BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara
|
|
- Ratna Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara bersamaan perubahan-perubahan makroekonomi maupun perekonomian secara sektoral dan regional, serta dapat melihat keterkaitan antara pelaku ekonomi. Wajar apabila model ini banyak digunakan dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan adalah Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM) (Nazara, 1997: 3). Model ini lebih dapat menggambarkan seluruh transaksi makro ekonomi, sektoral dan institusi secara utuh dalam sebuah neraca, serta mampu menggambarkan arus distribusi pendapatan dalam perekonomian. Penggunaan SAM dalam perencanaan pembangunan dan menganalisis dampak dari sebuah kebijakan sudah banyak dilakukan di dunia. Wodon dan Parra (2008) menggunakannya untuk membandingkan dampak gejolak harga pangan dan energi terhadap konsumen di Ghana. Fofana, dkk. (2009) menganalisis ekspor dan pendapatan tenaga kerja berdasarkan gender di Senegal. Agaje (2008) menganalisis hubungan pertumbuhan dan efek kebijakan ekonomi pedesaan di Ethiopia. Hare dan Naumov (2008) menggunakan SAM Kazakhstan untuk meneliti perubahan distribusi pendapatan. Nganou, Parra, dan Wodon (2009) menganalisis hubungan guncangan harga minyak terhadap kemiskinan dan gender di Kenya. Widarta (2008) melakukan penelitian di sektor transportasi, yaitu 1
2 2 menganalisis pengaruh investasi di sektor transportasi dan penurunan subsidi BBM dalam perekonomian Indonesia. Layli (2012) lebih spesifik lagi menganalisis dampak kebijakan pembatasan konsumsi BBM premium di sektor angkutan darat terhadap perekonomian Indonesia. Model SAM juga dapat digunakan dalam melihat efek subsidi pada suatu sektor, penelitian Chaeriyah (2011) menyimpulkan kenaikan subsidi sektor pertanian akan meningkatkan output, GDP, dan pendapatan masyarakat. Widodo, dkk. (2012) melakukan simulasi SAM Indonesia tahun Hasilnya menunjukkan bahwa penghapusan subsidi BBM akan mempengaruhi variabel ekonomi seperti output, GDP, pendapatan faktor-faktor produksi, distribusi pendapatan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Perencanaan pembangunan suatu kota tidak hanya terbatas pada bagaimana mencapai laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang tinggi, tetapi ada aspek yang tidak kalah penting yaitu layak huni (livable) bagi penduduknya. Indikator sebuah kota atau wilayah layak huni diantaranya adalah tersedianya kebutuhan (necessity) seperti listrik, gas, dan air bersih, fasilitas umum seperti transportasi publik yang nyaman dan aman, drainase yang baik, pedestrian, jalur bagi sepeda, serta tersedianya taman atau ruang-ruang publik lainnya. Berbeda dengan sektor-sektor ekonomi lainnya yang tumbuh sejalan dengan perkembangan ekonomi, transportasi justru akan semakin memburuk (Penalosa, 2008). Semakin banyaknya kendaraan pribadi yang dimiliki, pertambahan jalan yang sangat kecil, dan buruknya sistem transportasi publik menjadi penyebabnya. Hal serupa terjadi pada sektor utilities (listrik, gas, dan air), apabila
3 3 pengelolaannya tidak tepat, ketersediaan dan pendistribusian terhadap masyarakat akan terganggu. Jika warga merasakan kekurangan sarana transportasi, listrik, air, dan gas atau layanan publik lainnya, mereka akan kecewa. Sebaliknya, jika mereka merasa tercukupi kebutuhannya maka akan merasa puas atas pelayanan yang diberikan pemerintah (Panalosa, 2008). Sektor utilities (listrik, gas, dan air) dan transportasi selain merupakan kebutuhan pokok sehari-hari bagi rumah tangga, juga sebagai pendukung dalam aktivitas produksi dan distribusi dalam perekonomian. Sebagai barang kebutuhan pokok keduanya memiliki nilai elastisitas permintaan yang inelastic (Nicholson, 1999: ), adanya kenaikan harga tidak membuat penurunan konsumsi yang terlalu besar. Transportasi dan utilities (listrik, gas, dan air) bukan barang publik murni namun dalam proses penyediaannya masih membutuhkan peran pemerintah. Termasuk dalam penentuan tarifnya yang masih diregulasi, sehingga yang diberlakukan belum sepenuhnya sesuai dengan nilai ekonominya. Perbedaan barang publik dan barang swasta terletak pada penyediaannya. Apabila pasar tidak mampu menyediakan, maka pemerintah mengambil peran dengan ikut campur terhadap penyediaan barang tersebut. Selain barang publik dan swasta murni, ada juga barang yang bersifat campuran. Barang campuran tetap memerlukan peran pemerintah apabila menyangkut kepentingan hajat hidup masyarakat. Aktualisasi peran pemerintah dalam sektor utilities adalah memberikan hak monopoli pada Perusahaan Listri Negara (PLN), penyediaan gas oleh Perusahaan
4 4 Gas Negara (PGN), dan penyaluran air minum oleh Perusahaan Air Minum (PAM). Pemerintah juga ikut berperan dalam penetapan tarif listrik, gas, dan air minum. Contoh monopoli pada transportasi publik, adalah operator perkeretaapian oleh PT. Kereta Api Indonesia. Tidak hanya melalui pemberian hak monopoli dan penetapan kebijakan tarif, cara pemerintah dalam mengatasi penyediaan sektor yang menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak adalah dengan memberikan subsidi. Subsidi tersebut juga salahsatu upaya kompensasi kerugian perusahaan karena tidak memberlakukan tarif sesuai nilai keekonomiannya. Subsidi masuk dalam pengeluaran pemerintah yang merupakan salah satu elemen dari Gross Domestic Product (GDP) dari sisi pengeluaran. Subsidi merupakan salah satu bentuk pengeluaran pemerintah yang menambah pendapatan penerimanya. Berikut adalah realisasi subsidi di Indonesia tahun 2005 sampai dengan Tabel 1.1 Realisasi Subsidi, (triliun) Subsidi Energi 104,5 94,6 116,9 223,0 94, ,7 306,4 BBM, LPG, BBN 95,6 64,2 83,8 139,1 45,0 82,4 165,2 211,8 Listrik 8,9 30,4 33,1 83,9 49,5 57,6 90,5 94,6 Subsidi Non Energi 16,3 12,8 33,3 52,3 43,5 52,7 39,7 40 Total 120,8 107,4 150,2 275,3 138,1 192,7 295,4 346,4 Sumber: Kemenkeu 2006, 2008, 2010, dan 2012 Kota Bogor berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota Negara, merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Penduduk Kota Bogor pada
5 5 tahun 2012 adalah orang, dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2012 bertambah sebanyak orang atau meningkat 3,87 persen. Luas wilayah Kota km 2, kepadatan penduduk pada tahun 2012 mencapai orang per km 2 (BPS, 2013). Padatnya Kota Bogor karena diminati sebagai hunian alternatif dengan semakin padatnya Jakarta dan harga property di sana yang tinggi. Letaknya yang strategis, udara yang masih baik, fasilitas umum yang tersedia, juga menjadi daya tarik Kota Bogor. Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi menuntut pemerintah semakin memperhatikan kebutuhan dan fasilitas umum yang diperlukan masyarakat. Penyediaan dan pendistribusian listrik, gas, dan air bukan hanya sebatas pada terpenuhi, tetapi berkesinambungan dan dengan kualitas pelayanan yang baik. Permasalahan lain yang muncul pada kota yang padat penduduknya adalah transportasi. Jumlah angkutan penumpang pribadi lebih dominan dibandingkan dengan jumlah angkutan umum. Sekitar 75 persen dari jumlah penduduk di kota bogor masih menggunakan angkutan pribadi yang terdiri dari mobil pribadi dan motor (Bappeda, 2012). Selain itu, belum tersedianya prasarana pendukung transportasi seperti area parkir, jalur sepeda yang menyatu dengan kendaraan lainnya di jalan raya, serta fasilitas pedestrian yang masih sedikit. Campur tangan pemerintah terhadap peningkatan pelayanan umum bagi penduduk kota sangat diperlukan. Subsidi dapat menjadi pilihan sebagai salah satu upaya peningkatan pelayanan umum tersebut. Subsidi bagi sektor utilities (listrik, gas, dan air) dan sektor transportasi terutama transportasi publik merupakan sebuah keseriusan pemerintah dalam menciptakan kota yang layak
6 6 huni. Pemberian subsidi terhadap kedua sektor tersebut tentu tidak hanya memberi efek pada kedua sektor yang bersangkutan, kenyamanan masyarakat, tetapi pada keseluruhan perekonomian Kota Bogor. Tabel 1.2 Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Lapangan Usaha Pertanian 0,35 0,33 0,32 0,31 0,30 0,29 0,28 0,27 Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Industri Pengolahan 28,10 28,01 28,07 28,16 28,25 28,32 28,32 28,32 Listrik, Gas dan Air Bersih 3,15 3,17 3,19 3,22 3,24 3,27 3,29 3,32 Bangunan 7,46 7,32 7,18 7,05 6,92 6,79 6,66 6,53 Perdagangan, Hotel dan Restoran 30,03 30,15 30,03 29,80 29,54 29,22 28,97 28,74 Pengangkutan dan Komunikasi 9,66 9,74 9,83 9,94 10,06 10,18 10,28 10,36 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 13,72 13,83 13,97 14,17 14,39 14,69 15,00 15,33 Jasa-jasa 7,52 7,46 7,40 7,35 7,30 7,24 7,19 7,13 Sumber: BPS, 2005, 2007, 2013 Bagaimana dampak diberlakukannya kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan sektor utilities (listrik, gas, dan air) dan transportasi salahsatunya adalah tergantung struktur perekonomian di daerah tersebut. Struktur perekonomian Kota Bogor dari tahun 2005 sampai pada tahun 2012, didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor transportasi dan utilities (listrik, gas, dan air) termasuk dalam sektor yang memiliki laju pertumbuhan tinggi. Tahun 2012 kedua sektor tersebut masuk dalam tiga sektor lapangan usaha yang mengalami laju pertumbuhan tertinggi, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (8,49 persen), sektor
7 7 pengangkutan dan komunikasi (7,03 persen) dan sektor listrik, gas dan air bersih (7,02 persen). Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bogor tahun 2012 adalah 6,15 persen, sedikit lebih rendah dari laju tahun 2011 yaitu 6,19 persen (BPS, 2013). Hampir seluruh (99,86 persen) rumah di Kota Bogor sudah teraliri listrik. Sampai dengan tahun 2011 terdapat pelanggan, dan daya tersambung sebesar watt. Sampai dengan tahun 2012 ada pelanggan gas, mayoritas pelanggan adalah rumah tangga (97 persen), sisanya kalangan industri dan komersil. Kebutuhan air bersih Kota Bogor disediakan oleh PDAM Tirta Pakuan. Sampai dengan tahun 2012 terdapat pelanggan. Rata-rata Tirta Pakuan menyalurkan air kurang lebih m 3 setiap bulannya (BPS, 2013). Bertambahnya pemukiman dan perniagaan akan terus meningkatkan permintaan di sektor utilities. Di Kota Bogor terdapat lima jenis angkutan umum perkotaan, yaitu angkutan kota, angkutan kota dalam provinsi (AKDP), Trans Pakuan, bus kota, dan kereta api. Jumlah armada angkutan umum sebanyak kendaraan. Armada angkutan kota terdapat unit, unit AKDP, dan 30 unit Trans Pakuan. Jumlah kendaraan bermotor di Kota Bogor adalah unit. Lima tahun terakhir pertumbuhan kendaraan bermotor meningkat rata-rata sebesar 14,47 persen (Bappeda, 2012) Perumusan masalah Pengaruh kebijakan subsidi tidak hanya terbatas sektoral, namun pada perekonomian secara umum dan distribusi pendapatan rumah tangga di Kota Bogor. Terlebih jika subsidi diberikan pada sektor yang merupakan kebutuhan
8 8 utama masyarakat dan pendukung dalam perekonomian seperti sektor utilities (listrik, gas, dan air) dan transportasi. Permasalahan tersebut yang akan dianalisis pada penelitian ini. Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh dan keterkaitan sektor utilities dan sektor transportasi terhadap perekonomian Kota Bogor? 2. Bagaimana dampak kebijakan subsidi di sektor utilities dan sektor transportasi terhadap pendapatan rumah tangga di Kota Bogor? 3. Bagaimana mekanisme transmisi kebijakan sektor utilities dan sektor transportasi terhadap pendapatan rumah tangga di Kota Bogor? 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, sebagai berikut. 1. Sahara (2003) menggunakan CGE meneliti dampak kenaikan harga BBM, TDL, tarif telepon dan penyaluran dana kompensasi terhadap ekonomi makro dan sektoral di Indonesia. Hasil simulasi baik jangka pendek maupun jangka panjang berdampak negatif terhadap kinerja ekonomi makro dan sektoral di Indonesia. Dampak negatif tersebut lebih dirasakan dalam jangka panjang. Dana kompensasi yang disalurkan pemerintah sebagai upaya antisipasi dampak negatif dari kenaikan harga BBM, TDL dan tarif telepon tidak terlalu berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi makro dan sektoral. 2. Widarta (2008) menganalisis pengaruh investasi di sektor transportasi dan penurunan subsidi BBM dalam perekonomian Indonesia menggunakan pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi Hasil penelitian
9 9 menunjukkan investasi menyebabkan peningkatan output sektor transportasi, sektor-sektor ekonomi lainnya, dan meningkatkan penerimaan institusi (rumah tangga dan perusahaan), terutama rumah tangga bukan pertanian golongan bawah dan atas di kota. Kebijakan penurunan subsidi riil BBM lebih berdampak pada rumah tangga bukan pertanian di kota baik golongan bawah maupun golongan atas, serta rumah tangga golongan bawah di desa. 3. Wodon dan Parra (2008) membandingkan dampak gejolak harga pangan dan energi terhadap konsumen menggunakan analisis SAM Ghana. Kenaikan tingkat harga pangan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar pada biaya hidup rumah tangga, dan dampak kenaikan harga minyak lebih besar dibandingkan akibat kenaikan harga pangan. 4. Akemik (2010) menganalisis dampak kenaikan harga listrik setelah reformasi sektor kelistrikan di Turki dengan menggunakan analisis Social Accounting Matrix Price Modeling Turki. Hasilnya harga-harga konsumen lebih sedikit terpengaruh dibandingkan harga produsen. 5. Damanik (2011) meneliti dampak permintaan BBM terhadap distribusi pendapatan rumah tangga Indonesia menggunakan pendekatan SAM Hasil penelitian, efek multiplier dengan simulasi kenaikan sebesar satu milyar pada permintaan BBM terhadap distribusi rumah tangga memiliki nilai angka pengganda yang tertinggi pada rumah tangga bukan pertanian di perkotaan. 6. Isdinarmiati (2011) menggunakan Computable General Equilibrium (CGE) menganalisis kenaikan tarif dasar listrik dan respon kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Hasil
10 10 penelitian sektor listrik sebaiknya meningkatkan efisiensi sebesar 10 persen, karena mampu menurunkan harga listrik hingga 24,97 persen, sehingga tidak perlu lagi diberlakukan kenaikan tarif oleh pemerintah. 7. Layli (2012) menganalisis dampak kebijakan pembatasan konsumsi BBM premium di sektor angkutan darat terhadap perekonomian Indonesia menggunakan Social Accounting Matrix (SAM). Hasilnya menunjukkan ada penurunan peningkatan output, penurunan peningkatan pendapatan sektor produksi, penurunan peningkatan pendapatan faktor produksi, penurunan peningkatan pendapatan institusi rumah tangga, serta membaiknya ketimpangan distribusi pendapatan. 8. Widodo, dkk. (2012) melalui simulasi SAM Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa penghapusan subsidi BBM akan mempengaruhi variabel ekonomi seperti output, PDB, pendapatan faktor-faktor produksi, distribusi pendapatan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Apabila dilakukan realokasi subsidi BBM pada empat sektor yaitu pertanian, perdagangan, industri makanan, minuman, dan tembakau, serta pendidikan dan kesehatan menunjukkan bahwa perekonomian akan terpengaruh secara positif. Namun, dampak dari realokasi akan relatif lebih kecil dibandingkan dengan penghapusan subsidi BBM. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak kebijakan subsidi pada sektor utilities (listrik, gas, dan air) dan sektor transportasi terhadap perekonomian Kota
11 11 Bogor, terutama terhadap institusi rumah tangga. Lebih detailnya, tujuan penelitian ini adalah: 1. menganalisis pengaruh dan keterkaitan sektor utilities dan sektor transportasi terhadap pendapatan sektor produksi, faktor produksi dan institusi; 2. menganalisis dampak kebijakan subsidi di sektor utilities dan sektor transportasi terhadap pendapatan rumah tangga di Kota Bogor; 3. menganalisis mekanisme transmisi kebijakan subsidi pada sektor utilities dan sektor transportasi terhadap pendapatan rumah tangga Manfaat penelitian Penelitian ini dapat digunakan dalam menyusun perencanaan pembangunan Kota Bogor, khususnya perencanaan yang terkait penerapan kebijakan subsidi pada sektor utilities (listrik, gas, dan air) dan sektor transportasi. Perubahan tersebut berdampak pada sektor-sektor produksi lain, maupun pendapatan rumah tangga. Penelitian ini juga berguna sebagai literatur khususnya mengenai analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM). 1.4 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari empat bab. Bab pertama adalah pengantar, berisi latar belakang, perumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab dua mengenai tinjauan pustaka, landasan teori dan alat analisis. Bab tiga memaparkan cara penelitian serta hasil dan pembahasan. Bab empat berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.
I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk
Lebih terperinciProduk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciDaftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1
Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008
No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB
Lebih terperinciDAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H
DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H14094022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara
Lebih terperinciTabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)
3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber daya energi dan mempunyai sifat sebagai barang publik yang mendekati kategori barang privat yang disediakan pemerintah (publicly provided
Lebih terperinci4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi
4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat adanya
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Industri Pengolahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2005:129) pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. Analisis regresi memberikan keleluasaan untuk menyusun model hubungan atau pengaruh
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 31/08/31/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2008 yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciStatistik KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau kontribusi dari masing-masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri dari beberapa wilayah yang memiliki struktur perekonomian yang beraneka ragam. Struktur ekonomi dapat dilihat dari peran atau kontribusi dari masing-masing
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th.IX, 15 AGUSTUS 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia
Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
Lebih terperinciDAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk. Pasar menurut
Lebih terperinciA. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk
Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai mesin penggerak pembangunan di Indonesia. Selain berkontribusi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik, minyak dan gas merupakan bagian yang sangat penting sebagai mesin penggerak pembangunan di Indonesia. Selain berkontribusi untuk meningkatkan taraf hidup
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008
BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19
Lebih terperinciVII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL
VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL 7.. Analisis Multiplier Output Dalam melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan output, sektor produksi selalu membutuhkan input, baik input primer
Lebih terperinciNo. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014
No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014 Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku
Lebih terperinciBPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN
BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013
BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah
Lebih terperinci6. HASIL DAN PEMBAHASAN
6. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan respon kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Mengingat sejak bulan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 41/11/31/Th. X, 17 November 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007
BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014
BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/Th.VIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,49 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN
No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG
IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG 4.1. Indikator Kependudukan Kependudukan merupakan suatu permasalahan yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan yang mencakup antara lain mengenai distribusi,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data
38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun 2005. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 75/11/12/Thn. XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, yang diukur berdasarkan kenaikan Produk
Lebih terperinci5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Periode RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun 2008-2013 beserta semua capaian kinerjanya
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014
No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA
No. 18/05/31/Th. XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2009 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011
No. 24/05/51/Th. V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011 Pada Triwulan I 2011, PDRB Bali tumbuh sebesar 0,75 persen dibanding Triwulan IV - 2010 (quarter to quarter/q-to-q). Pertumbuhan
Lebih terperinciPROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011
No. 44/10/31/Th. XIV, 1 Oktober 2012 PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011 Laju pertumbuhan ekonomi yang diukur dari PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan total PDRB Kabupaten/Kota
Lebih terperinciVII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
224 VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Pada bagian ini akan diuraikan secara ringkas kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan sebelumnya. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik
Lebih terperinciPemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul
Sumber: BPS Kabupaten Bantul. 5,93% 6,67% 18,53% 13,28% PDRB Tahun 2003 Kabupaten Bantul 8,16% 0,77% 25,15% 20,33% 1,18% 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013
No. 09/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus
13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %
No, 11/02/13/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 meningkat sebesar 6,2 persen terhadap 2012, terjadi pada semua
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional yang berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto
Lebih terperinciPDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2008
No. 05/05/51/Th. II, 15 Mei PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I Pertumbuhan ekonomi Bali yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan I dibanding triwulan IV
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota
Lebih terperinciBPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen
No. 62/11/75/Th. VII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen PDRB Provinsi Gorontalo triwulan III-2013 naik 2,91 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2013 tumbuh 5,80 persen. Pada tahun 2013, besaran Produk
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2015
No. 06/5/62/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 7,82 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Triwulan I-2015
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015
No. 09/02/31/Th.XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015 TUMBUH 5,88 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Jakarta tahun 2015 yang diukur
Lebih terperinciStatistik KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH
Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi
Lebih terperinciINDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciVI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK
VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013
BPS KABUPATEN ASAHAN No. 01/05/1208/Th. XVII, 26 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Asahan Tahun 2013 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas
Lebih terperinciPendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto
Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL
Lebih terperinciSIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 08/02/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN IV TAHUN Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan IV- secara triwulanan (q-to-q) mencapaai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan
Lebih terperinciSISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016
No. 11/02/Th.IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 TUMBUH 6,51 PERSEN Perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2016 yang diukur berdasarkan
Lebih terperinci