Metode Ekstraksi Data Untuk Pengenalan Huruf Dan Angka Tulisan Tangan Dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Buatan Propagasi Balik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metode Ekstraksi Data Untuk Pengenalan Huruf Dan Angka Tulisan Tangan Dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Buatan Propagasi Balik"

Transkripsi

1 Porceedng of Semanr on Intellgent Technology and Its Applcatons (SITIA 2002) Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, Surabaya, May 7 th, 2002 Metode Ekstraks Data Untuk Pengenalan Huruf Dan Angka Tulsan Tangan Dengan Menggunakan Jarngan Syaraf Buatan Propagas Balk A.P. Nugraha dan A.B. Mutara Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Gunadarma, Jl. Margonda Raya No 100, Depok Tel ext.309 emal: amutara@staff.gunadarma.ac.d Abstract Pada penulsan n dsajkan suatu metode untuk mengenal pola huruf dan angka tulsan tangan dengan menggunakan konsep jarngan syaraf buatan propagas balk. Jarngan syaraf buatan yang dgunakan menggunakan fungs aktvas sgmod pada semua la-psannya, juga struktur neuronnya bersfat kaku (tdak fleksbel). Adapun metode pengenalan pola huruf dan angka tulsan tangan tersebut dfokuskan pada cara pengekstrakan data dar sampel yang telah ada. Langkah-langkah pengekstrakan data tersebut adalah pertama, membag sampel menjad beberapa area pengamatan (regon). Kedua, dar setap regon tersebut dambl nla pxel yang aktfnya, sehngga ddapat data numerk sebanyak jumlah regon yang ada. Ketga, data numerk yang sudah dhaslkan, dnormal-sas dengan cara perbandngan tetap, dmana setap data numerk dar masng-masng regon tad dbag dengan nla terbesar dar semua data numerk dar sampel yang sama. Untuk membuktkan metode tersebut penuls membuat suatu aplkas pendukung yatu Char-Cog-ntron dengan menggunakan bahasa pemrograman Delph 6.0 Enterprse. Adapun langkah-langkah peng-analsaan yang pertama kal dlakukan adalah menentu-kan karakterstk jarngan syaraf buatan terbak untuk metode n. Kemudan, danalsa komposs regon ter-bak untuk sampel yang akan dgunakan sehngga dapat memberkan hasl akhr yang terbak. Hasl akhr dar penganalsaan tersebut menunjukkan bahwa pola yang dhaslkan dengan menggunakan metode tersebut dapat dkenal dengan bak oleh jarngan syaraf buatan. Keywords Jarngan saraf buatan, propagas balk, neuron, Learn rate I. PENDAHULUAN Secara awam, aspek yang cukup pentng yang men-dasar berbaga teor dalam AI adalah sstem pengenalan pola (Pattern Recognzng) yang merupakan bagan dar pengmplementasan Artfcal Neural Network (ANN) atau Jarngan Syaraf Buatan secara prakts. Sstem pengenalan pola merupakan komponen pentng dalam proses penruan kemampuan nderaw manusa terutama penglhatan dan pendengaran. Sebaga contoh, untuk menru ndera penglhatan manusa, komputer harus mempunya suatu mekansme standar dan logs dalam mengenal pola yang ada pada suatu ctra yang sedang dproses. Dar snlah dperoleh motvas untuk mencoba suatu konsep sederhana untuk mengenal pola dar suatu ctra sehngga dapat ddentfkas dengan bak oleh komputer. Permasalahan utama yang terjad apabla hendak mengenal suatu pola tertentu dan mengumpankannya ke dalam suatu proses jarngan syaraf buatan adalah bagamana proses akuss data dlakukan sehngga menghaslkan sejumlah data numerk yang representtatf dan konssten terhadap sampel yang dberkan. Dalam penulsan n, kta mencoba mengaplkaskan suatu metoda sederhana untuk mengenal suatu ctra sehngga dapat ddentfkas dengan bak oleh komputer dengan memanfaatkan berbaga teor sepert Image Proccessng, Artfcal Neural Networks. Ctra yang akan dproses akan dbatas pada ctra yang merepresentaskan huruf-huruf alpabet berkut angka-angka arab secara sngular. Program bantu yang penuls buat untuk mensmulaskan metoda n dbuat dengan menggunakan Bahasa Pemrograman Borland Delph 6.0 Enterprse pada sstem operas yang mendukung. Tujuan utama dar penulsan n adalah untuk menganalss dan membuktkan bahwa metoda sederhana untuk mengekstraks data dar sampel yang berupa huruf dan angka tulsan tangan yang penuls buat dapat dmplementaskan dengan bak sesua dengan tujuannya sehngga komputer dapat mengdentfkas ctra huruf dan angka tulsan tangan secara bak dan konssten. Hal n dapat dukur dengan melhat bahwa dengan menggunakan metode yang dmaksud, suatu jarngan syaraf buatan tertentu dapat mempelajarnya serta mengenal pola-pola yang dberkan. Selan tu dharapkan dapat dperoleh konsep sederhana yang dapat mendasar dan dapat dmplementaskan pada suatu proses otomatsas, msalnya OCR (Object Character Reader). II. TEORI A. Unsur Pengolahan Ctra Secara umum dan sederhana, ctra dapat ddefnskan sebaga representas vsual dar suatu objek. Lebh jauh ctra juga dapat dartkan sebaga gambaran yang representatf mengena suatu objek sedemkan sehngga ctra tersebut dapat memberkan 1

2 Porceedng of Semanr on Intellgent Technology and Its Applcatons (SITIA 2002) Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, Surabaya, May 7 th, 2002 kesan yang mendalam mengena objek yang dmaksud. Jka ngn mendefnskannya lebh bebas lag, ctra dapat ddefnskan sebaga bentuk vsual yang dapat dterma secara bak oleh ndera penglhatan, apapun bentuknya. Dalam bdang komputer, ctra atau dsebut juga mage merupakan representas vsual dar suatu objek setelah mengalam berbaga transformas data dar berbaga bentuk rangkaan numerk. Komputer memlk cara pandang tersendr terhadap suatu ctra. Berbeda dengan ctra konvensonal yang msalnya dengan melalu proses fotografs sepert pada foto dapat dhaslkan suatu ctra nyata yang langsung dapat dnkmat oleh ndera penglhatan, ctra pada komputer harus melalu beberapa tahapan yang cukup rumt. Tahapan-tahapan tersebut dapat dgambarkan sebaga suatu rangkaan proses dar proses akuss data, manpulas data, vsualsas data, serta proses penympanan data. Penjelasan lebh lanjut dar proses-proses tersebut dapat dlhat pada [8]. Dantara proses tersebut datas, proses penympanan data adalah bagan palng pelk dar pengolahan ctra pada komputer. Saat n sudah ter-dapat banyak metode yang dapat dgunakan untuk menympan suatu ctra dgtal ke dalam suatu fle. Fle adalah meda penympanan standar pada sstem komputer. Metode-metode penympanan tad tentunya memlk perbedaan yang cukup berart antara satu dengan yang lannya. Hal yang palng membedakan basanya adalah tngkat kompres data yang dtawarkan oleh masng-masng metode. Beberapa metode yang sudah cukup dkenal adalah BMP, JPEG, PCX, WMF, TIFF, dll. B. Jarngan Syaraf Propagasa Balk Propagas balk merupakan salah satu proses belajar jarngan syaraf buatan dmana dalam proses belajar tersebut pengubahan nla berlangsung pada arah mundur, yatu mula dar lapsan output dan berakhr d lapsan nput. Algortma belajar propagas balk adalah sebaga berkut [5] : 1. Perhtungan nla keluaran neuron pada lapsan tersembuny dan output. dmana, = nomor neuron yang sedang dhtung snyal aktvasnya. j = nomor neuron yang outputnya dkontrbuskan pada neuron s j = nla output neuron j w j = net s = f N = j=1 ( net ) ( w s ) nla bobot hubungan antara neuron ke dan ke j q = nla bas neuron ke fungs net atau f(net ) dsebut juga sebaga fungs aktvas yang bentuknya dapat bermacam-macam. j j + q 2. Perhtungan kesalahan dalam proses belajar dsebut dengan fungs energ. dmana, E = y = output target neuron output x s = output aktual neuron output I pada saat jarngan terhubung dengan sample x 3. Perhtungan senstvtas (ä ) neuron-neuron dalam lapsan tersembuny dan lapsan output. Dmana persamaan yang dgunakan untuk perhtungan senstvtas bak untuk lapsan tersembuny maupun lapsan output, tergantung dar fungs aktvas yang dgunakan. 4. Perhtungan nla perubahan bobot dan bas. perubahan bobot : perubahan bas : 5. Perhtungan nla bobot dan bas baru. bobot baru : w = w bas baru : x x ( y s ) ( x, y ) + w 6. Langkah-langkah tersebut dulang sampa devas keluaran kecl sehngga mencapa stoppng krtera error yang dharapkan. Fungs aktvas dapat dbaratkan sebaga pendefnsan penguatan non lner dalam sstem analog (contnue). Penguatan (gan) n dhtung dengan mencar raso perubahan pada fungs output neuron pada lapsan tersembuny dan lapsan keluaran, dmana penguatan merupakan kemrngan kurva pada suatu tngkat eksstens tertentu, dan nlanya berubah dar harga yang kecl pada ekstas negatf yang besar (kurvanya hampr mendatar) menjad harga yang besar pada ekstas nol, dan nlanya kembal mengecl serng dengan ekstas yang semakn besar dan postf. Fungs aktvas tdak hanya dgunakan pada saat perhtungan nla keluaran neuron saja (neuron pada lapsan tersembuny dan lapsan output), tetap turunan pertamanya dgunakan juga untuk menghtung perubahan bobot dan bas pada proses belajar. Dalam penulsan n dgunakan fungs aktvas Sgmod Parameter pentng lannya dar JSB adalah bagamana output dar JSB tersebut drepresentaskan, secara terlokalsas atau terdstrbus. Dalam penulsan n akan dgunakan metode output yang drepresentaskan secara terdstrbus. Hal n dkarenakan banyaknya jumlah varas output yang harus drepresentaskan, sehngga tdaklah efektf bla drepresentaskan dengan jumlah dgt sebanyak varas output yang berbeda. Perlu dketahu, sepert yang telah dsebutkan pada bagan batasan masalah, bahwa ctra yang akan x wj ( x, y) = δ s j ( x y) = δ q, + momentum w t+1 t t t 1 j j j j q t+1 = q + q t t 2 2

3 Porceedng of Semanr on Intellgent Technology and Its Applcatons (SITIA 2002) Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, Surabaya, May 7 th, 2002 dcoba untuk dkenal adalah ctra huruf-huruf alpabet (huruf kecl maupun huruf kaptal) berkut angka-angka arab satuan, yang berart ada sejumlah 62 (13 huruf kecl+13 huruf besar+10 angka arab satuan) objek yang harus drepresentaskan sebaga target output. Tentunya sangatlah tdak efektf bla 62 objek tersebut drepresentaskan dengan sejumlah 62 dgt bner output. Pada metode output terdstrbus, setap huruf alpabet dan angka arab akan dkonvers ke dalam bentuk pengkodean 6 bt. Berart hanya dperlukan 6 neuron yang akan dgunakan sebaga output pada lapsan output JSB. Tetap dengan pengkodean 6 bt berart terseda 2 6 = 64 varas output yag berbeda, sedangkan smbol atau objek yang akan drepresentaskan hanya ada 62 objek, untuk tu penuls menambahkan dua objek tambahan untuk melengkap ketersedaan pengkodean, kedua objek tersebut adalah > dan?. III. IMPLEMENTASI KONSEP A. Anals Masalah Suatu ctra huruf atau angka (selanjutnya akan dsebut sampel) yang akan ddentfkas menggunakan JSB, haruslah melalu tahapan-tahapan tertentu terlebh dahulu sehngga dapat menjad nput yang bak bag JSB. Adapun nput yang dapat dterma oleh dengan bak oleh JSB adalah berupa kumpulan data numerk. Dengan demkan maka permasalahan pertama adalah bagamana mengkonvers suatu ctra dgtal menjad kumpulan data numerk yang representatf dan konssten. Tentunya walaupun JSB yang dgunakan memlk karakterstk, struktur ataupun konfguras yang sudah cukup spesfk, mash ada parameterparameter pentng lan dar JSB tersebut yang harus datur untuk mendapatkan hasl terbak. Parameterparameter tersebut antara lan adalah pengaruh bas dan bobot awal, nla momentum, nla LearnRates, nla stoppng crtera error, epoch, dan lan sebaganya. Penyesuaan terhadap nla-nla tersebut adalah masalah berkutnya yang akan danalsa. B. Metode Akuss Data Setap sampel yang akan damat dan danalsa oleh JSB harus drepresentaskan secara bak ke dalam bentuk data numerk. Untuk tu dperlukan suatu metode yang dapat mengekstraks data cr dar setap sampel tad secara konssten. Tentunya data numerk yang dhaslkan haruslah benar-benar dapat mewakl karakterstk atau cr-cr dar sampel yang damat, sehngga dharapkan dar sekumpulan data dengan target yang sama akan dhaslkan suatu generalsas atau pencran secara umum terhadap suatu target yang sejens. Proses akuss data tersebut harus benar-benar akurat dengan mempertmbangkan semua karakterstk dar setap sampel yang tdak lan adalah suatu ctra dgtal, dmana setap ctra dgtal memlk karakterstk tertentu. B.1. Karakterstk Sampel Sampel-sampel yang akan damat tentunya harus dbatas dengan suatu struktur dmens dan homogensas pxel yang sederhana, sehngga dharapkan dapat mempermudah proses analsa terhadap konsep n. Setap sampel adalah satu ctra dgtal yang nla warna dar pxel-pxelnya terhomo-gensas menjad dua representas warna, yatu warna aktf (htam) dan warna nonaktf (selan htam). Selan tu dmens dar setap sampel dbatas sebesar area yang dsedakan pada program aplkas, tetap tdak akan mengurang fleksbltas dan skalabltas yang dharapkan. B.2. Ekstraks Data Untuk mendapatkan data yang akurat dan konssten dar setap sampel, dgunakan suatu metode sederhana yatu dengan cara menghtung jumlah pxel aktf yang terdapat pada bagan-bagan dar sampel. Adapun algortma umum dar pengekstrakan data numerk dar setap sampel adalah sebaga berkut : 1. Setap sampel yang damat, dbag menjad beberapa area, msalnya 4 kolom dan 5 bars, sehngga akan terdapat 20 area pengamatan; 2. jumlah pxel yang aktf dar setap area yang ada dhtung secara akurat; 3. dhaslkan sejumlah 20 data numerk dengan atrbut kolom dan bars yang dharapkan dapat mewakl data cr dar sampel yang damat. Setelah melalu tahapan normalsas, data-data numerk tad akan menjad data nput pada JSB. Dengan demkan jumlah area yang ada pada setap sampel akan bersesuaan dengan jumlah neuron nput JSB yang akan dgunakan. Agar dapat dhaslkan kumpulan data yang seragam, maka setap sampel yang akan damat haruslah memlk jumlah area pembagan Gambar 3.1. Contoh sampel yang merepresentaskan huruf A yang sama. Berkut contoh pengekstrakan data cr dar sampel pada Gambar

4 Porceedng of Semanr on Intellgent Technology and Its Applcatons (SITIA 2002) Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, Surabaya, May 7 th, Gambar 3.2. Pembagan regon pada sample berkut nla pxel aktfnya B.3. Normalsas Data Tentunya sampel yang dbuat tdak mungkn akan memlk dmens yang dentk antara yang satu dengan yang lannya. Hal n merupakan faktor skalabltas. Selan tu setap sampel juga akan memlk bentuk yang unk, dapatlah dkatakan tdak mungkn ada dua sampel yang bentuknya dentk. Hal tersebut merupakan faktor fleksbltas. Namun, untuk menjaga faktor skalabltas dan fleksbltas tersebut, data numerk yang dhaslkan pada proses sebelumnya akan menjad tdak konssten lag. Untuk tu dperlukan satu proses tambahan untuk mempertahankan konsstens data terhadap sampel pengamatan, yatu bahwa setap data numerk harus melalu suatu proses normalsas data. Metode normalsas yang akan dgunakan adalah juga suatu metoda normalsas yang palng sederhana yatu normalsas perbandngan tetap. Dalam kasus n adalah perbandngan antara jumlah pxel aktf pada masng-masng area dalam suatu sampel akan dbandngkan (dbag) dengan jumlah pxel aktf terbanyak dalam satu area yang ada pada sampel yang sama. Hasl dar proses normalsas n adalah sekumpulan data numerk yang bernla antara 0 (nol) dan 1 (satu). Pada Gambar 3.2., nla pxel tertngg adalah 23, maka untuk menormalsas sampel tersebut setap nla pxel aktf pada setap regon akan dbag dengan 23. Berkut adalah contoh dar tabel normalsas terhadap data numerk yang telah dhaslkan pada contoh sebelumnya. Tabel 1 Normalsas dar contoh Nla pxel Regon Asl Ternormalsas B.4. Akumulas Data Numerk Setelah setap data numerk pada masng-masng sampel dnormalsas, maka kumpulan data tersebut akan dakumulas ke dalam bentuk tabular. Sehngga akhrnya dapat dengan mudah dmplementaskan ke dalam JSB. Data akhr yang terakumulas haruslah mencakup semua parameter nput yang dperlukan oleh JSB dar setap sampel pengamatan. Adapun data yang harus ada adalah target output dar setap sampel serta kumpulan data numerk untuk tap-tap area pada masng-masng sampel. C. Struktur Jarngan Syaraf Buatan JSB hanyalah dgunakan sebaga alat untuk menganalsa serta membuktkan konsep ekstraks yang dbuat. Oleh karenanya bagan n tentunya bukanlah mater pembahasan utama. Adapun jarngan syaraf yang dgunakan memlk batasan-batasan serta karakterstk tertentu yang dsesuakan secara emprs terhadap kebutuhan. Hal n menyebabkan sfat dar jarngan syaraf yang dgunakan cenderung bersfat rgd atau kaku. Tetap walaupun demkan pemlhan karakterstk maupun pemberan parameter-parameter yang dgunakan merupakan hasl beberapa kal percobaan yang dlakukan secara emprs. Struktur JSB merupakan kumpulan neuron-neuron yang teratur sedemkan rupa sehngga membentuk susunan yang memlk art. Struktur JSB sebagamana dapat dlhat [8]. Adapun ketentuan jumlah neuron pada tap-tap lapsan dapat dlhat pada tabel berkut : Tabel 2. Dstrbus Neuron Lapsan Jumlah neuron Input Tergantung jumlah regon Hden 10 Output 6 JSB memlk berbaga jens algortma yang dapat dmplementaskan. Dsn dgunakan algortma propagas balk. Fungs aktvas yang dgunakan adalah fungs aktvas sgmod n. fungs sgmod memlk karakterstk serta performa yang palng unggul dsbandngkan dengan fungs aktvas lannya. Selan struktur, algortma, serta fungs aktvas yang dgunakan, mash ada parameter-parameter sgnfkan lannya yang sangat mempengaruh karakters- 4

5 Porceedng of Semanr on Intellgent Technology and Its Applcatons (SITIA 2002) Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, Surabaya, May 7 th, 2002 tk JSB secara keseluruhan. Nla dar parameterparameter tersebut akan sangat mempenga-ruh hasl akhr dar JSB. Adapun parameter-parameter penentu lan tersebut antara lan :Nla awal, LearnRate (Laju Belajar), Momentum, Stoppng Crtera Error, HardTrappng MatchLevel Selanjutnya, mplementas detal konsep pengenalan Ctra Huruf dan Angka pada Program Aplkas CharCogntron dapat dlhat d [8] IV. ANALISIS DAN SIMULASI A. Preparas Sampel Pentunya pembuatan sampel perlu dperhatkan dengan cermat guna memperoleh data yang konssten terhadap nla acuan target. Karakterstk sampel yang bak harus memenuh krtera yatu bahwa antara sampel-sampel yang sejens (sama nla target acuannya; msal A ) harus memlk bentuk keterbacaan yang sama (Human Readable Character). Bentuk dar sampel-sampel tersebut harus konssten dengan nla acuannya sehngga dharapkan akan menghaslkan kumpulan sampel yang konssten dan seragam. Jumlah sampel juga akan sangat mempengaruh performas dar JSB jka dlhat dar jumlah teras yang harus dlakukan pada setap epoch-nya yang ber-bandng lurus dengan jumlah sampels. Untuk tu dperlukan optmalsas jumlah sampel yang akan duj sehngga bsa ddapatkan komposs yang bak dengan jumlah sampel semnmal mungkn, tetap tdak me-ngurang relabltas serta konsstens kumpulan sampel tersebut. Dkarenakan masalah-masalah tersebut bersfat emprs, maka dbuat suatu komposs percobaan sepert terlhat pada Tabel 3., bahwa untuk membuktkan bahwa konsep pengenalan huruf dan angka yang dgunakan dengan memberkan hasl yang bak, tdak perlu harus semua target acuan yang mungkn ( a.. z ; A.. Z ; ) dujkan pada percobaan n. B. Smulas Aktftas Belajar Percobaan-percobaan pertama yang dlakukan adalah analsa pengaruh nla-nla LearnRates, Momentum, dan terakhr adalah pengaruh jangkauan nla awal. Untuk dua percobaan pertama dgunakan jangkauan nla awal -2 s/d 2. Percobaan yang akan dlakukan akan dber beberapa batasan sehngga dapat dperoleh hasl yang efektf. Adapun batasan-batasan tersebut antara lan adalah : 1. Sampel yang akan dgunakan pada pembahasan dan analsa adalah Sample1 dengan Regon = 5*4; 2. Jumlah epoch maksmum adalah 1000; 3. Proses belajar dhentkan apabla sudah tercapa salah satu dar dua krtera, yatu HardTrapppng MatchLevel atau Stoppng Crtera Error; 4. Untuk setap kasus dlakukan beberapa kal percobaan dan dambl satu yang terbak untuk dtamplkan dalam pembahasan, dan untuk djadkan acuan sementara bag proses belajar berkutnya; 5. Hasl terbak dar percobaan dtentukan dar nla HardTrappng MatchLevel terbesar dan atau nla Stoppng Crtera Error terkecl; 6. Percobaan dnyatakan berhasl apabla tercapa konds MatchLevel=100%, yang artnya bahwa JSB tersebut sudah dapat mengenal drnya sendr ; 7. Tujuan utama dar percobaan n adalah untuk mendapatkan karakterstk JSB yang terbak sehngga JSB tersebut dapat mempelajar pola yang dberkan dengan bak. Tabel 3 Komposs Sampel Kode Target Group Sample Sample1 [100] Sample2 [100] Sample3 [60] Target Acuan Jumlah Sampel ASCII Dec Bn A I U E O a u e o Berkut akan dtamplkan hasl percobaan untuk sample 1 (sample lan dapat dlhat d [8]) B.1. Pengaruh Learnrate Untuk melakukan analsa pengaruh LearnRates terhadap JSB, pertama kal harus dtetapkan nla Momentum = 0, agar percobaan n tdak terpengaruh oleh nla Momentum tersebut. Percobaan n dlakukan pada nla-nla LearnRates yang krts dan cukup ekstrm yatu 0,1; 0,2; 0,5; 0,9; 1. Walaupun nla LearnRates sendr adalah blangan real yang lebh besar dar nol, tetap nla d atas satu sangatlah tdak danjurkan, mengngat bahwa dengan semakn tnggnya nla LearnRates, maka karakterstk JSB menjad semakn lar (sangat berfluktuas) dan tdak dapat dduga (unpredctable). Pada smulas-smulas berkut, hanya dtamplkan grafk ErrorLevel dan hasl yang dcapanya yatu berupa nla ErrorLevel, MatchLevel, dan nla epoch terakhr. Tabel 4. Hasl percobaan pengaruh LearnRates Percobaan LearnRates Epoch ErrorLevel MatchLevel Smulas % Smulas % Smulas % Smulas % Smulas % 5

6 Porceedng of Semanr on Intellgent Technology and Its Applcatons (SITIA 2002) Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, Surabaya, May 7 th, 2002 Dar ke lma smulas tersebut dapat dbuat kesmpulan bahwa LearnRates terbak dengan ErrorLevel palng rendah adalah 0,1 dan LearnRates terbak berdasarkan MatchLevel tertngg adalah 0,2. Tetap dkarenakan tngkat keberhaslan dar percobaan n tdak dukur berdasarkan rendahnya nla ErrorLevel, melankan dar tnggnya nla MatchLevel, maka Smulas 2 dengan LearnRates = 0,2 yang akan dgunakan pada percobaan berkutnya B.2. Pengaruh Momentum Percobaan berkut akan menggunakan nla LearnRates terbak yang ddapat dar percobaan sebelumnya dan menggunakan nla Momentum yang berbeda (0,1;0,2;0,5;0,8;0,9;1) untuk danalsa hasl terbak berdasarkan nla Momentum tersebut. Adapun parameter lannnya sepert jangkauan nla awal, mash sama dengan percobaan sebelumnya. Berkut hasl beberapa smulas yang dlakukan terhadap perubahan nla Momentum. Dar smulas-smulas d atas dapat dperoleh kesmpulan yatu bahwa JSB memlk kecenderungan belajar yang lebh bak dengan pemlhan jangkauan smetrs dan sebalknya untuk asmetrs. Dar Smulas 7 dan Smulas 8 terlhat bahwa dengan magntas lebh kecl (-2 s/d +2), JSB juga memlk kecenderungan belajar yang lebh bak. Untuk tu pada percobaan berkutnya akan dpergunakan jangkauan nla tersebut. Tabel 5. Hasl percobaan pengaruh Momentum Percobaan Momentum Epoch ErrorLevel MatchLevel Smulas % Smulas % Smulas % Smulas % Smulas % Smulas % Dar enam smulas d atas dapat dsmpulkan bahwa nla Momentum terbak dperoleh pada Smulas 3 dengan nla Momentum = 0,5. Pada Smulas 3 tersebut dperoleh nla keberhaslan MatchLevel = 100% pada epoch 215 yang sangat menunjukkan bahwa JSB dapat belajar dengan bak pada konds n. Oleh karenanya kombnas nla LearnRates dan Momentum nlah yang untuk sementara dapat djadkan acuan terbak untuk analsa berkutnya. B.3. Pengaruh Jangkuan Nla Awal Berkutnya adalah percobaan untuk menganalsa pengaruh jangkauan nla awal pada JSB. Pada percobaan n akan dgunakan JSB dengan karakterstk terbak yang ddapatkan dar percobaan sebelumnya yatu nla LearnRates = 0,2 dan nla Momentum = 0,5. Berkut hasl beberapa smulas terhadap perbedaan jangkauan nla awal. Tabel 4.4. Hasl percobaan pengaruh Jangkauan Percobaan Jangkauan Epoch ErrorLevel MatchLevel Sm1(A) 0 s/d , % Sm2(A) 0 s/d , % Sm3(A) -5 s/d , % Sm4(A) -2 s/d % Sm5(A) -5 s/d % Sm6(A) -2 s/d % Sm7(S) -2 s/d % Sm8(S) -5 s/d % B.4. Pengaruh Komposs Regon pada Sampel JSB Dar semua percobaan d atas telah ddapat suatu karakterstk JSB yang bak dengan parameterparameter nla LearnRates = 0,2; Momentum = 0,5 dan jangkauan nla awal = -2 s/d +2. Percobaan-percobaan tersebut sudah dapat cukup membuktkan bahwa metode pengenalan pola huruf dan angka tulsan tangan yang dbuat oleh penuls dapat dpelajar dengan bak oleh JSB. Hal tersebut dtanda dengan tercapanya nla MatchLevel = 100% dengan karakterstk yang dmaksud. Namun untuk lebh melengkap percobaan dan analsa terhadap metode n, maka penuls melakukan satu lag percobaan yatu pengaruh komposs Regon terhadap karakterstk JSB dan hasl akhr yang akan ddapat. Hasl dar beberapa smulas yang dlakukan dapat dlhat pada tabel 6. Dar ke enam smulas tersebut dapat dlhat bahwa Smulas 1 memberkan hasl belajar palng bak. Oleh karena tu dapat dsmpulkan sementara bahwa komposs Regon 5*4 adalah yang terbak. Tabel 6. Hasl percobaan pengaruh komposs Regon Percobaan Regon Epoch ErrorLevel MatchLevel Smulas 1 5* % Smulas 2 4* % Smulas 3 4* % Smulas 4 3* % Smulas 5 4* % Smulas 6 3* % V. KESIMPULAN Kesmpulan utama yang dapat dambl yatu bahwa metode pengenalan ctra huruf dan angka tulsan tangan yang dbuat dapat dmplementaskan dengan bak terhadap suatu jarngan syaraf buatan tertentu dan telah danalsa dengan menggunakan program aplkas CharCogntron yang juga telah dbuat sebelumnya. Secara tekns, ada beberapa hasl analsa yang dapat dsmpulkan, dantaranya bahwa () nla LearnRates terbak untuk metode n adalah 0,2; () nla Momentum terbak untuk metode n adalah 0,5; () jangkauan nla terbak adalah -0,2 s/d +0,2; (v) komposs Regon terbak adalah 5*4; Secara umum hal lan yang dapat dsmpulkan dar analsa yang dlakukan, antara lan : () Pemlhan sampel yang bak mutlak harus dlakukan karena akan sangat mempengaruh hasl akhr; () Untuk mendapatkan hasl yang terbak dengan menggunakan JSB, harus dlakukan performance tunnng terlebh dahulu terhadap JSB tersebut, sehngga ddapatkan karakterstk khas untuk kasus n; () Metode yang dbuat oleh penuls telah terbukt dapat 6

7 Porceedng of Semanr on Intellgent Technology and Its Applcatons (SITIA 2002) Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, Surabaya, May 7 th, 2002 dpelajar (learnable) dan dkenal pola-polanya dengan bak oleh JSB; Daftar Pustaka [1] Alex Berson and Stephen J., Data Warehousng, Data Mnng and Olap, McGraw Hll, USA, 1997 [2] Irwan Arfn, Perancangan Modul Program dan Praktkum Jarngan Neural Buatan, Gunadarma, Jakarta, 1999 [3] Smon Haykn, Neural Networks : a Comprehensf Foundaton, Prentce Hall Internatonal Inc., New Jersey, 1999 [4] Kemal Ade Sekarwat, Jarngan Syaraf Truan, [5] Braun Feulner Malaka, Praktkum Neural Netze, Spnger-Verlag, Berln, 1996 [6] Igor Aleksander and Helen Morton, An Introducton to Neural Computng, Chapman and Hall, London, 1990 [7] Schneder, G. Mchael and Bruell, Steven C., Advanced Programmng and Problem Solvng wth Pascal, John Wley and Sons, New York, 1987 [8] A.P. Nugraha, Skrps, Gunadarma,

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen.

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ctra dgtal merupakan ctra hasl dgtalsas yang dapat dolah pada suatu komputer dgtal [12]. Ctra dgtal tersusun atas sejumlah elemen. Elemen-elemen yang menyusun ctra

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Matematka dbag menjad beberapa kelompok bdang lmu, antara lan analss, aljabar, dan statstka. Ruang barsan merupakan salah satu bagan yang ada d bdang

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

UKURAN GEJALA PUSAT &

UKURAN GEJALA PUSAT & UKURAN GEJALA PUSAT & UKURAN LETAK UKURAN GEJALA PUSAT & LETAK Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengena suatu populas atau sampel Ukuran yang merupakan wakl kumpulan data mengena populas atau sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN YARAF r Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr Unverstas Islam Indonesa Yogyakarya emal: cce@ft.u.ac.d Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN METODA HEBBRULE

PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN METODA HEBBRULE 1 PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SARAF TIRUAN METODA HEBBRULE un Ennggar 1, Wahyul Amen Syafe, ST, MT 2, Bud Setyono,ST,MT 2 Jurusan Teknk Elektro, Fakultas Teknk Unverstas, Dponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean Matematka Egenface Menggunakan Metrk Eucldean 6 Ben Utomo Sekolah ngg eknolog Bontang, Indonesa Abstract Salah satu sstem pengenalan wajah (face recognton) adalah metode egenface. Metode n bekerja dengan

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA HA NA CA RA KA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA HA NA CA RA KA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA HA NA CA RA KA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON Madha Chrstan Wbowo 1) Sandy Wrakusuma 2) 1) S1 Sstem Komputer, STIKOM Surabaya, emal: madha@stkom.edu 2) S1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

UJI PRIMALITAS. Sangadji *

UJI PRIMALITAS. Sangadji * UJI PRIMALITAS Sangadj * ABSTRAK UJI PRIMALITAS. Makalah n membahas dan membuktkan tga teorema untuk testng prmaltas, yatu teorema Lucas, teorema Lucas yang dsempurnakan dan teorema Pocklngton. D sampng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci