BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Audit Secara Umum Audit secara umum dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. Audit Keuangan 2. Audit Operasional 3. Audit Ketaatan 4. Audit Investigatif Audit Keuangan Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan perusahaan atau organisasi yang akan menghasilkan opini pihak ketiga mengenai relevansi, akurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan oleh perusahaan atau akuntan publik independen yang harus mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Banyak perusahaan mempekerjakan auditor internal yang berfokus pada pengawasan pelaksaaan dan operasi perusahaan untuk memastikan kesesuaiannya dengan kebijakan organisasi.

2 Audit Operasional Audit Operasional adalah pengkajian atas setiap bagian organisasi terhadap prosedur operasi standar dan metoda yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan (3E). Menurut Arens dkk (2003), definisi audit operasional, yaitu : An operational audits is a review of any part of organization s operating procedures and methods for the purpose of evaluating efficiency and effectiveness. At the completion of an operational audit, recommendations to management for improving operations are normally expected. Definisi audit operational menurut Kell dan Boynton (2001), adalah : Operational auditing is a systematic process of evaluating an organization s evectiveness, efficiency, and economy of operations under management s control and reporting to appropriate person the result of the evaluation along with recommendation for improvement. Menurut Reider (1999), definisi audit operasional, yaitu : Combining these definition, it could be said that operational review is a review of operations performed from a management viewpoint to evaluate the economy, efficiency, and effectiveness of any and all operations, limited only by management s desires. Jadi inti dari konsep audit operasional didasarkan atas pemikiran bahwa seiring dengan semakin luas dan kompleks lingkup kegiatan perusahaan, pemilik atau

3 11 owner tidak dapat mengawasi secara langsung seluruh operasi kegiatan perusahaannya, pemilik akan membutuhkan suatu system yang dapat menilai tingkat keberhasilan suatu proses yang tentunya juga dapat mendeteksi berbagai masalah pada system produksi yang dapat merugikan perusahaan. Jika ternyata ditemukan permasalahan pada saat audit operasional dilakukan, perusahaan dapat melakukan action dengan cepat untuk melakukan counter measure yang tentunya telah disepakati antara auditor dan owner perusahaan tersebut Audit Ketaatan Audit Ketaatan adalah proses kerja yang menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, standar dan aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang Audit Investigatif Audit Investigatif adalah: 1. "Serangkaian kegiatan mengenali (recognize), mengidentifikasi (identify), dan menguji (examine) secara detail informasi dan fakta-fakta yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian untuk mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat merugikan keuangan suatu entitas (perusahaan/organisasi/negara/daerah)." 2. "a search for the truth, in the interest of justice and in accordance with specification of law" (di negara common law)

4 12 Jadi, audit itu adalah suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut : 1. Proses pengumpulan dan evaluasi bahan bukti 2. Informasi yang dapat diukur. Informasi yang dievaluasi adalah informasi yang dapat diukur. Hal-hal yang bersifat kualitatif harus dikelompokkan dalam kelompok yang terukur, sehingga dapat dinilai menurut ukuran yang jelas, seumpamanya Baik Sekali, Baik, Cukup, Kurang baik, dan Tidak Baik dengan ukuran yang jelas kriterianya. 3. Entitas ekonomi. Untuk menegaskan bahwa yang diaudit itu adalah kesatuan, baik berupa Perusahaan, Divisi, atau yang lain. 4. Dilakukan oleh seseorang(atau sejumlah orang) yang kompeten dan independen yang disebut sebagai Auditor. 5. Menentukan kesesuaian informasi dengan kriteria penyimpangan yang ditemukan. Penentuan itu harus berdasarkan ukuran yang jelas. Artinya, dengan kriteria apa hal tersebut dikatakan menyimpang. 6. Melaporkan hasilnya. Laporan berisi informasi tentang kesesuaian antara informasi yang diuji dengan kriterianya, atau ketidaksesuaian informasi yang diuji dengan kriterianya serta menunjukkan fakta atas ketidaksesuaian tersebut.

5 Pengertian Audit Operasional Proses Produksi Audit operasional proses produksi adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataanpernyataan, kegiatan dan kejadian dalam suatu proses produksi, dengan tujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan yang dilakukan pada proses produksi tersebut dengan kriteria atau standard yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kualitas memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan fungsi sebenarnya dari suatu produk. Kualitas yang tidak baik atau tidak sesuai dengan desain spesifikasi produk yang telah ditetapkan merupakan kerugian bagi perusahaan. Menindaklanjuti hal di atas, perusahaan perlu merumuskan kebijakan kualitas melalui pengendalian kualitas dengan cara melaksanakan audit operasional atas proses produksi berdasarkan tahap-tahap audit operasional. Suatu proses produksi tentunya mempunyai standard-standard yang telah ditetapkan oleh pihak-pihak yang berkompeten untuk merancang dan membuat suatu produk. Contohnya, sebuah perusahaan bahan kimia yang digunakan untuk material campuran plating memberikan panduan dan tata cara dalam membuat atau memproses campuran plating yang baik sehingga menghasilkan suatu produk yang diinginkan. Untuk itu maka setiap proses yang menggunakan bahan kimia tersebut harus mengikuti petunjuk atau spesifikasi proses produksi agar produk yang dihasilkan berkualitas.

6 Tujuan Audit Operasional Proses Produksi Audit operasional proses produksi bertujuan untuk menilai tingkat keberhasilan suatu proses produksi dan menghasilkan perbaikan dalam pengelolaan aktifitas proses produksi dengan membuat saran-saran tentang tata cara pelaksanaan yang sesuai dengan standard proses produksi. Menurut Reider (1999; 13-14), audit operasional dilakukan dengan tujuan umum sebagai berikut : 1) Menilai kinerja (Assess performance) Menilai kinerja dilakukan dengan membandingkan bagaimana pelaksanaan aktifitas suatu organisasi dengan kriteria yang ada, misalnya : tujuan yang telah ditetapkan manajemen. 2) Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan (Identify opportunities for improvement). Dengan meningkatkan efisiensi dan aktifitas diharapkan dapat menciptakan perbaikan kegiatan operasional suatu organisasi. 2.4 Tahap-Tahap Audit Operasional Dalam melakukan audit operasional diperlukan adanya suatu kerangka tugas sebagai pedoman dalam melaksanakan audit. Menurut Arens dkk (2003:745). Pemerikasaan operasional dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu : 1. Planning Dalam pemeriksaan operasional serupa dengan pemeriksaan atas laporan keuangan. Pada saat perencanaan, auditor harus menentukan ruang lingkup

7 15 penugasan, menyampaikan pada unit organisasional, menentukan staf yang tepat dalam penugasan, memperoleh informasi mengenai latar belakang unit. 1. Evidence Accumulation and Evaluation (Pengumpulan Bukti dan Evaluasi) 2. Adalah suatu tahap dimana auditor mengumpulkan berbagai jenis bukti yang diperoleh melalui cara pendokumentasian, wawancara dengan klien, dan observasi. Setelah bukti terkumpul maka auditor harus mengevaluasinya agar dapat menarik suatu kesimpulan mengenai temuantemuan yang diperolehnya dan mengajukan saran-saran rekomendasi. 3. Reporting and Follow-up (Pelaporan dan Tindak Lanjut) Merupakan suatu tahap dimana pelaporan pemeriksaan operasional biasanya ditujukan hanya pada pihak manajemen. Laporan pemeriksaan operasional perlu disusun secara khusus untuk menyajikan ruang lingkup audit, temuan, dan rekomendasi disampaikan kepada manajemen. Tujuannya adalah untuk memastikan apakah perubahan-perubahan yang direkomendasikan telah dilakukan, dan jika tidak, mengapa. Tindak lanjut biasanya dilakukan setelah rekomendasi. 2.5 Hubungan Audit Operasional Proses dan Kualitas Produk Tujuan dari audit operasional dari proses produksi ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan proses produksi yang dapat menyebabkan kecacatan produk. Kecacatan produk yang dimaksud disini adalah

8 16 apabila produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standard yang ditetapkan atau dengan kata lain, produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standard drawing. Kualitas produk sangat ditentukan oleh proses produksi produk itu sendiri. Untuk mendapatkan produk yang baik, suatu proses produksi harus mengikuti standard-standar pembuatan produk yang sudah ditetapkan. Agar semuat tujuan tersebut tercapai, maka harus dilakukan Process Quality audit atau audit mutu proses. Quality audit process atau audit mutu proses adalah sebagai suatu pemeriksaan yang sistematik dan independen untuk menentukan apakah kualitas aktifitas dan pencapaian hasil sesuai dengan rencana yang sudah dirancang, dan apakah rancangan tersebut dapat diimplementasikan secara efektif dalam pencapaian tujuan. Pengumpulan data supplier Zinc Aktifitas audit Penilaian proses : - Saran, Rekomendasi. Implementasi hasil audit dan improvement Menekan Tingkat kecacatan produk Gambar 2.1 : Flow Chart Hubungan Audit dan Tingkat Kecacatan Produk

9 Hubungan Audit Operasional Proses dan Efisiensi Proses Sebuah proses produksi yang melakukan kontrol yang baik terhadap prosesnya, tentu akan menghasilkan proses yang efisien. Artinya, tidak ada hal yang disia-siakan pada saat proses tersebut berlangsung. Sebagai contoh, pada saat dilakukan waktu pencelupan benda yang di proses plating. Waktu celup melebihi ketentuan yang telah di tentukan. Hal ini tentu akan mengakibatkan banyak kerugian yang di sebabkan oleh proses tersebut. Kerugian yang disebabkan antara lain : 1. Biaya Man-Power. Operator yang melakukan proses pencelupan tersebut harus menambah waktu kerjanya. 2. Biaya Overhead Pabrik. Pabrik dan peralatan yang ada di dalamnya, tentu mempunyai overhead cost yang terus berjalan, seperti listrik, depresiasi equipment, air, dsb. 2.7 Zinc Chromating Zinc Chromating yang sering disebut juga dengan istilah Zinc Plating adalah salah satu jenis plating yang paling banyak digunakan pada part yang terbuat dari logam (steel). Zinc Plating terdiri dari dua jenis yaitu : 1. Hexavalent Chromium 2. Trivalent Chromium

10 Proses Produksi Zn Plating Proses produksi plating pada umumnya terdiri dari urutan proses sebagai berikut : Degreasing Rinsing Acid Pickling Electro Cleaner Chromating Rinsing Activation Reclaim Zinc Rinsing Rinsing Gambar 2.2 : Alur Proses Plating Trivalent Chromium Proses Zn plating diawali dari proses degreasing, degreasing adalah proses pembersihan permukaan benda yang akan diproses plating untuk memisahkan material dari kandungan minyak atau oli yang menempel. Setelah proses degreasing benda di bersihkan pada larutan air yang dinamakan dengan proses Rinsing. Untuk aktivasi logam pada saat proses, part diproses pada larutan acid pickling (larutan asam) agar struktur permukaan dapat aktif jika diproses dengan bahan kimia lain. Proses selanjutnya adalah pembersihan part dari larutan asam dengan cairan yang dialiri arus listrik agar permukaan logam benar-benar bersih dari kotoran. Setelah proses pembersihan dan aktivasi material dilakukan, lalu dilakukan proses pelapisan pertama yaitu pelapisan Zinc. Zinc berfungsi sebagai pengikat antara Chromate dengan logam, karena logam tidak dapat berikatan secara langsung dengan Chromate. Akan tetapi sebelum proses Chromating

11 19 dilakukan, permukaan yang telah dilapisi oleh zinc terlebih dahulu dinormalkan dengan larutan reclaim dan kemudian diaktivasi kembali. Setelah Chromating, benda dibersihkan pada larutan pembersih sebanyak dua kali untuk meyakinkan bahwa benda tersebut benar-benar bersih. Cromating adalah proses inti yang harus diperhatikan, karena proses ini adalah lapisan terluar yang bersifat keras dan melindungi permukaan logam dari korosi. Jika lapisan Chromating rusak, akan menyebabkan lapisan zinc yang ada di bawahnya juga rusak, hal ini akan menyebabkan permukaan logam tidak terlindungi sehingga rentan terhadap karat atau korosi Jenis Zn Plating Pada prinsipnya, Zinc Plating (Zn Plating) terdiri dari dua jenis, yaitu : 1. Zn plating hexavalent atau disebut juga Hexavalent Chromate, Yang umumnya berwarna kuning. Gambar 2.3 : Hexavalent Chromate.

12 20 2. Zn plating Trivalent atau disebut juga Trivalent Chromate, Yang umumnya berwarna putih kekuningan. Gambar 2.4 : Trivalent Chromate. Kedua jenis plating tersebut mempunyai sifat yang hampir sama, yang membedakan hanya jenis lapisan chromate yang merupakan lapisan terluar pada plating. Kedua jenis zinc plating tersebut menpunyai kesamaan sifat selfrestoration, yaitu sifat yang dapat memperbaiki permukaan jika terjadi gores halus pada lapisan Cr (Chrom). Seperti yang ditunjukan pada bagan dibawah ini. Chromate composition and cross-sectional structure Corrosive protection mechanism Current technology (Hexavalent chromate) Cr 2 O 3 -CrO 3 -xh 2 O Zn plating Material Crack Cr 6+ chromate 0.3 micrometers Zn plating Self-restoration by Cr6+ Alternative technology (Trivalent chromate) Cr 2 O 3 -M a O b -yh 2 O (M:Si Co) Zn plating Material Crack (1) The barrier effect by a chromate film (1) The barrier effect by a chromate film (2) The self-repair effect by Cr 6+ (2) The self-repair effect by an addition element (Addition element: Co, Si, etc.) M chromate 0.3 micrometers Zn plating Self-restoration by an addition element Cr 6+ " Cr 3+ + addition element" The barrier and self-repair effects are obtained. Gambar 2.5 : Bagan Struktur Lapisan Plating Hexavalent Chromate dan Trivalent Chromate (Zn Chromate structure PT.ADM). Sumber : Materi OPAM DAIHATSU (2005)

13 Hexavalent Chromate (Cr 6+ ) Hexavalent Chromate (Cr 6+ ) adalah salah satu jenis plating yang sering digunakan pada industri otomotif roda dua dan roda empat seperti mobil DAIHATSU. Namun seiring berkembangnya bisnis yang ada di PT.ADM yang memproduksi unit dengan merk DAIHATSU, PT.ADM melakukan export ke manca negara yang mempunyai banyak karakter dan keinginan masing-masing di negara tujuan eksport. Termasuk regulasi-regulasi pemerintahan negara tujuan export yang harus dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk menjual unit produk di negara tujuan tersebut. Salah satunya yaitu SoC free, SoC (Substance of Concern) adalah empat jenis logam berat yang berbahaya bagi manusia yang terdapat pada part-part kendaraan bermotor. SoC free merupakan regulasi pemerintah Jepang untuk menjaga lingkungan hidup dari pencemaran limbah industri otomotif. Pada saat kendaraan seperti mobil dan motor telah mencapai umurnya (ELV = End of Live Vehicle) untuk di sekrap atau di daur ulang, semua material akan dipisahkan menurut jenis dan sifat material tersebut sehingga memudahkan proses daur ulang. Namun diantara sekian banyak material tersebut, ada juga material yang akhirnya menjadi sampah atau tidak bisa didaur ulang. Material yang tidak dapat didaur ulang tersebut dikhawatirkan akan mencemari tanah karena mengandung SoC yang terdiri dari empat logam berat, yaitu : 1. Pb (Lead) 2. Cd (Cadmium) 3. Hg (Mercury) 4. Cr 6+ (Hexavalent Chromium)

14 22 Keempat jenis bahan kimia tersebut terkandung dalam material. Untuk menghindari kandungan logam berat yang ada, PT.ADM melakukan kampanye anti SoC (SoC free activity) kepada supplier-suppliernya. Khusus untuk material yang mengandung bahan kimia seperti Pb, Cd, dan Hg harus diganti dengan material lain yang bebas dari kandungan tersebut. Akan tetapi untuk Cr 6+ (Hexavalent Chromium) yang harus dilakukan adalah penggantian jenis material plating dengan jenis Cr 3+ (Trivalent Chromium) pada saat proses plating berlangsung Trivalent Chromate (Cr 3+ ) Trivalent Chromate (Cr 3+ ) adalah jenis plating alternatif yang ramah terhadap lingkungan karena sifatnya tidak merusak lingkungan dan aman bagi makhluk hidup. Hanya saja yang menjadi kendala adalah proses yang dilakukan lebih sulit daripada proses Hexavalent Chromium (Cr 6+ ), karena parameter yang harus dikontrol pada proses Cr 3+ mempunyai range toleransi parameter yang lebih ketat daripada Cr 6+. Sehingga harus dilakukan pengontrolan dengan alat bantu atau equipment pendukung dalam proses pengerjaannya Sifat parameter pada larutan krom (Chromate) Parameter pada larutan Chromate Hexavalent maupun Trivalent mempunyai sifat yang sama. Yang menjadi perbedaan diantara kedua jenis plating tersebut adalah Range parameter serta besaran nilai parameter pada larutannya.

15 23 Sifat parameter pada larutan chromate dapat dilihat pada bagan sebagai berikut: Tabel 2.1 : Sifat SST Level Terhadap Perubahan Parameter Pada Larutan Chromate dan Sifat Perubahan Temperatur dan Waktu Pada Drying (pengeringan). Chromate Drying White rust generating time (h) Current level 72 Low Bath composition (concentration) Control range Concentration High White rust generating time (h) Current level 72 Low ph Control range ph High White rust generating time (h) Current level 72 Temperature Control range Low Temperature High Temperature Time Time White rust generating time (h) Current level 72 Control range Low Temperature High White rust generating time (h) Current level 72 Short Control range Time Long White rust generating time (h) Current level 72 Short Control range Time Long White rust generating time Sumber : Materi OPAM DAIHATSU (2005) Tabel 2.2 : Grafik Hubungan Zn, Fe, Dan Cu Terhadap SST Level. (h) 72 Zn cumulative dosage Current level Usable range Concentration of bath Low Zn A setup of the renewal conditions of a bath Limit High White rust generating time (h) Current level 72 Zn concentration limit Fe concentration limit Cu concentration limit Fe cumulative dosage Low Usable range (h) Sumber : Materi OPAM DAIHATSU (2005) Fe Limit Zn Fe Cu High Updating (when early [ either ]) The amount of processings White rust generating time Current level 72 Cu cumulative dosage Low Usable range Cu Limit Updating time is decided from each abovementioned impurities limit and the upward tendency under processing. High

16 Parameter Larutan Trivalent Chromium (Cr 3+ ) Proses chromating atau pelapisan trivalent chromium menggunakan berbagai jenis merk dalam proses pembuatan plating Cr 3+. Dalam penelitian kali ini penulis menggunakan Trivalent jenis Eco Tri untuk melakukan eksperimennya. Untuk membuat larutan chromate pada bak plating, komposisi antara air dan Eco Tri adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 : Komposisi air dan Kadar Eco Tri dalam Bak Chromating. Make-up of 100L Liter Kg Water* about 88,0 - Ecotri * Pada area proses pengerjaan yang memiliki kandungan kualitas air yang rendah, disarankan untuk melakukan deionisasi air untuk Make-up. Sumber : DATA SHEET EcoTri Dengan parameter larutan sebagai berikut : 1. Temperature = 60 C (55 80 C) 2. PH = 1,8 (1,8 2,0) diukur dengan PH meter. 3. Waktu celup (Immertion Time) = 60 detik (30 90 detik) 2.8 Standard Zn Plating (Cr 3+ ) Standard yang digunakan untuk proses Zn Plating khususnya Trivalent Chromium (Cr 3+ ) pada penelitian ini adalah menggunakan DAIHATSU STANDARD dengan nomor DTSH6524G. Pada standard DTSH6524G dibahas

17 25 mengenai standard pengujian dan spesifikasi plating Cr 3+ yang harus diikuti dalam membuat suatu part Klasifikasi Jenis plating trivalent chromium diklasifikasikan berdasarkan tingkat ketebalan (thickness), seperti ditunjukan pada tabel berikut ini : Tabel 2.4 : Klasifikasi Thickness Plating Trivalent Chromium berdasarkan warna plating. Code Grade As plated Clear chromating after plating Black chromating after plating Use condition U DTSH6524G - U DTSH6524G - UC DTSH6524G - UE S DTSH6524G - S DTSH6524G - SC DTSH6524G - SE Extremely severe A DTSH6524G - A DTSH6524G - AC DTSH6524G - AE Severe B DTSH6524G - B DTSH6524G - BC DTSH6524G - BE Normal Sumber : DAIHATSU STANDARD (DTSH6424-G) Ketebalan coating (Coating thickness) Dalam drawing part, biasanya disebutkan jenis klasifikasi yang akan diaplikasikan pada part. Jenis klasifikasi yang tercantum dalam drawing tersebut tentunya juga menentukan coating tickness seperti pada tabel di bawah ini :

18 26 Tabel 2.5 : Standard Thickness Plating Trivalent Chromium berdasarkan Grade. Grade Coating thickness (µm) U minimum 25 S minimum 13 A minimum 8 B minimum 5 Sumber : DAIHATSU STANDARD (DTSH6424-G) Untuk menguji Coating thickness, dipergunakan alat yang bernama Thickness tester. Thickness tester mengukur ketebalan mulai dari permukaan logam hingga permukaan terluar lapisan plating. Gambar 2.6 : Thickness tester.

19 Tingkat Ketahanan Terhadap Korosi (Corrosion Resistance) Tabel 2.6 : Klasifikasi Tingkat ketahanan Terhadap Korosi. Corrosion Resistance Type DTSH6524G - UC DTSH6524G - UE DTSH6524G - SC DTSH6524G - SE DTSH6524G - AC DTSH6524G - AE DTSH6524G - BC DTSH6524G - BE Time to formation of white corotion products (h) minimum 72 Time to formation of iron rust (brown rust) (h) minimum 312 minimum 216 minimum 168 minimum 120 Sumber : DAIHATSU STANDARD (DTSH6424-G) Tingkat ketahanan terhadap korosi diuji dengan menggunakan alat yang bernama SST (Salt Spray Test) machine. Cara kerja SST machine adalah dengan menyemprotkan uap garam setiap interval waktu yang ditentukan pada setingan mesin. Pada proses pengujian SST, tingkat ketahanan suatu lapisan plating akan terlihat hingga lapisan mengeluarkan karat putih. Setelah karat putih muncul untuk selanjutnya akan muncul pula karat coklat yang menandakan korosi yang terjadi akan merusak material besi yang dilapisi oleh plating. SST machine dapat dilihat pada gambar berikut ini :

20 28 Gambar 2.7 : SST Machine. Setiap tahapan proses munculnya karat putih dan karat coklat diatur oleh spesifikasi tipe plating. Berikut adalah salah satu contoh dalam pemakaian standard uji SST : - Dalam sebuah standard gambar tertulis : after machining process, DTSH6524-BC are applied to each childparts. Kalimat diatas menunjukan bahwa semua child-part atau part pretelan menggunakan standard DTSH6524-BC yang artinya mempunya starat : 1. Warna lapisan plating adalah Clear chromating Tabel atau secara umum tampak permukaan lapisan berwarna putih. 2. besar thickness lapisan plating minimum adalah 5µm Tabel Tingkat ketahanan terhadap korosi Tabel pada saat pengujian SST adalah : 1. Karat putih muncul pada rentan waktu minimum jam ke-72 pada saat pengujian. Artinya, jika karat putih muncul dibawah jam ke-72 maka lapisan plating tersebut dinyatakan NG (Not Good).

21 29 2. Karat coklat muncul pada rentan waktu minimum jam ke-120 pada saat pengujian. Artinya, jika karat putih muncul dibawah jam ke- 120 maka lapisan plating tersebut dinyatakan NG (Not Good). Atau dalam kata lain seperti yang dijeleskan pada tabel berikut ini: Tabel 2.7 : Standard Urutan Waktu munculnya Karat. Tipe karat 0 jam 72 jam 120 jam Tanpa Karat Karat Putih Karat coklat Waktu tidak dibatasi 2.9 Peta Kendali Peta kendali adalah peta yang menunjukkan batas-batas yang dihasilkan oleh suatu proses dengan tingkat kepercayaan tertentu. Contoh peta kendali dengan kondisi yang stabil : Tingkat mutu 1 0,8 0,6 0,4 0,2 UCL CL LCL Waktu Grafik 2.1 : Contoh Peta Kendali Yang Stabil.

22 30 Proses pembuatan: 1. Tetapkan ukuran dari subgrup (kelompok data) (n) dan juga jumlah sub grup yang akan dianalisis (N). 2. Kumpulkan data pengamatan 3. Hitung harga rata-rata setiap subgrup, dan juga harga R (range) 4. Hitung grand average : X-double bar = Xi /N R-double bar = Ri/N 5. Hitung nilai Batas Kontrol Atas (UCL) dan Batas Kontrol Bawah (LCL) dengan formula sebagai berikut : UCL x = X-double bar + A 2 (R); LCL x = X-double bar - A 2 (R); UCL R = D 4 R-bar LCL R = D 3 R-bar 6. Petakan seluruh harga Xi dan Ri pada peta, dan periksa : bila semua titik berada dalam batas, berarti proses pembuatan peta sudah selesai. 7. Bila ada yang keluar dari batas kendali, hilangkan data ini dan lanjutkan dengan mengulangi 4, 5 dan seterusnya 8. Hasil akhir dari perhitungn menunjukkan terkendalinya proses/ sistem yang dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.

23 31 Suatu proses akan menjadi tidak stabil akibat munculnya faktor X yang mengakibatkan pola suatu variasi menjadi berubah. Dalam istilah statistik, faktor X dikenal dengan istilah Special Causes. Contoh : 1. Terjadi kerusakan pada alat potong. Keausan pahat adalah faktor X yang muncul sehingga menyebabkan pola variasi bergeser ke bawah. 2. Operator yang baru masuk belum mampu atau belum mempunyai skill dalam melakukan proses machining. Maka operato baru tersebut merupakan faktor X. Dalam menganalisa suatu peta kendali (control chart) perlu diperhatikan trendtrend yang terjadi pada point-point dalam suatu peta kendali, sehingga dapat dinilai kestabilan dan sifat dari kualitas proses yang telah dilakukan. Berikut adalah pola-pola grafik yang menunjukakan ketidakstabilan proses : Bersambung...

24 32 Grafik 2.2 : Pola-Pola Grafik (SPC) Seperti yang telah dijelaskan pada proses pembuatan peta kendali di atas, bahwa terdapat nilai koefisien dalam perhitungan batas-batas peta kontrol X-bar dan R serta indeks kapabilitas proses. Nilai koefisien tersebut antara lain : Tabel 2.8 : Standard Koefisien (SPC) Ukuran contoh Koefisien Untuk Batas Kontrol X- Bar Koefisien Untuk Batas Kontrol R Koefisien Untuk Menduga Simpangan Baku, s (n) A 2 D 3 D 4 d 2 2 1, Bersambung...

25 33 Ukuran contoh Koefisien Untuk Batas Kontrol X- Bar Koefisien Untuk Batas Kontrol R Koefisien Untuk Menduga Simpangan Baku, s (n) A 2 D 3 D 4 d , , Sumber : Modul Perkuliahan Pengendalian Kualitas BINUS Untuk mengetahui kapabilitas suatu proses yang berlangsung tersebut baik atau tidak, dilakukan pengujian indeks kapabilitas proses sebagai berikut : Cp = (USL LSL) 6 (R-bar/d 2 ) Dimana : Cp = Indeks kapabilitas proses R-Bar = Rata-rata range d 2 = Koefisien untuk menduga simpangan dengan standard kapailitas yang dihasilkan : 1. Jika Cp > 1,33 maka proses tersebut baik 2. Jika 1 < Cp < 1,33 maka proses cukup 3. Jika Cp < 1 maka proses tidak baik

26 One Way / Simple ANOVA (Analysis of Variance) ANOVA diperkenalkan oleh Sir Ronald A. Fisher, yang digunakan misalnya untuk RAL (Rancangan Acak Lengkap), maupun penelitian observasional analitik dengan lebih dari dua kelompok. ANOVA (Analysis of Variance) berguna untuk mengendalikan satu atau lebih variabel independent yang disebut dengan faktor (Variabel Treatment) dan Tiap faktor mengandung 2 atau lebih level (kategori / klasifikasi). Sifat dari ANOVA adalah : Populasi berdistribusi normal. Populasi mempunyai variansi yang sama. Sampelnya random dan independent. Syarat dari ANOVA : 1. Analisis komparasi dari data kuantitatif 2. Masing-masing (kelompok) sampel bebas (independent) satu sama lain. 3. Masing-masing sampel berasal dari populasi dengan distribusi normal. 4. Populasi asal sampel mempunyai varians yang sama. 5. Jumlah (kelompok) sampel bisa lebih dari dua. - Model : Y ij = μ j + e ij - Uji homogenitas varians : Uji Ho : δ 1 2 = δ 1 2 = δ 2 2 = δ 3 2 =... = δ k 2 (disebut juga dengan Barlet Test atau Lavene Test)

27 35 Formula yang dipakai : I II.. k Total X 11 X 12.. X 1k Data X 21 X 22.. X 2k X n1 X n2.. X nk Σxi Σx 1 Σx 2.. Σx k ΣΣxi Σxi 2 Σx 1 2 Σx Σx k ΣΣxi 2 n n 1 n 2.. n k Σn = N Tabel 2.9 : ANOVA Sumber Variasi Sum of Square (SS) df Mean Square (MS) F-Ratio Between Group (BG) SS BG k - 1 SS BG / (k-1) Within Group (WG) SS TOTAL -SS BG N - k SS WG / (N-k) SS BG / SS WG Total SS TOTAL N - 1 Untuk melihat titik kritis dipergunakan Tabel F : F (numerator=k-1, denominator=n-k, df=1-α) Dengan kesimpulan sebagai berikut : F-Ratio < F2, < 3.89 H 0 (μ 1 = μ 2 =... = μ k ) ditolak, bila Harga F-ratio (F- hitung ) > F- tabel

28 Uji Kecukupan data Uji Kecukupan data ini dilakukan dengan mencari banyaknya data yang diperlukan sesuai dengan ketelitian yang diinginkan. Uji kecukupan data ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah sample data yang diambil sudah mencukupi untuk mewakili data populasi. Rumus yang digunakan : N = (k/s N (ΣXi 2 ) (ΣXi) 2 ) ΣXi Dimana : s = Tingkat ketelitian (%) K = Tingkat kepercayaan dari distribusi normal Xi = Data pengamatan N = Jumlah pengamatan/pengukuran yang telah dilaksanakan. N = Banyaknya data yang diperlukan untuk tingkat ketelitian dan kepercayaan yang diinginkan.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2007/2008 IMPLEMENTASI OPERATION PROCESS AUDIT MATTER (OPAM) PLATING TRIVALENT CHROMIUM DENGAN KONSEP PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Dari jenis-jenis masalah yang ditemukan pada part dalam tiga bulan terakhir yaitu pada bulan Juni, Juli, dan Agustus ditemukan beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Product Development Product Development adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari menangkap keinginan dari pasar dan diakhiri dengan memproduksi, dan menjual produk. Tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangannya industri otomotif di Indonesia dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangannya industri otomotif di Indonesia dan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berkembangannya industri otomotif di Indonesia dan untuk meningkatkan daya saing di pasar lokal dan internasional, semua industri otomotif di Indonesia berlomba-lomba

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Model Penyelesaian Masalah Model penyelesaian Implementasi OPAM (Operation Process Audit Matter) PLATING TRIVALENT berikut : Mulai Identifikasi Masalah Studi Pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan menjadi salah satu sektor potensial pembangunan Jawa Barat, karena telah mampu memberikan andil besar dalam kehidupan perekonomian. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, persaingan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, persaingan usaha 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, persaingan usaha semakin kompleks dan ketat. Keunggulan daya saing (competitive advantage) ditentukan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemeriksaan intern adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemeriksaan intern adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pemeriksaan Intern a. Pengertian Pemeriksaan Intern Pemeriksaan intern adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Laporan Tugas Akhir BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Citra Galvalindo SuksesMandiri berlokasi di Jl Raya Pasar Kemis Km 7.5 Kamp. Kebon Kelapa,

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1. Galvanisasi Sistem Panas Hot dip galvanizing Manual ini disusun untuk membantu dan memahami proses Hot Dip Galvanizing ( HDG) dan desain untuk komponen - komponen yang akan

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun 2015 Berdasarkan data produk cacat tahun 2015 yang tersaji pada bab sebelumnya, maka dibuat analisa data untuk lanjutan untuk mengetahui faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa memasuki era globalisasi serta perdagangan bebas, bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa memasuki era globalisasi serta perdagangan bebas, bentuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa memasuki era globalisasi serta perdagangan bebas, bentuk persaingan usaha semakin sulit dan ketat. Faktor desain, mutu barang, pengembangan produk, input

Lebih terperinci

STUDI PELAPISAN KROM PADA BAJA KARBON DENGAN VARIASI WAKTU PENCELUPAN 10, 20, 30, 40, 50 MENIT DAN TEGANGAN 9 VOLT DENGAN ARUS 5 AMPERE

STUDI PELAPISAN KROM PADA BAJA KARBON DENGAN VARIASI WAKTU PENCELUPAN 10, 20, 30, 40, 50 MENIT DAN TEGANGAN 9 VOLT DENGAN ARUS 5 AMPERE STUDI PELAPISAN KROM PADA BAJA KARBON DENGAN VARIASI WAKTU PENCELUPAN 10, 20, 30, 40, 50 MENIT DAN TEGANGAN 9 VOLT DENGAN ARUS 5 AMPERE Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan

Lebih terperinci

- Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia (Persero) - Struktur Organisasi Sekretariat Perusahaan - Struktur Organisasi Direktorat Sumber Daya Manusia

- Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia (Persero) - Struktur Organisasi Sekretariat Perusahaan - Struktur Organisasi Direktorat Sumber Daya Manusia Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 - Kuesioner Kememadaian Audit Operasional, Efektifitas Fungsi Personalia, dan Peranan Audit Operasional Dalam Menunjang Efektifitas Pengelolaan Fungsi Personalia. - Hasil

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS

ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS Ashar 1, Irman Amri 2*, Usran 3 1 Dosen Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL Mila Faila Sufa * 1, Dina Ariningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura

Lebih terperinci

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KOMPETENSI Mahasiswa dapat menyusun peta pengendali kualitas proses statistika untuk data variabel dengan menggunakan software statistika,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK Pendahuluan Kualitas / Mutu : Ukuran tingkat kesesuaian barang/ jasa dg standar/spesifikasi yang telah ditentukan/ ditetapkan. Pengendalian

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan. Oleh : TRI MURNIATI NIM.

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan. Oleh : TRI MURNIATI NIM. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN METODE ELEKTROLISIS SEBAGAI ALTERNATIF PENURUNAN TINGKAT KONSENTRASI LOGAM BERAT DI SUNGAI JENES, KECAMATAN LAWEYAN, KOTA SURAKARTA TESIS Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat, ditambah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat, ditambah dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat, ditambah dengan kondisi perekonomian saat ini yang belum pulih sepenuhnya akibat dilanda krisis berkepanjangan,

Lebih terperinci

ANANALISIS EFISIENSI SISTEM PEMBAKARAN PADA BOILER DI PLTU UNIT III PT.PJB UP GRESIK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC)

ANANALISIS EFISIENSI SISTEM PEMBAKARAN PADA BOILER DI PLTU UNIT III PT.PJB UP GRESIK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) ANANALISIS EFISIENSI SISTEM PEMBAKARAN PADA BOILER DI PLTU UNIT III PT.PJB UP GRESIK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Oleh: INTAN ALIFIYAH ILMI NRP. 2406 00 063 Pembimbing: Ir. Ya umar,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai

Lebih terperinci

GRAFIKPENGENDALI VARIABEL

GRAFIKPENGENDALI VARIABEL GRAFIKPENGENDALI VARIABEL Grafik pengendali pertamakali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat, pada tahun 1924 dengan maksud untuk mengurangi variasi.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Ukuran Kinerja Di bawah ini akan digambarkan mengenai bagaimana teknik maupun urut-urutan pemecahan masalah yang dipergunakan. Pada gambar flowchart di bawah ini

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PE ELITIA

IV. METODOLOGI PE ELITIA IV. METODOLOGI PE ELITIA 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di laboratorium kimia departemen Quality Control (QC)

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI. dalam industri pelapisan permukaan (surface finishing). Pada awalnya perusahaan

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI. dalam industri pelapisan permukaan (surface finishing). Pada awalnya perusahaan BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan berdiri sejak 1979, merupakan perusahaan dagang yang bergerak dalam industri pelapisan permukaan (surface finishing). Pada awalnya perusahaan

Lebih terperinci

Peta Kendali (Control Chart)

Peta Kendali (Control Chart) Peta Kendali (Control Chart) Pengendalian Kualitas Statistika Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII October 29, 2015 Ayundyah (UII) Peta Kendali (Control Chart) October 29, 2015 1 / 22 Control

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Audit Pengertian Audit

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Audit Pengertian Audit BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Audit 2.1.1 Pengertian Audit Pengertian auditing menurut Arens et al. (2003:11) adalah : Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about quantifiable information

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat dijelaskan sebagai berikut: Garis berwarna hijau adalah Mean (rata-rata

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process 70 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil control chart PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process Control. Sebagai langkah awal penulis mencoba menganalisa data volume produk

Lebih terperinci

PELAPISAN EMAS PADA KERAJINAN TANGAN PEWTER UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL

PELAPISAN EMAS PADA KERAJINAN TANGAN PEWTER UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL PELAPISAN EMAS PADA KERAJINAN TANGAN PEWTER UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL Firlya Rosa. S.S.T., M.T. 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung firlya@ubb.ac.id 1 Rodiawan, S.T.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha menuntut pimpinan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha menuntut pimpinan perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia usaha menuntut pimpinan perusahaan untuk mengelola perusahaan sebaik-baiknya guna mempertahankan keberadaannya dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, perekonomian dunia dihadapkan pada perdagangan bebas dan pasar terbuka. Semua produk dan jasa dari suatu negara akan bebas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara berkembang yang saat ini telah memasuki era

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara berkembang yang saat ini telah memasuki era BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara berkembang yang saat ini telah memasuki era globalisasi. Oleh karena itu industri di Indonesia saat ini berkembang pesat, terutama

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik.

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik. STUDI PELAPISAN KROM PADA BAJA KARBON DENGAN RAPAT ARUS 5 AMPERE TEGANGAN 12 VOLT DAN VARIASI WAKTU PENCELUPAN 10, 20, 30, 40 DAN 50 MENIT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai

Lebih terperinci

PETA KENDALI VARIABEL

PETA KENDALI VARIABEL PETA KENDALI VARIABEL 9 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e- Mail : debrina@ub.ac.id Blog : hcp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline Peta Kendali Variabel

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

MODUL 5 PETA KENDALI CUSUM & EWMA

MODUL 5 PETA KENDALI CUSUM & EWMA MODUL 5 PETA KENDALI CUSUM & EWMA Laboratorium OSI & K FT.UNTIRTA Praktikum Pengendalian Kualitas 2014 Page 1 MODUL 5 PETA KENDALI CUSUM & EWMA A. Tujuan Praktikum Berikut ini adalah tujuan praktikum modul

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ZINC DAN KETAHANAN KOROSI PADA PERMUKAAN LINK ENGINE HANGER SEBELUM PROSES PELAPISANNYA

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ZINC DAN KETAHANAN KOROSI PADA PERMUKAAN LINK ENGINE HANGER SEBELUM PROSES PELAPISANNYA ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ZINC DAN KETAHANAN KOROSI PADA PERMUKAAN LINK ENGINE HANGER SEBELUM PROSES PELAPISANNYA Ir. H. Sulaeman S 1. M. Ali Kharakan 2 Lecture 1,College

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di PT. X yang terdapat pada Pelabuhan Perikanan Nusantara Nizam Zachman Jakarta. Waktu penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari 3 bagian. Pada bagian pertama diberikan tinjauan pustaka dari penelitian sebelumnya. Pada bagian kedua diberikan teori penunjang untuk mencapai tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus 2004 105 Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK Hingga saat ini dalam evaluasi kualitas beton

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian kualitas merupakan taktik dan strategi perusahaan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih

Lebih terperinci

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles. JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketatnya persaingan antara perusahaan industri satu dengan yang lainnya menyebabkan semakin banyak dan beragam industri saat ini yang berusaha untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

PERAN STATISTIKA DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI Pengendalian Mutu dengan Bantuan Statistika

PERAN STATISTIKA DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI Pengendalian Mutu dengan Bantuan Statistika PERAN STATISTIKA DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI Pengendalian Mutu dengan Bantuan Statistika Muhammad Arif Tiro Program Studi Statistika FMIPA Universitas Negeri Makassar Abstrak Salah satu alat

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA MEDIA NaCl DENGAN VARIASI KONSENTRASI RANDI AGUNG PRATAMA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA Retno Indriartiningtias Laboratorium Ergonomi dan APK Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura Email : artiningtias@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI MESIN POMPA PADA RUMAH POMPA PDAM SURABAYA UNIT X DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Oleh: Resty Dwi S.

ANALISIS EFISIENSI MESIN POMPA PADA RUMAH POMPA PDAM SURABAYA UNIT X DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Oleh: Resty Dwi S. ANALISIS EFISIENSI MESIN POMPA PADA RUMAH POMPA PDAM SURABAYA UNIT X DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Oleh: Resty Dwi S. 240905022 Ir.Ya umar,mt Dosen Pembimbing: Ir.Ali Musyafa, MSc Diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam proses pembuatan komponen-komponen atau peralatan-peralatan permesinan dan industri, dibutuhkan material dengan sifat yang tinggi maupun ketahanan korosi yang

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENCELUPAN DAN TEMPERATUR PADA TAHAP HOT DIPPING TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SENG PIPA BAJA DI PT XYZ TUGAS AKHIR

PENGARUH WAKTU PENCELUPAN DAN TEMPERATUR PADA TAHAP HOT DIPPING TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SENG PIPA BAJA DI PT XYZ TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENCELUPAN DAN TEMPERATUR PADA TAHAP HOT DIPPING TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SENG PIPA BAJA DI PT XYZ TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CARA MELAKUKAN PERHITUNGAN STATISTIK TAPI

Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CARA MELAKUKAN PERHITUNGAN STATISTIK TAPI Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CAA MELAKUKAN PEHITUNGAN STATISTIK TAPI MENGAJAKAN KONSEP STATISTIK SECAA MENDALAM, APLIKASI STATISTIK, TEMASUK TEKNIK SAMPLING DISETAI VIDEO SIMULASI, STUDI KASUS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses menjadi informasi yang berguna. Sebelum dilakukan pengumpulan data langkah pertama yang

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah merupakan tahap menggambarkan jalannya proses penelitian atau pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

Analisis Tingkat ph Air Produksi Menggunakan Grafik Kendali pada PDAM Tirta Keumuning Kota Langsa

Analisis Tingkat ph Air Produksi Menggunakan Grafik Kendali pada PDAM Tirta Keumuning Kota Langsa Analisis Tingkat ph Air Produksi Menggunakan Grafik Kendali pada PDAM Tirta Keumuning Kota Langsa Yusri Nadya 1, Wiky Sabardi 2, Dewiyana 3, Suriadi 4 1,2,3,4) Jurusan Teknik Industri, Universitas Samudra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam perekonomian, perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis memegang peranan penting dalam sistem ekonomi, sehingga dalam dunia usaha dewasa ini muncul

Lebih terperinci

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212 III Control chart for variables Pengendalian Kualitas TIN-212 Common dan Assignable causes of variation Variabilitas dapat dibagi ke dalam dua kategori: 1. Common causes of variation. Variasi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi kasus (case study) untuk menganalisis pengaruh faktor titik didih thinner terhadap volume pemakaian cat pada proses painting plastik. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peranan (role) menurut Komaruddin (2005: 768):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peranan (role) menurut Komaruddin (2005: 768): BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Peranan (role) menurut Komaruddin (2005: 768): 1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan seseorang dalam manajemen 2. Pola perilaku yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Berdiri PT. Inti Pantja Press Industri merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam group Astra Motor

Lebih terperinci

Peta Kendali (Control Chart)

Peta Kendali (Control Chart) Peta Kendali (Control Chart) Pengendalian Kualitas Statistika Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII October 21, 2015 Ayundyah (UII) Peta Kendali (Control Chart) October 21, 2015 1 / 17 Control

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

Kata kunci: Daya Saing, Peningkatan Kualitas yang Berkesinambungan, Kualitas Produk, Kapabilitas Proses (Cp), Indeks Kinerja Kane (Cpk)

Kata kunci: Daya Saing, Peningkatan Kualitas yang Berkesinambungan, Kualitas Produk, Kapabilitas Proses (Cp), Indeks Kinerja Kane (Cpk) PENINGKATAN DAYA SAING PENGRAJIN INDUSTRI KECIL RUMAH TANGGA PEDESAAN DI KABUPATEN SIDOARJO MELALUI PENINGKATAN KUALITAS YANG BERKESINAMBUNGAN Erni Puspanantasari Putri Teknik, UNTAG Surabaya e-mail: Nantasari@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN

ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN J u r n a l E K B I S / V o l. X IV/ N o. / e d i s i S e p t e m b e r 15 7 ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN *( Diah Ayu Novitasari Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

Review QUIZ ( 10 menit )

Review QUIZ ( 10 menit ) Lecture 4 Control Chart for Variables - 1 1 Review QUIZ ( 10 menit ) Sebutkan pembagian penyebab variasi pada proses manufaktur? Berikan contoh? Kapan proses disebut in control dan kapan out of control?

Lebih terperinci

Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430

Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430 Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430 Putu Hadi Setyarini, Erwin Sulistyo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend Haryono no.

Lebih terperinci

Analisis Proses Bisnis TA NTRI HIDAYAT I S I NAG A, M.KO M

Analisis Proses Bisnis TA NTRI HIDAYAT I S I NAG A, M.KO M Analisis Proses Bisnis TA NTRI HIDAYAT I S I NAG A, M.KO M ANALISIS KUALITAS PRODUK/JASA TA NTRI HIDAYAT I S I NAG A, M.KO M DEFINISI KUALITAS "Kualitas" menyangkut masalah pelayanan atau produk unggulan

Lebih terperinci

PELAPISAN EMAS PADA KERAJINAN TANGAN PEWTER UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL

PELAPISAN EMAS PADA KERAJINAN TANGAN PEWTER UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL 1 PELAPISAN EMAS PADA KERAJINAN TANGAN PEWTER UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL Firlya Rosa. S. 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung firlya@ubb.ac.id 1 Rodiawan, 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

V. HASIL DA PEMBAHASA

V. HASIL DA PEMBAHASA V. HASIL DA PEMBAHASA Metode analisis kadar vitamin C pada susu bubuk yang dilakukan pada penelitian ini merupakan metode yang tercantum dalam AOAC 985.33 tentang penentuan kadar vitamin C pada susu formula

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Fishbone & FMEA Hub Front Brake Tipe KCJS G a m b a r 4 Gambar 4-1 Fishbone hub front brake tipe KCJS Dari fishbone diatas dapat diketahui bahwa harus ada perbaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di PT United Can Company Ltd. yang berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 17, Kalideres Jakarta Barat,

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES ANALISIS KEMAMPUAN PROSES ì 11 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e- Mail : debrina@ub.ac.id Blog : hcp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline ì ANALISIS

Lebih terperinci

Pada tugas akhir ini, data yang digunakan adalah data salah satu key characteristic dari suatu produk manufaktur.

Pada tugas akhir ini, data yang digunakan adalah data salah satu key characteristic dari suatu produk manufaktur. BAB IV ANALISA DATA 3 BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Pendahuluan Dalam suatu proses produksi di industri, data yang akan diolah tidak begitu saja bisa didapatkan. Ada suatu proses sehingga data tersebut bisa didapatkan,

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03 PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) PADA PT. NGK

SKRIPSI ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) PADA PT. NGK SKRIPSI ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) PADA PT. NGK Disusun Oleh : Nama : Asep Suryadi NPM : 201210215039 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS

Lebih terperinci

SOAL DETECT UTS GENAP 2014/2015. Quality Control

SOAL DETECT UTS GENAP 2014/2015. Quality Control SOAL DETECT UTS GENAP 2014/2015 Quality Control 1. a. Buat peta kendali dan R! b. Buat revisi peta kendali jika dibutuhkan! c. Diketahui spesifikasi produk adalah 171 ± 11. Jika produk di bawah LSL maka

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan data Observasi dilakukan pada lantai Produksi dan dikhususkan pada proses pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan buku,

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci