 antar pasar tersebut. Hal ini berakibat tidak ada transfer excess supply dah excess demand antar pasar sehingga harga pada masing-masing pasar akan bergerak secara individual. Harga (P) Harga (P) Harga (P) ES S A P E 2 Excess Supply Pasar A P B S B P E P A D A P E 1 Excess Demand Pasar B ED D B Pasar A (Potensial Surplus) Kuantitas Q E Kuantitas Kuantitas Harga (P) Transfer Cost (TC) Pasar B (Potensial Defisit) P A - P B T C X Y Q E 2 Q E 1 Gambar 9 Kurva perdagangan antara wilayah potensial surplus dan wilayah potensial defisit (Sumber : Tomek&Robinson, 1990) 3.3 Konsep Transmisi Harga Perubahan harga pada suatu pasar dapat mempengaruhi efisiensi alokasi sumber daya. Transmisi perubahan harga dari suatu pasar ke pasar yang lain menyebabkan terjadinya integrasi antar pasar, baik secara vertikal maupun horizontal. Transmisi harga merupakan sebuah proses dimana perubahan harga pada suatu pasar akan diteruskan dan direspon oleh pasar lain, baik secara vertikal (antara tingkatan dalam satu supply chain), antar pasar yang terpisah secara spasial, maupun transmisi harga yang bersifat cross product (transmisi harga suatu komoditas dengan komoditas yang berbeda tetapi terkait dalam satu lini produksi).

9 31 Analisis transmisi harga vertikal dilakukan untuk menguji hubungan antar harga pada tingkatan yang berbeda dalam sebuah supply chain. Transmisi harga vertikal dapat menggambarkan perilaku persaingan harga dalam pasar yang merefleksikan efisiensi pelaku pasar pada setiap tingkatan dalam melaksanakan fungsinya. Transmisi harga horizontal berlangsung antara pasar yang terpisah secara geografis, baik antar negara maupun antar wilayah dalam suatu wilayah negara. Studi mengenai transmisi harga horizontal menjadi semakin penting karena globalisasi perdagangan yang menyebabkan perekeonomian semakin terbuka sehingga gejolak harga dunia akan ditransmisikan kepada harga domestik, atau gejolak harga yang terjadi pada negara pengekspor akan ditransmisikan kepada pasar di negara pengimpor. Informasi mengenai transmisi harga horizontal untuk komoditas yang bersifat pokok akan bermanfaat dalam pengambilan kebijakan yang terkait stabilisasi harga komoditas tersebut Transmisi Harga Asimetris Pada pasar yang terintegrasi, perubahan harga pada salah satu pasar akan ditransmisikan secara langsung dan penuh kepada harga pada pasar yang lain. Hal ini sesuai dengan law of one price. Sebaliknya jika perubahan harga tidak langsung ditransmisikan, tetapi setelah beberapa waktu, maka transmisi tidak berlangsung penuh pada jangka pendek, namun baru akan penuh dalam jangka panjang sebagaimana implikasi kondisi arbitrase. Perbedaan transmisi harga antara jangka panjang dan jangka pendek serta kecepatan penyesuaian harga menuju keseimbangan jangka panjangnya penting untuk mengetahui derajat integrasi antar pasar pada jangka pendek (Rapsomanikis et al, 2004) Proses transmisi harga dari satu pasar ke pasar lainnya memperlihatkan kecenderungan terjadinya transmisi yang asimetris (asymmetric price transmission). Sangat jarang transmisi harga berlangsung secara simetris. Hal ini mendasari kesimpulan Peltzman (2000) di dalam Meyer&Taubadel (2002) bahwa teori ekonomi yang standar seringkali tidak tepat karena adjustment harga yang berlangsung asimetris seringkali tidak diperhitungkan implikasinya.

10 32 Menurut Meyer&Taubadel (2002), Asymmetric Price Transmission (APT) dapat terjadi karena respon yang berbeda dalam hal magnitude transmisi atau kecepatan transmisi. Tipe-tipe APT dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Asimetri menurut magnitude dan kecepatan transmisi Gambar 10 APT berdasarkan magnitude dan kecepatannya (Sumber : Meyer & Taubadel, 2002) Gambar 10 diatas menggambarkan hubungan antara P in (harga yang berubah terlebih dulu) dengan P out (harga yang dipengaruhi). Pada gambar di sebelah kiri, ketika P in mengalami kenaikan, P out merespon dengan kenaikan harga sebesar kenaikan P in, namun sebaliknya ketika P in mengalami penurunan harga, P out merespon dengan besaran (magnitude) tidak sebesar penurunan harga P in. Gambar di sebelah kanan menggambarkan kecepatan transmisi yang berbeda, yaitu ketika Pin mengalami kenaikan harga, respon kenaikan Pout terjadi seketika. Sebaliknya ketika Pin mengalami penurunan harga, Pout baru merespon penurunan harga tersebut setelah jeda waktu sebesar t1+n t 1. APT juga dapat merupakan kombinasi dari asimetri dalam hal magnitude dan sekaligus kecepatan transmisinya sebagaimana dalam Gambar 10 ditunjukkan bagaimana terdapat perbedaan magnitude sekaligus kecepatan transmisi ketika terjadi kenaikan P in dan penurunan P in.

11 33 Gambar 11 APT kombinasi magnitude dan kecepatan transmisi (Sumber : Meyer & Taubadel, 2002) 2. Asimetri Positif dan Negatif Gambar 12 APT tipe positif dan negatif (Sumber : Meyer&Cramon-Taubadel, 2002) Klasifikasi transmisi harga ini adalah dengan melihat perbedaan kecepatan respon terhadap kenaikan dan penurunan harga input. APT positif terjadi jika P out lebih merespon kenaikan P in daripada penurunan P in. Sebaliknya APT negatif terjadi jika P out lebih merespon penurunan P in daripada kenaikan P in. Menurut Meyer&Taubadel (2002), transmisi harga asimetris dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut : 1. Keberadaan market power Dalam sektor pertanian, produsen dan konsumen dihubungkan oleh rantai pemasaran yang melibatkan banyak pihak dimana setiap tingkatan dalam rantai pemasaran mempunyai konsentrasi yang berbeda. Keberadaan market power dapat menyebabkan APT positif maupun negatif. Dalam banyak kasus, petani (produsen) dihadapkan pada pasar yang lebih terkonsentrasi pada level pengolahan dan pemasaran sehingga memungkinkan pedagang perantara untuk mempergunakan market power. Hal ini akan menyebabkan APT positif, dimana kenaikan harga input yang menyebabkan penurunan marjin pemasaran akan ditransmisikan lebih cepat dan lebih lengkap daripada penurunan harga input. Sebaliknya market power juga dapat menyebabkan APT negatif jika perusahaan yang berada pada pasar oligopoli lebih mengkhawatirkan kehilangan market share jika menaikkan harga. 2. Biaya Penyesuaian/Adjustment Cost

12 34 Biaya penyesuaian adalah biaya yang muncul ketika suatu perusahaan menaikkan atau menurunkan output produksi atau harga produknya. Jika biaya yang muncul tersebut asimetris terhadap terjadinya kenaikan atau penurunan kuantitas produk atau harga produk, maka penyesuaian akan berlangsung asimetris. 3. Intervensi Pemerintah Intervensi pemerintah dapat mengakibatkan APT jika pelaku pasar mempunyai keyakinan jika perubahan harga yang terjadi hanya bersifat sementara karena adanya intervensi. Misalnya kebijakan penetapan harga dasar oleh pemerintah menyebabkan pedagang dan pengecer mempunyai keyakinan bahwa jika terjadi penurunan harga akan mengundang intervensi pemerintah sehingga kenaikan harga akan lebih bersifat permanen Metode Pengujian Transmisi Harga Asimetris Pengujian terhadap asimetri pada transmisi harga telah mengalami perkembangan yang cukup lama. Pengujian secara empiris pada awalnya dilakukan melalui pendekatan dengan model irreversible demand function yang pertama kali diperkenalkan oleh Farrell pada tahun 1952 (Meyer&Taubadel, 2002). Metode ini bertujuan untuk melihat respon perubahan harga yang ditimbulkan ketika harga input atau harga yang mempengaruhi mengalami kenaikan dan penurunan. Tweeten et al (1969) di dalam Meyer&Cramon- Taubadel (2002) mengembangkan metode ini dengan menggunakan variabel dummy untuk membedakan variabel harga input menjadi dua yaitu variabel harga naik dan variabel harga turun. Metode ini selanjutnya dikembangkan oleh Houck (1977) dan Ward (1982) dengan memasukkan lag dari variabel eksogennya sehingga diperoleh persamaan : P out t = α + (β + j D + P in t-j+1) + (β - j D - P in t-j+1) + γ t... (3.4) Dimana P in : harga input; P out t : harga output; P out t = P out t - P t-1 D + adalah dummy kenaikan harga input; D - adalah dummy penurunan harga input Dalam perkembangan selanjutnya, pengujian transmisi harga asimetris di lakukan dengan pendekatan kointegrasi yang pertama kali diperkenalkan oleh out

