3 KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 12 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Keseimbangan Pasar Menurut Baye (2010), pembentukan harga keseimbangan pasar ditentukan oleh interaksi antara pemintaan dan penawaran pasar. Harga keseimbangan adalah harga ketika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Secara matematis, keseimbangan pasar dapat dituliskan sebagai berikut: Q d (P e ) = Q s (P e ) dimana Q d adalah jumlah barang yang diminta pada tingkat harga P Q s adalah jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga P P e adalah harga keseimbangan Proses terbentuknya harga keseimbangan pasar yaitu adanya interkasi kurva permintaan dan kurva penawaran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Jika P adalah harga barang dan Q adalah jumlah barang, maka untuk melihat bagaimana harga ditentukan dijelaskan sebagai berikut. Misalkan harga barang adalah P L. Pada harga ini konsumen berharap membeli Q 1 unit barang (titik B). Sementara itu, pada harga P L produsen hanya bersedia memproduksi di titik Q 0 (titik A), sehingga ketika harga P L terdapat kekurangan barang (shortage) yang berarti barang yang ditawarkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada kondisi terjadinya kekurangan terdapat kecenderungan peningkatan harga. Oleh karena terjadinya peningkatan harga dari P L ke P e, produsen memiliki insentif untuk meningkatkan output dari Q 0 ke Q e. Jika harga meningkat konsumen akan membeli dalam jumlah yang lebih sedikit. Ketika harga meningkat menjadi P e, jumlah barang yang diminta menjadi Q e. Pada harga ini, jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran. Harga Surplus S P H F G P e P L A Shortage B D O Q 0 Q e Q 1 Gambar 4 Kurva Keseimbangan Pasar (Sumber: Baye, 2010) Kuantitas

2 13 Selanjutnya, jika harga berada pada tingkat yang lebih tinggi yaitu P H, menunjukkan bahwa konsumen bersedia untuk membeli Q 0 jumlah barang (titik F). Namun produsen bersedia memproduksi pada Q 1 unit pada tingkat harga ini (titik G), sehingga ketika harga P H terdapat kelebihan barang (surplus) karena perusahaan memproduksi lebih banyak dari yang dapat mereka jual. Jika terjadi kelebihan (surplus) terdapat kecenderungan harga untuk turun. Oleh karena harga turun dari P H ke P e, produsen memiliki insentif untuk mengurangi jumlah yang ditawarkan menjadi Q e. Pada kondisi harga ini konsumen bersedia untuk membeli lebih banyak barang sehingga jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran. Terjadinya penyesuaian harga menuju keseimbangan seperti yang telah diuraikan, disebabkan oleh adanya perubahan pada sisi permintaan atau pada sisi penawaran. Menurut Baye (2010), proses penyesuaian pasar menuju keseimbangan dipengaruhi oleh beberapa kondisi yaitu: permintaan yang berubah sedangkan penawaran tetap, penawaran yang berubah sedangkan permintaan tetap, serta permintaan dan penawaran yang berubah secara simultan. Volatilitas Harga Volatilitas harga adalah suatu ukuran yang menunjukkan variasi harga dari waktu ke waktu. Teori cobweb (sarang laba-laba) menguraikan mengenai fenomena terjadinya volatilitas harga. Teori cobweb menjelaskan siklus harga dan kuantitas produksi yang berfluktuasi dalam jangka waktu tertentu. Volatilitas harga ini sering terjadi pada komoditas pertanian. Volatilitas harga muncul akibat adanya reaksi terlambat (time lag) dari produsen terhadap harga. Reakasi terlambat ditunjukkan oleh keputusan memproduksi suatu komoditas pada saat ini yang dipengaruhi oleh harga pada periode sebelumnya. Selain itu, volatilitas harga disebabkan karena karakterisitik produk pertanian tersebut yang bersifat musiman (berfluktuasi antar musim), tidak tahan lama (undurable goods). Jenis-jenis model cobweb sebagaimana yang dijelaskan oleh Ghatak dan Ingersent (1984) adalah: 1. Model cobweb dengan fluktuasi menuju titik keseimbangan (convergent cobweb model). Model cobweb menuju ke titik keseimbangan terjadi akibat elastisitas penawaran lebih kecil dibandingkan elastisitas permintaan. Siklus yang terjadi pada convergent cobweb model ditunjukkan pada Gambar 5.

3 14 Gambar 5 Siklus model cobweb yang menuju titik keseimbangan (konveregen) (Sumber: Ghatak dan Ingersent, 1984) Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa harga keseimbangan akan terjadi pada titik harga P e dan output akan berada pada Q 0. Jika diasumsikan terjadi kekeringan yang mengakibatkan gagal panen dan output berada di Q 1. Adanya kelebihan jumlah permintaan mengakibatkan harga meningkat ke P 1. Peningkatan harga ini menyebabkan petani meningkatkan produksi ke Q 2, sehingga terjadi kelebihan penawaran. Kelebihan penawaran ini menyebabkan harga turun ke P 2. Turunnya harga ke P 2 kemudian menyebabkan penurunan penawaran ke Q 3. Pada kondisi ini kembali terjadi kelebihan permintaan yang mengakibatkan kenaikan harga. Kondisi demikian akan berakhir ketika harga dan jumlah keseimbangan diperoleh pada P e dan Q Model cobweb dengan fluktuasi menjauhi titik keseimbangan (divergent cobweb model). Model cobweb menjauhi titik keseimbangan terjadi akibat elastisitas penawaran lebih besar dibandingkan elastisitas permintaan. Siklus yang terjadi pada divergent cobweb model ditunjukkan pada Gambar 6. Siklus harga diawali dari penawaran sebesar Q 0, yaitu terjadi kekurangan (shortage) jumlah barang yang ditawarkan. Pada kondisi ini terdapat kecenderungan peningkatan harga. Adanya peningkatan harga tersebut menyebabkan peningkatan penawaran dari Q 0 ke Q 1. Oleh karena terjadi kelebihan penawaran, selanjutnya terjadi pengurangan harga di P 1. Hal ini diikuti dengan pengurangan yang tajam pada jumlah yang diproduksi di Q 2 yang kemudian mengakibatkan harga menjadi tinggi di P 2. Harga yang tinggi kembali mendorong peningkatan yang lebih besar pada sisi produksi sehingga terjadi lagi kelebihan penawaran. Siklus ini akan terus berkembang menjadi semakin tidak stabil hingga harga menjadi benar-benar nol atau produksi menjadi sangat berlimpah atau munculnya kelangkaan terkait ketersediaan sumber daya (elastisitas penawaran akan berubah) sehingga produksi tidak dapat terus dilakukan.

4 15 Gambar 6 Siklus model cobweb yang menjauhi titik keseimbangan (diveregen) (Sumber: Ghatak dan Ingersent, 1984) 3. Model Cobweb dangan fluktuasi yang jaraknya tetap. Model cobweb dengan fluktuasi yang jaraknya tetap ditunjukkan pada Gambar 7. Siklus harga diawali pada saat jumlah penawaran yang besar yaitu di Q 1. Kondisi ini menyebabkan rendahnya harga ketika bertemu dengan kurva permintaa pada tingkat harga P 1. Harga yang rendah ini kemudian bertemu dengan kurva penawaran, yang selanjutnya mengakibatkan rendahnya penawaran di Q 0. Rendahnya penawaran ini menyebabkan harga yang tinggi di P 0 ketika bertemu dengan kurva permintaan. Tingginya harga ini selanjutnya akan meningkatkan produksi di Q 1, sehingga pada periode selanjutnya menyebabkan harga kembali rendah di P 1. Karena harga yang rendah tersebut sama dengan kondisi awal, produksi dan harga pada periode selanjutnya terus berputar mengelilingi/ mengikuti siklus awal. Selama harga ditentukan oleh penawaran saat ini dan penawaran ditentukan oleh harga terdahulu, fluktuasi pada harga dan produksi akan berlanjut tanpa tercapainya keseimbangan. Gambar 7 Siklus model cobweb dengan fluktuasi yang jaraknya tetap (Sumber: Ghatak dan Ingersent, 1984)

5 16 Diantara ketiga model cobweb tersebut, hanya convergent fluctuation yang sesuai dengan asumsi teori equilibrium. Pemusatan menuju titik keseimbangan secara cepat hanya jika kurva penawaran memiliki elastisitas yang lebih kecil dibandingkan kurva permintaan. Hal yang penting untuk digaris bawahi adalah bahwa harga dan jumlah dapat berada di atas nilai keseimbangan atau kurang dari harga keseimbangan akibat mekanisme yang ada pada teori cobweb itu sendiri. Jika pergerakan cobweb adalah divergen, maka pasar berada pada kondisi tidak stabil. Sebaliknya jika pergerakan harga adalah konvergen, maka pasar berada pada kondisi stabil. Kebijakan Pajak Ekspor 1. Dampak kebijakan pajak ekspor. Pajak ekspor atau bea keluar merupakan pungutan resmi dari pemerintah yang dibebankan terhadap penjualan barang dan jasa ke luar negeri. Pajak ekspor umumnya digunakan oleh negara berkembang untuk menyediakan sumber pendapatan (hard currency) untuk pemerintah. Pajak ekspor sering diterapkan pada komoditi pertanian. Pelaksanaan pajak ekspor ditujukan untuk menjamin ketersediaan suplai di pasar domestik serta menciptakan stabilitas harga. Dampak pelaksanaan pajak ekspor terhadap harga di pasar dunia dan harga domestik (di negara eksportir) ditampilkan pada Gambar 8. Gambar 8 Dampak kebijakan pajak ekspor (Sumber: Tweeten, 1992) Sebelum pelaksanaan pajak ekspor atau pada saat terjadi perdagangan bebas, tingkat harga di pasar dunia adalah sebesar P 1. Pada tingkat harga P 1 ini, jumlah permintaan di negara A adalah sebesar Q 0 dan jumlah penawaran sebesar Q 1, sedangkan kelebihan penawaran domestik (excess supply) negara A sebesar Q 1- Q 0 akan diekspor ke pasar dunia. Pelaksanaan kebijakan pajak ekspor menyebabkan kurva penawaran di pasar dunia bergeser dari ES ke ES t, yang diakibatkan oleh menurunnya jumlah ekspor negara A ke pasar dunia yaitu menjadi Q 3 -Q 2 (asumsi negara A adalah negara besar dalam perdagangan sehingga perubahan jumlah ekspor dapat mempengaruhi jumlah penawaran serta harga

6 17 dunia). Adanya pajak ekspor tersebut akan meningkatkan biaya ekspor sehingga mendorong produsen di negara A untuk mengurangi ekspor dan lebih memilih untuk mengalokasikan ke pasar domestik. Kondisi tersebut berdampak pada harga di pasar dunia yang meningkat ke P 3. Adapun harga di pasar domestik turun ke P 2, sehingga pada harga ini permintaan domestik meningkat menjadi Q 2 dan penawaran domestik turun menjadi Q Konsep hubungan pajak ekspor/bea keluar minyak sawit dengan volatilitas harga. Pajak ekspor/bea keluar minyak sawit adalah pungutan resmi dari pemerintah untuk penjualan minyak sawit ke luar negeri. Hubungan bea keluar minyak sawit dengan harga dan volatilitas harga minyak sawit itu sendiri serta terhadap minyak goreng sebagai produk turunannya terdapat pada Gambar 9 berikut. Gambar 9 Volatilitas harga minyak sawit setelah kebijakan bea keluar Sebelum diberlakukannya bea keluar, harga minyak sawit berada pada tingkat P 1, sedangkan permintaan domestik minyak sawit adalah sebesar Q 0 dan. penawaran minyak sawit adalah sebesar Q 1. Tingginya harga minyak sawit tersebut akan mengakibatkan harga minyak goreng sebagai produk akhir ikut tinggi. Setelah kebijakan bea keluar, harga minyak sawit domestik turun dari P 1 ke P 2. Penurunan harga domestik tersebut menyebabkan jumlah minyak sawit yang diminta meningkat ke Q 2, dan jumlah yang ditawarkan turun ke Q 3. Walaupun terjadi penurunan penawaran di Q 3, namun pada kondisi tersebut masih tetap ada kelebihan penawaran. Berdasarkan teori cobweb, adanya reaksi terlambat (time lag) ketika terjadi kelebihan penawaran menyebabkan harga turun ke P3 yang diikuti turunnya penawaran minyak sawit ke Q4. Pada kondisi ini terjadi kelebihan permintaan sehingga harga kembali naik ke P4. Siklus harga minyak sawit ini akan terus berlangsung menuju keseimbangan yang mengikuti siklus convergent cobweb model. Proses menuju harga keseimbangan inilah yang menyebabkan terjadinya volatilitas harga minyak sawit antar waktu yang semakin kecil.

7 18 Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa penerapan bea keluar minyak sawit dapat menurunkan harga dengan siklus volatilitas harga yang konvergen pada minyak sawit. Hal ini juga akan diikuti oleh turunnya harga minyak goreng sebagai produk turunan dari minyak sawit tersebut. Kebijakan Pajak Pertambahan Nilai 1. Dampak kebijakan pajak pertambahan nilai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung yaitu pajak tersebut disetor oleh pihak lain (produsen) yang bukan penanggung pajak, sehingga penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ditanggungnya. Pelaksanaan kebijakan pajak pertambahan nilai akan berpengaruh kepada penurunan penawaran sehingga akan menyebabkan peningkatan harga. Baye (2010) membagi tarif pajak terbagi menjadi 2 jenis yang terdiri atas: (1) pajak per unit (excise tax) yaitu pajak yang dikenakan sebagai beban tetap pada setiap unit barang yang terjual, dan (2) pajak ad valorem yaitu pajak yang dikenakan berdasarkan angka persentase tertentu dari setiap unit barang yang terjual. Pajak per unit akan menggeser kurva penawaran keatas yang sejajar dengan kurva penawaran semula, sedangkan pajak ad valorem tidak menggeser kurva penawaran keatas secara sejajar, tetapi jaraknya akan semakin lebar jika semakin jauh dari titik originalnya. Gambar 10 menunjukkan pengaruh pajak terhadap pergeseran kurva penawaran. Gambar 10 Pergeseran kurva penawaran dengan adanya pajak (Sumber: Baye, 2010) Selanjutnya, untuk melihat dampak pajak terhadap harga akan terlihat setelah adanya interaksi kurva penawaran dan kurva permintaan. Gambar 11 menampilkan dampak pajak terhadap harga.

8 19 Harga S t S 0 P 0 + t P 1 P 0 E 1 t E 0 D O Q 1 Q 0 Kuantitas Gambar 11 Dampak penerapan kebijakan pajak (Sumber: Lipsey et al, 1995) Sebelum adanya pajak, keseimbangan awal adalah di E 0 dengan kurva penawaran semula digambarkan S 0 dengan tingkat harga P 0 dan kuantitas Q 0. Ketika diberlakukan kebijakan pajak sebesar t maka akan menggeser kurva penawaran ke S 1 yang terletak diatas kurva penawaran semula. Sesudah adanya pajak akan terbentuk keseimbangan baru di E 1 sehingga harga meningkat di P 1 dan kuantitas di Q 1 menyebabkan terjadinya peningkatan harga. Lawan dari pajak adalah subsidi yang disebut juga dengan pajak negatif. Pergeseran kurva penawaran sesudah adanya subsidi berlawanan arah dengan pergeserannya akibat adanya pajak. Selain itu, bila pajak menyebabkan harga meningkat, sedangkan subusidi menyebabkan harga turun. 2. Konsep hubungan pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN- DTP) dengan volatilitas harga Kebijakan PPN-DTP pada industri minyak goreng dimaksudkan untuk mendorong harga penjualan minyak goreng pada tingkat harga yang lebih rendah. Mekanisme pengaruh PPN-DTP industri minyak goreng terhadap harga minyak goreng dijelaskan melalui Gambar 12. Minyak goreng merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat sehingga memiliki karakteristik permintaan yang bersifat inelastis. Dampak kebijakan pajak akan mengakibatkan kurva penawaran bergeser. Kurva penawaran minyak goreng semula pada saat pemerintah menerapkan pajak pertambahan nilai adalah S 0 dan harga adalah P e. Pada tingkat harga P e, jumlah minyak goreng yang diminta adalah sebesar Q e. Selanjutnya pemerintah menetapkan kebijakan pajak pertambahan nilai yang ditanggung pemerintah (PPN-DTP). Dengan kata lain pemerintah memberikan subsidi pajak pertambahan nilai kepada industri minyak goreng. Hal ini menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kanan dari S 0 ke S 1. Pada kondisi ini terjadi kelebihan penawaran. Berdasarkan teori cobweb, reaksi terlambat (time lag) ketika terjadi kelebihan penawaran akan menyebabkan harga turun di P 1 yang

9 20 diikuti turunnya penawaran minyak sawit ke Q 2. Pada kondisi ini terjadi kelebihan permintaan sehingga harga kembali naik ke P 2. Siklus harga minyak goreng ini akan terus berlangsung mengikuti siklus divergent cobweb model. siklus tersebut menyebabkan terjadinya volatilitas harga minyak goreng antar waktu yang semakin besar. Gambar 12 Dampak kebijakan pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah terhadap harga minyak goreng Pemodelan Volatilitas Volatilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar harga berfluktuasi dalam suatu periode waktu. Volatilitas diestimasi dengan cara menghitung varians dan standar deviasi perubahan harga dalam jangka waktu tertentu yang menentukan seberapa cepat data berubah dengan keacakannya. Pemodelan data deret waktu umumnya dilakukan dengan menggunakan asumsi homoskedastisitas atau varians residual yang konstan sepanjang waktu. Namun asumsi homoskedastisitas tidak bisa menjawab persoalan adanya volatilitas pada data deret waktu ekonomi dan bisnis, karena umumnya data pada ekonomi dan bisnis mempunyai varians residual yang selalu berubah sepanjang waktu atau heteroskedastisitas. Model ARCH (Autoregressive Conditional Heteroscedasticity) adalah model yang memperhitungkan adanya unsur heteroskedastisitas dalam analisis deret waktu. Model ARCH pertama kali diperkenalkan oleh Engel pada tahun Model ARCH dipakai untuk memodelkan varians residual yang tergantung pada kuadrat residual pada periode sebelumnya (conditional) secara autoregresif (regresi diri sendiri). Model ARCH terdiri dari dua komponen varians yaitu varians yang konstan dan varians yang tergantung dari besarnya volatilitas pada periode sebelumnya. Jika volatilitas pada periode sebelumnya besar, maka varian pada saat ini juga akan besar. Varians tergantung dari varians pada masa lalu sehingga heteroskedastisitas dapat dimodelkan dan varians diperbolehkan untuk berubah antar waktu. Volatilitas yang besar di masa lalu dapat ditangkap dalam model ARCH. Bentuk umum model ARCH(m) adalah: ht = ξ + α 0 ε 2 t + α 1 ε 2 t-1 + α 2 ε t α m ε 2 t-m

10 21 dimana ht = varians pada waktu ke t ξ = variabel yang konstan ε 2 t-m = volatilitas pada periode sebelumnya (suku ARCH) α 0, α 1,..., α m = koefisien orde m yang diestimasikan Kondisi yang seringkali terjadi adalah bahwa varians saat ini tergantung dari volatilitas beberapa periode dimasa lalau (conditional variance). Hal ini akan menyebabkan banyaknya parameter dalam conditional variance yang harus diestimasi. Pengestimasian parameter-parameter tetrsebut sulit dilakukan dengan presisi yang tepat. Oleh karena itu Bollerslev pada tahun 1986 memperkenalkan model GARCH (Generalized Autoregressive Conditional Heteroschedasticity) yang merupakan pengembangan model ARCH. Model GARCH dikembangkan dengan mengintegrasikan autoregresi dari kuadrat residual lag kedua hingga lag tak hingga ke dalam bentuk varian pada lag pertama. Model ini dikembangkan sebagai generalisasi dari model volatilitas. Volatilitas berdasarkan model GARCH(r,m) mengasumsikan bahwa varians dari data fluktuasi dipengaruhi sejumlah m data fluktuasi sebelumnya dan sejumlah r data volatilitas sebelumnya. Bentuk umum model GARCH(r,m) adalah: ht = k + δ 1 h t-1 + δ 2 h t δ r h t-r + α 1 ε 2 t-1 + α 2 ε 2 t α m ε 2 t-m dimana: h t = varians pada waktu ke t k = varian yang konstan ε 2 t-m = volatilitas pada periode sebelumnya (suku ARCH) h t-r = varian pada periode sebelumnya (suku GARCH) α 1, α 2,..., α m = koefisien orde m yang diestimasikan δ 1, δ 2,... δ r = koefisien order r yang diestimasikan Pada model GARCH, varians terdiri dari tiga komponen. Komponen pertama adalah varians yang konstan, komponen kedua adalah volatilitas pada periode sebelumnya (suku ARCH), dan komponen ketiga adalah varians pada periode sebelumnya (suku GARCH). Kerangka Pemikiran Operasional Sistem agribisnis berbasis sawit menfokuskan pada penciptaan dan peningkatan nilai tambah terhadap komoditas tersebut. Proses penciptaan dan peningkatan nilai tambah melalui suatu proses tertentu yang melibatkan koordinasi dan keterhubungan antar komoditas hulu dan hilir. Dalam hal ini, minyak sawit merupakan bahan baku (input) utama dalam menciptakan produk hilir bernilai tambah yaitu minyak goreng. Keterkaitan kedua komoditas hulu dan hilir ini tidak saja terkait secara fungsi dari masing-masing produk, tetapi juga terkait dari segi harga. Jika harga minyak sawit sebagai bahan baku meningkat, akan berdampak pada harga produk minyak goreng. Harga minyak sawit di dalam negeri yang semakin tak menentu dalam beberapa tahun terakhir. Harga minyak sawit yang relatif rendah dan stabil tidak bisa dipertahankan karena terjadinya krisis ekonomi global memasuki akhir tahun

11 Kondisi ini memicu adanya ketidakstabilan harga minyak sawit. Jika harga minyak sawit tidak stabil, maka diduga akan berdampak juga bagi ketidapastian harga minyak goreng yang akan membawa dampak pada pengambilan keputusan berbagai pihak baik produsen maupun konsumen. Oleh sebab itu, pemerintah berupaya untuk menciptakan harga minyak sawit maupun harga minyak goreng yang stabil karena peran strategis dari kedua produk tersebut. Pemerintah menggunakan berbagai kebijakan untuk menciptakan harga yang stabil tesebut. Kebijakan yang dikeluarkan antara penetapan bea keluar/pajak ekspor untuk minyak sawit secara progresif mengikuti harga minyak sawit internasional dan kebijakan pembebasan pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN-DTP). Pelaksanaan kebijakan bea keluar/pajak ekspor akan berkaitan dengan ketersediaan bahan baku minyak sawit bagi produksi dalam negeri. Jika ekspor minyak sawit dikenakan pajak, maka ekspor akan cenderung turun sehingga suplai bahan baku didalam negeri meningkat. Hal ini akan berpengaruh langsung kepada harga minyak sawit di pasar domestik. Jika suplai meningkat maka harga bahan baku akan turun dan diduga harga minyak goreng juga akan turun. Selanjutnya, kebijakan PPN-DTP untuk industri minyak goreng diduga akan mendorong perkembangan industri minyak goreng dalam negeri. Berkembangnya indusri minyak goreng akan menciptakan pasar yang lebih bersaing, sehingga akan berpengaruh pada tingkat harga minyak goreng. Peran dari kebijakan-kebijakan tersebut dapat mempengaruhi stabilitas harga. Pada penelitian ini akan dilihat bagaimana dampak kebijakan tersebut terhadap volatilitas dan stabilisasi harga minyak sawit dan minyak goreng di Indonesia. Alur kerangka pemikiran operasional digambarkan pada Gambar 13 berikut. Kebijakan Pemeritah: Kebijakann Bea Keluar Minyak Sawit Kebijakan PPN-DTP Minyak Goreng Harga Minyak Sawit Harga Minyak Goreng Volatilitas Harga Minyak Sawit dan Minyak Goreng Stabilisasi Harga Gambar 13 Kerangka pemikiran operasional penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian tentang risiko harga sayuran di Indonesia mencakup komoditas kentang, kubis, dan tomat dilakukan di Pasar Induk Kramat Jati, yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada peternak plasma ayam broiler di Dramaga Unggas Farm, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan Kota Bogor khususnya

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi tentang rata-rata bersyarat pada Y

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi tentang rata-rata bersyarat pada Y BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari- hari sering dijumpai data time series yang terdiri dari beberapa variabel yang saling terkait yang dinamakan dengan data time series

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

III. KERANGKA PENELITIAN

III. KERANGKA PENELITIAN 23 III. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Teori Harga Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls & Uhl (2002),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Promosi dan Pemasaran Holtikultura

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pengambilan keputusan, karena terkadang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan tidak

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian mengenai risiko harga dan perilaku penawaran apel dilakukan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang beralamat di Jalan Abdul Gani Atas, Kelurahan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 04FEB. Keseimbangan Pasar Market Equilibrium )) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 04FEB. Keseimbangan Pasar Market Equilibrium )) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen Modul ke: Pengantar Ekonomi Mikro Keseimbangan Pasar Market Equilibrium )) Fakultas 04FEB Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen Keseimbangan Pasar Terjadi apabila jumlah yang diminta sama dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan berdasarkan data series bulan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS), diantaranya adalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari BEI. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data harian yang dimulai dari 3 Januari 2007

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran. 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama perdagangan bawang merah di Indonesia mencakup kegiatan produksi, konsumsi, dan impor. Berikut ini dipaparkan teori dari fungsi

Lebih terperinci

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK. Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 25 32 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

Lebih terperinci

VOLATILITAS HARGA JAGUNG DALAM ERA PEMBANGUNAN EKONOMI PERTANIAN BERKELANJUTAN

VOLATILITAS HARGA JAGUNG DALAM ERA PEMBANGUNAN EKONOMI PERTANIAN BERKELANJUTAN P r o s i d i n g 9 VOLATILITAS HARGA JAGUNG DALAM ERA PEMBANGUNAN EKONOMI PERTANIAN BERKELANJUTAN Vi in Ayu Pertiwi, Nur Baladina, Fitrotul Laili Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Email : viinayu@ub.ac.id

Lebih terperinci

METODE ANALISIS HARGA PANGAN 1

METODE ANALISIS HARGA PANGAN 1 METODE ANALISIS HARGA PANGAN 1 Handewi P.S. Rachman Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 Abstrak Harga dan kaitannya dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjual, menahan, atau membeli saham dengan menggunakan indeks

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjual, menahan, atau membeli saham dengan menggunakan indeks BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pasar modal merupakan pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana jangka panjang, yaitu dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN (Menurut Perubahan supply-demand Cob-web theory) Oleh: Agustina Bidarti Sosek Pertanian FP Unsri Tiga unsur permintaan dan penawaran

Lebih terperinci

PEMODELAN TARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH. Retno Hestiningtyas dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNS

PEMODELAN TARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH. Retno Hestiningtyas dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNS S-9 PEMODELAN TARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH Retno Hestiningtyas dan Winita Sulandari, M.Si Jurusan Matematika FMIPA UNS ABSTRAK. Pada data finansial sering terjadi keadaan leverage effect,

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MIKRO ELASTISITAS

PENGANTAR EKONOMI MIKRO ELASTISITAS Modul ke: PENGANTAR EKONOMI MIKRO ELASTISITAS Fakultas FAK. EKONOMI & BISNIS Cecep W Program Studi S-1 Manajemen www.mercubuana.ac.id Konsep Elastisitas Makin meluasnya penggunaan matematika dalam ilmu

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK

INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK 81 VII. INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia saat ini dengan produksi CPO pada tahun 2010 mencapai 23,6 juta ton atau mencapai 44% dari total produksi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

Modul ke: Keseimbangan Pasar. Fakultas EKONOMI. Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen.

Modul ke: Keseimbangan Pasar. Fakultas EKONOMI. Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen. Modul ke: Keseimbangan Pasar Fakultas EKONOMI Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengertian Pasar Pasar di definisikan sebagai pertemuan permintaan (Demand) dan penawaran (Supply).

Lebih terperinci

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H14052004 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI Oleh : Sri Nuryanti Delima H. Azahari Erna M. Lokollo Andi Faisal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji 35 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji ACF, uji PACF, uji ARCH-LM,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam pengembangan sektor pertanian sehingga sektor pertanian memiliki fungsi strategis dalam penyediaan pangan

Lebih terperinci

berbeda-beda dalam hal Elastisitas terdiri dari Elastis Linier E=1

berbeda-beda dalam hal Elastisitas terdiri dari Elastis Linier E=1 Harga Harga Keseimbangan dibentuk oleh Harga Pendapatan Selera Konsumen Harga Barang Lain Perkiraan dipengaruhi oleh Permintaan dijelaskan oleh Hukum Permintaan berbeda-beda dalam hal Penawaran dijelaskan

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL EGARCH PADA ESTIMASI VOLATILITAS HARGA MINYAK KELAPA SAWIT

PENERAPAN MODEL EGARCH PADA ESTIMASI VOLATILITAS HARGA MINYAK KELAPA SAWIT PENERAPAN MODEL EGARCH PADA ESTIMASI VOLATILITAS HARGA MINYAK KELAPA SAWIT Yoseva Agung Prihandini 1, Komang Dharmawan 2, Kartika Sari 3 1 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA - Universitas Udayana [Email:

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA 36 III. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian terdahulu menunjukkan perkembangan yang sistematis dalam penelitian kelapa sawit Indonesia. Pada awal tahun 1980-an, penelitian kelapa sawit berfokus pada bagian hulu,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Landasan Teori Landasan teori mengenai penawaran dan permintaan barang dan jasa serta elastisitas harga dan mekanisme keseimbangan pasar secara umum berlaku sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Menurut Fahmi dan Hadi (2009) investasi merupakan suatu bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA Chairia*), Dr. Ir Salmiah, MS**), Ir. Luhut Sihombing, MP**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakutas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Materi Minggu 2. Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi

Materi Minggu 2. Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 10 Materi Minggu 2 Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi Dari materi sebelumnya, kita mengerti bahwa Ekonomi Internasional adalah ilmu ekonomi

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 110 117 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA Septionery Sibuea *), Thomson Sebayang **) dan Satia Negara Lubis **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian Suherwin (2012), tentang harga Crude Palm Oil dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan umum penelitian adalah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 1 8 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar uang tersebut dinamakan kurs atau exchange rate. uang tersebut merupakan salah satu aset finansial yang dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. tukar uang tersebut dinamakan kurs atau exchange rate. uang tersebut merupakan salah satu aset finansial yang dapat mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang memegang peranan penting dalam perekonomian setiap negara. Aktifitas ekonomi yang dapat dilakukan suatu negara dengan menggunakan uang adalah perdagangan, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah di bidang ekonometrika. Ekonometrika merupakan bidang ilmu ekonomi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah di bidang ekonometrika. Ekonometrika merupakan bidang ilmu ekonomi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Statistika bisa diterapkan di berbagai bidang. Salah satu contoh penerapannya adalah di bidang ekonometrika. Ekonometrika merupakan bidang ilmu ekonomi yang menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kelapa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP. KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Penawaran dan Kurva Penawaran Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH) Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 4 Hal. 80 88 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah:

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kakao Menurut Badan Perijinan dan Penanaman Modal Provinsi Kalimantan Barat (2009), tanaman

Lebih terperinci

Suma Suci Sholihah, Heni Kusdarwati, Rahma Fitriani. Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya

Suma Suci Sholihah, Heni Kusdarwati, Rahma Fitriani. Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya PEMODELAN RETURN IHSG PERIODE 15 SEPTEMBER 1998 13 SEPTEMBER 2013 MENGGUNAKAN THRESHOLD GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY (TGARCH(1,1)) DENGAN DUA THRESHOLD Suma Suci Sholihah,

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi berkaitan dengan penempatan dana ke dalam bentuk aset yang lain selama periode tertentu dengan harapan tertentu. Aset yang menjadi objek investasi seseorang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Penawaran Teori penawaran secara umum menjelaskan ketersediaan produk baik itu barang dan jasa di pasar yang diharapkan dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sumber tetap yang terjadi berdasarkan waktu t secara berurutan dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu sumber tetap yang terjadi berdasarkan waktu t secara berurutan dan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Data time series merupakan serangkaian data pengamatan yang berasal dari satu sumber tetap yang terjadi berdasarkan waktu t secara berurutan dan dengan interval

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu data saham Astra Internasional Tbk tanggal 2 Januari

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Permasalahan pangan di sisi penyediaan saat ini adalah permintaan pangan yang tinggi seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk, sementara pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

Materi 4. Sistem Pasar. Price Rationing (Penjatahan Berdasarkan Harga) Sistem Pasar disebut juga Sistem Harga Menjalankan dua fungsi penting

Materi 4. Sistem Pasar. Price Rationing (Penjatahan Berdasarkan Harga) Sistem Pasar disebut juga Sistem Harga Menjalankan dua fungsi penting istem asar Materi 4 Aplikasi & Elastisitas enawaran & ermintaan istem asar disebut juga istem Harga Menjalankan dua fungsi penting rice reasoning untuk mengalokasikan barang & jasa pada konsumen Menentukan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 27 PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A.

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A. K-13 Kelas X ekonomi INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan menjelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan utama, yaitu investasi dalam bentuk real assets dan investasi dalam bentuk financial assets (Bodie, 2005).

Lebih terperinci

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA 161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau

Lebih terperinci

BAB III THRESHOLD AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROCEDASTICTY (TARCH) Proses TARCH merupakan modifikasi dari model ARCH dan GARCH.

BAB III THRESHOLD AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROCEDASTICTY (TARCH) Proses TARCH merupakan modifikasi dari model ARCH dan GARCH. BAB III THRESHOLD AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROCEDASTICTY (TARCH) 3.1. Model TARCH Proses TARCH merupakan modifikasi dari model ARCH dan GARCH. Pada proses ini nilai residu yang lebih kecil dari nol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Implementasi kebijakan..., Nursantiyah, FISIP UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Implementasi kebijakan..., Nursantiyah, FISIP UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tepung terigu dari waktu ke waktu semakin menjadi komoditi pangan penting di Indonesia. Hal ini disebabkan karena tepung terigu semakin menguasai kebutuhan

Lebih terperinci

SENSITIFITAS MODEL GARCH UNTUK MENGATASI HETEROKEDASTIK PADA DATA DERET WAKTU

SENSITIFITAS MODEL GARCH UNTUK MENGATASI HETEROKEDASTIK PADA DATA DERET WAKTU SENSITIFITAS MODEL GARCH UNTUK MENGATASI HETEROKEDASTIK PADA DATA DERET WAKTU Asep Saefuddin, Anang Kurnia dan Sutriyati Departemen Statistika FMIPA IPB Ringkasan Data deret waktu pada bidang keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN MINYAK GORENG SAWIT INDONESIA KHOIRU RIZQY RAMBE

PERMINTAAN DAN PENAWARAN MINYAK GORENG SAWIT INDONESIA KHOIRU RIZQY RAMBE PERMINTAAN DAN PENAWARAN MINYAK GORENG SAWIT INDONESIA KHOIRU RIZQY RAMBE DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Heteroskedastis Masalah serius lainnya yang mungkin kita hadapi dalam analisis regresi adalah heteroskedastis.ini timbul pada saat bahwa varians dari faktor konstan untuk semua

Lebih terperinci

The analysis was focused on heteroscedasticities that based on the magnitude of a regressor that caused non constant residual variances.

The analysis was focused on heteroscedasticities that based on the magnitude of a regressor that caused non constant residual variances. Model ARCH dan GARCH On earlier discussion, we have talked about the possibility of having heteroscedasticity in a model. We also have discussed how to overcome this problem to have more efficient parameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Corporate Governance

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Corporate Governance BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Corporate Governance Perception Index (CGPI), sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah volatilitas

Lebih terperinci

Analisis Statistik Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Menggunakan Regresi Time Series

Analisis Statistik Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Menggunakan Regresi Time Series Analisis Statistik Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Menggunakan Regresi Time Series Theresia Desy M ), Haryono ) ) Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan

Lebih terperinci

MODEL DINAMIS PREDIKSI HARGA SAHAM PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS SEKTOR PERTANIAN, SEKTOR PERTAMBANGAN, DAN SEKTOR INDUSTRI DASAR)

MODEL DINAMIS PREDIKSI HARGA SAHAM PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS SEKTOR PERTANIAN, SEKTOR PERTAMBANGAN, DAN SEKTOR INDUSTRI DASAR) MODEL DINAMIS PREDIKSI HARGA SAHAM PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS SEKTOR PERTANIAN, SEKTOR PERTAMBANGAN, DAN SEKTOR INDUSTRI DASAR) Irna Diniasari/13210623/Manajemen Pembimbing: Dr. Mohammad

Lebih terperinci

Elastisitas. SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP

Elastisitas. SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP Elastisitas SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP www.sulasmiyati.lecture.ub.ac.id Pendahuluan Elastisitas merupakan persentase perubahan pada variabel dependen/tak bebas/ terikat dikarenakan adanya perubahan variabel

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM)

KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM) KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM) Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan Di susun oleh : RATNA INTANNINGRUM 3215076839 Pendidikan Fisika NR 2007 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL Pada bagian analisis kebijakan, terlebih dahulu akan dilakukan analisis pada model dasar, dan kemudian dilanjutkan dengan analisis penerapan skenario kebijakan yang telah

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Konsep Pemikiran Teoritis Pada pasar kopi (negara kecil), keinginan untuk memperdagangkannya adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

ANALISIS VOLATILITAS HARGA SAYURAN DI PASAR INDUK KRAMAT JATI OLEH ACHMAD WIHONO H

ANALISIS VOLATILITAS HARGA SAYURAN DI PASAR INDUK KRAMAT JATI OLEH ACHMAD WIHONO H ANALISIS VOLATILITAS HARGA SAYURAN DI PASAR INDUK KRAMAT JATI OLEH ACHMAD WIHONO H14053966 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ACHMAD WIHONO.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

Add your company slogan. Keseimbangan Pasar LOGO

Add your company slogan. Keseimbangan Pasar LOGO Add your company slogan Keseimbangan Pasar LOGO Keseimbangan Analisa keseimbangan adalah analisa penyesuaian menuju kesepakatan antara keputusan penjual dalam penawaran dan pembeli dalam permintaan. (

Lebih terperinci