VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5
|
|
- Hengki Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri nenas bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Sifat-sifat ini tampak misalnya, pada adanya kebutuhan pelaku-pelaku yang dapat saling bertentangan dan saling berkaitan. Ini memerlukan perekayasaan sistem. Hasil dari perekayasaan sistem ini adalah suatu model yang bersifat kuantitatif guna menghasilkan keputusan yang bersifat rasional, terukur, dan transparan. Seperti tampak pada diagram input-output sistem usaha agroindustri nenas (Gambar 5.1), model kemitraan setara usaha agrondustri nenas yang dikembangkan akan selalu dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, input terkendali, dan input tidak terkendali. Ketiga faktor ini bersifat dinamis, artinya, ketiga faktor tersebut selalu berubah seiring dengan perjalanan waktu. Sebagai contoh, biaya produksi, harga jual produk, harga bahan baku, dan sebagainya dapat berubah, oleh karena itu dibutuhkan model yang dapat mengakomodasi hal-hal tersebut. Model ini harus dapat diaplikasikan ke dalam suatu sistem berbasis komputer yang disebut sebagai model Sistem Penunjang Keputusan (SPK). Untuk sistem kemitraan setara usaha agroindustri nenas, model berbasis komputer yang dikembangkan dinamai Model AINI-MS. Nama ini diambil dari singkatan Agroindustri Nenas Indonesia Kemitraan Setara. Model AINI-MS terdiri atas tiga komponen utama, yaitu Sistem Manajemen Basis Data, Sistem Manajemen Basis Model, dan Sistem Manajemen Dialog. Model AINI-MS dapat membantu semua pihak yang berkepentingan dengan usaha agroindustri nenas, khususnya pengusaha/investor, petani dan koperasi petani, lembaga pembiayaan usaha, dan pemerintah daerah dalam mengambil keputusan ataupun kebijakan menyangkut usaha agroindustri nenas. Dengan adanya model AINI-MS,
2 diharapkan dapat tercipta kedudukan yang setara di antara petani nenas dan pengusaha industri pengolahan nenas. DATA MODEL SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Data Pemilihan Lokasi Usaha AI Nenas Data Pemilihan Produk Nenas Olahan Data Struktur Biaya Pabrik Pengolahan Nenas Data Struktur Biaya Kebun Nenas Data Elemen Kelembagaan Kemitraan Setara SISTEM MANAJEMEN BASIS MODEL Submodel Pemilihan Lokasi Usaha AI Nenas Submodel Pemilihan Produk Nenas Olahan Submodel Kelayakan usaha Pabrik Pengolahan Nenas Submodel Kelayakan Kebun Nenas Submodel Kelayakan Integrasi Kebun Pabrik Submodel Analisis Kelembagaan Kemitraan Usaha SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT SISTEM MANAJEMEN DIALOG PENGGUNA Gambar Konfigurasi Model Sistem Penunjang Keputusan AINI-MS (diadaptasi dari Eriyatno, 1999). 73
3 1. Konfigurasi Model Kemitraan Setara Usaha Agroindustri Nenas Rekayasa model kemitraan setara usaha agroindustri nenas diwujudkan dalam bentuk paket program perangkat lunak komputer sistem penunjang keputusan yang dinamakan Model AINI-MS. Model ini bertujuan membantu pengguna dalam proses pengambilan keputusan untuk pengembangan usaha agroindustri nenas dengan sistem kemitraan setara. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Microsoft Visual Basic Versi 6.0 Komponen-komponen utama yang ada dalam model AINI-MS adalah Sistem Manajemen Basis Data, Sistem Manajemen Basis Model, dan Sistem Manajemen Dialog. Konfigurasi model AINI-MS disajikan pada Gambar Sistem Manajemen Basis Data dalam Model AINI-MS Sistem Manajemen Basis Data pada Model AINI-MS berisi berbagai data dan berfungsi untuk mengelola data yang dibutuhkan oleh Sistem Manajemen Basis Model. Pengendalian basis data melalui Sistem Manajemen Basis Data dilakukan dengan memilih menu seperti, input data, tampilan data, menghapus data, dan menyimpan data. Hal ini dimaksudkan agar model AINI-MS dapat bersifat aktual, sesuai dengan kondisi pada saat digunakan. Basis data dalam Model AINI-MS terdiri atas enam kelompok, yaitu: 1) basis data pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas, 2) basis data pemilihan produk nenas olahan, 3) basis data kelayakan usaha perkebunan nenas, 4) basis data kelayakan usaha pabrik pengolahan nenas, 5) basis data kelayakan usaha integrasi kebunpengolahan, dan 6) basis data analisis kelembagaan kemitraan setara dalam usaha agroindustri nenas. Keenam kelompok basis data tersebut dijelaskan secara lebih rinci berikut ini: 74
4 a. Basis Data Pemilihan Lokasi Usaha AI-Nenas Basis data pemilihan lokasi usaha AI-Nenas berisi data hasil penilaian pakar tentang kriteria pemilihan lokasi AI-Nenas. Kriteria yang digunakan ada enam, yaitu: (1) Ketersediaan bahan baku, (2) Ketersediaan lahan, (3) Ketersediaan tenaga kerja, (4) Keamanan, (5) Fasilitas transportasi, dan (6) Ketersediaan infrastruktur. Alternatif lokasi yang tersedia di Kabupaten Subang ada lima kecamatan, yaitu: Kecamatan Tanjungsiang, Kecamatan Cijambe, Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Sagalaherang, dan Kecamatan Cisalak. Penentuan kriteria dan alternatif lokasi dilakukan melalui diskusi dengan tiga orang pakar, yaitu Bunasor Sanim dari Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, Endang Siwandar dari Kantor Dinas Koperasi dan PKM Kabupaten Subang, dan Bayu Krishnamurti dari Pusat Studi Pembangunan IPB.. Keenam kriteria pemilihan di atas kemudian disusun peringkat kepentingannya dengan memberikan bobot kepada masing-masing kriteria berdasarkan formula Eckenrode. Total bobot keenam kriteria adalah 1,0. Setiap alternatif lokasi kemudian ditentukan kemampuannya dalam memenuhi masing-masing kriteria dengan memberikan nilai kepada setiap alternatif. Nilai 1 menunjukkan bahwa suatu alternatif sangat tidak mampu memenuhi suatu kriteria. Nilai 2 diberikan jika suatu alternatif dianggap tidak mampu memenuhi suatu kriteria. Nilai 3 diberikan jika suatu alterantif dianggap cukup mampu memenuhi suatu kriteria. Nilai 4 diberikan jika suatu alternatif dianggap mampu memenuhi suatu kriteria, dan nilai 5 diberikan jika suatu alternatif dianggap sangat mampu memenuhi suatu kriteria. Bobot dan nilai ini ditentukan dengan menggunakan teknik MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Jumlah kriteria, alternatif lokasi, dan pakar yang 75
5 dilibatkan dalam diskusi pada basis data ini dapat diedit, ditambah, dikurangi, dan dihapus. b. Basis Data Pemilihan Produk Nenas Olahan Basis data pemilihan produk olahan nenas berisi hasil penilaian pakar tentang produk nenas olahan yang selayaknya dikembangkan di Kabupaten Subang. Proses pemilihan produk nenas olahan ini dilakukan dengan menggunakan teknik MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Seperti halnya pada Basis Data Pemilihan Lokasi Usaha AI Nenas, pada Basis Data Pemilihan Produk Nenas ini ditentukan sembilan kriteria keputusan, yang dalam hal ini terdiri atas: kemudahan pasar (K1), ketersediaan bahan baku (K2), nilai tambah produk (K3), daya serap tenaga kerja (K4), peningkatan pendapatan petani (K5), potensi pasar (K6), ketersediaan modal (K7), teknologi yang digunakan (K8), dan dampak terhadap lingkungan (K9). Alternatif produk yang dipertimbangkan adalah dodol nenas (P1), selai nenas (P2), nenas kaleng (P3), dan konsentrat nenas (P4). Jumlah kriteria, alternatif, dan pakar yang dilibatkan dalam diskusi pada basis data ini dapat diedit, ditambah, dikurangi, atau dihapus sesuai kebutuhan pengguna. c. Basis Data Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas Basis data kelayakan usaha perkebunan nenas terdiri atas berbagai data yang akan digunakan untuk menghitung kelayakan finansial kebun nenas. Data yang terse dia adalah data jumlah investasi pembangunan kebun nenas, pemeliharaan tanaman selama belum menghasilkan, dan biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan untuk luasan areal per satu hektar. Data biaya tersebut didasarkan pada pengamatan lapangan di Kabupaten Subang dan dilengkapi dengan data sekunder dari Kabupaten Belitung (Pemda Kabupaten Belitung, 2003). 76
6 Data proyeksi produksi kebun (ton/ha) selama umur ekonomis tanaman akan tergantung pada usia tanaman. Basis data kelayakan usaha kebun ini dapat diedit, ditambah, dikurangi, atau dihapus. d. Basis Data Kelayakan Usaha Pengolahan Nenas Dalam basis data ini ada dua usaha pengolahan nenas yang tercakup, yaitu, (1) usaha pengolahan nenas yang produk utamanya adalah nenas kalengan. Usaha ini termasuk industri yang berskala besar dan menjadi bagian dari pengusaha besar, dan (2) usaha pengolahan nenas yang produk utamanya adalah dodol nenas. Usaha ini berskala kecil dan menjadi bagian dari pengusaha kecil/menengah. Basis data ini berisi data jumlah investasi pabrik yang meliputi biaya pengadaan lahan, biaya bangunan, biaya peralatan kantor, kendaraan, dan biaya pra-operasi. Data biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku, bahan pendukung, tenaga kerja langsung, peralatan produksi, dan biaya angkutan. Data biaya operasi meliputi biaya administrasi umum, manajemen, dan biaya pemasaran. Data biaya penyusutan dan amortisasi terdiri atas biaya penyusutan bangunan, peralatan mesin pabrik, peralatan laboratorium, peralatan kantor dan kendaraan. Biaya bunga terdiri atas bunga investasi dan biaya bunga modal kerja. Data harga jual produk, harga beli bahakn baku dan bahan penolong, dan tingkat suku bunga pinjaman dapat diubah-ubah sesuai dengan masukan dari pihak pengguna model. e. Basis Data Kelembagaan Kemitraan Setara Usaha Agroindustri Nenas Basis data kelembagaan kemitraan setara diolah dengan teknik ISM (Interpretative Structural Modeling). Sesuai dengan sasaran penelitian ini, ditetapkan enam elemen yang dibahas, yaitu, kebutuhan program, kendala utama, tujuan program pengembangan, ukuran pencapaian tujuan, aktivitas yang dibutuhkan, dan pelaku yang terlibat dalam kemitraan setara. Sub-elemen dari 77
7 masing-masing elemen tersebut telah diuraikan di Bab V. Jumlah elemen dan subelemen dapat diaudit, ditambah, atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan pengguna model. 3. Sistem Manajemen Basis Model dalam Model AINI-MS Sistem manajemen basis model terdiri dari model untuk mengolah data sehingga menghasilkan informasi dan alternatif-alternatif keputusan. Model AINI-MS direkayasa untuk dapat membantu dalam pengambilan keputusan menyangkut usaha agroindustri nenas. Data atau skenario yang diinputkan ke salah satu basis model akan diolah sehingga menghasilkan output yang dikehendaki guna mendukung suatu keputusan. Sesuai dengan tujuan penelitian, keberhasilan model kemitraan setara dalam usaha agroindustri nenas sebagai tujuan utama dari model AINI-MS adalah peningkatan pendapatan petani dan kesetaraan posisi petani-industri yang ditandai oleh keseimbangan nilai BCR (benefit-cost ratio). Sistem manajemen basis model AINI-MS terdiri atas enam submodel, yaitu: 1) Submodel pemilihan lokasi agroindustri nenas, 2) Submodel pemilihan produk nenas olahan, 3) Submodel kelayakan usaha perkebunan nenas, 4) Submodel kelayakan usaha pengolahan nenas, 5) Submodel kelayakan usaha integrasi kebun dan pabrik pengolahan nenas dan 6) Submodel kelembagaan kemitraan setara. Secara lebih rinci masing-masing submodel dijelaskan di bawah ini. a. Submodel Pemilihan Lokasi Usaha Agroindustri Nenas Rekayasa submodel pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas bertujuan membantu pengguna memilih lokasi usaha agroindustri nenas yang paling sesuai. Output dari submodel ini adalah urutan prioritas lokasi usaha sesuai dengan kriteria yang ditentukan. 78
8 Urutan prioritas lokasi usaha agroindustri nenas ditetapkan berdasarkan sejumlah kriteria oleh sejumlah pakar. Sejumlah alternatif lokasi kemudian akan diperbandingkan menurut kriteria yang telah ditetapkan. Proses perhitungan untuk memilih lokasi usaha dilakukan dengan menggunakan teknik MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Teknik ini pada dasarnya membandingkan berbagai alternatif keputusan yang tersedia berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Langkah-langkah dalam teknik MPE adalah sebagai berikut: 1) Sejumlah pakar (responden) memberikan penilaian (bobot tingkat kepentingan) terhadap setiap kriteria, 2) para pakar melakukan penilaian terhadap semua alternatif yang ada berdasarkan setiap kriteria, 3) hasil dari para pakar kemudian dihitung, dan 4) urutan prioritas alternatif lokasi dapat ditetapkan. Secara skematik alur proses untuk menentukan urutan prioritas lokasi usaha agroindustri nenas disajikan dalam Gambar 6.2. Mulai Input analisis prioritas lokasi usaha AI nenas: - Alternatif lokasi usaha - Kriteria pemilihan lokasi - Bobot untuk masing-masing kriteria - Skor relatif untuk masing-masing alternatif lokasi usaha Penentuan urutan prioritas lokasi usaha AI nenas dengan menggunakan Teknik MPE Output: Urutan prioritas lokasi usaha AI nenas Selesai Gambar Diagram alir deskriptif submodel pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas 79
9 b. Submodel Pemilihan Produk Nenas Olahan Rekayasa submodel pemilihan produk nenas olahan bertujuan membantu pengguna model memilih produk nenas olahan yang layak dikembangkan. Output dari submodel ini adalah urutan prioritas alternatif produk nenas olahan yang layak dikembangkan sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Seperti halnya proses pemilihan lokasi usaha agroindustri nenas, proses pemilihan produk nenas olahan dilakukan dengan menggunakan teknik MPE. Diagram alir deskriptif submodel pemilihan produk nenas olahan diperlihatkan pada Gambar 6.3. Mulai Input analisis pemilihan prioritas produk nenas olahan: - Alternatif produk nenas olahan - Kriteria pemilihan - Bobot untuk masing-masing kriteria - Skor relatif untuk masing-masing alternatif produk nenas olahan Penentuan urutan prioritas produk nenas olahan dengan menggunakan Teknik MPE Output: Urutan prioritas produk nenas olahan Selesai Gambar Diagram alir deskriptif submodel pemilihan produk nenas olahan. 80
10 c. Submodel Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas Submodel Kelayakan Usaha Perkebunan Nenas bertujuan menganalisis kelayakan dan risiko usaha perkebunan nenas dengan luas 1500 hektar. Data yang digunakan berasal dari penelitian yang dilakukan di perkebunan nenas rakyat di Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang. Submodel yang dihasilkan berguna bagi: 1) investor/calon investor yang berminat menanamkan modal dalam usaha perkebunan nenas, 2) lembaga pembiayaan usaha yang berencana melibatkan diri dalam usaha agribisnis/agroindustri, dan 3) pemerintah daerah yang berkepentingan mengembangkan usaha perkebunan nenas sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dan membantu petani nenas meningkatkan pendapatan. Masukan data untuk submodel ini ada dua macam, yaitu data yang disimpan dalam file data struktur usaha perkebunan dan data yang berasal dari pengguna. Formulasi untuk menghitung kriteria penilaian investasi dan risiko usaha adalah seperti yang telah diuraikan dalam Bab 2. Skenario masukan yang dilakukan untuk submodel ini adalah berbagai tingkat suku bunga yang mungkin dan DER (debt-to-equity ratio, atau perbandingan utang dengan dana sendiri). Analisis sensitivitas dilakukan terhadap suku bunga dan harga jual nenas segar. Keluaran dari submodel ini adalah kriteria kelayakan usaha (NPV, IRR, Net B/C, PBP, dan BEP). Tingkat risiko usaha dihitung dengan menggunakan kriteria risiko CV < 0,5 untuk usaha berisiko rendah, CV > 0,5 dan CV < 0,8 untuk usaha berisiko sedang, dan CV > 0,8 untuk usaha berisiko tinggi. Diagram alir deskriptif submodel kelayakan usaha perkebunan nenas disajikan pada Gambar
11 Mulai Input data finansial: - Biaya investasi kebun 1500 ha - Biaya tetap dan biaya variabel - Biaya produksi tanaman Input skenario usaha: - DER - Lama waktu pinjaman - Suku bunga - Harga jual nenas - Analisis Rugi-Laba - Analisis Arus Kas - Kriteria kelayakan usaha (IRR, B/C, BEP, PBP) - Risiko investasi Kriteria terpenuhi? Tidak ya Cetak: - Kriteria kelayakan usaha - Risiko investasi - -Analisis R/L dan A/K Selesai Gambar Diagram alir deskriptif submodel kelayakan usaha kebun nenas. d. Submodel Kelayakan Usaha Pengolahan Nenas Submodel Kelayakan Usaha Pengolahan Nenas dirancang untuk menganalisis kelayakan dan risiko usaha pengolahan nenas. Usaha pengolahan 82
12 nenas yang dipilih adalah usaha pengalengan nenas dan usaha dodol nenas, sesuai dengan prioritas produk yang terpilih melalui teknik MPE. Submodel ini berguna bagi 1) kalangan investor/calon investor yang berminat menanamkan dana dalam usaha pengolahan nenas, termasuk petani dan koperasi petani yang berminat memasuki industri hilir pengolahan nenas, 2) lembaga pembiayaan usaha yang berencana mengembangkan usaha ke sektor agroindustri nenas, dan 3) pemerintah daerah yang berkepentingan dalam pembinaan petani dan peningkatan pendapatan asli daerah. Langkah-langkah pengoperasian submodel kelayakan usaha pengolahan nenas ini sama dengan langkah-langkah pengoperasian submodel usaha kebun nenas. e. Submodel Kelembagaan Kemitraan Setara Submodel Kelembagaan Kemitraan Setara merupakan bagian terpenting dalam Model AINI-MS yang dapat digunakan oleh pengguna untuk membantu pengambilan keputusan dalam menganalisis program rekayas a kemitraan usaha agorindustri nenas. Pengguna yang diharapkan akan mendapat manfaat dari submodel ini adalah: 1) investor, 2) petani dan koperasi atau gabungan kelompok tani, 3) lembaga pembiayaan usaha, dan 4) pemerintah daerah. Submodel tersebut menggunakan Metode ISM yang memandang pola kemitraan sebagai suatu sistem yang terdiri elemen-elemen. Elemen-elemen yang dipilih merupakan elemenelemen yang dipandang berperan penting dalam menentukan keberhasilan rekayasa kemitraan setara dalam usaha agroindustri nenas. Ada enam elemen yang dipertimbangkan, yaitu: 1) kebutuhan program, 2) kendala program, 3) tujuan program, 4) indikator pencapaian tujuan, 5) pelaku yang terlibat, dan 6) aktivitas yang diperlukan. Pengguna model diberi keleluasaan untuk menentukan jumlah dan nama subelemen untuk setiap elemen yang dikaji. Pada dasarnya, cara 83
13 kerja submodel ini adalah menyusun hirarki dan interaksi di antara setiap subelemen dari elemen-elemen yang dikaji dan mengelompokkannya ke dalam empat sektor. Langkah-langkah dalam rekayasa submodel kemitraan ini secara skematik dapat dilihat pada Gambar Sistem Manajemen Dialog Sistem manajemen dialog adalah komponen model yang dirancang untuk mengatur komunikasi antara pengguna model dan model itu sendiri agar interaksi antara pengguna dan model dapat dilakukan dengan mudah. Dialog dengan pengguna dimudahkan dengan adanya menu pilihan atau pertanyaan-pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban yang singkat. Masukan dari pengguna berupa data, variabel, pilihan skenario dan pernyataan singkat. Keluaran yang diberikan model dapat berupa tabel, grafik, keterangan atau pernyataan singkat yang mudah dipahami. 84
14 Mulai Input data analisis program kelembagaan kemitraan setara AI Nenas yang meliputi: - Kebutuhan program - Kendala utama program - Tujuan program - Indikator pencapaian tujuan - Aktivitas yang diperlukan - Pelaku/lembaga yang terlibat Penentuan strategi kelembagaan kemitraan setara AI Nenas dengan menggunakan Metode ISM OK? Tidak Cetak: - Hirarki setiap subelemen dari setiap elemen yang dikaji - Klasifikasi subelemen untuk setiap elemen dalam empat sektor - Subelemen kunci untuk setiap elemen yang dikaji ya Selesai Gambar Submodel analisis kelembagaan kemitraan setara usaha AI Nenas. 85
X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan
X. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan adalah model yang menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic versi 6.0. Model AINI-MS merupakan
Lebih terperinciSistem Manajemen Basis Data
85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model
PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,
Lebih terperinciBAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM
83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,
Lebih terperinciGambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.
44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL
VI. PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket perangkat lunak ng diberi nama mangosteen
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk
Lebih terperinciIV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01
IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan
Lebih terperinciIII. LANDASAN TEORETIS
III. LANDASAN TEORETIS 1. Pemodelan Deskriptif dengan Metode ISM (Interpretative Structural Modeling) Eriyatno (1999) mengemukakan bahwa dalam proses perencanaan strategik seringkali para penyusunnya terjebak
Lebih terperinciIII METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala
50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan
Lebih terperinciVII. HASIL DAN PEMBAHASAN
VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1 PROGRAM UTAMA mangosteen 1.0 Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dalam sebuah paket program bernaman mangosteen 1.0. Model mangosteen
Lebih terperinciSISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN
94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran
62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,
Lebih terperinciA. Kerangka Pemikiran
III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisda Bta di Bogor merupakan analisis yang dilakukan sebagai bagian dari tahap pra invetasi pada proyek pembangunan industri
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi
23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan
Lebih terperinciIV METODOLOGI PENELITIAN
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT
PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rancang bangun model pengembangan industri kecil jamu dirancang dalam bentuk paket program komputer sistem manajemen ahli yang terdiri dari komponen : sistem manajemen
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Industri karet remah di Indonesia sebagian besar merupakan industri yang melibatkan petani karet sebagai penghasil bahan baku berupa bokar dan pabrik karet sebagai
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pada pembiayaan investasi pola musyarakah, hasil laba operasional usaha dibagi antar investor dengan menggunakan nisbah tertentu. Ketidakpastian tingkat hasil laba
Lebih terperinciV. IMPLEMENTASI EssDSS 01
V. IMPLEMENTASI EssDSS 01 A. Program Utama EssDSS 01 Paket program EssDss 01 merupakan paket dari sistem program yang mengintegrasikan beberapa model yang berkaitan di dalamnya. Model-model ini membantu
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL Gambir merupakan salah satu produk ekspor Indonesia yang prospektif, namun hingga saat ini Indonesia baru mengekspor gambir dalam bentuk gambir asalan.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan
Lebih terperinciV. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani
V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen
Lebih terperinciLampiran 1. Rugi Laba
LAMPIRAN Lampiran 1. Rugi Laba Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 PENERIMAAN Kapasitas Pengolahan (kg buah) 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000
Lebih terperinciMODEL PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DENGAN PENDEKATAN KEMITRAAN SETARA PETANI-PENGUSAHA INDUSTRI PENGOLAHAN.
MODEL PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DENGAN PENDEKATAN KEMITRAAN SETARA PETANI-PENGUSAHA INDUSTRI PENGOLAHAN Oleh: AGUS MAULANA 975092/TIP SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan
III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pengembangan industri tepung dan biskuit dari tepung kepala ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu analisis pasar dan pemasaran,
Lebih terperinciIII. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK
III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.
II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITXAN
IV. METODOLOGI PENELITXAN 4.1. Kerangka Pernikiran Kajian kemitraan usaha pola modifikasi BOT (8uilMperate and Trensfer) ini didasari tujuan ganda yaru peningkatan pendapatan pekebun, peningkatan kesempatan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian
III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian
36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah
Lebih terperinciAGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus
AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013 103 PENENTUAN LOKASI INDUSTRI PALA PAPUA BERDASARKAN PROSES HIERARKI ANALITIK (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ) DAN APLIKASI SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN (SPK) DI KABUPATEN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi
23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani
Lebih terperinciBAB IV ANALISA SISTEM
71 BAB IV ANALISA SISTEM 4.1. Analisa Situasional Agroindustri Sutera Agroindustri sutera merupakan industri pengolahan yang menghasilkan sutera dengan menggunakan bahan baku kokon yaitu kepompong dari
Lebih terperinciTabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau
Lampiran 3. Luas areal perkebunan kelapa sawit tahun 2009. Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara Kabupaten Luas Areal (Ha) Labuhan Batu 85527 Tapanuli Selatan 57144 Simalungun
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN III. 1. KERANGKA PEMIKIRAN Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas produksi minyak mentah di dalam negeri telah menjadikan sekitar 50% pemenuhan bahan bakar nasional
Lebih terperinciTabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel
54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
18 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September-November 2010 di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Pemerintahan Aceh
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinci6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI
6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sangkuriang Jaya yang terletak di Desa Babakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor berkeinginan untuk melakukan pengembangan usaha untuk meraup
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciA. Kerangka Pemikiran
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan
Lebih terperinciVIII. ANALISIS FINANSIAL
VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.
Lebih terperinciModel sisttm penunjang keputusan dalaln raiigka mendulcung program. Ipteltda direncang dalarn bentuk program Sistein Penulijang Keputusan (Decision
IV. REKAYASA MODEL 4.1 Konfigurasi Model Model sisttm penunjang keputusan dalaln raiigka mendulcung program Ipteltda direncang dalarn bentuk program Sistein Penulijang Keputusan (Decision Szryyort Syslel~z
Lebih terperinciRANCANGAN IMPLEMENTASI
RNCNGN IMPLEMENTSI Kelebihan dan Keterbatasan Model Perekayasaan suatu model tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan. Model Ekpama-Syariah memiliki kelebihan dalam implementasi sebagai berikut: 1. Model
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten
Lebih terperinci7 REKAYASA SISTEM. Intelijensi Mesin inferensi Penalaran /Inference. Pengendalian/Control. Supervisor. Penghubung bahasa natural.
7 REKAYASA SISTEM 7.1 Konfigurasi Sistem Sistem Pendukung Keputusan Intelijen untuk pengembangan agropolitan berbasis agroindustri dirancang dalam bentuk perangkat lunak komputer Visual Basic versi 6.0
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciVI. VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL
52 VI. VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL Model klaster agroindustri aren dirancang dan dibangun sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan pengembangan di Sulawesi Utara terdiri atas 3 (tiga) blok model
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran
III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Perbaikan kualitas udang melalui rantai pengendalian mutu perlu melibatkan unit pengadaan bahan baku, unit penyediaan bahan baku, unit pengolahan, dan laboratorium
Lebih terperinciA. KERANGKA PEMIKIRAN
III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi
Lebih terperinciVII. RENCANA KEUANGAN
VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan
Lebih terperinci3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL
III. LANDASAN TEORI 3.1 TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan
Lebih terperinciVII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG
VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG 1. Lokasi Penelitian Lapang Penelitian lapang dilakukan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, khususnya usaha perkebunan
Lebih terperinciIII. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data
III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa
Lebih terperinciVIII. ANALISIS FINANSIAL
VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan
Lebih terperinciVolume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO
IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO SYAHMIDARNI AL ISLAMIYAH Email : syahmi1801@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
Lebih terperinciIV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran
IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran Manajemen rantai pasokan berkembang menjadi langkah strategis yang menyinergikan pemasaran, pabrikasi, dan pengadaan dalam suatu hubungan yang kompleks dalam rangkaian
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain
Lebih terperinciGambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu.
52 6 PENGEMBANGAN MODEL 6.1 Analisis model sistem dinamis agroindustri gula tebu Sesuai dengan metodologi, maka rancang bangun sistem dinamis bagi pengambilan keputusan kompleks pada upaya pengembangan
Lebih terperinciLampiran 7. Aktor/Pelaku Pasar Arang Tempurung Kelapa (ATK) di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan. Petani Kelapa. Pelaku Pengolah Kopra
Lampiran 7. Aktor/Pelaku Pasar Arang Tempurung Kelapa (ATK) di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan Petani Kelapa Pengumpul/ AgenKelapa Pelaku Pengolah Kopra Pelaku Pengolah Kopra+Arang Pelaku
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang
53 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang diberikan kepada variabel sebagai petunjuk dalam memperoleh
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan
Lebih terperinciMATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL
MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),
Lebih terperinciGambar 3. Kerangka pemikiran kajian
III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)
Lebih terperinciI PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
42 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Pemerintah daerah Sumatera Barat dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah melakukan upaya memperbaiki perekonomian dengan menfokuskan pengembangan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)
Lebih terperinci