13 35 Taubadel&Fahlbusch (1996). Model yang digunakan dalam metode ini adalah error correction model (ECM) yang diperluas dengan memasukkan asymmetric adjustment terms. Langkah pengujian dengan metode ini diawali dengan mengestimasi persamaan kointegrasi antara kedua series harga. Jika terbukti adanya kointegrasi, lag residual dari persamaan kointegrasi (μ t-1 ) dipisahkan ke dalam fase positif dan negatifnya sehingga diperoleh persamaan : Pt out =α+ (β + j D + P in t-j+1) + (β - j D - P in t-j+1)+γ + ECT + t-1 +γ - - ECT t-1 +εt (3.5) Dimana Pi,t dan P j,i adalah pasangan harga yang terkointegrasi ECT = error correctiom term, yaitu lag error yang ada pada setiap persamaan jangka panjang masing-masing pasangan harga ECT + t-1 = ECT t-1 >0; dan ECT - t-1 = ECT t-1 <=0 Beberapa penelitian menggunakan metode ECM untuk menganalisis terjadinya Asymmetric Price Transmission (APT), seperti yang Vavra&Goodwin (2005) yang menganalisis terjadinya transmisi harga asimetris pada industri peternakan sapi dan ayam di Amerika Serikat. Metode ECM juga digunakan oleh KPPU (2010) dalam menilai terjadinya APT pada industri minyak goreng untuk melihat struktur pasarnya dan mendeteksi adanya praktek monopoli. Sementara itu Commision of The European Communities/CEC (2009) menggunakan metode ini untuk menilai transmisi harga sepanjang rantai pasok susu dan ham di sejumlah negara anggota EU. 3.4 Struktur Pasar Struktur sebuah pasar ditentukan oleh beberapa faktor yaitu jumlah perusahaan atau penjual yang beroperasi dalam pasar tersebut, ukuran relatif setiap perusahaan dalam pasar yang akan menentukan konsentrasi pasar, penguasaan teknologi, serta kemudahan sebuah perusahaan untuk dapat masuk atau keluar dari pasar (Baye, 2010). Menurut Nicholson (2004), struktur pasar suatu komoditas dapat berbentuk monopoli, duopoli, oligopoli, persaingan monopolistik dan persaingan sempurna. Struktur pasar suatu komoditas akan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam menetapkan harga jual dan margin keuntungan.

14 36 Sebuah pasar persaingan sempurna mempunyai beberapa ciri-ciri antara lain dalam pasar tersebut terdapat banyak penjual dan pembeli yang masing-masing mempunyai ukuran relatif kecil dalam pasar, perusahaan yang berada dalam pasar tersebut menghasilkan produk yang homogen, setiap penjual dan pembeli mempunyai informasi yang sama dan adanya kemudahan untuk memasuki dan meninggalkan pasar (Baye, 2010). Banyaknya penjual dalam pasar tersebut menyebabkan tidak ada satu pun perusahaan yang dapat mempengaruhi harga. Pada pasar persaingan sempurna, harga ditentukan oleh interaksi antara penjual dan pembeli di dalam pasar. Setiap perusahaan harus menetapkan harga pada harga pasar karena jika harga berada di atas harga pasar maka konsumen akan membeli dari perusahaan lain yang menetapkan harga lebih rendah sehingga dalam pasar persaingan sempurna, setiap perusahaan merupakan price taker. Pasar monopoli merupakan struktur pasar yang sangat berlawanan dengan pasar persaingan sempurna, dimana pada pasar ini hanya terdapat satu perusahaan yang merupakan penjual tunggal. Kondisi ini menyebabkan perusahaan mempunyai kekuatan pasar yang lebih besar dibandingkan ketika terdapat perusahaan lain yang ikut berkompetisi dalam pasar. Dalam stuktur pasar ini, perusahaan merupakan price taker dimana kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan merupakan permintaan pasar. Dalam kenyataan, pasar pada umumnya mempunyai struktur diantara pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli, yaitu persaingan monopolistik dan oligopoli. Pada pasar persaingan monopolistik terdapat banyak penjual dan pembeli sebagaimana pasar persaingan sempurna, tetapi masing-masing perusahaan menghasilkan produk yang mempunyai sedikit perbedaan dari perusahaan lain. Perusahaan pada pasar persaingan monopolistik mempunyai kekuatan untuk mengontrol harga, tetapi ketika perusahaan menaikkan harga akan ada sebagian konsumen yang beralih kepada produk dari perusahaan lain. Pasar oligopoli dicirikan oleh adanya sejumlah kecil perusahaan besar yang menguasai pasar. Tidak terdapat batasan pasti berapa jumlah perusahaan dalam pasar yang dikategorikan pasar oligopoli, namun menurut Baye (2010) pada umumnya terdapat 2-10 perusahaan dalam pasar oligopoli. Produk yang dihasilkan oleh setiap perusahaan dapat berupa produk yang sejenis sebagaimana

15 37 pasar persaingan sempurna, atau produk yang terdiferensiasi sebagaimana pada pasar persaingan monopolistik. Dalam pasar oligopoli, strategi pemasaran yang diterapkan setiap perusahaan tidak hanya berdampak pada profit perusahaan tersebut, tetapi juga mempengaruhi profit perusahaan lain dalam pasar sehingga dalam pasar terdapat saling pengaruh antar perusahaan. Keputusan suatu perusahaan untuk menaikkan atau menurunkan harga produknya harus mempertimbangkan respon perusahaan lain terhadap perubahan harga tersebut agar menghasilkan keputusan yang optimal. 3.5 Market Power Market power adalah kemampuan yang dimanfaatkan salah satu pihak dalam pasar untuk mempengaruhi pasar dan perilaku pasar dalam bentuk kemampuan untuk mempengaruhi harga atau mengontrol permintaan, aliran barang, kualitas, fungsi pemasaran dan perilaku perusahaan lain dalam pasar. Market power adalah salah satu karakteristik dari pasar yang tidak terlihat secara fisik namun dapat dirasakan. Keberadaannya tidak dapat diamati secara langsung sehingga tidak benar-benar dapat diukur secara presisi. Market power muncul dari proses pemasaran, seperti dari kontrak pembelian dan perilaku perusahaan. Menurut Kohls & Uhl (2002), beberapa faktor yang dapat menyebabkan munculnya market power adalah : 1. Ukuran, jumlah dan konsentrasi perusahaan dalam pasar. Semakin besar ukuran suatu perusahaan pada umumnya relatif mempunyai kekuatan pasar yang semakin besar dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan besar dalam pasar yang terkonsentrasi akan mempersempit peluang perusahaan lain dalam proses tawar menawar dengan perusahaan tersebut. 2. Kontrol terhadap suplai barang. Faktor ini merupakan faktor utama munculnya market power yang dimiliki oleh pihak dalam pasar yang secara efektif dapat mengontrol jumlah barang yang akan diproduksi dan yang akan ditawarkan ke pasar 3. Informasi yang tidak seimbang.

16 38 Informasi merupakan kekuatan yang dapat digunakan untuk memperoleh manfaat dalam situasi pasar tertentu. Perusahaan yang mempunyai informasi terbanyak akan mempunyai kekuatan yang lebih besar dalam pasar. 4. Diferensiasi produk. Perusahaan dengan produk terdiferensiasi dapat mengatur permintaan menjadi lebih menguntungkan dibandingkan perusahaan yang menghasilkan produk yang homogen. 5. Kekuatan finansial. Perusahaan yang memiliki kemampuan finansial yang besar mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam kompetisi dibandingkan perusahaan yang lebih lemah. 3.6 Kerangka Pemikiran Penelitian Sistem perdagangan yang terbuka mendorong terjadinya integrasi pasar dunia dengan pasar domestik. Dampak dari pasar CPO internasional dan domestik yang terintegrasi akan menyebabkan fluktuasi harga CPO di tingkat dunia akan ditransmisikan ke harga CPO domestik yang akhirnya akan berdampak terhadap fluktuasi harga minyak goreng domestik. Dalam rangka stabilisasi harga minyak goreng, pemerintah memandang perlunya upaya untuk menjaga agar fluktuasi harga di tingkat dunia tidak menimbulkan dampak yang terlalu besar terhadap harga CPO domestik melalui kebijakan penetapan pajak ekspor minyak sawit dan produk turunannya. Penetapan pajak ekspor CPO merupakan intervensi pemerintah yang akan menyebabkan perubahan transfer cost antara Indonesia sebagai negara pengekspor dengan negara importir yang pada akhirnya akan mempengaruhi integrasi pasar dunia dengan pasar domestik. Harga CPO dan minyak goreng dibentuk oleh keseimbangan permintaan dan penawaran pada masing-masing pasar. Meskipun merupakan dua fungsi harga yang berbeda, namun dalam jangka panjang dapat terbentuk keseimbangan antara harga kedua komoditas tersebut. Jika hal ini berlangsung maka pasar CPO dan minyak goreng menjadi terintegrasi sehingga perubahan harga CPO akan ditransmisikan kepada harga minyak goreng sawit pada pasar minyak goreng

17 39 domestik. Jika integrasi berlangsung sempurna maka informasi harga akan ditransmisikan antara kedua pasar, sebaliknya integrasi yang tidak berlangsung sempurna akan menyebabkan distorsi informasi sehingga perubahan harga CPO tidak sepenuhnya ditransmisikan ke harga minyak goreng. Integrasi yang tidak sempurna dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang keliru oleh pelaku pasar minyak goreng. Struktur industri kelapa sawit di Indonesia menunjukkan adanya konsentrasi dimana terdapat sejumlah kecil perusahaan yang menguasai lebih dari 50% areal kelapa sawit di Indonesia. Di samping itu, karakteristik industri kelapa sawit di Indonesia adalah adanya integrasi vertikal yang kuat antara prosesor CPO dengan pengolahan minyak goreng sawit. Integrasi vertikal yang dilakukan sebagian besar industri minyak goreng sawit menyebabkan industri minyak goreng tidak hanya menggunakan informasi harga CPO domestik dalam menentukan harga minyak goreng, namun juga harga CPO internasional. Kedua faktor tersebut dapat mendorong munculnya market power pada industri minyak goreng sawit yang dapat mempengaruhi efisiensi pasar. Salah satu indikasi adanya market power adalah timbulnya transmisi harga asimetris, yaitu jika industri minyak goreng memberikan respon yang berbeda antara ketika harga CPO mengalami kenaikan dan ketika harga CPO turun. Salah satu indikasi integrasi yang tidak sempurna adalah terjadinya transmisi harga asimetris (Asymmetric Price Transmission/APT). APT terjadi jika harga minyak goreng merespon secara berbeda antara ketika terjadi kenaikan harga CPO dan ketika terjadi penurunan harga CPO. Jika harga minyak goreng merespon kenaikan harga lebih cepat atau dengan magnitude yang lebih besar dibandingkan ketika terjadi penurunan harga CPO maka hal ini akan merugikan konsumen. Keberadaan APT juga akan mengindikasikan adanya market power yang dimanfaatkan salah satu pelaku pasar. Secara spasial, harga minyak goreng di Indonesia menunjukkan adanya disparitas antar wilayah. Hal ini merupakan konsekuensi dari biaya transportasi yang dibutuhkan dalam distribusi minyak goreng dari wilayah produsen ke wilayah konsumen. Jika pasar minyak goreng antar wilayah terintegrasi secara spasial, maka perbedaan harga antar wilayah hanya merupakan representasi dari

