II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang"

Transkripsi

1 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pembangunan Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang kehidupan manusia yang meliputi tiga aspek penting yaitu : (1) peningkatan standar hidup tiap orang (pendapatan, tingkat konsumsi pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan dan lain-lain), (2) penciptaan berbagai kondisi yang memungkinkan tumbuhnya rasa percaya diri (self esteem) setiap orang melalui pembentukan segenap sistem ekonomi dan lembaga (institution) sosial, politik dan juga ekonomi yang mampu mempromosikan jati diri dan penghargaan hakikat kemanusian, dan (3) peningkatan kebebasan setiap orang serta peningkatan kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang dimiliki (Todaro dan Smith, 2006). Dalam rangka mengembangkan suatu daerah, dengan sasaran meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka daerah akan mengembangkan sektor-sektor perekonomian sesuai dengan keunggulannya. Sektor ekonomi dikatakan memiliki keunggulan dikarenakan sektor tersebut mampu menghasilkan output dan nilai tambah yang tinggi. Selain menghasilkan output dan nilai tambah, sektor unggulan juga menghasilkan ekspor yang mampu memberikan devisa untuk pembangunan daerah (Suharto, 2002) Pertumbuhan perekonomian suatu negara atau wilayah akan berkembang apabila di negara tersebut mempunyai sektor yang bisa diandalkan. Selain itu yang menjadi kunci untuk mendukung pertumbuhan perekonomian suatu negara, kebijakan pemerintah mempunyai peran penting dalam membangkitkan

2 14 perkembangan sektor ekonomi yang menjadi andalan di negara atau wilayah tersebut (Solomuo dan Shimazaki, 2006). Teori pembangunan sangat identik dengan teori pertumbuhan ekonomi, dimana keduanya bertujuan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran kemampuan/kapasitas suatu perekonomian untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, yang merupakan unsur penting dan menjadi tujuan utama dari pembangunan ekonomi. Secara umum, faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dapat dibedakan menjadi faktor-faktor penentu dari sisi penawaran (supply side) dan faktor-faktor penentu dari sisi permintaan (demand side). Dari sisi penawaran, faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi mencakup: jumlah penduduk (sumberdaya manusia), stok capital, sumberdaya alam, dan teknologi. Sedangkan dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditentukan atau dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah (government expenditure), investasi swasta (private investment) dan jumlah uang beredar (money supply). Berikut ini ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang berhubungan dengan pembangunan suatu negara/wilayah, diantaranya adalah teori Harrod-Domar, dan teori pertumbuhan Solow. 1. Model Harrod-Domar Teori Harrod-Domar (H-D) pada dasarnya berusaha untuk memadukan pandangan kaum klasik yang dinilai terlalu menekankan sisi penawaran dan pandangan Keynes yang lebih menekankan pada sisi permintaan (demand side). Teori Harrod-Domar lebih menekankan investasi dalam pembangunan perekonomian karena investasi memiliki peran ganda yaitu di satu sisi, investasi

3 15 akan meningkatkan kemampuan produktif dari perekonomian (Klasik) dan disisi lain, investasi akan menciptakan permintaan di dalam perekonomian (Keynes). Dalam teori H-D investasi merupakan faktor penentu yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi (Todaro dan Smith, 2006). Model Harrod Domar telah berupaya memasukkan unsure dinamyc path (t) dari model pertumbuhannya. Model ini pada intinya menjelaskan bahwa pertumbuhan output perekonomian (Y t ) dideterminasi oleh pertumbuhan penduduk (population grows, n), tingkat tabungan (saving rate, s) dan tingkat modal (capital rate, c) sebagai faktor exsogen. Secara umum model pertumbuhan Harrod-Domar ditulis sebagai berikut : S = sy... (1) dimana S adalah tabungan dalam jumlah tertentu dan sy adalah tabungan dari pendapatan nasional. Investasi neto (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal (K) yang dapat diwakili K, sehingga dapat dituliskan persamaan sebagai berikut : I = K. (2) Akan tetapi karena jumlah stok modal K, mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional atau output (Y), maka rasio modal ouput (k) dirumuskan sebagai berikut : K / Y = k... (3) 2. Model Pertumbuhan Solow Teori Solow (teori pertumbuhan ekonomi neoklasik) merupakan teori yang paling banyak digunakan dalam membahas pertumbuhan ekonomi. Dalam model Harrod-Domar hanya memfokuskan pada faktor tabungan dan investasi,

4 16 sedangkan Solow selain faktor kapital, juga menekankan faktor tenaga kerja dan teknologi. Model Solow umumnya digunakan oleh ahli ekonomi untuk mengkaji issue-issue mengenai pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik Solow merupakan model pengembangan dari formulasi Harrod-Domar dengan menambahkan faktor tenaga kerja dan teknologi ke dalam persamaan pertumbuhan. Perbedaannya teori Harrod-Domar mengasumsikan skala hasil tetap (constan return to scale) dengan koefisien baku, sedangkan model pertumbuhan Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara terpisah, dan jika keduanya dianalisis secara bersamaan maka Solow juga memakai asumsi skala hasil tetap. Model ini menyatakan bahwa secara kondisional, perekonomian suatu negara akan semakin maju jika terjadi pemerataan pendapatan, dengan syarat bahwa negara tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan produktivitas yang sama (Todaro dan Smith, 2006). Dalam model neo-klasik solow, output merupakan fungsi dari modal dan tenaga kerja dengan memakai fungsi produksi agregrat standar yang direpresentasikan dalam persamaan berikut : Y = K α (AL) 1-α.. (4) dimana Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja, dan A adalah produktivitas tenaga kerja yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Sedangkan simbol α yang terdapat pada persamaan tersebut melambangkan elastisitas output terhadap modal

5 17 (persentase kenaikan produk domestik bruto yang bersumber dari 1 persen penambahan modal) Teori Model Perencanaan Pembangunan Perencanaan pembangunan dapat dikatakan sangat identik dengan ekonomi pembangunan. Untuk mencari ruang gerak ekonomi pembangunan yang strategis maka perencanaan merupakan alat yang sangat tepat untuk menerjemahkan strategi pembangunan dalam berbagai kegiatan yang terkoordinasi. Koordinasi ini perlu dilakukan sehingga sasaran dan tujuan yang ingin dicapai bisa terlaksana. Dengan demikian, maka pemborosan dapat dihindari dalam pelaksanaan pembangunan. Untuk mencapai tujuan pembangunan maka diperlukan sebuah model. Ada beberapa model yang dapat digunakan dalam perencanaan pembangunan diantaranya adalah model Input-Output (IO), dan model Social Accounting Matrix (SAM). Dalam suatu perekonomian daerah yang semakin bersifat terbuka, perubahan keseimbangan pada suatu pasar tidak hanya berdampak terhadap sektor atau komoditas itu sendiri, tetapi juga berdampak terhadap sektor atau komoditas serta keterkaitan ekonomi lainnya melalui keterkaitan Input-Output. Oleh karena itu, dampak suatu kebijakan pembangunan daerah lebih tepat dianalisis berdasarkan teori keseimbangan umum dibandingkan teori keseimbangan parsial. Model Input-Output (I-O) dan Model Social Accounting Matrix (SAM) merupakan alat analisis yang memasukkan fenomena keseimbangan umum yang didasarkan atas arus transaksi antar pelaku perekonomian (Daryanto dan Yundy, 2010b). Model Input-Output sering digunakan dalam analisis regional yang umumnya dipakai untuk menganalisis persoalan-persoalan perencanaan makro di

6 18 bidang ekonomi pembangunan baik ditingkat nasional maupun ditingkat regional. Biasanya untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi dalam pembangunan maka model Input-Output sangat sering digunakan. Model SAM merupakan perluasan dari model I-O, ruang lingkup model SAM jauh lebih luas dibandingkan dengan model I-O. Model I-O hanya menyajikan arus transaksi ekonomi dari sektor produksi ke faktor produksi, rumahtangga, pemerintah, perusahaan dan luar negeri, sedangkan dalam model SAM hal-hal tersebut didisagregasi secara lebih rinci. Model SAM dapat memasukkan beberapa variabel ekonomi dalam analisisnya seperti: pajak, subsidi, modal dan transfer pendapatan antar institusi dan sebagainya (Sitepu, 2007). Karena penelitian ini hanya berfokus untuk keterkaitan antar sektor ekonomi dalam pembangunan maka penelitian ini cukup menggunakan model Input-Output Produk Regional Domestik Bruto Penerapan teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi harus dikaitkan dengan ruang lingkup wilayah operasinya, misalnya daerah tidak memiliki wewenang untuk membuat kebijakan fiskal dan moneter, wilayah lebih bersifat terbuka dalam pergerakan orang dan barang. Perubahan strategis dalam pengalokasian sumberdaya secara utama khususnya yang berkaitan dengan keseimbangan pembangunan kawasan perkotaan yang bercorak industri dan jasa dengan kawasan pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian, selama krisis ekonomi yang melanda negeri ini sektor pertanian masih tumbuh positif. Dengan demikian untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi selama ini, pembangunan wilayah perlu dilakukan secara terpadu.

7 19 Salah satu indikator ekonomi makro yang berperan dalam membuat perencanaan kebijakan dalam pembangunan, menentukan arah pembangunan serta mengevaluasi hasil pembangunan suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dapat dijadikan sebagai indikator laju pertumbuhan ekonomi sektoral agar dapat melihat sektor mana saja yang menyebabkan perubahan pada pertumbuhan ekonomi. Besar kecilnya PDRB yang dapat dihasilkan oleh suatu wilayah/daerah tergantung oleh besarnya sumberdaya alam yang telah dimanfaatkan, jumlah dan mutu sumberdaya manusia, kebijaksanaan pemerintah, letak geografis serta tersedianya sarana dan prasarana di wilayah tersebut. Terdapat beberapa ukuran pendapatan nasional diantaranya: Gross National Product atau Produk Nasional Bruto (PNB), Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB), Net National Product (NPP) atau Produk Nasional Neto (PPN), dan National Income (NI) atau Pendapatan Nasional (PN) (Dumairy, 1996) Menurut (Gilis et al, 2004), Produk Nasional Bruto (PNB) adalah penjumlahan nilai produk akhir barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) tanpa menghitung nilai produk antara. Produk Domestik Bruto (PDB) sama dengan PNB tetapi dalam perhitungannya mengeluarkan pendapatan warga negara yang berada di luar negeri tapi memasukkan seluruh produksi dalam negeri termasuk pendapatan yang diterima warga negara asing. Sedangkan PDB untuk wilayah regional pada sebuah negara dikenal dengan sebutan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode antara lain (Dumairy, 1996):

8 20 a. Metode Langsung Dalam menghitung PDRB dengan metode langsung, perhitungan PDRB diserahkan sepenuhnya pada data daerah yang terpisah dari data nasional, sehingga hasil perhitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Dalam metode ini PDRB dapat diukur dengan tiga pendekatan yaitu: 1. Pendekatan Produksi PDRB merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi didalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit produksi dimaksud secara garis besar dipilah menjadi 11 sektor yaitu: (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik,gas, dan air minum, (5) bangunan, (6) perdagangan; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) bank dan lembaga keuangan, (9) sewa rumah, (10) pemerintahan, dan (11) jasa-jasa. 2. Pendekatan Pendapatan PDRB adalah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu setahun. Balas jasa produksi yang dimaksud meliputi upah dan gaji, sewa tanah, modal dan keuntungan. Semuanya dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainya. Dalam hal ini mencakup penyusutan pajak tak langsung. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut nilai tambah bruto sektoral. Oleh sebab itu PDRB menurut pendekatan pendapatan merupakan penjumlahan dari nilai tambah bruto sektor. 3. Pendekatan Pengeluaran

9 21 PDRB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, (2) pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok, (3) pengeluaran konsumsi pemerintah, dan (4) ekspor neto (ekspor dikurangi impor) dalam jangka waktu setahun. b. Metode Tidak Langsung/Alokasi Metode tidak langsung adalah menghitung nilai tambah suatu kelompok kegiatan ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah kedalam masingmasing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut. Pendekatan masing-masing periode sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling mendukung satu sama lain, namun pemakaian metode langsung sangat tepat digunakan karena metode langsung dapat mendorong peningkatan mutu atau kualitas daerah Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian dari (Saktyanu dan Noekman, 2002) tentang analisis penentuan indikator utama dalam pembangunan sektor pertanian di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan analisis komponen utama. Hasil analisis menunjukkan bahwa salah satu indikator yang dipakai selama ini untuk mengevaluasi kinerja sektor pembangunan antara lain adalah Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, penyedia devisa dan peranannya dalam menurunkan jumlah penduduk miskin. Variabel pertumbuhan

10 22 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) nonpertanian dan Produk Domestik Regional Bruto pertanian saling berkorelasi positif artinya dalam penciptaan nilai tambah kedua jenis PDRB ini tidak menghilang satu sama lain karena keduanya saling berkomplementer, begitu pula dengan pertumbuhan ekspor pertanian olahan dan impor pertanian olahan menunjukkan korelasi positif. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memacu pembangunan perekonomian suatu daerah kombinasi substitusi impor dan promosi ekspor sangat diperlukan dan peningkatan output dari sektor ekonomi merupakan hal yang penting dalam pembangunan perekonomian suatu daerah. Menurut (Pasrah, 2007), Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi daripada yang dicapai pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan dicapai apabila jumlah produksi barang-barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan semakin besar pertumbuhan di masing-masing sektor berarti sumbangan terhadap pembangunan ekonomi di negara atau daerah tersebut akan semakin baik, sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh (Antara, 2005) tentang keterkaitan usaha kecil sektor pariwisata dengan sektor ekonomi lainnya di provinsi Bali. Metode analisis yang digunakan adalah model input-output. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha kecil pariwisata memiliki keterkaitan tidak langsung ke belakang dan ke depan yang kuat dengan sektor ekonomi lain dengan nilai koefisien keterkaitan lebih besar satu. Dengan demikian maka dapat kita ketehui bahwa antar satu sektor ekonomi memiliki keterkaitan dengan sektor ekonomi lain.

11 23 Hasil penelitian (Rochana, 1999) tentang peran industri pangan dalam perekonomian provinsi Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan input-output. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor industri pangan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian Jawa Barat, baik dari segi permintaan maupun penawaran, sektor ini memberikan jumlah sumbangan di atas rata-rata sektor lain. Tetapi untuk nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja kontribusi sektor ini masih kecil, sedangkan untuk nilai keterkaitan baik ke depan maupun ke belakang sektor industri pangan memiliki keterkaitan cukup besar dengan sektor ekonomi lain. Hal ini menggambarkan besarnya peran industri pangan dalam menarik pertumbuhan sektor-sektor lain terutama sektor pertanian yang memproduksi bahan baku yang diperlukan. Hasil penelitian (Bachri, 2007) dalam kaitannya mengenai peran sektor ekonomi terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto, menunjukkan pertumbuhan ekonomi kota Pagar Alam selama kurun waktu tahun sebesar 3.23 persen pertahun. Kontribusi sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB kota Pagar Alam didominasi oleh sektor primer yang menyumbang ratarata sebesar persen yang berasal dari sektor pertanian sebesar persen dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1.56 persen. Sementara untuk sektor sekunder menyumbang sebesar persen dan sektor tersier sebesar persen, artinya peran sektor ekonomi dalam perekonomian di kota Pagar Alam sangat tergantung pada sektor primer. Hasil penelitian dari (Huda et al, 2007) menunjukkan bahwa pengeluaran pembangunan sektor pertanian Provinsi Sumatera Selatan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian. Hal ini dikarenakan sebagian

12 24 besar penduduk bergantung pada sektor pertanian sehingga sektor ini merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan terutama dalam kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto daerah tersebut. Menurut penelitian (Solomou dan Shimazaki, 2006), pertumbuhan ekonomi sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Semakin besar kontribusi yang diberikan oleh sektor ekonomi yang ada pada suatu negara atau wilayah maka pembangunan wilayah tersebut akan semakin besar. Untuk meningkatkan kontribusi maka pengembangan sektor ekonomi sangat penting dilakukan sehingga pembangunan yang diinginkan dapat dicapai. Pertumbuhan perekonomian suatu negara atau wilayah akan berkembang apabila negara tersebut mempunyai sektor yang bisa diandalkan. Selain itu untuk mendukung pertumbuhan perekonomian suatu negara maka kebijakan pemerintah sangat berperan dalam perkembangan sektor ekonomi yang menjadi andalan di negara atau wilayah tersebut. Hasil penelitian dari (Ranis et al, 2000) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki kaitan yang erat dengan pembangunan manusianya. Artinya kualitas sumberdaya manusia di suatu negara atau wilayah akan berpengaruh terhadap pembangunan. Sektor ekonomi yang memiliki sumberdaya dan kualitas tenaga kerja yang terampil mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada wilayah tersebut. Dengan demikian sumbangan sektor ekonomi tersebut terhadap pembangunan akan semakin besar dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat.

13 25 Hasil penelitian (Wang lu dan Rencheng, 2007), menunjukkan bahwa antar sektor ekonomi memiliki keterkaitan, dimana dalam menghasilkan produksi pada suatu sektor tanaman diperlukan sektor lain untuk mensuplai input yang digunakan dalam proses produksi sektor tanaman tersebut. Sektor industri merupakan sektor yang memiliki keterkaitan dengan sektor tanaman, dimana sektor industri mampu menghasilkan pupuk dan perlengkapan yang diperlukan oleh sektor tanaman dalam menjalankan aktivitasnya. Hasil penelitian dari (Shrestha dan Yuichi, 2006) menunjukkan bahwa di Asia Timur memiliki integrasi (keterkaitan) antara sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang ada di Asia Timur memiliki hubungan saling keterkaitan antar sektor ekonomi yang satu dengan sektor ekonomi lain yang terdapat di beberapa negara Asia yang berbeda dengan menggunakan analisis Input-Output. Hal ini dapat disimpulkan bahwa integrasi ekonomi tidak hanya berlaku disuatu wilayah saja namun juga bisa dilakukan antar negara. Artinya integrasi (keterkaitan antar sektor) tidak dapat dipisahkan dari pembangunan perekonomian suatu daerah atau wilayah. Menurut penelitian (Zaini, 2003), setelah krisis ekonomi tahun 1998 penurunan laju ekonomi menurun sangat signifikan. Tajamnya penurunan laju pertumbuhan perekonomian di Indonesia pada saat krisis disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan sebagian besar sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang kontribusinya menurun terhadap laju pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun 1998 adalah sektor kontruksi yang mengalami penurunan mencapai persen, sektor perbankan menurun mencapai persen, perdagangan, hotel dan restoran laju pertumbuhannya turun sebesar persen, pengangkutan dan

14 26 informasi laju pertumbuhannya turun sebesar persen dan sektor industri pengolahan laju pertumbuhannya turun sebesar persen. Adapun sektor yang laju pertumbuhannya positif adalah listrik, gas dan air bersih tumbuh 1.86 persen dan sektor pertanian laju pertumbuhan sebesarnya sebesar Berdasarkan hasil penelitian Martono (2008), menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri memiliki keterkaitan langsung ke depan yang cukup besar, hal ini mengindikasikan terjadi potensi yang cukup besar bagi pengembangan industri pengolahan hasil pertanian di wilayah Kedungsepur apabila sektor pertanian terus dikembangkan. Hasil penelitian (Rachman, 1993), menunjukkan bahwa antar sektor ekonomi di Provinsi Jawa Barat memiliki hubungan keterkaitan. Apabila dilihat dari keterkaitan ke depan, sektor peternakan memiliki hubungan keterkaitan relatif lebih besar dibandingkan kaitan kebelakangnya. Hal ini mengindikasikan bahwa output sektor tersebut lebih banyak digunakan sebagai input antara oleh sektorsektor ekonomi lain. Sebagian besar dari output sektor peternakan dialokasikan kepada sektor industri makanan dan minuman serta industri itu sendiri. Penelitian dari (Amalina, 2008), dalam kaitannya dengan keterkaitan antar sektor menunjukkan bahwa keterkaitan total ke belakang sektor industri pengolahan dengan sektor pertanian berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara keterkaitan total ke depan sektor industri pengolahan dengan sektor perdagangan, hotel, restoran berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

15 27 Hasil penelitian (Puspitawati, 2000), bila dilihat berdasarkan dari analisis keterkaitan, baik langsung maupun tidak langsung sektor pertanian memiliki keterkaitan ke depan relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan keterkaitannya ke belakang. Dimana pengaruh suatu sektor terhadap sektor lainnya dilihat berdasarkan indeks penyebaran kedepan dan kebelakang, khususnya pengaruh yang ditimbulkan maupun yang diterima oleh sektor pertanian. Indikasi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai kemampuan mendorong output sektor hilirnya sehingga pertanian lebih banyak mempengaruhi dari pada sektor lainnya. Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi dipandang pasif dan hanya sebagai penunjang. Akan tetapi berdasarkan pengalaman sejarah negara-negara Barat, transformasi struktural ekonomi yang cepat dibutuhkan untuk memacu pembangunan ekonomi, dimana sektor pertanian dapat menyesuaikan keadaan kondisi yang sedang terjadi. Selain itu sektor pertanian mampu melakukan transformasi struktural, melalui proses yang semula mengutamakan kegiatan pertanian menjadi masyarakat yang lebih kompleks, di mana terdapat bidang industri dan jasa yang lebih modern, artinya perkembangan sektor industri dan jasa tidak terlepas dari perkembangan sektor pertanian (Herliana, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh (Saragih, 2003), dalam kaitannya mengenai keterkaitan antar sektor dalam pembangunan menunjukkan bahwa sektor pertanian dilihat dari sisi penawarannya, sebagian besar dari seluruh kebutuhan mampu disediakan dari produksi domestik. Tetapi dari sisi permintaan, ternyata sebagian besar penawaran komoditi pertanian hanya untuk memenuhi

16 28 permintaannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa arus transaksi barang atau perdagangan baik antar Provinsi maupun keluar negeri masih relatif rendah. Output sektor perdagangan di Sumatera Utara memiliki andil yang sangat besar, akan tetapi hal tersebut tidak terlepas dari peranan output sektor pertanian yang diperdagangkan dan masuk dalam klasifikasi sektor perdagangan. Penelitian yang dilakukan (Asnawi, 2005), menunjukkan bahwa peningkatan kredit di sektor pertanian dapat meningkatkan produksi pertanian sebesar (1.42 %), hal ini menunjukkan bahwa sektor jasa (perbankan) memiliki hubungan saling keterkaitan dengan sektor pertanian. Perkembangan sektor jasa mampu mendorong pertumbuhan sektor pertanian, dimana dengan adanya kredit yang diberikan oleh sektor jasa terhadap sektor pertanian maka output sektor pertanian akan semakin meningkat. Peningkatan tertinggi terjadi pada sub sektor perkebunan, tanaman pangan, peternakan dan perikanan. Ekspor produk pertanian meningkat sebesar 8.45 persen, terutama dari produk perkebunan. Peningkatan ekspor pertanian dapat meningkatkan surplus neraca perdagangan sebesar persen. Penelitian yang dilakukan (Rachman, 1993) mengenai analisis keterkaitan antar sektor dalam perekonomian wilayah Jawa Barat dengan menggunakan analisis Input-Output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor ekonomi memiliki keterkaitan antar sektor baik ke belakang maupun ke depan. Apabila dilihat dari kesempatan kerja, bahwa sektor jasa memiliki pengganda tenaga kerja yang tinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi lain. Selain sektor jasa, sektor pertanian memiliki nilai penggandaan tenaga kerja relatif lebih tinggi dibandingkan sektor lain. Hal ini tercermin dari nilai koefisien penggandanya

17 29 yang relatif diatas rataan penggandaan tenaga kerja seluruh sektor ekonomi di Jawa Barat, dengan kata lain bahwa sektor pertanian relatif masih menyandar pada aspek padat karya bila dikomparasikan dengan sektor ekonomi lain (sektor pertanian memiliki keterkaitan dengan sektor ekonomi lain). Hasil penelitian (Putri,1995) dan (Sugiarti, 1994) dalam kaitan mengenai kesempatan kerja di sektor ekonomi menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki hubungan keterkaitan dengan sektor ekonomi lain, karena sektor pertanian mampu menghasilkan input untuk sektor industri dan sektor ekonomi lain. Hasil dari sektor ekonomi baik dari sektor pertanian maupun dari sektor industri merupakan sumber devisa baik melalui kegiatan ekspor maupun penghematan devisa melalui substitusi impor. Semakin besarnya ekspor yang dihasilkan oleh sektor ekonomi maka akan semakin banyak devisa yang akan dihasilkan oleh suatu wilayah atau negara. Hasil penelitian (Novita et al, 2007), menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki nilai tambah terbesar bagi perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 yaitu sebesar 26,69% dari total nilai tambah. Nilai ini disebabkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan sektor lainnya mengingat bahwa karakteristik pertanian di Indonesia umumnya dan Sumatera Utara khususnya masih bersifat padat karya. Besaran struktur nilai tambah yang tercipta pada sektor pertanian sebagian besar dikontribusi oleh sektor kelapa sawit sebesar 24,60% dari total nilai tambah sektor pertanian. Selanjutnya diikuti oleh besaran nilai tambah dari sektor padi, karet, perikanan, dan sayur-sayuran.

18 30 Menurut penelitian (Ediana, 2006), peran sektor pertanian yang tidak kalah penting adalah menyediakan tenaga kerja yang terus bertambah, peran ini akan lebih bertambah lagi seandainya penciptaan lapangan kerja dan penyerapan angkatan kerja di sektor industri tidak lebih cepat dari pertumbuhan angkatan kerja, artinya sektor pertanian akan menyerap tenaga kerja lebih banyak jika pertumbuhan angkatan kerja di sektor industri lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja di sektor pertanian. Menurut (Astuti, 2005), distribusi pendapatan faktorial (antar faktor produksi menunjukkan bahwa pada tahun 1995 kontribusi faktor produksi tenaga kerja terhadap perekonomian Indonesia relatif lebih besar daripada faktor produksi modal. Sebaliknya pada tahun 2000 kontribusi faktor produksi modal terhadap perekonomian di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan faktor produksi tenaga kerja. Analisis distribusi faktorial per sektor ekonomi untuk tahun 1995 maupun 2000, menunjukkan bahwa sektor pertanian masih bersifat padat kerja sedangkan sektor non pertanian masih bersifat padat modal (sektor pertanian berperan besar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia). Menurut hasil penelitian (Zaini, 2003), sektor pertanian (sektor perikanan, tanaman pangan, peternakan dan pertanian tanaman lainnya) baik sebelum krisis maupun pada masa krisis ekonomi ternyata mempunyai output multiplier dan faktorial multiplier yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertambangan, industri dan jasa-jasa. Hal ini menunjukkan adanya potensi besar apabila dilakukan pengembangan terhadap sektor pertanian itu sendiri maupun pengaruh terhadap kenaikan produksi sektor lain serta peningkatan faktor produksi baik berupa kapital maupun tenaga kerja.

19 31 Menurut penelitian (Kagami, 2000), transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian sangat dipengaruhi oleh kesempatan kerja di sektor pertanian. Apabila kesempatan kerja di sektor pertanian mengalami peningkatan maka transformasi tenagakerja dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian juga akan meningkat dan sebaliknya implikasi penting dalam hal ketenagakerjaan dari kondisi ini adalah apabila pengambil kebijakan semakin memperluas kesempatan kerja ke sektor pertanian dengan meningkatkan investasi maka sektor pertanian akan semakin mudah dalam penyerapan tenaga kerja. Dari hasil penelitian terdahulu menerangkan sektor ekonomi mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan perekonomian daerah maupun nasional. Dalam penciptaan tenaga kerja sektor ekonomi memiliki peran yang sangat penting. Apabila dilihat dari hubungan keterkaitan, perkembangan suatu sektor akan mempengaruhi perkembangan sektor ekonomi lain. Tinjauan mengenai penelitian diatas disimpulkan bahwa sektor ekonomi memiliki keterkaitan dengan sektor lain, dimana sektor ekonomi memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian daerah maupun perekonomian nasional. Penelitian ini pernah dilakukan oleh (Rachman, 1993), penelitiannya dilakukan di Provinsi Jawa Barat. Sementara itu, penelitian ini dilakukan di Provinsi Aceh dan dalam penelitian ini dilakukan simulasi pada pengeluaran konsumsi pemerintah, rumahtangga, dan ekspor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Pertanian Menurut Mosher dalam Mubyarto (1989) mendefinisikan pertanian sebagai sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. PENDAPATAN NASIONAL Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. Pokok-pokok Materi: 1. Konsep Pendapatan Nasional 2. Komponen Pendapatan Nasional 3.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: 03Fakultas Ekonomi & Bisnis PEREKONOMIAN INDONESIA PENDAPATAN NASIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Yayan Hendayana, SE, MM. Program Studi Akuntansi Pengertian Pendapatan Nasional Dalam arti sempit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2005:129) pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI Pertambahan jumlah penduduk setiap tahun akan menimbulkan konsekwensi kebutuhan konsumsi juga bertambah dan dengan sendirinya dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga, 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekonomi dan Pertumnbuhan Ekonomi Sebuah Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL 7.. Analisis Multiplier Output Dalam melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan output, sektor produksi selalu membutuhkan input, baik input primer

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi Pengantar Makro Ekonomi Pengantar Ilmu Ekonomi Makroekonomi Mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan Bertujuan memahami peristiwa ekonomi dan memperbaiki kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

Pendapatan Nasional (National Income)

Pendapatan Nasional (National Income) Pendapatan Nasional (National Income) T.Parulian Pendapatan Nasional : Nilai seluruh hasil kegiatan ekonomi negara selama satu tahun (satuan mata uang). Pendapatan tersebut diterima oleh masyarakat sebagai

Lebih terperinci

Perbedaan GDP dan GNP

Perbedaan GDP dan GNP Perbedaan GDP dan GNP Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

BAB 1 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL BAB 1 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL 1.1 Pengukuran Pendapatan Nasional Untuk mempermudah perhitungan pendapatan nasional terdapat tiga metode yang digunakan yaitu : 1. Metode Produksi (Production Approach)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SEKTOR EKONOMI DI PROVINSI ACEH : PENDEKATAN INPUT-OUTPUT. Tesis ELFIANA

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SEKTOR EKONOMI DI PROVINSI ACEH : PENDEKATAN INPUT-OUTPUT. Tesis ELFIANA ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SEKTOR EKONOMI DI PROVINSI ACEH : PENDEKATAN INPUT-OUTPUT Tesis ELFIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Perencanaan Pembangunan Regional 2.1.1. Pertumbuhan Regional Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di wilayah

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI B. PENDAPATAN NASIONAL C. CARA MENGHITUNG GNP D. SEKTOR-SEKTOR GNP E. UNSUR GNP F.

PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI B. PENDAPATAN NASIONAL C. CARA MENGHITUNG GNP D. SEKTOR-SEKTOR GNP E. UNSUR GNP F. PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI B. PENDAPATAN NASIONAL C. CARA MENGHITUNG GNP D. SEKTOR-SEKTOR GNP E. UNSUR GNP F. PENGGUNAAN GNP G. MANFAAT PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep pendapatan nasional, metode penghitungan

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu negara dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk meningkatkan pertambahan tenaga kerja itu sendiri, dimana

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1 PENDAPATAN NASIONAL Andri Wijanarko,SE,ME andri_wijanarko@yahoo.com 1 Output Nasional 2 Output Nasional (#1) Merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian untuk

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL 7.1. Neraca Pariwisata Jumlah penerimaan devisa melalui wisman maupun pengeluaran devisa melalui penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri tergantung

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional dan Perhitungannya Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional Pengertian Pendapatan Nasional dapat ditinjau dari sudut pandang berikut: 1. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan adalah suatu proses yang mengalami perkembangan secara cepat dan terus-merenus demi tercapainya kesejahteraan masyarakat sampai

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci