BAB III METODOLOGI. CV Sahabat merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan penyalur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI. CV Sahabat merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan penyalur"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir CV Sahabat merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan penyalur kulit sapi garaman yang berada di daerah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Karawang dan Bogor. Banyaknya perusahaan sejenis membuat persaingan semakin berat. Faktor kompetitor merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi tersedianya bahan baku kulit sapi mentah di pasaran. Kunci sukses pada perusahaan seperti ini adalah bagaimana suatu perusahaan dapat mengatur persediaannya, seperti pada saat harga turun atau naik, permintaan tinggi atau rendah. Kondisi ini ada yang bersifat berulang dan ada juga yang bersifat insidentil. Melalui tesis ini akan dibuat model permintaan dan suplai yang lebih akurat daripada sebelumnya pada CV Sahabat Leather dengan menggunakan pendekatan System Thinking dan System Dynamics, agar memperoleh perkiraan yang lebih akurat sehingga dapat membantu CV Sahabat Leather agar selalu selangkah di depan para kompetitornya Metoda Penelitian

2 Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda System Dynamics yaitu sebuah simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan permasalahan yang ada, kemudian disimulasikan sehingga diperoleh model yang menyerupai kondisi nyata. Berdasarkan model tersebut dilakukan pengujian sehingga diperoleh faktor-faktor penyusun simulasi yang diharapkan. Untuk membuat model operasional sistem, maka terlebih dahulu dilakukan penjabaran permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dari permasalahan tersebut, dengan cara System Thinking yaitu dengan membuat hubungan sebab akibat antara variabel penyusun sistem. Hubungan variabel ini bersifat dinamis yaitu selalu berubah menurut waktu, tidak bersifat linier, dan variabel yang satu akan mempengaruhi variabel yang lainnya dan juga mempengaruhi sistem secara keseluruhan Langkah Pembuatan Model Dalam penelitian ini langkah pembuatan model yang akan dilakukan didasarkan pada langkah yang dirumuskan oleh Sterman (Sterman, 2000, halaman 86) yaitu Problem Articulation (Boundary Selection), Formulation of Dynamic Hypothesis, Formulation of a Simulation Model, Testing, dan Policy Design and Evaluation. Berikut beberapa pertanyaan yang di-address dan tool yang digunakan oleh masing-masing langkah. 1. Problem Articulation (Boundary Selection)

3 Pemilihan tema: Apa yang menjadi masalah? Kenapa hal itu menjadi masalah? Variabel kunci: Variabel kunci dan konsep apa saja yang harus kita pertimbangkan? Batasan waktu: Sejauh mana masa depan yang sebaiknya kita pertimbangkan? Sejauh mana di masa lalu letak dari akar permasalahan? Definisi dynamic problem (mode referensi): Bagaimana historical behavior dari konsep dan variabel kunci? Bagaimana kemungkinan behavior mereka di masa depan? 2. Formulation of Dynamic Hypothesis Pembuatan hipotesis awal: Bagaimana teori-teori saat ini dari behavior yang bermasalah? Endogenous focus: Formulasikan sebuah dynamic hypothesis yang menjelaskan berbagai dinamik tersebut sebagai endogenous consequences dari feedback structure. Pemetaan: Kembangkan kumpulan peta dari causal structure berdasarkan hipotesis awal, variabel kunci, mode referensi, dan data lain yang tersedia, menggunakan tool seperti: Diagram model boundary Diagram subsistem Diagram causal loop Peta stock dan flow Diagram policy structure

4 Fasilitas tool lainnya 3. Formulation of a Simulation Model Spesifikasi dari struktur, aturan pengambilan keputusan Estimasi dari parameter, behavioral relationship, dan kondisi awal Pengujian untuk konsistensi dengan tujuan dan batasan 4. Testing Perbandingan terhadap mode referensi: Apakah model bersangkutan mereproduksi problem behavior secara memadai demi tujuan kita Robustness pada kondisi yang ekstrim: Apakah model bersangkutan berlaku secara realistis ketika ditekan oleh berbagai kondisi ekstrim? Sensitifitas: Bagaimana model bersangkutan berlaku dengan ketidakpastian yang ada pada parameter, kondisi awal, model boundary, dan agregasi? Berbagai uji lainnya 5. Policy Design and Evaluation Spesifikasi scenario: Kondisi lingkungan apa yang mungkin timbul? Policy design: Aturan pengambilan keputusan baru, strategi, dan struktur apa yang mungkin dicoba pada dunia nyata? Bagaimana mereka bisa direpresentasikan pada model? Analisa What if.. : Apa saja yang menjadi efek dari beragam policy? Analisa sensitifitas: Se-robust apakah beragam policy recommendation dalam berbagai scenario dan ketidakpastian yang ada?

5 Ragam interaksi antara berbagai policy: Apakah masing-masing policy tersebut berinteraksi? Apakah terdapat respon yang bersifat sinergi atau kompensasi? 3.3 Variabel Untuk membuat permodelan sistem perlu dikumpulkan variabel-variabel pendukungnya. Berdasarkan beberapa definisi tentang mental model di dalam Sterman (Sterman, 2000, Hal 16) disebutkan bahwa mental model adalah kumpulan dari prosedur operasional rutin, naskah dari kegiatan yang terpilih, atau peta keyakinan dari sebuah daerah kekuasaan. Lebih ditegaskan lagi bahwa di dalam System Dynamics sebuah mental model mencakup kepercayaan terhadap hubungan sebab akibat yang menjelaskan tentang operasional sebuah sistem dalam lingkup batas permodelan. Berdasarkan hal tersebut di atas maka variabel yang digunakan untuk pembuatan model dalam penelitian ini dikumpulkan berdasarkan studi kepustakaan dan media massa, wawancara dengan pihak manajemen CV Sahabat, serta pengamatan peneliti terhadap operasional sistem Endogenous Factor Promosi Promosi yang dilakukan CV Sahabat Leather dapat dikatakan hampir tidak ada. Promosi yang gencar dilakukan pada saat perusahaan pertama kalinya berdiri yaitu pada

6 tahun Dimana pada saat itu sedang booming para pengusaha membangun pabrik kulit dikarenakan permintaan akan kulit jadi yang tinggi baik dari dalam maupun luar negeri. Semua ini dampak dari akibat mahalnya harga kulit apabila mengimpor langsung dari negara Italia. Setelah beberapa tahun kemudian CV Sahabat hanya tinggal me-maintain hubungan baik dengan pelanggan/pabrik kulit yang mempunyai reputasi bagus, yaitu yang pembayaran dan permintaannya konstan. Sedangkan promosi yang sekarang terjadi biasanya melalui rekomendasi dari para konsumen/pabrik yang merasa puas atas kerja samanya selama ini dengan CV Sahabat Leather. Dari keterangan di atas penulis menyimpulkan bahwa promosi yang dilakukan oleh CV Sahabat Leather berperilaku goal seeking Harga Kulit Sapi Mentah di Jakarta dan Sekitarnya Harga kulit sapi mentah di Jakarta dan sekitarnya bergantung pada tingkat ketersediaannya. Semakin banyak sapi yang dipotong, semakin banyak yang tersedia, semakin murah harganya. Semakin murah harga kulit sapi mentah, semakin banyak pihak (pesaing) yang ingin memanfaatkan kulit mentah ini. Meningkatnya pesaing akan menurunkan ketersediaan yang pada akhirnya akan menaikkan harga. Harga yang tinggi ini akan mengurangi pesaing yang ada. Berkurangnya pembelian akan membuat persediaan meningkat yang akan menurunkan harga.

7 Harga Kulit Sapi Garaman CV Sahabat Harga kulit garaman sangat dipengaruhi oleh harga kulit mentah. Semakin tinggi harga kulit mentah yang dibeli CV Sahabat Leather, semakin tinggi pula harga jual kulit garaman kepada pabrik. Faktor harga sangat berpengaruh terhadap permintaan akan kulit garaman. Apabila harga melewati batas psikologis menurut pihak pabrik maka tidak akan terjadi transaksi selama harga belum kembali menjadi normal, diluar kenaikan akibat inflasi. Bila pabrik menolak bertransaksi berhubung harga terlampau tinggi, CV Sahabat Leather terlebih dahulu akan bernegosiasi dengan suplier kulit mentah yang menjadi langganannya untuk menurunkan harga. Bila negosiasi gagal, CV Sahabat Leather mau tidak mau akan menghentikan pembelian kulit mentah yang akan menyebabkan persediaan kulit mentah meningkat dan memicu harga untuk turun. Bila harga terus tinggi akan membuat pihak pabrik kulit mengimpor kulit garaman dari negara Australia (walaupun kualitasnya rendah) itupun bila kurs rupiah sedang menguat. Daya saing yang rendah membuat jumlah stok di dalam negri meningkat dan membuat harga kembali normal untuk meningkatkan daya saing. Harga yang murah akan membuat kulit dalam negeri menjadi incaran pabrik kulit luar negri, karena di samping harga yang murah, kualitas kulit dalam negri juga bagus. Ini menyebabkan stok kulit nasional berkurang, sehingga pemerintah bertindak atas desakan para pengusaha dalam negri dengan menerapkan pajak untuk ekspor kulit mentah dan setengah jadi.

8 Dalam kurun waktu satu tahun terdapat lebih dari satu kali kenaikan dan penurunan harga kulit. Ini dikarenakan adanya faktor musim serta faktor-faktor lain seperti yang disebutkan sebelumnya, yang mempengaruhi permintaan akan kulit. Dalam kurun waktu satu tahun, penulis menyimpulkan bahwa harga kulit baik perolehan maupun penjualan berperilaku oscillation. Namun apabila dilihat dari kurun waktu selama 5 tahun dapat disimpulkan harga kulit baik mentah maupun garaman mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ini disebabkan tingkat inflasi serta penurunan nilai rupiah, sehingga penulis menyimpulkan harga kulit dari tahun ke tahun bersifat exponential growth Kualitas Kulit Garaman CV Sahabat Kulit yang berkualitas adalah kulit yang tidak ada cacat atau sedikit sekali cacatnya. Cacat disini seperti kutu yang terdapat pada waktu sapi masih hidup yang dapat menyebabkan bopeng-bopeng pada permukaan kulit apabila sudah jadi, guratan-guratan bekas benda tajam karena kulit sapi tergores benda tajam atau kawat duri, kulit yang busuk karena telat diproses/diawetkan, dan yang terakhir adalah akibat kurang baiknya penanganan waktu pemotongan hewan sehingga menyebabkan kulit berlubang. Dalam pembelian kulit sapi mentah berkualitas, diperlukan keahlian dan kecermatan dalam membeli bahan baku tersebut. Usaha seleksi dapat dilakukan dengan memilih dan melihat secara langsung pada saat pembelian kulit mentah, juga dengan cara menyarankan kepada para pemotong sapi agar lebih berhati-hati dalam menguliti sapi tersebut. Pada kenyataannya tidak mungkin mendapatkan bahan baku kulit mentah yang

9 seluruhnya, 100%, berkualitas, sehingga usaha yang dilakukan adalah menekan jumlah kulit afkir seminimal mungkin. Jumlah yang dapat ditolerir oleh pabrik untuk menerima kulit afkir dari setiap kali pengiriman adalah di bawah 5% dari total lembar kulit garaman yang dikirimkan. Pabrik menerapkan kelas-kelas setiap kulit yang akan diproses, yaitu kelas satu/kualitas satu, kelas dua, dan kelas tiga/afkir dengan harga yang berbeda-beda. Terlalu banyak kulit afkir juga dapat menurunkan permintaan terhadap produk kulit CV Sahabat sehingga menaikkan jumlah inventori di gudang. Apabila dilihat dari loyalitas pelanggan CV Sahabat sejak dulu dan kontinuitas jumlah pengiriman serta wawancara dengan pihak CV Sahabat Leather, dapat disimpulkan CV Sahabat Leather dapat menjaga kualitas produk kulit sapi garamannya. Dilihat dari keterangan di atas ditambah persaingan dengan kompetitor untuk menawarkan kulit berkualitas tinggi, maka perilaku kualitas kulit garaman CV Sahabat Leather untuk jangka panjang bersifat exponential growth karena timbul dari umpan balik positif Kualitas SDM CV Sahabat Karyawan yang dimiliki oleh CV Sahabat Leather berpengalaman dalam memilih dan memproses kulit. Setiap ada pergantian karyawan maka karyawan lama harus mendelegasikan tugas/transfer knowledge kepada karyawan baru tentang pekerjaan yang harus dilakukan, termasuk dalam seleksi kualitas kulit. Ini dilakukan untuk menjaga kualitas produk kulit CV Sahabat Leather walalupun tingkat turn over cukup tinggi. Adapun jumlah SDM CV Sahabat Leather relatif tetap. Perilaku dari SDM adalah goal seeking.

10 Sumber daya manusia di sini berperan penting dalam mengontrol kualitas yang akan berdampak langsung pada permintaan akan kulit produksi CV Sahabat Leather serta hubungan baik yang selama ini dijaga bersama. Oleh karena itu, bila dinilai kualitas kulit garaman CV Sahabat Leather kalah saing, CV Sahabat Leather akan memberikan pelatihan terhadap SDM-nya untuk menaikkan kualitas kulit tersebut Pesaing Pesaing di sini terdiri dari pesaing sejenis yaitu yang skalanya maupun daerah operasionalnya sama, baik pembelian maupun penjualan, serta pesaing musiman dimana hanya beroperasi waktu Hari Raya Idul Fitri dan Idul Kurban. Banyaknya jumlah pesaing membuat jatah kulit untuk CV Sahabat Leather maupun perusahaan sejenis semakin berkurang. Persaingan yang ketat juga dapat berdampak secara langsung kepada harga pembelian dan penjualan kulit. Perusahaan yang berani menawar harga tertinggi biasanya mendapatkan kulit mentah lebih banyak, dan biasanya didukung oleh harga jual ke pabrik yang tinggi pula. Tidak jarang margin keuntungan makin tipis. Perilaku pesaing dapat disimpulkan sebagai goal seeking, sementara pesaing musiman menambah oscillation Exogenous Factor Kedekatan Hari Raya Banyak faktor yang dapat menentukan naik atau turunnya jumlah kulit di pasaran. Yang paling signifikan adalah musim lebaran yaitu pada hari raya Idul Fitri maupun

11 Kurban, dimana jumlah perolehan kulit sapi dapat mencapai lembar per hari. Namun kejadian itu hanya berlangsung 2-3 hari saja. Pada saat itu harga kulit mentah akan turun sekitar 5%-10% dari harga sebelumya. Harga ini kemudian akan kembali normal dalam 2-3 bulan berikutnya dikarenakan pasar yang sudah mulai stabil serta faktor kompetitor. Selain musim lebaran ada juga musim hajatan dan musim anak sekolah. Pada musim anak sekolah dibutuhkan banyak biaya untuk keperluan sekolah sehingga mereka menahan diri untuk makan daging sapi. Namun musim-musim tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap jumlah kulit di pasaran. Dari keterangan di atas penulis menyimpulkan bahwa hari raya menambah oscillation pada suplai kulit mentah Impor Sapi Bila persediaan sapi di Indonesia berkurang, pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan yang mempermudah impor sapi dari negara lain untuk meningkatkan impor sapi demi mencukupi kebutuhan. Mempermudah atau mempersulit impor sapi termasuk menentukan persyaratan sapi yang bisa diimpor juga bisa dilakukan pemerintah untuk mengatur harga daging sapi di Indonesia, baik yang lokal maupun impor. Tidak hanya kebijakan pemerintah saja yang dapat berpengaruh terhadap impor sapi, tetapi politik antar negara juga mempunyai peranan besar, terutama negara pengekspor bibit sapi seperti Australia. Bibit sapi adalah anak sapi, sapi yang berusia di bawah 2 tahun.

12 Tidak dapat dipungkiri sejak dulu Indonesia adalah pelanggan Australia yang paling besar dalam hal bibit sapi. Sebagian besar bibit sapi di Indonesia diimpor langsung dari negeri kangguru. Ini dikarenakan petani sapi di Indonesia sebagian besar tidak mandiri sehingga melalui Koperasi diterapkan pola kemitraan. Pemerintah menyediakan bibit sapi yang unggul dalam hal daging berkualitas serta usia potong yang lebih cepat, sementara petani tinggal membesarkan saja dengan memberi makan rumput dan konsentrat. Namun suhu politik yang memanas akibat pandangan Australia terhadap Papua dan NKRI serta isu terorisme akhir-akhir ini merenggangkan hubungan antar kedua negara. Bisa saja terjadi kurangnya jumlah bibit sapi yang diimpor ke Indonesia dengan alasan sudah diekspor sebagian besar ke negara lain selain Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan Indonesia menghentikan impor sapi dari Australia sebagai respon dari kebijakan pemerintah Australia terhadap pengungsi Papua, dengan dalih agar petani Indonesia menjadi mandiri. Perilaku impor sapi menambah oscillation pada suplai kulit mentah Impor Daging Sapi Dampak kebijakan lain juga dapat memicu langkanya kulit di pasaran dalam negeri. Sebagai contoh, kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengimpor daging beku dari Amerika. Kebijakan impor ini diambil sebagai timbal balik ekspor tekstil ke Amerika, juga untuk mengontrol harga daging di dalam negeri yang diimpor langsung dari Selandia

13 Baru, Australia, Irlandia, maupun India. Kebijakan ini berdampak kurangnya pemotongan sapi di dalam negeri. Dengan kata lain tidak ada sapi yang dipotong maka tidak ada kulit sapi mentah. Perilaku impor daging sapi menambah oscillation pada suplai kulit mentah Impor Kulit Garaman Di samping impor sapi atau daging sapi, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan apabila jumlah kulit nasional menumpuk atau menipis. Salah satunya dengan mengenakan pajak kepada kulit ekspor maupun impor. Perilaku impor kulit garaman menambah oscillation pada penjualan kulit garaman dalam negri Penyakit Sapi dan Masalah Produk Turunan Sapi Kebutuhan akan daging sapi adalah untuk katering, hajatan, restoran, rumah tangga, industri dan yang terakhir dan terbanyak adalah untuk bahan membuat bakso. Masalah kesehatan yang terakhir beredar yaitu adanya formalin di dalam mie serta bakso yang mengandung borax. Isu kesehatan bakso ini berpengaruh besar terhadap jumlah pemotongan sapi dikarenakan setengah dari kebutuhan daging sapi adalah untuk pembuatan bakso. Penurunan jumlah kulit mentah yang beredar melebihi setengahnya serta berlangsung selama lebih dari 3 bulan. Tidak hanya pedagang bakso atau pedagang makanan lainnya yang terkena dampak tetapi juga para perusahaan pengumpul kulit

14 mentah seperti CV Sahabat Leather serta pengumpul kulit garaman yaitu pabrik-pabrik kulit. Upaya untuk mengimpor kulit juga sudah dipertimbangkan sebagian pabrik, namun waktu mengimpor yang lebih dari sebulan serta harga dan kualitas kulit garaman impor membuat pabrik berpikir dua kali untuk melakukannya, ditambah pada saat itu kurs rupiah sedang melemah. Isu kesehatan ini menambah oscillation pada suplai kulit mentah. 3.4 Hipotesis Pada penelitian ini, terdapat hipotesis awal yang dirumuskan setelah melakukan wawancara dengan manajemen CV Sahabat Leather. Hipotesis ini berupa Model Awal Permintaan dan Suplai CV Sahabat Leather.

15 Gambar 3.1: Model Awal Permintaan dan Suplai CV Sahabat Leather 3.5 Populasi dan Sampel

16 Populasi yang menjadi target penelitian adalah kulit sapi mentah maupun garaman yang terdapat pada gudang CV Sahabat Leather, baik yang telah dibeli maupun akan dijual. Sampel yang diambil adalah jumlah kulit sapi mentah dan garaman yang tercatat setiap akhir bulannya sejak Januari 2003 hingga Desember Metoda Pengumpulan Data Di dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pihak manajemen CV Sahabat. Data sekunder yang diperoleh antara lain laporan keuangan, laporan operasional perusahaan, laporan persediaan, serta laporan pendukung lainnya. 3.7 Validitas Menurut Sir Karl Popper (Sterman, 2000, halaman 847), validitas suatu model sulit untuk diukur seketika menggunakan metoda tertentu. Oleh karena itu, suatu model hanya bisa dikatakan tidak valid bila telah diperoleh hasil yang bertentangan. Dalam thesis ini uji validitas yang dilakukan adalah terhadap data historis dari CV Sahabat Leather. 3.8 Analisis Data

17 Pembuatan permodelan dan pengolahannya menggunakan program Powersim Studio 2005 Service Release 6 dengan tahapan yang diolah dari Soesilo, Cariawan, Atmoko (Chandini, 2003, halaman 51), yang tampak di bawah ini. Pembuatan Konsep Tujuan penyelesaian masalah Tidak Valid Valid Uji Sensitifitas Validasi terhadap data historis Rekomendasi CLD Grafik / Tabel Pembuatan Model Uji Simulasi Data SFD Gambar 3.2: Tahapan Analisis Data Simulasi Setelah semua permasalahan dijabarkan menjadi sebuah sistem akan dibuatkan causal loop-nya dan stock flow diagram-nya, hingga diperoleh model, selanjutnya dibuat model komputernya dan kemudian dilakukan simulasi. Simulasi di sini berarti memasukkan data pendukung setiap variabel dalam model simulasi kemudian program dijalankan sehingga diperoleh tampilan grafik waktu (time graph).

18 3.8.2 Uji Sensitifitas Bila model yang dibuat dinilai valid, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji sensitifitas. Sensitifitas model adalah respon model terhadap suatu stimulus. Respon model ditunjukkan dengan perubahan perilaku dan/atau kinerja model Perumusan Strategi Sebagai langkah terakhir dalam penelitian ini adalah melakukan perumusan strategi sehingga bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi CV Sahabat Leather dalam memprediksi suplai dan permintaan kulit sapi mentah dan garaman.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penulisan ini dilakukan dengan menggunakan metoda System Dynamics yaitu sebuah simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI SYSTEM DYNAMICS

BAB III METODOLOGI SYSTEM DYNAMICS BAB III METODOLOGI SYSTEM DYNAMICS Dalam penelitian ini, analisis keandalan ketersediaan air baku Sungai Cikapundung Hulu dilakukan dengan menggunakan metoda system dynamics. Penggunaan system dynamics

Lebih terperinci

Model System Dinamics

Model System Dinamics System Thinking / System Dinamics (Perbedaan SD dan MP, Causal Loop, Konsep Stok dan Flow) Perbedaan system dinamics (SD) dan mathematical programming (MP) Perbedaan MP dan SD berdasarkan : 1. Tujuan :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perkiraan Perkiraan adalah prediksi dari suatu variabel yang didasarkan pada nilai-nilai lampau yang diketahui dari variabel tersebut atau dari variabel lain yang berhubungan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis (dynamics system). Metode

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIS DI PT UTAMA RASA SEJAHTERA (La Viola!) Jakarta Selatan

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIS DI PT UTAMA RASA SEJAHTERA (La Viola!) Jakarta Selatan PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIS DI PT UTAMA RASA SEJAHTERA (La Viola!) Jakarta Selatan SKRIPSI Oleh : Gianisa Dara Ayunda 1100010816 Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Jurusan Manajemen Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI PAKAN DAN

SISTEM PRODUKSI PAKAN DAN ternak. Untuk Sub Sistem konsumsi dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk, tingkat konsumsi dan diversifikasi konsumsi di masyarakat. Dalam membangun keempat subsistem tersebut, tentunya menggunakan

Lebih terperinci

SYSTEM DYNAMICS (Model Kuantitatif) oleh Dr. Andreo Wahyudi Atmoko, MSi.

SYSTEM DYNAMICS (Model Kuantitatif) oleh Dr. Andreo Wahyudi Atmoko, MSi. SYSTEM DYNAMICS (Model Kuantitatif) oleh Dr. Andreo Wahyudi Atmoko, MSi. TOPIK Teorem Struktur-Graph (Pattern) Stock Flow Pengenalan Program Dr. A. Wahyudi Atmoko, MSi. 2 1. Teorem Struktur Pola Systems

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN CONTENT 1. Pengambilan Keputusan 2. Proses Pemodelan 3. Fase Kecerdasan 4. Fase Desain 5. Fase

Lebih terperinci

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT Sasongko W Rusdianto, Farida Sukmawati, Dwi Pratomo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara

Lebih terperinci

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG Abstrak Strategi peningkatan sektor perikanan yang dipandang relatif tepat untuk meningkatkan daya saing adalah melalui pendekatan klaster.

Lebih terperinci

Zainul Hidayah. Dosen Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK

Zainul Hidayah. Dosen Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK PEMODELAN DINAMIKA SISTEM EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT DI PESISIR SELAT MADURA (STUDI KASUS KONVERSI LAHAN GARAM TRADISIONAL MENJADI LAHAN GARAM GEOMEMBRAN) Zainul Hidayah Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Indonesia memiliki potensi bahan baku industri agro, berupa buah buahan tropis yang cukup melimpah. Namun selama ini ekspor yang dilakukan masih banyak dalam bentuk buah segar

Lebih terperinci

SIMULASI NILAI PENJUALAN PRODUK BERBAHAN BAKU JAHE GINSENG: STUDI KASUS PT XYZ

SIMULASI NILAI PENJUALAN PRODUK BERBAHAN BAKU JAHE GINSENG: STUDI KASUS PT XYZ SIMULASI NILAI PENJUALAN PRODUK BERBAHAN BAKU JAHE GINSENG: STUDI KASUS PT XYZ Nunung Nurhasanah 1 ABSTRACT The variation of five product using ginger ale that was produced by XYZ company was a potential

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System Pengambilan Keputusan, Sistem, Pemodelan dan Dukungan Oleh : Imam Cholissodin S.Si., M.Kom Content 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pengambilan Keputusan Proses

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA. Kerangka Berpikir

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA. Kerangka Berpikir KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA Kerangka Berpikir Pentingnya peran Puskesmas dalam peningkatan kesehatan penduduk di wilayahnya saat ini menghadapi berbagai tantangan baik berupa kendala internal yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata, 2004:163). Kurs

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Industri Pertumbuhan industri bisa dilihat dari sumbangan sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Semakin besar sumbangan terhadap PDB maka

Lebih terperinci

BAB IV KONSEPTUALISASI DAN METODE SYSTEM DYNAMICS

BAB IV KONSEPTUALISASI DAN METODE SYSTEM DYNAMICS BAB IV KONSEPTUALISASI DAN METODE SYSTEM DYNAMICS IV.1 Pendekatan System Dynamics Saswinadi Sasmojo menyatakan bahwa yang dimaksud dengan suatu sistem adalah fenomena yang telah terdefinisi strukturnya

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SISTEM DINAMIS UNTUK MENGANALISA KETERSEDIAAN PART DI PT KOMATSU REMAN INDONESIA

PENERAPAN MODEL SISTEM DINAMIS UNTUK MENGANALISA KETERSEDIAAN PART DI PT KOMATSU REMAN INDONESIA PENERAPAN MODEL SISTEM DINAMIS UNTUK MENGANALISA KETERSEDIAAN PART DI PT KOMATSU REMAN INDONESIA Iman Setyoaji, Edi Santoso Universitas Bina Nusantara, Jl. Kunir 37 RT 01/V Banyumanik Bangunharjo Semarang,

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

PERAMALAN PRODUKSI KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK PERAMALAN PRODUKSI KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Agung Brastama Putra 1) Budi Nugroho 2) E-mail : 1) agungbp.si@upnjatim.ac.id, 2) budinug@gmail.com 1 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian suatu negara tercermin dari nilai pendapatan nasional negara tersebut yang dipengaruhi oleh berbagai sektor usaha di dalamnya. Salah satu sektor usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Yodium Freedom adalah salah satu dari sekian banyak distro di kota Bandung yang terletak di jalan Dewi Sartika no. 9. Yodium Freedom merupakan tempat usaha

Lebih terperinci

Dwi Fatrianto

Dwi Fatrianto PEMODELAN SISTEM DINAMIK UNTUK MELIHAT PENGARUH PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENGELOLAAN SURAT DI PERUM PERHUTANI Nama Mahasiswa : Dwi Fatrianto Suyatno NRP : 5109 202 007 Pembimbing : Erma Suryani,

Lebih terperinci

7.2. PENDEKATAN MASALAH

7.2. PENDEKATAN MASALAH kebijakan untuk mendukung ketersediaan susu tersebut. Diharapkan hasil kajian ini dapat membantu para pengambil kebijakan dalam menentukan arah perencanaan dan pelaksanaan penyediaan susu serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada kepuasan serta loyalitas konsumen. Loyalitas yang. akan loyal terhadap rumah makan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada kepuasan serta loyalitas konsumen. Loyalitas yang. akan loyal terhadap rumah makan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam persaingan yang semakin ketat ini, perusahaan-perusahaan di tuntut lebih mengembangkan produknya agar semakin menarik perhatian konsumen dalam memberikan kepuasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Pada bab ini akan di uraikan tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses analisis dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Kegiatan industri gula terdiri dari kegiatan proses produksi dan kegiatan unit-unit operasi. Kegiatan proses produksi berlangsung pada proses penggilingan,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL Pada bagian analisis kebijakan, terlebih dahulu akan dilakukan analisis pada model dasar, dan kemudian dilanjutkan dengan analisis penerapan skenario kebijakan yang telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Model Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 55 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Membangun agroindustri yang tangguh dan berdaya saing tinggi seharusnya dimulai dengan membangun sistem jaringan rantai pasokan yang tangguh dan saling menguntungkan

Lebih terperinci

S U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri

S U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN SEKTOR INDUSTRI KOMPONEN ELEKTRONIKA (KBLI 321) DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM TESIS Karya Tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengendalian persediaan (inventory) merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu. Bentuk persediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah laba yang diperoleh perusahaan makin rendah pula kinerja perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah laba yang diperoleh perusahaan makin rendah pula kinerja perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, tujuan setiap perusahaan adalah untuk mencari laba. Laba ini sering dijadikan tolak ukur dalam mengukur kinerja perusahaan. Makin tinggi laba yang didapat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan - 1. Bab I. Pendahuluan. Era globalisasi dewasa ini merupakan suatu isu yang banyak

Bab I Pendahuluan - 1. Bab I. Pendahuluan. Era globalisasi dewasa ini merupakan suatu isu yang banyak Bab I Pendahuluan - 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang penelitian Era globalisasi dewasa ini merupakan suatu isu yang banyak mendapat perhatian oleh banyak pihak, yang ditandai dengan adanya kemajuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah menghasilkan karkas dengan bobot yang tinggi (kuantitas), kualitas karkas yang bagus dan daging yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Diagram alir untuk memecahkan permasalahan di PT. Krakatau Steel yang digunakan adalah sebagai berikut : Mulai Studi Literatur

Lebih terperinci

PUBLIKASI KINERJA SERETARIAT DAERAH TAHUN 2016

PUBLIKASI KINERJA SERETARIAT DAERAH TAHUN 2016 PUBLIKASI KINERJA SERETARIAT DAERAH TAHUN 2016 PENGENDALIAN INFLASI DI KABUPATEN BOGOR Latar Belakang Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus 1.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan Teknologi dalam kehidupannya. Semakin pesatnya pertumbuhan teknologi, maka saat ini tercipta banyak

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Agustus 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Agustus 2016 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek, Subjek, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Agustus 2016 bertempat di Power Plant II, Utilities-Production, RU V Balikpapan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendistribusian gas, salah satunya adalah PT. Konektindo Koburama.

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendistribusian gas, salah satunya adalah PT. Konektindo Koburama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, terdapat banyak sekali perusahaan yang bergerak dalam bidang pendistribusian gas, salah satunya adalah PT. Konektindo Koburama. Pelanggan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dalam skala internasional, sehingga memudahkan barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dalam skala internasional, sehingga memudahkan barang-barang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi sudah diterapkan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Era globalisasi ini membuka peluang bagi berbagi negara untuk melakukan perdagangan dalam

Lebih terperinci

Optimasi Supply Chain Product Cat PT. X dengan Menggunakan Sistem Dinamik

Optimasi Supply Chain Product Cat PT. X dengan Menggunakan Sistem Dinamik Prosiding Teknik Industri ISSN: Optimasi Supply Chain Product Cat PT. X dengan Menggunakan Sistem Dinamik ) Fitri Ayu Tifani, ) Rakhmat Ceha, ) Aviasti,,) Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar banyak yang mengalami kebangkrutan dan kehancuran karena. terjadinya pergeseran komposisi produk nasional.

BAB I PENDAHULUAN. besar banyak yang mengalami kebangkrutan dan kehancuran karena. terjadinya pergeseran komposisi produk nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi perekonomian Indonesia yang tidak menentu setelah Indonesia mengalami krisis ekonomi mengakibatkan perusahaan-perusahaan besar banyak yang mengalami

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

Lebih terperinci

FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL

FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL Oleh: Ir. R. Budi Setiawan, M.M., CISCP Senior Consultant at Supply Chain Indonesia Persediaan secara umum dapat didefinisikan sebagai barang yang disimpan

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik

Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 25796429 Surakarta, 89 Mei 2017 Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik Wiwik Budiawan *1), Ary Arvianto

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

KUISIONER TAHAP KETIGA. Mohon memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan

KUISIONER TAHAP KETIGA. Mohon memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan KUISIONER TAHAP KETIGA A. Petunjuk pengisian I (untuk soal no. 1 sampai no. 2) Mohon memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda rumput ( ) pada tempat yang telah

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis

BAB III. Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis BAB III METODE PENELITIAN III.1 Pemilihan Objek Penelitian Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis dan objektif untuk menemukan solusi atas suatu masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk memenangkan

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI Pengajuan Surat Survei PT. Bangkit Sukses Mandiri (BSM) Diterima? Tidak Ya Observasi Perusahaan Wawancara dengan Direktur PT. BSM Pengamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

Konsep Pengambilan Keputusan. Tujuan Instruksonal Khusus

Konsep Pengambilan Keputusan. Tujuan Instruksonal Khusus Konsep Pengambilan Keputusan Efraim Turban 1 Tujuan Instruksonal Khusus Mahasiswa mampu membuat model pengambilan keputusan 2 Sub Materi PengamKeputusan Sistem-2 Model-2 Proses Pemodelan Fase Kecerdasan

Lebih terperinci

Riset Operasi Bobot: 3 SKS

Riset Operasi Bobot: 3 SKS Riset Operasi Bobot: 3 SKS Tujuan Perkuliahan Setelah mahasiswa mengikuti kuliah ini selama satu semester, mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan metode-metode kuantitatif dalam pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Dalam usaha mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, disusun suatu metodologi penelitian. Adapun langkah- langkah yang disusun adalah

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Penelitian pendahuluan Identifikasi dan perumusan masalah Tujuan dan manfaat penelitian Tinjauan pustaka Pengumpulan

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENIMBUNAN PANGAN Oleh: Zaqiu Rahman *

PROBLEMATIKA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENIMBUNAN PANGAN Oleh: Zaqiu Rahman * PROBLEMATIKA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENIMBUNAN PANGAN Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 15 September 2015; disetujui: 5 Oktober 2015 Kasus Penimbunan Pangan Saat ini Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Langkah-Langkah Penelitian Untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan kemudian disusun metodologi penelitian yang terdiri dari langkah-langkah

Lebih terperinci

Systems Thinking & Modelling Oleh: Wilopo

Systems Thinking & Modelling Oleh: Wilopo Systems Thinking & Modelling Oleh: Wilopo PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA Fenomena Suatu fenomena menyangkut 2 hal (aspek): (1) Struktur (Structure) (2) Perilaku (Behavior) (Unsur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Putra Bontot adalah salah satu usaha penjualan daging sapi yang terletak di desa Ciledug Kulon Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon. PT. Putra Bontot menjual daging

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN VARIASI HARGA DAGIN. DAN TELUR PADA BERBAGAI KOTA BESAR DI INDONESIA

PERKEMBANGAN DAN VARIASI HARGA DAGIN. DAN TELUR PADA BERBAGAI KOTA BESAR DI INDONESIA PERKEMBANGAN DAN VARIASI HARGA DAGIN. DAN TELUR PADA BERBAGAI KOTA BESAR DI INDONESIA Oleh : Rosmiati Sajuti *) Abstrak Penerapan secara luas teknologi maju dalam bidang peternakan telah menimbulkan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tengah arus persaingan baik dengan kompetitor dalam dan luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. di tengah arus persaingan baik dengan kompetitor dalam dan luar negeri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi dewasa ini memungkinkan berbagai negara untuk melakukan perdagangan internasional secara bebas. Hal tersebut membuat persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan komponen otomotif baik untuk kendaraan baru (original equipment manufacture) dan spare parts (after market) cukup besar. Menurut data statistik jumlah populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang berperan menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, dan telur yang mengandung zat gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan dalam kancah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia usaha saat ini telah semakin ketat dan menuntut perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat ini belum juga berakhir. Keadaan tersebut diperparah dengan adanya permasalahan permasalahan

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Sistem Evaluasi Kinerja EVALUASI KINERJA

Analisis Kinerja Sistem Evaluasi Kinerja EVALUASI KINERJA Analisis Kinerja Sistem Evaluasi Kinerja EVALUASI KINERJA 1. Defenisi Kinerja dari sistem komputasi Dapat kita definisikan dengan : Sejauh mana suatu sistem dapat membuat kita melakukan apa yang ingin

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Kekhususan Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Kekhususan Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 STMIK GI MDP Program Studi Sistem Informasi Kekhususan Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI APLIKASI E-BUSINESS PADA

Lebih terperinci

PROJECT PENGGEMUKAN & PEMOTONGAN SAPI

PROJECT PENGGEMUKAN & PEMOTONGAN SAPI PROJECT PENGGEMUKAN & PEMOTONGAN SAPI LATAR BELAKANG Harga Daging Sapi di Indonesia Termahal di Dunia Harga daging sapi di Indonesia kini mencapai 10 dolar (sekitar Rp 100 ribu), tertinggi di dunia jika

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan yang terjadi, maka perusahaan mulai mencari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan yang terjadi, maka perusahaan mulai mencari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompetisi di era globalisasi mengharuskan manusia untuk memiliki pengetahuan yang luas dan pengalaman yang cukup sebagai modal untuk menjadi manusia yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada peningkatan perdagangan internasional. Secara umum bentuk perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada peningkatan perdagangan internasional. Secara umum bentuk perdagangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang dimana Indonesia tidak akan lepas dari putaran roda kegiatan perekonomian internasional. Hal ini berindikasi pada peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan adalah ketersediaan bahan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi domestik, perdagangan dan bantuan. Ketersediaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Pemodelan merupakan suatu aktivitas pembuatan model. Secara umum model memiliki pengertian sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual.

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Nama : Umur :. 3. Alamat :. 5. Jabatan :. KUISIONER TAHAP KEDUA

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Nama : Umur :. 3. Alamat :. 5. Jabatan :. KUISIONER TAHAP KEDUA DAFTAR PERTANYAAN A. Identitas Responden 1. Nama :... 2. Umur :. 3. Alamat :. 4. Jenis Kelamin : L / P (Lingkari salah satu) 5. Jabatan :. KUISIONER TAHAP KEDUA B. Petunjuk pengisian I (untuk soal no.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem informasi merupakan aransemen dari orang, data, proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem informasi merupakan aransemen dari orang, data, proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem informasi merupakan aransemen dari orang, data, proses yang berinteraksi untuk mendukung dan memperbaiki beberapa pekerjaan sehari hari dalam suatu bisnis,

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN Agar pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik dapat ditingkatkan maka masalah-masalah di atas perlu ditanggulangi dengan baik. Revolusi putih harus dilaksanakan sejak

Lebih terperinci

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng Analisis Model dan Simulasi Hanna Lestari, M.Eng Simulasi dan Pemodelan Klasifikasi Model preskriptif deskriptif diskret kontinu probabilistik deterministik statik dinamik loop terbuka - tertutup Simulasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan memahami terlebih dahulu definisi Marketing Public Relations sebagai salah satu bentuk bauran promosi dalam

Lebih terperinci

Nurdin Rahmanto Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik UGM Jl. Grafika No.2, Yogyakarta 55281

Nurdin Rahmanto Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik UGM Jl. Grafika No.2, Yogyakarta 55281 14 Rahmanto, Hartono, Tontowi Analisis Manajemen Pemenuhan Analisis Manajemen Pemenuhan Pelanggan pada Industri Kecil Menengah Pembuatan Tas dan Bordir Menggunakan Pemodelan System Dynamics (Studi Kasus

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR PADA CV. MEGA DESIGN PALEMBANG

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR PADA CV. MEGA DESIGN PALEMBANG STMIK GI MDP Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2011/2012 SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR PADA CV. MEGA DESIGN PALEMBANG Fiani Chandra 2006240060 Ferriyanto 2006240105

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usahanya (Peraturan Menteri Kesehatan No.304 Tahun 1989) rumah makan, yang salah satunya adalah rumah makan pondok zam-zam yang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya (Peraturan Menteri Kesehatan No.304 Tahun 1989) rumah makan, yang salah satunya adalah rumah makan pondok zam-zam yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman, terutama di bidang kuliner. Setiap daerah atau provinsi di Indonesia memiliki ciri khas dan masakan yang

Lebih terperinci

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor Lilis Ernawati 5209100085 Dosen Pembimbing : Erma Suryani S.T., M.T., Ph.D. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini suatu perusahaan dituntut untuk bisa menjalankan bisnisnya dengan terus lebih baik. Apalagi permintaan konsumen yang semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan zaman yang semakin hari semakin berkembang ini membuat kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi semakin banyak. Sehingga semakin banyak pula perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi dan kemajuan teknologi sangat di butuhkan dalam semua proses bisnis.

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi dan kemajuan teknologi sangat di butuhkan dalam semua proses bisnis. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman era globalisasi dan teknologi saat ini, pengetahuan akan suatu sistem informasi dan kemajuan teknologi sangat di butuhkan dalam semua proses bisnis. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada PT. Holland yang bergerak dalam bidang produksi serta penjualan

BAB I PENDAHULUAN. Pada PT. Holland yang bergerak dalam bidang produksi serta penjualan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada PT. Holland yang bergerak dalam bidang produksi serta penjualan Martabak dan Terang Bulan. Bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi setiap harinya banyak

Lebih terperinci

PENUGASAN IMPORTASI DAN STABILISASI HARGA DAGING

PENUGASAN IMPORTASI DAN STABILISASI HARGA DAGING PENUGASAN IMPORTASI DAN STABILISASI HARGA DAGING Perum BULOG Jakarta, 24 Februari 2017 Dasar Penugasan Peraturan Presiden No. 48 tahun 2016 Pemerintah menugaskan Perum BULOG dalam menjaga ketersediaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT TELKOM merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi, termasuk jaringan internet. Sejalan dengan banyaknya

Lebih terperinci