BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Low Back Pan(LBP) 1. Pengertan Low Back Pan (LBP) Dalam bahasa kedokteran Inggrs, nyer punggung dkenal sebaga Low back pan lumbosakral dan sakrolaka.low Back Pan(LBP) adalah nyer ddaerah yang drasakan d daerah punggung bawah, nyer tersebut dapat merupakan nyer lokal (nflamas) atau nyer radkuler (menjalar) maupun keduanya.lbp merupakan gejala, bukan suatu dagnoss. LBP merupakan kelanan dengan berbaga etolog dan membutuhkan penanganan smtomats serta rehabltas medk.insdens dan beratnya gangguan LBP lebh serng djumpa pada pekerja wanta dbandngkan lak-lak.poss stats dalam bekerja kadang-kadang tdak dapat terhndarkan. Bla keadaan stats tersebut bersfat kontnu maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan antara lan nyer punggung bawah. LBP yang tmbul dapat mengakbatkan kehlangan jam kerja sehngga mengganggu produktvtas kerja. Punggung merupakan struktur yang terdr atas tulang-tulang, otot, lgamen, tendon, dskus, suatu bantalan yang menyerupa tulang rawan, yang berfungs sebaga absorbent dantara tulang punggung. Nyer punggung dapat berasal dar manapun komponen tersebut, bahkan tak jarang dtemukan sakt pnggang tampa sebab yang jelas. LBP merupakan rasa nyer, pegal, nglu yang terjad ddaerah pnggang bagan bawah. LBP adalah nyer yang drasakan ddaerah punggung bawah, dan dapat merupakan nyer lokal maupun nyer radkuler atau keduanya.nyer n terasa dantara sudut ga terbawah sampa lpat bokong bawah yatu ddaerah lumbal atau lumbo-sakral dan serng dserta dengan penjalaran nyer kearah tungka dan kak.

2 LBP adalah suatau gejala bukan suatu dagnosa, dmana beberapa kasus gejalanya sesua dengan dagnosa patologsnya dengan ketepatan yang tngg, namun dsebagan besar kasus, dagnosa tdak past dan tak berlangsung lama dengan demkan maka LBP yang tmbulnya sementara dan hlang tmbul adalah suatu yang danggap basa. Namun jka LBP terjad secara mendadak dan berat maka akan dbutuhkan pengobatan, walaupun dsebagan besar kasus akan sembuh secara sendr. LBP palng serng terjad karena gangguan pada musculoskeletal. Bagamana pun, penyebab lan sepert metabolsme, srkulas, genekolog, urolog atau masalahmasalah pskologs, dmana mungkn menunjukkan nyer pada punggung bawah (Lews, 2000). LBP menurut penjalanan klnknya dbedakan menjad dua yatu: a. Acute low back pan Rasa nyer yang menyerang secara tba-tba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa har sampa beberapa mnggu. Rasa nyer n dapat hlang dan sembuh. Acute low back pan dapat dsebabkan karena luka traumatk sepert kecelakaan mobl atau terjatuh, rasa nyer dapat hlang sesaat kemudan. Kejadan tersebut selan dapat merusak jarngan, juga dapat meluka otot, lgamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebh serus, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spnal dapat mash sembuh sendr. Sampa saat n penatalaksanaan awal nyer pnggang akut terfokus pada strahat dan memaka analgesk. b. Chronc low back pan Rasa nyer yang menyerang lebh dar 3 bulan atau rasa nyer yang berulang-ulang atau kambuh kembal. Fase n basanya memlk onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronc low back pan dapat terjad karena osteoarthrts, rheumatodarthrts, proses degeneras dscus ntervetrebals atau tumor.

3 Keluhan nyer dapat beragam pada pasen dengan LBPdan nyer dklasfkaskan sebaga nyer yang bersfat lokal, radkular dan menjalar (referred pan) atau spasmodk, yatu : a. Nyer yang berfat lokal Nyer lokal berasal dar proses patologk yang merangsang ujung saraf sensork, umumnya menetap, namun dapat pula ntermten, nyer dpengaruh perubahan poss, bersfat nyer tajam atau tumpul. b. Nyer radkular Nyer radkular berkatan erat dengan dstrbus radks saraf spnal (spnal never root), dan keluhan n lebh berat drasakan pada poss yang mengakbatkan tarkan sepert membungkuk, mengangkat dan berkurang dengan strahat. c. Nyer menjalar (referred pan) Nyer alh atau menjalar dar pelvs vsera umum mengena dermatom tertentu, bersfat tumpul dan terasa lebh dalam. 2. Anatom Struktur utama dar tulang punggung adalah vertebrae, dscus nvertebrals, lgamen antara spnal, spnal cord, saraf, otot punggung organ-organ dalam dsektar pelvs, abdomen dan kult yang melput daerah punggung. Tulang punggung lumbal sebaga unt struktural dalam berbaga skap tubuh dan gerakan dapat dtnjau dar dar sudut mekanka. Beban yang dtanggung oleh tulang belakang lumbal dapat dpelajar dengan dskus ntervertebrals antara L-5 sampa S-1 atau L-4 dan L-5 sebaga ttk tumpuan. Bla mengangkat beban berat, tangan, lengan dan badan dapat danggap sebaga legan beban posteror pendek, yang berjarak dar pusat dskus ntervertebrals sampa prosesuss spnosus belakang. Tulang belakang terdr atas 33 ruas yang merupakan satu kesatuan fungs dan bekerja bersama-sama melakukan tugas-tugas sepert: a). Memperhatkan poss tegak tubuh, b). Menyanggah berat badan, c). Fungs pergerakan tubuh, d). Pelndung jarngan tubuh.

4 Pada saat berdr tulang belakang memlk fungs sebaga penyanggah berat badan, sedangkan pada saat jongkok atau memutar, tulang belakang memlk fungs sebaga penyokong pergerakan tersebut. Struktur dan peranan yang kompleks dar tulang belakang nlah yang serng kal menyebabkan masalah. Columna vertebrals (tulang punggung) terdr atas: a. Vertebrae cervcals 7 buah b. Vertebrae thoracals 12 buah c. Vertebrae lumbales 5 buah d. Vertebrae sacrales 5 buah e. Vertebrae coccygeus 4-5 buah Gambar 1.1. Anatom Tulang Belakang Pada fungs stats tulang belakang mempertahankan poss tegak melawan gravtas dengan energ sekecl mungkn sehngga membentuk skap tubuh tertentu. Fungs knets merupakan rangkaan alat gerak yang memungknkan terjadnya gerakan. Fungs kesembangan turut aktf mempertahankan ttk berat tubuh pada poss tetap pada tulang sacrum 2 saat berdr. Fungs proteks alah melndung organ dan jarngan pentng sepert sumsum tulang belakang, akar saraf, pembuluh darah. Pada tulang belakang terdapat segmen gerak yang dsebut segmen junghans terdr dar

5 dskus ntervertebrals, korpora, send faset, lgamenta, foramen vertebrals dan otot paravebrals. Dantara kedua korpus tulang belakang terdapat jarngan fbrocartlago yang merupakan bantalan send, berfungs sebaga peredam kejut. Penambahan beban akan menyebabkan kompres terhadap nukleus pulposus: gerakan fleks, ekstens dan rotas secara berlebhan juga dapat mengganggu nukleus. Selan bantalan send juga dapat lgamen sebaga stablsator pasf yatu lgamen longtudnal posteror, lgamen longtudnal anteror, lgamen flavum, lgamen transversals dan lgamen nterspnals. Gerakan tulang belakang persegmen tdak pernah terjad secara aktf gerakan pasf dalam secara tertentu, fleks tertentu dan komponen gerak tertentu dapat dperoleh dengan domnas segmen tertentu. Tehnk n yang dgunakan untuk moblsas hpomobltas segmental dan jont block. 3. Penyebab Low Back Pan (LBP) Beberapa faktor yang menyebabakan terjadnya LBP, antara lan: a. Kelanan Tulang Punggung (Spne) Sejak Lahr Keadaan n lebh dkenal dengan stlah Hem Vertebrae. Kelanan-kelanan konds tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya setengah bagan karena tdak lengkap pada saat lahr. Hal n dapat menyebabkan tmbulnya LBP yang dserta dengan skoloss rngan. Selan tu dtanda pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjad satu, namun keadaan n tdak menmbulkan nyer. Terdapat lubang d tulang vertebra dbagan bawah karena tdak melekatnya lamna dan keadaan n dkenal dengan spna bfda. Penyakt spna bfda dapat menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudmentar foof, kelayuan pada kak dan sebaganya. namun jka lubang tersebut kecl, tdak akan menmbulkan keluhan. b. Penyakt Spondylsthess Pada spondylsthess merupakan kelanan pembentukan korpus vertebrae, dmana arkus vertebrae tdak bertemu dengan korpus vertebrae (Bmarotejo, 2009).

6 Walaupun kejadan n terjad sewaktu bay, namun ketka berumur 35 tahun baru menmbulkan nyer akbat kelanan-kelanandegeneratf. Nyer pnggang n berkurang atau hlang bla penderta duduk atau tdur dan akan bertambah, bla penderta tu berdr atau berjalan (Bmarotejo, 2009). c. Penderta memlk rongga badan lebh pendek dar semestnya. Antara dada dan panggul terlhat pendek. d. Pada punggung terdapat penonjolan processus spnosus vertebra yang menmbulkan skoloss rngan. e. Nyer pada bagan punggung dan meluas hngga ke ekstremtas bawah. f. Pemerksaan X-ray menunjukan adanya dslokas, ukuran antara ujung spna dan gars depan corpus pada vertebra yang mengalam kelanan lebh panjang dar gars spna corpus vertebrae yang terletak datasnya. g. Penyakt Kssng Spne Penyakt n dsebabkan karena dua tau lebh processus spnosus bersentuhan. Keadan n bsa menmbulkan gejala dan tdak. Gejala yang dtmbulkan adalah low back pan. Penyakt n hanya bsa dketahu dengan pemerksaan X-ray dengan poss lateral. h. Sacralsas Vertebrae Lumbal Ke V Penyakt n dsebabkan karena processus transversus dar vertebra lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os leum. 4. Low Back Pan Karena Pengaruh Gaya Berat Gaya berat tubuh, terutama dalam poss berdr, duduk dan berjalan dapat mengakbatkan rasa nyer pada punggung dan dapat menmbulkan komplkas pada

7 bagan tubuh yang lan, msalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebaganya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdr dan menggunakan sepatu hak tngg lebh dar 2 jam serta duduk lebh dar 30 dan tdak menggunakan sandaran juga dapat mengakbatkan terjadnya LBP (Klooch, 2006 dalam Shocker, 2008). Kehamlan dan obestas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadnya LBP akbat pengaruh gaya berat. Hal n dsebabkan terjadnya penekanan pada tulang belakang akbat penumpukan lemak, kelanan postur tubuh dan kelemahan otot (Bmarotejo, 2009). 5. Faktor Resko Low Back Pan (LBP) Faktor resko nyer pnggang melput usa, jens kelamn, berat badan, etns, merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometr kanal lumbal spnal dan faktor pskososal (Bmarotejo, 2009). Sfat dan karakterstk nyer yang drasakan pada penderta LBP bermacam-macam sepert nyer terbakar, nyer tertusuk, nyer tajam, hngga terjad kelemahan pada tungka (Idyan, 2008). Nyer n terdapat pada daerah lumbal bawah, dserta penjalaran ke daerah-daerah lan, antara lan sakrolaka, koksgeus, bokong, kebawah lateral atau posteror paha, tungka dan kak (Bmarotejo, 2009). 6. Patofsolog Kolumna vetrebals dapat danggap sebaga sebuah batang elastk yang tersusun atas banyak unt rgt (vertebrae) dan unt fleksbel (dskus ntervertebrals) yang dkat satu sama lan oleh komplek send faset bebaga lgament dan otot paravertebrals. Kontruks punggung yang unk tersebut memungknkan fleksbeltas sementara dss lan tetap dapat memberkan perlndungan yang maksmal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertkal pada saat berlar atau melompat. Batang tubuh membantu menstablkan tulang belakang. Otot-

8 otot abdomnal dan toraks sangat pentng pada aktvtas mengangkat beban. Bla tdak pernah dpaka akan melemahkan struktur pendukung n. Mengangkat beban berat pada poss membungkuk menyampng menyebabkan otot tdak mampu mempertahankan poss tulang belakang thoracal dan lumbal sehngga pada saat facet jont lepas dan dserta tarkan dar sampng, terjad gesekan pada kedua permukaan facet send menyebabkan ketegangan otot ddaerah tersebut yang akhrnya menmbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obestas, masalah postur masalah struktur dan peregangan berlebhan pendukung tulang dapat berakbat nyer punggung. Dskus ntervertebrals akan mengalam perubahan sfat ketka usa bertambah tua. Pada orang muda, dskus terutama tersusun atas fbrokartlago yang padat dan tak teratur. Dskus lumbal bawah L4-L5 dan L-5-S1, menderta stres mekans palng berat dan perubahan degeneras terberat. Penonjolan facet dapat mengakbatkan penekanan pada akar saraf ketka keluar dar kanals spnals, yang menyebabkan nyer menyebar sepanjang saraf tersebut. Sektar 12% orang yang mengalam LBPyang menderta herna nekleus pulposus (Brunner and Suddarth, 2002). 7. Tanda dan Gejala Berdasarkan pemerksaan yang cermat, low back pan dapat dkategorkan kedalam tga kelompok, yatu : a. SmpleLow Back Pan (LBP sederhana) dengan karakterstk: 1) Adanya nyer daerah lumbal atau lumbosakral tanpa perjalanan atau keterlbatan neurologs. 2) Nyer mekank, derajat nyer bervaras setap waktu dan tergantung pada aktvtas fsk. 3) Konds kesehatan pasen secara umum adalah bak. b. LBP dengan keterlbatan neorologs, dbuktkan dengan adanya satu atau lebh tanda dan gejala yang mengndkaskan adanya keterlbatan neurologs.

9 1) Gejala : nyer yang menjalar kelutut, tungka, kak ataupun adanya rasa ball ddaerah nyer. 2) Tanda : adanya tanda rtas radkular, gangguan motork maupun sensork atau refleks. c. Rad flag low back pan dengan kecurgaan mengena adanya cdera atau konds patologs yang berat pada spnal. Karakterstk umum : 1) Trauma fkk berat sepert jatuh dar ketnggan atau kecelakaan kendaraan bermotor. 2) Nyer non-mekank yang konstan dan progresf 3) Dtemukan nyer abdomnal atau thoracal. 4) Nyer hebat pada malam har yang tdak membak dengan poss terlentang 5) Rwayat atau ada kecurgaan kanker, HIV atau keadaan patologs lannya yang dapat dapat menyebabkan kanker. 6) Penggunaan kostkosterod jangka panjang. 7) Penurunan berat badan yang tdak dketahu sebabnya, mengggl dan demam. 8) Fleks lumbal sangat terbatas dan perssten. 9) Saddle anesthesa dan atau nkontnensa urn Resko untuk terjadnya konds yang lebh berat adalah LBP pada usa kurang dar 20 tahun atau lebh dar 55 tahun (Suzanne C Smeltzer, 2002 dan Stubbart JR, 2004). 8. Faktor Resko Pada Perawat a. Poss perawat yang tdak argonoms saat tndakan (Wdyant, 2009) 1) Saat mengangkat pasen (dar brangkar ke brangkar atau dar brangkar kekurs roda) 2) Saat mendorong / menark pasen 3) Saat memandkan pasen 4) Saat merapkan tempat tdur

10 5) Poss duduk saat membuka kunc pengaman pada kurs roda dan dan membuka pjakan. b. Poss kerja yang stats dalam waktu yang lama (lebh dar 4 jam) dan berulang saat melakukan tndakan nvasf (Kusumanngtas, 2010) c. Poss tempat tdur yang tdak mendukung body algment saat melakukan tndakan. d. Beban dar pasen yang melebh kapastas tubuh untuk dangkat (beban maksmal pada tndakan manual handlng yang aman untuk dangkat adalah 25-30% dar berat tubuh pengangkat menurut Perry (2005) atau 25 kg menurut John Rdley (2008). 9. Pencegahan Agar kta tetap sehat, khususnya agar tdak kena LBP perlu dlakukan hal-hal sebaga berkut: a. Olah raga yang teratur dmana frekuens atau jumlah dar ntestasnya harus cukup, jangan berlebhan. Bag yang berbakat LBP, danjurkan untuk berenang, berjalan, dan meloncat-loncat, cukup lakukan aerobc low mpact berkala. b. Mengatur makanan dengan dengan menghndar makanan-makanan yang mengandung banyak lemak, asam urat dan lan-lan. Agar memperlambat terjadnya pengapuran tulang belakang. Dsampng tu usahakan jangan sampa terjadnya kelebhan berat badan. c. Hdup dengan lngkungan yang sehat dengan udara yang bersh dan hndar polus yang berlebhan. d. Hdup yang teratur, mengatas stres. e. Pada saat melakukan aktvtas postur tubuh dusahakan

11 1) Hndar poss badan yang menjauhkan kepala dan tulang punggung dar COG(Center Of Gravty) 2) Hndar penggantungan anggota gerak atas 3) Hndar poss asmetrs dan twstng 4) Hndar tekanan pada jarngan lunak, terutama pada keadaan penyanggah berat badan dperlukan. 10. Pemerksaan Fsk Pemerksaan fsk secara komprehensf pada pasen dengan nyer punggung melput evaluas sstem neorolog dan muskuloskeletal. Pemerksaan neorolog melput evaluas sensas tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks. a. Motork Pemerksaan yang dlakukan melput : 1) Berjalan menggunakan tumt 2) Berjalan dengan menggunakan jar dan berjnjt 3) Jongkok dan gerakan bertahan (sepert mendorong tembok) b. Sensork 1) Nyer dalam otot 2) Rasa gerak c. Refleks Refleks yang harus dperksa adalah refleks ddaerah achlles dan patella, respon dar pemerksaan n dapat dgunakan untuk mengetahu lokas terjadnya les pada saraf spnal. d. Test-test 1) Test lassegue

12 Dlakukan dengan pasen berbarng dengan tungka ekstens pada send lutut. Kemudan salah satu tungka dangkat lurus (dflekskan pada send panggul) pada saat sudut 70 0 (normal). Tungka yang satu lag harus tetap dalam poss lurus (ekstens). Pada keadaan patologs, akan tmbul tahanan dan rasa sakt. Pada orang lanjut usa dambl patokan normal Tes lassegue (+) menandakan kelanan pada rangsangan selaput otak, skalga dan rtas pleksus lumbosakral. Lalu terdapat nyer sfatnya menjalar dar paha bagan belakang, lutut sampa tungka kanan bagan dalam. Hal n menjad sfat khas nyer radkular yang penjalaran nyer sesua dengan daerah yang dpersaraf. Dmungknkan nyer akbat tertekannya radks dorsals pada lumbal bawah (L4-L5). Tanda laseque, makn kecl sudut yang dbuat untuk menmbulkan nyer makn besar kemungknan kompres radks sampa penyebabnya. Adanya tanda laseque lebh menandakan adanya les pada L4-L5 atau L5-S1 darpada hernas lan yang lebh tngg (L1-L4). Dmana hal n hanya postf pada 73,3% penderta. Pada test n, pertama telapak kak pasen (dalam poss 0 0 ) ddorong kearah muka kemudan setelah tu tungka pasen dangkat sejauh 40 0 dan sejauh Percobaan n untuk meregangkan nervus shadcus dan radks-radksnya. Penderta pada poss terlentang dan tdak boleh tegang. Hasl (+) bla penderta merasa sepanjang N.Ischadcus (Semuel,2006). 2) Test Patrck Tes n dlakukan untuk mendeteks kelanan dpunggung dan pada send sakro laka. Tndakan yang dlakukan adalah fleks, abduks, eksorotas dan ekstens. Pasen tdur terlentang dan calcaneus menyentuh patella dan tangan pemerksa berada d SIAS dan bagan medal dar knee. Setelah tu lakukan kompres. Apabla terjad nyer ada kelanan d group adductor atau lg. Anteror hp, atau legament Anteror sacrolaca Jont (Akraf, 2010).

