Ikatan Ahli Teknik Perminyakan indonesia. Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ikatan Ahli Teknik Perminyakan indonesia. Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009"

Transkripsi

1 Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simosium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009 Makalah Profesional IATMI Pengaruh Laju Alir Fluida ada Otimasi Diameter Pia Transmisi Minyak Titik Tuang Tinggi Oleh: Darmadi 1,3, L. Mucharam 1,3, K.A. Sidarto 2,3, A. Akbar 3, Z. Manan 1,3, G.T. Paska 2,3, Bernard 2,3, R. Soewarno 4, T.S. Asikin 4, L. Gandaatmadja 4, Mudjiono 4 1 Program Studi Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung 2 Program Studi Matematika Institut Teknologi Bandung 3 Research Consortium OPPINET Institut Teknologi Bandung 4 BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu Abstrak Pada oerasi roduksi di laangan minyak, kadang dijumai masalah dimana minyak yang dihasilkan memunyai titik tuang tinggi. Transortasi minyak yang memunyai titik tuang tinggi melalui ia, memerlukan erhatian lebih karena minyak bisa mengalami enggumalan akibat erindahan anas dari minyak ke lingkungan. Mucharam dan Tobing [6] mengembangkan sebuah ersamaan yang daat digunakan untuk memrediksi enurunan tekanan dan temeratur aliran fluida, yang terdiri dari camuran minyak dan air, dalam ia. Persamaan tersebut berbentuk imlisit dimana arameter tekanan dan temeratur fluida saling memengaruhi. Salah satu cara untuk mengatasi enurunan temeratur fluida adalah dengan memasang alat emanas di seanjang ia. Leksono Mucharam dkk [4] menambahkan sebuah ersamaan untuk memodelkan kenaikan temeratur fluida akibat emasangan alat emanas. Pada enelitiannya, Leksono Mucharam dkk juga telah mengamati bahwa makin besar diameter ia makin kecil enurunan tekanan dan makin besar enurunan temeratur. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati engaruh laju alir fluida terhada enurunan tekanan dan temeratur. Dengan mengetahui besarnya enurunan tekanan dan temeratur untuk berbagai kondisi laju alir fluida, maka daat ditentukan diameter ia otimum yang digunakan untuk transmisi minyak titik tuang tinggi. Beberaa erubahan juga dilakukan terhada model yang digunakan Leksono Mucharam dkk, antara lain dengan mengubah korelasi sifat-sifat fluida yang digunakan. Korelasi yang baru didasarkan ada engelomokan data sifat-sifat fluida yang sudah terublikasi berdasarkan rentang temeratur yang ada. Perubahan lain adalah erhitungan heat caacity minyak menggunakan korelasi Gambill. Satu contoh kasus hiotetik disimulasikan untuk mengetahui hasil erubahan model yang dilakukan dan mengetahui angaruh laju alir fluida ada enurunan tekanan dan temeratur aliran. Hasilnya menunjukkan bahwa model yang baru lebih mendekati hasil erhitungan software komersial. Selain itu juga ditemukan adanya engaruh laju alir fluida terhada enurunan tekanan dan temeratur aliran yang akan berdamak ada emilihan diameter ia yang otimum. Pendahuluan Transortasi minyak dari sumur roduksi menuju stasiun engumul dan dari stasiun IATMI

2 engumul menuju exort station meruakan salah satu hal yang aling enting dalam industri erminyakan. Sumur-sumur roduksi biasanya memiliki jarak yang cuku jauh antara sumur yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, akan lebih efektif jika dibangun satu atau beberaa stasiun engumul untuk beberaa laangan roduksi. Pada kasus ini, transortasi minyak menggunakan ieline meruakan salah satu alternatif terbaik untuk mengirim minyak dari laangan roduksi menuju stasiun engumul dan dari stasiun engumul menuju exort station. Untuk minyak yang memiliki titik tuang rendah, transortasi minyak dari sumur roduksi menuju stasiun engumul dan dari stasiun engumul menuju exort station relatif sederhana karena kondisi aliran daat diasumsikan isotermal, yaitu kondisi temeratur yang sama seanjang aliran ia. Akan tetai, ada aliran minyak yang memiliki titik tuang tinggi, transortasi minyak menggunakan ieline akan komleks, karena alirannya tidak isotermal. Temeratur minyak akan turun di seanjang aliran ia karena adanya transfer anas dari minyak ke lingkungan. Temeratur akan turun samai di bawah titik tuang minyak dan akan menyebabkan aliran minyak terhenti akibat minyak berubah menjadi arafin. Agar minyak daat ditransortasikan dengan aman dari sumur roduksi menuju stasiun engumul kemudian ke exort station, maka temeratur minyak harus senantiasa berada di atas titik tuangnya. Salah satu cara untuk memertahankan temeratur minyak teta di atas titik tuangnya adalah dengan emasangan alat emanas. Bagi oerator laangan minyak yang memiliki titik tuang tinggi, analisa yang baik mengenai masalah enurunan tekanan dan temeratur di seanjang aliran dalam sistem jaringan ia akan sangat membantu dalam memerkirakan ukuran diameter ia, daya oma serta jumlah anas yang dibutuhkan dan lokasi sistem emanas untuk memastikan minyak akan mengalir ke temat tujuan tana mengalami embekuan, sehingga ada akhirnya dieroleh sistem transortasi minyak titik tuang tinggi yang aling ekonomis. Metode Profil Tekanan dan Temeratur Model Perhitungan Penurunan Tekanan dan Temeratur.Model yang akan dikembangkan dalam enelitian ini bersifat non-isothermal. Artinya, erubahan temeratur fluida alir akibat transfer anas dengan lingkungan menjadi faktor yang enting dan menjadi bagian yang tak terisahkan dengan faktor enurunan tekanan dalam engembangan model untuk kasus aliran fluida dalam sistem jaringan ia transmisi minyak titik tuang tinggi. Dengan mengasumsikan bahwa aliran camuran fluida dalam ia adalah steady-state, ersamaan distribusi tekanan dalam ia daat diturunkan dari ersamaan kesetimbangan energi. Dalam bentuk imlisit, rofil tekanan daat dituliskan sebagai berikut P0 P ρm L sinα ρ f Q L m m = 0 5 D (1) Persamaan rofil temeratur juga diturunkan dari ersamaan kesetimbangan energi. Dengan mengabaikan Joule-Thomson effect dan tidak melibatkan arameter molecular weight, ersamaan rofil temeratur daat dirumuskan sebagai berikut C1 Tot = Tin Ts + ex ( C2 ΔL 5280 ) + C2 C1 Ts C dengan dan C 2 2 sin α C1 = C D U hm = Qm ρm C m Perhitungan Sifat - sifat Fluida (2) (3) (4) Dengan mengasumsikan bahwa air terdistribusi seragam selama berada dalam sistem, sifat-sifat fluida dari camuran minyak dan air daat direresentasikan oleh rata-rata volumetriknya. Akan tetai, viskositas camuran minyak dan air tidak selalu linear terhada fraksi volumetrik air. IATMI

3 1. Faktor Volume Formasi Faktor volume formasi suatu fluida adalah arameter yang digunakan untuk konversi dari volume standar ke volume aktual atau in-situ ada sebarang tekanan dan temeratur dalam sistem. Persamaan faktor volume formasi untuk minyak dan air diberikan di bawah ini. a). Minyak Metode Vasquez dan Beggs [2] digunakan untuk memerkirakan faktor volume formasi minyak sebagai fungsi dari secific gravitaty gas, API, gas terlarut dan temeratur. Persamaan tersebut adalah, API B0 = 1 + C1 Rs+ C2 ( T 60) + λg API C3 Rs ( T 60) λg dengan, C1 = T T C = T 2 b). Air (5) Persamaan faktor volume formasi untuk air diambil dari HP Petroleum Fluids Pac sebagai berikut B B X Y dengan, B = C + C P+ C P w 4 w = w (1+ 10 ) (6) X = P+ ( T 60) ( P) ( T 60) ( P) C = T T C T T C = = T T 3 2. Densitas Camuran Densitas camuran minyak dan air didefinisikan oleh ersamaan berikut ini, ρ (1 ) m = ρ0 fw + ρm fw (7) Dalam model ini, densitas fasa minyak ditentukan dengan menggunakan ersamaan korelasi Standing [1], yang daat ditulis sebagai berikut, 6.24 γ 0 ρ0 = (1.25 T ) (8) Persamaan di atas mendefinisikan densitas minyak sebagai fungsi dari temeratur. Densitas air ditentukan oleh ersamaan berikut [6], 6.24 γ = P w ρ w 6 ( ( T 60) ) (9) Dalam kasus ini, densitas air adalah fungsi dari tekanan dan temeratur. 3. Viskositas camuran Dalam model ini, camuran minyak dan air diasumsikan dalam bentuk emulsi, yaitu bahwa hubungan antara viskositas camuran dan ersentase air adalah non-linear. Korelasi yang digunakan dalam studi suatu laangan minyak di Sumatera Selatan daat dinyatakan sebagai berikut [6], 2 3 μm = ( f f f ) μ w w w 0 (10) Pada studi sebelumnya menggunakan korelasi Glasso untuk menentukan viskositas camuran, inut yang dierlukan adalah fraksi volume air dan viskositas minyak. Pada studi kali ini viskositas minyak ditentukan dengan menerakan korelasi Standing dan Beal, yang daat ditulis sebagai berikut [1], μ od = API T 200 A (11) IATMI

4 dimana, A = 10 ( / API ) lingkungan, atau sebaliknya. Dalam model ini, koefisien erindahan anas dieroleh dengan menggunakan ersamaan korelasi yang dikembangkan oleh Hignes, yang daat ditulis sebagai berikut [4], Untuk korelasi Standing μ ob = (12) 10 a μ b od dengan, 1 Uh m = + + (15) h h h s f Dengan, 7 4 a = Rs ( Rs ) b = c + d + e c= Rs 3 d = Rs 3 e= R 4. Sifat-sifat Termodinamika Camuran s Untuk menghitung enurunan tekanan dan temeratur, sifat-sifat termodinamika dari suatu camuran erlu dievaluasi. Sifat-sifat ini meliuti konduktifitas anas camuran (k fm ), kaasitas anas camuran (C m ), dan koefisien erindahan anas camuran (U hm ). Nilai koefisien konduktivitas anas dari air adalah fungsi dari temeratur sistem. Dalam model ini, k fm ditentukan menggunakan ersamaan korelasi erindahan anas berikut ini [6], kf w = (7x10 T ) (1.1985x10 T ) (13) Koefisien konduktivitas anas dari minyak diangga konstan terhada erubahan tekanan dan temeratur. Oleh karena itu, nilai koefisien konduktivitas anas untuk camuran fluida bergantung ada fraksi volumetrik air dan temeratur, yang daat ditulis sebagai berikut [6], kf = kf ( 1 f ) + kf. f (14) m o w Kaasitas anas minyak ditentukan dengan menggunakan ersamaan korelasi Edmister. Koefisien erindahan anas untuk camuran (U hm ) dierlukan untuk menentukan kemamuan ia untuk memindahkan anas dari fluida ke w w h h s = = 24( k s / OD) ln(4dc / OD) 24( k / OD) ln( OD / ID) 0.8 h f = Ch.N Re kf mn Pr Ch = ID N Pr = m 0.3 Cmμm kf Aabila ia berada di atas ermukaan tanah, maka transfer anas terjadi antara fluida alir dengan udara. Dalam hal ini digunakan ersamaan erindahan anas konveksi melalui udara sebagai berikut [4], dengan, N Nu = h a = kfmn ID Nu 0.62 Re 1/ 2 Pr 1/ 3 D 3 [ 1+ ( 0.4 / Pr) ] 2 / 5. Model Faktor Gesekan 1/ 4 Re D / 8 4 / 5 Pada enelitian ini digunakan ersamaan faktor gesekan Jain sebagai berikut [5], IATMI

5 1 f ε 21, , 2log + 0, D N Re 9 (16) Persamaan tersebut berbentuk imlisit dan diselesaikan dengan iterasi Newton Rahson. a). Biaya Investasi Pia Biaya untuk ia terdiri dari biaya investasi dan biaya oerasi. Biaya investasi terdiri dari biaya untuk material ia itu sendiri dan biaya konstruksi, sedangkan biaya oerasi terdiri dari biaya untuk erawatan ia. 6. Model Sistem Pemanas Pada enelitian ini digunakan sistem emanas model SECT (Skin Electrical Current Transient), dimana fluida alir dianasi menggunakan alat seerti tube yang dialiri listrik dan terasang (terinstall) kontinyu ada beberaa segmen ia. Dalam studi ini temeratur emanas diatur antara rentang 135 F samai 142 F. Prediksi rofil temeratur aliran fluida akibat emanasan dihitung menggunakan ersamaan berikut ini [5], q Tmi, ( x) = T + mi, x Q ρ C L (17) m m Heater 7. Model Perhitungan Daya Poma Daya oma yang dibutuhkan untuk mentransortasikan minyak titik tuang tinggi dihitung dengan ersamaan berikut ini [5], BHP = ΔP Qm 550 E 8. Model Perhitungan Biaya + BL + SL (18) Secara garis besar, fungsi biaya total untuk membangun dan mengoerasikan suatu jaringan ia transmisi minyak daat dinyatakan dalam bentuk ersamaan berikut [5], Total Cost = [ InvestmentCost ] + [ OeratingCost ] Pie+ Pum + Heater Pie+ Pum + Heater (19) Berdasarkan ersamaan di atas maka daat diturunkan komonen-komonen biaya untuk masing-masing unit cost seerti diuraikan di bawah ini. CI = CIns + Cost (20) Pie ie Biaya untuk material ia diberikan ada ersamaan berikut ini, ie Cost = 15.89( OD t) t C L (21) Pie Sedangkan biaya konstruksi ia diasumsikan sebanding dengan harga material ia sebagai berikut, CIns = R Cost (22) Pie Pie Total biaya investasi ia adalah, CI Pie ( R ) C L ( OD t)t = (23) b). Biaya Oerasi Pia Pada enelitian ini diasumsikan biaya oerasi ia roorsional terhada biaya investasi ia berdasarkan ersamaan berikut ini, Pie f OC = C CI (24) Pie c). Biaya Investasi Poma Biaya investasi oma bergantung ada daya yang digunakan. Makin besar daya maka makin besar ula biaya investasi yang dierlukan. Biaya investasi oma dihitung dengan ersamaan berikut, CI = P BHP (25) Pum h IATMI

6 d). Biaya Oerasi Poma Biaya oerasi oma terdiri dari dua komonen utama, yaitu biaya listrik dan biaya erawatan. Biaya listrik berbanding lurus dengan daya yang digunakan, sedangkan biaya erawatan diasumsikan sebanding dengan biaya listrik. Persamaan yang digunakan untuk erhitungan biaya oerasi oma adalah sebagai berikut, Pum ( + Po ) ( 0. BHP) H y Ce OC = (26) e). Biaya Investasi Pemanas Seerti halnya ada oma, biaya investasi emanas berbanding lurus dengan daya yang digunakan. Makin besar daya maka makin besar ula biaya investasi yang dibutuhkan. Selain itu, biaya investasi emanas juga meruakan fungsi dari anjang ia yang harus dianasi. Biaya investasi emanas dihitung dengan ersamaan berikut ini, CIHeater = PkW LHeated (27) f). Biaya Oerasi Pemanas Biaya oerasi emanas terdiri dari biaya listrik dan biaya erawatan. Biaya listrik berbanding lurus dengan daya yang digunakan, sedangkan biaya erawatan diasumsikan sebanding dengan biaya listrik. Persamaan yang digunakan untuk erhitungan biaya oerasi oma adalah sebagai berikut, Heater ( ) OC = + P Pow H C (28) Prosedur Komutasi 1 o y e Persamaan (1) dan (2) membentuk satu sistem ersamaan dengan tekanan dan temeratur sebagai arameter utama. Persamaan tersebut daat ditulis ulang menjadi, F( P, T ) = ( E, G) T E( P, T ) = G( P, T ) (29) Dimana E(P,T) mewakili ersamaan (1), bentuk imlisit ersamaan rofil tekanan; G(P,T) mewakili ersamaan (2), bentuk imlisit ersamaan rofil temeratur. Persamaan (29) digunakan untuk menghitung tekanan dan temeratur fluida alir yang daat diselesaikan dengan menggunakan metode iterasi Newton-Rahson. Dengan metode ini, ersamaan daat ditulis dalam bentuk, n 1 F( P, T ) U + n = U J ( P, T ) (30) F(P,T) meruakan bentuk imlisit dari sistem ersamaan yang akan diecahkan, sedangkan U adalah arameter tekanan dan temeratur. J(P,T) menggambarkan matriks Jacobian dari sistem ersamaan. Matriks Jacobian didefinisikan sebagai berikut, E P J ( P, T ) = G P E T G T (31) Sehingga ersamaan (29) daat dierluas menjadi, P T n+ 1 P = T n E P G P E T G T 1 E( P, T ) G( P, T ) (32) Persamaan di atas meruakan ersamaan yang digunakan untuk menghitung tekanan dan temeratur fluida alir secara simultan. Prosedur erhitungan untuk menghitung distribusi tekanan dan temeratur seanjang aliran ia diberikan sebagai berikut: [1] Asumsikan nilai tekanan dan temeratur di outlet adalah P 1 dan T 1. [2] Hitung nilai temeratur dan tekanan rata rata di setia segmen ia. IATMI

7 [3] Hitung roerti fluida camuran menggunakan nilai tekanan dan temeratur rata rata untuk setia segmen. [4] Lakukan iterasi untuk P dan T dengan menggunakan ersamaan (32). [5] Bandingkan nilai P dan T yang dieroleh dari langkah 4 menggunakan nilai yang diasumsikan ada langkah 1. Jika selisih nilainya lebih besar atau sama dengan nilai toleransi yang diberikan, ulangi erhitungan P dan T dari langkah 2 menggunakan nilai P 1 dan T 1 yang dieroleh langkah 4. Lanjutkan erhitungan hingga nilainya konvergen. Dalam makalah ini nilai toleransinya adalah sebesar [6] Teruskan erhitungan untuk P dan T untuk segmen selanjutnya dengan menggunakan nilai P 0 dan T 0 yang sama dengan nilai P 1 dan T 1. [7] Jika temeratur T 1 mencaai nilai maskimum dari emanas, tukar ersaman (2) dengan ersamaan (17). Perhitungan untuk P dan T seerti dengan langkah 5. [8] Lanjutkan erhitungan yang sama untuk segmen selanjutnya menggunakan nilai P 0 dan T 0 yang sama dengan P 1 dan T 1. Studi Kasus Pada makalah ini disimulasikan dua studi kasus menggunakan data hiotetik. Kasus ertama ditujukan untuk erbandingan hasil erhitungan tekanan dan temeratur menggunakan model yang dikembangkan dalam makalah ini dengan hasil erhitungan software komersial. Data masukan untuk studi kasus yang ertama diberikan ada Tabel 1 samai 3. Hasil simulasi adalah distribusi tekanan dan temeratur ada beberaa lokasi di ia, diberikan ada Tabel 6. Studi kasus yang kedua dilakukan untuk mengetahui engaruh laju alir minyak ada otimasi diameter ia transmisi minyak titik tuang tinggi. Data masukan terdiri dari data konfigurasi jaringan ia diberikan ada Tabel 4 dan data masukan biaya diberikan ada Tabel 5. Pada keemat konfigurasi jaringan ia tersebut dilakukan simulasi untuk emat kondisi laju alir minyak, yaitu berturutturut 15,000; 20,000; 25,000 dan 30,000 bbl/hari. Analisis dan Pembahasan Hasil simulasi studi kasus ertama adalah erhitungan distribusi tekanan dan temeratur menggunakan metode lama dan metode yang baru (revisi). Hasilnya diberikan ada Tabel 6 dan 7. Berdasarkan kedua tabel tersebut terlihat bahwa erhitungan distribusi tekanan dan temeratur menggunakan metode yang baru memberikan hasil yang lebih dekat dengan hasil erhitungan menggunakan software komersial dibanding metode sebelumnya. Perhitungan tekanan menggunakan ersamaan yang telah direvisi memberikan erbedaan berturut-turut sebesar 2.26% dan 11.21% jika dibandingkan dengan software Piehase dan Piesim. Sedangkan metode yang lama memberikan erbedaan sebesar 11.18% dan 18.36%. Perhitungan distribusi temeratur fluida menggunakan ersamaan yang telah direvisi memberikan erbedaan sebesar 0.33 % dan 2.68% jika dibandingkan dengan software Piehase dan Piesim. Sedangkan untuk temeratur yang dihitung menggunakan ersamaan yang lama memberikan erbedaan sebesar 4.91 % dan 3.22%. Perbandingan hasil erhitungan distribusi tekanan dan temeratur metode yang baru dengan kedua software komersial tersebut dierlihatkan ada Gambar 2 dan 3. Hasil simulasi studi kasus kedua adalah estimasi biaya investasi dan oerasi embangunan suatu jaringan ia transmisi minyak titik tuang tinggi yang diberikan ada Tabel 8 dan 9. Terlihat bahwa untuk semua nilai laju alir minyak, biaya investasi linear terhada diameter ia yang digunakan tetai untuk biaya oerasi tidak. Hal ini disebabkan karena untuk biaya investasi, komonen termahal adalah biaya investasi ia dan emanas dibanding oma. Sementara biaya invetasi ia IATMI

8 dan emanas linear terhada besarnya diameter ia yang digunakan, sehingga makin besar diameter yang digunakan maka akan makin besar biaya investasinya. Dari sudut biaya investasi, maka terlihat bahwa biaya investasi termurah adalah ada sistem jaringan 1 dengan laju alir minyak sebesar 20,000 bbl/hari. Sedangkan untuk biaya oerasi tidak linear terhada diameter ia yang digunakan untuk tiatia laju alir minyak yang ada. Hal ini dikarenakan komonen biaya oerasi yang aling dominan adalah biaya listrik untuk emanas. Konsumsi listrik emanas akan makin besar aabila kehilangan temeratur makin besar. Sedangkan besarnya kehilangan temeratur tergantung ada laju alir minyak dan diameter yang digunakan. Pada laju alir tertentu, makin besar diameter ia maka makin besar kehilangan temeraturnya. Sebaliknya, ada diameter tertentu, makin besar laju alir minyak, maka makin kecil kehilangan temeraturnya. Sedangkan biaya oerasi ia linear terhada diameter ia yang digunakan, sementara biaya oerasi oma berbanding terbalik. Jadi ada 3 komonen biaya oerasi yang saling memengaruhi yang menyebabkan biaya oerasi total tidal selalu linear terhada diameter ia yang digunakan. Pada studi kasus ini, biaya oerasi termurah adalah ada sistem jaringan 2 dengan laju alir minyak sebesar 30,000 bbl/hari. Berdasarkan estimasi biaya investasi dan oerasi tersebut di atas, terlihat bahwa keutusan emilihan diameter ia yang mana yang akan diilih sangat ditentukan oleh besarnya laju alir minyak. Di satu sisi erlu dierhatikan kemungkinan eningkatan laju alir minyak oleh aktivitas otimasi roduksi atau engembangan sumur/laangan baru, tetai di sisi yang lain juga harus memerhatikan enurunan laju alir minyak akibat enurunan alami roduksi laangan. Untuk itu hasil estimasi biaya tersebut erlu ditindaklanjuti samai ke erhitungan keekonomian sehingga daat membantu engguna di laangan untuk mengambil keutusan lebih ceat dan teat. Kesimulan Berdasarkan hasil simulasi di atas maka daat ditarik beberaa kesimulan sebagai berikut : 1. Model yang dikembangkan dalam makalah ini daat digunakan untuk memrediksi distribusi tekanan dan temeratur ada jaringan ia minyak titik tuang tinggi yang dilengkai dengan emanas. 2. Perbaikan metode yang digunakan memberikan hasil erhitungan yang lebih dekat dengan software komersial dibandingkan metode lama. 3. Model yang dikembangkan ada makalah ini daat digunakan untuk membuat estimasi biaya investasi dan oerasi embangunan suatu jaringan ia minyak titik tuang tinggi yang dilengkai dengan emanas. 4. Biaya investasi untuk semua nilai laju alir minyak, berbanding lurus dengan diamterer ia yang digunakan, sedangkan biaya oerasi tidak. 5. Pemilihan diameter yang akan digunakan untuk ia transmisi minyak titik tuang tinggi harus memerhatikan kemungkinan eningkatan dan enurunan roduksi sehingga daat ditentukan yang mana yang aling otimum. Daftar Simbol C m D f kf m L L Heater OD Pie P o P i Q m q T s T o T i Uh m : Fluid heat caacity, BTU/lb m - o F : Pie diameter, in. : Friction factor, dimensionless : Fluid heat conductivity, BTU/h-ft- o F : Pie length, ft : Heater length, ft : Pie outer diameter, in. : Pie outlet ressure, sia : Pie inlet ressure, sia : Fluid flow rate, bd : Heat transfer rate, BTU/h : Surrounding temerature, o F : Pie outlet temerature, o F : Pie inlet inlet, o F : Fluid overall heat transfer coefficient, BTU/ft 2.s. o F IATMI

9 ρ m α μ od μ ob T m, i X : Fluid density, lb m /ft3 : Elevation angle, derajat : Viscosity of the dead oil, c : Viscosity of saturated oil, c : Fluid temerature at heater inlet, o F : Distance from heater inlet, ft Viscosity Oil and Water in Pielines RC- IPA , Jakarta, October, Daftar Pustaka [1]. Ahmed, T., Hydrocarbon Phase Behavior, Gulf Publishing Comany, Houston, [2]. Beggs, H. Dale, Gas Production Oerations, Oil & Gas Consultant International Inc., Tulsa, [3]. Incroera, Frank P. and DeWitt, David P., Fundamentals of Heat and Mass Transfer, John Wiley & Sons Inc., New York, [4]. Leksono Mucharam, Setoratno Siregar, Darmadi, Musyoffi Yahya, Achirul Akbar : Otimization of Paraffinic Oil Transmission Pieline Network Design; Simulation Aroach. The 32nd Annual IPA Convention & Exhibition, Jakarta, May [5]. Leksono Mucharam, Kuntjoro A. Sidoarto, Darmadi, Achirul Akbar, Gilang T. Paska, Zainul Manan, Modelling of Oil Water Flow in Comlex Transmission Pieline Network RC- OPPINET 8 th Year Annual Reort, Bandung, Aril [6]. Mucharam, L., and Tobing, B.L., The Develoment of an Imlicit Flow Model for Predicting the Flow Performance of High IATMI

10 Gambar 1. Jaringan ia minyak Tabel 1. Data sifat-sifat termodinamika Data Nilai Satuan Konduktivitas anas minyak BTU/h.ft. F Konduktivitas anas ia BTU/h.ft. F Koefisien anas insulator 0.15 BTU/h.ft. F Keceatan angin 4.56 ft/s Tabel 2. Data data ada source dan sink Source/Sink Laju alir minyak (bbl/hari) SG minyak Water Cut (%) Temeratur ( F) Tekanan (sia) Source-1 15, Source-2 15, Sink 30, Tabel 3. Data data geometri ia Segmen Pia Diameter Dalam Pia(inch) Ketebalan Dinding Pia (inch) Ketebalan Insulator (inch) Kekasaran Absolut (in) Panjang Pia (km) S1 J S2 J J Sink IATMI

11 Tabel 4. Data biaya studi kasus 2 Data Nilai Satuan Pie Instalation/Pie Cost, R 1.4 Fraction Pie Cost, C 2,000 US$/Ton Ratio Pie Oeration Cost vs Investment Cost, C f 0.05 Fraction Pum's Price, P h 1,200 US$/HP Heater s Price, P kw 100,000 US$/km Bearing Losses, BL 30 HP Seal Losses, SL 20 HP Non Electricity Cost vs Electricity Cost, P o 0.1 Fraction Electricity Price, C e 0.1 US$/ kwh Time of Oeration, H y 8760 hours Pum Efficiency, E 0.8 Fraction Heater Power 100 kw Tabel 5. Data jaringan ia studi kasus 2 Jaringan Diameter Dalam (in.) S1-N1 S2-N1 N1-Sink Diameter Luar(in.) Diameter Dalam (in.) Diameter Luar(in.) Diameter Dalam (in.) Diameter Luar(in.) IATMI

12 Tabel 6. Hasil erhitungan distribusi tekanan dan temeratur metode lama Parameter Lokasi OWFNet Piehase Perbedaan (%) Piesim Perbedaan (%) Source Tekanan (sia) Temeratur (F) Source Junction Outlet Perbedaan Rata-rata Source Source Junction Outlet Perbedaan Rata-rata Tabel 7. Hasil erhitungan distribusi tekanan dan temeratur metode baru Parameter Lokasi OWFNet Piehase Perbedaan (%) Piesim Perbedaan (%) Source Tekanan (sia) Temeratur (F) Source Junction Outlet Perbedaan Rata-rata Source Source Junction Sink Perbedaan Rata-rata IATMI

13 Gambar 2. Hasil erhitungan tekanan Gambar 3. Hasil erhitungan temeratur IATMI

14 Tabel 8. Hasil erhitungan biaya investasi Laju Alir Biaya Investasi (US$) No. Minyak (bbl/hari) Network 1 Network 2 Network 3 Network ,000 14,219,335 15,859,319 17,819,095 19,113, ,000 14,165,475 15,752,074 17,712,500 18,989, ,000 14,208,174 15,706,357 17,629,167 18,881, ,000 14,375,564 15,741,038 17,585,102 18,797,023 Tabel 9. Hasil erhitungan biaya oerasi No. Laju Alir Biaya Oerasi (US$/Year) Minyak (bbl/hari) Network 1 Network 2 Network 3 Network ,000 5,184,845 5,244,189 5,471,899 5,528, ,000 5,068,114 5,097,824 5,350,557 5,397, ,000 5,004,532 4,984,797 5,240,809 5,273, ,000 5,009,779 4,916,410 5,155,754 5,164,820 IATMI

ANALISIS PENGARUH BEBAN PANAS (Q) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI NATURAL PELAT DATAR

ANALISIS PENGARUH BEBAN PANAS (Q) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI NATURAL PELAT DATAR ANALISIS PENGARUH BEBAN PANAS (Q) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI NATURAL PELAT DATAR Pieter W. Teteleta * Abstract Exerimental studies conducted to investigate the effect of a flat late

Lebih terperinci

PERKIRAAN LAJU ALIR OPTIMUM SUMUR GAS DENGAN ANALISIS NODAL. Edward ML Tobing

PERKIRAAN LAJU ALIR OPTIMUM SUMUR GAS DENGAN ANALISIS NODAL. Edward ML Tobing PERKIRAAN LAJU ALIR OPTIMUM SUMUR GAS DENGAN ANALISIS NODAL Edward ML Tobing Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" etobing@lemigas.esdm.go.id S A R I Untuk mengetahui

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009 Makalah Profesional IATMI 09 004 Simulasi Line Packing Sebagai Storage pada Pipa Transmisi Gas Studi Kasus:

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPORTASI DAN INSTALASI RIGID RISER PADA SISTEM FREE STANDING HYBRID RISER

ANALISIS TRANSPORTASI DAN INSTALASI RIGID RISER PADA SISTEM FREE STANDING HYBRID RISER ANALISIS TRANSPORTASI DAN INSTALASI RIGID RISER PADA SISTEM FREE STANDING HYBRID RISER Yonathan Mozes Mandagi 1, Paramashanti 2 1 Program Studi Teknik Kelautan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10

Lebih terperinci

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X IATMI 2006-TS-30 PROSIDING, Siposiu Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perinyakan Indonesia (IATMI) 2006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 5-7 Noveber 2006 OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK

Lebih terperinci

PERBAIKAN TEGANGAN BUS AKIBAT GANGGUAN KONTINGENSI DENGAN MENGGUNAKAN INJEKSI SUMBER DAYA REAKTIF. Yasin Mohamad, ST.

PERBAIKAN TEGANGAN BUS AKIBAT GANGGUAN KONTINGENSI DENGAN MENGGUNAKAN INJEKSI SUMBER DAYA REAKTIF. Yasin Mohamad, ST. PERBAIKAN TEGANGAN BUS AKIBAT GANGGUAN KONTINGENSI DENGAN MENGGUNAKAN INJEKSI SUMBER DAYA REAKTIF Yasin Mohamad, ST., MT 1 INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui erubahan-erubahan tegangan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENERAPAN JENIS DAN TEBAL ISOLASI THERMAL TERHADAP KOEFISIEN KONVEKSI OVEN RUMAH TANGGA. Pieter W. Tetelepta * Abstract

PERBANDINGAN PENERAPAN JENIS DAN TEBAL ISOLASI THERMAL TERHADAP KOEFISIEN KONVEKSI OVEN RUMAH TANGGA. Pieter W. Tetelepta * Abstract PERBANDINGAN PENERAPAN JENIS DAN TEBAL ISOLASI THERMAL TERHADAP KOEFISIEN KONVEKSI OVEN RUMAH TANGGA Pieter W. Teteleta * Abstract An exerimental study was conducted to investigate the effect of tye and

Lebih terperinci

BAB 3. Perhitungan Perubahan Entalpi

BAB 3. Perhitungan Perubahan Entalpi BAB Perhitungan Perubahan Entali.1. ransisi Fasa ransisi Fasa terjadi dari fasa adat menjadi fasa air, dari fasa air menjadi fasa gas, dan sebaliknya. Pada roses transisi ini terjadi erubahan entali (dan

Lebih terperinci

oleh seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan modelnya disebut model struktural.

oleh seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan modelnya disebut model struktural. ANALISIS JALUR A. PENGERTIAN ANALISIS JALUR Telaah statistika menyatakan bahwa untuk tujuan eramalan/ endugaan nilai Y atas dasar nilai-nilai X 1, X,., X i, ola hubungan yang sesuai adalah ola hubungan

Lebih terperinci

Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail:

Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail: Perubahan Perilaku Pengguna nstant Messenger dengan Menggunakan Analisis Koresondensi Bersama (Studi Kasus Mahasiswa di Program Studi S-1 Matematika FMPA Unad) Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN Oleh : Rengganis L. N. R 302 00 046 PENDAHULUAN Latar Belakang Penduduk

Lebih terperinci

Pembicaraan fluida menjadi relatif sederhana, jika aliran dianggap tunak (streamline atau steady)

Pembicaraan fluida menjadi relatif sederhana, jika aliran dianggap tunak (streamline atau steady) DINAMIKA FLUIDA Hidrodinamika meruakan cabang mekanika yang memelajari fluida bergerak (gejala tentang fluida cuku komleks) Pembicaraan fluida terdaat bermacam-macam antara lain: - dari jenis fluida (kental

Lebih terperinci

UNJUKKERJA TURBIN AIR MIKRO ALIRAN SILANG TERHADAP VARIASI SUDUT SUDU JALAN (RUNNER) PADA DEBIT KONSTAN UNTUK PLTMH

UNJUKKERJA TURBIN AIR MIKRO ALIRAN SILANG TERHADAP VARIASI SUDUT SUDU JALAN (RUNNER) PADA DEBIT KONSTAN UNTUK PLTMH A.15. Unjukkerja Turbin Air Mikro Aliran Silang Terhada Variasi Sudut Sudu Jalan... (Yusuf Dewantara Herlambang) UNJUKKERJA TURBIN AIR MIKRO ALIRAN SILANG TERHADA VARIASI SUDUT SUDU JALAN (RUNNER) ADA

Lebih terperinci

Studi Simulasi pada Unit Reformer Primer di PT Pupuk Sriwidjaya Palembang

Studi Simulasi pada Unit Reformer Primer di PT Pupuk Sriwidjaya Palembang Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 6, No., 01 0 Studi Simulasi ada Unit Reformer Primer di PT Puuk Sriwidjaya Palembang Sigit Abdurrakhman 1, *, Sutijan, Muslikhin Hidayat 1) PT. Pusri, Palembang ) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Research Consortium OPPINET, Institut Teknologi Bandung

Research Consortium OPPINET, Institut Teknologi Bandung IATMI 006-TS-9 PROSIDING, Siosiu Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perinyakan Indonesia (IATMI) 006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 5-7 Noveber 006 APLIKASI NILAI EFISIENSI ALIRAN DAN METODE SEQUENTIAL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

Optimasi Hidrolika Lumpur Pemboran Menggunakan Api Modified Power Law Pada Hole 8 ½ Sumur X Lapangan Mir

Optimasi Hidrolika Lumpur Pemboran Menggunakan Api Modified Power Law Pada Hole 8 ½ Sumur X Lapangan Mir ISSN 540-935 JEEE Vol. 4 No. Novrianti, Musryidah, Ramadhan Otimasi Hidrolika Lumur Pemboran Menggunakan Ai Modified Power Law Pada Hole 8 ½ Sumur X Laangan Mir Novrianti 1, Mursyidah 1, M. Iqbal Ramadhan

Lebih terperinci

Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar Menggunakan Konsentrator Dua Cermin Datar

Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar Menggunakan Konsentrator Dua Cermin Datar Vol., No., Mei 00 ISSN : 085-887 Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar Menggunakan Konsentrator Dua Cermin Datar Budiman Sudia Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Haluoleo, Kendari.

Lebih terperinci

BAB III STATIKA FLUIDA

BAB III STATIKA FLUIDA A STATKA LUDA Tujuan ntruksional Umum (TU) Mahasiswa diharakan daat merencanakan suatu bangunan air berdasarkan konse mekanika fluida, teori hidrostatika dan hidrodinamika Tujuan ntruksional Khusus (TK)

Lebih terperinci

Sebaran Suhu pada Pengering Surya Efek Rumah Kaca (ERK) Tipe Kabinetdalam Proses Pengeringan Komoditi Pertanian

Sebaran Suhu pada Pengering Surya Efek Rumah Kaca (ERK) Tipe Kabinetdalam Proses Pengeringan Komoditi Pertanian Sebaran Suhu ada Pengering Surya Efek Rumah Kaca (ERK) Tie Kabinetdalam Proses Pengeringan Komoditi Pertanian Yayat Ruhiat Email: yruhiat@fki.untirta.ac.id Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

Hasil Kali Dalam Berbobot pada Ruang L p (X)

Hasil Kali Dalam Berbobot pada Ruang L p (X) Hasil Kali Dalam Berbobot ada Ruang L () Muhammad Jakfar, Hendra Gunawan, Mochammad Idris 3 Universitas Negeri Surabaya, muhammadjakfar@unesa.ac.id Institut Teknologi Bandung, hgunawan@math.itb.ac.id 3

Lebih terperinci

OPTIMASI PENEMPATAN BANK CAPACITOR PADA PENYULANG H5 MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHM (GA)

OPTIMASI PENEMPATAN BANK CAPACITOR PADA PENYULANG H5 MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHM (GA) Jurnal Informatika Mulawarman ol. 10 No. 2 Setember 2015 13 OPTIMASI PENEMPATAN BANK CAPACITOR PADA PENYULANG H5 MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHM (GA) Muslimin Program Studi Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR Alexander Clifford, Abrar Riza dan Steven Darmawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara e-mail: Alexander.clifford@hotmail.co.id Abstract:

Lebih terperinci

Aliran Daya Optimal dengan Batas Keamanan Sistem Menggunakan Bender Decomposition

Aliran Daya Optimal dengan Batas Keamanan Sistem Menggunakan Bender Decomposition JURAL TEKIK POMITS Vol., o., (4) Aliran Daya Otimal dengan Batas Keamanan Sistem Menggunakan Bender Decomosition Tri Prasetya Fathurrodli, Rony Seto Wibowo, Ontoseno Penangsang Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

8. Rangkaian Arus Searah, Pemroses Energi

8. Rangkaian Arus Searah, Pemroses Energi ntroduction to ircuit nalysis Time Domain www.dirhamblora.com 8. angkaian rus Searah, Pemroses Energi Kita mengetahui bahwa salah satu bentuk gelombang dasar adalah bentuk gelombang anak tangga. Di bagian

Lebih terperinci

Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS

Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS 4. Fase-fase Pemodelan Dalam bab ini kita akan mendiskusikan bagaimana membangun model model matematika system dinamis. Kita akan memerhatikan masalah bagaimana mencaai

Lebih terperinci

SIMULATOR UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TEKANAN DAN HEATING VALUE PADA SISTEM JARINGAN PIPA GAS ABSTRAK

SIMULATOR UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TEKANAN DAN HEATING VALUE PADA SISTEM JARINGAN PIPA GAS ABSTRAK SIMULATOR UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TEKANAN DAN HEATING VALUE PADA SISTEM JARINGAN PIPA GAS Oleh Mubassiran. 1,2, Riza, L. S. 1, Sidarto, K. A. 1, 3, Mucharam, L. 1, 4, Barato, W. U. 1 1 RC - OPPINET,

Lebih terperinci

OPTIMASI KOMBINASI FERRITE CORES DALAM IMPEDER CASE UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PADA TEKNOLOGI HIGH INDUCTION FREQUENCY WELDING

OPTIMASI KOMBINASI FERRITE CORES DALAM IMPEDER CASE UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PADA TEKNOLOGI HIGH INDUCTION FREQUENCY WELDING Program Studi MMT-ITS, Surabaya Agustus 2006 OPTIMASI KOMBINASI FERRITE CORES DALAM IMPEDER CASE UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PADA TEKNOLOGI HIGH INDUCTION FREQUENCY WELDING Nico Gunawan* dan Abdullah Shahab**

Lebih terperinci

Biaya Modal (Cost of Capital)

Biaya Modal (Cost of Capital) Bahan Ajar : Manajemen Keuangan II Digunakan untuk melengkai buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula Biaya Modal (Cost of Caital) Caital Budgeting dan Cost of Caital (CoC) meruakan dua konse yang

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENDUGAAN MUTU. Sandra 1)

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENDUGAAN MUTU. Sandra 1) Alikasi Jaringan Syaraf Tiruan (Sandra) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENDUGAAN MUTU MANGGA SEGAR SECARA NON-DESTRUKTIF Sandra 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Andalas Padang

Lebih terperinci

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN Harto Tanujaya, Suroso dan Edwin Slamet Gunadarma Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. MEODOLOGI PENELIIAN A. WAKU DAN EMPA Penelitian dilakukan di UP F echnoark Fakultas eknologi Pertanian (FAEA), Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor. Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret -

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PIPA ABSORBER DAN JARAK FOKUS REFLEKTOR TERHADAP FRAKSI RADIASI PADA PARABOLIC TROUGH SOLAR POWER PLANTS

PENGARUH DIAMETER PIPA ABSORBER DAN JARAK FOKUS REFLEKTOR TERHADAP FRAKSI RADIASI PADA PARABOLIC TROUGH SOLAR POWER PLANTS Pamulang, November 06 PENGRUH DIMETER PIP BSORBER DN JRK FOKUS REFLEKTOR TERHDP FRKSI RDISI PD PRBOLIC TROUGH SOLR POWER PLNTS Nailul tifah, Dena Wulandari, Teknik Mesin Unversitas Pamulang, Teknik Informatika

Lebih terperinci

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan X. Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan X. Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha SOAL PEMBINAAN JAAK JAUH IPhO 017 Pekan X Dosen Penguji : Dr. into Anugraha Bagian A Efek Fotolistrik dan Emisi Termionik Dalam suatu ekserimen fotolistrik, ermukaan logam Natrium dikenai cahaya monokromatik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permintaan Pariwisata Pariwisata mamu mencitakan ermintaan yang dilakukan oleh wisatawan untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan ariwisata biasanya diukur dari segi jumlah

Lebih terperinci

Aisyah [1] Prodi S1 Ilmu Komputasi, Fakultas Informatika, Universitas Telkom [1] [1]

Aisyah [1] Prodi S1 Ilmu Komputasi, Fakultas Informatika, Universitas Telkom [1] [1] Pemodelan dan Simulasi Penurunan Tekanan pada Pipa Transmisi Menggunakan Metode Iterasi Titik Tetap Modeling and Simulation Pressure Drop in Transmission Pipeline Using Fixed Point Iteration Method Abstrak

Lebih terperinci

BAB VI HUKUM KEKEKALAN ENERGI DAN PERSAMAAN BERNOULLI

BAB VI HUKUM KEKEKALAN ENERGI DAN PERSAMAAN BERNOULLI BAB VI HUKUM KEKEKALAN ENERGI DAN PERSAMAAN BERNOULLI Tujuan Intruksional Umum (TIU) Mahasiswa diharakan daat merencanakan suatu bangunan air berdasarkan konse mekanika luida, teori hidrostatika dan hidrodinamika.

Lebih terperinci

APLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER

APLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER Program Studi MMT-ITS, Surabaya Agustus 9 APLIKASI ISOUNTE ASH FLOW PAA KONTROL INVENTORY ENGAN BEBERAPA MAAM KREIT PEMBAYARAN SUPPLIER Hansi Aditya, Rully Soelaiman Manajemen Teknologi Informasi MMT -

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan jalur terendek (Shortest Path) meruakan suatu jaringan engarahan erjalanan dimana seseorang engarah jalan ingin menentukan jalur terendek antara dua kota

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI JARINGAN PIPA GAS DENGAN DUA SUMBER SUMUR GAS

PEMODELAN DAN SIMULASI JARINGAN PIPA GAS DENGAN DUA SUMBER SUMUR GAS Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 PEMOELAN AN SIMULASI JARINGAN PIPA GAS ENGAN UA SUMBER SUMUR GAS Mohammad

Lebih terperinci

GELOMBANG BUNYI. Cepat rambat bunyi di udara yang dipengaruhi oleh tekanan dinyatakan dengan persamaan : pada gas ideal ; M

GELOMBANG BUNYI. Cepat rambat bunyi di udara yang dipengaruhi oleh tekanan dinyatakan dengan persamaan : pada gas ideal ; M SMK Negeri Rangkasbitung GELOMBANG BUNYI Bunyi meruakan salah satu bentuk gelombang mekanik, yaitu gelombang yang memerlukan medium sebagai erambatannya. Bunyi yang merambat ada medium udara bentuknya

Lebih terperinci

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi. Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi. Nama : Ria Mahmudah NRP : 2109100703 Dosen pembimbing : Prof.Dr.Ir.Djatmiko Ichsani, M.Eng 1 Latar

Lebih terperinci

RESPON TEMPERATUR BAHAN BAKAR REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG PASCA LOCA

RESPON TEMPERATUR BAHAN BAKAR REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG PASCA LOCA Peningkatan Peran Itek Nuklir RESPON TEMPERATUR BAHAN BAKAR REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG PASCA LOCA V. I. S. Wardhani, Dudung A. Razak Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN, Jl. Tamansari 7,

Lebih terperinci

III. PEMBAHASAN. dimana, adalah proses Wiener. Kemudian, juga mengikuti proses Ito, dengan drift rate sebagai berikut: dan variance rate yaitu,

III. PEMBAHASAN. dimana, adalah proses Wiener. Kemudian, juga mengikuti proses Ito, dengan drift rate sebagai berikut: dan variance rate yaitu, 4 masing menyatakan drift rate dan variance rate dari. Untuk roses stokastik yang didefinisikan ada ruang robabilitas (Ω,, berlaku hal berikut: Misalkan adalah roses Wiener ada (Ω,,. Integral stokastik

Lebih terperinci

Pemodelan dan Simulasi Penurunan Tekanan pada Pipa Transmisi Menggunakan Metode Secant

Pemodelan dan Simulasi Penurunan Tekanan pada Pipa Transmisi Menggunakan Metode Secant Pemodelan dan Simulasi Penurunan Tekanan pada Pipa Transmisi Menggunakan Metode Secant Modeling and Simulation Pressure Drop in Transmission Pipeline Using Secant Method Kaisa S P Prodi S Ilmu Komputasi,

Lebih terperinci

Inisiasi 2 (MATERI ENERGI GELOMBANG)

Inisiasi 2 (MATERI ENERGI GELOMBANG) Inisiasi 2 (MATEI ENEGI GELMBANG) Saudara mahasiswa, calon endidik bangsa, selamat bertemu dalam kegiatan tutorial online kedua. Untuk kegiatan kali ini, kita akan berdiskusi tentang gelombang, teatnya

Lebih terperinci

SIMULATOR UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TEKANAN DAN HEATING VALUE PADA SISTEM JARINGAN PIPA GAS

SIMULATOR UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TEKANAN DAN HEATING VALUE PADA SISTEM JARINGAN PIPA GAS SIMULATOR UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TEKANAN DAN HEATING VALUE PADA SISTEM JARINGAN PIPA GAS Oleh : Mubassiran. 1,2, Riza, L. S. 1, Sidarto, K. A. 1, 3, Mucharam, L. 1, 4, Barato, W. U. 1 1 RC - OPPINET,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017 Seminar Nasional Inovasi Dan Alikasi Teknologi Di Industri 207 ISSN 2085-428 ITN Malang, 4 Pebruari 207 ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF EKSEKUSI PROYEK PENINGKATAN KINERJA FASILTAS PENGUJIAN SUMUR MINYAK

Lebih terperinci

Pemodelan Biaya Tak Langsung Proyek Konstruksi di PT Wijaya Karya (Studi Kasus: Proyek Konstruksi Di Provinsi Kalimantan Timur)

Pemodelan Biaya Tak Langsung Proyek Konstruksi di PT Wijaya Karya (Studi Kasus: Proyek Konstruksi Di Provinsi Kalimantan Timur) Pemodelan Biaya Tak Langsung Proyek Konstruksi di PT Wijaya Karya (Studi Kasus: Proyek Konstruksi Di Provinsi Kalimantan Timur) Odik Fajrin Jayadewa, Dr. Irhamah, S.Si, M.Si, dan 3 Dwi Endah Kusrini, S.Si,

Lebih terperinci

Penentuan Struktur Bawah Permukaan Daerah Pantai Panjang Kota Bengkulu Dengan Metode Seismik Refraksi

Penentuan Struktur Bawah Permukaan Daerah Pantai Panjang Kota Bengkulu Dengan Metode Seismik Refraksi Jurnal Gradien Vol.4 No.2 Juli 2008 : 337-34 Penentuan Struktur Bawah Permukaan Daerah Pantai Panjang Kota Bengkulu Dengan Metode Seismik Refraksi Refrizon, Suwarsono, Herno Yudiansyah Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

Oleh : Luthfan Riandy*

Oleh : Luthfan Riandy* STUDI PENGARUH KOMPOSISI, KONDISI OPERASI, DAN KARAKTERISTIK GEOMETRI PIPA TERHADAP PEMBENTUKAN KONDENSAT DI PIPA TRANSMISI GAS BASAH The Study of Composition, Operation Condition, and Pipe Characteristic

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan minyak, maka berbagai cara dilakukan untuk dapat menaikkan produksi minyak, adapun beberapa cara yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

SISTEM PENDINGINAN ABSORPSI SURYA PADAT DAN TERPADU

SISTEM PENDINGINAN ABSORPSI SURYA PADAT DAN TERPADU SISTEM PENDINGINAN ABSORPSI SURYA PADAT DAN TERPADU Mulyanef ) dan K.Soian ) ) Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta ) Jabatan Kejuruteraan Mekanik dan Bahan Universiti Kebangsaan Malaysia ABSTRAK

Lebih terperinci

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR Sugiyanto 1, Cokorda Prapti Mahandari 2, Dita Satyadarma 3. Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Jln Margonda Raya 100 Depok.

Lebih terperinci

KAJIAN KEEKONOMIAN DESAIN SEPARATOR SURFACE FACILITIES PADA LAPANGAN X ABSTRAK

KAJIAN KEEKONOMIAN DESAIN SEPARATOR SURFACE FACILITIES PADA LAPANGAN X ABSTRAK KAJIAN KEEKONOMIAN DESAIN SEPARATOR SURFACE FACILITIES PADA LAPANGAN X Oleh : Risdiyanta,ST,MT. *) ABSTRAK Salah satu tantangan di lapangan produksi di Indonesia adalah minyak dengan sifat fisik yang berbeda

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13 B13 Studi Numerik Karakteristik Perpindahan Panas pada Membrane Wall Tube Boiler Dengan Variasi Jenis Material dan Ketebalan Insulasi di PLTU Unit 4 PT.PJB UP Gresik I Nyoman Ari Susastrawan D dan Prabowo.

Lebih terperinci

Modifikasi Hydrograf Satuan Sintetik SCS Sungai Serayu Dengan Metoda Optimasi

Modifikasi Hydrograf Satuan Sintetik SCS Sungai Serayu Dengan Metoda Optimasi Modifikasi Hydrograf Satuan Sintetik SCS Sungai Serayu Dengan Metoda Otimasi Ariani Budi Safarina ABSTRAK Metoda hydrograf satuan sintetik dierlukan untuk menentukan arameter banjir di daerah aliran sungai

Lebih terperinci

BAB III MODEL EXPONENTIAL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC IN MEAN (EGARCH-M)

BAB III MODEL EXPONENTIAL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC IN MEAN (EGARCH-M) 30 BAB III MODEL EXPOETIAL GEERALIZED AUTOREGRESSIVE CODITIOAL HETEROSCEDASTIC I MEA (EGARCH-M) 3.1 Proses EGARCH Exonential GARCH (EGARCH) diajukan elson ada tahun 1991 untuk menutui kelemahan model ARCH/GARCH

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryatno Sudirham Studi Mandiri Integral dan Persamaan Diferensial ii Darublic BAB 3 Integral (3) (Integral Tentu) 3.. Luas Sebagai Suatu Integral. Integral Tentu Integral tentu meruakan integral yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198

Lebih terperinci

Perhitungan Rerating Motor Induksi Akibat Tegangan Tidak Seimbang Dengan Metode William

Perhitungan Rerating Motor Induksi Akibat Tegangan Tidak Seimbang Dengan Metode William Seminar Nasional Teknologi Informasi Komunikasi dan Industri (SNTIKI) 4 ISSN : 085-990 Pekanbaru, 3 Oktober 0 Perhitungan Rerating Motor Induksi Akibat Tegangan Tidak Seimbang Dengan Metode William Darmansyah

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERBANDINGAN METODA

BAB III METODOLOGI DAN PERBANDINGAN METODA BAB III METODOLOGI DAN PERBANDINGAN METODA Melalui enjelasan konse jaringan grah, dalam menelusuri rute menuntut adanya enggunaan metoda yang teat. Merunut ada tinjauan ustaka, setidaknya akan digunakan

Lebih terperinci

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo Studi Numerik Peningkatan Cooling Performance pada Lube Oil Cooler Gas Turbine Disusun Secara Seri dan Paralel dengan Variasi Kapasitas Aliran Lube Oil (Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait)

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR

BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR Berdasarkan ada bab sebelumnya, ada bab ini akan dijelaskan enetaan atribut-atribut (keseakatan istilah) yang akan digunakan, serta langkah-langkah

Lebih terperinci

270 o. 90 o. 180 o PENDAHULUAN

270 o. 90 o. 180 o PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan analisis data saat ini masih bertumu ada analisis untuk data linear. Disisi lain, untuk kasus-kasus tertentu engukuran dilakukan secara sirkular. Beberaa ilustrasi

Lebih terperinci

KERANGKA TEORITIS. pemasaran, stok, impor dan ekspor beras Indonesia saling terkait secara simultan

KERANGKA TEORITIS. pemasaran, stok, impor dan ekspor beras Indonesia saling terkait secara simultan III. KERANGKA TEORITIS Berdasarkan tinjauan ustaka yang telah dikemukakan maka disimulkan bahwa antara komonen enawaran, ermintaan, harga, endaatan etani, marjin emasaran, stok, imor dan eksor beras Indonesia

Lebih terperinci

BAB II. BAHASAN KUANTITATIF ALAT TRANSPORTASI FLUIDA

BAB II. BAHASAN KUANTITATIF ALAT TRANSPORTASI FLUIDA BAB II. BAHASAN KUANTITATIF ALAT TRANSPORTASI FLUIDA LEARNING OUTCOME Bab II ini adalah mahasiswa diharakan daat:. menyusun neraca massa dan neraca tenaga untuk dasardasar mekanika fluida,. menentukan

Lebih terperinci

BAB III PROSES TERMODINAMIKA GAS SEMPURNA

BAB III PROSES TERMODINAMIKA GAS SEMPURNA BAB III PROSES ERMODINAMIKA GAS SEMPURNA Proses emanasan dan eksansi gas secara umum bisa didefinisikan sebagai roses termodinamika. Dari engamatan, sebagai hasil dari aliran energi, erubahan terjadi ada

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) 1 Analisa Peletakan Booster Pump pada Onshore Pipeline JOB PPEJ (Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java) Debrina

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN PADA PIPA MINYAK BERSIFAT PARAFFINIC WAX DARI LAPANGAN X (STUDI LABORATURIUM DAN SIMULASI)

ANALISIS PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN PADA PIPA MINYAK BERSIFAT PARAFFINIC WAX DARI LAPANGAN X (STUDI LABORATURIUM DAN SIMULASI) ANALISIS PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN PADA PIPA MINYAK BERSIFAT PARAFFINIC WAX DARI LAPANGAN X (STUDI LABORATURIUM DAN SIMULASI) TUGAS AKHIR Oleh: YVAN CHRISTIAN NIM 12205010 Diajukan sebagai

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 4, Nomor 1, Mei 2013 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 4, Nomor 1, Mei 2013 ISSN Perbandingan Metode Klasifikasi Regresi Logistik Dengan Jaringan Saraf Tiruan (Studi Kasus: Pemilihan Jurusan Bahasa dan IPS ada SMAN 2 Samarinda Tahun Ajaran 2011/2012) Comarison of Classification Methods

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE... JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan

Lebih terperinci

Analisis Bottlenecking dalam Jaringan Perpipaan Lapangan Minyak. Analysis of Bottlenecking Problem in Oil Field Piping Network

Analisis Bottlenecking dalam Jaringan Perpipaan Lapangan Minyak. Analysis of Bottlenecking Problem in Oil Field Piping Network Analisis Bottlenecking dalam Jaringan Perpipaan Lapangan Minyak Analysis of Bottlenecking Problem in Oil Field Piping Network Oleh: Adolf S. P. Manurung* Sari Lapangan X memiliki lima sumur produksi minyak

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP Reza Fauzan *Email: reza.fauzan@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang peningkatan jumlah produksi minyak yang diperoleh dari sumur produksi

Lebih terperinci

APLIKASI REGRESI PARTIAL LEAST SQUARE UNTUK ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA YOGYAKARTA

APLIKASI REGRESI PARTIAL LEAST SQUARE UNTUK ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA YOGYAKARTA -ISSN 979 3693 e-issn 2477 0647 MEDIA STATISTIKA 9(2) 206: 75-84 htt://eournal.undi.ac.id/index.h/media_statistika APLIKASI REGRESI PARTIAL LEAST SQUARE UNTUK ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

HYDROGRAPH HYDROGRAPH 5/3/2017

HYDROGRAPH HYDROGRAPH 5/3/2017 5/3/2 HYDROGRAH REKAYASA HIDROLOGI Norma usita, ST.MT. HYDROGRAH Debit rencana banjir atau imasan banjir rencana di tentukan dengan beberaa metode, yaitu analitis, rasional, infitrasi, dan emiris. Metode

Lebih terperinci

BAB LISTRIK DINAMIS. (a) Rapat arus dapat dihitung dengan persamaan berikut : (c) Banyaknya elektron yang menghasilkan muatan 0,61 C adalah.

BAB LISTRIK DINAMIS. (a) Rapat arus dapat dihitung dengan persamaan berikut : (c) Banyaknya elektron yang menghasilkan muatan 0,61 C adalah. BB LSTK DNMS Contoh. Kuat arus listrik yamg mengalir ada suatu kabel yang luas enamang kawatnya 0, mm dalam suatu rangkaian elektronika adalah 0,7 m. Beraakah (a) raat arusnya? (b) Dalam satuan jam, beraakah

Lebih terperinci

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pemilahan Data

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pemilahan Data BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Pemilahan Data Pemilahan data dilakukan untuk menentukan data mana saja yang akan diolah. Dalam enelitian ini, data yang diikutsertakan dalam engolahan ditentukan berdasarkan teori

Lebih terperinci

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate. ANALISA PRESSURE DROP PADA HEAT-SINK JENIS LARGE EXTRUDE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA DAN LEBAR SALURAN IMPINGEMENT MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC) Muchammad 1) Abstrak Pressure drop merupakan

Lebih terperinci

FLUIDA STATIK. Dengan demikian gaya-gaya yang bekerja hanya gayagaya normal yaitu gaya tekan yang bekerja tegak lurus pada permukaannya.

FLUIDA STATIK. Dengan demikian gaya-gaya yang bekerja hanya gayagaya normal yaitu gaya tekan yang bekerja tegak lurus pada permukaannya. FLUID STTIK Fluida statik meruakan bagian dari hidrolika yang memelajari gaya-gaya tekan cairan dalam keadaan diam. Karena cairan dalam keadaan diam maka tidak terdaat geseran baik antara laisan cairan

Lebih terperinci

Modifikasi Hydrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Cisangkuy Dengan Metoda Optimasi

Modifikasi Hydrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Cisangkuy Dengan Metoda Optimasi Modifikasi Hydrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Cisangkuy Dengan Metoda Otimasi Ariani Budi Safarina ABSTRAK Metoda hydrograf satuan sintetik dierlukan untuk menentukan arameter banjir di daerah aliran

Lebih terperinci

BAB V Hasil Komputasi, Simulasi, dan Analisis

BAB V Hasil Komputasi, Simulasi, dan Analisis BAB V Hasil Komputasi, Simulasi, dan Analisis 5.1 Parameter dan Variabel Optimasi Salah satu variabel yang paling menentukan dalam perhitungan biaya operasi pompa yang telah dijelaskan pada subbab 3.2

Lebih terperinci

Acoustics An Introduction by Heinrich Kuttruff

Acoustics An Introduction by Heinrich Kuttruff Acoustics An Introduction by Heinrich Kuttruff Diterjemahkan oleh : Okta Binti Masfiatur Rohmah Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, 1 Bab 4 4.1 Solusi dari ersamaan gelombang 48 4. Gelombang harmonik

Lebih terperinci

Pemodelan dan Simulasi Penurunan Tekanan pada Pipa Transmisi Menggunakan Metode Secant

Pemodelan dan Simulasi Penurunan Tekanan pada Pipa Transmisi Menggunakan Metode Secant ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 3788 Pemodelan dan Simulasi Penurunan Tekanan pada Pipa Transmisi Menggunakan Metode Secant Modeling and Simulation Pressure

Lebih terperinci

Siklus Carnot dan Hukum Termodinamika II

Siklus Carnot dan Hukum Termodinamika II Siklus Carnot dan Hukum Termodinamika II Siklus Carnot Siklus adalah suatu rangkaian roses sedemikian rua sehingga akhirnya kembali keada keadaan semula. Perhatikan Gambar 1! Gambar 1. Siklus termodinamika.

Lebih terperinci

Regresi Rasio Prevalensi dengan Model Log-Binomial: Isu Ketakkonvergenan. Netti Herawati 1) Alfian Futuhul Hadi 2)

Regresi Rasio Prevalensi dengan Model Log-Binomial: Isu Ketakkonvergenan. Netti Herawati 1) Alfian Futuhul Hadi 2) BIAStatistika (2) Vol. 4, No., hal. 35 45 Regresi Rasio Prevalensi dengan Model Log-Binomial: Isu Ketakkonvergenan Netti Herawati ) Alfian Futuhul Hadi 2) ) Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lamung

Lebih terperinci

Pemodelan untuk Penghitungan Headloss Jaringan Pipa Distribusi Air Studi Kasus: Jaringan Distribusi Air PDAM Kota Bandung.

Pemodelan untuk Penghitungan Headloss Jaringan Pipa Distribusi Air Studi Kasus: Jaringan Distribusi Air PDAM Kota Bandung. Pemodelan untuk Penghitungan Headloss Jaringan Pipa Distribusi Air Studi Kasus: Jaringan Distribusi Air PDAM Kota Bandung Kuntjoro A. Sidarto 1,5, Rieske Hadianti 1,5, Leksono Mucharam 2,5, Amoranto risnobudi

Lebih terperinci

BAB 8 RANGKAIAN TIGA FASE

BAB 8 RANGKAIAN TIGA FASE BAB 8 RANGKAAN TGA FASE 8.1 Pendahuluan Dalam rangkaian-rangkaian sebelumnya yang diergunakan sebagai sumber tegangan adalah sumber tegangan satu fase, dimana sumber tegangan (generatr) dihubungkan kebeban

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GEOTEXTIL SEBAGAI ALTERNATIF PERBAIKAN TANAH TERHADAP PENURUNAN PONDASI DANGKAL

PENGGUNAAN GEOTEXTIL SEBAGAI ALTERNATIF PERBAIKAN TANAH TERHADAP PENURUNAN PONDASI DANGKAL PENGGUNAAN GEOTEXTIL SEBAGAI ALTERNATIF PERBAIKAN TANAH TERHADAP PENURUNAN PONDASI DANGKAL Yulvi Zaika, Budi Agus Kombino Jurusan Teknik Siil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jl. MT. Haryono

Lebih terperinci

KAJIAN TEORETIS RELASI DISPERSI BAHAN BERINDEKS BIAS NEGATIF

KAJIAN TEORETIS RELASI DISPERSI BAHAN BERINDEKS BIAS NEGATIF Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Peneraan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 009 KAJIAN TEORETIS RELASI DISPERSI BAHAN BERINDEKS BIAS NEGATIF Juliasih Partini,

Lebih terperinci

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD Fazri Apip Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian

Lebih terperinci

ISBN

ISBN ISBN 978-979-98831-1-7 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25-28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta STUDI KEMUNGKINAN PENGGUNAAN FIBER SEBAGAI SARINGAN PASIR DI INDUSTRI MIGAS Oleh : Suwardi UPN VETERAN

Lebih terperinci

[1] Beggs, H. Dale: Gas Production Operations, Oil and Gas Consultants International, Inc., Tulsa, Oklahoma, 1993.

[1] Beggs, H. Dale: Gas Production Operations, Oil and Gas Consultants International, Inc., Tulsa, Oklahoma, 1993. Daftar Pustaka [1] Beggs, H Dale: Gas Production Operations, Oil and Gas Consultants International, Inc, Tulsa, Oklahoma, 1993 [] Hoffman, Joe D: Numerical Methods for Engineers and Scientists, McGraw-hill,

Lebih terperinci