PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem"

Transkripsi

1 76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri kecil penyulingan/usaha lepas panen, dan (3) industri penyuling/eksportir. Disamping itu ada juga pedagang/ pengumpul nilam dan pedagang/pengumpul minyak nilam. Usahatani nilam terdiri dari petani nilam dan pedagang/ pengumpul nilam; industri kecil penyulingan terdiri dari petani-penyuling minyak nilam kasar dan pedagang/ pengumpul minyak nilam kasar. Pedagang/ pengumpul nilam terdiri dari pedagang/ pengumpul tingkat dusun dan tingkat desa. Pedagang/ pengumpul minyak nilam terdiri dari pedagang / pengumpul tingkat kecamatan dan pedagang/ pengumpul besar. Sedangkan dalam industri penyulingan minyak nilam besar termasuk juga eksportir besar. Berdasarkan penelitian lapang, jumlah total petani nilam 41 orang yang terbagi menjadi enam kelompok usahatani, pedagang/pengumpul 20 orang dan industri kecil penyulingan 4 pengusaha. Seluruh kegiatan mata rantai tersebut saling terkait erat satu sama lain dan saling mempengaruhi. Dalam seluruh aktivitasnya terdapat interaksi yang sangat kuat dari masing-masing pemangku kepentingan (stakeholder), baik yang terkait secara langsung maupun dari aktivitas-aktivitas yang berasal dari usaha berbasis nilam. Gambar 18 menunjukkan rantai pasok usaha minyak nilam. Usahatani Nilam Tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) dapat tumbuh dan berkembang di dataran rendah sampai tinggi. Menurut Guenther E. (2006), nilam dapat ditanam sampai pada ketinggian m dpl. Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan baik pada ketinggian antara m dpl. Tanaman ini menghendaki suhu yang panas dan lembab, serta membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara mm/tahun, suhu optimum o C dengan kelembaban lebih dari 75 %.

2 77 Pemasok Benih Pupuk USAHA TANI Petani USAHA LEPAS PANEN PEDESAAN Petani Penyuling Industri Kecil Penyulingan Industri Penyulingan/ Eksportir Besar End User Alat Peralatan PEDAGANG / PENGUMPUL NILAM KERING PEDAGANG / PENGUMPUL MINYAK NILAM Pedagang/ Pengumpul Tingkat Dusun Pedagang/ Pengumpul Tingkat Desa Pedagang/ Pengumpul Tingkat Kecamatan Pedagang/ Pengumpul Besar Gambar 18 Rantai pasok agroindustri minyak nilam Daun nilam merupakan bagian dari tanaman nilam yang paling berharga, karena minyak nilam yang baik berasal dari daun. Daun nilam dari jenis tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) ini agak membulat seperti jantung, di bagian bawah daun terdapat bulu-bulu rambut sehingga warnanya nampak pucat. Nilam jenis ini tidak atau jarang sekali berbunga. Kadar minyaknya tinggi sekitar % dan komposisi minyaknya bagus. Nilam yang berbunga ini menjadi indikator bahwa nilam tersebut tidak layak dikembangkan, karena kadar minyaknya rendah dan komposisi minyaknya juga jelek. Pada dasarnya, seluruh bagian tanaman nilam seperti akar, batang, tangkai atau cabang maupun daunnya mengandung minyak nilam, namun kualitas kandungannya berlainan (Gambar 19). Akar nilam mengandung minyak dengan mutu yang terbaik, tetapi kandungan minyaknya hanya sedikit. Kandungan minyak yang terbanyak terdapat pada daun nilam. Waktu, umur dan cara pemanenan daun nilam sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas minyak yang dihasilkan.

3 78 Gambar 19 Tanaman nilam Daun nilam yang berkualitas baik adalah jika daun-daun nilam bagian bawah telah menguning. Panen pertama dilakukan 7 9 bulan setelah tanam, dan panen beikutnya dapat dilakukan pada setiap 3-4 bulan sekali, hingga umur produktif selama 3 tahun. Waktu pemanenan nilam harus dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk menghindari berkurangnya jumlah minyak yang dihasilkan. Dengan bertambahnya umur tanaman nilam, daun nilam yang dihasilkan juga akan semakin berkurang, sehingga produksinyapun akan berkurang. Produksi tertinggi dicapai setelah tanaman berumur satu tahun, yakni 7-10 ton daun kering/ha/tahun, dan selanjutnya cenderung lebih rendah. Produksi nilam sangat tergantung pada musim. Pemanenan daun nilam diawali dengan memotong daun nilam menggunakan ani-ani atau sabit. Pemanenan dengan menggunakan ani-ani dapat memakan waktu

