IV. METODE PENELITIAN
|
|
- Inge Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Manajemen risiko rantai pasok produk/komoditas jagung merupakan suatu proses yang kompleks. Kompleksitas lingkungan tempat keputusan strategis dibuat merupakan pertimbangan utama untuk menggunakan sistem intelijen dalam sistem pengambilan keputusan cerdas yang akan dikembangkan. Terdapat beberapa alasan adanya kompleksitas ini yaitu: (1) adanya informasi dan pengetahuan yang mendukung keputusan tidak lengkap, tidak pasti atau tidak tepat atau bahkan tidak konsisten; (2) terdapat berbagai tujuan bahkan tujuan yang bertentangan dan terdapat banyak tipe batasan yang berbeda; (3) terdapat batasan waktu untuk pengambilan keputusan pada lingkungan yang selalu berubah; dan (4) terdapat kecenderungan pada pengambilan keputusan kelompok dimana berbagai tipe konsensus terjadi di dalam prosesnya. Untuk dapat menganalisis dan memodelkan permasalahan yang kompleks dan tidak terstruktur tersebut, dalam penelitian ini akan digunakan metodologi soft sistem (Checkland 1981). Menurut Hallikas et al. (2004), proses manajemen risiko terdiri dari dua tahap utama, yaitu penilaian risiko (risk assessment) yang terdiri dari proses mengidentifikasi, menganalisis, memprioritaskan dan pengendalian risiko (risk control) yang terdiri dari perencanaan manajemen risiko, perencanaan resolusi risiko (risk resolution) dan monitor risiko (risk monitoring), penelusuran (tracking) dan tindakan perbaikan (corrective action). Menurut Chapman et al. (2002) identifikasi dan penilaian risiko merupakan bagian yang paling penting dalam seluruh proses manajemen risiko karena kualitas dari hasil sebuah analisis tergantung sepenuhnya kepada proses identifikasi dan penilaian. Pengukuran risiko dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena sumber-sumber risiko mempunyai sifat yang tidak pasti, maka di dalam analisis kualitatif dan kuantitatif selain memerlukan analisis statistik, diperlukan juga analisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis posibilitas untuk dapat mengetahui pengaruh ketidakpastian sumber risiko. Variabel dari masing-masing sumber risiko yang mungkin timbul dalam manajemen risiko rantai pasok produk pertanian akan dinilai (assess) secara semi 70
2 71 kuantitatif berdasarkan tiga kelompok skala kualitas yang merupakan komponen risiko, yaitu berdasarkan konsekuensi (severity), paparan (exposure) dan posibilitas (likelihood) melalui pengisian kuesioner oleh responden dan berdasarkan akuisisi pengetahuan pakar. Konsekuensi (severity) diukur dengan empat kategori yaitu waktu (time), kualitas (quality), biaya (cost) dan keselamatan (safety). Kerangka kerja yang dilakukan dalam penelitian ini akan mengacu pada kerangka kerja yang telah dikembangkan oleh Rajamani et al. (2006), dengan beberapa penyesuaian pada manajemen risiko rantai pasok produk pertanian dan menggunakan kategori dan variabel risiko yang telah diidentifikasi oleh Xiaohui et al. (2006). Dalam penelitian ini identifikasi dan analisis risiko akan dilakukan pada setiap pelaku rantai pasok untuk mendapatkan tingkat risiko masing-masing, kemudian dilakukan agregasi nilai risiko total rantai pasok sehingga mendapatkan ukuran tingkat risiko rantai pasok dan cara penanganan risiko dilakukan secara menyeluruh untuk mendapatkan distribusi dan keseimbangan risiko rantai pasok. Detail dari kerangka pikir penelitian manajemen risiko rantai pasok dapat diperlihatkan pada Gambar 16. Gambar 16 Kerangka pikir penelitian manajemen risiko rantai pasok
3 Tata Laksana Penelitian Tahapan Penelitian Langkah-langkah pengembangan sistem pendukung pengambilan keputusan manajemen risiko rantai pasok adalah: identifikasi faktor-faktor manajemen risiko rantai pasok, pembuatan model manajemen risiko rantai pasok dengan multi objective programming, simulasi model manajemen risiko rantai pasok dengan program dinamik, analisa berbagai skenario manajemen risiko dengan kriteria finansial dan non finansial, pemilihan skenario manajemen risiko dengan memperhatikan profit sharing optimum dan minimisasi risiko gobal dan lokal, pembuatan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok dan pembuatan rekomendasi tindakan dan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut akan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap analisis, tahap pemodelan dan tahap perancangan dan implementasi sistem (Gambar 17). Pada tahap pertama dimulai dengan membuat tujuan penelitian dan mempelajari sistem rantai pasok produk pertanian melalui observasi lapang dan wawancara dengan beberapa pihak yang memahami risiko rantai pasok produk pertanian. Studi pustaka dilakukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap risiko rantai pasok produk pertanian dan metode yang akan digunakan dalam penelitian. selain itu, juga dilakukan analisis kondisi manajemen risiko rantai pasok produk pertanian yang mencakup aspek nilai tambah, penanganan risiko dan kelembagaan pada masing-masing pelaku dalam rantai pasok. Analisis dilakukan untuk mendapatkan data kebutuhan dari setiap stakeholder dalam manajemen rantai pasok untuk mengurangi risiko dan identifikasi konflik kepentingan dalam rantai pasok secara vertikal. Kajian dilanjutkan dengan perancangan model kolaborasi perencanaan manajemen risiko rantai pasok produk pertanian pada aspek penyediaan, distribusi dan produksi. Output yang diharapkan pada tahap ini adalah adanya pemetaan (mapping) risiko rantai pasok produk pertanian mulai dari hulu sampai hilir, tersedianya informasi yang lengkap mengenai penanganan risiko, dan kelembagaan pada rantai pasok pertanian, adanya model kolaborasi perencanaan manajemen risiko rantai pasok. Tahap kedua dari penelitian ini adalah pembuatan model sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok untuk
4 73 mendukung program ketahanan pangan. Model manajemen risiko akan dikembangkan secara kualitatif dan kuantitatif. Model kualitatif menggunakan fuzzy analitik hierarki proses dan fuzzy multi expert multi criteria decision making, sedangkan model kuantitaif menggunakan value at risk dan indek risiko serta algoritma genetika dan multi objectives programming untuk penyeimbangan risiko. Kemudian dilanjutkan dengan verifikasi dan validasi model dengan menggunakan data simulasi pada berbagai skenario. Output dari tahap ini adalah model sistem pendukung keputusan cerdas dengan berbagai skenario yang valid. Tahap ketiga dari penelitian ini adalah perancangan dan implementasi sistem pendukung keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok. Perancangan sistem dilakukan dengan pendekatan sistem yang berorientasi object menggunakan alat bantu UML (Unified Modeling Language), sedangkan implementsi sistem dilakukan dengan sistem yang berbasis web dengan menggunakan program java. Output dari tahapan ini adalah sebuah rancangan sistem pendukung keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok yang berorientasi obyek serta perangkat lunak sistem pendukung keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok. Adapun rincian langkah-langkah kegiatan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari sistem rantai pasok produk/komoditas jagung melalui observasi pendahuluan dengan beberapa pihak yang terkait dengan rantai pasok komoditas jagung seperti petani, pengumpul dan industri apakn ternak. Selain itu, studi pustaka dilakukan untuk pemahaman sistem nyata yang dipelajari. Pustaka yang dipelajari berhubungan dengan manajemen risiko rantai pasok dan teknik-teknik yang digunakan dalam manajemen risiko. 2. Wawancara mendalam dengan pengambil keputusan dan survei lapang di obyek studi kasus. Tujuannya adalah mengetahui rangkaian kegiatan rantai pasok dan kendala-kendal manajemen risiko rantai pasok. Pendalaman terhadap pengetahuan para pemangku kepentingan rantai pasok jagung. Beberapa pihak yang diwawancarai adalah petani dan kelompok tani, beberapa pengumpul dan manajer pengadaan bahan baku jagung di industri pakan ternak. Melalui wawancara akan diperoleh gambaran situasi secara
5 74 menyeluruh terhadap risiko yang dihadapi setiap pelaku dan cara mengatasinya. 3. Merumuskan faktor-faktor risiko dan variabel penentu yang dibutuhkan dalam penilaian tingkat risiko sesuai dengan tingkatan dalam jaringan rantai pasok. Prosedur yang dilakukan melalui wawancara dan studi pustaka hasil-hasil penelitian terkait. Faktor-faktor risiko yang diperoleh akan distrukturisasi secara hierarki sehingga mendeskripsikan keterkaitan antar faktor. 4. Merumuskan basis aturan untuk menterjemahkan hasil penilaian risiko sehingga rekomendasi dapat dikeluarkan oleh model. Rekomendasi merupakan hasil akuisisi pengetahuan para ahli yang terdiri dari praktisi agroindustri dan dilengkapi melalui studi pustaka penelitian yang terkait. 5. Informasi yang dibutuhkan selanjutnya adalah prakiraan harga jagung pipilan dan persayaratan mutu serta metode pasokan dan penyimpanannya Data yang dibutuhkan adalah data masa lalu yang diperoleh melalui laporan kegiatan industri pakan ternak dan pelaku rantai pasok di lokasi penelitian. 6. Formulasi model matematik untuk penyeimbangan risiko rantai pasok dengan pendekatan manajemen dialog berdasarkan evaluasi risiko setiap tingkatan. Model matematik dirumuskan melalui proses iterative untuk penentuan harga jagung pipilan di tingkat petani dengan memeperhatikan tingkat risiko masing-masing tingkatan dan tingkat utilitas ketersediaan jagung. 7. Merumuskan teknik-teknik penyelesaian untuk setiap formulasi model matematik dan penilaian risiko dalam bentuk program komputer. Pada tahap ini dibangun elemen-elemen dari basis data, basis pengetahuan dan basis model serta hubungan masukan dan keluaran. Keterkaitan ini dibutuhkan untuk menghasilkan keterpaduan. Keterpaduannya diwujudkan dalam bentuk sebuah Sistem Penunjang Keputusan cerdas. 8. Verifikasi model menggunakan data dari obyek studi kasus yaitu industri pakan ternak yang menggunakan bahan baku jagung. Nilai-nilai yang dihasilkan model akan diperiksa kesesuaiannya berdasarkan logika dan kerja komputasi. Pada tahap ini telah dihasilkan program komputer yang terdiri dari basis model, basis data dan basis pengetahuan.
6 75 9. Validasi model untuk mendapatkan keabsahan dan keyakinan bahwa model mampu bekerja sesuai kebutuhan pengambil keputusan. Persiapan penelitian Latar belakang dan perumusan masalah Studi Pendahuluan Studi Literatur Perumusan tujuan penelitian Identifikasi lingkup permasalahan Analisa kebutuhan stakeholder manajemen risiko rantai pasok (UML) Identifikasi konflik kepentingan dan tujuan dalam manajemen risiko rantai pasok produk/komoditas Jagung Identifikasi jenis risiko dan sumber risiko rantai pasok (fuzzy AHP) Evaluasi risiko dan dampak risiko serta alternatif penghilangan risiko rantai pasok (fuzzy AHP) Pengembangan model manajemen risiko pada setiap tingkatan pelaku rantai pasok (Multiobjectives programming) Pengembangan model agregasi pengukuran risiko rantai pasok secara global (Fuzzy Agregation) Pengembangan model penyeimbangan risiko (risk balancing) rantai pasok (stakeholder dialog dan fungsi utilitas-regresi fuzzy) Pengembangan model perlakuan risiko rantai pasok secara lokal dan global (fuzzy inference) Verifikasi dan validasi model Pembuatan model basis pengetahuan manajemen risiko rantai pasok Analisa dan perancangan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok (UML) Implementasi sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok (web programming) pengujian dan perbaikan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok Kesimpulan dan rekomendasi Gambar 17 Langkah pemodelan SPK cerdas pada manajemen risiko rantai pasok
7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Penelitian pemodelan dilakukan di Laboratorium/Bagian Teknik Sistem Industri, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB di Bogor. Penelitian lapangan dilakukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai sentra produksi jagung di Indonesia. Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2009 Desember 2010, untuk mendapatkan informasi, data teknis dan diskusi dengan para narasumber yang terkait. Tambahan data dan informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan model dilakukan pada rentang waktu tersebut Pengumpulan Data, Informasi dan Pengetahuan Penelitian menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari laporan kajian terdahulu yang relevan dan jurnal ilmiah serta dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, Balai-balai penelitian, asosiasi, data perusahaan yang menjadi obyek kajian, dan pihak-pihak yang relevan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui beberapa cara, sebagai berikut : Observasi lapangan, yakni melihat secara langsung kegiatan-kegiatan manajemen risiko rantai pasok mulai dari produsen (petani), pedagang pengumpul, prosesor (pengolah), distributor, hingga konsumen. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh informasi kendala dan risiko, jumlah produksi dan penjualan, sistem transportasi, distribusi dan pasokan serta hubungan kemitraan antara pemasok dan distributor, dari para stakeholder manajemen risiko rantai pasok yang dikaji. Focus Group Discussion (FGD), meliputi wakil petani/kelompok tani, pedagang pengumpul, prosesor atau agroindustri, buyer/eksportir, pemerintah (regulator), dan universitas/lembaga riset teknologi. Pada FGD dilakukan pendalaman terhadap kondisi saat ini untuk memperoleh alternatif-alternatif strategi manajemen risiko rantai pasok. FGD juga melakukan verifikasi dan validasi terhadap model pengukuran risiko rantai pasok.
8 77 Pendapat pakar (expert judgement), dilakukan untuk memperoleh basis pengetahuan melalui wawancara secara mendalam (indepth interview) untuk mengakuisisi pengetahuan dari pakar yang terkait dalam menentukan jenis dan sumber risiko dan pengukuran tingkat risiko dan dampaknya serta keberhasilan penanganan risiko. Brainstorming dengan pakar untuk memodelkan sistem manajemen risiko rantai pasok produk pertanian dengan Fuzzy AHP menggunakan tools criterium decision plus. Pengumpulan informasi dan pengetahuan dari pakar menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan pakar yang dilibatkan dalam penelitian. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menentukan pakar adalah kesesuaian pendidikan pakar, pengalaman pakar dan track record kepakarannya. Demikian juga dalam penentuan responden lain yang dilibatkan dalam penelitian ini seperti petani, prosesor, distributor dan konsumen Teknik-Teknik yang Digunakan Fuzzy AHP Metode Fuzzy AHP merupakan suatu metode yang dikembangkan dari metode AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria. Fuzzy AHP merupakan integrasi AHP dengan metode logika fuzzy. Fuzzy AHP digunakan untuk menangani kekaburan vagueness, ambiguitas atau ketidakpastian atribut kepentingan yang diberikan oleh penilai (pakar). Pada AHP konvensional yang dikembangkan oleh Saaty, perbandingan berpasangan dilakukan dengan menggunakan skala numerik (1 9) yang bersifat crisp. Fuzzy AHP dalam penelitian ini akan digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengetahui sumber risiko yang akan dihadapi pada setiap tahapan rantai pasok produk pertanian. Fuzzy Inference System Sistem fuzzy merupakan penduga numerik yang terstruktur dan dinamik. Sistem ini mempunyai kemampuan untuk mengembangkan sistem intelejen
9 78 dalam situasi yang tidak pasti dan tidak tepat. Sistem ini menduga suatu fungsi dengan logika fuzzy yang pada dasarnya merupakan bagian dari logika boolean yang digunakan untuk menangani konsep derajat kebenaran, yaitu nilai kebenaran antara benar dan salah. Dalam implementasinya, logika fuzzy sering menggunakan informasi linguistik dan verbal (Marimin 2007). Dalam penelitian ini Sistem inferensi fuzzy akan digunakan untuk menduga tingkat risiko dan dampaknya suatu rencana tindakan managemen rantai pasok produk pertanian sehingga dapat memberikan arahan untuk menghindari atau menghilangkan terjadinya risiko tersebut. Fuzzy Agregation, Dalam penelitian ini fuzzy agregation akan digunakan untuk menghitung nilai agregasi risiko rantai pasok dengan pendekatan fuzzy inference system mamdamni. Fuzzy FMEA, Fuzzy FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) digunakan untuk mengukur dan menganalisa variabel risiko setiap faktor risiko dalam setiap tingkatan rantai pasok. Stakeholder Dialogue, Stakeholder dialogue digunakan untuk memodelkan proses penyeimbangan risiko rantai pasok dengan tujuan mencari kesepakatan harga jagung di tingkat petani dengan pendekatan fungsi regresi non linier dari tingkat utilitas risiko setiap tingkatan rantai pasok. Metode iterasi/interpolasi, Metode interpolasi digunakan untuk mencari nilai kesepakatan dengan konsep stakeholder dialogue berdasarkan parameter tertentu dengan input nilai parameter yang diinginkan setiap tingkatan rantai pasok. Metode sistem lunak (soft system methodology), Metodologi ini digunakan untuk melakukan analisis sistem dan pemodelan sistem serta verifikasi dan validasi model pada sistem interaksi sosial yang
10 79 komplek dalam manajemen risiko rantai pasok produk/komoditas jagung. Khususnya dalam memodelkan sistem penyeimbangan risiko yang menggunakan pendekatan stakeholder dialog untuk mendapatkan kesepakatan harga jagung di tingkat petani Langkah Pemodelan Sistem Secara umum, langkah-langkah utama yang harus diikuti untuk membangun sistem dalam pengembangan sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok adalah: menganalisa kebutuhan user atau pelaku ditinjau dari kebutuhan setiap pelaku dan kendala yang dihadapi, menganalisa sistem ditinjau dari fungsional dan non-fungsional sistem, pemodelan sistem yang mencakup model basis data, model basis pengetahuan dan model matematis solusi permasalahan, merancang bangun sistem dan implementasi serta validasi model dan testing atau pengujian sistem. Menurut Dhar dan Stein (1997), Sistem Penunjang Keputusan Cerdas merupakan sebuah Sistem Penunjang Keputusan yang menggunakan teknikteknik yang ada di bidang intelijensi buatan (Artificial Intelligent) seperti: seperti fuzzy systems, neural networks, machine learning, dan genetic algorithms (algoritma genetik). Tujuannya adalah untuk membantu pengguna dalam mengakses, menampilkan, memahami, serta memanipulasi data secara lebih cepat dan mudah untuk membantunya dalam mengambil keputusan. Sistem penunjang keputusan cerdas yang akan dikembangkan dalam penelitian ini terutama menggunakan pendekatan fuzzy sistem untuk memodelkan analisis dan pengukuran risiko rantai pasok pada setiap tahap/tingkatan rantai pasok. Sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok yang akan dikembangkan merupakan sistem yang mencakup jenis dan kelompok komoditas bahan pangan khususnya komoditas Jagung, yang meliputi rantai aktivitas pasokan, struktur jaringan dan distribusinya, mekanisme penyediaan, proses peramalan harga dan produksi serta strategi manajemen risiko rantai pasok. Pada setiap tingkatan rantai pasok, akan dikembangkan model analisis dan pengendalian risiko dengan pendekatan sistem intelijen untuk
11 80 pengambilan keputusan kelompok dalam penelitian ini. Adapun penjelasan rinci dari pemodelan sistem tersebut dapat diperlihatkan pada Gambar 18. Mulai Analisa kebutuhan user Analisa Kebutuhan Sistem Lengkap? Tidak Gugus solusi yang layak Formulasi Model Sistem Cukup? Tidak Model Optimal Rancang bangun Sistem Sesuai spesifikasi? Tidak Implementasi Sistem Valid? Tidak Rekomendasi operasional sistem Selesai Gambar 18 Langkah-langkah teknik pemodelan sistem 4.5. Verifikasi dan Validasi Model Kredibilitas sebuah model ditentukan oleh aksebilitas model dihadapan para pengguna atau pemangku kepentingan. Penerimaan sebuah model oleh pengambil keputusan sebagai pengguna harus diuji melalui proses verifikasi dan validasi. Proses ini akan membuktikan kebenaran model dan penerimaan pengguna terhadap kemampuan dari model. Seluruh rangkaian dalam menghasilkan mulai dari pemuatan elemen sistem nyata, pembangunan logika dan
12 81 penulisan program komputer dengan bahasa pemrograman tertentu akan diperiksa konsistensinya terhadap konsep dan teori yang digunakan. Verifikasi dan validasi model adalah bagian esensial dari proses pengembangan model agar model diterima dan digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan. Pertanyaan utama yang sering disampaikan kepada seseorang yang memperkenalkan sebuah model adalah keabsahan model sebelum diterapkan. Verifikasi adalah proses untuk menjamin bahwa model sudah bekerja dengan benar, sedangkan validasi adalah proses menjamin bahwa model memenuhi kebutuhan yang diharapkan dari segi metoda yang digunakan dan hasil yang diperoleh. Verifikasi dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui kebenaran kerja model, selanjutnya divalidasi untuk mengetahui kesesuaian model terhadap peruntukannya (Carson 2002). Verifikasi adalah proses pemeriksaan apakah logika operasional model (program komputer) sesuai dengan logika diagram alur. Kalimat sederhananya, apakah ada kesalahan dalam program? (Hoover et al. 1989). Proses verifikasi dilakukan terhadap setiap modul untuk menguji apakah program dari modul tersebut telah dapat berjalan dengan baik dan benar. Verifikasi dilakukan dengan jalan memberikan data input dengan skenario tertentu kepada setiap modul program, kemudian memeriksa outputnya dengan membandingkannya dengan hasil perhitungan manual. Jika hasilnya masih terdapat kesalahan, maka dilakukan perbaikan terhadap program setiap modul, kemudian dilakukan integrasi terhadap modul untuk membentuk sistem dan kemudian dilakukan verifikasi terhadap sistem hasil integrasi tersebut, sehingga diperoleh suatu sistem yang tepat dan akurat. Validasi model dilakukan untuk menguji apakah model yang sudah dibuat dapat digunakan atau tidak di lapangan atau dalam kehidupan nyata. Validasi adalah proses penentuan apakah model, sebagai konseptualisasi atau abstraksi, merupakan representasi berarti dan akurat dari sistem nyata? (Hoover et al. 1989). Validasi model merupakan langkah untuk menguji apakah model yang telah kita susun dapat merepresentasikan sistem nyata yang diamati secara benar. Model dikatakan valid jika tidak memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda secara signifikan dari sistem nyata yang diamati. Prosedur validasi model tergantung
13 82 dari sistem yang sedang dimodelkann dan lingkungan pemodelan. Beberapa metode validasi adalah: (1) Metode statistik, (2) Metode Delphi, (3) Perilaku ekstrim. Jika ukuran kinerja sistem nyata cukup tersedia, uji statistik umum seperti uji t digunakan dimana kita menguji hipotesis kesamaan nilai rata-rata. Kadang-kadang uji F juga dapat digunakan untuk menguji kesamaan ragam sistem nyata dengan model. Metode Delphi dikembangkan sebagai pendekatan ke analisis permasalahan ketika sangat sedikit data tersedia atau sistem nyata sedang dipertimbangkan. Dalam metode Delphi, sekelompok ahli terpilih membentuk panel yang akan menghasilkan jawaban konsensus terhadap pertanyaan yang diajukan ke mereka. Dalam lingkungan sistem, panel mungkin terdiri dari manager dan pengguna sistem yang sedang dimodelkan dan pertanyaan adalah tentang perilaku atau kinerja sistem di bawah kondisi operasi tertentu. Teknik validasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode Delphi (expert s jugement) yaitu dengan meminta pendapat para pakar untuk memberikan penilaian terhadap model yang dibuat dengan mengisi kuisioner dan melakukan diskusi untuk memperbaiki dan menentukan tingkat efektifitas dari sistem dengan mencoba sistem penunjang keputusan dengan input skenario tertentu. Adapun beberapa pakar yang akan dilibatkan dalam proses validasi model ini adalah beberapa pelaku atau praktisi agroindustri produk jagung seperti pakan ternak dan tepung jagung, serta pakar akademisi dan pakar dari lembaga penelitian. Menurut Checkland (1995) dalam Eriyatno dan Sofyar (2007), validasi dalam model yang didekati dengan hard system harus menunjukan secara syahih untuk menggambarkan bagian dari dunia nyata; sedangkan dalam model yang didekati dengan soft system validasi dapat dilakukan dengan pembuktian intelektual atau bisa dikatakan sebagai pembuktian model secara intelektual terhadap prinsip-prinsip yang telah didefinisikan dengan struktur dan konsep intelektual. Dalam penelitian ini validasi model dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap beberapa pakar untuk membuktikan tingkat fungsionalitas model dalam dunia nyata.
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri
Lebih terperinciX. KESIMPULAN DAN SARAN
X. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Penelitian ini telah berhasil merancang model sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk/komoditi jagung yang diberi nama
Lebih terperinciMETODOLOGI Kerangka Pemikiran
METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
55 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Membangun agroindustri yang tangguh dan berdaya saing tinggi seharusnya dimulai dengan membangun sistem jaringan rantai pasokan yang tangguh dan saling menguntungkan
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE
34 EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE Faisal piliang 1,Sri marini 2 Faisal_piliang@yahoo.co.id,
Lebih terperinciV. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani
V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran
65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran
3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan produksi sebagai suatu keputusan awal yang mempengaruhi aktifitas pada kegiatan lainnya memiliki peran penting untuk mengantisipasi terjadinya inefisiensi
Lebih terperinciSISTEM MANAJEMEN AHLI
201 SISTEM MANAJEMEN AHLI Konfigurasi model Pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem berbasis pengetahuan dikenal dengan istilah sistem manajemen ahli. (Eriyatno, 2009). Didalam sistem manajemen
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran
41 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan adalah bagaimana ini mem menyediakan memenuhi syarat ke konsumennya. Sebagai salah satu bagian dari rantai pasok berbasis, di sangat tergantung
Lebih terperinciA. KERANGKA PEMIKIRAN
III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja pada sistem klaster agroindustri hasil laut di Indonesia ini dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Manajemen risiko rantai pasok melalui pendekatan distribusi risiko (Risk Sharing) merupakan proses yang kompleks. Kompleksitas lingkungan tempat keputusan
Lebih terperinciIV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM
IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Lele merupakan salah satu ikan air tawar yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Banyak jenis maupun varietas yang ada dan dikembangbiakkan di Indonesia.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran
62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL
VI. PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket perangkat lunak ng diberi nama mangosteen
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
55 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah DAS Citarum yang terletak di Propinsi Jawa Barat meliputi luas 6.541 Km 2. Secara administratif DAS Citarum
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
42 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Pemerintah daerah Sumatera Barat dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah melakukan upaya memperbaiki perekonomian dengan menfokuskan pengembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung merupakan jenis tanaman serealia yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model
PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem
Lebih terperinciIV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM
IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok Sutera Alam berbasis Web dirancang sebagai alat bantu yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan rantai
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan
Lebih terperinciMETODOLOGI Kerangka Pemikiran
METODOLOGI Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan dalam rangka mendorong pengembangan industri rumput laut secara berkelanjutan melalui pendekatan klaster. Penelitian ini bermaksud merancang suatu
Lebih terperinciIII METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian
III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian Sebuah manajemen rantai pasok yang baik memerlukan berbagai keputusan yang berhubungan dengan aliran informasi, produk dan dana. Rancang bangun rantai pasokan untuk
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di
45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Indonesia memiliki potensi bahan baku industri agro, berupa buah buahan tropis yang cukup melimpah. Namun selama ini ekspor yang dilakukan masih banyak dalam bentuk buah segar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Langkah-Langkah Penelitian Untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan kemudian disusun metodologi penelitian yang terdiri dari langkah-langkah
Lebih terperinciIV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran
IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran Manajemen rantai pasokan berkembang menjadi langkah strategis yang menyinergikan pemasaran, pabrikasi, dan pengadaan dalam suatu hubungan yang kompleks dalam rangkaian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai struktur rancangan desain penelitian disertai metode penelitian beserta alat dan bahan yang akan digunakan dalam mengerjakan tugas akhir.
Lebih terperinciLampiran 1 Posisi penelitian manajemen risiko rantai pasok. Metode
LAMPIRAN Lampiran 1 Posisi penelitian manajemen risiko rantai pasok Pendekatan Metode Jenis Objectives Jenis Produk Dan Penelitan Sistem Manajemen Model Model Lingkup 1 2 1 2 3 4 5 1 2 1 2 1 2 3 4 5 6
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Bertolak dari kondisi, potensi, dan prospek usaha mikro dan kecil makanan ringan, maka penelitian ini diarahkan untuk menghasilkan model untuk mengevaluasi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN
III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.
Lebih terperinciPEMODELAN. Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena berbentuk objek atau aktivitas.
PEMODELAN DEFINISI Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena berbentuk objek atau aktivitas. Fenomena dapat berupa entity, jika fenomena itu berupa instansi maka instansi sebagai
Lebih terperinciMETODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai
45 METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Semakin ketatnya persaingan produk agroindustri pangan merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen, oleh karena itu setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin relatif sulit juga untuk mengambil keputusan terhadap suatu
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam kehidupan nyata terdapat bermacam-macam jenis keputusan. Ada keputusan yang mudah diambil, dan sudah tentu ada juga keputusan yang baru dapat diambil setelah dipertimbangkan
Lebih terperinciTujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada kawasan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV (Persero) Propinsi Sumatera Utara. PTPN IV bergerak di bidang usaha perkebunan dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam
BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 15 16
Lebih terperinciAGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus
AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013 103 PENENTUAN LOKASI INDUSTRI PALA PAPUA BERDASARKAN PROSES HIERARKI ANALITIK (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ) DAN APLIKASI SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN (SPK) DI KABUPATEN
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini
Lebih terperinciPertemuan 3 PEMODELAN
Pertemuan 3 PEMODELAN DEFINISI Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena berbentuk objek atau aktivitas. Fenomena dapat berupa entity, jika fenomena itu berupa instansi maka
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta
Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan yang meningkat pada masyarakat Indonesia diikuti peningkatan kesadaran akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini sangat berdampak
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Perkembangan zaman tidak luput dari perkembangan teknologi informasi. Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini sangat berdampak pada pola pikir dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman maka tingkat pendidikan pada masyarakat mengalami peningkatan. Oleh karena itu masyarakat memandang bahwa pendidikan pada tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat kita lihat betapa kompleksnya persoalan persoalan dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer saat ini sangat pesat sekali, dampaknya dapat kita lihat betapa kompleksnya persoalan persoalan dalam kehidupan perkantoran, pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SIG sebagai suatu sistem yang mengorganisir hardware, software, dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang SIG sebagai suatu sistem yang mengorganisir hardware, software, dan data, serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara simultan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. CV. Graha Putra Mandiri adalah perusahaan kontraktor yang bergerak
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan untuk dapat konsisten harus tangguh dan dapat bersaing. Untuk menjaga konsistensi dalam dunia bisnis hal yang paling penting adalah kepercayaan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis (dynamics system). Metode
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Secara garis besar manajemen modern mencakup 4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu: (1) perencanaan (planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan (actuating);
Lebih terperinciBab V Perancangan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK
79 Bab V Perancangan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK Kerangka kerja merupakan perwujudan dari sebuah model, dengan maksud memberikan panduan terhadap pengerjaan sesuatu. Pada penelitian ini, kerangka
Lebih terperinciPENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG
PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl. Jend. Sudirman Selindung Pangkalpinang bilalzakwan12@yahoo.com
Lebih terperinci6 METODE PENELITIAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGEMBANGAN AGROPOLITAN KONSEP PENGEMBANGAN AGROPOLITAN BERBASIS AGROINDUSTRI
6 METODE PENELITIAN 6.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Model pengembangan agropolitan yang dibangun adalah agropolitan yang dapat diterapkan dan terjaga keberlangsungannya. Kajian dimulai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ikan lele pada beberapa tahun ini mengalami peningkatan karena permintaan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ikan lele merupakan ikan air tawar yang teknologi budidayanya relatif mudah dikuasai masyarakat dengan modal usaha yang cukup rendah. Konsumsi ikan lele pada beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN PT PLN (Persero) merupakan perusahaan penyedia jasa kelistrikan terbesar di Indonesia. Proses dalam meningkatkan usahanya, PT PLN (Persero) tidak dapat melepaskan perhatiannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Komatsu Remanufacturing Asia (KRA) adalah perusahaan joint venture antara PT. United Tractors Tbk (49%) dan PT. Komatsu Asia Pasific Pte. Ltd (51%) yang bergerak
Lebih terperinciPemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).
Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pengembangan Pendekatan SPK Pengembangan SPK membutuhkan pendekatan yg unik. Pengembangan SPK Terdapat 3 (tiga) pendekatan
Lebih terperinciMETODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian
IV. METODA PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Komoditi sapi potong merupakan sumber daya lokal yang sangat potensial dikembangkan di Sumatera Barat. Pengembangan sapi potong di Sumatera
Lebih terperinciPENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Temanggung ) RINGKASAN
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran
1 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Ketidakpastian yang mempengaruhi proses produksi seperti yang telah diutarakan oleh Mula. et al. (2006) merupakan bentuk gangguan sistem produksi yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada sistem pakar, dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem pakar dapat diartikan sebagai sebuah program kecerdasan komputer dengan segudang pengetahuan dari seorang pakar yang memberikan informasi secara akurat. Sistem
Lebih terperinciANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP
ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN N. Tri Suswanto Saptadi Informatics Engineering Faculty of Information Technology Konsep SPK SPK atau DSS (Decision Support System): suatu sistem berbasis komputer inter-aktif
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. munculnya perangkat perangkat teknologi informasi, hal ini seringkali dikaitkan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi informasi seperti sekarang ini,mendorong munculnya perangkat perangkat teknologi informasi, hal ini seringkali dikaitkan dengan perkembangan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah nasional menghadapi tantangan dari negara-negara maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang saat ini masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan proses perencanaan wilayah dan kota adalah Geographic
BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Salah satu bentuk teknologi komputer yang secara luas telah digunakan untuk meningkatkan proses perencanaan wilayah dan kota adalah Geographic Information Systems
Lebih terperinciISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN METODE MULTI-CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Faisal Piliang Sistem Informasi Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi organik telah menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan di Aceh Tengah karena merupakan salah satu jenis kopi arabika dengan nilai harga jual tertinggi di dunia
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan / Decision Support System
Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System Pengambilan Keputusan, Sistem, Pemodelan dan Dukungan Oleh : Imam Cholissodin S.Si., M.Kom Content 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pengambilan Keputusan Proses
Lebih terperinciVI. PENGEMBANGAN DECISION NETWORK YANG DIOPTIMASI DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN KALENDER TANAM DINAMIK
113 VI. PENGEMBANGAN DECISION NETWORK YANG DIOPTIMASI DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN KALENDER TANAM DINAMIK 6.1. Pendahuluan Secara umum, prinsip utama dalam pemodelan optimisasi adalah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran
III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Perbaikan kualitas udang melalui rantai pengendalian mutu perlu melibatkan unit pengadaan bahan baku, unit penyediaan bahan baku, unit pengolahan, dan laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan buatan merupakan sub-bidang ilmu komputer yang khusus ditujukan untuk membuat software dan hardware yang sepenuhnya bisa menirukan beberapa fungsi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode penelitian menunjukan bagaimana penelitian dilakukan dari identifikasi masalah sampai dengan analisis dan kesimpulan. Tahapan metode dari penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Di era globalisasi saat ini, persaingan antar perusahaan semakin ketat. Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, tetapi juga menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Penjelasan rinci dari masing-masing subbab dijelaskan
Lebih terperinci4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data
19 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Papua Barat. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa Papua Barat sebagai wilayah yang mempunyai potensi sumber
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ambar Widayanti (ambarwidayanti@gmail.com) Muhammad Hasbi (hasbb63@yahoo.com) Teguh Susyanto (teguh@sinus.ac.id)
Lebih terperinciREKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model
97 REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH Konfigurasi Model Model untuk sistem penunjang manajemen produksi bersih agroindustri karet remah dirancang dalam satu paket
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN
Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN CONTENT 1. Pengambilan Keputusan 2. Proses Pemodelan 3. Fase Kecerdasan 4. Fase Desain 5. Fase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia sepak bola, terutama dalam proses penyeleksian pemain dan pemilihan penempatan posisi yang ideal agar sesuai dengan karakter
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi saat ini, berbagai permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan memanfaatkan teknologi. Peningkatan kinerja manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Pemerintah telah melakukan hal-hal yang dianggap perlu dalam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Komputer dan Jaringan adalah bagian integral di perusahaan. Pemerintah telah melakukan hal-hal yang dianggap perlu dalam pengadaan hardware, software,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan melakukan dua tahapan utama, yang pertama penelitian yang berkaitan
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Pada bab ini akan dijelaskan skema umum penelitian yang dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini sangat berdampak
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan zaman tidak luput dari perkembangan teknologi informasi. Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini sangat berdampak pada pola pikir dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia, jagung memiliki kontribusi sebagai komponen industri pakan. Lebih dari 50% komponen pakan pabrikan adalah jagung. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diagnosis penyakit yang diderita oleh seorang penderita harus dapat dilakukan dengan tepat dan akurat, karena kesalahan diagnosis berakibat fatal dan bisa membahayakan
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PROGRAM STUDI DI UNIVERSITAS MULAWARMAN MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO (Studi kasus : Fakultas MIPA)
Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 10 No. 1 Februari 2015 32 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PROGRAM STUDI DI UNIVERSITAS MULAWARMAN MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO (Studi kasus : Fakultas MIPA) Hanis
Lebih terperinciPENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE
PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah pasti lebih baik dan berguna untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pengolahan data saat ini terus berkembang sangat pesat, di mana suatu sistem aplikasi komputer sangatlah diperlukan untuk mempermudah pekerjaan
Lebih terperinci