METODOLOGI Kerangka Pemikiran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODOLOGI Kerangka Pemikiran"

Transkripsi

1 METODOLOGI Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan dalam rangka mendorong pengembangan industri rumput laut secara berkelanjutan melalui pendekatan klaster. Penelitian ini bermaksud merancang suatu model pengembangan klaster industri rumput laut menggunakan pendekatan pembangunan yang berkelanjutan. Pengembangan klaster industri rumput laut merupakan suatu sistem yang kompleks dengan berbagai permasalahan sebagaimana disampaikan oleh Martin dan Mayer (2008), ADB (2001), Rosenfeld (2002), Matopoulos et al. (2005), dan Taufik (2007). Pengembangan klaster industri rumput laut yang berkelanjutan pada penelitian ini pada hakekatnya merupakan upaya penguatan daya saing industri rumput laut berdasarkan pada dimensi-dimensi keberlanjutan yang telah ditetapkan. Identifikasi keberlanjutan klaster industri rumput laut mengacu pada pilarpilar pokok model pembangunan berkelanjutan, yang meliputi pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan tidak meninggalkan ciri khas klaster sebagai titik tolak analisisnya. Model generik pembangunan berkelanjutan, terkait dengan penggunaan pilar-pilar keberlanjutannya, dapat dimodifikasi sesuai dengan lingkup dan tujuan pengembangan (Glavic dan Lukman 2007). Dalam konteks penelitian, pilar-pilar keberlanjutan didalam pengembangan klaster industri rumput laut menjadi basis dalam pengembangan klaster industri rumput laut yang berkelanjutan. Klaster industri merupakan bentuk aktivitas bisnis yang terintegrasi dari sekumpulan perusahaan dan lembaga-lembaga pendukung yang saling terkait (Porter 1990; Roeland dan den Hertog 1998). Hal mengindikasikan bahwa upaya pengembangan klaster industri rumput laut mempunyai kompleksitas dan kerumitan yang sangat tinggi dimana komponen-komponen yang terkandung didalamnya saling berkaitan sangat erat satu sama lain. Oleh karena itu, dalam penelitian rancang bangun model pengembangan klaster industri rumput laut ini digunakan pendekatan sistem agar tujuan dari pemodelan klaster industri rumput laut ini dapat tercapai secara efektif. 41

2 42 Rancang bangun model pengembangan klaster industri rumput laut yang berkelanjutan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan suatu kerangka berpikir logis yang dilandasi argumentasi kuat secara ilmiah, yang mengintegrasikan konsepsi pengembangan klaster industri dan konsepsi pembangunan berkelanjutan, baik pada tataran input, proses, maupun output. Rancangan model klaster industri rumput laut dikonstruksi berdasarkan permasalahan aktual dalam industri rumput laut dan upaya penyelesaiannya menggunakan metodologi yang relevan sebagai solusi model. Kerangka pemikiran yang melandasi perancangan model pengembangan klaster industri rumput laut yang berkelanjutan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Kerangka pemikiran penelitian. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian mengacu pada metodologi pemecahan masalah menggunakan pendekatan sistem (Eriyatno 1999). Penelitian dirancang melalui beberapa tahapan yang sistematis, logis, dan terstruktur yang terdiri dari 4 (empat) tahapan utama, meliputi: (i) studi pendahuluan; (ii) analisis sistem; (iii) pemodelan sistem; serta (iv) verifikasi dan validasi. Hasil setiap tahapan sangat menentukan proses pada tahapan berikutnya. Secara sistematis, tahapan penelitian dalam

3 43 pengembangan model klaster industri rumput laut yang berkelanjutan dapat dilihat pada Gambar 9. Mulai Studi Pendahuluan Studi Pustaka Studi Lapang Survei Pakar Analisis Sistem Analisis Kebutuhan Formulasi Permasalahan Identifikasi Sistem Pemodelan Sistem Pemodelan Diagnosis Kelayakan Pengembangan Klaster Pemodelan Proses Pengembangan Klaster Pemodelan Prediksi Kinerja Pengembangan Klaster Submodel Prasyarat Ekologi (Heuristik) Submodel Prasyarat Ekonomi (IPE, OWA) Submodel Prasyarat Sosial (IPE, OWA) Submodel Prasyarat Kelembagaan (IPE, OWA) Submodel Agregasi Prasyarat (Expert System) Submodel Proses Ekonomi (Heuristik) Submodel Proses Teknologi (Heuristik) Submodel Proses Sosial (ISM) Submodel Proses Lingkungan (AHP) Submodel Kinerja Ekonomi (Heuristik) Submodel Kinerja Sosial (Heuristik) Submodel Kinerja Lingkungan (Heuristik) Verifikasi dan Validasi Rancangan Sistem Penunjang Keputusan Studi Kasus tidak Verifikasi Sesuai? Logika, kesesuaian konseptual, dan kerja komputasi tidak ya Validasi Valid? ya Face validity, event validity, sensitivity analysis, animation, prediction validation Selesai Gambar 9 Tahapan penelitian.

4 44 Studi Pendahuluan Tahap studi pendahuluan merupakan tahapan awal dalam pelaksanaan penelitian, yang mencakup studi pustaka, observasi lapang, dan survei pakar. Studi pustaka mencakup kajian literatur dari berbagai sumber dan referensi sebagai pijakan awal dan kerangka teori yang melandasi penelitian ini. Studi pustaka difokuskan dengan mengkaji referensi-referensi terkait dengan pengembangan agroindustri rumput laut, klaster industri dan karakteristiknya, serta model-model keberlanjutan dalam pembangunan industri, melalui metode compare and contrast. Sumbersumber yang dijadikan referensi diantaranya adalah buku teks terkait dengan substansi penelitian, jurnal, majalah ilmiah, tulisan ilmiah (skripsi, tesis, disertasi), serta publikasi data yang bersumber dari BPS. Hasil kajian pustaka ini memberikan banyak informasi berupa pengkayaan materi, yaitu pemahaman tentang makna klaster industri dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Observasi lapang dilakukan dalam rangka mendapatkan elemen-elemen yang harus dimiliki oleh sistem yang akan dikembangkan. Observasi lapangan dilakukan pada daerah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah klaster rumput laut. Hasil observasi ini sangat diperlukan untuk mendapatkan contoh baik klaster yang dapat dijadikan obyek untuk verifikasi dan validasi model sehingga penyempurnaan model dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Survei pakar dilakukan dalam rangka mendapatkan pakar yang akan dilibatkan didalam penelitian. Survei pakar mencakup pemilihan pakar yang didasarkan pada kualifikasi pakar sesuai dengan topik penelitian serta jumlah pakar yang dibutuhkan dalam penelitian. Pakar penelitian terdiri dari dosen, peneliti, pejabat pemerintah, dan praktisi agroindustri. Analisis Sistem Tahap ini bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem klaster industri rumput laut yang akan dikembangkan dalam penelitian. Karakteristik klaster industri tersebut diperlukan untuk memahami lebih jauh tentang sifat-sifat spesifik klaster industri rumput laut yang berkelanjutan, sehingga rekomendasi korektif yang diberikan dalam perbaikan serta analisis lainnya selalu berpedoman pada

5 45 karakteristik yang dimiliki klaster industri rumput laut tersebut. Pengembangan sistem berorientasi pada tujuan yaitu merancang sistem klaster industri rumput laut menggunakan pendekatan pembangunan yang berkelanjutan. Analisis sistem mencakup analisis kebutuhan sistem, formulasi permasalahan, serta identifikasi sistem. Pada analisis kebutuhan dinyatakan kebutuhan-kebutuhan dari komponen-komponen yang terkait dalam sistem klaster. Analisis kebutuhan komponen sistem diperoleh dari hasil observasi lapang, pendapat pakar, kajian literatur, dan laporan hasil penelitian terkait. Formulasi permasalahan dilakukan dengan menganalisis kesenjangan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan komponen sistem dengan kemampuan pemenuhannya akibat adanya keterbatasan sumberdaya. Formulasi permasalahan menguraikan masalah-masalah yang muncul dalam sistem industri rumput laut sebagai titik tolak pengembangan sistem. Identifikasi sistem bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang dikaji dalam bentuk diagram. Diagram yang digunakan adalah diagram lingkar sebab akibat yang kemudian dilanjutkan intepretasinya kedalam diagram inputoutput. Hasil identifikasi sistem menunjukkan input yang digunakan didalam sistem dan output sistem yang diharapkan. Hal ini sangat berguna untuk membangun model klaster industri rumput laut yang berkelanjutan. Pembahasan lebih lanjut tentang analisis sistem klaster industri rumput laut yang berkelanjutan akan diuraikan secara mendalam pada bagian Analisis Sistem. Pemodelan Sistem Tahap pemodelan sistem bertujuan untuk mengembangkan model klaster industri rumput laut yang berkelanjutan yang didasarkan pada analisis karakteristik sistem klaster industri rumput laut. Pengembangan model merupakan rangkaian dari beberapa aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan metode dan alat tertentu serta menghasilkan keluaran yang menjadi dasar pembangunan model klaster yang akan direkomendasikan. Rekayasa model klaster industri rumput laut dirancang berdasarkan tujuan dan karakteristik sistem klaster menggunakan pendekatan struktur, yaitu dengan

6 46 mempelajari secara struktur tentang sistem dan teori-teori untuk menentukan komponen dasar sistem serta keterkaitannya. Atas dasar hal tersebut, ada 3 sub model utama yang dikembangkan didalam penelitian, yaitu: (i) diagnosis kelayakan persyaratan pengembangan; (ii) operasi pengembangan klaster; serta (iii) prediksi kinerja pengembangan klaster. Masing-masing submodel akan dijabarkan secara lebih rinci kedalam sub submodel yang menggambarkan komponen-komponen sistem klaster industri rumput laut yang berkelanjutan berdasarkan pada hasil analisis sistem. Elemen-elemen model klaster industri rumput laut yang berkelanjutan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Stuktur model klaster industri rumput laut yang berkelanjutan Model Submodel Sub submodel Klaster industri rumput laut yang berkelanjutan Diagnosis kelayakan persyaratan pengembangan Operasi pengembangan Prediksi kinerja pengembangan Prasyarat ekologi Prasyarat ekonomi Prasyarat sosial Prasyarat kelembagaan Agregasi prasyarat Aspek ekonomi Aspek teknologi Aspek sosial Aspek lingkungan Kinerja ekonomi Kinerja sosial Kinerja lingkungan Pengembangan model mencakup beberapa tahapan. Pertama, eksplorasi variabel-variabel yang dilibatkan. Variabel yang dilibatkan adalah variabel yang relevan dengan tujuan pemodelan yang diidentifikasikan setelah adanya pembatasan masalah. Eksplorasi variabel yang akurat dan keterkaitannya dengan variabelvariabel yang lain sangat diperlukan untuk menjamin kehandalan model yang akan dihasilkan. Kedua, formulasi model. Formulasi model dilakukan dengan merancang model matematik yang akan digunakan didalam model, baik model numerik (hard system metodhology) maupun non numerik (soft system metodhology). Model matematik yang digunakan didalam penelitian disesuaikan dengan ketepatan dan kemanfaatannya. Model-model matematik tersebut digunakan dalam rangka

7 47 pengolahan data penelitian. Model matematik yang dikembangkan dalam perancangan model klaster industri rumput laut yang berkelanjutan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Formulasi model pengembangan klaster industri Model Submodel Model Matematik Diagnosis Ekologi Heuristic (Deptan 1990; Amarullah 2007) kelayakan Ekonomi Independent preference evaluation (IPE) pengembangan Ordered weighted averaging (OWA) (Yager 1993) klaster Sosial Independent preference evaluation (IPE) Ordered weighted averaging (OWA) (Yager 1993) Kelembagaan Independent preference evaluation (IPE) Ordered weighted averaging (OWA) (Yager 1993) Agregasi Expert system (Marimin 2005) Operasi pengembangan Ekonomi Heuristic NPV, IRR, B/C ratio, PBP, CV (Kadariyah 1999) klaster Teknologi Heuristic Sosial Intepretive structural modeling (ISM) (Saxena 1992) Lingkungan Analytical hierarchy process (AHP) (Saaty 1988) Prediksi kinerja Ekonomi Heuristic pengembangan Sosial Heuristic Lingkungan Heuristic Ketiga, implementasi komputer. Pada tahap ini dibuat paket program komputer dalam bentuk sistem penunjang keputusan (SPK). Paket program ini bertujuan untuk membantu pengguna, baik peneliti, pengambil kebijakan, investor, lembaga pembiayaan maupun lembaga ekonomi serta stakeholder lainnya dalam melakukan analisis klaster industri rumput laut. Model pengembangan klaster industri rumput laut dirancang untuk menghasilkan SPK dalam bentuk perangkat lunak menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0. Perancangan SPK dibangun atas 4 (empat) komponen meliputi: (i) sistem manajemen basis model; (ii) sistem manajemen basis data; (iii) sistem manajemen basis pengetahuan; dan (iv) sistem manajemen dialog. Konfigurasi SPK dan penjalasan tentang komponen-komponen SPK diuraikan lebih lanjut pada bagian Pemodelan Sistem.

8 48 Verifikasi dan Validasi Tahap verifikasi dilakukan dengan mengevaluasi dan memeriksa proses komputerisasi, kerja logika dan elemen-elemen substansi yang diakomodir oleh model (Eriyatno 1999). Menurut Chattergy dan Pooch (1977), pemeriksaan ini bermaksud mencari kekeliruan dalam program, baik yang bersifat logika maupun kesalahan editorial. Verifikasi dimaksudkan untuk memeriksa apakah model konsepsional sudah dapat diterjemahkan oleh model matematiknya. Susila (1991) menjelaskan bahwa model yang telah diverifikasi berarti telah sesuai dengan kerangka logika dan mampu melakukan simulasi dengan menggunakan program komputer. Verifikasi model menurut Sargent (1999) dimaksudkan untuk menjamin bahwa program komputer dan implementasinya telah dilakukan dengan benar. Proses verifikasi model dilakukan melalui pengujian logika, kesesuaian konseptual dan kerja komputasi. Model diverifikasi dengan jalan menguji apakah program untuk model tersebut telah dapat berjalan dengan baik dan benar. Hal ini dilakukan dengan memberikan data input kepada model yang diverifikasi, kemudian hasil outputnya diperiksa apakah telah sesuai dengan hasil perhitungan manual atau tidak. Jika masih ada penyimpangan, maka program diperiksa dan diperbaiki. Jika tidak ada penyimpangan, maka hal ini merupakan petunjuk bahwa tidak ada masalah dalam menterjemahkan model konsepsional ke model matematik. Agar model dapat diimplementasikan, setelah dilakukan tahapan verifikasi, selanjutnya model perlu divalidasi. Tahap validasi model ditujukan untuk memperbaiki tingkat keyakinan bahwa berdasarkan kondisi yang diasumsikan, model yang dikembangkan dapat mewakili sistem yang sebenarnya (Susila 1991). Validasi model dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik validasi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Penelitian ini merupakan kombinasi dari pendekatan soft system metodhology dan hard system metodhology. Model yang dihasilkan dari penggabungan dua metode ini membutuhkan teknik validasi yang tepat. Efektivitas proses validasi sangat dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa model telah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata.

9 49 Validasi model pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu validasi penyusunan (validation by construct) dan validasi hasil (validation by results). Validasi penyusunan dimaksudkan untuk menilai keabsahan teori dan asumsi-asumsi yang digunakan didalam model. Sementara, validasi hasil dimaksudkan untuk menilai kesesuaian antara perilaku keluaran dari model dan keluaran dari sistem yang sebenarnya Validasi penyusunan pada penelitian ini menggunakan teknik face validity (Sargent 2010). Prosedur validasi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk mendapatkan kecocokan bahwa model telah mengandung semua elemen, kejadian, dan relasi dari sebuah sistem klaster industri rumput laut. Pada teknik ini diperlukan bantuan pakar yang memahami tentang klaster industri rumput laut yang berkelanjutan guna menilai apakah logika model dan hasil yang dicapai telah dianggap mewakili sistem nyata yang ada. Pada tahap ini dimungkinkan terjadinya perbaikan-perbaikan secara simultan yang pada akhirnya akan diperoleh model sistem pengembangan klaster industri rumput laut berkelanjutan yang efektif. Teknik validasi ini digunakan untuk validasi model makro pengembangan klaster industri rumput laut. Validasi hasil dilakukan melihat kesesuaian output model dengan kondisi pada sistem nyata yang sebenarnya yang merupakan petunjuk bahwa model yang dikembangkan adalah model yang valid. Beberapa teknik validasi yang digunakan dalam penelitian meliputi teknik face validity, event validity, sensitivity analysis, animation dan predictive validation (Sargent 2010). Teknik-teknik tersebut digunakan untuk validasi beberapa submodel sesuai kebutuhan. Teknik face validity digunakan untuk validasi model-model dengan pendekatan soft system metodhology. Pada teknik ini, validasi tidak bisa sepenuhnya dilakukan secara matematis, namun cukup mendapat pengakuan secara intelektual (professional judgement) (Checkland 1995). Teknik ini digunakan untuk validasi submodel prasyarat pengembangan klaster pada perspektif sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Teknik validasi ini juga digunakan untuk submodel pengembangan kelembagaan klaster serta penanganan limbah cair agroindustri rumput laut.

10 50 Teknik event validity digunakan untuk validasi submodel prasyarat ekologi dalam pengembangan klaster. Prosedur yang dilakukan adalah membandingkan keluaran model dengan kondisi sistem yang sebenarnya menggunakan data yang ada sebagai pendukung sistem. Teknik sensitivity analysis digunakan untuk validasi submodel penetapan harga rumput laut. Teknik ini dilakukan dengan memasukkan nilai parameter harga rumput laut yang sensitif terhadap perubahan kelayakan usaha agroindustri rumput laut sehingga dapat diketahui nilai kisaran harga rumput laut pada kondisi kelayakan usaha. Keluaran harga rumput laut dari model dibandingkan dengan harga rumput laut yang sebenarnya pada waktu tertentu. Teknik animation digunakan untuk validasi submodel keseimbangan bahan baku rumput laut secara grafis (Sargent 2010). Metode ini dilakukan dengan melihat perilaku secara grafis antara kebutuhan baku rumput laut untuk agroindustri dan kapasitas pasok rumput laut dari hasil budidaya. Teknik predictive validation digunakan untuk validasi submodel kinerja pengembangan klaster, yaitu kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan. Model digunakan untuk memprediksi perilaku sistem, dan kemudian perbandingan dibuat antara perilaku sistem dan prediksi model. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur yang terletak di ujung timur Pulau Madura. Kabupaten Sumenep dipilih sebagai tempat penelitian karena aktivitas-aktivitas yang terkait dengan usaha rumput laut di wilayah ini tergolong tinggi. Kabupaten ini dianggap memiliki pra kondisi yang sesuai bagi pengembangan klaster industri rumput laut, sehingga merupakan tempat yang tepat dalam rangka studi kasus untuk implementasi model klaster industri rumput laut. Untuk mengembangkan suatu klaster di suatu daerah diperlukan beberapa prasyarat yang harus dipenuhi agar klaster yang terbentuk dapat efektif sebagaimana diharapkan. Beberapa prasyarat yang sudah dimiliki Kabupaten Sumenep untuk pengembangan klaster industri rumput laut adalah sebagai berikut:

11 51 Potensi lahan seluas ha, namun baru termanfaatkan ha. Jumlah produksi rumput laut pada tahun 2009 sebesar ,80 ton basah. Jumlah pembudidaya pada tahun 2009 tercatat sebanyak orang dengan jumlah kepemilikan rakit budidaya sebanyak rakit. Jumlah kelompok pembudidaya yang telah berjalan baik saat ini mencapai 214 kelompok. Ketersediaan infrastruktur yang memadai, yaitu listrik dan air cukup tersedia, akses jalan cukup baik namun perlu peningkatan kelas jalan, serta adanya pelabuhan (Pelabuhan Kalianget dan Tanjung Perak Surabaya). Adanya industri pengolah basic product menjadi intermediate product, diantaranya adalah PT Madura Prima Interna dan PT. Sansiwita, serta pabrik pengolahan ATC yang dibangun oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan DKP Kabupaten Sumenep. Adanya kegiatan ekonomi yang menangani segmen usaha rumput laut dari hulu ke hilir, meskipun belum ada keterkaitan yang erat dalam sebuah rantai nilai. Saat ini tercatat ada 9 unit usaha yang bergerak di bidang usaha rumput laut, baik unit usaha perdagangan maupun unit industri pengolahan. Adanya lembaga pembiayaan, seperti perbankan (BRI, Bank Jatim, BPR Syariah Bakti Sumekar), lembaga pembiayaan (PNM, Pegadaian), koperasi dan LKM (PEMP, KSP, USP, BMT). Dukungan Perguruan Tinggi atau Lembaga Pendidikan, yaitu Universitas Wiraraja Sumenep, Universitas Negeri Trunojoyo Bangkalan, STM Perikanan Jurusan Budidaya Rumput Laut Sumenep, dan Pesantren Al-Amin Prenduan Sumenep. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan, observasi di lapangan, serta wawancara mendalam dengan pakar (stakeholders). Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dalam rangka memperoleh landasan teoritis dan data penunjang yang berkaitan dengan materi penelitian (desk research). Pakar yang dilibatkan dalam

12 52 penelitian memiliki keahlian di bidang teknik dan manajemen agroindustri rumput laut. Data untuk mendiagnosis prasyarat ekologi adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep, serta Stasiun Meteorologi Maritim BMKG Perak Surabaya. Data yang diambil adalah data potensi perairan yang diambil secara purposif pada 11 kecamatan pesisir yang ada di Kabupaten Sumenep yang merupakan hasil pengukuran pada 3 desa pada masingmasing kecamatan terkait. Sementara, data untuk mendiagnosis prasyarat ekonomi, sosial, dan kelembagaan diperoleh melalui penggalian informasi dari pakar (responden ahli) secara langsung baik secara terstruktur dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner maupun secara tidak terstruktur dengan melakukan wawancara secara mendalam (depth interview) yang bertujuan untuk mengeksplorasi informasi sebanyak-banyaknya. Data operasi ekonomi klaster diperoleh dari hasil observasi dan diskusi dengan kelompok pembudidaya rumput laut di Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep, khususnya terkait dengan data harga untuk analisis kelayakan usaha budidaya rumput laut. Data operasi ekonomi juga diperoleh dari hasil observasi, diskusi dengan praktisi agroindustri rumput laut, serta didasarkan pula pada pustaka dan data sekunder yang relevan, terkait dengan analisis kelayakan usaha agroindustri. Metode ini juga digunakan untuk mengumpulkan data operasi teknologi terkait dengan keseimbangan bahan baku. Untuk memperoleh data operasi sosial dan lingkungan, dilakukan melalui wawancara mendalam dengan pakar terkait secara terstruktur menggunakan kuesioner. Data prediksi kinerja ekonomi dan sosial didasarkan pada hasil analisis kelayakan finansial klaster serta data sekunder yang diperoleh dari BPS, Dinas Tenaga Kerja serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep. Sementara, untuk data-data prediksi kinerja lingkungan diperoleh dari diskusi dengan pakar agroindustri serta telaah pustaka disertai dengan data-data sekunder yang terkait. Untuk melengkapi kebutuhan data-data penelitian, dilakukan pengumpulan data penunjang lainnya berupa statistik-statistik dalam angka, laporan hasil penelitian terkait, jurnal, buletin, internet, dan sebagainya.

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Verifikasi dan Validasi Model Verifikasi Model Verifikasi Model KlasteRula dilakukan untuk memastikan bahwa model klaster industri rumput laut terbebas dari kekeliruan proses logis

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja pada sistem klaster agroindustri hasil laut di Indonesia ini dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Bertolak dari kondisi, potensi, dan prospek usaha mikro dan kecil makanan ringan, maka penelitian ini diarahkan untuk menghasilkan model untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN AHLI

SISTEM MANAJEMEN AHLI 201 SISTEM MANAJEMEN AHLI Konfigurasi model Pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem berbasis pengetahuan dikenal dengan istilah sistem manajemen ahli. (Eriyatno, 2009). Didalam sistem manajemen

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 42 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Pemerintah daerah Sumatera Barat dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah melakukan upaya memperbaiki perekonomian dengan menfokuskan pengembangan

Lebih terperinci

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

METODOLOGI Kerangka Pemikiran METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL VI. PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket perangkat lunak ng diberi nama mangosteen

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 55 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Membangun agroindustri yang tangguh dan berdaya saing tinggi seharusnya dimulai dengan membangun sistem jaringan rantai pasokan yang tangguh dan saling menguntungkan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Lele merupakan salah satu ikan air tawar yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Banyak jenis maupun varietas yang ada dan dikembangbiakkan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Indonesia memiliki potensi bahan baku industri agro, berupa buah buahan tropis yang cukup melimpah. Namun selama ini ekspor yang dilakukan masih banyak dalam bentuk buah segar

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas laut mencapai 5,8 juta km 2 dan panjang garis pantai mencapai 95.181 km, serta jumlah pulau sebanyak 17.504 pulau (KKP 2009).

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

IV. METODOLOGI 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual IV. METODOLOGI 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Pendekatan klaster industri telah ditetapkan sebagai strategi pengembangan industri nasional dalam Undang-undang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis Data 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam

Lebih terperinci

6 METODE PENELITIAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGEMBANGAN AGROPOLITAN KONSEP PENGEMBANGAN AGROPOLITAN BERBASIS AGROINDUSTRI

6 METODE PENELITIAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGEMBANGAN AGROPOLITAN KONSEP PENGEMBANGAN AGROPOLITAN BERBASIS AGROINDUSTRI 6 METODE PENELITIAN 6.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Model pengembangan agropolitan yang dibangun adalah agropolitan yang dapat diterapkan dan terjaga keberlangsungannya. Kajian dimulai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis (dynamics system). Metode

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE 34 EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE Faisal piliang 1,Sri marini 2 Faisal_piliang@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada kawasan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV (Persero) Propinsi Sumatera Utara. PTPN IV bergerak di bidang usaha perkebunan dengan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 55 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah DAS Citarum yang terletak di Propinsi Jawa Barat meliputi luas 6.541 Km 2. Secara administratif DAS Citarum

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisda Bta di Bogor merupakan analisis yang dilakukan sebagai bagian dari tahap pra invetasi pada proyek pembangunan industri

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Industri karet remah di Indonesia sebagian besar merupakan industri yang melibatkan petani karet sebagai penghasil bahan baku berupa bokar dan pabrik karet sebagai

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan

X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan X. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan adalah model yang menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic versi 6.0. Model AINI-MS merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metode penelitian berkaitan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Temanggung ) RINGKASAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Manajemen risiko rantai pasok produk/komoditas jagung merupakan suatu proses yang kompleks. Kompleksitas lingkungan tempat keputusan strategis dibuat merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan dengan berbagai dasar dan harapan dapat dijadikan sebagai perangkat bantuan untuk pengelolaan

Lebih terperinci

PEMODELAN. Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena berbentuk objek atau aktivitas.

PEMODELAN. Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena berbentuk objek atau aktivitas. PEMODELAN DEFINISI Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena berbentuk objek atau aktivitas. Fenomena dapat berupa entity, jika fenomena itu berupa instansi maka instansi sebagai

Lebih terperinci

Pertemuan 3 PEMODELAN

Pertemuan 3 PEMODELAN Pertemuan 3 PEMODELAN DEFINISI Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena berbentuk objek atau aktivitas. Fenomena dapat berupa entity, jika fenomena itu berupa instansi maka

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT ABSTRAK PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT Nurul Hudaningsi 1), Nurhadi Siswanto 2) dan Sri Gunani Partiwi 3) 1) Program Studi Teknik Industri, Pascasarjana Teknik Industri,

Lebih terperinci

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL III. LANDASAN TEORI 3.1 TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran Manajemen rantai pasokan berkembang menjadi langkah strategis yang menyinergikan pemasaran, pabrikasi, dan pengadaan dalam suatu hubungan yang kompleks dalam rangkaian

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Manajemen Ahli

LANDASAN TEORI Sistem Manajemen Ahli LANDASAN TEORI Sistem Manajemen Ahli Para pengambil keputusan sering dihadapkan pada tantangan baik internal dan eksternal yang semakin komplek. Semakin banyaknya informasi pada satu sisi memberikan keuntungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN PG-122 IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN Fauziyah 1,, Khairul Saleh 2, Hadi 3, Freddy Supriyadi 4 1 PS Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

RANCANGAN IMPLEMENTASI

RANCANGAN IMPLEMENTASI RNCNGN IMPLEMENTSI Kelebihan dan Keterbatasan Model Perekayasaan suatu model tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan. Model Ekpama-Syariah memiliki kelebihan dalam implementasi sebagai berikut: 1. Model

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan produksi sebagai suatu keputusan awal yang mempengaruhi aktifitas pada kegiatan lainnya memiliki peran penting untuk mengantisipasi terjadinya inefisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikan lele pada beberapa tahun ini mengalami peningkatan karena permintaan

BAB I PENDAHULUAN. ikan lele pada beberapa tahun ini mengalami peningkatan karena permintaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ikan lele merupakan ikan air tawar yang teknologi budidayanya relatif mudah dikuasai masyarakat dengan modal usaha yang cukup rendah. Konsumsi ikan lele pada beberapa

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 18 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September-November 2010 di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Pemerintahan Aceh

Lebih terperinci

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu.

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu. 52 6 PENGEMBANGAN MODEL 6.1 Analisis model sistem dinamis agroindustri gula tebu Sesuai dengan metodologi, maka rancang bangun sistem dinamis bagi pengambilan keputusan kompleks pada upaya pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 15 16

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model 97 REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH Konfigurasi Model Model untuk sistem penunjang manajemen produksi bersih agroindustri karet remah dirancang dalam satu paket

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Langkah-Langkah Penelitian Untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan kemudian disusun metodologi penelitian yang terdiri dari langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN PT PLN (Persero) merupakan perusahaan penyedia jasa kelistrikan terbesar di Indonesia. Proses dalam meningkatkan usahanya, PT PLN (Persero) tidak dapat melepaskan perhatiannya

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR SINGKATAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR SINGKATAN... viii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR SINGKATAN... viii 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 5

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Palabuhanratu sebagai lokasi proyek minapolitan perikanan tangkap.

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok Sutera Alam berbasis Web dirancang sebagai alat bantu yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan rantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dimiliki tidak cukup bila informasi tersebut tidak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dimiliki tidak cukup bila informasi tersebut tidak digunakan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang. Kemampuan untuk mengambil keputusan yang cepat, tepat dan akurat akan menjadi kunci keberhasilan dalam persaingan global saat kini. Banyak informasi yang dimiliki

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin relatif sulit juga untuk mengambil keputusan terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. semakin relatif sulit juga untuk mengambil keputusan terhadap suatu BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam kehidupan nyata terdapat bermacam-macam jenis keputusan. Ada keputusan yang mudah diambil, dan sudah tentu ada juga keputusan yang baru dapat diambil setelah dipertimbangkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Perbaikan kualitas udang melalui rantai pengendalian mutu perlu melibatkan unit pengadaan bahan baku, unit penyediaan bahan baku, unit pengolahan, dan laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prediksi ini sangat berguna untuk perhitungan laba rugi dan juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Prediksi ini sangat berguna untuk perhitungan laba rugi dan juga untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di dalam sebuah perusahaan tentu saja akan dihadapkan pada beberapa pilihan yang dapat menentukan keberhasilan perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Karena

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan sistem menghasilkan Model Strategi Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi merupakan langkah-langkah sistematis yang dipergunakan untuk mempermudah dalam mengembangkan Sistem Pendukung Keputusan. Metodologi penelitian adalah cara yang

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul dalam penyusunan

Lebih terperinci

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013 103 PENENTUAN LOKASI INDUSTRI PALA PAPUA BERDASARKAN PROSES HIERARKI ANALITIK (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ) DAN APLIKASI SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN (SPK) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan hal yang sangat kompleks. Di wilayah Kecamatan Bantul, seorang warga disebut sebagai keluarga miskin berdasarkan beberapa aspek seperti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian model pengelolaan energi berbasis sumberdaya alam di pulau kecil difokuskan kepada energi listrik. Penelitian dilaksanakan di gugus pulau

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Definisi Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian yang

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

3. METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 34 3. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian Pengembangan Kebijakan Eko-inovasi Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dilakukan di Kawasan Pusat Penelitian Ilmu

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Konsep yang diajukan dalam penelitian ini adalah konsep pengelolaan wilayah pesisir terpadu secara partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Hal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Hal BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan pengamatan dilapangan, merumuskan masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian yang semakin kompleks tentunya membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Salah satu lembaga keuangan yang menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL. Identifikasi kebutuhan stakeholder klaster agroindustri hasil laut

PENGEMBANGAN MODEL. Identifikasi kebutuhan stakeholder klaster agroindustri hasil laut PENGEMBANGAN MODEL Pembangunan model pengukuran kinerja komprehensif sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan mengikuti beberapa tahapan yang sistematis. Secara skematis kerangka kerja logis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program TNI dalam meningkatkan jumlah perajurit TNI yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program TNI dalam meningkatkan jumlah perajurit TNI yaitu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia atau yang di singkat TNI merupakan salah satu aset yang terbesar bagi Negara kesatuan republik Indonesia. TNI di bentuk untuk Mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guru merupakan salah satu tonggak utama dalam dunia pendidikan, kemampuan dan prestasi siswa tidak lepas dari bagaimana peran seorang guru dalam mengajar dan membimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat kita untuk lebih membuka diri dalam menerima perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. membuat kita untuk lebih membuka diri dalam menerima perubahan-perubahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekarang ini, membuat kita untuk lebih membuka diri dalam menerima perubahan-perubahan yang terjadi akibat kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diagnosis penyakit yang diderita oleh seorang penderita harus dapat dilakukan dengan tepat dan akurat, karena kesalahan diagnosis berakibat fatal dan bisa membahayakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat. Perkembangan yang pesat tidak hanya teknologi perangkat keras dan perangkat lunak saja,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik karena banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian, maupun karena kontribusinya yang

Lebih terperinci

Diagnosis Prasyarat Pengembangan Klaster. Prasyarat Ekologi Prasyarat Ekonomi Prasyarat Sosial Prasyarat Kelembagaan. Layak?

Diagnosis Prasyarat Pengembangan Klaster. Prasyarat Ekologi Prasyarat Ekonomi Prasyarat Sosial Prasyarat Kelembagaan. Layak? PEMODELAN SISTEM Sistem nyata pengembangan klaster industri rumput laut yang berkelanjutan adalah sangat kompleks. Agar lebih efektif dan efisien dalam melakukan kajian, maka dilakukan pemodelan sistem.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran 1 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Ketidakpastian yang mempengaruhi proses produksi seperti yang telah diutarakan oleh Mula. et al. (2006) merupakan bentuk gangguan sistem produksi yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan salah satu sumber daya manusia yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan salah satu sumber daya manusia yang digunakan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah. Karyawan merupakan salah satu sumber daya manusia yang digunakan sebagai alat penggerak dalam memajukan suatu perusahaan. Kinerja karyawan cukup berpengaruh

Lebih terperinci

BAB III SIMULASI Definisi Simulasi Tahapan Simulasi

BAB III SIMULASI Definisi Simulasi Tahapan Simulasi BAB III SIMULASI 3. 1. Definisi Simulasi Simulasi adalah proses merancang model dari suatu sistem yang sebenarnya, mengadakan percobaan-percobaan terhadap model tersebut dan mengevaluasi hasil percobaan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 37 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan produk merupakan hal yang sangat penting bagi setiap perusahaan. Tahapan awal dari pengembangan produk adalah mengidentifikasi keinginan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan mengenai langkah yang harus diterapkan agar penelitian dan proses perancangan sistem informasi dapat dilakukan secara terarah dan memudahkan dalam analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III ini berisikan uraian langkah-langkah yang dilakukan dalam mencapai tujuan penelitian seperti yang dinyatakan dalam bab I yaitu membangun model analisa kredit pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Konsep dan Variabel Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Konsep dan Variabel Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Konsep dan Variabel Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Secara garis besar manajemen modern mencakup 4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu: (1) perencanaan (planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan (actuating);

Lebih terperinci