4 79 lama dan memerlukan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan sabit. Namun kelebihannya, kadar minyak yang dihasilkan tinggi, karena tiga pasang daun termuda akan menghasilkan minyak lebih tinggi. Kemudian daun nilam yang telah dipanen dipotong-potong / dirajang sepanjang 2-3 cm sebelum dikeringkan. Hasil panen daun nilam dari kebun, atau hasil yang telah dirajang, kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Lama penjemuran kira-kira 5 jam, atau sampai daun menjadi layu. Selanjutnya, daun-daun yang telah layu tersebut diangin-anginkan di atas rak-rak bambu di tempat teduh dan dibolak-balik sebanyak 2-3 kali dalam seharinya. Pengeringan dapat dihentikan setelah timbul bau nilam yang keras dan khas dibandingkan dengan daun segarnya. Lama pengeringan membutuhkan waktu 3-4 hari. Hasil panen daun nilam kering ini diangkut ke pedagang/pengumpul nilam kering dengan dipikul. Harga jual daun nilam kering dari petani berkisar Rp.4.500/kg tergantung dari banyaknya suplai. Harga daun nilam kering ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar, dalam hal ini ditentukan oleh pedagang/pengumpul daun nilam kering. Pedagang / pengumpul daun nilam kering akan membayar uang muka sebelum daun nilam dipanen karena petani membutuhkan uang muka tersebut untuk biaya operasionalnya, sehingga harga jual telah ditetapkan sebelum panen. Tetapi ada juga yang dibayar pada saat penyerahan hasil panen, hal tersebut tergantung pada kecukupan modal. Petani tidak berada pada posisi tawar yang kuat. Penawaran harga dibuka oleh pembeli dan biasanya pembeli mendatangi lokasi panen. Apabila harga daun nilam kering tidak sebanding dengan biaya budidaya, maka petani akan mengalami kerugian. Setelah daun nilam nampak kering, segera dilakukan penyulingan atau disimpan sementara waktu dengan diletakkan di atas para-para, atau di lantai beralaskan papan berkaki. Gudang penyimpanan tidak boleh lembab dan sirkulasi udara harus baik. Bila waktu penyimpanan terlalu lama dapat menyebabkan penyusutan jumlah daun nilam kering dan sekaligus menurunkan jumlah minyak yang dihasilkan. Prakiraan jumlah produksi nilam didasarkan pada luas lahan dikalikan dengan produktivitas. Luas lahan 1 ha menghasilkan 8750 kg nilam, luas lahan 0.42 ha

5 80 menghasilkan 4500 kg nilam dan luas lahan 0.56 ha menghasilkan 6200 kg nilam. Rata-rata produktivitas nilam sebesar 10 ton/ha. Rendahnya produktivitas nilam sebagai akibat dari minimnya teknologi budidaya. Populasi tanaman nilam per hektar rata-rata tanaman. Dilihat dari kepemilikan usahanya, kegiatan usaha tani nilam merupakan usaha milik sendiri atau sebagai tanaman tumpangsari di kebun milik Perhutani. Usaha Lepas Panen Perdesaan Pada Usaha Lepas Panen Perdesaan, petani-penyuling minyak nilam kasar maupun industri kecil penyulingan minyak nilam kasar mendapatkan daun nilam basah maupun kering dari petani atau dari pedagang / pengumpul tingkat dusun dan desa. Bila bahan baku adalah daun nilam basah maka harus dilakukan perajangan dan pengeringan terlebih dahulu. Bahan baku daun nilam basah dirajang 2-3 cm sebelum dijemur. Hasil yang telah dirajang, kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Tempat perajangan dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 20 Tempat perajangan Lama penjemuran kira-kira 5 jam, atau sampai daun menjadi layu. Selanjutnya, daun-daun yang telah layu tersebut diangin-anginkan di atas rak-rak bambu di tempat teduh dan dibolak-balik sebanyak 2-3 kali dalam seharinya. Pengeringan dapat dihentikan setelah timbul bau nilam yang keras dan khas dibandingkan dengan daun segarnya. Lama pengeringan membutuhkan waktu 3-4 hari. Gambar 21 menunjukkan tempat penjemuran dan Gambar 22 menunjukkan rak pengeringan..

6 81 Gambar 21. Tempat penjemuran daun nilam Gambar 22 Rak pengeringan daun nilam Penyulingan dapat dilakukan oleh petani-penyuling atau industri kecil penyulingan. Cara penyulingan yang terbaik adalah penyulingan dengan uap langsung dan peralatan penyulingan terbuat dari bahan SS dan MS. Tekanan uap harus diatur sebaik-baiknya, mula-mula bertekanan rendah 1 atmosfir kemudian dinaikkan sekitar 2,5-3 atmosfir. Daun nilam yang akan disuling harus kering dan mempunyai kadar air sekitar 12-15%. Penyulingan dilakukan dengan cara mendidihkan daun nilam kering yang dimasukkan ke dalam ketel dan dialiri uap. Dengan penyulingan ini akan dipisahkan zat-zat bertitik didih tinggi dari zat-zat yang tidak dapat menguap Adanya panas air dan uap akan mempengaruhi bahan tersebut, sehingga di dalam ketel terdapat dua

7 82 cairan, yaitu air panas dan minyak nilam. Kedua cairan tersebut dididihkan perlahanlahan hingga terbentuk campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak. Campuran uap ini akan mengalir melalui pipa-pipa pendingin, dan terjadilah proses pengembunan sehingga uap tadi kembali mencair. Dari pipa pendingin, cairan tersebut dialirkan ke alat pemisah, yang akan memisahkan minyak atsiri dari air berdasarkan berat jenisnya. Gambar 23 menunjukkan diagram alir proses pengolahan minyak nilam kasar. Nilam Pembersihan Air Destilasi Ampas Perajangan Evaporasi Pengeringan Nilam Kering Separasi MinyakNilam Kasar Gambar 23 Diagram alir proses pengolahan minyak nilam Penyulingan dilakukan selama 8 jam dengan sistem uap air pada tekanan sekitar atmosfir. Rendemen minyak nilam kasar yang diperoleh rata-rata sebesar 1.2% dari bobot terna bahan baku nilam kering. Dengan demikian setiap kali suling dengan bobot terna nilam kering seberat 300 kg maka akan diperoleh sekitar 3.6 kg minyak nilam kasar. Minyak nilam kasar yang ditampung dipisahkan secara manual dari air uap penyulingan. Sedangkan nilam sisa penyulingan hanya dibakar dan dibuang. Gambar 24 menunjukkan alat penyulingan yang digunakan industri kecil penyulingan.

8 83 Berdasarkan penelitian di Kabupaten Kuningan dan Brebes, jumlah pekerja penyulingan rata-rata sebanyak 3 orang yang terdiri dari satu orang tenaga tetap sebagai teknisi dan digaji per bulan sebesar Rp per bulan dan satu orang tenaga tidak tetap yang dibayar sebesar Rp per orang per kali suling. Biaya operasional lain yang cukup besar adalah biaya bahan baku nilam kering dan biaya bahan bakar minyak untuk pembakaran. Dengan harga bahan baku sekitar Rp per kg nilam kering maka dengan kapasitas per satu kali suling seberat 300 kg diperlukan biaya bahan baku sebesar Rp Sedangkan untuk pembakaran diperlukan sekitar 3 m3 kayu bakar per kali suling, sehingga jika harga kayu bakar per m3 sebesar Rp maka diperlukan sekitar Rp untuk biaya bahan bakar per satu kali suling. Gambar 24 Alat penyulingan kapasitas 600 kg nilam kering Pendapatan usaha minyak nilam sangat ditentukan oleh penerimaan usahanya dan biaya operasional yang dikeluarkan. Besarnya penerimaan ditentukan oleh kapasitas berjalan usaha, tingkat rendemen yang didapat dan harga minyak nilam. Sedangkan biaya operasional yang terbesar adalah biaya bahan baku nilam kering dengan kontribusi terhadap total biaya sekitar 67.5%, dan biaya bahan bakar dengan kontribusi sekitar 10.5%, kontribusi biaya tenaga kerja sekitar 7.5% dan biaya lainnya sekitar 14.5%.

9 84 Pada umumnya pengusaha minyak nilam kasar menjual hasil minyaknya ke pedagang / pengumpul di Ibukota Kabupaten atau pedagang / pengumpul besar, dan bias juga langsung dijual ke beberapa industri penyulingan besar atau eksportir besar. Harga bahan baku nilam kering selalu fluktuatif setiap tahun. Harga ini selain dipengaruhi oleh ketersediaan nilam juga dipengaruhi oleh harga minyak nilam yang terjadi. Rata-rata harga bahan baku nilam kering dalam lima tahun terakhir sekitar Rp 4.500,- per kg. Demikian pula harga minyak nilam kasar selalu fluktuatif setiap tahun. Harga minyak nilam kasar ini dipengaruhi oleh harga minyak nilam murni. Rata-rata harga minyak nilam kasar dalam lima tahun terakhir sekitar Rp per kg. Industri Penyulingan Minyak Nilam Murni/ Eksportir Pada industri penyulingan minyak nilam murni, bahan baku minyak nilam kasar diperoleh dari Usaha Lepas Panen maupun dari pedagang / pengumpul Tingkat Kecamatan / Kabupaten. Minyak nilam kasar yang diperoleh akan diekstraksi dengan pelarut sehingga menghasilkan resin dan oleoresin minyak nilam. Selanjutnya disuling / dimurnikan dan akan menghasilkan essence flavor / parfum. Dengan pencampuran dan atau peracikan akan menghasilkan campuran flavor dan fragran yang dapat digunakan antara lain pada industri pangan dan kosmetika. Harga bahan baku minyak nilam kasar selalu fluktuatif karena mengikuti harga minyak nilam di pasar internasional. Pada situasi perdagangan seperti ini, usahatani tidak memiliki posisi tawar harga yang kuat. Ketidakberdayaan terhadap kebijakan harga minyak nilam kasar membuat usahatani harus kehilangan kemampuan untuk menjalankan budidaya nilamnya. Begitu pula pada usaha lepas panen juga tidak memiliki posisi tawar harga minyak nilam kasar yang kuat terhadap kebijakan harga minyak nilam murni. Harga minyak nilam murni sangat fluktuatif tergantung pada harga minyak nilam murni di pasar internasional. Analisis Kebutuhan Kebutuhan konsumen atau industri pengguna akan minyak nilam murni di pasaran lokal maupun internasional sangat mempengaruhi harga minyak nilam pada beberapa level / tingkatan.

10 85 Terkait dengan fluktuasi harga minyak nilam, setiap pihak yang terkait dalam agroindustri nilam mempunyai kebutuhan masing-masing. Analisis kebutuhan sangat diperlukan untuk merancang suatu model yang mampu mengakomodir semua kebutuhan pihak-pihak yang terkait. melibatkan beberapa pihak yang saling terkait dan saling berkepentingan. Langkah awal dari analisis kebutuhan ini adalah mengidentifikasi pihak yang berkepentingan dan kebutuhannya. Agroindustri minyak nilam melibatkan (1) usahatani (petani), pedagang / pengumpul nilam kering, pedagang/ pengumpul tingkat dusun/ desa; (2) usaha lepas panen yang terdiri dari petani penyuling dan industri kecil penyulingan,pedagang/pengumpul minyak nilam tingkat kecamatan/ kabupaten serta (3) industri penyulingan dan atau eksportir. Peran lembaga keuangan dan pemerintah sebagai fasilitator dan regulator sangat diperlukan dalam pengembangan agroindustri nilam ini. Usaha tani melakukan budidaya nilam secara tradisional di atas lahan yang dimiliki atau di kebun milik Perhutani dengan sistem bagi hasil. Optimasi produktivitas nilam kering dan harga jual nilam kering dapat meningkatkan pendapatan yang menjadi tujuan kelangsungan kegiatan pertanian nilam. Keuntungan bisnis dari usaha lepas panen dapat diperoleh apabila mampu melakukan kontinuitas dan efisiensi produksi serta meningkatkan kualitas produk minyak kasar. Kontinuitas pasokan nilam kering dan pengembangan teknologi sangat mendukung tercapainya tujuan tersebut. Kelangsungan industri kecil penyulingan bergantung pada perencanaan produksi pada kapasitas optimal, kestabilan dan kesesuain harga. Pemerintah memiliki kepentingan dalam pengembangan agroindustri nilam khususnya dalam hal penyerapan tenaga kerja dan perbaikan ekonomi makro. Tabel 1 menunjukkan analisis kebutuhan dari pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan agroindustri nilam.

11 86 Tabel 2 Daftar kebutuhan pemangku kepentingan industri nilam No Pelaku Kebutuhan Pelaku 1 Usaha tani (Petani) a. Harga jual nilam kering yang tinggi b. Peningkatan teknologi budidaya nilam c. Permintaan nilam kering yang tinggi d. Peningkatan nilai tambah e. Biaya usaha tani rendah f. Nilam kering yang berkualitas tinggi g. Pasokan bibit yang berkualitas h. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai i. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko rendah 2 Pedagang/Pengumpul Nilam Kering 3 Usaha Lepas Panen (Petani-penyuling, Industri Kecil Penyulingan) 4 Pedagang/Pengumpul minyak nilam 5 Industri Penyulingan/Eksportir a. Harga jual nilam kering yang tinggi b. Permintaan nilam kering yang tinggi c. Margin keuntungan tinggi d. Nilam kering yang berkualitas tinggi e. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai f. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko rendah a. Ketersediaan bahan baku nilam kering terjamin b. Harga bahan baku nilam kering rendah c. Rendemen minyak nilam kasar tinggi d. Peningkatan teknologi proses e. Permintaan minyak nilam kasar tinggi f. Mutu minyak nilam kasar tinggi g. Biaya produksi rendah h. Margin keuntungan tinggi i. Sumberdaya manusia yang terampil j. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko rendah a. Harga jual minyak nilam yang tinggi b. Permintaan minyak nilam yang tinggi c. Margin keuntungan tinggi d. Minyak nilam yang berkualitas e. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai f. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko rendah a. Harga jual minyak nilam kasar rendah b. Ketersediaan minyak nilam kasar terjamin c. Permintaan minyak nilam murni tinggi d. Peningkatan teknologi proses e. Minyak nilam murni berkualitas tinggi f. Harga minyak nilam murni tinggi g. Margin keuntungan tinggi h. Iklim usaha yang kondusif i. Kepastian pasar yang tinggi

12 87 Tabel 2 Daftar kebutuhan pemangku kepentingan industri nilam (lanjutan) 6 Lembaga Keuangan a. Tingkat resiko pembiayaan rendah b. Tingkat keuntungan pembiayaan yang tinggi c. Peningkatan jumlah nasabah 7 Pemerintah a. Meningkatnya lapangan pekerjaan b. Meningkatnya pendapatan masyarakat c. Meningkatnya pendapatan devisa d. Meningkatnya pendapatan daerah e. Meningkatkan perekonomian pedesaan f. Terjaganya kelestarian lingkungan Formulasi Permasalahan Berdasarkan kebutuhan para pelaku di atas, permasalahan yang dihadapi pelaku agroindustri minyak nilam dalam kaitannya dengan pemberdayaan agroindustri minyak nilam di perdesaan adalah: 1. Harga minyak nilam yang selalu fluktuatif dan tidak pasti menyebabkan keuntungan usaha agroindustri minyak nilam menjadi sangat tidak pasti. Ketidakpastian pendapatan ini akan mengakibatkan ketidakpastian keuntungan yang didapat oleh pelaku usaha agroindustri minyak nilam, terutama usahatani dan industri kecil penyulingan 2. Harga bahan baku nilam kering yang selalu fluktuatif dan tidak pasti menyebabkan biaya produksi minyak nilam menjadi tidak pasti sehingga menambah ketidakpastian pendapatan para pelaku usaha agroindustri minyak nilam 3. Budidaya tanaman nilam yang kurang baik mengakibatkan rendahnya rendemen minyak nilam 4. Rentan terhadap ketidakseimbangan pasokan bahan baku dan permintaannya 5. Masih menggunakan teknologi yang sederhana 6. Keterbatasan sumberdaya finansial dan kemampuan SDM dari para pelaku usaha 7. Kualitas sumberdaya yang rendah dan lemahnya posisi tawar usaha tani (petani) dan usaha lepas panen nilam mengakibatkan lemahnya dayasaing usaha tani dan usaha lepas panen 8. Dukungan dari Lembaga dan Dinas terkait yang masih lemah / kurang

13 88 9. Kurangnya akses informasi, teknologi dan keterjangkauan akses permodalan mengakibatkan rendahnya produktivitas produksi nilam dan minyak nilam kasar 10. Kelangkaan pasokan nilam kering sebagai bahan baku minyak nilam diakibatkan oleh turunnya daya tarik petani untuk menanam nilam, semakin sempitnya lahan, minimnya teknologi pertanian dan rendahnya produktivitas produksi nilam. Dengan memperhatikan permasalahan utama dalam pengembangan industri berbasis nilam, maka dibutuhkan suatu model pemberdayaan agroindustri minyak nilam di perdesaan yang lebih baik dengan keberpihakan pada usahatani (petani). Model yang dibangun ini untuk meningkatkan pemberdayaan agroindustri minyak nilam di perdesaan melalui klaster agroindustri minyak nilam sehingga kehidupan usahatani akan lebih meningkat lagi. Identifikasi Sistem Identifikasi sistem merupakan hubungan antara kebutuhan dengan permasalahan yang harus dipecahkan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Identifikasi sistem ini diperlukan untuk memfokuskan pemodelan tanpa mengurangi kompleksitas yang ada. Pengetahuan ini diperlukan dalam perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak nilam yang akan dikembangkan. Agregasi atas kepentingan setiap pemangku kepentingan teridentifikasi bahwa kesepakatan harga nilam kering dan minyak nilam kasar merupakan optimalisasi dari sumberdaya agroindustri minyak nilam. Sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dengan kesepakatan harga nilam dan minyak nilam kasar yang akan dikembangkan ini dapat mengoptimalkan setiap kepentingan dari para pemangku kepentingan yang terlibat pada klaster agroindustri minyak nilam. Tujuan pengembangan sistem pemberdayaan agroindustri minyak nilam di perdesaan ini adalah untuk menjamin kelangsungan usahatani yang berada pada klaster agroindustri minyak nilam dan meningkatkan perekonomian perdesaan. Keterkaitan dan koordinasi antar pemangku kepentingan dibutuhkan agar sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak nilam ini dapat berjalan baik (Gambar 25). Dengan demikian akurasi pendugaan dari variabel-

14 89 variabel yang mempengaruhi hasil akhir yang diinginkan merupakan prasyarat bagi keberhasilan sistem yang dibangun. Industri Alat & Peralatan Supplier Pupuk & Pestisida Lembaga Keuangan Pemerintah Pusat & Daerah Pemasok Benih Pupuk USAHA TANI Petani USAHA LEPAS PANEN PEDESAAN Petani Penyuling Industri Kecil Penyulingan Industri Penyulingan /Eksportir Besar Konsu men Alat Peralatan PEDAGANG / PENGUMPUL NILAM KERING Pedagang/ Pengumpul Tingkat Dusun Pedagang/ Pengumpul Tingkat Desa PEDAGANG / PENGUMPUL MINYAK NILAM Pedagang/ Pengumpul Tingkat Kecamatan Pedagang/ Pengumpul Besar Perguruan Tinggi Dewan Atsiri Indonesia Asosiasi Minyak Atsiri Gambar 25 Klaster agroindustri minyak nilam Tujuan tersebut merupakan gambaran output yang dikehendaki bahwa keberlangsungan klaster agroindustri nilam akan memberikan kontribusi terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui ketersediaan lapangan kerja, pemberdayaan ekonomi petani di perdesaan, meningkatkan daya saing untuk menjamin pemenuhan permintaan nilam dan minyak nilam regional dan ekspor. Industri penyulingan minyak nilam yang memiliki daya saing ini diharapkan akan menarik investor dan mengingkatkan devisa negara. Perancangan sistem yang dibangun mencakup pengendalian variabel-variabel input yang terkait rantai kebelakang dan kedepan (backward dan forward lingkage) dari sistem klaster agroindustri minyak nilam sehingga dapat mengoptimalkan variabel-variabel output sesuai yang diinginkan dan meminimalkan output yang tidak dikehendaki. Sektor produksi industri penyulingan minyak nilam murni membentuk loop positif dari faktor-faktor penyusunnya yaitu pasokan bahan baku minyak nilam kasar dan harga

15 90 minyak nilam kasar. Untuk meningkatkan keberlanjutan produksi industri penyulingan minyak nilam murni dengan melakukan optimalisasi faktor pasokan bahan baku minyak nilam kasar (backward linkage) dan harga minyak nilam kasar (forward linkage). Begitu pula pada industri penyulingan minyak kasar yang membentuk loop positif dari faktor faktor pasokan bahan baku nilam kering dan harga nilam kering. Untuk meningkatkan keberlanjutan produksi industri penyulingan minyak nilam kasar dengan melakukan optimalisasi faktor pasokan bahan baku nilam kering dan harga nilam kering. Dari aspek penyediaan bahan baku, bahan baku minyak nilam kasar harus selalu tersedia baik dari segi jumlah maupun mutu yang sesuai dengan kebutuhan industri penyulingan minyak nilam murni. Jumlah produksi minyak nilam kasar dipengaruhi oleh jumlah pasokan nilam kering, rendemen minyak nilam kasar, dan teknologi prosesnya. Sedangkan bahan baku nilam kering juga harus selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan industri penyulingan minyak nilam kasar. Jumlah produksi nilam kering dipengaruhi oleh produktivitas nilam, budidaya, luas lahan dan teknologi budidayanya. Causal loop diagram pasokan bahan baku membentuk loop positif Oleh karena itu optimalisasi rantai nilai level usahatani dan optimalisasi produksi nilam kering akan mendukung kontinuitas pasokan bahan baku nilam kering. Begitu pula optimalisasi rantai nilai level usaha lepas panen akan mendukung kontinuitas pasokan bahan baku minyak nilam kasar. Variabel input terkendali yaitu sumberdaya yang dibutuhkan dalam kegiatan memasok bahan baku pada sektor ini meliputi: teknologi budidaya nilam, teknologi proses minyak nilam kasar, sistem tataniaga nilam, dan kelembagaan keuangan. Gambar 27 menunjukkan diagram keterkaitan variabelvariabel dalam klaster agroindustri nilam. Dari aspek distribusi produk minyak nilam murni, bagaimana kestabilan harga dapat dijamin sehingga mampu meningkatkan daya saing dan meningkatkan rantai nilai. Harga minyak nilam murni yang ditentukan oleh mutu produknya, dipengaruhi oleh pasar internasional sehingga harganya cenderung fluktuatif. Harga minyak nilam yang fluktuatif di pasar internasional, menjadi kendala dalam menjamin kestabilan harga minyak nilam kasar dan harga nilam kering.

16 91 Gambar 26 Diagram sebab-akibat agroindustri minyak nilam Keterangan : DNK : Daun Nilam Kering MNK :Minyak Nilam Kasar MNM:Minyak Nilam Murni

17 92 Pada Causal loop diagram harga bahan baku membentuk loop positif. Turun naiknya harga bahan baku nilam kering maupun minyak kasar bergantung pada harga nimyak nilam murni. Harga minyak nilam murni bergantung pada harga pasar internasional Oleh karena itu peran pemerintah sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan harga agar kontinuitas pasokan bahan baku dapat terjamin. Variabel input terkendali pada sektor ini meliputi: teknologi budidaya atsiri, teknologi proses minyak atsiri, sistem tataniaga atsiri, sistem tataniaga minyak atsiri, kelembagaan keuangan, kebijakan sistem ekspor, dan kebijakan terhadap industri hilir. Input tak terkendali yaitu elemen dalam sistem yang mempengaruhi kinerja sistem tetapi tidak dapat dikendalikan keberadaannya. Dalam sistem pemberdayaan agroindustri minyak atsiri ini, input tak terkendali meliputi: harga minyak atsiri, harga bahan baku, rendemen, dan persaingan industri. Output yang dikehendaki adalah tujuan yang ingin dicapai yang meliputi: tingkat keuntungan usaha yang tinggi, kestabilan harga, keberlanjutan produksi, peningkatan daya saing, dan peningkatan devisa. Output yang tidak dikehendaki adalah efek yang tidak diinginkan sehingga perlu diminimumkan. Output yang tidak dikehendaki ini meliputi : penurunan kemampuan produksi, penurunan mutu produk, fluktuasi harga, penurunan pendapatan, penurunan pasokan bahan baku, dan penurunan devisa. Input lingkungan merupakan kondisi lingkungan diluar sistem yang turut mempengaruhi kinerja sistem. Input lingkungan sistem ini meliputi: iklim, kondisi ekonomi nasional, dan kondisi pasar minyak atsiri internasional. Gambar 27 menunjukkan hubungan keterkaitan variabel-variabel pada diagram black box.

18 93 Input Lingkungan Iklim Kondisi ekonomi nasional Kondisi pasar minyak atsiri Input Tak Terkendali Harga minyak atsiri Harga bahan baku Rendemen Persaingan industri Output Yang Dikehendaki Tingkat keuntungan usaha yang tinggi Kestabilan harga Keberlanjutan produksi Peningkatan daya saing Peningkatan devisa MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERDESAAN dalam KLASTER AGROINDUSTRI MINYAK ATSIRI Input Terkendali Teknologi budidaya atsiri Teknologi proses minyak atsiri Sistem tataniaga atsiri Sistem tataniaga minyak atsiri Kelembagaan keuangan Kebijakan ekspor Kebijakan industri hilir Output Tidak Dikehendaki Lahan yang tidak termanfaatkan Terjadinya tanah longsor Penggunaan tenaga kerja berlebihan Penggunaan pupuk berlebihan Penggunaan energi berlebihan Penurunan devisa MANAJEMEN PENGENDALIAN Gambar 27 Diagram input-output model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri

ANALISA SISTEM. Analisa Situasional

ANALISA SISTEM. Analisa Situasional ANALISA SISTEM Metodologi sistem didasari oleh tiga pola pikir dasar keilmuan tentang sistem, yaitu (1) sibernetik, atau berorientasi pada tujuan. Pendekatan sistem dimulai dengan penetapan tujuan melalui

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel 54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 23 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam perumusan strategi serta implementasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat perdesaan, sektor pertanian masih merupakan tema sentral yang perlu

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA Mustaqimah 1*, Rahmat Fadhil 2, Rini Ariani Basyamfar 3 1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional 83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN 94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta. PANEN BAWANG PUTIH Tujuan : Setelah berlatih peserta terampil dalam menentukan umur panen untuk benih bawang putih serta ciri-ciri tanaman bawang putih siap untuk dipanen 1. Siapkan tanaman bawang putih

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri obat-obatan, flavor, dalam agroindustri minyak atsiri (Laksamanaharja, 2002).

BAB 1. PENDAHULUAN. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri obat-obatan, flavor, dalam agroindustri minyak atsiri (Laksamanaharja, 2002). BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri obat-obatan, flavor, fragrance, dan parfum. Di Indonesia tercatat 14 jenis minyak atsiri yang sudah diekspor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku minyak atsiri. Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan memegang peranan penting dalam setiap lini kehidupan manusia. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka akan meningkat pula kebutuhan hidup manusia,

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Akarwangi Tanaman akarwangi (Vetiveria zizanioides) termasuk keluarga graminae, berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau abu-abu

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SISTEM

BAB IV ANALISA SISTEM 71 BAB IV ANALISA SISTEM 4.1. Analisa Situasional Agroindustri Sutera Agroindustri sutera merupakan industri pengolahan yang menghasilkan sutera dengan menggunakan bahan baku kokon yaitu kepompong dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman II.TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Agronomis Wortel atau Carrot (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia,melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN 158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATERA

KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATERA & UNIVERSITAS RIAU BLUE PRINT PERENCANAAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK SISTEM INFORMASI KOPERASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM RANGKA MENGUBAH SISTEM INFORMASI MANUAL MENUJU SISTEM INFORMASI TERKOMPUTERISASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satunya sebagai sumber penerimaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai bagian dari perekonomian nasional memiliki peranan paling penting, karena sektor ini mampu menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Nilam Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). Tanaman ini merupakan

Lebih terperinci

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TEBU. (Saccharum officinarum L). TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM 3.1 Manfaat Dan Kegunaan Minyak Nilam Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau disebut juga sebagai Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan,

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan non kayu merupakan hasil hutan dimana produk yang diambil bukan kayu atau hasilnya bukan berasal dari penebangan pohon. Produk hasil hutan non kayu diantaranya

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan atau kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi suatu negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia.

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI... 2

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. Untuk dapat mulai menjalankan unit bisnis IFS BATARI secara tepat

BAB V RENCANA AKSI. Untuk dapat mulai menjalankan unit bisnis IFS BATARI secara tepat BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan dan Waktu Untuk dapat mulai menjalankan unit bisnis IFS BATARI secara tepat waktu, rencana aksi disusun sebagai acuan dalam melakukan kegiatan sekaligus untuk memudahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Konsep formal

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Konsep formal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI NILAM INDONESIA

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI NILAM INDONESIA STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI NILAM INDONESIA Chandra Indrawanto dan Ludi Mauludi Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Indonesia merupakan produsen dan eksportir terbesar minyak nilam didunia.

Lebih terperinci

4. ANALISIS SITUASIONAL

4. ANALISIS SITUASIONAL 29 4. ANALISIS SITUASIONAL Kinerja Sistem Komoditas Udang Komoditas udang Indonesia pernah mencatat masa keemasan sekitar tahun 1980 an, ditandai dengan komoditas udang windu menjadi primadona ekspor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) telah dikenal bertahun - tahun sebagai tanaman penghasil minyak atsiri. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari peranan sektor perkebunan kopi terhadap penyediaan lapangan

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir di seluruh Indonesia khususnya daerah Ponorogo terutama pada daerah dataran tinggi. Tingkat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1)

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1) Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur Diany Faila Sophia Hartatri 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penanganan pascapanen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian. Indonesia juga sejak lama dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli tropis Ethiopia, Afrika Timur, dan dataran tinggi Ethiopia dianggap sebagai pusat utama domestikasi

Lebih terperinci

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk didalamnya agribisnis. Kesepakatankesepakatan GATT, WTO,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanaman tembakau memiliki sistem perakaran yang relatif dangkal, namun sangat peka terhadap drainase yang kurang baik, sehingga persediaan air yang cukup didalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman perkebunan disebut sebagai komoditas pertanian yang berpotensi memberikan berbagai keuntungan yang menjanjikan dimasa depan. Salah satu tanaman perkebunan yang

Lebih terperinci

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM Penanganan dan Pengelolaan Saat Panen Mengingat produk tanaman obat dapat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka penanganan

Lebih terperinci