BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Asap atau polutan yang dibuang melalui cerobong asap pabrik akan menyebar atau berdispersi di udara, kemudian bergerak terbawa angin sampai mengenai pemukiman penduduk yang berada di sekitar cerobong asap. Yang harus diperhatikan adalah apakah di lokasi pemukiman tersebut konsentrasi polutan yang dirasakan oleh makhluk hidup, terutama manusia, masih berada dalam taraf yang tidak membahayakan kesehatan manusia. Pembahasan permasalahan tersebut akan diawali dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dispersi polutan di udara. Faktor-faktor tersebut adalah: kecenderungan molekul-molekul polutan untuk berdifusi, karakteristik fisik polutan, kondisi meteorologis di sekitar cerobong asap, dan kondisi topografi di sekitar cerobong asap.. Prinsip Difusi pada Dispersi Polutan Setelah keluar dari cerobong asap, molekul-molekul asap atau polutan akan mengalami proses difusi. Difusi adalah pergerakan atau perpindahan molekulmolekul dari material tertentu, dari tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat dengan konsentrasi lebih rendah. Difusi merupakan sifat alamiah molekul yang terjadi karena setiap molekul memiliki energi kinetik untuk terus bergerak dengan bebas, cepat dan acak sehingga molekul-molekul akan saling bertabrakan sampai terdistribusi merata. 6

2 .. Difusi Satu Dimensi Gambar.. Difusi satu dimensi pada pipa yang sangat kecil Gambar. memberikan ilustrasi untuk proses difusi satu dimensi. isalkan terdapat suatu pipa yang sangat kecil, tepat di tengah pipa disuntikkan material tertentu yang jumlahnya dinyatakan dengan. isalkan lokasi pada pipa dinyatakan dengan sumbu-x sedemikian hingga penyuntikan material tersebut terjadi di titik x = 0 pada waktu t = 0. Proses difusi dibatasi hanya terjadi ke kanan dan kiri atau sepanjang sumbu-x saja karena pipa tersebut sangat kecil. olekul-molekul material yang disuntikkan di titik x = 0 akan berdifusi ke kanan dan kiri atau ke sumbu-x positif dan sumbu-x negatif. Hal ini menyebabkan konsentrasi di tengah pipa akan semakin berkurang dan konsentrasi di titik yang jauh dari tengah pipa akan semakin bertambah. Dengan bertambahnya waktu, molekul-molekul akan berdifusi semakin jauh dari tengah pipa dan akan semakin terdistribusi merata di dalam pipa sehingga konsentrasi pada setiap titik di dalam pipa akan makin berkurang sampai mendekati nol. Selanjutnya akan ditentukan konsentrasi material pada suatu titik di dalam pipa pada waktu tertentu, untuk pipa yang memiliki panjang tak hingga. Pada kasus difusi satu dimensi, konsentrasi diukur dalam satuan massa per satuan panjang. Konsentrasi di suatu titik dalam pipa dapat diaproksimasi dengan mengambil interval kecil di sekitar titik tersebut, menghitung jumlah molekul di dalam interval tersebut, dan membagi jumlah molekul dengan panjang interval yang diambil. 7

3 Gambar.. Segmen S di dalam pipa dengan panjang tak hingga isalkan diambil suatu segmen S pada pipa dengan panjang Δ x yang berpusat di titik x. Definisikan: Q adalah jumlah molekul di dalam segmen S, dan adalah jumlah total molekul yang disuntikkan di tengah pipa. Jadi Q adalah bagian dari dan Q bergantung pada Δ x.untuk Δ x yang sangat kecil, akan diperoleh aproksimasi yang baik untuk konsentrasi di titik x dalam segmen S yaitu (, ) C x t Q (.) Δ x Dengan aproksimasi si atas, konsentrasi pada suatu titik di dalam pipa didefinisikan dengan limit dari (.) untuk panjang interval mendekati nol. Q C( x, t) = lim (.) Δ x 0... Pendekatan Probabilistik pada Difusi Satu Dimensi olekul-molekul material yang disuntikkan tepat di tengah pipa pada x = 0 dan t = 0 berjumlah sangat banyak. Setiap molekul memiliki energi kinetik untuk terus bergerak sangat cepat sehingga molekulmolekul akan saling bertabrakan dan membentur dinding tabung. Akibatnya setiap molekul akan bergerak secara acak. Setiap molekul di dalam pipa bergerak sepanjang sumbu-x dan lokasi molekul di dalam pipa dilabelkan dengan titik-titik diskrit x = mδ x untuk m seperti pada gambar berikut. Gambar.3. Label lokasi molekul di dalam pipa berupa titik-titik diskrit 8

4 isalkan waktu pengamatan dibagi menjadi n periode diskrit Δt. Pada setiap periode, setiap molekul bebas bergerak satu langkah ke kanan atau ke kiri sepanjang setiap molekul bergerak sangat cepat maka Δ x dengan peluang yang sama. Karena Δ t sangat kecil. Dengan begitu besarnya jumlah molekul dan tabrakan-tabrakan yang dialami setiap molekul, maka Δ x juga sangat kecil. Setelah periode ke-n setiap molekul telah bergerak sebanyak n langkah dan akan berada di interval [ n x, n x] Δ Δ. isalkan: P(m,n) adalah peluang suatu molekul berada di m setelah bergerak sebanyak n langkah, r adalah banyaknya langkah ke kanan, dan l adalah banyaknya langkah ke kiri. Jika molekul berada di titik x = mδ x maka m dan n dapat dinyatakan dengan r dan l yaitu m = r l n = r + l (.3.a) (.3.b) isalkan suatu pertikel bergerak ke kanan sebanyak lima langkah dan ke kiri sebanyak tiga langkah. olekul tersebut akan berada di titik x = Δ x atau m = dan telah bergerak sebanyak n = 8 langkah. (.3) ekivalen dengan r = +m ( n ) l = n m ( ) (.4.a) (.4.b) Jika suatu molekul bergerak sebanyak n langkah maka molekul tersebut memiliki n lintasan yang mungkin untuk berada di interval [ n x, n x] Δ Δ. Hal ini dikarenakan untuk setiap satu langkah, setiap molekul memiliki dua kemungkinan untuk bergerak ke kanan atau ke kiri. Banyaknya lintasan yang mungkin bagi setiap molekul untuk bergerak ke kanan sebanyak r langkah dari total n langkah yang dialami molekul adalah kombinasi n dan r. 9

5 n n! = (.5) r r! ( n r)! Hal ini analog dengan banyaknya cara untuk memperoleh r kepala dari n kali pelemparan sebuah koin dengan jumlah keluaran yang mungkin dari pelemparan tersebut adalah n. Sesuai definisi peluang, P(m,n) dapat dinyatakan dengan (, ) P m n = banyaknya lintasan n-langkah ke titik ( m) total banyaknya lintasan n-langkah (.6) Setiap molekul memiliki peluang yang sama untuk bergerak ke kanan dan kiri, maka dapat dipilih bahwa P(m,n) adalah peluang suatu molekul berada di posisi x = mδ x dengan bergerak ke kanan sebanyak r langkah dari total n langkah yang dialami molekul. (, ) P m n n = r r n r (.7) Dari (.7) terlihat bahwa P(m,n) adalah fungsi kepadatan peluang (fkp) dari disribusi binomial dan r mengikuti distribusi binomial. Peluang sukses p adalah peluang suatu molekul bergerak satu langkah ke kanan dan peluang gagal q adalah peluang suatu molekul bergerak satu langkah ke kiri, sehingga p= q=. isalkan molekul telah bergerak sebanyak n = 40 langkah, kurva untuk P(m,40) adalah Gambar.4. Grafik untuk P(m,40) 0

6 Selanjutnya rataan (mean) dan variansi dari r adalah n r = np = var ( ) ( ) r = r r = npq= Dari (.4.a) diperoleh rataan dan variansi dari m adalah n 4 (.8.a) (.8.b) n m= r n= r n= n=0 (.9.a) n ( m) ( r n) r ( r r) n var = = 4 = 4 = 4 = n (.9.b) 4 P(m,n) pada (.5) dapat didekati secara sederhana. Pendekatan ini diperlukan karena faktor n r pada (.5) akan sulit dihitung untuk n besar. Di sisi lain, nilai n akan sangat besar karena pergerakan molekul-molekul di dalam pipa sangat pendek dan cepat. Dari Gambar.3 terlihat bahwa kurva distribusi binomial pada (.5) serupa dengan kurva distribusi normal yang berbentuk lonceng. Oleh karena itu distribusi binomial ini akan didekati dengan distribusi normal. Peluang suatu pengamatan yang terdistribusi normal akan berada di interval [ ab, ] pada suatu titik x adalah integral dari fkp dari distribusi normal terhadap interval tersebut, yaitu b ( x μ ) σ e dx (.0) a πσ dengan μ dan σ adalah rataan dan standar deviasi distribusi normal. P(m,n) adalah peluang molekul akan berada di m pada interval [ m, m ] + yang panjangnya adalah dua satuan panjang yang sangat kecil, setelah bergerak sebanyak n langkah. Lokasi molekul di m pada interval [ m, m ] + secara implisit menunjukkan bahwa molekul berada di titik x m x = Δ pada ( ), ( ) m Δ x m+. Dengan mensubsitusikan (.9), P(m,n) dapat dinyatakan dengan

7 (, ) m+ m n m P m n = e dm (.) π n Untuk molekul sebanyak yang disuntikkan di titik x = 0 pada waktu t = 0, ekspektasi jumlah molekul di interval [ m, m+ ] adalah peluang molekul akan berada di interval tersebut dikalikan dengan jumlah total molekul atau m+ m n m e dm (.) π n Selanjutnya (.) akan digunakan untuk menghitung konsentrasi di m, yaitu nilai limit dari jumlah molekul di dalam interval [ m, m ] + dibagi dengan panjang interval tersebut, untuk panjang interval mendekati nol seperti pada (.). [ m m+ ] [ m m+ ] ekspektasi jumlah partikel di, C( x, t) = lim Δ x 0 panjang interval, m+ m n e dm m π n (.3) = lim Δ x 0 enurut Teorema Nilai Rata-rata untuk Integral, jika f adalah fungsi kontinu pada interval [ ab, ], maka terdapat c di [, ] b a ( ) = ( )( ) ab sehingga f x dx f c b a (.4) Karena fungsi eksponensial adalah fungsi kontinu, dari (.4) dan (.3) diperoleh m n e m m C ( x, t) = lim π n Δ x 0 ( + ( ) ) = lim e Δ x 0 π n m n

8 Karena x m = dan Δ x t n =, maka Δ t ( ) C x, t = lim Δ x 0 π ( ) e t Δt ( x ) Δ x t Δt = lim 0 4π t ( ) Δt e 4t x ( ) Δt (.5) isalkan D =, maka diperoleh konsentrasi di titik x dalam pipa Δ t pada t tertentu adalah (, ) C x t x 4Dt = e (.6) 4π Dt Perhatikan bahwa syarat agar proses fisis di atas dapat terjadi dan limit pada (.5) ada dan tak nol, maka nilai Δ x dan sembarang. Keduanya harus memenuhi hubungan berikut Δ t Δt tidak dapat Δ t Δ x = k Δ t untuk k adalah bilangan real sembarang.... Fluks (q) Gambar.5. Perbesaran dari segmen S pada Gambar. isalkan N( x ) adalah jumlah molekul pada titik x. Peluang setiap molekul bergerak ke kanan sama dengan peluang bergerak ke kiri, sehingga setengah dari molekul-molekul yang berada pada titik x akan 3

9 bergerak ke kanan dan setengah dari molekul-molekul yang berada pada titik ( x x) antara titik x dan ( x x) +Δ akan bergerak ke kiri. Jumlah bersih molekul di + Δ yang bergerak dari kiri ke kanan adalah N( x) N( x+δ x) = N( x+) N( x) (.7) Perhatikan Gambar.5. Fluks (q) adalah laju pergerakan molekul pada suatu titik pengamatan. Fluks dinyatakan dengan jumlah bersih molekul yang melewati suatu titik pengamatan per satuan waktu Δt dan per satuan luas A dari bidang yang dilewati molekul. Pada kasus difusi satu dimensi, fluks cukup dinyatakan dengan jumlah bersih molekul yang melewati suatu titik pengamatan per satuan waktu Δt. Jadi fluks pada titik x adalah qx N x x N Δt ( +Δ ) ( x) (.8) Pada kasus difusi satu dimensi, konsentrasi molekul C(x,t) di titik x dapat dinyatakan dengan jumlah molekul per satuan panjang atau C( x) = N( x)/ sehingga (.8) menjadi qx C x+ C Δt q x ( ) ( x) ( +Δ ) ( ) C x x C x (.9) Δ t Δ x Dari pembahasan sebelumnya telah diperoleh definisi dari koefisien difusi yaitu D = Δ t maka ( +Δ ) ( ) C x x C x q D (.0) Ambil limit dari (.0) untuk Δ x mendekati nol. 4

10 ( +Δ ) ( ) C x x C x q D lim 0 C q = D x (.) Persamaan pada (.) dikenal dengan Hukum Fick Pertama [6]. Fick menyatakan bahwa konsep fluks dapat digunakan untuk menegaskan prinsip dasar difusi, yaitu bahwa fluks pada suatu titik sebanding dengan gradien atau laju perubahan konsentrasi pada titik tersebut. Tanda negatif menunjukkan bahwa fluks bergerak berlawanan arah dengan gradien konsentrasi Laju Perubahan Jumlah olekul di Dalam Pipa Laju perubahan jumlah molekul dalam segmen S dapat didefinisikan dalam dua cara, yaitu: Sebagai turunan pertama dari jumlah molekul yang berdifusi di dalam segmen S terhadap waktu. Laju perubahan jumlah molekul t ( ) C x, t C x, t t ( ) ( x t) Δ x C, t Q, dari (.) diperoleh t (.) Dengan definisi fluks. Laju perubahan jumlah molekul dalam segmen S = ( fluks di ujung kiri fluks di ujung kanan ) segmen S (, ) (, ) = q x t q x+δ x t = D C x t D C x+ t x x (, ) (, ) (, ) ( ) = D Cx x+ t DCx x, t (.3) Dari (.) dan (.3) diperoleh 5

11 Ambil nilai limitnya untuk ( +Δ, ) ( Δ, ) Cx x x t Cx x x t Ct ( x, t) D Δ x mendekati nol. ( +Δ, ) ( Δ, ) Cx x x t Cx x x t Ct ( x, t) = Dlim Δ x 0 Sesuai definisi turunan, maka Ct( x, t) = D Cx( x, t) x t (, ) (, ) C x t = DC x t (.4) xx Persamaan pada (.4) adalah persamaan diferensial parsial (PDP) untuk kasus difusi satu dimensi. Akan dicari solusi dari (.4) untuk difusi yang terjadi pada pipa dengan panjang tak hingga dan pemberian sumber difusi pada waktu dengan C( x,0) t = 0. Jadi masalah PDP yang dihadapi adalah ( ) ( ) C x, t = DC x, t < x<, t > 0 (.5.a) t xx (,0) ϕ ( ) C x = x < x< (.5.b) adalah kondisi awal pada waktu pemberian sumber difusi. Solusi dari PDP untuk kasus difusi satu dimensi pada (.4) dicari dengan metode transformasi Fourier (dijelaskan pada Lampiran). Deskripsi kuantitatif yang memenuhi uraian di atas adalah x 4Dt Cxt (, ) = e (.6) 4π Dt Persamaan pada (.6) adalah persamaan difusi satu dimensi. Deskripsi tersebut sesuai dengan (.6) yaitu solusi difusi satu dimensi yang diperoleh melalui pendekatan probabilistik pada pembahasan sebelumnya. C(x,t) menyatakan konsentrasi material pada titik x di dalam pipa pada waktu t tertentu. Karena molekul-molekul dari material tersebut hanya berdifusi secara satu dimensi, konsentrasi material mempunyai satuan unit massa per unit panjang. menyatakan banyaknya material yang disuntikkan tepat di tengah pipa, yang memiliki satuan unit massa. Pada (.6) terdapat konstanta pembagi 4, bilangan π, t, dan D. t menyatakan 6

12 waktu yang diukur pada sembarang unit waktu, yaitu saat ingin diketahui konsentrasi material di titik tertentu setelah penyuntikan material di titik. D adalah koefisien difusi dengan dimensi L T -. Koefisien ini bergantung pada jenis material yang berdifusi dan medium difusi. D menyatakan seberapa cepat molekul berdifusi melalui suatu medium. edium bagi molekul untuk berdifusi disebut substrat. isalkan material yang berdifusi adalah pewangi ruangan dan substratnya adalah udara, maka D dapat diperoleh melalui percobaan. Jika substratnya diganti dengan air maka D akan juga berubah. Pada umumnya, koefisien difusi sudah diketahui dan dapat langsung digunakan pada persamaan difusi... Difusi Dua Dimensi Gambar.6. Difusi dua dimensi pada kotak yang sangat pipih Gambar.5 memberikan ilustrasi untuk proses difusi dua dimensi. isalkan terdapat suatu kotak yang sangat pipih. Seperti pada kasus difusi satu dimensi, tepat di tengah kotak disuntikkan material tertentu yang jumlahnya dinyatakan dengan. isalkan lokasi di dalam kotak dinyatakan dengan koordinat Cartesius sedemikian hingga penyuntikan material terjadi di titik (, ) ( 0,0) x y = pada waktu t = 0. Pada kasus ini, masing-masing panjang kotak pada sumbu-x dan sumbu-y adalah tak hingga. Proses difusi hanya terjadi ke kanan dan kiri atau sepanjang sumbu-x, serta ke depan dan belakang atau sepanjang sumbu-y karena kotak tersebut sangat pipih. Prinsip dasar pada difusi dua dimensi tidak jauh berbeda dengan difusi satu dimensi. olekul-molekul material yang disuntikkan di titik ( x, y ) = ( 0,0) akan berdifusi ke sumbu-x positif dan sumbu-x negatif, serta ke sumbu-y positif dan sumbu-y negatif. Hal ini menyebabkan konsentrasi di tengah kotak akan semakin berkurang dan konsentrasi di titik yang jauh dari tengah kotak sepanjang sumbu-x dan sumbu-y akan semakin 7

13 bertambah. Dengan bertambahnya waktu, molekul-molekul akan berdifusi semakin jauh dari tengah kotak dan akan semakin terdistribusi merata di dalam kotak sehingga konsentrasi pada setiap titik sepanjang sumbu-x dan sumbu-y di dalam kotak akan makin berkurang sampai mendekati nol.... Pendekatan Probabilistik pada Difusi Dua Dimensi olekul-molekul di dalam kotak bergerak sepanjang sumbu-x dan sumbu-y sehingga lokasi molekul di dalam kotak dilabelkan dengan titik-titik diskrit x = m Δ x dan y = m Δ y untuk m, m. olekulmolekul yang disuntikkan di titik sepanjang sumbu-x dan sumbu-y secara saling bebas. berada di isalkan (, ) i ( x, y ) = ( 0,0) tersebut akan berdifusi P m n untuk i =, adalah peluang molekul akan m pada interval [ m, m + ] yang panjangnya adalah dua i i satuan panjang yang sangat kecil, setelah bergerak sebanyak n langkah. Analog dengan (.), peluang suatu molekul berada di ( m, m ) setelah bergerak sebanyak n langkah, atau i (, ; ) P m m dari fkp gabungan antara fkp dari P ( m, n ) dan P ( m, ) (, ; ) Konsentrasi di titik (, ) dan (.4) adalah ( ) m+ m+ m+ m n π n m m P m m n e dmdm ( ) n adalah integral n yaitu = (.7) m m pada waktu t tertentu seperti pada (.3) C x, y, t = lim, Δy 0 m + m+ m m n n e e dm dm πn πn m m ( )( Δy) = lim, Δy 0 Δy n ( π ) ( m + m ) n e (.8) Karena x m = dan Δ x t n =, (.8) memberikan Δ t 8

14 ( ) C x y t,, = lim, Δy 0 π ΔΔ x y e t Δt y ( ) ( ) x + Δ x Δ y t Δt = lim Δ x 0 4π t ( ) ( Δy) Δt Δt e x y + ( ) ( Δy) 4t 4t Δt Δt isalkan D x = dan D Δ t ( x, y ) dalam kotak pada t tertentu adalah y Δy =, maka diperoleh konsentrasi di titik Δ t (,, ) C x y t = 4πt D D x y e x y + 4D xt 4Dyt (.9)... Laju Perubahan Jumlah olekul di Dalam Kotak Pada kasus difusi dua dimensi, laju perubahan jumlah molekul di dalam kotak diakibatkan oleh laju perubahan jumlah molekul sepanjang sumbu-x dan sumbu-y. Analog dengan (.4), laju perubahan jumlah molekul sepanjang sumbu-x adalah x xx (,, ) DC xyt (.30) laju perubahan jumlah molekul sepanjang sumbu-y adalah y yy (,, ) D C x y t (.3) Jadi laju perubahan jumlah molekul di dalam kotak terhadap waktu adalah (,, ) = (,, ) + (,, ) C x y t D C x y t D C x y t t x xx y yy (.3) Persamaan pada (.3) adalah persamaan diferensial parsial (PDP) untuk kasus difusi dua dimensi. Akan dicari solusi dari (.3) untuk difusi yang terjadi pada kotak dengan masing-masing panjang pada sumbu-x dan sumbu-y adalah tak hingga, dan pemberian sumber 9

15 difusi terjadi di titik (, ) ( 0,0) PDP yang dihadapi adalah dengan difusi. C( x, y,0) x y = pada waktu t = 0. Jadi masalah (,, ) = (,, ) + (,, ) C xyt DC xyt D C xyt t x xx y yy untuk < x <, < y<, t > 0 (.33.a) (,,0) = ϕ (, ) C x y x y untuk < x<, < y< (.33.b) adalah kondisi awal pada waktu pemberian sumber Seperti pada kasus difusi satu dimensi, solusi dari PDP untuk kasus difusi dua dimensi pada (.3) dicari dengan metode transformasi Fourier (dijelaskan pada Lampiran). Deskripsi kuantitatif yang memenuhi uraian di atas adalah (,, ) C x y t = 4πt D D x y e x y + 4D xt 4Dyt (.34) Persamaan pada (.34) adalah persamaan difusi dua dimensi. Deskripsi tersebut sesuai dengan (.9) yaitu solusi difusi dua dimensi yang diperoleh melalui pendekatan probabilistik. Koefisien difusi D x dan D y menyatakan seberapa cepat molekulmolekul berdifui di sepanjang sumbu-x dan sumbu-y. Walaupun molekul berdifusi di dalam substrat yang sama, nilai D x dan D y bisa berbeda [5]. Difusi disebabkan oleh energi kinetik yang dimiliki setiap molekul yang menyebabkan molekul bergerak secara acak sehingga terjadi saling transfer molekul antara tempat berkonsentrasi tinggi dan tempat berkonsentrasi rendah. Transfer molekul dapat juga terjadi karena substrat diberi perlakuan tertentu yang dapat mempercepat percampuran atau transfer molekul. isalkan substrat digerakkan ke sumbu-y, maka proses difusi pada sumbu-y akan lebih cepat karena ada dua proses percampuran yang terjadi yaitu akibat energi kinetik yang dimiliki setiap molekul dan akibat perlakuan khusus pada subtrat sehingga D y > D x. 0

16 Persamaan difusi satu dan dua dimensi akan digunakan sebagai dasar untuk menurunkan persamaan difusi tiga dimensi. Persamaan difusi tiga dimensi akan digunakan untuk memodelkan dispersi polutan dari cerobong asap pabrik dan menentukan konsentrasi polutan tersebut. Akan tetapi, karena difusi yang terjadi pada sumbu-x atau arah yang sejajar dengan arah angin diabaikan dan transportasi polutan pada sumbu-x terjadi karena angin, maka persamaan difusi tiga dimensi disederhanakan kembali menjadi persamaan difusi dua dimensi.. Karakteristik Fisik Polutan Pada umumnya, polutan memiliki suhu tinggi saat keluar dari cerobong asap. Seperti halnya gas, polutan yang panas akan cenderung mengembang dan bergerak naik. Hal ini ditambah dengan tingginya kecepatan polutan saat keluar dari cerobong asap sehingga momentum polutan bertambah dan polutan akan bergerak naik. Pengaruh dari suhu dan momentum yang tinggi adalah polutan mempunyai daya apung (buoyancy) untuk bergerak naik setelah keluar dari cerobong asap. Polutan akan bergerak vertikal ke atas sepanjang jarak tertentu sampai pengaruh suhu dan momentum yang tinggi tersebut menghilang karena percampuran dengan udara sekitar, kemudian bergerak horizontal terbawa angin. Jarak vertikal yang ditempuh polutan disebut dengan plume rise. Jarak tersebut mengakibatkan perpanjangan imajiner dari cerobong asap yang dapat mencapai dua sampai sepuluh kali dari tinggi fisik cerobong asap. Tinggi total antara tinggi fisik cerobong asap dan perpanjangan disebut dengan tinggi fisik cerobong asap. Keterangan: h : tinggi fisik cerobong asap H : tinggi efektif cerobong asap Gambar.7. Tinggi fisik dan tinggi efektif cerobong asap

17 Di sisi lain, angin akan mempercepat pembelokan polutan, transisi dari gerakan vertikal menjadi gerakan horizontal akan semakin cepat dan polutan akan terus bergerak horizontal hingga menipis dan menghilang pada jarak tak tentu. Secara umum polutan mengalami gerakan vertikal dan gerakan horizontal. Gerakan vertikal diakibatkan oleh tingginya suhu dan kecepatan polutan saat keluar dari cerobong asap sehingga polutan memiliki daya apung (buoyancy). Sementara gerakan horizontal disebabkan oleh angin, semakin tinggi kecepatan angin maka semakin jauh pula polutan bergerak dari sumber dispersi polutan..3 Kondisi eteorologis di Sekitar Cerobong Asap Kondisi meteorologis di sekitar pabrik yang mempengaruhi dispersi polutan adalah pola pergerakan udara. Pola pergerakan udara terdiri dari pergerakan vertikal dan horizontal. Pola pergerakan udara horizontal, yaitu angin, sangat mempengaruhi dispersi polutan. Kecepatan angin pada tiap ketinggian berbeda, semakin dekat dengan permukaan tanah kecepatannya semakin kecil karena tereduksi oleh gesekan dengan permukaan tanah. Hal ini menyebabkan adanya gradien kecepatan angin yang mendorong terjadinya percampuran atau pertukaran antara udara di level tertentu dengan udara di level atas dan bawahnya. Jadi, walaupun angin bertiup ke arah horizontal, molekul-molekul polutan akan berotasi atau bergerak ke arah vertikal. Selain itu, yang lebih penting adalah angin mengakibatkan polutan secara keseluruhan bergerak ke arah horizontal, setelah sebelumnya bergerak ke arah vertikal karena pengaruh suhu dan momentum tinggi. Pola pergerakan udara vertikal diakibatkan oleh sinar matahari. Sinar matahari yang diserap oleh tanah menyebabkan suhu di permukaan tanah tinggi sehingga udara di sekitar permukaan tanah menjadi lebih panas dan akan cenderung mengembang. Selain itu kepadatan molekul udara berkurang sehingga udara tersebut akan mengembang naik ke level yang lebih tinggi sehingga terjadi pertukaran dengan udara di level yang lebih tinggi. Fenomena ini disebut juga efek balon udara dan merupakan mekanisme lain yang menyebabkan molekulmolekul polutan akan berotasi atau bergerak naik turun. Banyaknya pertukaran udara di level tertentu dengan udara di level atas dan bawahnya sepanjang jarak horizontal tertentu menentukan kelas stabilitas atmosfer. Semakin sedikit pertukaran udara yang terjadi maka udara dikatakan

18 lebih stabil. Kelas stabilitas atmosfer juga ditentukan oleh pergolakan udara, yang antara lain diakibatkan oleh angin yang bertiup di sekitar permukaan yang kasar atau dipenuhi bangunan dan pepohonan, turbulensi termal dari udara hangat yang mengembang, dan sebagainya. Derajat pergolakan udara mempengaruhi besarnya plume rise dan proses dispersi polutan setelah keluar dari cerobong asap. (a) (b) Keterangan: (a) kestabilan atmosfer tinggi (b) kestabilan atmosfer sedang (c) kestabilan atmosfer rendah (c) Gambar.8. Tipe pergerakan polutan akibat kelas stabilitas atmosfer yang berbeda-beda Ada banyak metode untuk mengklasifikasi kelas kestabilan atmosfer. Pada tugas akhir ini, klasifikasi yang akan digunakan adalah Kelas Stabilitas Pasquill- Gifford karena telah banyak diterima dan digunakan dalam skala internasional dan relatif lebih mudah digunakan []. Kelas Stabilitas Pasquill-Gifford terdiri dari kelas A, B, C, D, E, dan F yang diindikasikan dengan kecepatan angin dan intensitas sinar matahari seperti tampak pada tabel berikut. Kecepatan angin Siang hari alam hari mil/jam meter/detik Pancaran siang matahari < 4/8 langit < 3/8 langit Kuat Sedang Lemah tertutup awan tertutup awan < 4,5 < A A B B 4,5 6,7 3 A B B C E F 6,7, 3 5 B B C C D E, 3,4 5 6 C C D D D D Tabel.. Tabel kelas stabilitas Pasquill-Gifford 3

19 Kecepatan angin diukur pada ketinggian 0 meter dari permukaan tanah. Kelas A menyatakan kondisi udara yang paling tidak stabil atau derajat pergolakan udara yang tinggi dan kelas F menyatakan kondisi udara yang paling stabil atau derajat pergolakan udara yang sedikit..4 Kondisi Topografi di Sekitar Cerobong Asap Walaupun di sekitar cerobong asap terdapat perbedaan ketinggian permukaan tanah dan arah angin mengikuti perbedaan ketinggian tersebut, diasumsikan arah angin dan polutan tidak ikut berbelok mengikuti perbedaan ketinggian karena akan sulit diprediksi. Sebagai akibatnya, reseptor polutan di tempat yang lebih tinggi pada jarak yang sama dari cerobong asap akan merasakan kosentrasi polutan yang lebih tinggi. Gambar.9.a. Aproksimasi lintasan pergerakan polutan Gambar.9.b. Pemodelan lintasan pergerakan polutan Kondisi topografi seperti lahan terbuka, hutan, pemukiman penduduk, dan sebagainya akan mempengaruhi gradien kecepatan angin. Kondisi topografi di sekitar cerobong asap akan diperumum dan dibagi menjadi dua tipe daerah, yaitu daerah urban dan daerah rural. Perbedaan kekasaran permukaan akan mempengaruhi derajat pergolakan udara dan akan mempengaruhi tingkat kestabilan atmosfer. 4

BAB III PEMODELAN DISPERSI POLUTAN

BAB III PEMODELAN DISPERSI POLUTAN BAB III PEMODELAN DISPERSI POLUTAN Salah satu faktor utama ang mempengaruhi dispersi polutan adalah kecenderungan molekul-molekul polutan untuk berdifusi. Pada Bab II telah dijelaskan bahwa proses difusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam kehidupan, polusi yang ada di sungai disebabkan oleh limbah dari pabrikpabrik dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk

Lebih terperinci

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari.

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari. 6.. Proses Kelahiran Murni Dalam bab ini, akan dibahas beberapa contoh penting dari waktu kontinu, state diskrit, proses Markov. Khususnya, dengan kumpulan dari variabel acak {;0 } di mana nilai yang mungkin

Lebih terperinci

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas Bab 2 TEORI DASAR 2.1 Model Aliran Panas Perpindahan panas adalah energi yang dipindahkan karena adanya perbedaan temperatur. Terdapat tiga cara atau metode bagiamana panas dipindahkan: Konduksi Konduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, bumi tempat tinggal manusia telah tercemar oleh polutan. Polutan adalah segala sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup dan lingkungan. Udara

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas penurunan model persamaan panas dimensi satu. Setelah itu akan ditentukan penyelesaian persamaan panas dimensi satu secara analitik dengan metode

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah Penelusuran tentang fenomena belalang merupakan bahasan yang baik untuk dipelajari karena belalang dikenal suka berkelompok dan berpindah. Dalam kelompok,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 2

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT i ii iii iv v vii ix x xi xii xiii

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik Bab 3 Pemodelan Matematika dan Metode Numerik 3.1 Model Keadaan Tunak Model keadaan tunak hanya tergantung pada jarak saja. Oleh karena itu, distribusi temperatur gas sepanjang pipa sebagai fungsi dari

Lebih terperinci

BAB II DISTRIBUSI PROBABILITAS

BAB II DISTRIBUSI PROBABILITAS BAB II DISTRIBUSI PROBABILITAS.1. VARIABEL RANDOM Definisi 1: Variabel random adalah suatu fungsi yang memetakan ruang sampel (S) ke himpunan bilangan Real (R), dan ditulis X : S R Contoh (Variabel random)

Lebih terperinci

Kumpulan pasangan nilai-nilai dari variabel acak X dengan probabilitas nilai-nilai variabel random X, yaitu P(X=x) disebut distribusi probabilitas X

Kumpulan pasangan nilai-nilai dari variabel acak X dengan probabilitas nilai-nilai variabel random X, yaitu P(X=x) disebut distribusi probabilitas X Kumpulan pasangan nilai-nilai dari variabel acak X dengan probabilitas nilai-nilai variabel random X, yaitu P(X=) disebut distribusi probabilitas X (distribusi X) Diskrit Seragam Binomial Hipergeometrik

Lebih terperinci

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting Oleh Azimmatul Ihwah Distribusi Diskrit Fungsi probabilitas dari variabel random diskrit dapat dinyatakan dalam formula matematik tertentu yang dinamakan fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau material yang bersuhu tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga tercapainya kesetimbangan

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius BAB III GERAK LURUS Pada bab ini kita akan mempelajari tentang kinematika. Kinematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan penyebab timbulnya gerak. Sedangkan ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan

Lebih terperinci

BAB III PERSAMAAN DIFUSI, PERSAMAAN KONVEKSI DIFUSI, DAN METODE PEMISAHAN VARIABEL

BAB III PERSAMAAN DIFUSI, PERSAMAAN KONVEKSI DIFUSI, DAN METODE PEMISAHAN VARIABEL BAB III PERSAMAAN DIFUSI, PERSAMAAN KONVEKSI DIFUSI, DAN METODE PEMISAHAN VARIABEL Dalam menyelesaikan persamaan pada tugas akhir ini terdapat beberapa teori dasar yang digunakan. Oleh karena itu, pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan. Persamaan diferensial parsial memegang peranan penting di dalam

TINJAUAN PUSTAKA. diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan. Persamaan diferensial parsial memegang peranan penting di dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Parsial Persamaan yang mengandung satu atau lebih turunan parsial suatu fungsi (yang diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan diferensial

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Aliran hele shaw..., Azwar Effendy, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Aliran hele shaw..., Azwar Effendy, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 KLASIFIKASI ALIRAN FLUIDA Secara umum fluida dikenal memiliki kecenderungan untuk bergerak atau mengalir. Sangat sulit untuk mengekang fluida agar tidak bergerak, tegangan geser

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSENTRASI POLUTAN HASIL DISPERSI DARI CEROBONG ASAP PABRIK DENGAN GAUSSIAN PLUME MODEL

PENENTUAN KONSENTRASI POLUTAN HASIL DISPERSI DARI CEROBONG ASAP PABRIK DENGAN GAUSSIAN PLUME MODEL PENENTUAN KONSENTRASI POLUTAN HASIL DISPERSI DARI CEROBONG ASAP PABRIK DENGAN GAUSSIAN PLUME MODEL Diajukan sebagai Syarat Mengikuti Sidang Sarjana Matematika Program Studi Matematika Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN Dari simulasi yang telah dilakukan didapat hasil sebaran konsentrasi SO 2 dari data emisi pada tanggal 31 Oktober 2003 pada PLTU milik PT. Indorama Synthetics tbk.

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kestabilan Massa Air Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan bahwa dalam kolom air massa air terbagi secara vertikal kedalam beberapa lapisan. Pelapisan

Lebih terperinci

Open Source. Not For Commercial Use

Open Source. Not For Commercial Use Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Limit dan Kekontinuan Misalkan z = f(, y) fungsi dua peubah dan (a, b) R 2. Seperti pada limit fungsi satu peubah, limit fungsi dua peubah bertujuan untuk mengamati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal eori Kinetik Gas eori Kinetik Gas adalah konsep yang mempelajari sifat-sifat gas berdasarkan kelakuan partikel/molekul penyusun gas yang bergerak acak. Setiap benda, baik cairan, padatan, maupun gas tersusun

Lebih terperinci

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan Getaran Teredam Dalam Rongga Tertutup pada Sembarang Bentuk Dari hasil beberapa uji peredaman getaran pada pipa tertutup membuktikan bahwa getaran teredam di dalam rongga tertutup dapat dianalisa tidak

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan pernyataan BENAR atau SALAH. Jika jawaban anda BENAR, pilihlah alasannya yang cocok dengan jawaban anda. Begitu pula jika

Lebih terperinci

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu Konduksi Tunak-Tak Tunak, Persamaan Fourier, Konduktivitas Termal, Sistem Konduksi-Konveksi dan Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh Marina, 006773263, Kelompok Kalor dapat berpindah dari satu tempat

Lebih terperinci

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan Pada bagian ini akan dipelajari tiga jenis persamaan diferensial parsial (PDP) linear orde dua yang biasa dijumpai pada masalah-masalah dunia nyata, yaitu persamaan

Lebih terperinci

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A PREDIKSI 7 1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A B C D E 2. Pak Pos mengendarai sepeda motor ke utara dengan jarak 8 km, kemudian

Lebih terperinci

BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 3 Peubah Acak dan Dist

BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 3 Peubah Acak dan Dist BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi Orang Biologi Tidak Anti Statistika Silabus Silabus dan Tujuan Konsep peubah acak, fungsi peluang (probability density function), fungsi distribusi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI DAN PENGOLAHAN DATA BAB III METODOLOGI DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Data Data yang akan digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini, antara lain data pemakaian batubara, data kandungan sulfur dalam batubara, arah dan kecepatan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI TEORITIS. Variabel Acak Distribusi Teoritis Binomial Normal

DISTRIBUSI TEORITIS. Variabel Acak Distribusi Teoritis Binomial Normal DISTRIBUSI TEORITIS DISTRIBUSI TEORITIS Variabel Acak Distribusi Teoritis Binomial Normal Variabel acak adalah sebuah besaran yang merupakan hasil dari percobaan acak yang secara untung-untungan, dapat

Lebih terperinci

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL 7 th International Junior Science Olympiad (IJSO) 11 th Initational World Youth Mathematics Intercity Competition (IWYMIC) MODUL FISIKA GERAK (Sumber: College Physics,

Lebih terperinci

APLIKASI TURUNAN ALJABAR. Tujuan Pembelajaran. ) kemudian menyentuh bukit kedua pada titik B(x 2

APLIKASI TURUNAN ALJABAR. Tujuan Pembelajaran. ) kemudian menyentuh bukit kedua pada titik B(x 2 Kurikulum 3/6 matematika K e l a s XI APLIKASI TURUNAN ALJABAR Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Dapat menerapkan aturan turunan aljabar untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Probabilitas (Peluang) Probabilitas adalah suatu nilai untuk mengukur tingkat kemungkinan terjadinya suatu peristiwa (event) akan terjadi di masa mendatang yang hasilnya

Lebih terperinci

STATISTIK PERTEMUAN VI

STATISTIK PERTEMUAN VI STATISTIK PERTEMUAN VI 1. TEORI PENDUKUNG 1.1 Pendahuluan 1. Variabel acak 1.3 Distribusi variabel acak diskrit 1.4 Distribusi variabel acak kontinu 1.5 Distribusi multivariat 1.1 Pendahuluan Definisi

Lebih terperinci

Kinematika Sebuah Partikel

Kinematika Sebuah Partikel Kinematika Sebuah Partikel oleh Delvi Yanti, S.TP, MP Bahan Kuliah PS TEP oleh Delvi Yanti Kinematika Garis Lurus : Gerakan Kontiniu Statika : Berhubungan dengan kesetimbangan benda dalam keadaan diam

Lebih terperinci

STATISTIKA. Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI

STATISTIKA. Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI STATISTIKA Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI 1 Daftar Isi Bab 1 Peluang Bab Peubah Acak Bab 3 Distribusi Peluang Diskret Bab 4 Distribusi Peluang Kontinu Bab 5 Fungsi Peubah Acak Bab 6 Teori Penaksiran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Probabilitas Probabilitas adalah suatu nilai untuk mengukur tingkat kemungkinan terjadinya suatu peristiwa (event) akan terjadi di masa mendatang yang hasilnya tidak pasti (uncertain

Lebih terperinci

MA2082 BIOSTATISTIKA Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi

MA2082 BIOSTATISTIKA Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi MA2082 BIOSTATISTIKA Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi Orang Biologi Tidak Anti Statistika Silabus Silabus dan Tujuan Konsep peubah acak, fungsi peluang (probability density function), fungsi distribusi

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak BAB II DASAR TEORI Ada beberapa teori yang berkaitan dengan konsep-konsep umum mengenai aliran fluida. Beberapa akan dibahas pada bab ini. Diantaranya adalah hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum.

Lebih terperinci

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika 14.1 APLIKASI INTEGRAL A. Usaha Dan Energi Hampir semua ilmu mekanika ditemukan oleh Issac newton kecuali konsep energi. Energi dapat muncul dalam berbagai

Lebih terperinci

Bab 2 DISTRIBUSI PELUANG

Bab 2 DISTRIBUSI PELUANG Bab 2 DISTRIBUSI PELUANG PENDAHULUAN Setiap peristiwa akan mempunyai peluangnya masingmasing, dan peluang terjadinya peristiwa itu akan mempunyai penyebaran yang mengikuti suatu pola tertentu yang di sebut

Lebih terperinci

6.6 Rantai Markov Kontinu pada State Berhingga

6.6 Rantai Markov Kontinu pada State Berhingga 6.6 Rantai Markov Kontinu pada State Berhingga Markov chain kontinu 0 adalah proses markov pada state 0, 1, 2,.... Diasumsikan bahwa probabilitas transisi adalah stasioner, pada persamaan, (6.53) Pada

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO i FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO Departemen Fisika Universitas Airlangga, Surabaya E-mail address, P. Carlson: i an cakep@yahoo.co.id URL: http://www.rosyidadrianto.wordpress.com Puji

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

ENERGI POTENSIAL. dapat dimunculkan dan diubah sepenuhnya menjadi tenaga kinetik. Tenaga

ENERGI POTENSIAL. dapat dimunculkan dan diubah sepenuhnya menjadi tenaga kinetik. Tenaga ENERGI POTENSIAL 1. Pendahuluan Energi potensial merupakan suatu bentuk energi yang tersimpan, yang dapat dimunculkan dan diubah sepenuhnya menjadi tenaga kinetik. Tenaga potensial tidak dapat dikaitkan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-31) Topik hari ini Getaran dan Gelombang Getaran 1. Getaran dan Besaran-besarannya. Gerak harmonik sederhana 3. Tipe-tipe getaran (1) Getaran dan besaran-besarannya besarannya Getaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformasi Laplace Salah satu cara untuk menganalisis gejala peralihan (transien) adalah menggunakan transformasi Laplace, yaitu pengubahan suatu fungsi waktu f(t) menjadi

Lebih terperinci

Horizontal. Kedalaman. Laut. Lintang. Permukaan. Suhu. Temperatur. Vertikal

Horizontal. Kedalaman. Laut. Lintang. Permukaan. Suhu. Temperatur. Vertikal Temperatur Air Laut Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan temperatur potensial. Temperatur

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan

Lebih terperinci

Statistika Farmasi

Statistika Farmasi Bab 3: Distribusi Data Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Distribusi Data Teori dalam statistika berkaitan dengan peluang Konsep dasar peluang tersebut berkaitan dengan peluang distribusi, yaitu

Lebih terperinci

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT  JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP FENOMENA PERPINDAHAN LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com luqmanbuchori@undip.ac.id JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum Perpindahan

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

Pilihan ganda soal dan impuls dan momentum 15 butir. 5 uraian soal dan impuls dan momentum

Pilihan ganda soal dan impuls dan momentum 15 butir. 5 uraian soal dan impuls dan momentum Pilihan ganda soal dan impuls dan momentum 15 butir. 5 uraian soal dan impuls dan momentum A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Sebuah mobil bermassa 2.000 kg sedang bergerak dengan kecepatan

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya. 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teoriteori yang mendukung karya tulis ini. Teoriteori tersebut meliputi persamaan diferensial penurunan persamaan KdV yang disarikan dari (Ihsanudin, 2008;

Lebih terperinci

MODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM

MODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM MODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan definisi impuls dan momentum dan memformulasikan impuls dan momentum 2. Memformulasikan hukum kekekalan momentum 3. Menerapkan konsep kekekalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

BAB 6 Steady explosive eruptions

BAB 6 Steady explosive eruptions BAB 6 Steady explosive eruptions INTRODUCTION Pada bagian (bab) sebelumnya telah dibahas bagaimana magma mengembang (terbentuk) di permukaan, volatile dissolves ketika mulai meluruh dan membentuk gelembung

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor Xpedia Fisika Soal Zat dan Kalor Doc. Name: XPPHY0399 Version: 2013-04 halaman 1 01. Jika 400 g air pada suhu 40 C dicampur dengan 100 g air pada 30 C, suhu akhir adalah... (A) 13 C (B) 26 C (C) 36 C (D)

Lebih terperinci

Dengan demikian, untuk sembarang B = [a, b], maka persamaan (5.1) menjadi

Dengan demikian, untuk sembarang B = [a, b], maka persamaan (5.1) menjadi Bab 5 Peubah Acak Kontinu 5.1 Pendahuluan Definisi 5.1. Peubah acak adalah suatu fungsi dari ruang contoh S ke R (himpunan bilangan nyata) Peubah acak X bersifat diskret jika F (x) adalah fungsi tangga.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 4. BEBERAPA DISTRIBUSI PELUANG DISKRET

BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 4. BEBERAPA DISTRIBUSI PELUANG DISKRET Pertemuan 7. BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 4. BEBERAPA DISTRIBUSI PELUANG DISKRET 4. Pendahuluan 4.2 Distribusi seragam diskret 4.3 Distribusi binomial dan multinomial

Lebih terperinci

PENS. Probability and Random Process. Topik 5. Beberapa jenis Distribusi Variabel Acak. Prima Kristalina April 2015

PENS. Probability and Random Process. Topik 5. Beberapa jenis Distribusi Variabel Acak. Prima Kristalina April 2015 Program Pasca Sarjana Terapan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Probability and Random Process Topik 5. Beberapa jenis Distribusi Variabel Acak Prima Kristalina April 215 1 Outline 1. Beberapa macam

Lebih terperinci

Peubah Acak dan Distribusi

Peubah Acak dan Distribusi BAB 1 Peubah Acak dan Distribusi 1.1 ILUSTRASI (Ilustrasi 1) B dan G secara bersamaan menembak sasaran tertentu. Peluang tembakan B mengenai sasaran adalah 0.7 sedangkan peluang tembakan G (bebas dari

Lebih terperinci

BAB III SURVIVAL ANALYSIS UNTUK MENGUJI RELIABILITAS PRODUK DAN PENENTUAN GARANSI PRODUK 3.1 Garansi

BAB III SURVIVAL ANALYSIS UNTUK MENGUJI RELIABILITAS PRODUK DAN PENENTUAN GARANSI PRODUK 3.1 Garansi BAB III SURVIVAL ANALYSIS UNTUK MENGUJI RELIABILITAS PRODUK DAN PENENTUAN GARANSI PRODUK 3.1 Garansi Garansi dapat diartikan sebagai jaminan yang diberikan secara tertulis oleh pabrik atau supplier kepada

Lebih terperinci

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1 VEKTOR 3/8/007 Fisika I 1 BAB I : VEKTOR Besaran vektor adalah besaran yang terdiri dari dua variabel, yaitu besar dan arah. Sebagai contoh dari besaran vektor adalah perpindahan. Sebuah besaran vektor

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tujuan Pembelajaran Umum: 1 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar persamaan diferensial 2 Mahasiswa mampu menggunakan konsep dasar persamaan diferensial untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI Atom terdiri dari inti atom yang dikelilingi oleh elektron-elektron, di mana elektron valensinya bebas bergerak di antara pusat-pusat ion. Elektron valensi geraknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Hal ini disebabkan oleh potensi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Hal ini disebabkan oleh potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan Industri yang pesat di Indonesia tidak hanya memberikan dampak positif bagi pendapatan negara dan kesejahteraan rakyat, tetapi juga memberikan dampak negatif

Lebih terperinci

KERJA DAN ENERGI. 4.1 Pendahuluan

KERJA DAN ENERGI. 4.1 Pendahuluan IV KERJA DAN ENERGI Kompetensi yang ingin dicapai setelah mempelajari bab ini adalah kemampuan memahami, menganalisis dan mengaplikasikan konsep-konsep kerja dan energi pada kehidupan sehari-hari ataupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang simulasi dispersi polutan ini sudah pernah dilakukan sebelumnya. Salah satunya dilakukan oleh Sri Suryani, dkk (2010) yaitu membuat model

Lebih terperinci

DISTRIBUSI TEORITIS DISTRIBUSI TEORITIS

DISTRIBUSI TEORITIS DISTRIBUSI TEORITIS DISTRIBUSI TEORITIS DISTRIBUSI TEORITIS Variabel Acak Distribusi Teoritis Binomial Normal 1 Variabel acak adalah sebuah besaran yang merupakan hasil dari percobaan acak yang secara untung-untungan, dapat

Lebih terperinci

MA5283 STATISTIKA Bab 3 Inferensi Untuk Mean

MA5283 STATISTIKA Bab 3 Inferensi Untuk Mean MA5283 STATISTIKA Bab 3 Inferensi Untuk Mean Orang Cerdas Belajar Statistika Silabus Silabus dan Tujuan Peubah acak kontinu, distribusi dan Tabel normal, penaksiran titik dan selang, uji hipotesis untuk

Lebih terperinci

Pemantauan kualitas udara. Kendala 25/10/2015. Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya

Pemantauan kualitas udara. Kendala 25/10/2015. Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya Pemantauan kualitas udara Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya Keabsahan dan keterpercayaannya ditentukan oleh metode dan analisis yang

Lebih terperinci

TURUNAN, EKSTRIM, BELOK, MINIMUM DAN MAKSIMUM

TURUNAN, EKSTRIM, BELOK, MINIMUM DAN MAKSIMUM TURUNAN, EKSTRIM, BELOK, MINIMUM DAN MAKSIMUM Fungsi f dikatakan mencapai maksimum mutlak di c jika f c f x untuk setiap x I. Di sini f c dinamakan nilai maksimum mutlak. Dan c, f c dinamakan titik maksimum

Lebih terperinci

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KINETIKA KIMIA Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

TRANSPOR POLUTAN. April 14. Pollutan Transport

TRANSPOR POLUTAN. April 14. Pollutan Transport TRANSPOR POLUTAN April 14 Pollutan Transport 2 Transpor Polutan Persamaan Konveksi-Difusi Penyelesaian Analitis Rerensi Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulics, Chapter 8, pp. 517-609, J. Wiley and

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Peluang Percobaan adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran/hasil yang mungkin secara acak. Contoh: pelemparan sebuah dadu.

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA Antiremed Kelas FISIKA Persiapan UAS - Latihan Soal Doc. Name: K3ARFIS0UAS Version : 205-02 halaman 0. Jika sebuah partikel bergerak dengan persamaan posisi r= 5t 2 +, maka kecepatan rata -rata antara

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA PERGURUAN TINGGI (UMB - PT) Mata Pelajaran : Fisika Tanggal : 07 Juni 2009 Kode Soal : 220 220 Daftar konstanta alam sebagai pelengkap soal-soal fisika g = 0 m s -2 (kecuali m e = 9,

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan Semester II, 2016/2017 15 Maret 2017 Kuliah yang Lalu 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kurva di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.. Respon Impuls Akustik Ruangan. Respon impuls akustik suatu ruangan didefinisikan sebagai sinyal suara yang diterima oleh suatu titik (titik penerima, B) dalam ruangan akibat suatu

Lebih terperinci

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA Pada bab ini akan dimodelkan permasalahan penyebaran virus flu burung yang bergantung pada ruang dan waktu. Pada bab ini akan dibahas pula analisis dari model hingga

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

TEKNOLOGI AEROSOL Gerak Brown & Difusi. Prof. Heru Setyawan, Jurusan Teknik Kimia FTI - ITS

TEKNOLOGI AEROSOL Gerak Brown & Difusi. Prof. Heru Setyawan, Jurusan Teknik Kimia FTI - ITS TEKNOLOGI AEROSOL Gerak Brown & Difusi Prof. Heru Setyawan, Jurusan Teknik Kimia FTI - ITS Koefisien Difusi Gerak Brown: gerak berkelak-kelok tak beraturan partikel aerosol dalam udara diam yang disebabkan

Lebih terperinci

Bab VIII Teori Kinetik Gas

Bab VIII Teori Kinetik Gas Bab VIII Teori Kinetik Gas Sumber : Internet : www.nonemigas.com. Balon udara yang diisi dengan gas massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis udara mengakibatkan balon udara mengapung. 249 Peta Konsep

Lebih terperinci

STATISTICS. Oleh: Hanung N. Prasetyo DISTRIBUSI NORMAL WEEK 6 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

STATISTICS. Oleh: Hanung N. Prasetyo DISTRIBUSI NORMAL WEEK 6 TELKOM POLTECH/HANUNG NP STATISTICS WEEK 6 Oleh: Hanung N. Prasetyo DISTRIBUSI NORMAL Pengantar: Dalam pokok bahasan disini memuat beberapa distribusi kontinyu yang sangat penting di bidang statistika. diantaranya distribusi normal.

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci