BAB III METODOLOGI SYSTEM DYNAMICS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI SYSTEM DYNAMICS"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI SYSTEM DYNAMICS Dalam penelitian ini, analisis keandalan ketersediaan air baku Sungai Cikapundung Hulu dilakukan dengan menggunakan metoda system dynamics. Penggunaan system dynamics ini didasari pertimbangan bahwa metoda ini mampu merepresentasikan keterkaitan antar variabel-variabel yang dikaji dan mampu menggambarkan interaksi dari masing-masing sistem serta mensimulasikan perilaku sistem apabila dilakukan intervensi terhadap sistem tersebut. Penggunaan system dynamics lebih menekankan pada tujuan peningkatan pemahaman tentang bagaimana perilaku dimunculkan oleh struktur eksisting, serta bagaimana implikasi-implikasi perilaku yang dimunculkan pada saat sebuah kebijakan diintervensikan ke dalam struktur eksisting. Menurut Sterman, system dynamics adalah suatu bidang studi atas struktur dan perilaku sistem-sistem sosioteknis untuk memandu pengambilan keputusan, pembelajaran, dan pemilihan kebijakan yang efektif dalam dunia yang penuh kompleksitas dinamik (Sterman, 2000 dalam Supple, 2004). Dalam suatu permasalahan yang memiliki sifat dinamis dan mempunyai struktur umpan balik, maka akan sangat sesuai apabila dilakukan pendekatan pemodelan dengan menggunakan system dynamics. Dalam paradigma system dynamics diasumsikan bahwa dunia nyata merupakan suatu sistem yang mempunyai struktur umpan balik dengan hubungan linier maupun non-linier dan di dalamnya terdapat penundaan waktu (delay time). Secara umum pendekatan yang digunakan dalam penelitian maupun pemecahan suatu permasalahan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu pendekatan kotak hitam (black box) dan pendekatan struktural. Dalam pendekatan kotak hitam, hubungan-hubungan struktural biasanya dicari melalui suatu proses deduksi dari data historis tentang tingkah laku suatu sistem. Penentuan variabelvariabel penting yang harus masuk dalam suatu model ditentukan melalui pengujian-pengujian statistik berdasarkan data tingkah laku sistem. Sementara itu, pendekatan struktural tidak hanya terfokus pada data, akan tetapi lebih kepada 50

2 fenomena dan perilakunya. Pendekatan ini didasarkan pada paradigma system thinking. Menurut Senge, terdapat 2 (dua) esensi dari system thinking (Tasrif, 2001), yaitu: a. Melihat hubungan saling bergantung (dipengaruhi atau dapat salin mempengaruhi atau umpan balik), bukan hanya hubungan sebab akibat searah; b. Melihat adanya proses-proses perubahan (proses yang berlanjut, on going process), bukan potret-potret sesaat. Konsep system dynamics dikembangkan dikembangkan pada tahun 1950an di Massachusets Institute of Technology (MIT) oleh Jay W. Forrester, yang merupakan suatu metoda permodelan yang penggunaanya erat hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan tentang tendensi-tendensi dinamik sistem-sistem yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan oleh sistem itu dengan bertambahnya waktu. Istilah dinamik (dynamics) dalam system dynamics mengacu pada situasi suatu sistem yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Istilah tersebut juga dapat ditafsirkan sebagai perubahan-perubahan keadaan suatu sistem sebagai reaksi atas perubahan-perubahan pada variabel-variabel input (Kim, 1998:62). Sehingga dalam system dynamics proses pembuatan keputusan yang dilakukan pun akan menyangkut fenomena-fenomena yang dinamis. Fenomena dinamis ini dimunculkan oleh adanya struktur fisik dan struktur pembuatan keputusan yang saling berinteraksi. Struktur fisik dibentuk oleh akumulasi (stok) dan jaringan aliran orang, barang, energi, dan bahan. Sedangkan struktur pembuatan keputusan dibentuk oleh akumulasi (stok) dan jaringan aliran informasi yang digunakan oleh aktor-aktor (manusia) dalam sistem yang menggambarkan kaidah-kaidah proses pembuatan keputusannya. Asumsi utama dalam paradigma system dynamics adalah bahwa struktur fenomena proses pembuatan keputusan merupakan suatu kumpulan (assembly) dari struktur-struktur kausal yang melingkar dan tertutup (causal loop structure). Keberadaan struktur ini sebagai suatu konsekuensi logis dari adanya kendalakendala fisik dan tujuan-tujuan sosial, penghargaan dan tekanan yang menyebabkan manusia bertingkah laku dan membangkitkan secara kumulatif tendensi-tendensi dinamik yang dominan dari sistem secara keseluruhan. Oleh 51

3 karena itulah model-model system dynamics diklasifikasikan ke dalam model matematik kausal (theory like ) (Tasrif, 2001). Adapun prinsip-prinsip untuk membuat suatu model dinamik (Sterman, 1981) dalam Tasrif (2001) adalah sebagai berikut ini. 1. Keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi harus dibedakan di dalam suatu model. 2. Adanya struktur stok dan aliran dalam kehidupan nyata harus direpresentasikan di dalam model. 3. Aliran-aliran yang berbeda secara konseptual, di dalam model harus dibedakan. 4. Hanya informasi yang benar-benar tersedia bagi aktor di dalam sistem yang harus digunakan dalam pemodelan keputusan-keputusannya; 5. Struktur kaidah pembuatan keputusan di dalam model haruslah sesuai (cocok) dengan praktek-praktek manajerial. 6. Model haruslah robust dalam kondisi-kondisi ekstrim. Dalam metodologi system dynamics, suatu struktur umpan-balik harus dibentuk karena adanya hubungan kausal (sebab akibat). Dengan perkataan lain, suatu struktur umpan balik adalah suatu causal loop (lingkar sebab akibat). Struktur umpan-balik ini merupakan blok pembentuk model yang diungkapkan melalui lingkaran-lingkaran tertutup. Lingkar umpan balik (feedback loop) tersebut menyatakan hubungan sebab-akibat variabel-variabel yang melingkar, bukan menyatakan hubungan karena adanya korelasi-korelasi statistik. Hubungan sebabakibat antar sepasang variabel harus dipandang bila hubungan variabel tersebut dengan variabel lainnya di dalam sistem dianggap tidak ada. III.1. Pemodelan System Dynamics Dasar metodologi system dynamics adalah analisis sistem. Suatu sistem (suatu sistem dapat terdiri dari beberapa sub sistem) didefinisikan sebagai seperangkat unsur yang saling berinteraksi satu sama lain dengan pola interaksi yang salin mempengaruhi dan saling menentukan satu dengan yang lainnya. Interaksi yang terjadi di dalam sistem sepanjang waktu akan mempengaruhi keadaan unsur-unsur 52

4 di dalam sistem, sehingga struktur suatu sistem (system stucture) sangat ditentukan oleh pola hubungan diantara unsur-unsurnya, sedangkan batasan sistem (system boundary) akan membatasi/memisahkan sistem dengan lingkungannya. Karena perilaku sistem yang selalu dipengaruhi oleh strukturnya maka analisis sistem lebih banyak mempertimbangkan hubungan antar unsur (inter relasi) dalam sistem dibandingkan dengan detil input dan output data. Melalui pemodelan interelasi, analisis sistem akan mampu menjelaskan perubahan-perubahan dari masing-masing unsur sistem terhadap perubahan waktu. Dinamika perilaku suatu sistem sangat ditentukan oleh struktur umpan balik (feedback loops) yang menyatakan hubungan sebab akibat antar unsur bukan hubungan karena adanya korelasi-korelasi statistiik. Dalam pembentukan model tersebut dilakukan melalui pendekatan struktural atau berdasarkan pendekatan system thingking. Di dalam pendekatan system thinking tersebut struktur fisik maupun struktur pengambilan keputusan diyakini dibangun oleh unsur-unsur yang saling bergantung dan membentuk suatu lingkar tertutup (closed loop atau feedback loop). Hubungan unsur-unsur yang saling bergantung tersebut merupakan hubungan sebab akibat umpan balik dan bukan hubungan sebab akibat yang searah. Lingkar umpan balik tersebut merupakan pembentuk utama model (building block). Unsur-unsur dalam lingkaran umpan balik dapat berbentuk materi atau informasi dan dapat bersifat stok atau aliran. Dalam aliran ini dapat terjadi bias, distorsi, kelambatan, penguatan maupun peredaman, dimana hubungan yang terjadi antar unsur tersebutdapat terjadi secara linier maupun non linier. Terdapat 2 (dua) jenis hubungan kausal, yaitu hubungan kausal positif dan hubungan kausal negatif. Umpan balik negatif merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan (goal seeking). Umpan balik ini cenderung menjadi penyeimbang terhadap setiap gangguan dan selalu membawa sistem ke dalam keadaan yang stabil. Umpan balik positif terjadi jika perubahan dalam komponen lainnya yang akan memperkuat proses awalnya. Umpan balik positif merupakan proses yang sifatnya tumbuh. Asumsi utama dalam paradigma system dynamics adalah bahwa tendensi-tendensi dinamik yang bersifat persisten pada setiap sistem yang kompleks adalah bersumber dari struktur kausal yang mau membentuk sistem tersebut. Keberadaan 53

5 struktur tersebut merupakan konsekuensi dari adanya interaksi antara kendalakendala fisik dan tujuan-tujuan sosial, penghargaan dan tekanan yang menyebabkan manusia bertingkah laku dan membangkitkan secara kumulatif tendensi-tendensi dinamik yang dominan dari sistem total (secara keseluruhan). System dynamics memiliki 4 (empat) fondasi teoritis yaitu: teori informasi feedback, teori keputusan, eksperimen simulasi komputer dan proses penyelesaian model mental. Sebagai metoda yang didukung dengan kekuatan simulasi komputer maka system dynamics dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan meramalkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada berbagai jenis sistem sosial. Suatu sistem dipelajari guna mengetahui dinamika non linier dari perubahan perilaku di dalam sistem. Sebagian besar unsur model merupakan unsur realita dengan inter relasi di dalamnya. III.2. Langkah-langkah Pemodelan System Dynamics Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk menyusun model System dynamics yaitu (Sterman, 2000) dalam (Suseno, 2005): 1) mengartikulasikan masalah (problem articulation); 2) merumuskan hipotesis dinamis (formulation of dynamic hypothesis); 3) merumuskan model simulasi (formulation of a simulation model); 4) menguji (testing); dan, 5) merancang dan mengevaluasi kebijakan (policy design and evaluation). III.2.1. Mengartikulasikan masalah (problem articulation) Pada tahap ini masalah diidentifikasikan, kemudian dilakukan dengan melakukan identifikasi dan analisis permasalahan yang akan dikaji. Menurut Sterman (2000) diperlukan basis data mental dan basis data tertulis selama dalam proses pembatasan masalah ini. Biasanya pembuat model mengembangkan karakteristik permasalahan awal ini melalui suatu diskusi dengan pihak terkait, mencari informasi penelitian tambahan yang telah dilakukan sebelumnya, pengumpulan data, melakukan wawancara dan observasi langsung dan peran serta. 54

6 Dua hal yang paling penting pada tahap ini adalah menyusun reference mode dan menetapkan rentang waktu (time horizon) secara eksplisit. Reference mode dapat berupa gambar atau data deskriptif lain yang menggambarkan permasalahan dan kemungkinan yang akan terjadi pada masa mendatang. Pengumpulan data dan informasi historis akan menjadi reference mode yang diwakili oleh pola perilaku kumpulan variabel yang meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan pola perilaku persoalan. Informasi historis ini sangat penting agar dapat menggambarkan pola perilaku persoalan dan memperkirakan kemungkinan perilaku permasalahan di kemudian hari. III.2.2. Merumuskan hipotesis dinamis (formulation of dynamic hypothesis) Tahap ini memfokuskan pada perumusan dynamic hypothesis yang dapat menjelaskan struktur umpan balik yang diperkirakan mempunyai kemampuan dalam mempengaruhi perilaku permasalahan. Pengembangan struktur sebab akibat didasarkan pada hipotesis awal, variabel-variabel utama, reference mode, dan data-data yang lain, antara lain dengan menggunakan model boundary diagrams, subsystem diagrams, causal loop diagrams, stock and flow maps, dan policy structure diagrams. Teknik pengembangan struktur yang sering digunakan adalah diagram sebab akibat (causal loop diagrams) Pembuatan causal loop diagrams dilakukan dengan menghubungkan antar variabel-variabel yang terkait dengan persoalan. Pola hubungan antar variabel tersebut digambarkan dengan diagram sebab akibat yang memperlihatkan sejauhmana interaksinya antara variabel satu dengan yang lainnya dan kemudian diidentifikasi lingkar umpan balik (feedback loop) yang terbentuk dari pola hubungan tersebut. Ada 2 (dua) macam lingkar umpan balik yang mungkin dapat terbentuk dalam diagram tersebut, yaitu lingkar umpan balik positif yang menghasilkan pola pertumbuhan, dan lingkar umpan balik negatif yang akan menghasilkan pola pencapaian tujuan (goal seeking). Kombinasi kedua lingkar tersebut akan menggambarkan pola perilaku sistem. Dinamika sebuah sistem dipengaruhi oleh faktor internal (endogenous) dan eksternal (exogenous). Faktor-faktor tersebut, terutama faktor endogenous merupakan variabel yang sangat penting dalam analisis suatu sistem. Oleh karena 55

7 itu, penentuan batas model perlu ditentukan terlebih dahulu dengan jelas agar untuk selanjutnya dapat lebih mudah untuk mendifinisikan faktor endogenous dan exogenous tersebut. Batasan model ini juga akan memudahkan dalam memisahkan proses-proses yang menyebabkan adanya kecenderungan internal yang diungkapkan dalam pola referensi dari proses-proses yang mempresentasikan pengaruh-pengaruh eksogen atau pengaruh yang berasal dari luar sistem. III.2.3. Perumusan model simulasi (formulation of a simulation model) Ada tiga hal penting dalam tahap ini, yaitu melakukan spesifikasi struktur dan keputusan, memperkirakan parameter, hubungan perilaku, dan kondisi awal, dan menguji konsistensi sesuai dengan tujuan dan lingkup masalah (Sterman, 2000). Penyusunan model simulasi dilakukan dengan mentransformasikan pola hubungan antar variabel diagram umpan balik ke dalam persamaan atau program komputer. Struktur dasar dalam pemodelan system dynamics adalah sebagai berikut. a) Level, merupakan akumulasi yang terdapat dalam sistem yang besarnya dipengaruhi oleh nilai awal dan nilai rate. Level pada suatu loop hanya bisa didahului oleh rate, tetapi tidak bisa diikuti oleh auxiliary atau rate. Level tidak bisa dipengaruhi secara langsung oleh level lainnya. b) Rate, adalah aliran yang bisa mengubah level dan nilainya dipengaruhi oleh informasi-informasi yang datang kepadanya. c) Aliran material adalah aliran dari level satu ke level yang lainnya, yang besarnya ditentukan oleh persamaan rate. d) Aliran informasi adalah struktur yang berperan dalam fungsi-fungsi keputusan yang tidak mempengaruhi variabel secara langsung. III.2.4. Pengujian (testing) Pengujian ini dilakukan antara lain untuk melihat kesesuaian perilaku simulasi model dengan perilaku sistem yang sebenarnya. Pengujian menekankan pada sejauh mana model yang disusun mampu menirukan pola perilaku historisnya. Setiap variabel harus bisa menggambarkan konsep yang terdapat di dunia nyata. 56

8 Pengujian dilakukan segera setelah menuliskan persamaan dalam simulasi. Apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian pola perilaku antara model dengan perilaku historisnya, model segera diperbaiki agar bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Pengujian model dilakukan untuk mengetahui sejauh mana model yang dibuat sudah cukup valid atau sahih sehingga dapat memberikan keyakinan untuk digunakan dalam merancang kebijakan. Bila kesahihan model telah dapat dicapai, simulasi selanjutnya dapat digunakan untuk merancang kebijakan yang efektif. Hal tersebut dapat dicapai apabila pemodelan sistem-sistem sosial tersebut memenuhi kaidah-kaidah ilmiah (Tasrif, 1998). Untuk mendapatkan model yang sahih tersebut maka dalam pembuatannya harus sepenuhnya mengikuti suatu metoda ilmiah yang mensyaratkan bahwa suatu model harus mempunyai titik kontak yang banyak. Perbandingan berulang-ulang dengan kenyataan tersebut melalui titik kontak akan membuat model menjadi lebih komunikatif terhadap isuisu maupun perilaku yang dihasilkannya. Tasrif menggambarkan prinsip pemodelan kebijakan seperti terlihat pada Gambar 3.1. berikut: Observasi Struktur dunia nyata Perilaku dunia nyata Pembandingan Induksi Struktur model Perilaku model Logika deduktif Gambar III.1. Prosedur pemodelan system dynamics menurut Saeed (1994 : 23) Bila suatu korespondensi antara model mental sistem, model eksplisit dan pengetahuan empirik tentang sistem telah diperoleh, maka model yang dibuatdapat diterima sebagai suatu representasi persoalan yang sahih dan dapat digunakan untuk melakukan analisis kebijakan. Secara ringkas, pengujianpengujian yang dapat dilakukan dalam suatuu proses pemodelan system dynamics dirangkum dalam Tabel III.1. berikut ini. 57

9 Tabel III.1. Pengujian-pengujian model system dynamics Bidang Pengujian Pengujian struktur model Pengujian perilaku model Jenis Pengujian Verifikasi struktur Verifikasi parameter Kondisi ekstrim Kecukupan batas (struktur) Konsistensi dimensional Reproduksi perilaku Anomali perilaku Family member Perilaku mengejutkan Kebijakan ekstrim Pertanyaan yang diajukan dalam Pengujian Apakah struktur model konsistensi dengan pengetahuan deskriptif yang relevan tentang sistem? Apakah parameter-parameter model konsistensi dengan pengetahuan deskriptif yang relevan tentang sistem? Apakah masing-masing persamaan masuk akal meskipun inputnya memiliki nilai-nilai ekstrim? Apakah konsep-konsep yang penting menyangkut persoalan telah tercakup (endogenous) dengan model? Apakah masing-masing persamaan konsisten secara dimensional tanpa menggunakan parameterparameter yang tidak ada di dunia nyata? Apakah model secara endogenous membangkitkan gejala-gejala dan persoalan, mode-mode perilaku, frekuensi dan karakteristik lain dari perilaku sistem riil? Apakah perilaku abnormal muncul jika suatu asumsi model ditiadakan? Dapatkah model mereproduksi perilaku dari contohcontoh sistem lain dalam kelas yang sama seperti model (misalnya: dapatkah sebuah model perkotaan membangkitkan perilaku kota New York, Dallas, Carson City dan Calcutta bilamana diberi parameter masing-masing kota tersebut)? Apakah model menunjukkan adanya suatu mode perilaku yang sebelumnya tidak dikenali dalam sistem riil? Apakah model berperilaku sebagaimana mestinya bila dihadapkan pada kebijakan-kebijakan ekstrim 58

10 Bidang Pengujian Pengujian implikasi kebijakan Jenis Pengujian Kecukupan batas (perilaku) Karakter statistika Perbaikan sistem Prediksi perilaku Kecukupan batas (kebijakan) Sensitivitas kebijakan Pertanyaan yang diajukan dalam Pengujian atau input-input pengujian? Apakah perilaku model sensitif terhadap penambahan atau perubahan struktur untuk mewakili teori-teori alternatif yang dapat diterima? Apakah output model memiliki karakter statistika yang sama dengan output dari sistem riil? Apakah kinerja sistem riil meningkat melalui penggunaan model? Apakah model dengan benar menjabarkan hasilhasil dari kebijakan yang baru? Apakah rekomendasi kebijakan sensitif terhadap penambahan atau pengubahan struktur untuk merepresentasikan teori-teori alternatif yang dapat diterima? Apakah rekomendasi-rekomendasi kebijakan sensitif dengan variasi-variasi yang masuk akal dalam parameter-parameternya? Sumber : diadaptasi dari Sterman (1984 : 52) Selain pengujian-pengujian tersebut di atas perlu juga dilakukan pengujian model dengan uji statistik. Dalam uji statistik, standar yang digunakan untuk mengukur kesalahan adalah dengan melihat rata-rata kuadrat kesalahan (mean square error, MSE), yang dinyatakan dengan persamaan berikut (Sterman, 1984): dimana: MSE = 1/n S A... (3.1) A MSE = Mean Square Error; St = nilai simulasi pada waktu t; 59

11 At = nilai aktual pada waktu t; n = jumlah pengamatan (t = 1,... n) semakin kecil nilai MSE maka hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesalahan yang ada di dalam model juga kecil dan demikian sebaliknya. Penafsiran kesalahan-kesalahan hasil simulasi ditunjukkan dengan Root Mean Square Percent Error (RMSPE), yang dinyatakan dengan persamaan berikut: RMSPE = 1/n 1 At 2 St At... (3.2) Kesalahan-kesalahan yang terkandung di dalam MSE dapat disusun dalam 3 (tiga) jenis kesalahan. Uji statistik ini didasarkan pada perhitungan bahwa error di dalam model merupakan proporsi ketidaksamaan bias (U M ), ketidaksamaan varian (U S ) dan ketidaksamaan kovarian (U C ). Dalam meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap model maka model yang ideal seharusnya memiliki tingkat kesalahan yang sangat kecil dan terkonsentrasi pada U C dan U S. Namun dari semua uji statistik dimaksud, penentuan signifikansi dan tingkat toleransinya bergantung pada tujuan model tersebut dibuat dan karakteristik datanya. Persamaanpersamaan ketidaksamaan tersebut diuraikan di bawah ini: U M = S A... (3.3) U S = S A... (3.4) U C =. S A... (3.5) U M + U S + U C = 1... (3.6) 60

12 dimana: Nilai dari masing-masing besaran tersebut di atas diberikan oleh persamaanpersamaan berikut: =... (3.7) =... (3.8)... (3.9)... (3.10) r = (3.11). dimana U M = proporsi MSE karena bias U S = proporsi MSE karena varian U C = proporsi MSE karena kovarian = rata-rata nilai simulasi = rata-rata nilai aktual St = nilai simulasi pada waktu t At = nilai aktual pada waktu t S S = standar deviasi nilai simulasi S A = standar deviasi nilai aktual n = jumlah pengamatan (t = 1,... n) Hasil-hasil uji ketidaksamaan menjelaskan bebera hal sebagai berikut: a. Kesalahan karena bias diindikasikan dengan huruf U M yang besar, sementara nilai U S dan U C kecil. Kesalahan karena bias dianggap berpotensi 61

13 serius dan biasanya merupakan kesalahan dalam melakukan estimasi parameter. Kesalahan ini dikategorikan sebagai kesalahan sistematis antara model dengan dunia nyata. b. Kesalahan karena ketidaksamaan varian yang besar juga termasuk kesalahan sistematis. Terdapat dua macam kesalahan yang termasuk dalam kelompok ini, yaitu: Jika nilai U S mendominasi kesalahan, dengan nilai U M dan U C yang kecil berarti terdapat rata-rata yang sama dan korelasi yang tinggi, tetapi jarak varian rata-ratanya berbeda. Keadaan ini menunjukkan nilai simulasi dan nilai aktual mempunyai kecenderungan yang berbeda. Jika U S besar tetapi memiliki rata-rata yang sama (U M = 0) dan U C kecil, berarti kesalahan terjadi karena gangguan acak (random noise) atau nilai aktual mempunyai siklus yang berbeda dengan nilai simulasi. Interpretasi atas kesalahan ini sangat ditentukan oleh tujuan dalam membuat model. Jika model dibuat untuk menyelidiki pola siklus pada suatu sistem, maka kesalahan ini dapat dikategorikan sebagai kesalahan sistematis. Namun apabila tujuan pembuatan model adalah untuk melakukan analisis perilaku jangka panjang maka kesalahan ini tidak penting dan tidak bersifat sistematis. Kesalahan karena ketidaksamaan kovarian diindikasikan dengan nilai U C yang besar sedangkan nilai U M dan U S kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai dari masing-masing titik (point by point) antara simulasi dengan hasil aktual tidak sama meskipun model dapat dikatakan memiliki nilai rata-rata dan kecenderungan yag sama dengan nilai aktualnya. Nilai U C yang besar merupakan indikasi terjadinya gangguan (noise) pada pola siklus (cyclical model) pada data historis yang tidak dapat ditangkap oleh model. Kesalahan ini pada umumnya bukan merupakan kesalahan yang sistematis. III.2.5. Merancang dan mengevaluasi kebijakan (policy design and evaluation) Setelah struktur model yang dikembangkan diyakini telah menggambarkan perilaku dunia nyata, model dapat dikembangkan untuk merancang dan 62

14 mengevaluasi kebijakan. Analisis kebijakan dilakukan untuk mengkaji pengaruh beberapa alternatif kebijakan yang dapat diimplementasikan untuk memperbaiki sistem yang sesuai dengan harapan. Terhadap kebijakan yang dipilih, langkah antisipasi dapat dilakukan untuk menghindari dampak pemilihan kebijakan tersebut. Menurut Sterman (2000), pemodelan merupakan suatu proses umpan balik (feedback), bukan suatu urutan tahapan yang linier. Oleh karena itu, model harus disusun secara iterative, selalu bertanya, menguji, dan menggali terus-menerus. Proses penyusunan model tidak berhenti hanya pada satu siklus, tetapi melalui proses yang berulang-ulang sampai dianggap cukup jelas dapat menggambarkan struktur permasalahan yang ingin dianalisis. Proses dianggap cukup apabila struktur model yang dikembangkan telah cukup dapat menggambarkan perilaku yang terjadi di dunia nyata. Tidak jauh berbeda dengan Sterman, Saeed (1994: 23 ) menggambarkan prosedur pemodelan system dynamics seperti terlihat pada Gambar 3.2 berikut. Model alternatif, pengalaman Bukti empiris Literatur Persepsi mengenai struktur Konseptualisasi sistem Time series yang empiris Perbandingan dan rekonsiliasi Perumusan model Perbandingan dan rekonsiliasi Proses vasilitasi struktur Proses validasi perilaku Penggambaran struktur model Deduksi perilaku model Peralatan deskripsi dan diagram Bantuan perhitungan Gambar III.2. Prosedur pemodelan system dynamics menurut Saeed (1994 : 23) 63

15 III.3 Penggunaan Metode Kualitatif dalam Pemodelan System Dynamics Pada dasarnya pemodelan dengan system dynamics memerlukan data kuantitatif untuk melakukan simulasi dengan komputer. Namun tidak semua fenomena, terutama fenomena sosial, dapat dikenali melalui pendekatan kuantitatif. Wolstenholme (1990), mengusulkan untuk mengombinasikan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif untuk menyusun pemodelan dengan system dynamics. Kedua pendekatan ini dapat dikombinasikan secara harmonis dan saling mengkaitkan ide-ide kualitatif dengan data kuantitatif, sehingga informasi dapat dikembangkan secara lebih luas dan lebih komprehensif. Penggunaan metode kualitatif dalam pemodelan system dynamics juga dapat menginterpretasikan analisis data kuantitatif secara lebih jelas dan menyeluruh mengenai kinerja sistem, memperjelas struktur permasalahan, mengklarifikasi dan melakukan pengecekan (triangulasi) data primer dan skunder. Teknik pendekatan kualitatif yang dapat digunakan dalam pemodelan Di dalam penelitian ini yahap awal proses pemahaman struktur dan gejala perilaku pengelolaan DAS Cikapundung Hulu dilakukan melalui penelusuran data dan informasi (written model) dari studi pustaka. Data dan informasi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan kondisi fisik dari DAS, keputusan-keputusan dari pihak-pihak yang terlibat di dalam pengelolaan DAS, serta aspek-aspek sosial ekonomi yang terkait dengan kondisi DAS. Melalui studi pustaka tersebut diperoleh penjelasan awal mengenai perilaku-perilaku historis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai dasar di dalam penyusunan struktur awal model. Tahapan selanjutnya adalah diskusi dengan para pihak untuk menggali pengetahuan-pengetahuan para pihak yang memiliki pemahaman dan informasi yang relevan. Para pihak meliputi perwakilan dari institusi Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD), Badan Pusat Statistik, dan juga para pakar hidrologi yang melakukan kajian dan penelitian kawasan Bandung Utara. Informasi-informasi yang diperoleh tersebut menjadi referensi di dalam membangun dan mengembangkan struktur model. Konstruksi struktur dan perilaku model dilakukan dengan menggunakan program software Powersim Construktor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III. 1 System Dynamics sebagai suatu Metodologi System Dynamics mendesak para pengambil keputusan untuk melihat arena kebijakannya sebagai suatu paradigma atau model yang

Lebih terperinci

Bab V Validasi Model

Bab V Validasi Model Bab V Validasi Model 5.1 Pengujian Model Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengujian model sistem dinamik menyangkut tiga aspek yaitu : (1) pengujian struktur model; (2) pengujian perilaku model;

Lebih terperinci

BAB IV KONSEPTUALISASI DAN METODE SYSTEM DYNAMICS

BAB IV KONSEPTUALISASI DAN METODE SYSTEM DYNAMICS BAB IV KONSEPTUALISASI DAN METODE SYSTEM DYNAMICS IV.1 Pendekatan System Dynamics Saswinadi Sasmojo menyatakan bahwa yang dimaksud dengan suatu sistem adalah fenomena yang telah terdefinisi strukturnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis (dynamics system). Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penulisan ini dilakukan dengan menggunakan metoda System Dynamics yaitu sebuah simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Indonesia memiliki potensi bahan baku industri agro, berupa buah buahan tropis yang cukup melimpah. Namun selama ini ekspor yang dilakukan masih banyak dalam bentuk buah segar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini secara garis besar mencoba menjelaskan langkah-langkah dalam mengevaluasi tingkat kecelakaan kerja yang bersumber dari bahaya unsafe condition

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Langkah-Langkah Penelitian Untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan kemudian disusun metodologi penelitian yang terdiri dari langkah-langkah

Lebih terperinci

Model System Dinamics

Model System Dinamics System Thinking / System Dinamics (Perbedaan SD dan MP, Causal Loop, Konsep Stok dan Flow) Perbedaan system dinamics (SD) dan mathematical programming (MP) Perbedaan MP dan SD berdasarkan : 1. Tujuan :

Lebih terperinci

BAB V MODEL DINAMIKA KOTA TANGERANG

BAB V MODEL DINAMIKA KOTA TANGERANG BAB V MODEL DINAMIKA KOTA TANGERANG V.1 Kerangka Kerja Pemodelan Untuk pemodelan yang dilakukan dalam tesis ini, kerangka kerja yang dilakukan adalah dengan mengacu kepada pendekatan pemodelan yang telah

Lebih terperinci

Struktur memberikan bentuk pada sistem dan sekaligus memberi ciri yang mempengaruhi perilaku sistem (Struktur sistem menentukan perilaku sistem )

Struktur memberikan bentuk pada sistem dan sekaligus memberi ciri yang mempengaruhi perilaku sistem (Struktur sistem menentukan perilaku sistem ) Struktur memberikan bentuk pada sistem dan sekaligus memberi ciri yang mempengaruhi perilaku sistem (Struktur sistem menentukan perilaku sistem ) Struktur sistem Perilaku Sistem Sistem Dinamik dapat juga

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

PERAMALAN PRODUKSI KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK PERAMALAN PRODUKSI KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Agung Brastama Putra 1) Budi Nugroho 2) E-mail : 1) agungbp.si@upnjatim.ac.id, 2) budinug@gmail.com 1 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Model Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:

Lebih terperinci

3.3. PENGEMBANGAN MODEL

3.3. PENGEMBANGAN MODEL Selain teknologi pemupukan dan OPT, mekanisasi merupakan teknologi maju yang tidak kalah penting, terutama dalam peningkatan kapasitas kerja dan menurunkan susut hasil. Urbanisasi dan industrialisasi mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perkiraan Perkiraan adalah prediksi dari suatu variabel yang didasarkan pada nilai-nilai lampau yang diketahui dari variabel tersebut atau dari variabel lain yang berhubungan.

Lebih terperinci

BAB III SIMULASI Definisi Simulasi Tahapan Simulasi

BAB III SIMULASI Definisi Simulasi Tahapan Simulasi BAB III SIMULASI 3. 1. Definisi Simulasi Simulasi adalah proses merancang model dari suatu sistem yang sebenarnya, mengadakan percobaan-percobaan terhadap model tersebut dan mengevaluasi hasil percobaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Propinsi Banten. KBM Wilayah II Bogor, dan Industri pengolahan

Lebih terperinci

14. VALIDASI MODEL.

14. VALIDASI MODEL. 14. VALIDASI MODEL alsen.medikano@gmail.com 1 1. KE-KOMPLEKS-AN MODEL Fungsi sejumlah variabel yang secara eksplisit dimasukkan kedalam struktur model dan ketepatan nilai yang berkaitan dengan setiap variabel

Lebih terperinci

PEMODELAN SYSTEM DYNAMICS PADA PERENCANAAN PENATAAN RUANG KOTA

PEMODELAN SYSTEM DYNAMICS PADA PERENCANAAN PENATAAN RUANG KOTA PEMODELAN SYSTEM DYNAMICS PADA PERENCANAAN PENATAAN RUANG KOTA Raden Darmono Jurusan Arsitektur Unika Soegijapranata Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan - Semarang 50234 E-mail: rd_drmn@yahoo.com; r-drm@unika.ac.id

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA. Kerangka Berpikir

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA. Kerangka Berpikir KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA Kerangka Berpikir Pentingnya peran Puskesmas dalam peningkatan kesehatan penduduk di wilayahnya saat ini menghadapi berbagai tantangan baik berupa kendala internal yakni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. CV Sahabat merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan penyalur

BAB III METODOLOGI. CV Sahabat merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan penyalur BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir CV Sahabat merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan penyalur kulit sapi garaman yang berada di daerah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Karawang dan Bogor. Banyaknya

Lebih terperinci

Pengembangan Model Simulasi Sistem Dinamis Keseimbangan Jumlah Input - Output Mahasiswa

Pengembangan Model Simulasi Sistem Dinamis Keseimbangan Jumlah Input - Output Mahasiswa Pengembangan Model Simulasi Sistem Dinamis Keseimbangan Input Output Mahasiswa Yuli Dwi Astanti, Trismi Ristyowati Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung yang meliputi area tangkapan (catchment area) seluas 142,11 Km2 atau 14.211 Ha (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Lebih terperinci

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng Analisis Model dan Simulasi Hanna Lestari, M.Eng Simulasi dan Pemodelan Klasifikasi Model preskriptif deskriptif diskret kontinu probabilistik deterministik statik dinamik loop terbuka - tertutup Simulasi

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Literatur

Bab II Tinjauan Literatur Bab II Tinjauan Literatur 2.1 Sistem Transportasi Transportasi adalah proses pergerakan orang dan/atau barang dari satu lokasi lain. Transportasi bukan tujuan akhir, tetapi merupakan turunan permintaan

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN SISTEM DINAMIK

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN SISTEM DINAMIK PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN SISTEM DINAMIK Arya Nurakumala 1) Program Studi Magister Manajemen Konstruksi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Industri Pertumbuhan industri bisa dilihat dari sumbangan sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Semakin besar sumbangan terhadap PDB maka

Lebih terperinci

Dwi Fatrianto

Dwi Fatrianto PEMODELAN SISTEM DINAMIK UNTUK MELIHAT PENGARUH PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENGELOLAAN SURAT DI PERUM PERHUTANI Nama Mahasiswa : Dwi Fatrianto Suyatno NRP : 5109 202 007 Pembimbing : Erma Suryani,

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM

Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM Pendahuluan 0 Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting

Lebih terperinci

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG Abstrak Strategi peningkatan sektor perikanan yang dipandang relatif tepat untuk meningkatkan daya saing adalah melalui pendekatan klaster.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERILAKU HUBUNGAN ANTARA SISTEM TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI DI WILAYAH PERKOTAAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SYSTEM DYNAMIC

PENGEMBANGAN MODEL PERILAKU HUBUNGAN ANTARA SISTEM TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI DI WILAYAH PERKOTAAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SYSTEM DYNAMIC MODEL PERILAKU HUBUNGAN ANTARA SISTEM TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI DI WILAYAH PERKOTAAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SYSTEM DYNAMIC Dimas B.E Dharmowijoyo Mahasiswa Program S3 Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

METODOLOGI Kerangka Pemikiran METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan

Lebih terperinci

DATA TIME SERIES DAN PROYEKSI. ADIWAN ARITENANG, PhD PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA ITB

DATA TIME SERIES DAN PROYEKSI. ADIWAN ARITENANG, PhD PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA ITB DATA TIME SERIES DAN PROYEKSI ADIWAN ARITENANG, PhD PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA ITB OUTLINE PENGANTAR DATA TIME SERIES TEKNIK STATISTIKA UNTUK PERAMALAN/PROYEKSI SISTEM DINAMIS UNTUK PROYEKSI PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 \ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi-informasi faktual yang diperoleh berdasarkan hasil observasi maupun penelitian sangatlah beragam. Informasi yang dirangkum sedemikian rupa disebut dengan

Lebih terperinci

BAB V MODEL ALTERNATIF IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS KEWILAYAHAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

BAB V MODEL ALTERNATIF IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS KEWILAYAHAN DI KABUPATEN INDRAMAYU 549 BAB V MODEL ALTERNATIF IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS KEWILAYAHAN DI KABUPATEN INDRAMAYU A. Pengertian Model Model adalah kerangka kerja formal yang mewakili ciri-ciri pokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Agustus 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Agustus 2016 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek, Subjek, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Agustus 2016 bertempat di Power Plant II, Utilities-Production, RU V Balikpapan,

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENELITIAN

JENIS-JENIS PENELITIAN Andriani Kusumawati JENIS-JENIS PENELITIAN Berdasarkan: 1. Tujuan 2. Kedalaman analisisnya 3. Pendekatan analisis atau Proses 4. Logika Penelitian 5. Kategori fungsionalnya 6. Hasil yang diharapkan dari

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 42 III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di daerah Cilegon serta kawasan industri di Cilegon (Kawasan Industri Estate Cilegon, KIEC). Jenis industri di daerah tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Dalam usaha mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, disusun suatu metodologi penelitian. Adapun langkah- langkah yang disusun adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Ruang Lingkup Penelitian Data yang Diperlukan...

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Ruang Lingkup Penelitian Data yang Diperlukan... 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii LEMBAR PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk . Harga_Treser Coverage_area Biaya_Treser Unit_Treser Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1 RAMP_LOSSES surplus Harga_Rhi konsumsi_kedelai_per_kapita Biaya_Rhizoplus jumlah_penduduk pertambahan_penduduk RekomendasiR

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pergerakan Harga Saham Pergerakan harga harian indeks LQ45 dan lima saham perbankan yang termasuk dalam kelompok LQ45 selama periode penelitian ditampilkan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

BAB IV STRUKTUR DAN PERILAKU SISTEM

BAB IV STRUKTUR DAN PERILAKU SISTEM DINAMIKA URBAN TPL 404-2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. Kuliah 5 BAB IV STRUKTUR DAN PERILAKU SISTEM 4.1. Struktur dan Perilaku Sistem Kata kunci dari struktur adalah interaksi atau mekanisme. Setiap gejala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

TEKNIK SIMULASI. Nova Nur Hidayati TI 5F

TEKNIK SIMULASI. Nova Nur Hidayati TI 5F TEKNIK SIMULASI Nova Nur Hidayati TI 5F 10530982 PENDAHULUAN TUJUAN MEMPELAJARI SIMULASI Melalui kuliah ini diharapkan kita dapat mempelajari suatu sistem dengan memanfaatkan komputer untuk meniru (to

Lebih terperinci

BAB VIII PEMODELAN DALAM PERENCANAAN

BAB VIII PEMODELAN DALAM PERENCANAAN TEORI PERENCANAAN Materi XI : TKW 407-3 SKS Oleh : DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB VIII PEMODELAN DALAM PERENCANAAN 8.1 Pemodelan dalam Perencanaan Menurut ruang lingkupnya model yang diperlukan untuk perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV STRUKTUR DAN PERILAKU SISTEM (lanjutan)

BAB IV STRUKTUR DAN PERILAKU SISTEM (lanjutan) DINAMIKA URBAN TPL 404-2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. Kuliah 6 BAB IV STRUKTUR DAN PERILAKU SISTEM (lanjutan) 4.2. Diagram Simpal Kausal Diagram simpal kausal adalah pengungkapan tentang kejadian hubungan

Lebih terperinci

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manfaat Peramalan Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suatu dugaan atau perkiraan tentang terjadinya suatu keadaan dimasa depan, tetapi dengan menggunakan metode metode tertentu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Pemodelan merupakan suatu aktivitas pembuatan model. Secara umum model memiliki pengertian sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi METODE PENELITIAN Penelitian dan Ilmu Pengetahuan MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi 2 Metode Metode adalah setiap prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Cara yang teratur dan terpikir baik untuk

Lebih terperinci

BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI

BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI 4.1 TINJAUAN UMUM Tahapan simulasi pada pengembangan solusi numerik dari model adveksidispersi dilakukan untuk tujuan mempelajari

Lebih terperinci

6/15/2015. Simulasi dan Pemodelan. Keuntungan dan Kerugian. Elemen Analisis Simulasi. Formulasi Masalah. dan Simulasi

6/15/2015. Simulasi dan Pemodelan. Keuntungan dan Kerugian. Elemen Analisis Simulasi. Formulasi Masalah. dan Simulasi Simulasi dan Pemodelan Analisis lii Model dan Simulasi Klasifikasi Model preskriptif deskriptif diskret kontinu probabilistik deterministik statik dinamik loop terbuka - tertutup Hanna Lestari, M.Eng Simulasi

Lebih terperinci

OLEH DR. DARSIHARJO, M.S. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS - UPI

OLEH DR. DARSIHARJO, M.S. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS - UPI OLEH DR. DARSIHARJO, M.S. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS - UPI SISTEM ANALISIS SISTEM MODEL PEMODELAN SIMULASI GEOGRAFI SISTEM 1. Proses yang rumit yang ditandai dengan banyak lintasan sebab akibat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipresentasikan metodelogi penelitian yang diuraikan menjadi tujuh sub bab yaitu fokus kajian dan tempat, diagram alir penelitian, k-chart penelitian, konseptual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin relatif sulit juga untuk mengambil keputusan terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. semakin relatif sulit juga untuk mengambil keputusan terhadap suatu BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam kehidupan nyata terdapat bermacam-macam jenis keputusan. Ada keputusan yang mudah diambil, dan sudah tentu ada juga keputusan yang baru dapat diambil setelah dipertimbangkan

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 32 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi 3.2. Jenis Penelitian 3.3. Teknik Pengambilan Sampel

3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi 3.2. Jenis Penelitian 3.3. Teknik Pengambilan Sampel 3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada 12 Februari 2016 hingga13 April 2016 di Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Kata regresi (regression) diperkenalkan pertama kali oleh Francis Dalton pada tahun 1886. Menurut Dalton, analisis regresi berkenaan dengan studi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Dinamik

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Dinamik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Dinamik Sistem dinamik didefinisikan sebagai sebuah bidang untuk memahami bagaimana sesuatu berubah menurut waktu (Forester, 1999 dalam Purnomo 2005). Sistem dinamik merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M. ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PENYELARASAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN DUNIA INDUSTRI (STUDI KASUS : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 5 (SMKN 5) DAN INDUSTRI MANUFAKTUR) JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang

BAB IV METODE PENELITIAN. komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu rencana yang terstruktur dan komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang

Lebih terperinci

By. Ir. Yustina Ngatilah, MT SKS = 3

By. Ir. Yustina Ngatilah, MT SKS = 3 KONSEP DASAR SISTEM By. Ir. Yustina Ngatilah, MT SKS = 3 LATAR BELAKANG PEMIKIRAN TERSPESIALISASI : 1. Adanya kecenderungan pengkotak-kotakan ilmu pengetahuan. 2. Pendekatan analitik-mekanistik : Linier

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Putri Amelia dan

Lebih terperinci

PENELITIAN KUANTITATIF Langkah demi langkah

PENELITIAN KUANTITATIF Langkah demi langkah 1 PENELITIAN KUANTITATIF Langkah demi langkah Oleh : Dr. Husein Umar Pelatihan Metodologi Penelitian Kopertis III, Bogor, 29-31 Mei 2012 Tujuan Pelatihan Memahami langkah-langkah teknikal proses penelitian

Lebih terperinci

4.3. PENGEMBANGAN MODEL

4.3. PENGEMBANGAN MODEL terhadap berbagai aspek kehidupan (Amang dan Sapuan, 2000). Oleh karena itu, pengembangan sistem produksi kedelai nasional menuju swasembada dengan sistem modeling merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Perubahan Fungsi Lahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Perubahan Fungsi Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perubahan Fungsi Lahan Konversi lahan pertanian dewasa ini telah menjadi isu global, tidak saja di negara berkembang di mana pertanian masih menjadi sektor dominan, tetapi juga di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan keadaan pada suatu waktu merupakan hal penting. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan keadaan pada suatu waktu merupakan hal penting. Hal itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan keadaan pada suatu waktu merupakan hal penting. Hal itu dikarenakan peramalan dapat digunakan sebagai rujukan dalam menentukan tindakan yang akan

Lebih terperinci

TIK. Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi

TIK. Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi HIDROLOGI TERAPAN MODEL HIDROLOGI TIK Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi 1 Model dalam SDA Dalam kegiatan analisis hidrologi untuk berbagai kepentingan dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIS DI PT UTAMA RASA SEJAHTERA (La Viola!) Jakarta Selatan

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIS DI PT UTAMA RASA SEJAHTERA (La Viola!) Jakarta Selatan PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIS DI PT UTAMA RASA SEJAHTERA (La Viola!) Jakarta Selatan SKRIPSI Oleh : Gianisa Dara Ayunda 1100010816 Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Jurusan Manajemen Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

Simulasi antrian pelayanan kasir swalayan citra di Bandar Buat, Padang

Simulasi antrian pelayanan kasir swalayan citra di Bandar Buat, Padang Simulasi antrian pelayanan kasir swalayan citra di Bandar Buat, Padang Dewi Rahmadani, Fitri Julasmasari Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Abstrak Antrian merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kantor Pemerintahan Kabupaten Lamongan

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kantor Pemerintahan Kabupaten Lamongan BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Pemerintahan Kabupaten Lamongan unit Badan Kepegawaian Daerah. 3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Jenis Penelitian

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI PAKAN DAN

SISTEM PRODUKSI PAKAN DAN ternak. Untuk Sub Sistem konsumsi dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk, tingkat konsumsi dan diversifikasi konsumsi di masyarakat. Dalam membangun keempat subsistem tersebut, tentunya menggunakan

Lebih terperinci

Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005

Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005 Metodologi Penelitian Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005 PENDEKATAN SAINS MODERN PENDEKATAN SAINS Pendekatan terhadap fenomena dengan menyederhanakan kompleksitas fenomena dan mengisolasi fenomena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subyek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah situs layanan pemesanan hotel dan tiket Traveloka dan subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

Kompetensi. Model dalam SDA. Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi MODEL KOMPONEN MODEL

Kompetensi. Model dalam SDA. Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi MODEL KOMPONEN MODEL HIDROLOGI TERAPAN MODEL HIDROLOGI Kompetensi Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi Model dalam SDA Dalam kegiatan analisis hidrologi untuk berbagai kepentingan

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DATA AWAL wawancara dan survei literatur

PENGUMPULAN DATA AWAL wawancara dan survei literatur (2) PENGAMATAN mengidentifikasi minat bidang penelitian DEFINISI MASALAH menentukan masalah penelitian KERANGKA TEORITIS mengidentifikasi dan menguraikan variabel dgn jelas PENYUSUN- AN HIPOTE- SIS DESAIN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

Validasi, Sensitivitas, Skenario Kebijakan

Validasi, Sensitivitas, Skenario Kebijakan Validasi, Sensitivitas, Skenario Kebijakan 1 1. VALIDASI DALAM PERMODELAN Validasi adalah salah satu kriteria penilaian tentang obyektivitas ilmiah. Dalam permodelan,, valid atau obyektif ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

ESSENTIALS OF RESEARCH DESIGN AND METHODOLOGY Rintania, 09/292890/PTK/06245 Ain Sahara, 10/308643/PTK/07002 Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

ESSENTIALS OF RESEARCH DESIGN AND METHODOLOGY Rintania, 09/292890/PTK/06245 Ain Sahara, 10/308643/PTK/07002 Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta ESSENTIALS OF RESEARCH DESIGN AND METHODOLOGY Rintania, 09/292890/PTK/06245 Ain Sahara, 10/308643/PTK/07002 Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta BAB 1 1.1 Pendahuluan Didefinisikan secara luas, tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan yang akan diteliti. Penelitian yang akan dilakukan yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan yang akan diteliti. Penelitian yang akan dilakukan yaitu jenis BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma sebuah penelitian menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria penulisan sebagai landasan untuk menjawab permasalahan

Lebih terperinci

Pertemuan Keempat Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis. Metode Riset Dr. Muhamad Yunanto, MM. Fak. Ekonomi Universitas Gunadarma

Pertemuan Keempat Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis. Metode Riset Dr. Muhamad Yunanto, MM. Fak. Ekonomi Universitas Gunadarma Pertemuan Keempat Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis Metode Riset Dr. Muhamad Yunanto, MM. Fak. Ekonomi Universitas Gunadarma 1 OBSERVASI Identifikasi bidang Permasalahan 3 PENDEFINISI AN MASALAH Pembatasan

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dimana menekankan pada empat hal yang dicari dari hubungan-hubungan variabel penelitian,

Lebih terperinci

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma)

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma) BAB III KALMAN FILTER DISKRIT 3.1 Pendahuluan Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma) yang memberikan perhitungan efisien dalam mengestimasi state proses, yaitu dengan

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI KONSEP SISTEM INFORMASI PENDAHULUAN Tulisan ini akan menjelaskan konsep dasar dari sistem informasi. Sebelum membahas suatu sistem lebih baik jika mengetahui dulu apa sistem itu, pada bagian berikutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2009), metode penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2009), metode penelitian 35 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan menggunakan metodologi penelitian kuantitatif. Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2009), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Pada pembahasan bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang akan digunakan sebagai bagian dari desain penelitian. Metode penelitian bertujuan menentukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci