Rancang Bangun Rantai Pasok Kopi Gayo Berkelanjutan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rancang Bangun Rantai Pasok Kopi Gayo Berkelanjutan"

Transkripsi

1 Rancang Bangun Rantai Pasok Kopi Gayo Berkelanjutan Rachman Jaya F Komisi pembimbing Prof Dr Ir Machfud, MS Dr Ir Sapta Raharja, DEA Prof Dr Ir Marimin, MSc

2 Life time of Ph.D Program Agustus 2009 : Program studi Teknologi industri pertanian, Sekolah Pascasarjana IPB. Agustus 2011: Preliminary (tulis) Maret 2012: Preliminary (oral) Juni 2012: Kolokium Agustus 2013: Seminar hasil Maret 2014: Ujian tertutup Juni 2014: Ujian terbuka Agustus 2014: Lulus (SKL)

3 Publikasi Prediction Of Sustainable Supply Chain Management For Gayo Coffee Using System Dynamic Approach: Journal of Theoretical and Applied Information Technology (Scopus index:0.89). Sustainability Analysis for Gayo Coffee Supply Chain: International journal on Advanced Science Engineering Information Technology. Analisis dan Mitigasi Risiko Rantai Pasok Kopi Gayo Berkelanjutan dengan Pendekatan Fuzzy: Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Aplikasi Teknik ISM dan MCDM Untuk Identifikasi Posisi Pemangku Kepentingan Dan Alternatif Kegiatan Untuk Perbaikan Mutu Kopi Gayo: Jurnal Teknologi Industri Pertanian.

4 Next Publications Model Distribusi Keuntungan Rantai Pasok Produk Pertanian Berkelanjutan, Ready to publish. Analisis Keterkaitan Antar Pelaku Dalam Struktur Rantai Pasok Kopi Gayo Berkelanjutan Menggunakan Analitical Networks Process. Framework of Gayo Coffee Sustainable Supply Chain Management

5 Contens Latar Belakang Metode Penelitian Pemodelan Sistem Hasil dan Pembahasan Simpulan dan Saran

6 Latar Belakang Peran strategis kopi Gayo Umunya penelitian RPK berkelanjutan ke aspek Green SC Rantai Pasok kopi Gayo berkalanjutan Dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan

7 Latar Belakang Komoditas strategis 80% eksport, dengan nilai $50 juta 80% masyarakat bergantung kepada komoditi ini Fakta: Penggelolaan risiko rantai pasok Pemanfaatan by-product Efisiensi penggunaan air Pola hubungan keterkaitan antar pelaku Harga belum berkeadilan

8 Gap penelitian: Pengukuran kinerja dilakukan secara parsial, penelitian yang dilakukan bersifat multidimensi. Pertanyaan penelitian: 1. Seberapa besar tingkat keberlanjutan RPKG saat ini? 2. Seperti apa model hubungan keterkaitan antar pelaku? 3. Bagaimana pemanfaatan pulp dan teknologi yang sesuai untuk mengefisienkan penggunaan air? 4. Faktor risiko apa yang paling berpengaruh pada RPKG dan mitigasi yang dilakukan oleh pelaku? 5. Bagaimana bentuk model distribusi keuntungan berkeadilan? 6. Seberapa besar prediksi indeks keberlanjutan RPKG?

9 Tujuan Penelitian Melakukan identifikasi keberlanjutan RPKG terkini (current condition) Menganalisis dimensi ekonomi, lingkungan dan sosial pada sistem RPKG Melakukan simulasi prediksi berkelanjutan pada RPKG

10 Ruang Lingkup Rantai pasok: aliran material bahan dari petani (kopi cherry) sampai eksportir (green bean). RPB: dimensi ekonomi: analisis dan mitigasi risiko Rantai pasok serta model distribusi keuntungan berkeadilan. Dimensi lingkungan: efisiensi penggunaan air dan pemanfaatan pulp, dimensi sosial: hubungan keterkaitan antar pelaku.

11 Metode Penelitian Kerangka Pemikiran Lingkungan RPKG Berkelanjutan Sosial Ekonomi Indeks RPKG belum Berkelanjutan Gap

12 Lokasi dan responden Lokasi dan waktu penelitian: Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah, Provinsi Aceh, November 2011-Maret Penentuan:Purposive Responden (pakar): akademisi, bergelar Doktor (S3) dan berpengalaman pada industri kopi minimal 10 tahun, peneliti (S3), berpengalaman di bidang perkopian minimal 10 tahun dan praktisi minimal telah 20 tahun terlibat dalam usaha kopi Gayo. Jumlah narasumber 5 orang Pelaku: petani (33 orang), pedagang pengepul (5), agroindustri.

13 Tahapan Penelitian Latar belakang, perumusan masalah dan kondisi awal lingkup kajian Studi literatur Perumusan tujuan penelitian Analisis kebutuhan stakeholder rantai pasok kopi Gayo berkelanjutan Identifikasi indeks rantai pasok Kopi Gayo berkelanjutan terkini Dimensi ekonomi Dimensi sosial Analisis dan mitigasi risiko:f-ahp, FIS Pola keterkaitan antar pelaku: ANP Dimensi lingkungan Pemanfaatan pulp: B/C ratio, spesifikasi teknis Efisiensi penggunaan air Technical review Revenue-sharing: Heuristik Sistem dinamis MDS Simulasi Prediksi berkelanjutan A

14 Lanjutan B MDS Pengukuran indeks berkelanjutan A If-then analysis Verifikasi dan validasi model: pengujian logika komputasi, face-validity Tidak Valid? Ya Rancang Bangun RPKGB

15 Pemodelan sistem Asumsi model 1 Seluruh produk masing-masing pelaku terserap oleh pelaku selanjutnya 2 Model hanya terbatas pada lingkup kajian, pelaku, unit usaha, luas lahan dan skala usaha 3 Model belum memperhatikan aspek inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap dollar. 4 5 Belum memperhatikan persaingan antar unit usaha Ganguan hama dan penyakit, kehilangan saat produksi tidak diperhatikan

16 1. Kinerja keberlanjutan RPKG terkini Mulai Penentuan atribut keberlanjutan dimensi Penentuan skor keberlanjutan atribut Penentuan ordinasi dalam analisis MDS atribut Simulasi montecarlo Analisis leverage Indeks berkelanjutan pada rantai pasok kopi Gayo Selesai

17 2. Analisis dan Mitigasi Risiko RPKG Mulai Risiko rantai pasok kopi Gayo belum terkelola Identifikasi skala prioritas faktor-faktor risiko Fuzzy-AHP Analisis interelasi pelaku dalam menggelola risko Deskriftip Penyusunan skenario mitigasi risiko Risiko rantai pasok kopi Gayo terkelola Selesai FIS, Mamdani

18 3. Pola keterkaitan antar pelaku Mulai Identifikasi pola keterkaitan antar pelaku rantai pasok (klaster) Struktur networks antar klaster dan elemen Sesuai Tidak Ya Penyusunan kuesioner Wawancara pakar Super decision Analisis data Bobot alternatif pola keterkaitan Selesai

19 4. Distribusi keuntungan berkeadilan Mulai Inputkan bobot risiko masingmasing pelaku Fuzzy-AHP Tentukan Nilai perkiraan harga kopi Gayo ARIMA Hitung koefisien eksponen pada masingmasing tingkatan Inputkan harga yang tertinggi dan terendah Tidak Konsensus tercapai Ya Distribusi keuntungan tercapai Selesai Interpolasi non linear

20 5. Prediksi RPKG berkelanjutan Mulai Perumusan tujuan Pembuatan causal loop penelitian Sub sistem dimensi ekonomi Sub sistem dimensi sosial Sub sistem dimensi lingkungan Model prediksi berkelanjutan pada RPKG Sesuai Ya Transformasi nilai numerik ke ordinal Analisis keberlanjutan RPKG Selesai Logika if-then rule Multi dimensional scaling (MDS)

21 Diagram kausal loop Model Prediksi RPKG berkelanjutan

22 Stock flow diagram model simulasi RPKGB

23 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur RPKG Petani Pengepul Agroindustri Kegiatan budidaya Panen Penjualan ke pengepul Buah kopi (cherri) Penggelolaan hama dan penyakit Tidak petik merah (masalah mutu) Lebih 1 malam (masalah mutu) Kadar air 80% Pembelian buah kopi Pulper Pengeringan Pengemasan primer Kopi HS Lebih dari 1 malam By-prodcut (pulp) belum dimanfaatkan Tidak menggunakan para-para (cemaran fisik) Plastik (mutu) Kadar lebih lebih dari 14% Pembelian kopi HS Pengeringan Pengemasan Harga Mekanisme kontrak Mutu Biji Kopi (green bean) Kadar air lebih 14%, cemaran fisik tinggi Di lantai jemur Karung goni Fluktuasi harga Terbatas Produck reject masih tinggi Kadar air maksimal 12%

24 Kinerja keberlanjutan RPKG Indeks keberlanjutan rantai pasok kopi Gayo : 33,53 (kurang berlanjut). Masing-masing dimensi: Dimensi ekonomi: 38,44 (kurang berlanjut), lingkungan: 36,99 (kurang berlanjut), sosial (35.31), sumberdaya: (kurang berlanjut)

25 Analisis leverage dimensi ekonomi dan lingkungan Leverage of Attributes 0,06 Akses pasar Risiko rantai Profit marjin pasok 1,14 0,71 Net profit 2,92 Distribusi keuntungan 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Leverage of Attributes Attribute Efisiensi penggunaan air 5,24 2,64 Budidaya organik Pemanfaatan limbah padat 1,

26 Analisis leverage dimensi sosial dan suberdaya Leverage of Attributes 3,36 Pola hubungan antar pelaku 2,48 Attribute Kelembagaan 2,98 Keterampilan Hak dasar 1, Leverage of Attributes Kecukupan bahan baku 0,10 Attribute Mutu bahan baku 2,67 Ketersediaan bahan baku 0,80 Daya dukung lahan 0 1,38 0,5 1 1,5 2 2,5 3

27 Analisis tingkat dan mitigasi risiko RPKG Petani Pedagang pengepul Agroindustri (0,501) (0,5) Risiko (0,502) Risiko aggregat (0,501) kategori sedang Risiko Budidaya: Memperbaiki teknologi budidaya fokus pengelolaan hama dan penyakit terpadu. Risiko harga: Aplikasi model revenuesharing. Risiko mutu: Memperbaiki teknologi pasca panen. Risiko Harga: Aplikasi model revenue-sharing. Risiko mutu: Memperbaiki teknologi pasca panen. Risiko harga: Aplikasi model revenue-sharing.

28 Analisis dan mitigasi risiko Struktur dan bobot elemen RPKG Fokus Tujuan Pelaku Risiko rantai pasok Alternatif mitigasi risiko rantai pasok Pemenuhan Mutu (0.41) Skenario mitigasi risiko rantai pasok kopi Gayo (1.0) Pemenuhan Jumlah (0.3) Pemenuhan Timedelivery (0.29) Petani (0.52) Pedagang pengepul (0.13) Agroindustri (0.35) Risiko Mutu (0.31) Risiko Mutu (0.45) Risiko Mutu (0.31) Risiko Harga (0.26) Risiko Harga (0.24) Risiko Harga (0.30) Risiko Budidaya (0.3) Risiko Permintaan (0.18) Risiko Permintaan (0.26) Risiko Permintaan (0.13) Risiko Pasokan (0.12) Risiko Pasokan (0.13) Memperbaiki teknologi budidaya (0.27) Memperbaiki teknologi pasca panen (0.18) Mekanisme kontrak berbasis revenue-sharing (0.54)

29 Pedagang pengepul dan agroindustri Model utilitasi risiko pedagang pengepul: Updg(x): e-0.01(x) Model utilitas risiko agroindustri: Uagr(x): e0.041(x) Fungsi konjoin antara pelaku pedagang pengepul dan agroindustri: H(x): e0.041(x) e-0.01(x) Harga kesepakatan: Pedagang pengepul: Rp24 711/kg Harga rata-rata: Rp18 937

30 Up(x)= H(x)= - Distribusi keuntungan berkeadilan Model utilitasi risiko petani: Up(x): 9.271e-0.02(x) Model utilitas risiko pedagang pengepul: Updg(x): e0.024(x) Fungsi konjoin antara pelaku petani dan pedagang pengepul: H(x): e0.024(x) e-0.02(x) Harga kesepakatan: Petani: Rp8 216/kg Harga rata-rata: Rp7 896/kg

31 Pola keterkaitan antar pelaku RPKG

32 Prediksi RPKGB Profit petani Profit pedagang pengepul

33 Lanjutan Profit agroindustri Pulp (ton/years) Compost (ton/years) Produksi pulp dan kompos

34 Prediksi keberlanjutan RPKG 60,00 UP Other Distingishing Features 40,00 20,00 0,00 BAD 0,00 20,00 40,00 60,00 60,55-20,00-40,00 DOWN -60,00 Sustainability of RPKG GOOD 80,00 100,00 120,00

35 Implikasi manajerial RPKG yang dirancang bangun pada penelitian ini adalah pada aspek manajemen RPKG yang diperoleh dari pengembangan dan analisis penentu keberlanjutan pada dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan. Implikasi sistem yang dikembangkan melibatkan aktor utama yaitu petani, pedagang pengepul dan agroindustri. Aktor pendukung yaitu : AEKI, Forum kopi Aceh, BPTP Aceh, Univeritas, LSM.

36 Kabaharuan penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat multi-dimensi berdasarkan hasil analisis leverage Dihasilkan model penetapan harga pada pelaku yang lebih berkeadilan berdasarkan distribusi tingkat risiko masing-masing pelaku. Dihasilkan model untuk memprediksi indikatorindikator penentu keberlanjutan pada dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan

37 Kesimpulan 1 RPKG masih kurang berkelanjutan berdasarkan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan. 2 Pada dimensi ekonomi indikator penentu keberlanjutan adalah risiko RP dan penentapan harga yang belum berkeadilan. 3 Pada dimensi sosial indikator penentu keberlanjutan adalah pola hubungan sosial antar pelaku. 4 Pada dimensi lingkungan indikator penentu keberlanjutan pemanfaatan pulp menjadi kompos dan penggunaan air yang masih tinggi. 5 Dengan merujuk kepada indikator penentu keberlanjutan, model yang dikembangkan dapat memprediksi RPKG menjadi lebih berkelanjutan kurang berlanjut (33.53) menjadi cukup berkelanjutan (60.55).

38 Saran Pada level strategis, diperlukan kajian yang bersifat kebijakan yaitu bagaimana rancangan ini dapat diimplementasikan secara oleh seluruh stakeholder dan shareholder. Pada simulasi prediksi keberlanjutan diperlukan kajian yang bersifat stokastik-dinamis.

39 Terima kasih

40

41

42

43

44 Bidang keilmuan dalam rantai pasok

45 Makna kategori risiko (FIS) Faktor risiko Risiko budidaya: Tinggi Sedang Rendah Risiko harga: Tinggi Sedang Tinggi Sumber: Makna Jika tingkat serangan hama penyakit >50% Tingkat serangan hama dan penyakit antara 20-50% Tingkat serangan hama dan penyakit 5-20% Jika variasi perubahan harga jual cherri >50% Variasi perubahan harga jual cherri antara 20-50% Variasi perubahan harga jual cherri antara 5-20% Pelaku Petani Petani

46 Makna kategori risiko (FIS) Faktor risiko Risiko Mutu: Tinggi Sedang Rendah Risiko Harga: Tinggi Sedang Rendah Sumber: Makna Pelaku Jika persentase cacat fisik dan cemaran fisik >50% Jika persentase cacat dan cemaran fisik 10-50% Jika persentase cacat fisik dan cemaran fisik <50% Pedagang pengepul Jika variasi perubahan harga jual kopi HS >50% Variasi perubahan harga jual kopi HS antara 20-50% Variasi perubahan harga jual kopi HS <20%

47 Makna kategori risiko (FIS) Faktor risiko Risiko Mutu: Tinggi Sedang Rendah Risiko Harga: Tinggi Sedang Rendah Sumber: Makna Pelaku Jika persentase cacat fisik dan cemaran fisik >50% Jika persentase cacat dan cemaran fisik 10-50% Jika persentase cacat fisik dan cemaran fisik <50% Agroindustri Jika variasi perubahan harga jual green bean >50% Variasi perubahan harga jual green bean antara 20-50% Variasi perubahan harga jual green bean <20%

48 Risiko aggregat RPKG Sedang (0,501) Makna: Tingkat serangan hama dan penyakit antara 20-50%, Variasi perubahan harga jual cherri antara 20-50%, persentase cacat fisik dan cemaran fisik 10-50%, Variasi perubahan harga jual kopi HS antara 20-50%, persentase cacat fisik dan cemaran fisik 10-50%, Variasi perubahan harga jual green bean antara 20-50%

49 Specialty Coffee Association of America (SCAA) Grade I :Khusus biji kopi yang memiliki tidak lebih dari 5 cacat penuh dalam 300 gram kopi. Tidak ada cacat utama yang diizinkan. Maksimal 5% di atas atau di bawah ukuran layar yang ditunjukkan adalah ditoleransi. Khusus kopi wajib memiliki setidaknya satu atribut khas dalam body, rasa, aroma, atau keasaman. Harus bebas dari kesalahan dan noda. Tidak ada Quaker. Kadar air adalah antara 9-13%. Grade 2 : kopi Premium harus memiliki tidak lebih dari 8 cacat penuh dalam 300 gram. Cacat primer diizinkan. Maksimal 5% di atas atau di bawah ukuran layar yang ditunjukkan adalah ditoleransi. Harus memiliki setidaknya satu atribut khas dalam body, rasa, aroma, atau keasaman. Harus bebas dari kesalahan dan mungkin hanya berisi 3 Quaker. Kadar air adalah antara 9-13%.

50 Jenis-jenis cacat Normal INSECT DAMAGE BIJI KOPI SOUR/ASAM Dried Cherry Full Black Bean

51 Lanjutan Broken Bean

52 Perbedaan Teknologi pengolahan basah, semi basah dan kering

53 Persamaan TFN μ(x) = 0 (x-a)/(b-a) (c-x)/(c-b) ; jika x a atau x c ; jika a x b ; otherwise

54 Hama dan penyakit kopi gayo Jamur akar, tahun 2011 intensitas serangan 2035% dan berpotensi menurunkan produktivitas sampai 60%, total luas yang terserang berat mencapai 897 ha, sedang 3481 ha, ringan 432 ha. Karat daun, oleh jamur Hemileia vastatrix, kategori serangan berat 861 ha, sedang Hama penggeraek buah, serangan kategori berat mencapai 4897 Ha, sedang 1340 ha, ringan 432 ha.

55 PERBEDAAN ARABIKA DAN ROBUSTA

56 Acuan penggunaan air KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2002 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR INDUSTRI DAN KEGIATAN USAHA LAINNYA BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PENGUPASAN BIJI KOPI / COKLAT Volume Limbah Cair Maksimum persatuan produk 40 m3 / ton product Parameter Kadar Maksimum (mg/l) BOD5 COD TSS Minyak dan Lemak ph 6-9

57 Efisiensi penggunaan air

58 Perbedaan arabika dan robusta

59 Lanjutan Tahapan Fuzzy-AHP Mulai Penentuan faktor risikodan fungsi keanggotaan fuzzy Penentuan struktur hirarki Tidak Sesuai? Ya Survei pakar Fuzzyfikasi, agregasi, defuzzyfikasi, CR Kalkulasi Bobot elemen Selesai

60 Lanjutan Tahapan Fuzzy inference system (Mamdani) Mulai Penentuan fungsi keanggotaan risiko fuzzy Pembuatan If-then fuzzy Tidak Sesuai? Ya Survei pakar dan fuzzyfikasi Komputasi Defuzzyfikasi Selesai

4 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

4 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 4 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Agroindustri merupakan bagian dari dunia bisnis yang dalam pelaksanaannya sangat erat dengan risiko ketidakpastian (uncertainty risk) dan kompleksitas, baik risiko

Lebih terperinci

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 57 V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 5.1. Parameter Pengukuran Kinerja Pelaku Rantai Pasok Pengukuran kinerja dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

Lebih terperinci

Model Distribusi Keuntungan Rantai Pasok Produk Pertanian Berkelanjutan

Model Distribusi Keuntungan Rantai Pasok Produk Pertanian Berkelanjutan Model Distribusi Keuntungan Rantai Pasok Produk Pertanian Berkelanjutan 1 Rachman Jaya, 2 Machfud, 2 Marimin 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh: Jl. T. Nyak Makam No.27 Lampineung Banda

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 55 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Membangun agroindustri yang tangguh dan berdaya saing tinggi seharusnya dimulai dengan membangun sistem jaringan rantai pasokan yang tangguh dan saling menguntungkan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK

IV. ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK 43 IV. ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK 4.1. Struktur Rantai Pasok Kopi Organik Aceh Tengah Struktur Rantai pasok kopi organik di Aceh tengah terdiri atas beberapa tingkatan pelaku mulai dari petani, prosesor,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Manajemen risiko rantai pasok melalui pendekatan distribusi risiko (Risk Sharing) merupakan proses yang kompleks. Kompleksitas lingkungan tempat keputusan

Lebih terperinci

Penentuan dan Pengembangan Komoditas Unggulan Argoindustri sub Sektor Perkebunan Berbasis Sistem Inovasi Daerah di Provinsi Aceh

Penentuan dan Pengembangan Komoditas Unggulan Argoindustri sub Sektor Perkebunan Berbasis Sistem Inovasi Daerah di Provinsi Aceh Penentuan dan Pengembangan Komoditas Unggulan Argoindustri sub Sektor Perkebunan Berbasis Sistem Inovasi Daerah di Provinsi Aceh Khairul Anshar 2510100706 Dosen Pembimbing: Putu Dana Karningsih, ST, M.Sc,

Lebih terperinci

ANALISA RANTAI NILAI DISTRIBUSI KOPI DI KABUPATEN GARUT

ANALISA RANTAI NILAI DISTRIBUSI KOPI DI KABUPATEN GARUT ANALISA RANTAI NILAI DISTRIBUSI KOPI DI KABUPATEN GARUT Ulfah Fauziah 1, Andri Ihwana 2 Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia Email : jurnal@sttgarut.ac.id

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

X. KESIMPULAN DAN SARAN

X. KESIMPULAN DAN SARAN X. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Penelitian ini telah berhasil merancang model sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk/komoditi jagung yang diberi nama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Lembar Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Lembar Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi... DAFTAR ISI Halaman Judul... ii Lembar Pengesahan... iii Lembar Pernyataan... iv Kata Pengantar... V Daftar Isi... vii Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... X Daftar Lampiran... xi Abstrak... Xii I. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUISIONER PENELITIAN

LAMPIRAN KUISIONER PENELITIAN 105 LAMPIRAN KUISIONER PENELITIAN Kuisioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan Thesis mengenai Desain rantai pasok agroidustri kopi organik di Aceh tengah untuk optimalisasi balancing risk oleh Arie

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 5 BAB METODOLOGI PENELITIAN.1 Kerangka Pemikiran Rancang bangun model peningkatan kinerja agroindustri kelapa sawit P dipandang sebagai suatu sistem karena adanya interaksi antara elemen dan dirancang

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok komoditas ekspor unggulan di Indonesia. Komoditas kopi berperan dalam meningkatkan devisa negara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 55 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah DAS Citarum yang terletak di Propinsi Jawa Barat meliputi luas 6.541 Km 2. Secara administratif DAS Citarum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model 97 REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH Konfigurasi Model Model untuk sistem penunjang manajemen produksi bersih agroindustri karet remah dirancang dalam satu paket

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung merupakan jenis tanaman serealia yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Industri karet remah di Indonesia sebagian besar merupakan industri yang melibatkan petani karet sebagai penghasil bahan baku berupa bokar dan pabrik karet sebagai

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

3.3. PENGEMBANGAN MODEL

3.3. PENGEMBANGAN MODEL Selain teknologi pemupukan dan OPT, mekanisasi merupakan teknologi maju yang tidak kalah penting, terutama dalam peningkatan kapasitas kerja dan menurunkan susut hasil. Urbanisasi dan industrialisasi mengakibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi organik telah menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan di Aceh Tengah karena merupakan salah satu jenis kopi arabika dengan nilai harga jual tertinggi di dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK Peneliti : Dewi Prihatini 1) mahasiswa yang terlibat : -

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI XIX XX XX XXI XXIII 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 6 Tujuan Penelitian 7 Ruang Lingkup Penelitian 7 Manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki wilayah pertanian yang sangat luas dengan sebagian besar dari angkatan kerja dan kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

VII. IMPLEMENTASI MODEL

VII. IMPLEMENTASI MODEL VII. IMPLEMENTASI MODEL A. HASIL SIMULASI Simulasi model dilakukan dengan menggunakan data hipotetik berdasarkan hasil survey, pencarian data sekunder, dan wawancara di lapangan. Namun dengan tetap mempertimbangkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH ADINDA PUTRI SIAGIAN / NRP. 3609100701 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1. Tinjauan Pustaka Istilah kopi spesial atau kopi spesialti pertama kali dikemukakan oleh Ema Knutsen pada tahun 1974 dalam Tea and

Lebih terperinci

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor Lilis Ernawati 5209100085 Dosen Pembimbing : Erma Suryani S.T., M.T., Ph.D. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri yang melibatkan berbagai aktivitas dan operasi bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem 76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan dengan berbagai dasar dan harapan dapat dijadikan sebagai perangkat bantuan untuk pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi Arabika Kopi Arabika (Coffea arabica) adalah kopi yang paling baik mutu cita rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun hijau tua

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 133 VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 8.1. Pendahuluan Kabupaten Gowa mensuplai kebutuhan bahan material untuk pembangunan fisik, bahan

Lebih terperinci

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung 89 6 IMPLEMENTASI MODEL Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung ini dapat digunakan sebagai suatu model yang dapat menganalisis penyediaan tepung jagung

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan Judul : Analisis Keberlanjutan Usahatani Kedelai melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kabupaten Jember Peneliti : Titin Agustina 1 Mahasiswa Terlibat : Dewina Widyaningtyas 2 Sumberdana :

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN RANTAI PASOK GREEN BEAN KOPI GAYO BERKELANJUTAN RACHMAN JAYA

RANCANG BANGUN RANTAI PASOK GREEN BEAN KOPI GAYO BERKELANJUTAN RACHMAN JAYA RANCANG BANGUN RANTAI PASOK GREEN BEAN KOPI GAYO BERKELANJUTAN RACHMAN JAYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN

Lebih terperinci

BAB V. kelembagaan bersih

BAB V. kelembagaan bersih 150 BAB V ANALISIS KEBERLANJUTAN 5.1 Analisis Dimensional Analisis keberlanjutan pengelolaan air baku lintas wilayah untuk pemenuhan kebutuhan air bersih DKI Jakarta mencakup empat dimensi yaitu dimensi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI

PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI 125 VII. PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI 7.1. Pendahuluan Salah satu informasi yang dirasakan sangat penting dalam kaitan dengan penjadwalan penanaman petani adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR.... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Identifikasi Masalah.... 8 1.3.Perumusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal, tanah dan keahlian keusahawanan (Sadono Sukirno, 2008: 193).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal, tanah dan keahlian keusahawanan (Sadono Sukirno, 2008: 193). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Produksi Proses produksi adalah suatu aktivitas ekonomi yang mengkombinasikan berbagai macam masukan (input) untuk menghasilkan sebuah keluaran (output). Dalam proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasok merupakan salah satu mitra bisnis yang memegang peranan sangat penting dalam menjamin ketersediaan barang pasokan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

PREDIKSI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KONSTRUKSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY LOGIC

PREDIKSI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KONSTRUKSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY LOGIC PREDIKSI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KONSTRUKSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY LOGIC Elizar Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Riau, Jl.Kaharuddin Nst 113 Pekanbaru Mahasiswa Program Doktor Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN Pengambilan data primer berupa data gapoktan dan kuesioner AHP terhadap pakar dilakukan dari tanggal 16 Maret sampai dengan 29 April 2013. Data gapoktan diambil dari gapoktan penerima

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 15 16

Lebih terperinci

BAB 2 PEMASOK SUSTAINABEL

BAB 2 PEMASOK SUSTAINABEL BAB 2 PEMASOK SUSTAINABEL Pemilihan pemasok merupakan proses penting dan diperhatikan karena hasilnya mempengaruhi kualitas produk, performa perusahaan dan rantai pasok. Karena pasar yang kompetitif pada

Lebih terperinci

JOURNAL OF INFORMATICS AND TELECOMMUNICATION ENGINEERING

JOURNAL OF INFORMATICS AND TELECOMMUNICATION ENGINEERING JITE, Vol. 1 (2) Januari (2018) p-issn: 2549-6247e-ISSN: 2549-6255 JOURNAL OF INFORMATICS AND TELECOMMUNICATION ENGINEERING Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jite Model Identifikasi dan Analisis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI WIJEN (Sesamum indicum L.) Luluk Sulistiyo Budi

RANCANG BANGUN MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI WIJEN (Sesamum indicum L.) Luluk Sulistiyo Budi RANCANG BANGUN MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI WIJEN (Sesamum indicum L.) Luluk Sulistiyo Budi SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini penulis menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK BULETIN PSP ISSN: 251-286X Volume No. 1 Edisi Maret 12 Hal. 45-59 ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN Oleh: Asep Suryana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tembakau sebagai bahan baku rokok kretek merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus berkompetisi satu sama lain khususnya dalam bidang industri. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang harus berkompetisi satu sama lain khususnya dalam bidang industri. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya jaman di era globalisasi menyebabkan banyak perusahaan yang harus berkompetisi satu sama lain khususnya dalam bidang industri. Dalam menghadapi kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara. Pada tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. pertanian yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara. Pada tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agrobisnis merupakan permasalahan yang sedang ditangani secara serius oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini, mengingat begitu pentingnya pemanfaatan hasil perkebunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

5 PERANCANGAN MODEL 5.1 Model Prediksi Produksi Jagung

5 PERANCANGAN MODEL 5.1 Model Prediksi Produksi Jagung 5 PERANCANGAN MODEL Perancangan model pada rantai pasok industri berbasis ini bertujuan untuk memperoleh suatu model yang dapat menganalisis penyediaan produk tepung pada industri tepung sesuai kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat tumbuh di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui Indonesia merupakan Negara kepulauan sehingga

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL

BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL 71 BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL 5.1 Konfigurasi Model Rancang bangun model peningkatan kinerja agroindustri kelapa sawit PBUMN dibangun dalam bentuk perangkat lunak dengan nama Pin-KK dengan tiga komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubikayu merupakan komoditi pertanian terbesar di Propinsi Lampung dibanding padi dan jagung dilihat dari nilai produksinya. Nilai produksi ubikayu pada tahun 2005 sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian yang paling berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen crude palm oil (CPO)

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman berkualitas. Salah satu contoh produk yang sangat diperhatian kualitasmya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam peningkatan aliran bahan maupun informasi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam peningkatan aliran bahan maupun informasi sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan mempunyai supply chain yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam peningkatan aliran bahan maupun informasi sehingga perusahaan dapat beroperasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki banyak peran di Provinsi Bali, salah satunya adalah sebagai sektor pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Lebih terperinci

STUDI TENTANG ASAM ASETAT DAN ASAM LAKTAT YANG DIHASILKAN SELAMA PROSES FERMENTASI PELURUHAN BUAH KAKAO

STUDI TENTANG ASAM ASETAT DAN ASAM LAKTAT YANG DIHASILKAN SELAMA PROSES FERMENTASI PELURUHAN BUAH KAKAO STUDI TENTANG ASAM ASETAT DAN ASAM LAKTAT YANG DIHASILKAN SELAMA PROSES FERMENTASI PELURUHAN BUAH KAKAO PENELITIAN Disusun Oleh : RIZKY DWI PUSPITA NINGRUM NPM : 0531010029 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia 15-59 tahun berada di urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetisi yang ketat di dalam industri. Dalam menghadapi kompetisi tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. kompetisi yang ketat di dalam industri. Dalam menghadapi kompetisi tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menyebabkan banyak perusahaan harus menghadapi kompetisi yang ketat di dalam industri. Dalam menghadapi kompetisi tersebut, perusahaan harus senantiasa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Verifikasi dan Validasi Model Verifikasi Model Verifikasi Model KlasteRula dilakukan untuk memastikan bahwa model klaster industri rumput laut terbebas dari kekeliruan proses logis

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 41 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan adalah bagaimana ini mem menyediakan memenuhi syarat ke konsumennya. Sebagai salah satu bagian dari rantai pasok berbasis, di sangat tergantung

Lebih terperinci

MASTERPLAN KAWASAN PERKEBUNAN NASIONAL KOPI DAN KAKAO ACEH. Kerjasama Dinas Perkebunan Aceh dan Fakultas Pertanian Unsyiah 2015

MASTERPLAN KAWASAN PERKEBUNAN NASIONAL KOPI DAN KAKAO ACEH. Kerjasama Dinas Perkebunan Aceh dan Fakultas Pertanian Unsyiah 2015 MASTERPLAN KAWASAN PERKEBUNAN NASIONAL KOPI DAN KAKAO ACEH Kerjasama Dinas Perkebunan Aceh dan Fakultas Pertanian Unsyiah 2015 MASTERPLAN PERKEBUNAN KOPI DAN KAKAO PERKEMBANGAN TANAMAN KOPI DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Baru Bumi Serpong Damai, Provinsi Banten, serta di wilayah sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah nasional menghadapi tantangan dari negara-negara maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang saat ini masih

Lebih terperinci

Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen

Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen RI N G K ASA N KEG IATA N 6 8 MARET, 2017, BENER MERIAH (KABUPATEN GAYO, ACEH 13 16 MARET, 2017, TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Memperkuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengolahan Tandan

BAB I PENDAHULUAN. Merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengolahan Tandan V-23 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. PP. Lonsum Bagerpang POM memiliki luas lahan perkebunan kelapa sawit sekitar 12.853,71 (Ha). Terdiri dari perkebunan bagerpang estate dengan luas 5.724,16

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETANI BIOINDUSTRI DI DATARAN TINGGI GAYO. Oleh : Rini Andriani

KARAKTERISTIK PETANI BIOINDUSTRI DI DATARAN TINGGI GAYO. Oleh : Rini Andriani KARAKTERISTIK PETANI BIOINDUSTRI DI DATARAN TINGGI GAYO Oleh : Rini Andriani ABSTRAK Kegiatan Bioindustri merupakan kegiatan yang mengelola dan atau memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia, jagung memiliki kontribusi sebagai komponen industri pakan. Lebih dari 50% komponen pakan pabrikan adalah jagung. Hal ini

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja memiliki makna yang lebih dibandingkan dengan definisi yang sering digunakan yaitu hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan

Lebih terperinci

Adityas Ismawati NRP Dosen Pembimbing Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D.

Adityas Ismawati NRP Dosen Pembimbing Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D. PEMODELAN HARGA PRODUSEN GABAH UNTUK MELINDUNGI KESEJAHTERAAN PETANI MENGGUNAKAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK MENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERUM BULOG Adityas Ismawati NRP. 5209100129 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia, 82,71

Lebih terperinci