18 40 biaya transfer tersebut (biaya bongkar muat dan biaya angkut) sebagaimana law of one price. Sebaliknya jika integrasi tidak berjalan sempurna, perbedaan harga antar wilayah menjadi lebih besar akibat adanya biaya lain seperti adanya adjustment cost. Integrasi yang tidak sempurna dapat menggambarkan pasar yang belum berjalan efisien, yang menyebabkan surplus konsumen dapat berkurang. Transmisi harga spasial yang berlangsung antara pasar acuan dengan pasar lokal dapat menggambarkan efisiensi dalam pemasaran minyak goreng antar wilayah. Berdasarkan uraian diatas, alur pemikiran penelitian ini digambarkan pada Gambar 13 berikut : Konsentrasi Industri Kelapa Integrasi Vertikal d i Penerapan Pajak Ekspor CPO Harga CPO Internasional Harga CPO Domestik Harga Minyak Goreng Domestik Integrasi Spasial Integrasi Vertikal CPO- Minyak Goreng Regulasi Distribusi Minyak Goreng Harga Minyak Goreng di Wilayah Produsen Harga Minyak Goreng di Wilayah Konsumen Integrasi Spasial Minyak Goreng : Arah transmisi harga Gambar 13 Kerangka Pemikiran Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fluktuasi Harga Komoditas Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fluktuasi Harga Komoditas Pertanian 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fluktuasi Harga Komoditas Pertanian Fluktuasi harga merupakan permasalahan umum pada pemasaran produk pertanian. Menurut Kohls&Uhl (2002), penyebab instabilitas harga komoditas

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA 101 IX. INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA Meskipun industri minyak goreng sawit telah tersebar di 19 propinsi, sentra produksi minyak goreng yang utama masih terpusat di Indonesia

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis dan Sumber Data 41 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Analisis integrasi pasar dan transmisi harga merupakan bagian dari analisis data time series. Penelitian ini menggunakan data bulanan pada periode Januari

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Keseimbangan Pasar Menurut Baye (2010), pembentukan harga keseimbangan pasar ditentukan oleh interaksi antara pemintaan dan penawaran pasar. Harga keseimbangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penetapan Harga Pada dasarnya, ada 2 kekuatan besar yang berpengaruh pada pembentukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Fluktuasi dan Volatilitas Harga Fluktuasi merupakan istilah yang mengacu pada ketidakstabilan, ketidaktetapan, guncangan, kelabilan, dan perubahan. Menurut Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian Suherwin (2012), tentang harga Crude Palm Oil dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan umum penelitian adalah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

Adreng Purwoto, Handewi P.S. Rachman, dan Sri Hastuti Suhartini. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No.

Adreng Purwoto, Handewi P.S. Rachman, dan Sri Hastuti Suhartini. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. KORELASI HARGA DAN DERAJAT INTEGRASI SPASIAL ANTARA PASAR DUNIA DAN PASAR DOMESTIK UNTUK KOMODITAS PANGAN DALAM ERA LIBERALISASI PERDAGANGAN (Kasus Provinsi Sulawesi Selatan) Adreng Purwoto, Handewi P.S.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Terdapat berbagai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

Bab 10 Struktur Pasar: Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli & Monopolistik. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 10 Struktur Pasar: Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli & Monopolistik. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 10 Struktur Pasar: Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli & Monopolistik 1 Ekonomi Manajerial Manajemen 2 Struktur Pasar & Tingkat Persaingan Proses dimana tingkat harga dan output ditentukan sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN HARGA JAGUNG DI PROVINSI LAMPUNG RATI PURWASIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan industri peternakan Indonesia saat ini berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan meningkatnya konsumsi protein hewani perkapita

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA P E R T E M U A N 6 N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M MONOPOLI Bahasa Yunani monos polein artinya menjual sendiri Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Industri Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

Materi Minggu 2. Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi

Materi Minggu 2. Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 10 Materi Minggu 2 Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi Dari materi sebelumnya, kita mengerti bahwa Ekonomi Internasional adalah ilmu ekonomi

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi TEORI PASAR Pengantar Ilmu Ekonomi Pasar Secara Sederhana Tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Secara Luas (W.J. Stanton ) orang-orang yang mempunyai

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 5. Bentuk Pasar

Pertemuan Ke 5. Bentuk Pasar Pertemuan Ke 5 Bentuk Pasar Berdasarkan jumlah penjual yang ada, struktur pasar output dibedakan menjadi empat, yaitu : 1. Pasar Persaingan Sempurna (perfect competitive market) : pasar dengan jumlah penjual

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X STRUKTUR PASAR K TSP & K-13 A. PENGERTIAN DAN FUNGSI PASAR B. STRUKTUR PASAR Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X STRUKTUR PASAR K TSP & K-13 A. PENGERTIAN DAN FUNGSI PASAR B. STRUKTUR PASAR Tujuan Pembelajaran K TSP & K-13 Kelas X ekonomi STRUKTUR PASAR Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan bentuk- bentuk pasar dalam struktur pasar yang ada di masyarakat.

Lebih terperinci

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian 8 informal kelompok yang mempengaruhi daya tawar dan ketersedian informasi harga serta dampaknya pada harga yang berlaku. Analisis berikutnya yaitu mekanisme penentuan harga, faktor yang mempengaruhi penetapan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun 38 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.. Kerangka Pemikiran Teoritis 3... Konsep Pangsa Pasar Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun dalam dunia bisnis pada umumnya, untuk menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Harga 2.1.1 Pengertian Harga Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting yang berhubungan dengan perilaku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian

Lebih terperinci

Persaingan Monopolistik dan Oligopoli. Abd. Jamal, S.E., M.Si

Persaingan Monopolistik dan Oligopoli. Abd. Jamal, S.E., M.Si Persaingan Monopolistik dan Oligopoli Abd. Jamal, S.E., M.Si http://abdjamal1966.wordpress.com abdjamal@doctor.com abdjml@aim.com Jenis Struktur Pasar 1. Persaingan Monopoli (Monopolistic Competition)

Lebih terperinci

ASIMETRI HARGA BERAS DI PASAR INTERNASIONAL DAN INDONESIA AMINATUS SOFIAH

ASIMETRI HARGA BERAS DI PASAR INTERNASIONAL DAN INDONESIA AMINATUS SOFIAH ASIMETRI HARGA BERAS DI PASAR INTERNASIONAL DAN INDONESIA AMINATUS SOFIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 2 3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2015 Leni Evangalista Marliani E-Mail: 1 lenievangalista02@gmail.com Abstak Industri perbankan merupakan industri yang memiliki peranan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangka pemikiran konseptual berisi teori dan konsep kajian ilmu yang digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Permintaan dan Penawaran Komoditas Pertanian Permintaan dan penawaran komoditas pertanian berkaitan dengan interaksi antara penjual

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan dan analisa dalam bab - bab sebelumnya, maka kesimpulan kesimpulan berikut ini dapat ditarik guna menjawab pertanyaan penelitian: a. Menurut

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA 36 III. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian terdahulu menunjukkan perkembangan yang sistematis dalam penelitian kelapa sawit Indonesia. Pada awal tahun 1980-an, penelitian kelapa sawit berfokus pada bagian hulu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Ekonomi pertanian merupakan suatu aplikasi ilmu ekonomi dengan bidang pertanian, dimana ilmu ini digunakan untuk memecahkan permasalahanpermasalahan pertanian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan perdagangan internasional yang dilakukan oleh suatu negara seringkali menggunakan perhitungan mengenai keuntungan dan kerugian yang dilihat dari

Lebih terperinci

ARI SUPRIYATNA A

ARI SUPRIYATNA A ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK, SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA Oleh: ARI SUPRIYATNA A14303050 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran merupakan konsep dalam mencari kebenaran deduktif atau secara umum ke khusus. Pada kerangka pemikiran teoritis penelitian ini

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO Widiastuti *) Kepala Bagian Pengembangan Pasar, BAPPEBTI Pengantar redaksi: Tahun 2010, lalu, Biro Analisa Pasar, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat 10330.

Lebih terperinci

TEORI PASAR (STRUKTUR PASAR)

TEORI PASAR (STRUKTUR PASAR) TEORI PASAR (STRUKTUR PASAR) www.mercubuana.ac.id 1. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA (Perfect Competitive Market) 2. PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA (Imperfect Competitive Market) 2.1. Pasar Monopoli 2.2. Pasar

Lebih terperinci

Teori Dasar Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan

Teori Dasar Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan Teori Dasar Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Slide 2 PERMINTAAN (Demand) DEFINISI : Permintaan

Lebih terperinci

BAB VI Struktur Pasar

BAB VI Struktur Pasar BAB VI Struktur Pasar 6.1. Pengertian Struktur Pasar Di stasiun televisi sering kita melihat iklan yang mencerminkan persaingan di pasar produk masing-masing, misalnya persaingan yang sangat ketat di pasar

Lebih terperinci

PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN. Lecture note : Tatiek Koerniawati

PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN. Lecture note : Tatiek Koerniawati PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN Lecture note : Tatiek Koerniawati Karakteristik Harga Sangat dipengaruhi karakteristik alamiahnya Ada time lag dalam produksi on farm Gap antara pengambilan keputusan

Lebih terperinci

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian BIAYA, KEUNTUNGAN DAN EFISIENSI PEMASARAN 1) Rincian Kemungkinan Biaya Pemasaran 1. Biaya Persiapan & Biaya Pengepakan Meliputi biaya pembersihan, sortasi dan grading

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun dapat mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun dapat mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah serta kemakmuran

Lebih terperinci

PENGARUH GUNCANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TERHADAP HARGA KEDELAI DOMESTIK KANTI RAHMILLAH

PENGARUH GUNCANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TERHADAP HARGA KEDELAI DOMESTIK KANTI RAHMILLAH PENGARUH GUNCANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TERHADAP HARGA KEDELAI DOMESTIK KANTI RAHMILLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR II.1 Monopoli Sebuah perusahaan disebut melakukan monopoli apabila perusahaan tersebut menjadi satu satunya penjual produk di pasar, dan produk tersebut sendiri tidak memiliki

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Konsep Pemikiran Teoritis Pada pasar kopi (negara kecil), keinginan untuk memperdagangkannya adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan antara

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A.

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A. K-13 Kelas X ekonomi INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan menjelaskan

Lebih terperinci

Keseimbangan Umum. Rus an Nasrudin. Mei Kuliah XII-2. Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei / 20

Keseimbangan Umum. Rus an Nasrudin. Mei Kuliah XII-2. Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei / 20 Keseimbangan Umum Rus an Nasrudin Kuliah XII-2 Mei 2013 Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei 2013 1 / 20 Outline 1 Pendahuluan 2 Konsep Keseimbangan Umum 3 Permintaan dan Penawaran dalam

Lebih terperinci

ANALISA INTEGRASI PASAR DAN TRANSMISI HARGA BERAS PETANI-KONSUMEN DI INDONESIA TESIS

ANALISA INTEGRASI PASAR DAN TRANSMISI HARGA BERAS PETANI-KONSUMEN DI INDONESIA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA INTEGRASI PASAR DAN TRANSMISI HARGA BERAS PETANI-KONSUMEN DI INDONESIA TESIS FIRDAUSSY YUSTININGSIH 1006741513 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK

INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK 81 VII. INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia saat ini dengan produksi CPO pada tahun 2010 mencapai 23,6 juta ton atau mencapai 44% dari total produksi

Lebih terperinci

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama)

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) Dosen Pengasuh: Khairul Amri, SE. M.Si Bacaan Dianjurkan: Wihana Kirana Jaya, 2008. Ekonomi Industri, BPFE-UGM Yogyakarta. Mudrajat Kuncoro, 2012. Ekonomika Aglomerasi,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Aplikasi Penawaran dan Permintaan

PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Aplikasi Penawaran dan Permintaan SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Aplikasi Penawaran dan Permintaan Prof. Ir. Ratya Anindita, MSc., Ph.D. Lab. Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon. Penekanan hutan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Permintaan Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu. Rasul et al (2012:23)

Lebih terperinci

VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 87 VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 7.1 Dinamika Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Domestik 7.1.1 Guncangan Penawaran (Output) Guncangan penawaran dalam penelitian

Lebih terperinci

III. PEMASARAN HASIL PERTANIAN. pertemuan III 1

III. PEMASARAN HASIL PERTANIAN. pertemuan III 1 III. PEMASARAN HASIL PERTANIAN pertemuan III 1 1. PASAR DAN PEMASARAN Yang paling sederhana definisi pasar ialah semata-mata pemusatan lokasi fisik tempat penjualan dan pembelian terjadi. Alfred Marshall

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (costless) karena pembeli (costumer) memiliki informasi yang sempurna dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (costless) karena pembeli (costumer) memiliki informasi yang sempurna dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biaya transaksi muncul akibat kegagalan pasar (Yeager, 1999: 29-30). Menurut Stone et al. (1996: 97), pasar yang selalu berjalan tanpa biaya apapun (costless) karena

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Landasan Teori Landasan teori mengenai penawaran dan permintaan barang dan jasa serta elastisitas harga dan mekanisme keseimbangan pasar secara umum berlaku sebagai landasan

Lebih terperinci