13 3) Test Kebalkan Patrck Dlakukan gerakan gabungan dnamakan fleks, abduks, endorotas dan ekstens meregangkan send sakrolaka test kebalkan patrck postf menunjukkan adanya kelanan pada send sakrolaka (Alfan, 2010). Pasen tdur terlentang dan kak nternal rotas. Tangan pemerksa memegang pergelangan kak dan bagan lateral dar knee. Setelah tu lakukan penekanan. Apabla terjad nyer maka terjad kelanan pada posteror sacrolaca jont (Akraf, 2010). B. Mekanka tubuh Mekanka tubuh adalah usaha koordnas dar muskuloskeletal dan sstem saraf untuk mempertahankan kesembangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak, dan melakukan aktvtas sehar-har (Potter & Perry, 2005). Penggunaan mekanka tubuh secara benar dapat menngkatkan fungs tubuh terhadap susunan muskuloskeletal, mengurang tenaga yang dkeluarkan, dan mengurang kelelahan. Kebutuhan bergerak sangat dbutuhkan karena pergerakan dapat memenuh kebutuhan dasar manusa dan melndung dr dar kecelakaan sepert jatuh (Almul, 2009). Menngkatkan mekanka tubuh yang tepat, mekank dan postur tubuh atau poss tubuh yang bak sangat pentng untuk mencegah kekambuhan nyer pnggang. Perawat atau pasen harus dajar bagamana duduk, berdr, berbarng, dan mengangkat barang yang berat dengan benar. Perawat yang basa menggunakan sepatu bertumt tngg danjurkan untuk menggantnya dengan yang bertumt rendah (Brunner and Suddarth, 2002). Perawat yang terpaksa harus berdr lama, harus seserng mungkn memndahkan beban dan harus mengstrahatkan salah satu kak pada pjakan rendah, yang dapat mengurang lordoss lumbal. Postur yang benar dapat dlhat melalu cermn untuk melhat apakah dada sudah membusung dan perut mengemps. Mengunc lutut saat berdr harus dhndar, begtu pula membungkuk kedepan untuk waktu yang lama.bla pasen atau

14 perawat duduk, lutut dan pnggul harus menekuk, dan lutut harus sama atau lebh tngg dar pnggul untuk memnmalkan lordoss. Kak harus datar pada lanta punggung perlu dsanggah. Faktor-faktor rsko lan yang turut mempengaruh tmbulnya low back pan antara lan umur, jens kelamn, Indeks Massa Tubuh (IMT), jens pekerjaan, dan masa kerja. Kebasaan sehar-har yang dapat merupakan faktor rsko untuk terjadnya LBPantara lan kebasaan merokok, mengkonsums alkohol, olahraga, dan aktvtas rumah tangga sehar-har sepert berkebun, membershkan rumah, mencuc, dan menjaga anak. Merokok maupun mengkonsums alkohol dapat menyebabkan LBPoleh karena dduga terjad vasokonstrks pembuluh darah pada jarngan lunak. Pasen atau perawat sebaknya tdur dalam poss mrng dengan lutut dan pnggul dtekuk, atau terlentang dengan lutut dsanggah dalam poss fleks. Harus dhndar tdur lungkup. Pasen atau perawat dnstrukskan dengan cara yang benar mengangkat bendamenggunakan otot kuadrseps paha yang kuat dengan menggunakan otot punggung yang lemah secara mnmal. Dengan kak dposskan sedemkan rupa sehngga merupakan dasar yang luas sebaga penyokong. Perawat harus menekuk lutut, mengencangkan otot-otot abdomen dan mengangkat benda sedekat mungkn ketubuh dengan gerakan yang halus, hndar memutr dan menyendal. Pasen atau perawat harus dnstrukskan untuk mengenakan korset untuk menyanggah punggung bla a perlu mengangkat berulang kal dan harus menhndar mengangkat beban lebh dar sepertga berat badannya tampa bantuan. Orang yang pekerjaannya harus mengangkat beban berat sebaknya menggunakan alat pnggang kult lebar (kat pnggang trokhanter) untuk mengurang ketegangan pada punggung (Brunner and Suddarth, 2002). 1. Prnsp Mekanka Tubuh Prnsp yang dgunakan dalam mekanka tubuh adalah sebaga berkut:

15 a. Gravtas. Merupakan prnsp pertama yang harus dperhatkan dalam melakukan mekanka tubuh dengan benar, yatu memandang gravtas sebaga sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tga faktor yang perlu dperhatkan dalam gravtas: 1) Pusat gravtas (center of gravty), ttk yang berada dpertengahan tubuh 2) Gars gravtas (lne of gravty), merupakan gars magner vertkal melalu pusat gravtas. 3) Dasar tumpuan (base of sopport), merupakan dasar tempat seseorang dalam poss strahat untuk menopang/menahan tubuh (Almul, 2009) b. Kesembangan dalam penggunaan mekanka tubuh dcapa dengan cara mempertahankan poss gars gravtas dantara poss gravtas dan dasar tumpuan. c. Berat dalam menggunakan mekanka tubuh yang sangat dperhatkan adalah berat badan atau bobot benda yang akan dangkat karena berat benda akan mempengaruh mekanka tubuh. 2. Pergerakan Dasar Dalam Mekanka Tubuh Mekanka tubuh merupakan bagan dar kebutuhan aktvtas manusa. Sebelum melakukan mekanka tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus dperhatkan, dantaranya: a. Gerakan (ambulatng)gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan kesembangan tubuh. Sebag contoh, kesembangan pada saat orang berdr dan saat orang berjalan akan berbeda. Orang yang berdr akan lebh mudah stabl dbandngkan dengan orang yang berjalan, karena pada poss berjalan terjad perpndahan dasar tumpuan dar ss satu kess lan dan pusat gravtas selalu berubah pada poss kak. Pada saat berjalan terdapat dua fase, yatu fase

16 menahan berat dan fase mengayun, yang akan menghaslkan gerakan halus dan berrama. b. Menahan (squattng). Dalam melakukan pergantan, poss menahan selalu berubah. Sebaga contoh, poss orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok, dan tentunya juga berbeda dengan poss membungkuk. Gravtas adalah hal yang perlu dperhatkan untuk memberkan poss yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangan dperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelanan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dlakukan. c. Menark (pullng). Menark dengan benar akan memudahkan untuk memndahkan benda. Terdapat beberapa hal yang perlu dperhatkan sebelum menark benda, dantaranya ketnggan, letak benda (sebalknya berada d depan orang yang akan menark), poss kak tubuh dalam menark (sepert mencondong kedepan dar panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas d bawah pusat gravtas pasen, lengan atas dan sku dletakkan pada permukaan tempat tdur, pnggul, lutut, dan pergelangan kak dtekuk, lalu lakukan penarkan. d. Mengangkat (lftng). Mengangkat merupakan cara pergerakan gaya tark. Gunakan otot-otot besar dar tumt, paha bagan atas, kak bagan bawah, perut, dan pnggul untuk mengurang rasa sakt pada daerah tubuh bagan belakang. e. Memutar (pvotng). Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang bak memerhatkan ketga unsur gravtas dalam pergerkan agar tdak memberkan pengaruh buruk pada postur tubuh (Almul, 2009). 3. Fsolog Sstem Pergerakan Aktvtas motork dar funs sstem pergerakan datur oleh saraf, tulang, send dan otot yang terbentuk salng menunjang dalam suatu kerja sama untuk melakukan

17 suatu kegatan atau pergerakan. Aktvtas volunter drencanakan oleh otak dan perntah dkrm ke otot melalu sstem pramdal yang berhubungan dengan gerakan dan skap (Syafuddn, 2009). a. Gerakan Pengungkt Gaya yang dhaslkan suatu otot tergantung pada banyak serabut otot, semakn banyak serabut otot, semakn banyak serabut otot semakn besar gaya yang dapat dhaslkan. Penampang anatom suatu otot tegak lurus pada panjang otot besar. Gaya dapat dhaslkan melalu penampang dan serabut otot. Jka lengan dangkat kedepan maka bagan kranal sumbu rotas akan bergerak kebelakang dan skap lengan akan menghaslkan endorotas kerja otot sebaga pengungkt send yang merupakan ttk penyokong. Tga macam pengungkt yang dgunakan djelaskan dbawah n. 1) Ttk penyokong, terdapat dantara gaya dan beban yang mempunya arah yang sama, msalnya gaya pada otot tengkuk ttk berat kepala terdapat ddepan sumbu gerak. 2) Beban dan gaya, terdapat pada ss yang sama terhadap ttk penyokong. Arah beban dan gaya bertentangan msalnya mengnjak kak dtanah. Otot jantung kak bernsers pada tuber kalkaneus, berat badan pada tungka bawah menekan talus. 3) Badan dan gaya terdapat ss yang sama terhadap ttk penyokong. Arah gaya dan badan bertentangan. Lengan atas lebh pendek darpada lengan bawah d mana gaya berupa otot ketul muskulus brakhals menahan berat lengan bawah. Bentuk lengung tulang: mempunya bentuk tertentu yang merupakan bentuk kesembangan, tulang belakang tdak lurus tap mempunya beberapa melengkung. Pada bay, lengkungan n belum ada. Lengkungan n mula tmbul setelah bay mengankat kepala, melhat kedepan dan pada waktu bay mula duduk. Dengan tegaknya badan manusa terbentuklah suatu sudut dantara os sakrum dan tulang

18 belakang bagan pnggang. Ttk berat seluruh batang badan terdapat pada pnggang sehngga badan harus dpkul oleh tungka. Lengkung leher menahan kepala (Syafuddn, 2009). b. Gerakan kolumna vertebrals Gerakan masng-masng kolumna vertebrals tdak terlalu besar, tetap jumlah gerakan-gerakan yang sedkt menyebabkan tulang belakang dapat bergerak dengan leluasa. Kolumna vertebrals memlk send peluru dan sekellngnya yang mempunya tga sumbu gerakan (antefleks, retrofleks, laterofleks) dan sumbu lntang. Gerkan tulang menmbulkan tekanan dalam bentuk kesembangan sehngga gerak dbatas dan datur oleh tulang belakang. Lengkung leher menahan kepala. 1) Bagan Leher: fases artkulas merupakan bdang datar yang membentuk sudut 45 0 dan membuka kedepan.letak permukaan send semacam n memberkan gerakan yang luas segala arah. 2) Bagan Punggung: merupakan tabung sumbu yang terdapat dbagan belakang korpus vertebra, yang memberkan gerakan yang luas bag gerakan badan. Laterofleks tdak mendapat halangan dar prosesus artkulas. Laterofleks pada tulang belakang tanpa ga dapat melakukan banyak gerak sehngga daerah punggung jad terbatas karena dbatas oleh ruas tulang ga. 3) Bagan Pnggang: letak permukaan send memungknkan sedktnya gerakan sektar badan, sebalknya antefleks dan retrofleks terhalang sehngga gerakan luar sekal dbagan pnggang. Dsampng tu juga dlakukan laterofleks batang badan. Tulang belakang merupakan suatu tang yang melengkung pada bagan tengah (daerah punggung) dan lurus pada kedua ujungnya. Sebalknya pada retrofleks lordoss vertkal dan lordoss (cekungan tulang) lumbal, sedangkan kfoss torakal merata sehngga kolumna vertebrals merupakan tang lurus dtengah dan melengkung pada kedua ujungnya.

19 c. Gerakan send kepala: gerakan-gerakan send kepala tdak akan berlangsung terpsah-psah pada send masng-masng dan umumnya gerakan-gerakan tu dserta gerakan tulang-tulang belakang bagan leher. Jka dalkukan perputaran keluar, perputaran n akan dkut oleh suatu gerakan mrng kepala kesampng kearah yang berlawanan. Msalnya perputaran kepala kekanan akan dkut oleh gerakan mrng kepala kekr. Karena perputaran tekanan lgamentum kr akan teregang, maka untuk mengurang tegangan tu kepala akan dmrngkan kekr sehngga lgamentum kr akan melemas (Syafuddn, 2009). d. Gerakan Anggota Badan Atas Gerakan mengangkat lengan keatas tdak dapat dlakukan oleh send bahu saja, tetap dbantu oleh pada send bahu, otot dada, dan otot panggung. Gerakan skapula memutar kedepan, ke sampng, dan ke belakang yang dhaslkan oleh muskulus trapezus dan muskulus serratus anteror. Gerakan lengan bawah: lengan yang dkepalkan keatas sumbu gerak fleks dan ekstens dapat dlakukan sampa sudut bdang sagtal Hambatan tegangan otot ketul bagan depan dan tahanan olekranon pada fossa olekran hemur. Gerakan pronas dan supnas: kaptulun rad berputar dalam cncn yang dbentuk oleh lgamentum rad, gerakan lengan dkut oleh gerakan artkulaso humeroradals. Gerakan jar: jar dapat dgunakan untuk memengan dengan bak benda yang kecl sekalpun mempunya gerakan oposs dar kelma jar tangan yang bekerja dengan bak (Syafuddn, 2009). e. Gerakan Anggota Badan Bawah Berat badan yang membeban os sakrum mencoba untuk menekan bagan atas tulang kedepan kearah bawah bagan belakang atas. Akbat tekanan berat badan putaran os sekrum dhalang oleh kat-kat yang terdapat sektar artkulaso sakrolaka. Lgamentum sakrolaka anteror dan lgamentum leolumbals mencegah putaran as sakrum bagan atas kedepan, sedangkan lgamentum sakrotuberosum dan sakrospnosum mencegah berputarnya bagan bawah kebelakang.

20 Lengkung penerusan gaya, mencoba untuk mendorong asetabulum dan dndng lateral punggung kearah sampng dan mencoba untuk meregangkan kedua os koksae. Gaya n akan dlawan oleh sebuah gaya yang berjalan melalu ramus superor osss pubs(arkus pubs) oleh kat-kat pada smfss osseum pubs. Pada skap duduk, berat badan dteruskan oleh os sakrum melalu artkulaso sakrolaka kedua os koksae, terus ke tuberosa skadka. Lengkungan n dnamakan arkus sakroskadkus. Gerakan utama yang dapat dlakukan pada send adalah fleks dan ekstens tungka bawah, tetap pada bagan bawah tertentu dapat dlakukan suatu rotas. Rotas n dapat berlangsung pada tungka bawah jka tungka bawah dketulkan makn lama akan semakn makn kecl permukaan kondlus fomarals yang bertemu dengan fases artkulars proksmals femorals tba karena kondlus femorals dbelakang semakn melengkung. Apabla tungka dluruskan maka dengan sendrnya endorotas tungka atas dan tungka bawah dfksas rotas pengunc. Tungka hanya dapat dketulkan jka pada permulaan pengetulan, dlakukan rotas terlebh dahulu dalam arah yang sebalknya (Syafuddn, 2009). f. Skap Mekanka Badan a) Skap basa, pada skap n kemrngan panggul badan berada dalam keadaan labl karena ttk berat badan letaknya datas sumbu lntang melalu kedua artkulaso koksae yang merupakan ttk penyokong badan. Ttk berat badan dan sumbu lntang terletak dalam satu bdang frontal atau sama dengan pertengahan send kepala, send bahu, send lutut, dan send loncat bagan atas. Pada skap n tdak ada otot yang bekerja karena badan sudah berada dalam keadaan sembang. b) Skap strahat: ttk berat terletak dbelakang sumbu lntang pangka paha. Gars berat berjalan dbelakang artkulaso koksae ddepan artkulaso genu dan memotong kak pada tempat tertngg dar talus. Pada artkulaso genu kedua tulang paha bagan depan permukaan send kondlus femorals bertemu dengan

21 kondlus tba. Pada skap n, tdak ada otot yang bekerja karena berat badan dgantungkan pada lgamentum lo femorals. Jarngan kat n menahan berat badan. c) Skap mlter: pada skap n panggul dputar kedepan dan angulus lumbosakrals mengecl. Ttk berat badan terdapat ddepan sumbu lntang pangkal paha. Gars berat berjalan ddepan artkulaso koksae, artkulaso genu, dan artkulaso krusrs, kesembangan tercapa karena kontraks otot gluteus maksmus askhokrurs dan otot-otot ketulang tungka bawah (Syafuddn, 2009). d) Mekanka jalan Gerakan jalan dar skap berdr tegak pada kedua kak dmula dengan pemndahan berat badan ke satu kak. Antefleks tungka kr dlakukan oleh muskulus leopsoas dan muskulus rektus femorals dengan demkan kak akan terangkat dar tanah. Ttk berat bergerak ke depan sehngga tdak terdapat lag d atas salah satu kak. Akbatnya badan jatuh ke depan dan bersamaan dengan n terjad planto fleks kak oleh kontraks muskulus bseps femors dan tumt terangkat dar tanah. Dengan demkan ttk berat yang tadnya turun akan nak kembal. e) Mekanka Lar Pada dasarnya gerakan lar sama dengan gerakan jalan. Pada pergerakan jalan selalu terdapat satu tungka berpjak pada tanah, tetap pergerakan lar terdapat saat saat dmana kedua kak seseorang terlepas dar tanah.

22 Gambar 1.2. Mekanka berjalan Perawat merupakan salah satu pekerjaan yang dlakukan dalam poss berdr, membungkuk dserta poss stats. Pekerjaan n mempunya resko besar menmbulkan nyer punggung bawah. Pada dasarnya berdr akan lebh melelahkan darpada duduk dan energ yang dkeluarkan untuk berdr lebh banyak 10% - 15% dbandngkan dengan duduk. Skap kerja tdak alamah n pada umumnya karena karakterstk tuntutan tugas, alat kerja dan stasun kerja tdak sesua dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Tarwaka, 2004). Faktor lan yang dapat mempengaruh tmbulnya gangguanlbpmelputkarakterstk ndvdu msal BMI, tngg badan, kebasaan olah raga, masa kerja (Haranto,2010). Sedangkan dar alat kerja yatu ketnggan meja kerja. Ketnggan landasan kerja poss berdr ddasarkan pada ketnggan sku berdr. Desan stasun kerja berdr, banyak menjangkau, membungkuk atau melakukan gerakan dengan poss kepala yang tdak alamah harus dmnmalkan dengan desan yang ergonom (Tarwaka,2004). Poss kerja erat katannya dengan ergonoms kerja. Ergonoms yang merupakan pendekatan mult dan nterdspln yang berupaya menyeraskan alat, cara dan lngkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan tenaga kerja sehngga tercpta konds kerja yang sehat, selamat, aman, dan efsen (Grandjean, 1988 dalam Tarwaka, 2004). Pekerjaan dengan poss berdr merupakan salah satu bentuk postur yang tdak nyaman dan termasuk bahaya ergonom (Marras, 2006). Gatam (2006) yang menyebutkan bahwa nyer punggung palng serng dsebabkan karena terlalu lama berdr, skap berdr yang tdak terlalu tepat, postur tubuh yang tdak deal, aktvtas yang berlebhan, serta trauma. Marras (2006) yang menyebutkan bahwa poss membungkuk menyebabkan otot lebh tegang. Oleh karena orang yang bekerja dengan poss membungkuk membutuhkan

23 ketahanan otot yang besar, hal n menyebabkan pembebanan pada tulang belakang menjad lebh besar dan menngkatkan rsko nyer punggung bawah. Perawat yang bertugas d Intensve Cardac Care Unt (ICCU) dan Intensve Care Unt (ICU)serngkal menggunakan poss berdr dan membungkuk pada waktu yang lama dserta penggunaan lengan atas, lengan bawah yang menggantung serta poss leher menekuk kedepan. Tngkat beban musculoskeletal tergantung pada poss kerja, semakn membungkuk maka rsko terjadnya LBP akan menngkat. Mekank dan kesembangan tubuh dapat dpertahankan karena adanya nteraks antara berbaga refleks yang kompleks dan mengkutsertakan tga proses. 1. Skap statk/skap tonk skap berdr d atas kedua ka dcapa melalu dua fksas persendan oleh kontraks smultan otot ekstensor dan fleksor. Untuk mempertahankan skap stats yang optmal, dperlukan keutuhan korteks serebr dan basal gangla, refleks medula spnals saja tdak cukup untuk membentuk skap berdr yang bak. Peran neuron motork dan eferon gamma pada tonus otot serta pengaturan refleks regang dpegang oleh pusat supraspnal. Untuk membentuk skap dengan tonus otot yang normal mnmal dbutuhkan bagan depan mdbran, sedangkan untuk reaks yang kuat, postf, dan negatf membutuhkan keutuhan bagsal gangla dan korteks serebr. 2. Koreks terhadap perubahan kecl pada poss tubuh. Merupakn rentetan respon yang tmbul akbat perubahan poss tubuhyang dsebut rghtng reflex. Refeks yang ntegrasnya terjad pada mdbran berguna untuk mempertahankan poss berdr yang normal dengan kepala tetap tegak. 3. Pemelharaan skap pada saat melakukan gerakan Statoknetk refleks berfungs untuk mempertahankan skap tubuh pada waktu melakukan gerakan sehngga dstrbus beban merata dan otot otot berada dalam keadaan sembang sesua dengan gerakan yang bersangkutan. 4. Pengaturan Gerak Dan Mekanka

24 Neuron n dpengaruh oleh mpuls mpuls dar berbaga tngkat susunan saraf pusat dar segmen medula spnals yang sama maupun yang lebh tngg melalu nterneuron atau sstem eferon ke muscle spndle kembal ke medula spnals melalu aferen. Semua masukan mpuls dar berbaga tngkat susunan saraf pusat (medula spnals, medula oblongatadan korteks serebr) akan mengatur skap tubuh dan memungknkan terjadnya gerak yang terkoordnas. Berbaga masukan mata motork neuron akan menghaslkan tga aktvtas dasar motork. a. Gerak terampl atas kemauan. b. Penyesuaan skap tubuh yang mendasar gerakan. c. Koordnas gerak otot menghaslkan gerak halus dan tepat. Mekansme ekstrapramdal berhubungan dengan skap mengalam ntegras pada berbaga tngkat susunan saraf pusat, sepanjang perjalanannya respon motork yang rumt akan dntegraskan pada tngkat susunan saraf pusat yang tngg dengan persarafan yang rumt. Dperlhatkan bahwa neuron talamk yang merespon terhadap rotas send ada dua macam: (1) neuron yang secara maksmal terangsang bla send dputar dengan sempurna dan (2) neuron yang secara maksmal terangsang bla send dputar mnmal. Selanjutnya, nterstas ekstens neuron berubah datas sudut 40 sampa 60 derajat putaran. Ternyata, untuk masng-masng reseptor send, setap respon n hanya member 20 sampa 30 derajat putaran, dan sudut putaran maksmum untuk perangsangan n serng kal berada dalam tngkat menengah gerakan dbandngkan pada satu atau putaran ekstrem lannya (Guyton dan Hall,1997). Jad, sewaktu snyal-snyal yang berasal dar reseptor ndvdual dalam send sampa d neuron talamk, sudah dntegraskan dalam ruang yang semestnya, n memperhatkan beberapa tngkat pengolahan snyal bak dmedula spnals maupun dtalamus (Guyton dan Hall,1997). C. Hubungan Mekanka Tubuh Dengan Resko Terjadnya Low Back Pan

25 Keluhan LBPserng terjad dalam kehdupan sehar-har dan dapat menyerang semua orang, jens kelamn, usa, ras, status penddkan dan profes. LBPadalah suatu sndroma nyer yang terjad pada daerah punggung bagan bawah dan merupakan work related musculoskeletal dsorders. Penyebab LBPyang palng umum adalah keregangan otot atau postur tubuh yang tdak tepat. Hal-hal yang dapat mempengaruh tmbulnya LBPadalah kebasaan duduk, bekerja membungkuk dalam waktu yang relatf lama, mengangkat dan mengangkut beban dengan skap yang tdak ergonoms, tulang belakang yang tdak normal, atau akbat penyakt tertentu sepert penyakt degeneratf (Wdyastut,2009). Aktvtas sehar-har yang menuntut banyak gerak ke depan maupun membungkuk dbandng ke belakang, duduk, berdr terlalu lama atau postur batang tubuh lannya yang janggal akan mengakbatkan nyer pnggang non spesfk (Haranto, 2010). Poss kerja yang stats juga merupakan penyebab LBP.Menurut Grandjean (1988) dan Pheasant (1991) skap kerja yang stats dalam jangka waktu yang lama lebh cepat menmbulkan keluhan pada sstem muskuloskeletal. Seorang perawat yang sedang merawat luka akan cenderung dalam poss membungkuk dan stats. Apabla hal n dbarkan terus menerus dan tdak memperhatkan faktor-faktor ergonom akan lebh mudah menmbulkan keluhan LBP. Poss kerja yang stats juga merupakan penyebab LBP.Menurut Grandjean (1988) dan Pheasant (2001) skap kerja yang stats dalam jangka waktu yang lama lebh cepat menmbulkan keluhan pada sstem muskuloskeletal. Poss yang tdak ergonoms atau mekanka tubuh yang tdak bak merupakan salah satu penyebab terjadnya LBP(Maher, Salmond & Pellno, 2002).Adnan (2002) menjelaskan ada hubungan yang bermakna antara faktor rsko skap tubuh membungkuk dengan sudut derajat (fleks sedang) dengan LBP.Salah satu skap perawat yang penelt observas dan bersko untuk terjadnya LBPbla dlakukan tdak secara ergonoms adalah waktu mengangkat pasen. Hal n sejalan dengan yang dkemukakan oleh

26 Rahayu (2004) bahwa pekerjaan perawat yang dapat mengakbatkan kemungknan tmbulnya keluhan LBPadalah kegatan memandkan, mengangkat pasen, melakukan gant balutan luka, merubah poss pasen dan melakukan pengukuran urne.mekanka Tubuh yang benar yatu : a. Berdr Hndar berdr dan berjalan lama, bla harus berdr lama, strahatkan salah satu kak pada pjakan kecl atau kotak untuk mengurang lordoss lumbal dan hndar poss kerja membungkuk kedepan. Pengkajan poss berdr dlakukan dengan cara menganjurkan pasen pada poss berdr, kepala tegak dan mata menghadap lurus kedepan. Bla damat dar belakang bahu dan pnggul harus lurus dan sejajar. Amat vertebra kolumna, apabla dar arah sampng kepala tegak lurus dan tulang belakang dluruskan dengan bentuknya sepert huruf S, vertebra servkal melengkung kedepan dan vertebra lumbal melengkung kedepan, kak dtempatkan sedkt terpsah untuk mencapa dasar dar topang dan bu jar menunjuk kedepan dan apabla damat dar depan dan apabla damat dar depan berada pada gars tengah vertkal. Apabla poss tdak sesua dengan poss berdr yang benar, maka dapat ddentfkas adanya gangguan otot/ tulang (Azz Almul, 2009). b. Duduk Stres pada punggung akan lebh besar pada poss duduk dar pada poss berdr dan hndar duduk untuk terlalu lama. Duduk pada kurs dengan punggung tegak dengan dukungan punggung yang memada. Pergunakan pjakan kak untuk memposskan lutut lebh tngg dar pnggul bla perlu. Hlangkan rongga pada punggung dengan cara duduk dengan poss bokong kedepan hndar ekstes lutut dan pnggul. Ketka mengendara mobl, dorong kurs kedepan mungkn agar terasa nyamanserta pertahankan penyanggah punggung dan lndung terhadap regangan terhadap ekstens-merah, mendorong, duduk dengan tungka lurus dan gant-gant waktu duduk dengan berjalan (Brunner and Suddarth, 2002).

27 c. Berbarng Istrahat pada waktu-waktu tertentu, karena kelelahan menyebabkan spasme otot punggung, letakan papan keras dbawah kasur dan hndar tdur terlungkup ketka berbarng pada salah satu ss, letak sebuah bantal dbawah kepala dan sebuah lag antara kedua tungka, yang harus dflekskan pada pnggul dan lutut. Ketka terlentang, gunakan sebuah bantal dbawah lutut untuk mengurang lordoss (Brunner and Suddarth, 2002). d. Mengangkat Saat mengangkat barang, jaga agar punggung tetap lurus dan angkat beban sedekat mungkn dengan tubuh. Angkat dengan otot tungka besar, bukan dengan otot punggung. Lndung punggung dengan korset penyanggah punggung ketka mengangkat barang. Jongkok dan pertahankan punggung tetap lurus bla perlu mengambl sesuatu d lanta. Hndar memutr batang tubuh dan mengangkat datas pnggang dan menjangkau sesuatu untuk waktu yang lama. Gambar 1.4. Mekanka Saat Mengangkat Poss yang tdak ergonoms dan aktvtas tubuh yang kurang bak merupakan salah satu penyebab terjadnya LBP(Maher, Salmond & Pellno, 2002). Adnan (2002) menjelaskan ada hubungan yang bermakna antara faktor rsko skap tubuh membungkuk dengan sudut derajat (fleks sedang) dengan LBP. Salah satu skap perawat yang penelt observas dan bersko untuk terjadnya LBPbla dlakukan tdak secara ergonoms adalah waktu mengangkat pasen. Hal n sejalan dengan yang dkemukakan oleh Rahayu (2004) bahwa pekerjaan perawat yang dapat mengakbatkan kemungknan tmbulnya keluhanlbpadalah kegatan memandkan, mengangkat pasen, melakukan gant balutan luka, merubah poss pasen dan melakukan pengukuran urne, adapun faktor-faktor yang mempengaruh mekanka tubuh alah:

28 a. Status kesehatan. Perubahan status kesehatan dapat menmbulkan keadaan yang tdak optmal pada organ atau bagan tubuh yang mengalam kelelahan atau kelemahan sehngga dapat memengaruh pembentukan postur. Hal n dapat djumpa pada orang sakt yang banyak mengalam ketdaksembangan dalam pergerakan. b. Nutrs merupakan bahan untuk menghaslkan energ yang dgunakan dalam membantu proses pengaturan kesembangan organ, otot, tendon, lgamen, dan persendan. Apabla status nutrs kurang, kebutuhan energ pada organ tersebut akan berkurang sehngga dapat memenuh proses kesembangan. c. Emos dapat menyebabkan kurangnya kendal dalam menjaga kesembangan tubuh. Hal tersebut dapat mempengaruh proses koordnas otot, lgamen, send, dan tulang. d. Gaya hdup. Perlaku gaya hdup dapat membuat seseorang menjad lebh bak atau bahkan sebalknya menjad buruk. Seseorang yang memlk gaya hdup yang tdak sehat, msalnya selalu menggunakan alat bantu dalam melakukan kesatan seharhar, dapat mengalam ketergantungan sehngga postur tubuh tdak berkembang bak. e. Perlaku dan nla. Adanya perubahan perlaku dan nla seseorang dapat mempengaruh pembentukan postur. Sebaga contoh, perlaku dalam membuang sampah dsembarang tempat dapat mempengaruh proses pembentukan postur tubuh orang lan yang berupaya untuk selalu bersh dar sampah. D. Kerangka Konsep Varabel ndependen Mekanka Tubuh Perawat Skema 2.1 Kerangka Konsep Peneltan Varabel Dependen Resko Terjadnya Low Back Pan(LBP) Varabel confoundng Umur Jens kelamn Berat badan Lama kerja

29 E. Hpotesa Ha : Ada Hubungan yang sgnfkan antara mekanka tubuh dengan resko terjadnya Low Back Pan (LBP) Pada perawat pelaksana d Rumah Sakt Umum Dr. Prngad Medan Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low Back Pan(LBP) merupakan salah satu gangguan muskuloskletal akbat kerja palng serng dtemukan.nyer juga bsa menjalar kedaerah lan sepert punggung bagan atas dan pangkal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

APLIKASI INTEGRAL TENTU

APLIKASI INTEGRAL TENTU APLIKASI INTEGRAL TENTU Aplkas Integral Tentu థ Luas dantara kurva థ Volume benda dalam bdang (dengan metode cakram dan cncn) థ Volume benda putar (dengan metode kult tabung) థ Luas permukaan benda putar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu kambng merupakan suatu produk yang memlk nla manfaat tngg bag kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu merupakan sumber gz yang palng lengkap sekalgus palng

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak

BAB I PENDAHULUAN. melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan lmu pengetahuan dan teknolog dalam bdang ndustr d Indonesa berkembang dengan pesat, sehngga menghaslkan mesn dan alat-alat canggh yang berguna sebaga alat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. awal dengan pemberian latihan dan pemberikan tes akhir yang kemudian melihat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. awal dengan pemberian latihan dan pemberikan tes akhir yang kemudian melihat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode peneltan Metode peneltan yang dlakukan adalah metode ekspermen melakukan tes awal dengan pemberan lathan dan pemberkan tes akhr yang kemudan melhat penngkatan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

ILMU KOMUNITAS MUNTABER

ILMU KOMUNITAS MUNTABER ILMU KOMUNITAS MUNTABER Dosen pembmbng : M. Zul Azhr., S.KM., M.Kes. Oleh Kelompok 2 : 1. Alra Ajzah D (141.0008) 2. Beranata Ayu P (141.0026) 3. Cndy Ayu P (141.0028) 4. Dens Arnda P (141.0030) 5. Dnda

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan merupakan faktor resiko gangguan pada fetal outcome dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan merupakan faktor resiko gangguan pada fetal outcome dan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema pada bu haml merupakan masalah kesehatan Anema pada kehamlan merupakan faktor resko gangguan pada fetal outcome dan memlk komplkas yang menngkatkan maternal dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perencanaan Pada perencanaan struktur, perlu dlakukan stud lteratur untuk mengetahu hubungan antara fungsonal gedung dengan sstem struktural yang akan dgunakan,

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk BAB TNJAUAN PUSTAKA Pengertan Gelombang Buny (Akustk) [ 3, 4, -S, 6, 7, S] Gelombang buny adalah gelombang yang drarnbatkan sebaga gelombang mekank longtudnal yang dapat berjalan dalam medum padat, car

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN. (Nuryanto, ST., MT)

MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN. (Nuryanto, ST., MT) MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN (Nuryanto, ST., MT) Ukuran Statstk Ukuran Statstk : 1. Ukuran Pemusatan Bagamana, d mana data berpusat? Rata-Rata Htung = Arthmetc Mean Medan Modus Kuartl, Desl, Persentl.

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perancangan Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA Perancangan Percobaan 4 TINJAUAN PUSTAKA Perancangan Percobaan Perancangan percobaan adalah suatu metode yang efsen untuk merancang suatu percobaan sehngga data yang dperoleh dapat danalss untuk menghaslkan suatu kesmpulan.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Respons Kemanusiaan UNICEF

Respons Kemanusiaan UNICEF Respons Kemanusaan UNICEF TUJUAN PEMBELAJARAN Memaham mandat UNICEF Mendefnskan elemen-elemen yang menjad acuan bag aks kemanusaan UNICEF Memaham kerangka kerja global untuk aks kemanusaan terhadap anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci