REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model"

Transkripsi

1 97 REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH Konfigurasi Model Model untuk sistem penunjang manajemen produksi bersih agroindustri karet remah dirancang dalam satu paket program komputer yang direncanakan dapat diinstal dalam jaringan komputer, sehingga program tersebut mudah diakses oleh pengguna Konfigurasi model yang diberi nama SIMProsih CR tersebut disajikan pada Gambar 30. SIMProsih CR dimaksudkan sebagai alat bantu bagi manajemen perusahaan dalam melakukan audit produksi bersih dan evaluasi kinerja lingkungan baik untuk kebutuhan internal perusahaan maupun eksternal. SIMProsih CR terdiri dari empat komponen sistem utama yakni sistem manajemen basis model, sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan, dan sistem dialog. Data Model Sistem Manajemen Basis Data Data konsumsi bahan, air, dan energi Data potensi polusi Data karakteristik limbah Data hirarki limbah Data hasil audit produksi bersih Sistem Manajemen Basis Model Model protokol audit produksi bersih Model penilaian kinerja efisiensi Model penilaian kinerja lingkungan Model peringkat kinerja ramah lingkungan Model kesiapan sertifikasi Sistem Manajemen Basis Pengetahuan Penentuan target indikator kinerja produksi bersih Sistem pakar prediksi kinerja lingkungan Rekomendasi peningkatan kinerja produksi bersih Mekanisme Inferensi (rule base scenario) Sistem Pengolahan Terpusat Sistem Manajemen Dialog Pengguna Gambar 30 Kerangka sistem penunjang manajemen produksi bersih agroindustri karet remah.

2 98 Sistem Manajemen Basis Model Sistem manajemen basis model berisi model yang telah dikembangkan untuk memproses input berupa data dan pengetahuan menghasilkan output yang berbentuk informasi dan keputusan. Sistem manajemen basis model pada paket SIMProsih CR terdiri dari lima model yakni 1) model protokol audit produksi bersih, 2) model penilaian kinerja efisiensi teknis, 3) model penilaian kinerja lingkungan, 4) model peringkat kinerja lingkungan, dan 5) model kesiapan sertifikasi. 1) Model Protokol Audit Produksi Bersih Agroindustri Karet Remah Model protokol audit produksi bersih di dalam paket SIMProsih CR dirancang untuk membantu pengguna di dalam proses audit untuk mengetahui sejauh mana potensi penerapan produksi bersih dapat dilakukan oleh perusahaan. Keluaran dari model ini adalah berupa informasi potensi penerapan produksi bersih berdasarkan kriteria kondisi eksisting perusahaan dan informasi peluang produksi bersih yang memenuhi kelayakan teknis, ekonomis, dan lingkungan. Secara skematis rekayasa model potokol audit produksi bersih agroindustri karet remah menggunakan kerangka kerja pada Gambar 31. Pengembangan model protokol audit produksi bersih diawali dengan identifikasi seluruh input dan output pada rangkaian proses produksi karet remah. Penentuan potensi produksi bersih dikembangkan dengan memanfaatkan kaidah rule base if-then. 2) Model Penilaian Kinerja Efisiensi Teknis Agroindustri Karet Remah Salah satu tujuan penerapan produksi bersih adalah untuk meningkatkan efisiensi proses produksi. Barbiroli (2003) mengajukan dua belas kriteria umum yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi, baik teknis maupun ekonomis, suatu perusahaan. Dalam aplikasinya, tentu perlu dilakukan beberapa penyesuaian-penyesuaian baik dipandang dari relevansi kriteria-kriteria tersebut serta dalam perhitungan nilai-nilai yang diperlukan. Diagram alir model penilaian kinerja efisiensi teknis pada agroindustri karet remah disajikan pada Gambar 32. Model penilaian kinerja efisiensi teknis dirancang untuk membantu pengguna dalam menentukan status kinerja efisiensi teknis perusahaan. Proses seleksi kriteria efisiensi teknis pada agroindustri karet remah dilakukan dengan metode Delphi, sementara untuk penetapan status efisiensi teknis dilakukan dengan metode keputusan kelompok kriteria jamak dengan kaidah Fuzzy Independent Preference Evaluation (FIPE).

3 99 Mulai Identifikasi proses utama karet remah Identifikasi bagan alir proses karet remah Identifikasi input proses karet remah Identifikasi output proses karet remah Bahan baku Bahan pembantu Air Energi Produk utama Produk samping Limbah cair Limbah padat Emisi gas Neraca air, bahan, energi karet remah Identifikasi sumber inefisiensi rantai proses karet remah Identifikasi aspek penting lingkungan karet remah Identifikasi peluang produksi bersih pada rantai proses karet remah Bahan Baku Reuse/ recycle Modifikasi produk Modifikasi proses Modifikasi teknologi Good house keeping IPAL Kelayakan teknis Selesai Kelayakan ekonomi Manfaat lingkungan Benchmark produksi bersih agroindustri karet remah Database produksi bersih agroindustri karet remah Implementasi produksi bersih pada agroindustri Efektif& efisien Gambar 31 Diagram alir model protokol produksi bersih agroindustri karet remah

4 100 Indikator efisiensi teknis Barbiroli Seleksi dan validasi (Delphi) Penilaian efisiensi teknis No Indikator/kriteria Hasil pengukuran Penilaian ahli (MCMD) 1... n Numerik Non numerik Negasi kriteria Agregasi kriteria Agregasi ahli Efisiensi < Tinggi Pertahankan Penyusunan prioritas peningkatan efisiensi (AHP) Prioritas alternatif perbaikan Gambar 32 Model penilaian kinerja efisiensi teknis agroindustri karet remah 3) Model Penilaian Kinerja Lingkungan Proses pengkuran kinerja lingkungan komprehensif pada agroindustri karet remah dimulai dari seleksi terhadap indikator kinerja kunci lingkungan (key environmental performance indicators, KEPI). Seleksi awal dilakukan oleh pakar terhadap sejumlah indikator kinerja lingkungan seperti ISO dan standar kinerja lingkungan lainnya menggunakan metode keputusan kelompok kriteria jamak dengan kaidah Fuzzy Independent Preference Evaluation (FIPE). Beberapa proses penyesuaian-penyesuaian dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi riil di lapangan serta kemudahan implementasi. Diagram alir model seleksi indikator kinerja kunci lingkungan tersebut disajikan pada Gambar 33. Model pengukuran kinerja lingkungan dikembangkan untuk membantu pengguna dalam mengevaluasi kinerja lingkungan komprehensif dan kondisi masing-masing indikator kunci. Hasil

5 101 pengukuran kinerja lingkungan agroindustri karet remah yang dikembangkan ditampilkan dalam bentuk scoring board. Rancangan SIMProsih CR untuk model kinerja lingkungan agroindustri karet remah dilengkapi dengan fasilitas traffic light system yang berfungsi sebagai umpan balik dari pencapaian kinerja saat ini. Mulai Indikator lingkungan ISO Seleksi indikator Penentuan skala penilaian (linguistic preference fuzzy non numeric) Penilaian pakar untuk setiap indikator Penentuan bobot kepentingan indikator (operator OWA) b i = Max i=1,,r [Q (j) ^ B j ] Tingkat kepentingan setiap indikator > Tinggi? Validasi indikator pada agroindustri karet remah Indikator tidak valid Indikator kinerja lingkungan agroindustri karet remah Selesai Gambar 33 Diagram alir seleksi indikator kinerja lingkungan agroindustri karet remah

6 102 4) Model Peringkat Kinerja Lingkungan Model pemeringkatan kinerja lingkungan dimaksudkan untuk mengevaluasi perbedaan kinerja lingkungan, baik antar perusahaan yang berbeda atau pada satu perusahaan pada periode waktu yang berbeda. Rancangan model peringkat kinerja lingkungan agroindustri karet remah disamping dilengkapi dengan fasilitas traffic light system yang berfungsi sebagai umpan balik dari pencapaian kinerja saat ini., juga akan melakukan proses pengurutan (sorting) kinerja lingkungan berdasarkan total nilai seluruh indikator KEPI yang diperoleh. Dengan demikian dapat dievaluasi perbedaan pencapaian kinerja dari beberapa perusahaan karet remah yang berbeda atau perkembangan pencapaian kinerja lingkungan sebuah perusahaan dari waktu ke waktu. Diagram alir model peringkat kinerja lingkungan diilustrasikan pada Gambar 34. 5) Model Evaluasi Kesiapan Sertifikasi ISO Model evaluasi kesiapan sertifikasi yang dikembangkan berbasis logika fuzzy dan didasarkan pada kriteria ISO Pengembangan model sistem evaluasi kesiapan sertifikasi dilakukan melalui tiga tahapan, yakni : 1) identifikasi, 2) konseptualisasi, dan 3) formulasi. Pada tahap identifikasi ditetapkan karakteristik kelulusan sertifikasi ISO 14001, selanjutnya pengetahuan ahli pada penilaian hasil audit ISO direpresentasikan dalam bentuk perangkat aturan (rule), dan pada tahap akhir menentukan perangkat lunak yang dibutuhkan untuk penentuan kelulusan sertifikasi tersebut. Diagram alir penetapan status sertifikasi ISO disajikan pada Gambar 35. Data untuk kriteria kesiapan sertifikasi ISO diperoleh melalui auditing dengan mengadopsi format pertanyaan standar ISO Auditing dilakukan terhadap kesuaian, kecukupan, konsistensi, dan efektifitas sitem dalam pemenuhan elemen ISO Dengan menggunakan konsep fuzzy trapezoidal, maka keempat indikator dapat disederhankan melalui operasi penjumlahan fuzzy. Sistem Manajemen Basis Data Sistem manajemen basis data dalam paket SIMPROSIH CR berfungsi untuk mengelola data yang diperlukan oleh manajemen basis model dalam proses analisis dan pengambilan keputusan. Data kuantitatif maupun kualitatif termasuk pendapat dan penilaian pakar terhadap alternatif keputusan berdasarkan kriteria yang digunakan dikelola pada sistem manajemen basis data. Pada paket SIMPROSIH CR data yang dikelola dalam

7 103 sistem manajemen basis data meliputi data hasil audit produksi bersih, audit sistem manajemen, dan hasil pengukuran indikator kinerja kunci lingkungan. Mulai Input data umum perusahaan, data hasil pemeriksaan limbah, jumlah produksi For I = 1 to n (Perusahaan) For J = 1 to m (KEPI) Input nilai kriteria KEPI Nilai > 7 Status KEPI : Hijau Status KEPI : Merah Nlai < 4 Status KEPI : Kuning Next J Hitung Total Nilai TN =. Next I Urutkan TN Peringkat Kinerja Gambar 34 Diagram alir model peringkat kinerja lingkungan agroindustri karet remah

8 104 Mulai Baca Hasil Audit Bobot Taat hukum? Fuzzyfikasi Kebijakan (7) Perencanaan (4) Penerapan dan Operasi (8) Pemeriksaan dan Tindakan Koreksi (9) Pengkajian Manajemen (2) Pemenuhan elemen ISO Defuzzyfikasi Penentuan status sertifikasi ISO Lulus Bersyarat Ditangguhkan Ditolak Lulus Rekomendasi Perbaikan Pertahankan Selesai Gambar 35 Diagram alir model evaluasi kesiapan sertifikasi ISO

9 105 Sistem Manajemen Basis Pengetahuan Pengetahuan yang diakuisisi dari para pakar distrukturisasi dan dikelola di dalam sistem manajemen basis pengetahuan menggunakan sistem pakar (expert system). SIMPROSIH CR juga memuat knowledge base yang berisi penjelasan posisi status kinerja lingkungan komprehensif dan kesiapan sertifikasi serta saran perbaikan atau peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan ke depan. Untuk menghasilkan suatu kesimpulan, maka pengetahuan dibuat dalam bentuk kaidah IF-THEN atau IF-THEN-ELSE. Arhami (2005) menyatakan bentuk dasar metode representasi pengetahuan berbasis kaidah adalah : IF <kondisi> THEN <aksi>, atau IF <kondisi> THEN <konklusi> atau IF <anteseden> THEN <konsekuen> atau IF <evidence> THEN <hypothesis>. Dengan demikian sebuah kaidah (rules) basis pengetahuan terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok IF yang menyatakan kondisi, anteseden atau evidence yang harus dipenuhi, serta THEN yang menyatakan konklusi, konsekuen, atau hypothesis yang dapat diambil bila bagian IF terpenuhi. Strategi penalaran yang digunakan mengikuti metode modus ponens atau hypothetical syllogism atau sistem penalaran pasti. Dalam modus ponens, sebuah kaidah bernilai benar dalam bagian IF maka bagian THEN pasti bernilai benar. Mekanisme penalaran menggunakan gabungan metode forward chaining dan backward chaining secara bersama-sama sehingga mampu membentuk pembuktian lengkap. Knowledge base ini akan dapat diedit/update, agar kemutakhirannya dapat diandalkan. Sebelum diaplikasikan, perangkat lunak perlu diverifikasi pada masing-masing pengguna untuk mengetahui apakah telah memenuhi kebutuhan atau perlu dimodifikasi. Bila uji coba berhasil dan dapat diandalkan, maka SIMProsih CR siap untuk melayani kebutuhan pengguna yang terlibat dalam system produksi bersih agroindustri karet remah. Sistem Manajemen Dialog Sistem manajemen dialog dalam paket SIMProsih CR merupakan fasilitas yang dirancang untuk mengatur interaksi antara sistem dengan pengguna sehingga pengguna dapat dengan mudah berdialog dengan model (user friendly). Di dalam sistem manajemen dialog pengguna diberi menu pilihan atau pertanyaan dengan jawaban singkat. Masukan dari pengguna dapat berupa parameter, data, variabel dan pilihan yang menghasilkan keluaran berupa informasi pernyataan atau keputusan yan mudah dipahami.

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 52 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Salah satu alat bantu untuk mengambil keputusan yang efektif dalam hal diagnosa penilaian dan intervensi Produksi Bersih adalah assessment dan audit. Assesment dan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rancang bangun model pengembangan industri kecil jamu dirancang dalam bentuk paket program komputer sistem manajemen ahli yang terdiri dari komponen : sistem manajemen

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN AHLI

SISTEM MANAJEMEN AHLI 201 SISTEM MANAJEMEN AHLI Konfigurasi model Pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem berbasis pengetahuan dikenal dengan istilah sistem manajemen ahli. (Eriyatno, 2009). Didalam sistem manajemen

Lebih terperinci

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi 1 MODEL HEURISTIK N. Tri Suswanto Saptadi 2 Capaian Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami dan mampu mengaplikasikan model Heuristik untuk menyelesaikan masalah dengan pencarian solusi terbaik. 1 3 Model

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. Di dalam bidang kecerdasan buatan, termasuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Industri karet remah di Indonesia sebagian besar merupakan industri yang melibatkan petani karet sebagai penghasil bahan baku berupa bokar dan pabrik karet sebagai

Lebih terperinci

Sistem Berbasis Pengetahuan. Program Studi Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Sistem Berbasis Pengetahuan. Program Studi Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Sistem Berbasis Pengetahuan Program Studi Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Rule sebagai Teknik Representasi Pengetahuan Syntax Rule : IF E THEN H E : Evidence

Lebih terperinci

BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL

BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL 71 BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL 5.1 Konfigurasi Model Rancang bangun model peningkatan kinerja agroindustri kelapa sawit PBUMN dibangun dalam bentuk perangkat lunak dengan nama Pin-KK dengan tiga komponen

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Visualisasi Sistem Pakar Dalam Menganalisis Tes Kepribadian Manusia (Empat Aspek Tes Kepribadian Peter Lauster) Sri Winiarti

Lebih terperinci

Definisi Keuntungan dan kelemahan Konsep Dasar Bentuk dan Struktur Sistem Basis Pengetahuan Metode Inferensi Ciri-ciri Aplikasi dan Pengembangannya

Definisi Keuntungan dan kelemahan Konsep Dasar Bentuk dan Struktur Sistem Basis Pengetahuan Metode Inferensi Ciri-ciri Aplikasi dan Pengembangannya Sistem Pakar Definisi Keuntungan dan kelemahan Konsep Dasar Bentuk dan Struktur Sistem Basis Pengetahuan Metode Inferensi Ciri-ciri Aplikasi dan Pengembangannya Referensi Giarrantano, J. and G.Riley bab

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metodologi Umum Penelitian untuk merumuskan sistem berbasis pada penanganan permasalahan di pabrik urea Kaltim-1 ini secara garis besar dilakukan dalam tahapan-tahapan

Lebih terperinci

2/22/2017 IDE DASAR PENGANTAR SISTEM PAKAR MODEL SISTEM PAKAR APLIKASI KECERDASAN BUATAN

2/22/2017 IDE DASAR PENGANTAR SISTEM PAKAR MODEL SISTEM PAKAR APLIKASI KECERDASAN BUATAN APLIKASI KECERDASAN BUATAN PENGANTAR SISTEM PAKAR Shinta P. Sari Prodi. Informatika Fasilkom UIGM, 2017 Definisi : Sebuah program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam termasuk salah satu komoditi strategis agroindustri di Indonesia karena memberikan peranan yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara dari sub-sektor perkebunan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 55 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Membangun agroindustri yang tangguh dan berdaya saing tinggi seharusnya dimulai dengan membangun sistem jaringan rantai pasokan yang tangguh dan saling menguntungkan

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Secara garis besar manajemen modern mencakup 4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu: (1) perencanaan (planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan (actuating);

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR

BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 3.1 Sistem Pakar Sistem pakar adalah suatu program komputer cerdas yang menggunakan knowledge (pengetahuan) dan

Lebih terperinci

Pengetahuan 2.Basis data 3.Mesin Inferensi 4.Antarmuka pemakai (user. (code base skill implemetation), menggunakan teknik-teknik tertentu dengan

Pengetahuan 2.Basis data 3.Mesin Inferensi 4.Antarmuka pemakai (user. (code base skill implemetation), menggunakan teknik-teknik tertentu dengan Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Pakar Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengapdosi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pakar Definisi Pakar (Human Expert) adalah seseorang yang telah mempelajari fakta- fakta, buku teks, dan pengetahuan bidangnya, serta mengembangkan pengetahuan yang telah terdokumentasi

Lebih terperinci

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ P.A Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampus 3 UAD, Jl. Prof. Soepomo rochmahdyah@yahoo.com Abstrak Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian IV. METODA PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Komoditi sapi potong merupakan sumber daya lokal yang sangat potensial dikembangkan di Sumatera Barat. Pengembangan sapi potong di Sumatera

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Zadeh (1965) memperkenalkan konsep fuzzy sebagai sarana untuk menggambarkan sistem yang kompleks tanpa persyaratan untuk presisi. Dalam jurnalnya Hoseeinzadeh et

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja pada sistem klaster agroindustri hasil laut di Indonesia ini dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI 4.1. Perancangan Sistem Setelah melakukan tahapan pemeriksaan dan tahapan analisa, langkah selanjutnya adalah tahapan perancangan sistem. Tahapan perancangan merupakan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metodologi penelitian merupakan gambaran proses atau tahapan-tahapan penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sehingga menjadi suatu kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian tentang prediksi meledaknya wabah suatu penyakit sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Mereka mencoba mencari pola dan relasi dari data set

Lebih terperinci

APLIKASI DIAGNOSA KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BEBEK 4 TAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING

APLIKASI DIAGNOSA KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BEBEK 4 TAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING ISSN : 2338-4018 APLIKASI DIAGNOSA KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BEBEK 4 TAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING Supyani (desamboy@yahoo.co.id) Bebas Widada (bbswdd@yahoo.com) Wawan Laksito (wlaksito@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai struktur rancangan desain penelitian disertai metode penelitian beserta alat dan bahan yang akan digunakan dalam mengerjakan tugas akhir.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pakar Sistem pakar pertama kali dikembangkan oleh komunitas AI pada pertengahan tahun 1960. Sistem pakar yang muncul pertama kali adalah General Purpose Problem Solver (GPS)

Lebih terperinci

Expert System. Siapakah pakar/ahli. Pakar VS Sistem Pakar. Definisi

Expert System. Siapakah pakar/ahli. Pakar VS Sistem Pakar. Definisi Siapakah pakar/ahli Expert System Seorang pakar atau ahli adalah: seorang individu yang memiliki kemampuan pemahaman superior dari suatu masalah By: Uro Abdulrohim, S.Kom, MT Definisi Program komputer

Lebih terperinci

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Ketentuan Praktikum 1. Lembar Kerja Praktikum ini dibuat sebagai panduan bagi mahasiswa untuk praktikum pertemuan ke - 8 2. Mahasiswa akan mendapatkan penjelasan

Lebih terperinci

Jurnal Komputasi. Vol. 1, No. 1, April Pendahuluan. Hal 1 dari 90

Jurnal Komputasi. Vol. 1, No. 1, April Pendahuluan.  Hal 1 dari 90 Pengembangan Sistem Pakar Berbasis Web Mobile untuk Mengidentifikasi Penyebab Kerusakan Telepon Seluler dengan Menggunakan Metode Forward dan Backward Chaining 1 Wamiliana 2 Aristoteles 3 Depriyanto 1

Lebih terperinci

TAKARIR. data atau informasi dan transformasi data yang bergerak dari pemasukan data hingga ke keluaran. Database

TAKARIR. data atau informasi dan transformasi data yang bergerak dari pemasukan data hingga ke keluaran. Database TAKARIR artificial intelligence backward chaining Data Flow Diagram (DFD) Database Decision Tree expert system forward chaining Flowchart Hardware Input Interface knowladge base Login Logout Output kecerdasan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian tentang penerapan produksi bersih pada agroindustri nata de coco ini dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode

Lebih terperinci

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar Contoh forward chaining & backward chaining Ketidakpastian dalam Sistem Pakar Teori Peluang Teori Bayes Jaringan Bayes Faktor Kepastian Kecerdasan Buatan Pertemuan

Lebih terperinci

Untung Subagyo, S.Kom

Untung Subagyo, S.Kom Untung Subagyo, S.Kom Keahlian ahli/pakar pengalihan keahlian Mengambil keputusan Aturan kemampuan menjelaskan Keahlian bersifat luas dan merupakan penguasaan pengetahuan dalam bidang khusus yang diperoleh

Lebih terperinci

Kelas A & B Jonh Fredrik Ulysses

Kelas A & B Jonh Fredrik Ulysses Kelas A & B Jonh Fredrik Ulysses jonh.fredrik.u@gmail.com Pendahuluan Suatu perkalian inferensi yang menghubungkan suatu permasalahan dengan solusinya disebut dengan rantai (chain). Suatu rantai yang dicari

Lebih terperinci

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar Contoh forward chaining & backward chaining Ketidakpastian dalam Sistem Pakar Teori Peluang Teori Bayes Jaringan Bayes Faktor Kepastian Kecerdasan Buatan Pertemuan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Oleh karena adanya upaya membangun dan mengembangkan jaringan irigasi, maka hal yang sangat penting adalah adanya usaha untuk fasilitas-fasilitas perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diagnosis penyakit yang diderita oleh seorang penderita harus dapat dilakukan dengan tepat dan akurat, karena kesalahan diagnosis berakibat fatal dan bisa membahayakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan,

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan, BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Kecerdasan Buatan Kecerdasan buatan adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris yaitu Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan, sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR

BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR DEFINISI System yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan para ahli. ES dikembangkan

Lebih terperinci

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining Mardiah Fadhli Politeknik Caltex Riau Jl. Umbansari No.1, telp/fax: 0761 53939/0761 554224 e-mail: rika@pcr.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Fuzzy Inference System (FIS) Tsukamoto telah banyak digunakan untuk melakukan penelitian dalam berbagai bidang pendidikan, bidang kesehatan,

Lebih terperinci

Gambar 28. Diagram proses pencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan

Gambar 28. Diagram proses pencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan 50 III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Krisis lahan produktif yang sering terjadi saat ini merupakan salah satu dampak yang timbul akibat pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecerdasan Buatan Kecerdasan buatan merupakan salah satu inovasi yang terdapat dalam bidang ilmu pengetahuan. Kecerdasan buatan telah dimulai sejak komputer modern pertama kali

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 15 16

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI INFERENCE ENGINE DENGAN RANGKAIAN MUNDUR PADA SISTEM PAKAR UNTUK SIMULASI SELEKSI TERNAK

IMPLEMENTASI INFERENCE ENGINE DENGAN RANGKAIAN MUNDUR PADA SISTEM PAKAR UNTUK SIMULASI SELEKSI TERNAK IMPLEMENTASI INFERENCE ENGINE DENGAN RANGKAIAN MUNDUR PADA SISTEM PAKAR UNTUK SIMULASI SELEKSI TERNAK Oleh : Harmayani, ST, M.Kom Dosen AMIK INTeL Com GLOBAL INDO Abstrak Dalam jurnal ini akan dibahas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM PAKAR

MENGENAL SISTEM PAKAR MENGENAL SISTEM PAKAR Bidang teknik kecerdasan buatan yang paling popular saat ini adalah system pakar. Ini disebabkan penerapannya diberbagai bidang, baik dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan terutama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III. Sub Kompetensi :

BAB III. Sub Kompetensi : BAB III CONTOH APLIKASI LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MATLAB Kompetensi : 1. Mahasiswa memecahkan masalah rekayasa melalui pendekatan logika fuzzy. Sub Kompetensi : 1. Dapat menggunakan tahapan pemecahan masalah

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR. Entin Martiana, S.Kom, M.Kom

SISTEM PAKAR. Entin Martiana, S.Kom, M.Kom SISTEM PAKAR Entin Martiana, S.Kom, M.Kom EXPERT SYSTEM (SISTEM PAKAR) Definisi : Sebuah program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar

Lebih terperinci

By: Sulindawaty, M.Kom

By: Sulindawaty, M.Kom By: Sulindawaty, M.Kom 1 Kata Pengantar Sistem Pakar adalah mata kuliah yang mendukung untuk membuat aplikasi yang dapat memecahkan masalah dengan pengetahuan seorang pakar yang di dimasukkan dalam komputer.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Untuk menghasilkan aplikasi sistem pakar yang baik diperlukan

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Untuk menghasilkan aplikasi sistem pakar yang baik diperlukan BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISEM 3.1 Analisis Untuk menghasilkan aplikasi sistem pakar yang baik diperlukan pembuatan knowledge base (basis pengetahuan) dan rule base (basis aturan) yang lengkap

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Analisa sistem pada penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sistem yang sedang berjalan yang terdiri dari input, proses, dan output sistem sehingga

Lebih terperinci

Pertemuan 5. Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

Pertemuan 5. Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pertemuan 5 Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pengembangan Pendekatan SPK (II) Pengembangan Pendekatan SPK (II) Pengembangan SPK membutuhkan pendekatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DBD DAN DEMAM TIFOID DENGAN METODE FUZZY TSUKAMOTO (STUDI KASUS PUSKESMAS PRACIMANTORO I)

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DBD DAN DEMAM TIFOID DENGAN METODE FUZZY TSUKAMOTO (STUDI KASUS PUSKESMAS PRACIMANTORO I) ISSN : 2338-18 SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DBD DAN DEMAM TIFOID DENGAN METODE FUZZY TSUKAMOTO (STUDI KASUS PUSKESMAS PRACIMANTORO I) Waluyo (waluyo08@gmail.com) Didik Nugroho (didikhoho@gmail.com) Kustanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pakar merupakan suatu program komputer dimana pengetahuan ahli akan disubstitusikan ke dalamnya, sehingga sistem mampu menyelesaikan suatu permasalahan

Lebih terperinci

APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR

APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR Yeni Agus Nurhuda 1, Sri Hartati 2 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Teknokrat Lampung Jl. Z.A. Pagar Alam 9-11 Labuhan Ratu,

Lebih terperinci

Pendahuluan PENGERTIAN SISTEM PAKAR

Pendahuluan PENGERTIAN SISTEM PAKAR (Sistem Pakar) Pendahuluan PENGERTIAN SISTEM PAKAR Kecerdasan Buatan adalah salah satu bidang ilmu komputer yang mendayagunakan komputer sehingga dapat berperilaku cerdas seperti manusia. Cabang-cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang dilakukan oleh para ahli. Sistem Pakar merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang dilakukan oleh para ahli. Sistem Pakar merupakan salah satu bidang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Pakar (Expert System) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang dilakukan

Lebih terperinci

MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PROMOSI KARYAWAN

MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PROMOSI KARYAWAN Seminar Nasional Inovasi dan Teknologi (SNIT) 202 MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PROMOSI KARYAWAN Ghofar Taufiq AMIK Bina Sarana Informatika Jakarta Jl. Kramat Raya

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nya, khususnya perkembangan pada teknologi informasi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. nya, khususnya perkembangan pada teknologi informasi dan komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dalam beberapa tahun ini, membuat masyarakat membangun berbagai macam peralatan sebagai alat bantu. Dalam menjalankan

Lebih terperinci

REVIEW JURNAL LOGIKA FUZZY

REVIEW JURNAL LOGIKA FUZZY REVIEW JURNAL LOGIKA FUZZY Disusun oleh : Gita Adinda Permata 1341177004309 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NEGERI SINGAPERBANGSA KARAWANG KATA PENGANTAR Assalamualaikum

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 29 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia adalah 5,21 kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pengembangan Pendekatan SPK Pengembangan SPK membutuhkan pendekatan yg unik. Pengembangan SPK Terdapat 3 (tiga) pendekatan

Lebih terperinci

Sistem Pakar Kerusakan pada Perangkat Keras (Hardware) di SMA Negeri 11 Kabupaten Tangerang

Sistem Pakar Kerusakan pada Perangkat Keras (Hardware) di SMA Negeri 11 Kabupaten Tangerang Sistem Pakar Kerusakan pada Perangkat Keras (Hardware) di SMA Negeri 11 Kabupaten Tangerang Joko Dwi Raharjo 1, M. Sofjan 2, Eksas Sugama 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global, 3 Mahasiswa STMIK Bina Sarana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

Backward Chaining & Forward Chaining UTHIE

Backward Chaining & Forward Chaining UTHIE Backward Chaining & Forward Chaining UTHIE Inferensi merupakan proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui atau diasumsikan. Inferensi adalah konklusi logis (logical conclusion) atau

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISEM III.1 Analisis Sistem Sistem pakar mendeteksi tingkat kematangan buah mangga harum manis ini diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun sistem informasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

4-5-FUZZY INFERENCE SYSTEMS

4-5-FUZZY INFERENCE SYSTEMS 4-5-FUZZY INFERENCE SYSTEMS Shofwatul Uyun Mekanisme FIS Fuzzy Inference Systems (FIS) INPUT (CRISP) FUZZYFIKASI RULES AGREGASI DEFUZZY OUTPUT (CRISP) 2 Metode Inferensi Fuzzy Metode Tsukamoto Metode Mamdani

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Agam Krisna Setiaji

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Agam Krisna Setiaji 1 SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Agam Krisna Setiaji Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Peternakan Unggas di Indonesia pada lima tahun belakangan ini sedang mengalami kemerosotan. Hal ini cenderung dikarenakan oleh kurangnya perhatian pemerintah

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING 1 Diah Malis Oktaviani (0089), 2 Tita Puspitasari (0365) Program Studi Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan komputer yang begitu cepat dan dinamis dibidang perangkat keras maupun perangkat lunak, ternyata diikuti dengan semakin kompleksnya permasalahan

Lebih terperinci

Sistem Pakar. Pertemuan 2. Sirait, MT

Sistem Pakar. Pertemuan 2. Sirait, MT Sistem Pakar Pertemuan 2 Definisi Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan yang diambil oleh seorang atau beberapa orang pakar. Menurut Marimin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian diagnosa penyakit asma dengan menggunakan metode fuzzy Tsukamoto, dibutuhkan data mengenai gejala penyakit dari seorang pakar atau

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Pakar Untuk Informasi Kebutuhan Energi Menggunakan Metode Forward Chaining

Penerapan Sistem Pakar Untuk Informasi Kebutuhan Energi Menggunakan Metode Forward Chaining Penerapan Sistem Pakar Untuk Informasi Kebutuhan Energi Menggunakan Metode Forward Chaining Dodi Siregar Jurusan Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Teknik Harapan-Medan Email: dodidodi.siregar@gmail.com

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA FUZZY TSUKAMOTO UNTUK MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI ROTI

IMPLEMENTASI ALGORITMA FUZZY TSUKAMOTO UNTUK MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI ROTI ISSN : 2338-4018 IMPLEMENTASI ALGORITMA FUZZY TSUKAMOTO UNTUK MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI ROTI Kurnia Martha Herdiastuti (kurnia19martha@gmail.com) Bebas Widada(bbswdd@gmail.com) Yustina Retno Wahyu Utami

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT.

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT. KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT Kusrini 1 1 STMIK AMIKOM Yogyakarta, Jl. Ringroad Utara Condong Catur Sleman Yogyakarta

Lebih terperinci

METODE PENALARAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MODEL HIBRID FUZZY DEMPSTER SHAFER UNTUK IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

METODE PENALARAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MODEL HIBRID FUZZY DEMPSTER SHAFER UNTUK IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG METODE PENALARAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MODEL HIBRID FUZZY DEMPSTER SHAFER UNTUK IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG Nurmahaludin (1), Gunawan Rudi Cahyono (1) mahaludin@poliban.ac.id (1),

Lebih terperinci

INFERENSI DAN PENALARAN. PERTEMUAN 8 Oleh : Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

INFERENSI DAN PENALARAN. PERTEMUAN 8 Oleh : Diema Hernyka Satyareni, M.Kom INFERENSI DAN PENALARAN PERTEMUAN 8 Oleh : Diema Hernyka Satyareni, M.Kom Strategi Penalaran Runut Maju / Forward Chaining Runut Balik / Backward Chaining Forward Chaining Penalaran dimulai dari keadaan

Lebih terperinci

Fuzzy Expert Sistem. Departemen Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor 2015

Fuzzy Expert Sistem. Departemen Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor 2015 Fuzzy Expert Sistem Departemen Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor 2015 Ketentuan Praktikum Lembar Kerja Praktikum ini dibuat sebagai panduan bagi mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. tepat bagi UKM (BPR/S dan LKM/S), maka dilakukan analisa terhadap

BAB III PERANCANGAN SISTEM. tepat bagi UKM (BPR/S dan LKM/S), maka dilakukan analisa terhadap BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Sistem Untuk membangun Sistem Pakar yang mampu menentukan produk yang tepat bagi UKM (BPR/S dan LKM/S), maka dilakukan analisa terhadap permasalahan yang ada. Salah

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Sistem Pakar. Sistem Pakar 1/17

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Sistem Pakar. Sistem Pakar 1/17 Sistem Pakar Sistem Pakar 1/17 Outline Definisi Keuntungan dan kelemahan Konsep Dasar Bentuk dan Struktur Sistem Basis Pengetahuan Metode Inferensi Ciri-Ciri Aplikasi dan Pengembangan Referensi Giarrantano,

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK IDENTIFIKASI JENIS DAN PENYAKIT PADA BUNGA MAWAR

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK IDENTIFIKASI JENIS DAN PENYAKIT PADA BUNGA MAWAR SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK IDENTIFIKASI JENIS DAN PENYAKIT PADA BUNGA MAWAR Bambang Yuwono 1), Yuli Fauziah 2), Yenny Rachma Setyaningsih 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta

Lebih terperinci

Struktur Sistem Pakar

Struktur Sistem Pakar Sistem Pakar Struktur Sistem Pakar Kelas A & B Jonh Fredrik Ulysses jonh.fredrik.u@gmail.com Definisi Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan hingga tumbuh dewasa manusia diciptakan dengan kecerdasan yang luar biasa, kecerdasan juga akan berkembang dengan pesat. Kecerdasan tersebut yang dapat

Lebih terperinci

Visualisasi Konsep Umum Sistem Pakar Berbasis Multimedia

Visualisasi Konsep Umum Sistem Pakar Berbasis Multimedia Riau Journal Of Computer Science Vol.3 No.1 Januari 2016 : 17-22 17 Visualisasi Konsep Umum Sistem Pakar Berbasis Multimedia B. HERAWAN HAYADI 1 1 Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Pasir Pengaraian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S-1, S-2, atau S-3) maupun nongelar (D-

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S-1, S-2, atau S-3) maupun nongelar (D- BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kualifikasi Akademik Ditjendikti - kemendiknas, (2010) menyatakan bahwa kualifikasi akademik adalah ijazah pendidikan tinggi yang dimiliki oleh guru pada saat yang bersangkutan

Lebih terperinci

KENDALI LOGIKA FUZZY PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS BERDASARKAN URGENCY DAN STOP DEGREE

KENDALI LOGIKA FUZZY PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS BERDASARKAN URGENCY DAN STOP DEGREE KENDALI LOGIKA FUZZY PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS BERDASARKAN URGENCY DAN STOP DEGREE Fitria Suryatini Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam 45 (UNISMA) E-mail: fitriasuryatini88@gmail.com

Lebih terperinci

1.3 Pedoman ini harus digunakan terutama oleh kapal master, operator dan pemilik untuk mengembangkan SEEMP tersebut.

1.3 Pedoman ini harus digunakan terutama oleh kapal master, operator dan pemilik untuk mengembangkan SEEMP tersebut. 1 INTRODUCTION 1.1 Pedoman ini telah dikembangkan untuk membantu penyusunan Rencana Pengelolaan Efisiensi Kapal Energi (selanjutnya disebut sebagai "SEEMP") yang diperlukan oleh Peraturan 22 Lampiran VI

Lebih terperinci