ANALISIS PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN PADA PIPA MINYAK BERSIFAT PARAFFINIC WAX DARI LAPANGAN X (STUDI LABORATURIUM DAN SIMULASI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN PADA PIPA MINYAK BERSIFAT PARAFFINIC WAX DARI LAPANGAN X (STUDI LABORATURIUM DAN SIMULASI)"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN PADA PIPA MINYAK BERSIFAT PARAFFINIC WAX DARI LAPANGAN X (STUDI LABORATURIUM DAN SIMULASI) TUGAS AKHIR Oleh: YVAN CHRISTIAN NIM Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA TEKNIK pada Program Studi Teknik Perminyakan PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010

2 ANALISIS PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN PADA PIPA MINYAK BERSIFAT PARAFFINIC WAX DARI LAPANGAN X (STUDI LABORATURIUM DAN SIMULASI) TUGAS AKHIR Oleh: YVAN CHRISTIAN NIM Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA TEKNIK pada Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung Disetujui oleh: Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Tanggal... (Dr. Ir. Leksono Mucharam)

3 Analisis Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Surfaktan Terhadap Kehilangan Tekanan Pada Pipa Minyak Bersifat Paraffinic Wax dari Lapangan X (Studi Laboratorium dan Simulasi) Analysis of Surfactant Types and Concentration Effect to Pressure Loss of Paraffinic Wax Oil Pipeline from X Field (Laboratory Study and Simulation) Oleh: Yvan Christian Sari Sejak digunakan sebagai fluida untuk injeksi kimia ke dalam reservoir, surfaktan telah memperoleh pengakuan dari industri perminyakan untuk meningkatkan faktor perolehan dari suatu reservoir minyak. Dalam perkembangannya, surfaktan kemudian diinjeksikan juga ke dalam pipa untuk mengurangi gaya tarik fluida dalam pipa. Hal ini akan mengurangi gaya gesek fluida terhadap pipa, sehingga menyebabkan pengurangan kehilangan tekanan dalam pipa. Salah satu cara mengetahui nilai friksi adalah dengan menggunakan Renault Number yang memperhitungkan parameter viskositas fluida. Untuk itu, dilakukan penelitian untuk mempelajari pengaruh jenis dan konsentrasi surfaktan terhadap viskositas minyak dan kehilangan tekanan dalam pipa. Kata kunci: Surfaktan, Gaya Tarik, Friksi, Kehilangan Tekanan, Viskositas, Abstract Since its use as a fluid for chemical injection into reservoir, surfactant has received acknowledgement from oil industry to increase recovery factor from an oil reservoir. In its development, surfactant is also injected into pipeline to decrease drag force of the fluid inside the pipe. This phenomenon will decrease the friction force of fluid against the inside wall of the pipe, which in turn will decrease the pressure loss along the pipeline. One way to determine the value of friction is by using Renault Number, which considers the viscosity parameter of the fluid. Therefore, a research was conducted in order to study the effect of the type and concentration of surfactant to the oil viscosity and pressure loss inside the pipe. Keywords: Surfactant, Drag Force, Friction, Pressure Loss, Viscosity I. PENDAHULUAN Surfaktan telah bertahun-tahun digunakan dalam industri perminyakan sebagai fluida injeksi yang digunakan dalam salah satu metode peningkatan perolehan minyak (enhanced oil reservoir). Surfaktan meningkatkan nilai faktor perolehan dengan menurunkan saturasi residual minyak. Hal ini disebabkan oleh sifat surfaktan yang menurunkan tegangan antarmuka minyak dengan batuan, sehingga minyak lebih mudah lepas dari batuan dan mengalir. Salah satu kegunaan lain dari surfaktan adalah sebagai Drag Reducer Agent (DRA). Drag Reducer Agent adalah suatu senyawa kimia tertentu yang memiliki kemampuan untuk mengurangi gaya gesek (friksi) antara dua permukaan yang bersentuhan. Hal ini yang mendasari penggunaan DRA, karena dalam tahap transportasi fluida (dalam hal ini minyak) melalui pipa, minyak akan bersentuhan dengan dinding pipa bagian dalam dan mengakibatkan friksi. Akibat adanya friksi tersebut, akan terjadi kehilangan tekanan sepanjang jalur pipa. Jika kehilangan tekanan yang terjadi terlalu besar, minyak yang dialirkan tidak akan memiliki energi yang cukup untuk tetap mengalir. Untuk itu, pada beberapa lapangan, dapat dijumpai pompa pada jalur pipa untuk memberikan energi kepada minyak Yvan Christian, , Sem 2 9/2010 1

4 untuk dapat terus mengalir menuju lokasi yang diinginkan. Penggunaan DRA yang mengurangi friksi, akan mengurangi jumlah pompa atau daya listrik yang dibutuhkan untuk pompa, sehingga mengurangi biaya operasional lapangan tersebut. Kegunaan lain dari DRA adalah meningkatkan kapasitas pipa untuk mengalirkan minyak. Ketika laju alir minyak di suatu lapangan ingin ditingkatkan, salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah kapasitas pipa. Jika laju alir minyak yang diinginkan lebih besar daripada kapasitas pipa yang sedang digunakan, maka perlu dilakukan instalasi pipa baru dengan kapasitas yang lebih besar. Hal yang biasa dilakukan adalah dengan mengganti pipa dengan pipa berukuran (diameter) lebih besar. Untuk melakukan penggantian pipa, maka aliran minyak harus dihentikan atau dialihkan sementara, sehingga menimbulkan biaya tambahan selain dari biaya instalasi pipa yang baru. Injeksi DRA ke dalam pipa dapat menjadi solusi alternatif untuk masalah peningkatan kapasitas pipa. Karena DRA bekerja dengan mengurangi friksi yang kemudian mengurangi kehilangan tekanan di sepanjang pipa, maka dengan tekanan operasi yang sama seperti sebelumnya, kapasitas pipa yang digunakan dapat ditingkatkan. Mekanisme kerja surfaktan dalam mengurangi friksi dalam pipa sebenarnya masih belum diketahui secara pasti. Tetapi, surfaktan dikatakan mempunyai karakteristik untuk mencari permukaan untuk melekat. Hal ini disebabkan oleh bentuk molekul surfaktan yang mempunyai bagian kepala dan ekor. Jika surfaktan diinjeksikan ke dalam aliran minyak dalam pipa, bagian kepala surfaktan akan menempel kepada molekul permukaan minyak, sedangkan bagian ekor surfaktan akan menempel kepada dinding pipa bagian dalam. Fenomena tersebut akan membentuk suatu lapisan yang menyebabkan minyak tidak bergesekan secara langsung, sehingga akan mengurangi gaya friksi antara minyak dan pipa. Pengurangan gaya friksi inilah yang akhirnya mengurangi kehilangan tekanan dalam pipa. II. ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA Aliran fluida dalam pipa terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa. Dalam alirannya di dalam pipa, dapat terjadi kehilangan tekanan karena beberapa hal, seperti terjadinya gesekan (friksi) antara fluida dengan dinding bagian dalam dari pipa. Besarnya friksi suatu aliran dalam pipa dipengaruhi oleh, antara lain faktor kekasaran permukaan bagian dalam pipa dan jenis aliran fluida itu sendiri. Informasi mengenai besarnya nilai faktor gesekan adalah penting untuk diketahui, karena informasi nilai tersebut dapat menentukan besarnya kehilangan tekanan yang terjadi di sepanjang pipa. Bilangan Reynold Pada abad ke-19, Ostwald Reynold menemukan jenis-jenis aliran fluida ketika melakukan percobaan menggunakan tinta pada air yang mengalir. Pada percobaan tersebut, terlihat bahwa aliran tinta yang dimasukkan ke dalam aliran air berupa osilasi. Tetapi, pada kecepatan alir yang lain, aliran tinta tidak berupa osilasi, melainkan sejajar (linear) dengan arah aliran air. Untuk menghormati penemuannya ini, dibuatlah konsep Bilangan Reynold yang menentukan apakah suatu aliran dikategorikan sebagai aliran laminar, turbulen, atau transisi (di antara laminar dan turbulen). Bilangan Reynold dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: di mana: (1) γ L = specific gravity fluida, tanpa satuan q L = laju alir fluida, barel/hari d i μ = diameter dalam pipa, inch = viskositas fluida, cp Pada percobaan dengan Fann VG Viscomenter, di mana laju alir fluida disebabkan oleh perputaran rotor, persamaan untuk Bilangan Reynold adalah sebagai berikut: di mana:... (2) Ω = rotasi rotor per menit κ = perbandingan diameter rotor dan diameter cup R = diameter cup, inch μ = viskositas fluida, cp Yvan Christian, , Sem 2 9/2010 2

5 Kisaran Bilangan Reynold untuk menentukan jenis aliran fluida adalah sebagai berikut: Re < 0, aliran laminar 0 < Re < 4000, aliran transisi Re > 4000, aliran turbulen Faktor gesekan (friction factor) adalah nilai dari besarnya hambatan yang diberikan suatu permukaan yang diakibatkan oleh terjadinya gesekan (friksi) antara fluida yang mengalir dengan permukaan tersebut. Persamaan untuk faktor gesekan berbeda tergantung dari jenis alirannya, apakah alirannya turbulen atau laminar. Untuk jenis aliran fluida laminar, faktor gesekan dapat ditentukan dengan persamaan berikut: (3) Sementara, untuk persamaan faktor gesekan pada aliran turbulen dipengaruhi oleh kekasaran pipa yang digunakan. Misalnya untuk pipa halus dan N Re < 10 5, dapat digunakan korelasi Blasius: (4) Dengan mengetahui nilai faktor gesekan, dapat ditentukan besarnya kehilangan tekanan dalam pipa dengan persamaan sebagai berikut: di mana: ΔP = kehilangan tekanan, psi q L = laju alir fluida, barel/hari (5) γ = perbandingan massa jenis fluida terhadap air (specific gravity) L d i = panjang pipa, feet = diameter pipa bagian dalam, inch Fann VG Viscometer Fann VG Viscometer adalah alat untuk mengukur viskositas nyata (apparent viscosity) dari suatu fluida. Alat ini dapat memberikan putaran sebesar 3 RPM, 6 RPM, RPM, RPM, 300 RPM, dan 600 RPM. Besarnya putaran tersebut ditransmisikan kepada fluida melalui sebuah rotor. Fluida dalam cup akan ikut berputar dan kemudian memutar bob di sebelah dalam rotor. Perputaran bob akan mengakibatkan simpangan yang dapat dilihat dan dibaca sebagai dial reading (θ). Pada percobaan ini, diameter rotor yang digunakan adalah 3.87 inch. Viskositas Nyata Viskositas nyata adalah nilai viskositas suatu fluida pada nilai laju geser tertentu. Viskositas nyata perlu diketahui untuk menghitung Bilangan Reynold. Untuk menentukan nilai dari viskositas nyata, dibutuhkan nilai tegangan geser (shear stress) pada laju geser (shear rate) tertentu. Sehingga nilai dari viskositas nyata dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: di mana: (6) μ a = viskositas nyata, centipoises τ = tegangan geser, dyne/cm 2 γ = laju geser, 1/detik Untuk penggunaan alat Fann VG Viscometer, nilai tegangan geser dan laju geser dapat ditentukan dari dial reading dan putaran per menit (rotation per minute, RPM). Persamaannya adalah sebagai berikut: di mana: θ N = dial reading (7) (8) = rotasi per menit (RPM) III. ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Fann VG Viscometer 2. Fann thermo cup 3. Termometer 4. Gelas ukur 5. Neraca elektrik 6. Batang pengaduk 7. Pipet tetes 8. Sampel minyak dari lapangan X yang bersifat paraffinic wax. Yvan Christian, , Sem 2 9/2010 3

