III. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Manajemen risiko rantai pasok melalui pendekatan distribusi risiko (Risk Sharing) merupakan proses yang kompleks. Kompleksitas lingkungan tempat keputusan strategis dibuat merupakan pertimbangan utama untuk menentukan kerangka pikir model distribusi risiko yang akan dirancang. Terdapat beberapa alasan adanya kompleksitas ini yaitu : 1) Perancangan model dibatasi spesifik masalah yang berkaitan dengan standarisasi organik mutu produk; 2) Model yang akan dirancang melibatkan parameter pengukuran yang belum pernah digunakan pada model terdahulu yaitu kinerja pelaku rantai pasok; 3) Output dari model tidak hanya dirancang untuk menjaga keberlanjutan rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah, akan tetapi sekaligus meningkatkan total profit pelaku di saat yang bersamaan; 4) Model dirancang untuk mediasi kontradiksi pandangan mengenai mekanisme mitigasi risiko rantai pasok melalui mekanisme distribusi risiko. Pengukuran risiko di dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif melalui pendekatan metode statistik dengan keluaran berupa peluang risiko. Kerangka kerja yang dilakukan di dalam penelitian ini disusun secara sitematis berdasarkan tujuan perancangan model distribusi risiko rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah. Tujuan dari model ini adalah melakukan peningkatan terhadap kualitas, kuantitas, total profit pelaku rantai pasok serta menjamin kontinuitas kopi organik. Sistematika penyusunan kerangka pikir model desain rantai pasok kopi organik terdiri atas beberapa sub model yang saling berkaitan satu sama lain sehingga bisa menghasilkan suatu model yang utuh untuk menyeimbangkan risiko (balancing risk) pelaku rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah. Kekuatan model didapatkan melalui pendekatan yang berbeda dalam rangka menghasilkan sebuah rancangan model distribusi risiko. Rancangan model bertujuan untuk dapat meningkatkan total profit pelaku dan keberlanjutan disaat bersamaan. Perbedaan model dalam studi ini terdapat pada pemahaman yang berbeda dari model sebelumnya dalam proses justifikasi perspektif pelaku yang akan berbagi profit. Pergeseran cara pandang risiko dan motivasi yang berbeda dari setiap pelaku dengan jenis organisasi yang

2 30 beragam memaksa mekanisme model distribusi risiko tidak lagi terbatas pada output berupa perspektif keberlanjutan rantai pasok. Detail dari kerangka pikir penelitian manajemen risiko rantai pasok dapat dilihat pada Gambar 10. START Penentuan tujuan manajemen risiko rantai pasok Identifikasi risiko rantai pasok Evaluasi risiko rantai pasok Kinerja pelaku rantai pasok Perlakuan risiko rantai pasok Sub model analisis risiko Sub model pengukuran kinerja Risk balancing Rancangan struktur kontrak Implikasi manajerial Sub model Risk Sharing Simulasi implementasi model terkendali Rantai pasok berkelanjutan STOP Gambar 10 Kerangka pikir penelitian desain rantai pasok agroindustri kopi organik untuk optimalisasi balancing risk Sub Model Distribusi Desain Rantai Pasok Untuk Optimalisasi balancing risk Model kerangka pikir desain rantai pasok kopi organik diuraikan menjadi beberapa sub model untuk memberikan alur yang jelas dalam mengoptimalkan keseimbangan risiko antar pelaku rantai pasok. Tujuan manajemen risiko yang telah didefinisikan sebelumnya diuraikan secara bertahap dari satu sub model ke

3 31 sub model berikutnya sehingga penyelesaian lebih tersusun secara sitematis. Secara keseluruhan sistematika penyusunan model desain rantai pasok kopi organik bertujuan untuk menjaga kontinuitas dan profitabilitas pelaku rantai pasok sehingga keberlanjutan rantai pasok tetap terjamin Sub Model Analisis risiko Model analisis risiko dirumuskan berdasarkan tujuan manajemen risiko rantai pasok yaitu: meningkatkan kualitas, meningkatkan kuantitas, meningkatkan total profit pelaku rantai pasok serta menjamin ketersediaan yang stabil. Tujuan manajemen risiko rantai pasok menjadi tolak ukur dalam mendefinisikan dan menentukan risiko pelaku rantai pasok. pelaku rantai pasok dibagi menjadi empat faktor risiko yaitu : faktor, faktor proses, faktor permintaan dan faktor harga. Setiap faktor risiko terdiri atas beberapa variabel risiko sehingga proses pengukuran risiko dapat dilakukan secara lebih jelas. Secara lebih detail tahapan proses analisis risiko dapat dilihat pada Gambar 11. START Tujuan Manajemen risiko rantai pasok Identifikasi risiko petani processor Colector Koperasi standarisasi proses dan budidaya organik proses permintaan harga Peluang risiko Agregasi nilai peluang risiko rantai pasok STOP Gambar 11 Tahapan analisis risiko rantai pasok kopi organik

4 Sub Model Pengukuran kinerja pelaku rantai pasok Pengukuran kinerja pelaku rantai pasok dilakukan melalui pendekatan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Metode DEA dipilih sebagai tools dalam menentukan kinerja rantai pasok disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : 1. DEA mampu bekerja secara simultan dan berkesinambungan melalui proses Benchmarking untuk mendapatkan nilai efisiensi setiap pelaku rantai pasok. 2. Pemilihan parameter kinerja di dalam model distribusi risiko bertujuan untuk mendapatkan output berupa peningkatan profit pelaku rantai pasok yang bekerja secara kompetitif ketika diaplikasikan. DEA sebagai metode pengukuran kinerja mampu mengakomodir salah satu tujuan model ini sehingga tidak ada limit peningkatan nilai variabel efisiensi antara satu pelaku dengan yang lainnya. 3. Prinsip kerja DEA yang bersifat simultan dan berkesinambungan dapat meningkatkan total profit pelaku rantai pasok secara keseluruhan, secara khusus terhadap pelaku yang akan mendistribusikan profit akibat implementasi model. Pengukuran kinerja melibatkan tiga pelaku rantai pasok yaitu : petani, prosesor dan kolektor. Sementara pengukuran kinerja koperasi sebagai pelaku akhir rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah tidak dilakukan. Proses initidak dilakukan dengan alasan: 1) koordinasi dalam model distribusi risiko harus bertumpu disatu organisasi, 2) pelaku tingkat pelaku eksportir yang memiliki struktur rantai pasok kopi organik yang cukup baik hanya terdiri atas satu pelaku yaitu koperasi Baburrayyan. Variabel atribut DEA ditetapkan berdasarkan tujuan model distribusi dan manajemen risiko rantai pasok. Sehingga pemilihan variabel input dan output DEA sebagai parameter penentu tingkat efisiensi pelaku rantai pasok harus bisa mengakomodir definisi tujuan dari model distribusi risiko dan manajemen risiko rantai pasok. Indeks risiko sebagai salah satu variabel atribut DEA diperoleh berdasarkan nilai kuantitatif risiko dan nilai tambah pelaku rantai pasok kopi organik. Jumlah pelaku dalam setiap wilayah (sphere) mewakili unit pembuat keputusan yang menjadi objek pengukuran (Decision Making Unit). Nilai efisiensi pelaku tingkat petani, prosesor, kolektor didapatkan melalui proses benchmarking antar pelaku

5 33 dalam sphere rantai pasok dan bobot komposit dari setiap variabel input dan ouput pelaku. Rentang nilai perbaikan yang harus dilakukan oleh setiap Decision Making Unit (DMU) atau pelaku yang tidak efisien mengacu terhadap beberapa unit yang efisien. Perbaikan efisiensi pelaku (DMU) dilakukan melalui peningkatan nilai variabel input dan output. DMU yang tidak efisien akan dikelompokkan ke dalam satu grup (peers group) beserta dengan DMU efisien yang menjadi acuan peningkatan kinerja pelaku rantai pasok. Penyajian sub model pengukuran kinerja pelaku rantai pasok kedalam bentuk Use Case diagram bertujuan untuk memperjelas interaksi aktor atau pelaku rantai pasok dengan setiap sub sistem yang menjadi tahapan dalam proses pengukuran (Gambar 12) penentuan faktor risiko penentuan faktor risiko proses Sub sistem risiko indeks pelaku rantai pasok penentuan faktor risiko permintaan penentuan faktor risiko harga Pengkuran probabilitas faktor risiko Indek petani Penentuan variabel atribut DEA Sub sistem parameter DEA Penentuan variabel output Kualitas Jumlah Fullfil order Analisis Nilai Tambah processor Penentuan variabel input indek Bobot komposit sistem pengukuran kinerja DEA Penentuan DMU efisien dan inefisien Colector Koperasi Penentuan DMU Penentuan bobot output & input Harga produk Siklus pemenuan pesanan Biaya Total Peer group Gambar 12 Use Case Diagram Tahapan pengukuran kinerja pelaku rantai pasok dengan pendekatan DEA Proses Benchmarking dalam DEA sangat menentukan nilai kinerja yang akan didapat pelaku rantai pasok. Penetapan nilai kinerja akan bersifat fleksibel berdasarkan capaian nilai kinerja pelaku lainnya dalam satu sphere rantai pasok. Dalam penelitian ini, sphere rantai pasok merupakan grup (kelompok) pelaku

6 34 rantai pasok ketika proses benchmarking dilakukan. Standar nilai kinerja yang tertinggi atau sama dengan 1 diperoleh dari pelaku yang paling efisien ketika suatu pengukuran dilakukan. Nilai tersebut akan menjadi patokan untuk nilai kinerja (efiiensi) untuk pelaku lainnya yang tidak efisien. Mekanisme inilah yang akan menciptakan kompetisi bagi setiap pelaku dalam sphere rantai pasok dalam meningkatkan kinerja yang akan diperolehnya pada periode pengukuran berikutnya. Secara lebih detail dapat dilihat pada Gambar 13. Nilai efisiensi DEA Sphere I Sphere II Sphere III Pengukuran melalui proses benchmarking Pengukuran melalui proses benchmarking Pengukuran melalui proses benchmarking pelaku <1 pelaku =1 pelaku =1 pelaku <1 pelaku <1 pelaku =1 pelaku =1 pelaku <1 pelaku <1 pelaku =1 pelaku =1 pelaku <1 Gambar 13. Mekanisme Benhmarking di dalam pengukuran kinerja pelaku rantai pasok melalui pendekatan model DEA Penetapan model DEA sebagai input bagi sub model RS berdasarkan mekanisme pengukuran kinerja dalam rantai pasok. Proses perbandingan bertingkat (benchmarking) antara satu pelaku dengan pelaku lainnya di dalam satu sphere rantai pasok menjadikan sub model DEA tidak mempunyai batasan dalam pencapaian nilai kinerja. Nilai kinerja yang didapat melalui model DEA merupakan tolak ukur utama dalam menetapkan variabel insentif dalam sub model distribusi risiko.sehingga, besaran keuntungan yang didapat pelaku rantai pasok melalui proses distribusi profit dari koperasi sebagai pelaku upstream jaringan rantai pasok sangat tergantung kepada pencapaian kinerja. Semakin baik nilai kinerja pelaku rantai pasok, maka semakin optimal harga jual yang bisa diberikan koperasi kepada pelaku. Faktor inilah yang membuat setiap pelaku akan berusaha meningkatkan kinerjanya masing-masing sehingga bisa memaksimalkan keuntungan melalui nilai harga jual yang paling optimal. Usaha dari setiap pelaku

7 35 rantai pasok dalam meningkatkan nilai kinerja satu dengan yang lainnya akan menciptkan kompetisi agar nilai harga jual yang didapatkan lebih optimal dari periode pengukuran sebelumnya. Prinsip benchmarking DEA di dalam model RS bisa dilihat pada Gambar 14. Mulai Peningkatan atribut DEA senilai 5 % Output kualitas Output kuantitas Analisis sensitivitas model RS pada peningkatan atribut 5 % Nilai efisiensi relatif DMU pada peningkatan atribut 5 % Perhitungan harga jual model RS Pengurangan loss profit koperasi Peningkatan total profit koperasi Perbaikan bargaining position model Stop Gambar 14 Mekanisme benchmarking DEA terhadap rencana implementasi model Nilai kinerja dalam DEA (efisiensi relatif) mewakili atribut-atribut yang yang akan menimbulkan risiko terhadap jaringan rantai pasok secara keseluruhan. Variabel tersebut akan mewakili risiko yaitu : kuantitas, standar kualitas dan mutu organik produk serta harga. Secara lebih rinci fungsi nilai efisiensi DEA pelaku dalam model RS dapat dilihat pada Gambar 15.

8 36 Faktor risiko permintaan Faktor risiko Faktor risiko proses Faktor risiko kesesuaian harga Fullfil order kualitas siklus pemenuhan pesanan biaya total harga Indeks risiko Jumlah Pelaku rantai pasok Sub model analisis risiko kuantitas kualitas harga Nilai efisiensi relatif optimal DEA pelaku rantai pasok Nilai efisiensi relatif DEA pelaku rantai pasok (tidak efisien) kompetisi Peningkatan profit pelaku rantai pasok Sub model pengukuran kinerja DEA Pembayaran tetap insentif Harga jual optimal pelaku rantai pasok Sub model distribusi risiko Gambar 15 Fungsi sub model DEA dalam meningkatkan profit pelaku rantai pasok dalam model RS Sub Model Distribusi Model distribusi risiko (Risk Sharing) mengambil ide model intermediasi risiko yang diusulkan oleh Wu dan Blackhurst (2009). Penyempurnaan pada model intermediasi risiko dititik beratkan pada pengaturan mekanisme penetapan harga jual berdasarkan risiko spesifik pelanggan. Pada penelitian ini, penyempurnaan model di lakukan dengan menambahkan parameter kinerja ke dalam fungsi insentif dalam penetapan harga. Parameter kinerja diambil dari model pengukuran kinerja melalui pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Pelaku dikelompokkan berdasarkan struktur rancangan menu kontrak yaitu : 1. Pelaku bebas risiko (ditinjau dari sisi kontrak), dimana nilai harga jual yang didapatkannya adalah nilai tertinggi yang bisa diberikan struktur menu dari kontrak. 2. Pelaku berisiko, dimana nilai harga jual yang didapatkannya masih belum optimal (FP yi ) sehingga masih terdapat sejumlah risiko yang harus

9 37 dinetralisir oeh pelaku ini (ρ i ) untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari rancangan struktur menu kontrak. Mekanisme harga jual diberikan melalui dua cara yaitu : 1. Sejumlah pembayaran tetap (F yi ) yang akan selalu diterima pelaku rantai pasok ketika memberikan untuk setiap satuan unit barang. Pembayaran tetap ini sama nilainya dengan r i pelaku rantai pasok. 2. Insentif diberikan berdasarkan capaian kinerja (θ i ) pelaku dengan nilai maksimal sama dengan nilai pembayaran tetap yang diterima pelaku untuk setiap satuan unit produk (kg). Asumsi model, keberlakuan kondisi saat ini (excisting condition) serta tujuan model merupakan tahapan dalam akusisi pengetahuan dilapangan untuk mendapatkan model yang tepat serta mewakili permasalahan rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah. Fungsi harga pembayaran tetap (F yi ) diperoleh berdasarkan excisting condition model terkait jumlah atau produktifitas rata-rata petani kopi organik di Aceh Tengah. Faktor efisiensi (θ) menjadi parameter penentu untuk mendapatkan insentif paling optimal yang bisa ditawarkan menu kontrak. Sehingga, nilai harga jual pelaku rantai pasok (FP yi ) akan optimal ketika pelaku bisa memaksimalkan nilai efisiensi (θ i ) melalui peningkatan kinerja untuk mendapatkan jumlah insentif tertinggi. Rincian tahapan proses pemodelan distribusi risiko dapat dilihat pada Gambar 16. START Asumsi model risk sharing dan kontrak Penentuan harga Jual optimal Bobot risiko pelaku di dalam rantai pasok Fixed payment ( F yi ) Insentif Koofisien risk aversion ( i ) Nilai harga insentif = F yi Kinerja pelaku rantai pasok pelaku ( ) i =1 Insentif maksimal <1 Insentif belum maksimal Nilai harga jual ( FP yi ) Rancangan struktur kontrak STOP Gambar 16 Tahapan pemodelan distribusi risiko rantai pasok kopi organik

10 Analisis Sensitivitas Model RS Analisis sensitifitas dipahami sebagai salah satu alat pengukuran yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar fluktuasi (pengaruh) terhadap output yang didapatkan akibat perubahan pada pemberian nilai input (Saltelli et al., 2004). Tujuan dari penentuan analisis sensitivitas pada model RS adalah untuk mngetahui seberapa besar model bisa bekerja dalam meningkatkan profit pelaku rantai pasok. Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, prinsip benchmarking DEA menciptakan kompetisi diantara para pelaku rantai pasok. Prinsip kompetisi ini mengakibatkan pelaku rantai pasok akan selalu berusaha meningkatkan variabel yang berpengaruh terhadap pencapaian nilai efisiensi relatif. Sehingga, asumsi pada analisis sensitivitas lebih difokuskan kepada bagaimana jika (what if) peningkatan input terjadi pada nilai persentase tertentu (5 %). Menurut Saltelli et al. (2004) pemahaman analisis sensitivitas pada bidang analisis risiko derajat perubahan pada nilai input lebih terfokus ke input material dalam rangka pencarian nilai kuantitatif output akibat adanya faktor ketidakpastian. Rancangan informasi sensitivitas bisa digunakan pada rancangan awal (postprocessing) model yang diinginkan dalam rangka meningkatkan kinerja atau kemampuan model. Analisis sensitivitas dilakukan dalam rangka memberikan deskripsi nilai kuantitatif peningkatan profit pelaku rantai pasok. Hasil dari analisis ini difokuskan terhadap pelaku tingkatan distributo sebagai bagian dari peningkatan posisi tawar (Bargaining Position) Model. Pemilihan ini didasarkan pada peranan distributor sebagai pelaku yang menjadi titik sentral terhadap penerapan (aplikasi) model RS di dunia nyata. Penentuan analisis sensitivitas model RS dilakukan dengan menetapkan asumasi terhadap peningkatan nilai atribut variabel output kuantitas dan kualitas Tata Laksana Penelitian Tahapan Penelitian Langkah-langkah perancangan rantai pasok kopi organik untuk optimalisasi balancing risk adalah menetapkan rencana keputusan desain rantai pasok. Selanjutnya masalah mulai fokus kepada tujuan manajemen risiko rantai pasok

11 39 yang ingin dirumuskan, penentuan variabel pengukuran kinerja pelaku rantai pasok yang bisa mengakomodir tujuan manajemen risiko rantai pasok. Tahapan selanjutnya adalah menentukan parameter-parameter model distribusi risiko yang akan memaksimalkan tujuan manajemen risiko rantai pasok. Terakhir, kajian dalam studi ini menentukan manajerial model distribusi risiko rantai pasok Dari kerangka tahapan proses inilah diperoleh hasil rancangan rantai pasok yang bersifat kontinuitas dan profitabilitas untuk keberlanjutan rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah. Pada tahapan pertama dimulai dengan mempelajari sistem rantai pasok kopi organik di Aceh tengah melalui studi literatur dan diskusi awal dengan pakar yang mengetahui kodisi dan kendala pelaku rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah. Studi pustaka juga difokuskan kepada literatur yang berkaitan dengan panduan dan tata cara penilaian usaha produk organik baik dari sisi budidaya pertanian (on farm) maupun di tingkat pengolahan lebih lanjut. Selain itu juga, dilakukan analisis kondisi manajemen risiko rantai pasok kopi organik yang mencakup aspek nilai tambah serta data kebutuhan dari setiap stakeholder dalam manajemen rantai pasok. Tahapan ini bertujuan untuk mendapatkan identifikasi risiko yang lebih baik serta deskripsi konflik kepentingan dalam rantai pasok secara vertikal. Tahap kedua dari penelitian ini adalah merumuskan sitematika sub-sub model yang akan membangun rancangan model mitigasi risiko melalui pendekatan risk sharing. Pendekatan rancangan model dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan antara satu tahapan sub model ke tahapan sub model berikutnya berdasarkan rumusan tujuan manajemen risiko rantai pasok. Tahap ketiga adalah implikasi manajerial model melalui asumsi tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan output dalam bentuk bobot risiko dan profit pelaku rantai pasok yang mampu digeser model. Tahap keempat adalah rencana implementasi model serta analisis sensitivitas model. Analisis sensitivitas model diperoleh dari prinsip mekanisme benchmarking DEA terhadap pelaku rantai pasok Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kabupaten Aceh Tengah yang menjadi sentra produksi terbesar kopi organik Gayo dibandingkan dengan dua kabupaten lainya

12 40 yaitu Bener Meriah dan Aceh Tengah. Dari 13 kecamatan yang ada, dipilih delapan kecamatan yang memberikan kontribusi kopi organik yang terbesar. Penelitian mulai dilakukan melalui penelusuran literatur dan diskusi awal dengan pakar pada bulan November Januari Observasi dan pengamatan langsung di lokasi penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2012 sampai dengan April Teknik Pengumpulan Data Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan kajian terdahulu yang relevan dan jurnal ilmiah. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang berkaitan penelitian serta melihat sejauh mana posisi penelitian terbaru yang berkaitan dengan perancangan model yang akan dibuat. Pengumpulan data primer dilakukan melalui beberapa cara : a. Observasi lapangan, yakni melihat secara langsung kegiatan-kegiatan manajemen risiko rantai pasok mulai dari petani, prosesor, kolektor sampai dengan koperasi. b. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh kendala dan risiko pelaku, jumlah produksi dan penjualan, sistem transportasi, sistem budidaya organik di tingkat petani, sistem pengolahan organik di tingkat kolektor dan koperasi, serta hubungan kemitraan antara pemasok dengan distributor dari para stakeholder. c. Focus Group Discussion (FGD), meliputi wakil petani/kelompok tani, prosesor, kolektor, koperasi KBQ Baburrayyan, lembaga peneliti, asosiasi perkumpulan stakeholder kopi Gayo. d. Pendapat pakar (expert judgement), dilakukan untuk memperoleh basis pengetahuan melalui wawancara secara mendalam. Tahapan ini bertujuan untuk mengakuisisi pengetahuan dari pakar terkait dalam penentuan kompleksitas masalah rantai pasok kopi organik mulai dari risiko, sistem budidaya organik, kualitas, sampai dengan hubungan relif ketinggian wilayah dengan kopi organik. e. Sampling, metode pengambilan sampel menggunakan metode Stratified Random Sampling untuk menjustifikasi lokasi pengambilan sampel secara berurutan dari tingkat kabupaten, kecamatan sampai ke desa. Selanjutnya

13 41 proses pengambilan sampel ditngkat desa dilakukan dengan metode Random Sampling Teknik-Teknik yang Digunakan Indeks, merupakan metode untuk mendapatkan nilai kuantitatif risiko untuk setiap tingkatan pelaku rantai pasok. Metode ini digunakan dalam mengakumulasilasikan keseluruhan nilai risiko dari masing-masing pelaku rantai pasok. Perhitungan nilai Indeks (RI) digunakan sebagai sebagai salah satu variabel input dalam perhitungan kinerja pelaku rantai pasok melalui pendekatan DEA. Analisis nilai tambah, digunakan dalam mengukur persentase nilai tambah yang didapatkan pelaku rantai pasok ketika melakukan kegiatan usaha di dalam jaringan rantai pasok. Perhitungan analisis nilai tambah merupakan salah satu prosedur dalam perhitungan nilai RI pelaku rantai pasok. Nilai tambah yang diberikan pelaku rantai pasok merupakan inputan bagi metode perhitungan RI pelaku rantai pasok. Data envelopment analysis, merupakan suatu metode pengukuran kinerja melalui rasio penggunaan input dan output dalam mencapai nilai efisiensi yang digunakan. Metode DEA yang digunakan dalam penelitian ini adalah CCR DEA melalui pendekatan yang bertujuan untuk memaksimalkan ouput. Sub model CCR DEA digunakan sebagai alat dalam menghitung kinerja pelaku rantai pasok pada masing-masing tingkatan pelaku rantai pasok. Output sub model digunakan sebagai variabel input bagi sub model RS dan menjadi faktor penentu dalam menentuan tujuan perancangan model dalam penelitian ini yaitu peningkatan total profit rantai pasok. Distribusi risiko (Risk Sharing), merupakan salah satu pendekatan metode di dalam melakukan mitigasi risiko rantai pasok melalui mekanisme pendistribusian risiko pelaku rantai pasok berdasarkan bobot risiko yang ditanggung oleh masingmasing pelaku. didistribusikan melalui perpindahan sebagian profit dari pelaku yang mempunyai bobot risiko rendah dan margin profit besar kepada pelaku dengan bobot risiko tinggi tetapi dengan margin profit kecil. Model ini digunakan dalam menciptakan keseimbangan risiko (balacing risk) dalam studi yang dilakukan.

14 42 Kontrak, Merupakan metode dalam mengkoordinasikan proses manajemen risiko antar pelaku rantai pasok sehingga mekanisme model berjalan sesuai dengan parameter dan tujuan yang telah ditetapkan. Perancangan kontrak bertujuan mengkoordinasikan hasil keseluruhan dari integrasi ketiga sub model sebelumnya sehingga pola dari implementasi model bisa diberikan bagi pengguna model. Analisis Sensitivitas, Merupakan metode untuk mengestimasi nilai kuantitatif output sebagai akibat perubahan nilai input. Perubahan nilai input ini disebabkan ketidakpastian pelaksanaan implementasi model. Analisis ini digunakan untuk meprediksi seberapa besar nilai kuantitatif peningkatan profit pelaku rantai pasok ketika model diimplementasikan.

VI. MITIGASI RISIKO MELALUI PENDEKATAN MODEL DISTRIBUSI RISIKO (RISK SHARING)

VI. MITIGASI RISIKO MELALUI PENDEKATAN MODEL DISTRIBUSI RISIKO (RISK SHARING) 74 VI. MITIGASI RISIKO MELALUI PENDEKATAN MODEL DISTRIBUSI RISIKO (RISK SHARING) 6.1. Penyempurnaan Model Distribusi Risiko Model peyeimbangan risiko (Balancing Risk) rantai pasok yang dijadikan bahan

Lebih terperinci

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 57 V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 5.1. Parameter Pengukuran Kinerja Pelaku Rantai Pasok Pengukuran kinerja dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi organik telah menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan di Aceh Tengah karena merupakan salah satu jenis kopi arabika dengan nilai harga jual tertinggi di dunia

Lebih terperinci

IV. ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK

IV. ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK 43 IV. ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK 4.1. Struktur Rantai Pasok Kopi Organik Aceh Tengah Struktur Rantai pasok kopi organik di Aceh tengah terdiri atas beberapa tingkatan pelaku mulai dari petani, prosesor,

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

DESAIN RANTAI PASOK AGROINDUSTRI KOPI ORGANIK DI ACEH TENGAH UNTUK OPTIMALISASI BALANCING RISK ARIE SAPUTRA

DESAIN RANTAI PASOK AGROINDUSTRI KOPI ORGANIK DI ACEH TENGAH UNTUK OPTIMALISASI BALANCING RISK ARIE SAPUTRA DESAIN RANTAI PASOK AGROINDUSTRI KOPI ORGANIK DI ACEH TENGAH UNTUK OPTIMALISASI BALANCING RISK ARIE SAPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

X. KESIMPULAN DAN SARAN

X. KESIMPULAN DAN SARAN X. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Penelitian ini telah berhasil merancang model sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk/komoditi jagung yang diberi nama

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis Herfindahl-Hirschman Index (HHI), analisis faktor ekternal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis Herfindahl-Hirschman Index (HHI), analisis faktor ekternal BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis Herfindahl-Hirschman Index (HHI), analisis faktor ekternal dan internal, dan analisis VRIO maka dapat disimpulkan bahwa ada 2 strategi Kirana

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian Sebuah manajemen rantai pasok yang baik memerlukan berbagai keputusan yang berhubungan dengan aliran informasi, produk dan dana. Rancang bangun rantai pasokan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Semarang memiliki potensi yang besar dari sektor pertanian untuk komoditas sayuran. Keadaan topografi daerah yang berbukit dan bergunung membuat Kabupaten

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis (dynamics system). Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, lingkup tugas akhir, metodologi pengerjaan tugas akhir,

BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, lingkup tugas akhir, metodologi pengerjaan tugas akhir, BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, lingkup tugas akhir, metodologi pengerjaan tugas akhir, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Universitas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 55 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Membangun agroindustri yang tangguh dan berdaya saing tinggi seharusnya dimulai dengan membangun sistem jaringan rantai pasokan yang tangguh dan saling menguntungkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek yang diteliti dalam penelitian ini antara lain adalah sistem pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelakupelaku dalam pengadaan paprika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUISIONER PENELITIAN

LAMPIRAN KUISIONER PENELITIAN 105 LAMPIRAN KUISIONER PENELITIAN Kuisioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan Thesis mengenai Desain rantai pasok agroidustri kopi organik di Aceh tengah untuk optimalisasi balancing risk oleh Arie

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Resiko Rantai Pasok

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Resiko Rantai Pasok 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Resiko Rantai Pasok Menurut (Pujawan 2005) rantai pasok adalah jaringan perusahaanperusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN digilib.uns.ac.id 76 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Mekanisme Rantai Pasok Jagung Di Kabupaten Grobogan Struktur rantai pasok jagung di Kabupaten Grobogan terdiri atas beberapa tingkatan pelaku mulai dari

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Posisi penelitian manajemen risiko rantai pasok. Metode

Lampiran 1 Posisi penelitian manajemen risiko rantai pasok. Metode LAMPIRAN Lampiran 1 Posisi penelitian manajemen risiko rantai pasok Pendekatan Metode Jenis Objectives Jenis Produk Dan Penelitan Sistem Manajemen Model Model Lingkup 1 2 1 2 3 4 5 1 2 1 2 1 2 3 4 5 6

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 152 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memaksa kinerja rantai pasok harus ditingkatkan. Terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memaksa kinerja rantai pasok harus ditingkatkan. Terutama untuk BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Persaingan perdagangan yang sangat ketat di era globalisasi mengharuskan siklus perdagangan berlangsung cepat dengan kualitas yang tetap terjaga sehingga memaksa kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting bagi aktivitas perekonomian. Bank adalah lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lambada Lhok Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, Pemerintah Aceh. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN AHLI

SISTEM MANAJEMEN AHLI 201 SISTEM MANAJEMEN AHLI Konfigurasi model Pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem berbasis pengetahuan dikenal dengan istilah sistem manajemen ahli. (Eriyatno, 2009). Didalam sistem manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang memiliki tingkat fragmentasi tinggi. Terpecah-pecahnya suatu proyek konstruksi ke dalam beberapa paket pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

VII. IMPLEMENTASI MODEL

VII. IMPLEMENTASI MODEL VII. IMPLEMENTASI MODEL A. HASIL SIMULASI Simulasi model dilakukan dengan menggunakan data hipotetik berdasarkan hasil survey, pencarian data sekunder, dan wawancara di lapangan. Namun dengan tetap mempertimbangkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Supply Chain Management Pada saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis, dituntut untuk menghasilkan suatu produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerapan teknologi informasi yang sangat pesat membawa dampak secara global dimana hampir semua perusahaan baik yang bergerak di bidang perdagangan ataupun di bidang

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok Sutera Alam berbasis Web dirancang sebagai alat bantu yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan rantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Produktivitas merupakan salah satu isu penting dalam perusahaan maupun organisasi. Menurut Tangen (2005), sebuah perusahaan perlu menyadari bahwa peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gudang adalah Bangunan yang dipergunakan untuk menyimpan barang. Dalam pengertian adalah temapat penyimpanan dan bagian dari logistic dalam suatu aktifitas perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan lain dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Salah satu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan lain dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Salah satu kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat alternatif bagi para pemilik bisnis untuk menanamkan modal mereka guna mendapatkan sumber dana tambahan lain. Pasar modal memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Manajemen rantai pasok merupakan salah satu alat bersaing di industri, mulai dari pasokan bahan baku, bahan tambahan, kemasan, pasokan produk akhir ke tangan konsumen

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Lokasi pelaksanaan penelitian adalah di Kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Jawa Barat dan Daerah Irigasi Cihea yang mencakup tiga kecamatan yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.KERANGKA PENELITIAN Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada kebutuhan untuk melengkapi analisis benchmarking yang telah dilakukan sebelumnya oleh BUMIDA untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Usulan kerangka..., Charly Buchari, FE UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Usulan kerangka..., Charly Buchari, FE UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri asuransi umum di Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup pesat, dimana industri ini mampu mencatatkan pertumbuhan premi bruto 2008 sebesar 24,7% terhadap

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran Manajemen rantai pasokan berkembang menjadi langkah strategis yang menyinergikan pemasaran, pabrikasi, dan pengadaan dalam suatu hubungan yang kompleks dalam rangkaian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI

PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI TUGAS AKHIR RP09-1333 1 PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI REZA PURBA ADHI NRP 3608 100 050 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, akan dibahas mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, akan dibahas mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. 3.1.Studi Lapangan Studi lapangan merupakan tahapan awal dari penelitian yang akan

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN CONTENT 1. Pengambilan Keputusan 2. Proses Pemodelan 3. Fase Kecerdasan 4. Fase Desain 5. Fase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pembuatan Rancang Bangun Aplikasi Perencanaan Stok Barang dengan Menggunakan Teori Trafik dari tahap awal perancangan sampai

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengembangan Perumahan Pengembangan perumahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengembang secara mandiri maupun bersama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan ekonomi dan

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Manajemen risiko rantai pasok produk/komoditas jagung merupakan suatu proses yang kompleks. Kompleksitas lingkungan tempat keputusan strategis dibuat merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Program Linear Program linear merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Kata sifat linear digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan 41 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu pengamatan yang bersifat spesifik dan

Lebih terperinci

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI 8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan-perusahaan sangat ketat dalam era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang diinginkan sesuai dengan kerangka kerja yang telah ditetapkan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang diinginkan sesuai dengan kerangka kerja yang telah ditetapkan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci mengenai pengumpulan datadata yang diperlukan dan juga proses pengolahan data hingga diperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan

Lebih terperinci

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK Peneliti : Dewi Prihatini 1) mahasiswa yang terlibat : -

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di BPD, tetapi peneliti tidak secara langsung ke kantor objek penelitian melainkan peneliti mengambil data penelitian yang

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System Pengambilan Keputusan, Sistem, Pemodelan dan Dukungan Oleh : Imam Cholissodin S.Si., M.Kom Content 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pengambilan Keputusan Proses

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun menjadikan kebutuhan pangan juga semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan pangan tersebut tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE 34 EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE Faisal piliang 1,Sri marini 2 Faisal_piliang@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Ruang lingkup pada penelitian ini ialah menganalisis pengaruh efisiensi kinerja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Langkah-Langkah Penelitian Untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan kemudian disusun metodologi penelitian yang terdiri dari langkah-langkah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja pada sistem klaster agroindustri hasil laut di Indonesia ini dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi penting manajemen adalah perencanaan. Dalam perencanaan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi penting manajemen adalah perencanaan. Dalam perencanaan, mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu fungsi penting manajemen adalah perencanaan. Dalam perencanaan, mereka dihadapkan pada pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan berbagai

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 41 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan adalah bagaimana ini mem menyediakan memenuhi syarat ke konsumennya. Sebagai salah satu bagian dari rantai pasok berbasis, di sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok masyarakat, salah satunya adalah sayur-sayuran yang cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. pokok masyarakat, salah satunya adalah sayur-sayuran yang cukup banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura (buah dan sayuran) yang beraneka ragam. Iklim tropis menjadi kemudahan dalam menanam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Bertolak dari kondisi, potensi, dan prospek usaha mikro dan kecil makanan ringan, maka penelitian ini diarahkan untuk menghasilkan model untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Palabuhanratu sebagai lokasi proyek minapolitan perikanan tangkap.

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN SISTEM DINAMIK

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN SISTEM DINAMIK PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN SISTEM DINAMIK Arya Nurakumala 1) Program Studi Magister Manajemen Konstruksi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat. Dengan semakin majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai asupan gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi mengenai penjelasan secara umum penjelasan mengenai penjualan furnitur menggunakan Sistem pendukung kuputusan. Pada bagian bab ini akan dibahas mengenai latar belakang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah banyak berkontribusi dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional dan penyerapan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dan keluarga di tempat tinggal pasien (Bukit, 2008; Kementrian

BAB I PENDAHULUAN. individu dan keluarga di tempat tinggal pasien (Bukit, 2008; Kementrian BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai batasan masalah, asumsi yang

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM. Analisa Situasional

ANALISA SISTEM. Analisa Situasional ANALISA SISTEM Metodologi sistem didasari oleh tiga pola pikir dasar keilmuan tentang sistem, yaitu (1) sibernetik, atau berorientasi pada tujuan. Pendekatan sistem dimulai dengan penetapan tujuan melalui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. KERANGKA PENELITIAN Dalam penelitian ini, kerangka berpikir (penelitian) dilakukan dalam beberapa tahapan sebagaimana diagram alur tersebut dibawah ini : Perumusan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan Data 23 III. METODE KAJIAN 1. Lokasi dan Waktu Tugas akhir ini dilaksanakan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat sebagai salah satu daerah penerima dana stimulan Program Pengembangan KSP Sektoral, P3KUM dan Program

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Perbaikan kualitas udang melalui rantai pengendalian mutu perlu melibatkan unit pengadaan bahan baku, unit penyediaan bahan baku, unit pengolahan, dan laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditi salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia yang menjadi komoditas unggulan dan salah satu tanaman yang cocok untuk dikembangkan. Di Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI SISTEM INFORMASI KETELUSURAN HALAL DALAM SISTEM DISTRIBUSI DAGING AYAM DI JAWA BARAT Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun Ketua : Dr. Dwi Purnomo, STP., MT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder yang diambil dari beberapa sumber, yaitu data Statistik Perbankan Syariah (SPS)

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Langkah-langkah penelitian 3.1.1 Observasi di PT Pertamina Gas Pada tahap ini, dilakukan pengamatan langsung ke Departemen Sumber daya manusia PT Pertamina Gas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tidak dapat lepas dari persoalan transportasi, baik untuk pengadaan bahan baku ataupun dalam mengalokasikan barang jadinya. Salah satu metode yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature)

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) membawa perubahan pada pola konsumsi obat dari yang berbahan kimiawi, ke obat-obatan yang terbuat

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

4 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 4 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Agroindustri merupakan bagian dari dunia bisnis yang dalam pelaksanaannya sangat erat dengan risiko ketidakpastian (uncertainty risk) dan kompleksitas, baik risiko

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran 1 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Ketidakpastian yang mempengaruhi proses produksi seperti yang telah diutarakan oleh Mula. et al. (2006) merupakan bentuk gangguan sistem produksi yang harus

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. Android yang meliputi analisa masalah dan desain sistem.

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. Android yang meliputi analisa masalah dan desain sistem. 34 BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Rancangan Sistem Informasi Geografis Letak Wilayah Potensi Pengembangan Komoditi Kopi Di Sumatera Utara Berbasis Android yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gudang merupakan salah satu aspek penting didalam rantai pasok yang dapat menunjang proses produksi didalam industri manufaktur. Gudang memiliki tujuan utama untuk

Lebih terperinci