6 9. Surfaktan 10A 10. Surfaktan 13A* IV. PROSEDUR PERCOBAAN Percobaan Laboraturium Untuk memulai percobaan ini, terlebih dahulu dipersiapkan sampel minyak yang akan diuji. Pada percobaan ini, konsentrasi surfaktan 10A dan 13A* pada sampel minyak adalah ppm, ppm, dan 300 ppm. Larutan surfaktan dengan konsentrasi tersebut dapat dibuat dari larutan surfaktan dengan konsentrasi awal 0 ppm yang kemudian diencerkan.percobaan ini berlangsung pada beberapa temperatur berbeda yang dapat diatur di Fann thermo cup. Temperatur yang digunakan adalah o F, 110 o F, 120 o F, 130 o F, dan 140 o F. Setelah sampel disiapkan, sampel dimasukkan ke dalam Fann thermo cup, yang kemudian dipasangkan pada Fann VG Viscometer sampai bob di bagian dalam rotor terendam seluruhnya oleh minyak. Fann thermo cup kemudian diatur dengan temperatur uji terendah, yaitu o F. Setelah mencapai temperatur tersebut, Fann VG Viscometer dinyalakan dengan RPM terendah, yaitu 3. Jika jarum penunjuk pada alat Fann VG Viscometer mulai stabil, angka yang ditunjukkan diambil sebagai dial reading pada RPM tersebut. Jika dial reading pada o F dan 3 RPM telah didapat, maka percobaan dilanjutkan dengan menaikkan RPM sampai kepada 600 RPM. Selanjutnya, temperatur pada Fann thermo cup dapat dinaikkan ke temperatur uji berikutnya, yaitu 110 o F. Demikian seterusnya sampai kepada temperatur dan RPM uji akhir (140 o F dan 600 RPM). Simulasi Percobaan Data yang didapatkan dari percobaan laboraturium di atas, kemudian dimasukkan sebagai input ke dalam simulasi dengan software PipeSim 0. Input dari hasil percobaan adalah API dan kisaran viskositas. Beberapa data lain, di antaranya: Tekanan ujung hilir pipa (P out ) = 60 psia Laju alir fluida = 20 barel/hari Persamaan aliran = Moody (satu fasa) Temperatur ambien udara = 20 o C Temperatur ambien air = 14 o C Data-data input tersebut kemudian disimulasikan sehingga mendapatkan tekanan pipa pada ujung hulu pipa (inlet pressure). Data inlet pressure untuk penggunaan surfaktan yang berbeda dengan berbagai konsentrasi uji, kemudian dimasukkan sebagai input data. Kali ini, laju alir fluida dijadikan sebagai variabel yang dicari (unknown variable). V. DATA DAN PENGOLAHAN DATA Data API minyak yang digunakan adalah sebesar 30 o API. SG (specific gravity, γ) dapat ditentukan dari API dengan persamaan berikut: Maka, (9) Dengan asumsi densitas air adalah 1 gram/cc, maka densitas minyak adalah 0,876 g/cc. Data Profil Pipa untuk Simulasi a. Kasus 1 Pipa lurus. Panjang = 70 km Elevasi = 0 m OD pipa = 24 in ID pipa = 19,311 in Kekasaran = 0,001 in b. Kasus 2 Pipa memiliki segmen yang masuk ke dalam sungai. Pipa mulai masuk ke dalam sungai setelah berjarak 45 km dari ujung hulu. Panjang = 70 km OD pipa = 24 in ID pipa = 19,311 in Panjang pipa dalam sungai = m Kekasaran = 0,001 in c. Kasus 3 Pipa memiliki segmen yang masuk ke dalam sungai dan berdiameter lebih kecil dari pipa sebelum dan setelah masuk ke sungai. Pipa mulai masuk ke dalam sungai setelah berjarak 45 km dari ujung hulu. Yvan Christian, , Sem 2 9/2010 4

7 Panjang = 70 km OD pipa = 24 in ID pipa = 19,311 in Panjang pipa dalam sungai = m OD pipa dalam sungai = 8 in ID pipa dalam sungai = 6,815 in Kekasaran = 0,001 in Berikut adalah data yang dihasilkan selama percobaan: 1. Minyak tanpa surfaktan Tabel 1 - o F , ,4 86, , ,8 62, , ,2 54, , ,4 48,66451 Tabel o F 9 45, ,4 26, , ,8 22, , ,2 22, , ,4 19,86307 Tabel o F 6 30, ,4 17, , ,8 16, , ,2 15, , ,4 15,89045 Tabel o F 5 25, ,4 14, , ,8 11, , ,2 10, , ,4 10,92469 Tabel o F 6 30, ,8 8, , ,2 8, , ,4 9, Minyak dengan Surfaktan 10A a. Konsentrasi ppm Tabel 6 - o F , ,4 65, , ,8 50, , ,2 43, , ,4 33,76721 Tabel o F 7 35, ,4 20, ,5 63, ,8 18, ,54 511,2 19, , ,4 19,86307 Tabel o F 5 25, ,4 14, , ,8 11, , ,2 10, , ,4 10,42811 Tabel o F 6 30, ,8 8, ,77 511,2 9, , ,4 8, Tabel o F , ,4 6, , ,2 6, , ,8 7,44865 b. Konsentrasi ppm Tabel 11 o F Yvan Christian, , Sem 2 9/2010 5

8 17 86, ,4 50, , ,8 40, , ,2 35, , ,4 30,78775 Tabel o F 6 30, ,4 17, ,77 340,8 14, , ,2 14, , ,4 14,40072 Tabel o F 4 20, ,4 11, , ,8 11, , ,2 10, , ,4 10,42811 Tabel o F 6 30, ,8 8, , ,2 8, , ,4 8, Tabel o F 5 25, ,8 7, , ,2 7, , ,4 7,44865 c. Konsentrasi 300 ppm Tabel 16 o F 16 81, ,4 47, , ,8 35, , ,2 30, , ,4 27,31172 Tabel o F 6 30, ,4 17, , ,8 16, , ,2 16, , ,4 17,38018 Tabel o F 5 25, ,4 14, , ,8 13, , ,2 12, , ,4 11,91784 Tabel o F 6 30, ,8 8, , ,2 8, , ,4 7, Tabel o F 5 25, ,8 7, , ,2 6, , ,4 6, Minyak dengan Surfaktan 13A* a. Konsentrasi ppm Tabel 21 o F 17 86, ,4 50, , ,8 43, , ,2 34, , ,4 29,29802 Tabel o F 6 30, ,4 17, , ,8 17, , ,2 15, , ,4 14,8973 Yvan Christian, , Sem 2 9/2010 6

9 Tabel o F 5 25, ,4 14, , ,8 11, , ,2 11, , ,4 11,91784 Tabel o F 7 35, ,8 10, , ,2 8, , ,4 9, Tabel o F Dial reading tidak dapat dibaca pada setiap RPM, dikarenakan tidak kunjung stabil. b. Konsentrasi ppm Tabel 26 o F 10 50,77 170,4 29, , ,8 26, , ,2 24, , ,4 22,84253 Tabel o F 5 25, ,4 14, ,77 340,8 14, , ,2 13, , ,4 13,90415 Tabel o F 4 20, ,4 11, , ,8 11, , ,2 10, , ,4 11,42126 Tabel o F 6 30, ,8 8, , ,2 8, , ,4 7, Tabel o F 5 25, ,8 7, , ,2 7, , ,4 7,44865 c. Konsentrasi 300 ppm Tabel 31 o F RPM θ τ γ μ a 15 76, ,4 44, , ,8 35, , ,2 31, , ,4 29,29802 Tabel o F RPM θ τ γ μ a 9 45, ,4 26, , ,8 23, , ,2 17, , ,4 16,88361 Tabel o F RPM θ τ γ μ a 6 30, ,4 17, ,77 340,8 14, , ,2 13, , ,4 13,40757 Tabel o F RPM θ τ γ μ a 4 20, ,4 11, , ,8 10, ,77 511,2 9, , ,4 9, Tabel o F Yvan Christian, , Sem 2 9/2010 7

10 RPM θ τ γ μ a 5 25, ,8 7, , ,2 7, , ,4 7,44865 VI. PEMBAHASAN Penurunan Kehilangan Tekanan oleh Surfaktan 10A Hasil pengolahan data di atas menunjukkan adanya hubungan antara konsentrasi surfaktan dan temperatur percobaan dengan viskositas nyata minyak (μa). Kenaikan temperatur berbanding terbalik dengan viskositas nyata minyak, dalam arti bahwa semakin tinggi temperatur percobaan, viskositas nyata minyak semakin rendah. Sedangkan semakin tinggi konsentrasi surfaktan, pada umumnya, nilai viskositas nyata minyak semakin kecil. Tendensi tersebut mengalami deviasi pada temperatur 110 dan 120 o F, di mana pada konsentrasi 300 ppm, nilai viskositas nyata yang dihasilkan lebih besar dari nilai pada konsentrasi ppm. Perubahan konsentrasi Surfaktan 10A memberikan penurunan viskositas yang signifikan pada temperatur o F. Dengan memberikan ppm kepada minyak awal (belum diberikan surfaktan), viskositas nyata minyak berkurang dari sekitar 63 cp menjadi sekitar 48 cp, menghasilkan perbedaan sebesar 15 cp. Penambahan konsentrasi menjadi ppm kemudian mengurangi viskositas minyak sekitar 9 cp, menjadi 39 cp. Penambahan berikutnya menjadi 300 ppm hanya menurunkan viskositas sebesar kurang lebih 4 cp, menjadi 35 cp. Dari data-data di atas, dapat dilihat bahwa viskositas nyata minyak rata-rata terendah terdapat pada konsentrasi 300 ppm dan temperatur 140 o F. Tetapi, jika dilihat segi efektivitas, kerja paling baik Surfaktan 10A adalah pada temperatur o F dan konsentrasi 300 ppm. Hal ini karena pada kondisi tersebut, penurunan viskositas dari kondisi awal (minyak tanpa surfaktan pada temperatur percobaan yang sama) adalah yang paling besar, yaitu sekitar sebesar 28 cp. Selain itu, temperatur juga mempunyai efek yang baik dalam penurunan viskositas nyata minyak. Penurunan viskositas terbesar terjadi kenaikan temperatur dari o F menjadi 110 o F, menghasilkan penurunan sekitar 40 cp. Penurunan Kehilangan Tekanan oleh Surfaktan 13A* Sama seperti kondisi pada Surfaktan 10A, pada umumnya viskositas menurun dengan kenaikan temperatur dan konsentrasi surfaktan. Akan tetapi dapat dilihat bahwa untuk setiap temperatur percobaan (kecuali temperatur tertinggi, yaitu 140 o F) nilai viskositas kembali meningkat dengan bertambahnya konsentrasi Surfaktan 13A* dari ppm menjadi 300 ppm. Hal ini dapat diakibatkan oleh pada konsentrasi 300 ppm, Surfaktan 13A* justru membentuk suatu emulsi dengan sampel minyak sehingga menyebabkan sampel minyak lebih kental dari sampel minyak dengan konsentrasi Surfaktan 13A* ppm. Tendensi kembali meningkatnya nilai viskositas minyak tidak terjadi pada temperatur 140 o F. Pada temperatur ini, viskositas pada konsentrasi 300 ppm tidak melebihi nilai viskositas pada konsentrasi pada ppm, melainkan mempunyai nilai yang sama. Hal ini kemungkinan besar terjadi akibat efek temperatur yang tinggi, yang pada akhirnya menurunkan kekentalan dari emulsi yang diperkirakan terjadi pada konsentrasi 300 ppm. Pada percobaan laboraturium dengan Surfaktan 13A*, sayang sekali tidak diperoleh data nilai viskositas pada kondisi konsentrasi surfaktan sebesar ppm dengan temperatur 140 o F. Hal ini disebabkan oleh pada saat percobaan dilakukan, jarum penunjuk dial reading pada Fann VG Viscometer terus bergoyang dan tidak kunjung stabil dalam menunjukkan nilai dial reading (θ). Percobaan tidak dilakukan ulang karena terbatasnya jumlah Surfaktan 13A* dan waktu percobaan. Pada percobaan dengan surfaktan ini, nilai viskositas minyak rata-rata terendah terdapat pada kondisi temperatur 140 o F dan konsentrasi surfaktan 300 ppm, yaitu 7,9 cp. Tetapi, dari segi efektivitas, kerja paling baik Surfaktan 13A* adalah pada kondisi temperatur o F dan konsentrasi surfaktan ppm. Kondisi percobaan tersebut menghasilkan penurunan viskositas nyata minyak sebesar 37 cp, dari 63 cp menjadi 26 cp. Hasil ini mendekati efek terbaik yang diberikan oleh kenaikan temperatur percobaan dari 63 cp pada o F menjadi sekitar 23 cp pada 110 o F. Yvan Christian, , Sem 2 9/2010 8

11 Simulasi Kehilangan Tekanan Dengan data-data di atas, kita dapat menentukan besarnya kehilangan tekanan dalam pipa pada temperatur, jenis, dan konsentrasi surfaktan tertentu. Percobaan kali ini menggunakan software PipeSim 0 dengan asumsi aliran fluida satu fasa (hanya minyak). Berikut adalah hasil dari simulasi menggunakan PipeSim 0: Kasus 1: Pipa 70 km lurus dengan ukuran 24 inci. Surfactant P out, psi P in, psi ΔP, psi - 0 ppm , ,4457 ppm , , A ppm ,361 68, ppm ,474 58,4742 ppm ,070 90, A* ppm 60 88,072 28, ppm ,269 54,2692 Kasus 2: Pipa sepanjang 70 km dengan m segmen masuk ke dalam sungai. Pipa yang masuk ke dalam sungai berdiameter sama, yaitu 24 inci. Surfactant P out, psi P in, psi ΔP, psi - 0 ppm , ,627 ppm , ,303 10A ppm ,688 83, ppm ,749 70,749 ppm , ,556 13A* ppm 60 90,593 30, ppm ,746 64,746 Kasus 3: Pipa sepanjang 70 km dengan m segmen masuk ke dalam sungai. Diameter pipa yang masuk ke dalam sungai lebih kecil dari pipa di permukaan, yaitu 8 inci. Surfactant P out, psi P in, psi ΔP, psi - 0 ppm , ,0636 ppm , ,076 10A ppm , , ppm ,674 86,6736 ppm , , A* ppm 60 97,695 37, ppm ,341 79,3406 Dari hasil simulasi di atas, dapat dilihat bahwa performa surfaktan dalam menurunkan kehilangan tekanan berbanding lurus dengan konsentrasi surfaktan yang digunakan. Dan secara umum, Surfaktan 13A* memiliki performa yang lebih baik jika dibandingkan dengan Surfaktan 10A. Tetapi, terdapat anomali yang sama seperti pada percobaan laboraturium, yaitu pada Surfaktan 13A* dengan konsentrasi 300 ppm. Dengan konsentrasi 300 ppm, Surfaktan 13A* justru memperbesar nilai kehilangan tekanan sepanjangan pipa, bahkan melebihi besarnya kehilangan tekanan menggunakan Surfaktan 10A pada 300 ppm. VII. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil percobaan dan simulasi yang dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kedua jenis surfaktan (Surfaktan 10A dan Surfaktan 13A*) dapat digunakan sebagai DRA (Drag Reducer Agent). 2. Efek drag reducer Surfaktan 10A dan Surfaktan 13A* memiliki kondisi optimum yang berbeda, tergantung dari temperatur dan konsentrasi saat digunakan. 3. Kondisi optimum untuk Surfaktan 10A pada percobaan ini adalah pada temperatur of dengan konsentrasi 300 ppm, dengan kehilangan tekanan sebesar 58,47 psia (Kasus 1), 70,75 psia (Kasus 2), dan 86,67 psia (Kasus 3). 4. Kondisi optimum untuk Surfaktan 13A* pada percobaan ini adalah pada temperatur of dengan konsentrasi ppm, dengan kehilangan tekanan sebesar 28,07 psia (Kasus 1), 30,6 psia (Kasus 2), dan 37,7 psia (Kasus 3). 5. Surfaktan 13A* memiliki performa optimum yang lebih baik dibandingkan Surfaktan 10A Yvan Christian, , Sem 2 9/2010 9

12 untuk penggunaan pada minyak bersifat paraffinic wax. 6. Sampel minyak bersifat parafficinc wax yang digunakan memiliki kepekaan yang lebih besar terhadap perubahan temperatur dibandingkan dengan perubahan jenis dan atau konsentrasi surfaktan. 7. Diameter pipa cukup berpengaruh pada kondisi tanpa surfaktan, tetapi pengaruhnya semakin kecil dengan semakin meningkatnya efektivitas surfaktan. Dari kesimpulan di atas, disarankan untuk: 1. Menganalisis keekonomian dalam penggunaan surfaktan yang bersangkutan, untuk mengetahui biaya yang akan dikeluarkan untuk menggunakan surfaktan dibandingkan dengan menggunakan pemanas atau insulasi. 2. Melanjutkan percobaan laboraturium menggunakan surfaktan yang bersangkutan dengan sampel minyak jenis lain. VIII. REFERENSI 1. Campbell, Samuel E. & Jovancicevic, Vladimir. 1. Performance Improvements From Chemical Drag Reducers. SPE. 2. Hamouda, A.A et al Drag Reducer Performance Measurement-A Scaled-Up Laboratory Test Compared With a Field Trial. SPE. 3. Mucharam, Leksono. 8. Liquid Flow in Pipes (Slide Kuliah). 4. Prasetyo, Indra. 3. Drag Reducer Increases Pipeline Capacity to Accommodate the Successful of Field Development. SPE. 5. Prawesti, Annisa. 9. Analisa Pengaruh Polymer dan Surfaktan terhadap Viskositas Minyak (Studi Laboratorium). Teknik Perminyakan ITB. 6. Schramm, Lauriel L. 0. Surfactants: Fundamentals and Applications in the Petroleum Industry. Cambridge University Press. Yvan Christian, , Sem 2 9/

13 Viscosity, cp Viscosity, cp IX. LAMPIRAN Grafik Viskositas Nyata Surfactant 10A Temperature, F 0 ppm ppm ppm 300 ppm Surfactant 13A* Temperature, F 0 ppm ppm ppm 300 ppm Yvan Christian, , Sem 2 9/

14 Tekanan Pipa, psia Model Desain Pipa pada PipeSim Kasus 1: Pipa lurus sepanjang 70 km Kasus 2 dan 3: Pipa sepanjang 70 km dengan segmen sepanjang m yang masuk ke dalam sungai Grafik Kehilangan Tekanan Kasus 1: Pipa lurus 250 Profil Tekanan Pipa (Kasus 1) No Surfactant 10A ppm 10A ppm 10A 300 ppm 13A* ppm 13A* ppm 13A* 300 ppm Panjang Pipa, km Yvan Christian, , Sem 2 9/

15 Tekanan Pipa, psia Kasus 2: Pipa bersegmen masuk ke dalam sungai, ukuran pipa tetap (24 in) 300 Profil Tekanan Pipa (Kasus 2) No Surfactant 10A ppm 10A ppm 10A 300 ppm 13A* ppm 13A* ppm 13A* 300 ppm Panjang Pipa, km Yvan Christian, , Sem 2 9/

16 Tekanan Pipa, psia Kasus 3: Pipa bersegmen masuk ke dalam sungai, ukuran pipa berubah (24 in 8 in 24 in) 350 Profil Tekanan Pipa (Kasus 3) No Surfactant 10A ppm 10A ppm 10A 300 ppm 13A* ppm 13A* ppm 13A* 300 ppm Panjang Pipa, km Yvan Christian, , Sem 2 9/

STUDI KESTABILAN BUSA MENGENAI PENGARUH SUHU DAN ELEKTROLITSERTA KONSENTRASI SURFAKTAN DENGAN DAN TANPA MINYAK

STUDI KESTABILAN BUSA MENGENAI PENGARUH SUHU DAN ELEKTROLITSERTA KONSENTRASI SURFAKTAN DENGAN DAN TANPA MINYAK Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 STUDI KESTABILAN BUSA MENGENAI PENGARUH SUHU DAN ELEKTROLITSERTA KONSENTRASI SURFAKTAN DENGAN DAN TANPA MINYAK

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan minyak, maka berbagai cara dilakukan untuk dapat menaikkan produksi minyak, adapun beberapa cara yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS

STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS Ricky 1), Sugiatmo Kasmungin 2), M.Taufiq Fathaddin 3) 1) Mahasiswa Magister Perminyakan, Fakultas

Lebih terperinci

Panduan Praktikum 2012

Panduan Praktikum 2012 Percobaan 4 HEAD LOSS (KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA LURUS) A. Tujuan Percobaan: 1. Mengukur kerugian tekanan (Pv). Mengukur Head Loss (hv) B. Alat-alat yang digunakan 1. Fluid Friction Demonstrator. Stopwatch

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS Juari NRP: 1321025 Pembimbing: Robby Yussac Tallar, Ph.D. ABSTRAK Hidraulika merupakan ilmu dasar dalam bidang teknik sipil yang menjelaskan perilaku fluida atau

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009 Makalah Profesional IATMI 09 004 Simulasi Line Packing Sebagai Storage pada Pipa Transmisi Gas Studi Kasus:

Lebih terperinci

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. KLASIFIKASI FLUIDA Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :.1.1 Fluida Newtonian

Lebih terperinci

BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada

BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA.1 Sifat-Sifat Fluida Fluida merupakan suatu zat yang berupa cairan dan gas. Fluida memiliki beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu sistem transfer fluida dari suatu tempat ke tempat lain biasanya terdiri dari pipa,valve,sambungan (elbow,tee,shock dll ) dan pompa. Jadi pipa memiliki peranan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL LABORATORIUM MENGENAI VISKOSITAS POLIMER TERHADAP PENGARUH SALINITAS, TEMPERATUR DAN KONSENTRASI POLIMER (Laboratorium Study)

KAJIAN AWAL LABORATORIUM MENGENAI VISKOSITAS POLIMER TERHADAP PENGARUH SALINITAS, TEMPERATUR DAN KONSENTRASI POLIMER (Laboratorium Study) Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 2 ISSN (E) : 2540-7589 KAJIAN AWAL LABORATORIUM MENGENAI VISKOSITAS POLIMER TERHADAP PENGARUH SALINITAS, TEMPERATUR DAN KONSENTRASI

Lebih terperinci

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto Jurusan teknik kimia fakultas teknik universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih terperinci

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD Fazri Apip Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian

Lebih terperinci

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

JUDUL TUGAS AKHIR  ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI JUDUL TUGAS AKHIR http://www.gunadarma.ac.id/ ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI ABSTRAKSI Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM PENGARUH INJEKSI POLIMER CMC-AM TERHADAP PEROLEHAN MINYAK

STUDI LABORATORIUM PENGARUH INJEKSI POLIMER CMC-AM TERHADAP PEROLEHAN MINYAK STUDI LABORATORIUM PENGARUH INJEKSI POLIMER CMC-AM TERHADAP PEROLEHAN MINYAK Oleh Gabriela Crystina Parera * Prof. Dr. Ir. Septoratno Siregar D.E.A. ** Sari Injeksi larutan polimer merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INJEKSI POLYMER HEC AM TERHADAP PEROLEHAN MINYAK (STUDI LABORATORIUM) Oleh Ryanty Sari Yuliana * Prof.Dr.Ir.Septoratno Siregar **

ANALISIS PENGARUH INJEKSI POLYMER HEC AM TERHADAP PEROLEHAN MINYAK (STUDI LABORATORIUM) Oleh Ryanty Sari Yuliana * Prof.Dr.Ir.Septoratno Siregar ** ANALISIS PENGARUH INJEKSI POLYMER HEC AM TERHADAP PEROLEHAN MINYAK (STUDI LABORATORIUM) Oleh Ryanty Sari Yuliana * Prof.Dr.Ir.Septoratno Siregar ** Sari Dalam meningkatkan produksi minyak, metode EOR (

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kasus Semburan Lumpur Lapindo Brantas yang sudah berjalan 2 tahun terakhir ini, pemerintah dan pihak yang terkait disibukkan dengan cara mengatasi/penanggulangannya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) Panduan Praktikum Fenomena Dasar 010 A. Tujuan Percobaan: Percobaan 5 Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) 1. Mengamati kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan.

Lebih terperinci

VISKOSITAS DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN

VISKOSITAS DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN VISKOSITAS DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN I. TUJUAN 1. Menentukan viskositas cairan dengan metoda Ostwald 2. Mempelajari pengaruh suhu terhadap viskositas cairan II. DASAR TEORI Viskositas diartikan sebagai

Lebih terperinci

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

Aliran Turbulen (Turbulent Flow) Aliran Turbulen (Turbulent Flow) A. Laminer dan Turbulen Laminer adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikelpartikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer,

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL 4.1 Kondisi perancangan Tahap awal perancangan sistem perpipaan air untuk penyiraman kebun vertikal yaitu menentukan kondisi

Lebih terperinci

Kata kunci: recovery factor, surfactant flooding, seven-spot, saturasi minyak residu, water flooding recovery factor.

Kata kunci: recovery factor, surfactant flooding, seven-spot, saturasi minyak residu, water flooding recovery factor. Pengembangan Persamaan untuk Mengestimasi Recovery Factor dari Surfactant Flooding pada Pola Injeksi Seven-Spot Gerdhy Ferdian* Dr. Ir. Leksono Mucharam** Abstrak Pemilihan metode peningkatan perolehan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) 1 Analisa Peletakan Booster Pump pada Onshore Pipeline JOB PPEJ (Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java) Debrina

Lebih terperinci

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng ALIRAN FLUIDA Kode Mata Kuliah : 2035530 Bobot : 3 SKS Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng Apa yang kalian lihat?? Definisi Fluida Definisi yang lebih tepat untuk membedakan zat

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SURFAKTAN POLIMER PADA SALINITAS PPM DAN SUHU 85 C

KARAKTERISASI SURFAKTAN POLIMER PADA SALINITAS PPM DAN SUHU 85 C Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 KARAKTERISASI SURFAKTAN POLIMER PADA SALINITAS 15.000 PPM DAN SUHU 85 C Radityo Danisworo 1, Sugiatmo Kasmungin

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Mixing : Ir. Gatot Subiyanto, M.T. Tanggal Praktikum : 03 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 10 Juni 2014 (Laporan)

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENERAPAN INJEKSI SURFAKTAN DAN POLIMER DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN SIMULATOR NUMERIK TESIS EMA FITRIANI NIM :

STUDI KELAYAKAN PENERAPAN INJEKSI SURFAKTAN DAN POLIMER DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN SIMULATOR NUMERIK TESIS EMA FITRIANI NIM : STUDI KELAYAKAN PENERAPAN INJEKSI SURFAKTAN DAN POLIMER DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN SIMULATOR NUMERIK TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC

ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC *Eflita Yohana,

Lebih terperinci

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA 48 ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA Sandi Setya Wibowo 1), Kun Suharno 2), Sri Widodo 3) 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tidar email:sandisetya354@gmail.com

Lebih terperinci

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari VARIASI JARAK NOZEL TERHADAP PERUAHAN PUTARAN TURIN PELTON Rizki Hario Wicaksono, ST Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ASTRAK Efek jarak nozel terhadap sudu turbin dapat menghasilkan energi terbaik.

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 DATA Selama penelitian berlangsung, penulis mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian serta pengolahan data selanjutnya. Beberapa data yang telah terkumpul

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI LABORATORIUM MENGENAI PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK PADA INJEKSI SURFAKTAN DENGAN KADAR SALINITAS AIR FORMASI YANG BERVARIASI Tommy Viriya dan Lestari

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Frans Enriko Siregar dan Andhika Bramida H. Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok 16424

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Jaringan Injeksi Dalam industri migas dibutuhkan suatu sistem jaringan dalam pendistribusian fluida injeksi dari stasiun penampung (block station) menuju sumur injeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

ANALISIS BOTTLENECK PADA SISTEM PRODUKSI DI SUATU LAPANGAN MINYAK YANG TERDIRI TIGA RESERVOIR BERBEDA TESIS

ANALISIS BOTTLENECK PADA SISTEM PRODUKSI DI SUATU LAPANGAN MINYAK YANG TERDIRI TIGA RESERVOIR BERBEDA TESIS ANALISIS BOTTLENECK PADA SISTEM PRODUKSI DI SUATU LAPANGAN MINYAK YANG TERDIRI TIGA RESERVOIR BERBEDA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

Oleh : Luthfan Riandy*

Oleh : Luthfan Riandy* STUDI PENGARUH KOMPOSISI, KONDISI OPERASI, DAN KARAKTERISTIK GEOMETRI PIPA TERHADAP PEMBENTUKAN KONDENSAT DI PIPA TRANSMISI GAS BASAH The Study of Composition, Operation Condition, and Pipe Characteristic

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional dan Kongres X Jakarta, 12 14 November 2008 Makalah Profesional IATMI 08-027 STUDI LABORATORIUM UNTUK REAKTIVASI LAPANGAN-X DENGAN INJEKSI KIMIA

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

Study Peningkatan Oil Recovery Pada Injeksi Surfaktan-Polimer Pada Batuan Karbonat

Study Peningkatan Oil Recovery Pada Injeksi Surfaktan-Polimer Pada Batuan Karbonat Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti Vol. 3, No. 1, Januari 2018, ISSN (p): 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275 Study Peningkatan Oil Recovery Pada Injeksi Surfaktan-Polimer

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISA PELETAKAN BOOSTER PUMP PADA ONSHORE PIPELINE JOB PPEJ (JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA)

ANALISA PELETAKAN BOOSTER PUMP PADA ONSHORE PIPELINE JOB PPEJ (JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA) ANALISA PELETAKAN BOOSTER PUMP PADA ONSHORE PIPELINE JOB PPEJ (JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA) O l e h : D eb r i n a A l f i t r i Ke n t a n i a 4 3 1 0 1 0 0 0 7 9 D o s e n Pe

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 0805034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... ix Abstract...

Lebih terperinci

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik

Lebih terperinci

Poso Nugraha Pulungan , Semester II 2010/2011 1

Poso Nugraha Pulungan , Semester II 2010/2011 1 OPTIMASI TEKNIK PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK PADA STASIUN PENGUMPUL DI LAPANGAN X Poso Nugraha Pulungan * Ir. Tutuka Ariadji, M.Sc, ph.d. ** Sari Seiring penurunan produksi dari sumur minyak, diperlukan

Lebih terperinci

BAB V Hasil Komputasi, Simulasi, dan Analisis

BAB V Hasil Komputasi, Simulasi, dan Analisis BAB V Hasil Komputasi, Simulasi, dan Analisis 5.1 Parameter dan Variabel Optimasi Salah satu variabel yang paling menentukan dalam perhitungan biaya operasi pompa yang telah dijelaskan pada subbab 3.2

Lebih terperinci

STRATEGI MENGATASI KEHETEROGENITASAN DENGAN INJEKSI SURFAKTAN PADA POLA FIVE SPOT UNTUK MENINGKATKAN FAKTOR PEROLEHAN MINYAK TUGAS AKHIR

STRATEGI MENGATASI KEHETEROGENITASAN DENGAN INJEKSI SURFAKTAN PADA POLA FIVE SPOT UNTUK MENINGKATKAN FAKTOR PEROLEHAN MINYAK TUGAS AKHIR STRATEGI MENGATASI KEHETEROGENITASAN DENGAN INJEKSI SURFAKTAN PADA POLA FIVE SPOT UNTUK MENINGKATKAN FAKTOR PEROLEHAN MINYAK TUGAS AKHIR Oleh: ZUL FADLI NIM 122553 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF)

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Disusun oleh: Darren Kurnia Paul Victor Dr. Yogi Wibisono Budhi Dr. Irwan Noezar Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

Estimasi Faktor Perolehan Minyak dengan Menggunakan Teknik Surfactant Flooding pada Pola Injeksi Five Spot

Estimasi Faktor Perolehan Minyak dengan Menggunakan Teknik Surfactant Flooding pada Pola Injeksi Five Spot Estimasi Faktor Perolehan Minyak dengan Menggunakan Teknik Surfactant Flooding pada Pola Injeksi Five Spot TUGAS AKHIR Oleh: ISMAIL IBNU HARIS ALHAJ NIM 12206081 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Konsep Aliran Fluida Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016 Kontributor: Dr. Yogi Wibisono

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mekanika Fluida Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinyu yang mempelajari tentang fluida (dapat berupa cairan dan gas). Fluida sendiri merupakan zat yang bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gas alam adalah bahan bakar fosil bentuk gas yang sebagian besar terdiri dari metana (CH4). Pada umumnya tempat penghasil gas alam berlokasi jauh dari daerah dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Turbin Tesla Turbin Tesla merupakan salah satu turbin yang memanfaatkan energi fluida dan viskositas fluida untuk menggerakkan turbin. Konsep turbin Tesla ditemukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4. 1. Perhitungan Pompa yang akan di pilih digunakan untuk memindahkan air bersih dari tangki utama ke reservoar. Dari data survei diketahui : 1. Kapasitas aliran (Q)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: LUSY MARYANTI PASARIBU NIM :

TUGAS AKHIR. Oleh: LUSY MARYANTI PASARIBU NIM : PENGEMBANGAN KORELASI KUMULATIF PRODUKSI MINYAK SUMURAN BERDASARKAN DATA PRODUKSI DAN SIFAT FISIK BATUAN LAPANGAN DALAM KONDISI WATER CONING DENGAN BANTUAN SIMULASI RESERVOIR TUGAS AKHIR Oleh: LUSY MARYANTI

Lebih terperinci

The Rule of Oil Leak Volume Estimation in Environment Forensic Analysis

The Rule of Oil Leak Volume Estimation in Environment Forensic Analysis The Rule of Oil Leak Volume Estimation in Environment Forensic Analysis Siregar, S. 1,5, Sukarno, P. 1,5, Trisnobudi, A. 2,5, Soewono, E. 3,5, Sidarto, K.A. 3,5, Riza, L. S. 4,5,Rahmawati, S. D. 3,5, Rohani,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA EFEK LARUTAN TINTA TERHADAP KOEFISIEN GESEK PADA PIPA ACRYLIC Ø 12,7 MM SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA EFEK LARUTAN TINTA TERHADAP KOEFISIEN GESEK PADA PIPA ACRYLIC Ø 12,7 MM SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA EFEK LARUTAN TINTA TERHADAP KOEFISIEN GESEK PADA PIPA ACRYLIC Ø 12,7 MM SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik FACHRIZA SOFYAN 0806368540

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI SURFAKTAN Na 2 EDTA TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN DAN VISKOSITAS OLI PERTAMINA ENDURO 4 STROKE

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI SURFAKTAN Na 2 EDTA TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN DAN VISKOSITAS OLI PERTAMINA ENDURO 4 STROKE Pengaruh Penambahan Konsentrasi...(Andri Nur P.) 37 PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI SURFAKTAN Na 2 EDTA TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN DAN VISKOSITAS OLI PERTAMINA ENDURO 4 STROKE THE EFFECT OF SURFACTANT

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN Page 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan efflux time dalam dunia industri banyak dijumpai pada pemindahan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan pipa tertutup serta tangki sebagai

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI SURFAKTAN SODIUM LAURYL SULFATE (SLS) TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN DAN VISKOSITAS OLI PERTAMINA ENDURO 4 STROKE

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI SURFAKTAN SODIUM LAURYL SULFATE (SLS) TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN DAN VISKOSITAS OLI PERTAMINA ENDURO 4 STROKE Pengaruh Penambahan Konsentrasi...(Awim Dewangga A.) 319 PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI SURFAKTAN SODIUM LAURYL SULFATE (SLS) TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN DAN VISKOSITAS OLI PERTAMINA ENDURO 4 STROKE THE

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer

Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer Pada bab ini akan dijelaskan tentang model yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya kemudian dari model tersebut akan dioptimalisasi

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak ribuan tahun yang lalu, minyak bumi telah digunakan oleh manusia untuk berbagai keperluan. Usaha pencarian sumber minyak di dalam bumi mulai dilakukan pada tahun

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH PADA RUMAH SEWA 2 LANTAI DI JALAN HAJI WASID NO. 15 BANDUNG

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH PADA RUMAH SEWA 2 LANTAI DI JALAN HAJI WASID NO. 15 BANDUNG ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH PADA RUMAH SEWA 2 LANTAI DI JALAN HAJI WASID NO. 15 BANDUNG PUNGKY ADI NUGRAHA NRP : 0821039 Pembimbing : Ir. Kanjalia Tjandrapuspa T., M.T. ABSTRAK Kota Bandung sebagai ibukota

Lebih terperinci

KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI PENGARUH SALINITAS, PERMEABILITAS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PEROLEHAN MINYAK PADA PROSES INJEKSI SURFAKTAN

KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI PENGARUH SALINITAS, PERMEABILITAS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PEROLEHAN MINYAK PADA PROSES INJEKSI SURFAKTAN Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI PENGARUH SALINITAS, PERMEABILITAS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PEROLEHAN

Lebih terperinci

18/08/2014. Fluid Transport MATA KULIAH: DASAR KETEKNIKAN PENGOLAHAN. Nur Istianah-THP-FTP-UB-2014

18/08/2014. Fluid Transport MATA KULIAH: DASAR KETEKNIKAN PENGOLAHAN. Nur Istianah-THP-FTP-UB-2014 18/08/014 Fluid Transport MATA KULIAH: DASAR KETEKNIKAN PENGOLAHAN 1 18/08/014 Energy losses Item Pipa lurus Fitting Contraction Enlargment f EF Laminar/ Turbulen(pipa halus/kasar) - - - - - K f (V 1 )

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Vol. 1, No., Mei 010 ISSN : 085-8817 STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Helmizar Dosen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK ANALISA ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA SIRKULAR DAN PIPA SPIRAL UNTUK INSTALASI SALURAN AIR DI RUMAH DENGAN SOFTWARE CFD Oleh : MARIO RADITYO PRARTONO 1306481972 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Silinder Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Savonius Terhadap Performa Turbin

Studi Eksperimen Pengaruh Silinder Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Savonius Terhadap Performa Turbin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-599 Studi Eksperimen Pengaruh Silinder Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Savonius Terhadap Performa Turbin Studi

Lebih terperinci

Analisis Bottlenecking dalam Jaringan Perpipaan Lapangan Minyak. Analysis of Bottlenecking Problem in Oil Field Piping Network

Analisis Bottlenecking dalam Jaringan Perpipaan Lapangan Minyak. Analysis of Bottlenecking Problem in Oil Field Piping Network Analisis Bottlenecking dalam Jaringan Perpipaan Lapangan Minyak Analysis of Bottlenecking Problem in Oil Field Piping Network Oleh: Adolf S. P. Manurung* Sari Lapangan X memiliki lima sumur produksi minyak

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Andhika Bramida H. Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok 16424 Indonesia andhika.bramida@ui.ac.id

Lebih terperinci

Rizal Fakhri, , Sem1 2007/2008 1

Rizal Fakhri, , Sem1 2007/2008 1 SUATU ANALISA KINERJA GAS LIFT PADA SUMUR MIRING DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR Gas lift Performance Analysis In Inclined Well Using Simulator Oleh: Rizal Fakhri* Sari Adanya kemiringan pada suatu sumur

Lebih terperinci

Pengaruh Diameter Gelembung Hidrogen Terhadap Penurunan Tekanan (Pressure Drop) Pada Saluran Tertutup Segi-Empat

Pengaruh Diameter Gelembung Hidrogen Terhadap Penurunan Tekanan (Pressure Drop) Pada Saluran Tertutup Segi-Empat Pengaruh Diameter Gelembung Hidrogen Terhadap Penurunan Tekanan (Pressure Drop) Pada Saluran Tertutup Segi-Empat Rachmat Subagyo 1, I.N.G. Wardana 2, Agung S.W 2., Eko Siswanto 2 1 Mahasiswa Program Doktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI 2. 1 Gelombang Elastik Gelombang elastik adalah gelombang yang merambat pada medium elastik. Vibroseismik merupakan metoda baru dikembangkan dalam EOR maupun IOR

Lebih terperinci

Menghitung Pressure Drop

Menghitung Pressure Drop Menghitung Pressure Drop Jika di dalam sebuah pipa berdiameter dan panjang tertentu mengalir air dengan kecepatan tertentu maka tekanan air yang keluar dari pipa dan debit serta laju aliran massanya bisa

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa ALIRAN STEDY MELALUI SISTEM PIPA Persamaan kontinuitas Persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

HAMBATAN GESEK ALIRAN LUMPUR DALAM PIPA 1/2 DAN PIPA SPIRAL P/Di = 4,3

HAMBATAN GESEK ALIRAN LUMPUR DALAM PIPA 1/2 DAN PIPA SPIRAL P/Di = 4,3 HAMBATAN GESEK ALIRAN LUMPUR DALAM PIPA 1/2 DAN PIPA SPIRAL P/Di = 4,3 TUGAS AKHIR Disusun Oleh DIDIK SETIAWAN 0403220172 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 HAMBATAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4. PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan pipa spiral dan pipa bulat ½ in, didapatkan data mentah berupa perbedaan tekanan manometer

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KORELASI USULAN UNTUK PENENTUAN LAMA WAKTU LAJU ALIR PLATEAU PADA SUMUR GAS KONDENSAT DENGAN FAKTOR SKIN TUGAS AKHIR.

PENGEMBANGAN KORELASI USULAN UNTUK PENENTUAN LAMA WAKTU LAJU ALIR PLATEAU PADA SUMUR GAS KONDENSAT DENGAN FAKTOR SKIN TUGAS AKHIR. PENGEMBANGAN KORELASI USULAN UNTUK PENENTUAN LAMA WAKTU LAJU ALIR PLATEAU PADA SUMUR GAS KONDENSAT DENGAN FAKTOR SKIN TUGAS AKHIR Oleh: ESTRI ANDROMEDA NIM : 12206038 Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci