Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)"

Transkripsi

1 Sudaryatno Sudrham ng Utar Mengenal Sfat-Sfat Materal () Sudaryatno S & Nng Utar, Mengenal Sfat-Sfat Materal ()

2 BAB 9 Sfat Lstrk Metal Berbeda dengan jens materal yang lan, metal memlk konduktvtas lstrk dan konduktvvats thermal yang tngg. Dalam upaya memaham mekansme konduktvtas lstrk Drude dan Lorentz mengembangkan teor yang secara quanttatf menerangkan tentang konduktvtas metal. Teor klask n belum memuaskan dalam memberkan estmas jumlah elektron-bebas, namun kta akan membahasnya lebh dulu. 9.. Teor Klask Tentang Metal oleh Drude-Lorentz Pada teor n elektron dalam metal danggap sebaga partkel elektron yang dapat bergerak bebas dalam potensal nternal krstal yang konstan. Dndng potensal hanya terdapat pada batas permukaan metal, yang mencegah elektron untuk mennggalkan metal. Hal n berart energ elektron dalam metal haruslah lebh rendah dar dndng potensal d permukaan metal. Perbedaan energ n merupakan fungskerja sebagamana dbahas dalam perstwa photo-lstrk d Bab-. Elektron-bebas (elektron valens) dalam metal danggap berada pada tngkat-tngkat energ yang berubah secara kontnyu (tdak dskrt). Gerakan elektron hanya terhambat oleh benturan dengan on metal sementara nteraks antar elektron tdak dpersoalkan. Elektron-bebas sepert n berperlaku sepert gas deal yang mengkut prnsp ekuparts Maxwell-Boltzmann. Molekul gas deal memlk tga derajat kebebasan. Energ knetk rata-rata per derajat kebebasan adalah ½k B T sehngga 3 energ rata-rata per elektron adalah E= k BT. Konduktvtas Lstrk. Aplkas medan lstrk pada metal menyebabkan seluruh elektron-bebas bergerak dalam metal, sejajar dan berlawanan arah dengan arah medan lstrk. Gerakan elektron sejajar medan lstrk n merupakan tambahan pada gerak thermal yang acak, yang telah dmlk elektron sebelum ada medan lstrk. Gerak thermal yang acak tersebut memlk nla rata-rata nol sehngga

3 tdak menmbulkan arus lstrk. Jka terdapat medan lstrk sebesar E x maka medan n akan memberkan percepatan pada elektron sebesar F Exe ax = = (9.) m m dengan e adalah muatan elektron, m adalah massa elektron, dan F adalah gaya yang bekerja pada elektron. Percepatan pada elektron memberkan kecepatan pada elektron sebesar v yang kta sebut kecepatan hanyut (drft velocty). Dalam perjalanannya sejajar arah medan, elektron n membentur on, dan elektron danggap kehlangan seluruh energ knetknya sesaat setelah benturan sehngga a mula lag dengan kecepatan nol sebelum mendapat percepatan lag. Dengan demkan kecepatan hanyut elektron berubah dar nol (sesaat setelah benturan) sampa maksmum sesaat sebelum benturan. Jka jarak rata-rata antara satu benturan dengan benturan berkutnya adalah L, yang dsebut jalan bebas rata-rata, dan kecepatan hanyut rata-rata adalah v r, sedangkan kecepatan thermal rata-rata adalah µ, maka waktu rata-rata antara dua benturan adalah t L = (9.) µ+ v r Kecepatan hanyut rata-rata v r n jauh lebh kecl dar kecepatan thermal. Oleh karena tu t L (9.3) µ Kecepatan hanyut berubah dar nol (sesaat setelah benturan) sampa maksmum sesaat sebelum benturan. Kecepatan hanyut rata-rata adalah vmaks vr = axt Exe Exe L = = t= m m µ (9.4) Jka kerapatan elektron per satuan volume adalah n, maka kerapatan arus lstrk yang terjad adalah Exe L ne LEx j= nevr = ne = m µ mµ Menurut hukum Ohm, kerapatan arus adalah (9.5) Sudaryatno S & Nng Utar, Mengenal Sfat-Sfat Materal ()

4 Ex j= = Exσe (9.6) ρe dengan ρ e adalah resstvtas materal dan σ e = /ρ e adalah konduktvtas lstrk. Dengan membandngkan (9.5) dan (9.6) dperoleh mµ ne L ρ e = ; σ = e (9.7) ne L mµ Persamaan (9.7) adalah formulas untuk resstvtas dan konduktvtas lstrk metal. Dalam praktek dketahu bahwa resstvtas tergantung temperatur. Pengaruh temperatur pada formula (9.7) muncul pada perubahan kecepatan thermal µ. Relas antara µ dengan temperatur, dambl dar relas energ untuk gas deal adalah mµ 3 E= = k BT (9.8) dengan k B adalah konstanta Boltzmann. Relas (9.8) memberkan / 3k µ= B T (9.9) m Dengan relas (9.9) maka resstvtas (9.7) menjad / m 3k BT / ρ e = = ( 3mk T) m B (9.0) ne L ne L Inlah relas yang menunjukkan resstvtas metal yang merupakan fungs dar temperatur. Dar relas (9.0) kta mengharapkan bahwa resstvtas merupakan fungs dar T /. Hal n berbeda dengan kenyataan, yang memperlhatkan bahwa resstvtas metal, mula dar temperatur tertentu, berbandng lurus dengan kenakan temperatur. Walaupun formulas n tdak sesua dengan kenyataan namun pada temperatur kamar perhtungan ρ e dengan menggunakan (9.0) tdak jauh berbeda dengan hasl ekspermen. Catatan: Ketdak-sesuaan relas (9.0) dengan kenyataan dapat kta faham karena banyak pendekatan yang dlakukan dalam memperoleh relas n, sepert msalnya pada penghtungan jalan bebas rata-rata dan waktu tempuh antar benturan elektron dengan on, t. 3

5 9.. Pendekatan Statstk Pada temperatur d atas 0 K, elektron-elektron mendapat tambahan energ sehngga sejumlah elektron yang semula berada d bawah namun dekat dengan energ Ferm nak ke atas dan mennggalkan beberapa tngkat energ kosong yang semula dtempatnya. Perhtungan dstrbus elektron pada temperatur d atas 0 K dlakukan dengan pendekatan statstk. Pada 0 K, semua tngkat energ sampa dengan tngkat energ Ferm ters penuh sedangkan tngkat energ d atas energ Ferm kosong. Suatu fungs f(e,t), yang berlaku untuk seluruh nla energ dan temperatur bak d bawah maupun d atas 0 K, dapat ddefnskan sedemkan rupa sehngga memberkan nla dan untuk E < E F, dan memberkan nla 0 untuk E > E F. Artnya pada T = 0 K tngkat energ d bawah E F past ters sedangkan tngkat energ d atas E F past kosong. Energ E dalam fungs tersebut terkat dengan energ elektron dalam sumur potensal dan oleh karena tu prnsp ketdak-pastan Hesenberg serta prnsp eksklus Paul harus dperhtungkan. Pembatasan-pembatasan pada sfat elektron sepert n tdak terdapat pada pendekatan klask, yang memandang partkel-partkel dapat ddentfkas, poss dan energ partkel dapat dtentukan dengan past, dan tdak ada pembatasan mengena jumlah partkel yang boleh berada pada tngkat energ tertentu. Statstk kuantum yang daplkaskan untuk metal adalah statstk Ferm-Drac. Walau demkan, berkut n kta akan melhat statstk klask lebh dulu sebaga ntroduks, baru kemudan melhat statstk kuantum; statstk klask tersebut dkenal sebaga statstk Maxwel- Boltzmann. Statstk kuantum yang lan yatu statstk Bose-Ensten belum akan kta tnjau. Hal n kta lakukan karena dalam pembahasan metal akan dgunakan statstk Ferm-Drac. Dstrbus Maxwell-Boltzmann. Dalam statstk n setap tngkat energ danggap dapat dtempat oleh partkel mana saja dan setap tngkat energ memlk probabltas yang sama untuk dtempat. Mencar probabltas penempatan partkel adalah mencar jumlah cara bagamana partkel tersebut dtempatkan. Jka adalah jumlah keseluruhan partkel yang terlbat dalam sstem n, maka cara penempatan partkel adalah sebaga berkut: untuk menempatkan partkel pertama ada cara (karena ada partkel yang terlbat); untuk menempatkan partkel yang kedua 4 Sudaryatno S & Nng Utar, Mengenal Sfat-Sfat Materal ()

6 ada ( ) cara (karena sesudah penempatan partkel pertama tnggal terdapat ( ) partkel); untuk menempatkan partkel yang ketga ada ( ) cara, dan seterusnya. Jumlah cara untuk menempatkan n dar partkel d tngkat E adalah ( )( )( 3)...( n ) atau! ( n )! Setelah n partkel menempat tngkat energ E urutan penempatan n partkel n tdak ada artnya lag; sebaga msal, urutan tga partkel abc, acb, bca, bac, cab, cba, memberkan keadaan yang sama dalam menempat tngkat E. Jad jumlah cara penempatan n partkel d tngkat E yang telah dperoleh harus! dbag dengan n! menjad. Jumlah cara n n!( n )! dperoleh dengan asums bahwa setap tngkat energ memlk probabltas yang sama untuk dtempat. Jka kta ambl asums bahwa tngkat energ E memlk probabltas ntrksk g untuk dtempat, maka jumlah cara untuk menempatkan n partkel d tngkat energ E menjad g! P = (9.) n!( n )! n Jka tngkat energ ke dua, E, dtempat oleh n partkel sedangkan probabltas ntrnsknya adalah g maka jumlah cara untuk menempatkan n partkel d tngkat E n adalah P g ( n )! = dan juga n!( n n )! n 3 n 3 3 g ( n n )! P3 = n!( n n n )! dan seterusnya sampa seluruh menempat possnya. Probabltas untuk terjadnya dstrbus yang demkan n, yatu n partkel menempat E, n partkel menempat E, n 3 partkel menempat E 3, n 4 partkel menempat E 4 dan seterusnya, adalah 3! g g g3... P= P P P3... = (9.) n! n! n!... Sekarang dambl asums bahwa partkel-partkel adalah dentk dan tdak dapat dbedakan, artnya pertukaran tempat partkel antar tngkat energ bsa saja terjad tanpa mengubah dstrbus n n 3 n 3 5

7 yang sudah ada. Dengan asums n maka (9.) harus dbag dengan! sehngga dperoleh n n n3 g g g3... P= P P P3... = (9.3) n! n! n3!... Persamaan (9.3) nlah probabltas dstrbus dalam statstk Maxwell-Boltzmann. Keadaan kesembangan, yang terkat dengan dstrbus yang palng mungkn terjad, dapat kta peroleh dengan mencar nla maksmum dar P pada (9.3). Pencaran maksmum P tdak langsung dlakukan dengan membuat dp = 0 melankan membuat dlnp = 0 karena d ln P= (/ P) dp sehngga jka dp = 0 maka juga dlnp = 0. n n n3 g g g3... ln P = ln = n ln g ln n! n! n! n3!... Jka n cukup besar, maka formula Strlng dapat dgunakan untuk mencar pendekatan nla lnn! yatu ln n! n lnn n sehngga dan ln P= = = n ln g n ln g n ln( n ( n ln n n ) ( n ln n ) / g ) + ( dn ) ln( n / g n (9.4) d (ln P) = d ) dn (9.5) Jka jumlah partkel tdak berubah sehngga d = 0, dapat danggap pula dn = 0 sehngga dar (9.5) dperoleh ( ln( n / g )) dn 0 d (ln P) = = (9.6) Jka perubahan dn sembarang, persamaan (9.6) bsa terpenuh jka ln(n / g ) = 0 yang berart n = g. Akan tetap perubahan dn tdaklah sepenuhnya sembarang; sebab jka kta pertmbangkan 6 Sudaryatno S & Nng Utar, Mengenal Sfat-Sfat Materal ()

8 energ total E yang juga dapat kta anggap konstan, maka dn tdak bsa sembarang. Jka E kta anggap konstan maka ada suatu nla rata-rata E r yang konstan yatu E E E r = atau = = n E Er Er sehngga d = Edn Er (9.7) E adalah tngkat energ yang dtempat oleh n. Dengan (9.7) n maka (9.5) menjad d (ln P) = Edn ( dn ) ln( n / g ) dn (9.8) Er Lagrange memasukkan parameter α dan β sedemkan rupa sehngga dn = αdn dan Edn E E =β r (9.9) Untuk konds d (ln P) = 0, dar (9.8) dan (9.9) ddapatkan ( ln( n / g ) +α+βe) dn = 0 (9.0) Kesembangan dstrbus tercapa bla apa yang berada dalam tanda kurung (9.0) sama dengan nol yatu sehngga Karena dengan ln( n / g ) + α+βe = 0 atau ln( n / g ) = α βe n = n maka = e Z Z = ge β E α β = ge (9.) α βe α = n = ge = e ge α E βe (9.) Z dsebut fungs parts. Dengan (9.) n kta dapat menyatakan α sehngga (9.) dapat kta tulskan e = / Z 7

9 n Z βe = ge (9.3) Inlah formulas dstrbus Maxwell-Boltzmann. Parameter β terkat dengan energ rata-rata electron β ~ /E r. Dar teor knetk gas dambl E r = k B T dengan k B adalah konstanta Boltzmann; maka dmasukkan β=/ k B T sehngga (9.3) menjad n Z E / kbt = ge (9.4) Dstrbus Ferm-Drac. Dalam tnjauan n partkel danggap dentk dan tak dapat dbedakan satu terhadap lannya; partkel-partkel n juga mengkut prnsp eksklus Paul sehngga tdak lebh dar dua partkel berada pada status yang sama. Partkel dengan sfat demkan n basa dsebut fermon (Enrco Ferm ). Untuk gerak partkel dbawah pengaruh gaya sentral (tnjauan pada aplkas persamaan Schrödnger pada struktur atom d Bab-4), energ tdak tergantung dar orentas momentum sudut d orbtal sehngga terjad degeneras sebesar l + dan n merupakan probabltas ntrnksk dar tngkat energ yang bersangkutan. Jka partkel memlk spn maka total degeneras adalah (l + ). Prnsp eksklus tdak memperkenankan lebh dar dua partkel berada pada satu status energ dengan blangan kuantum yang sama, maka jumlah probabltas ntrnksk merupakan jumlah maksmum partkel (fermon) yang boleh berada pada tngkat energ tersebut. Pengertan mengena probabltas ntrnsk yang kta kenal dalam pembahasan statsk klask Maxwell- Boltzmann berubah menjad status kuantum dalam pembahasan statstk kuantum n. Jka g adalah jumlah status dalam suatu tngkat energ E, dan n adalah jumlah partkel pada tngkat energ tersebut, maka haruslah n g. Cara penempatan partkel adalah sebaga berkut. Partkel pertama dapat menempat salah satu dantara g ; partkel kedua dapat menempat salah satu dar (g ); partkel ketga dapat menempat salah satu dar (g ) dan seterusnya. Jumlah cara untuk g! menempatkan n partkel d tngkat E, adalah. Karena ( g n )! partkel tdak dapat dbedakan satu sama lan, maka jumlah cara untuk menempatkan n partkel d tngkat E menjad 8 Sudaryatno S & Nng Utar, Mengenal Sfat-Sfat Materal ()

10 dan g! P = ; n!( g n )! g! P = (9.5) n!( g n )! g3! P3 = ; dst. sampa P. n3!( g3 n3)! Jumlah keseluruhan cara untuk menempatkan partkel adalah g = =! P P P P3... (9.6) n!( g n )! Sepert halnya pada dstrbus Maxwell-Boltzmann, kta car maksmum P melalu lnp. Dengan menggunakan pendekatan Strlng ln x!= x ln x x kta peroleh ln P = g ln g n ln n ( g n ) ln( g n ) (9.7) [ ln n ln( g n )] dn = d(ln P) = 0 Dengan mengntroduks parameter α dan β sepert pada dstrbus Maxwell-Boltzmann, dperoleh n α βe ln n ln( g n ) +α+β atau = e g n Dar sn dperoleh dstrbus Ferm Drac g n = (9.8) α+βe e + Parameter β berperan sama sepert pada dstrbus Maxwell- Boltzmann, β=/k B T. Parameter α berkatan dengan E F melalu hubungan E F = αk B T sehngga (9.8) menjad g n = (9.9) ( E EF )/ kbt e + Jka kta perhatkan persamaan (9.9), kta lhat ( E E lm e T 0 F ) / k T B = 0 untuk ( E E = untuk ( E E F F ) < 0 ) > 0 9

11 Oleh karena tu persamaan (9.9) n menunjukkan bahwa jka T = 0 maka n = g yang berart semua tngkat energ sampa E F ters penuh dan d atas E F tdak ters (n = 0). E F nlah tngkat Ferm. Jka kta gambarkan kurva n /g terhadap E kta peroleh bentuk kurva sepert pada Gb.9..a. sedangkan Gb.9..b. memperlhatkan pengsan tngkat energ pada temperatur datas 0 K. Bla dbandngkan dengan pengsan pada 0 K, terlhat bahwa pada temperatur > 0 K perubahan pengsan hanya terjad d sektar tngkat Ferm. n /g T = 0 T > 0 T >> E 0 0 E F E (a) (b) Gb.9.. n /g pada tga temperatur berbeda menurut statstk Ferm- Drac dan pengsan tngkat-tngkat energ pada T > 0 K Aplkas Dstrbus Ferm-Drac Untuk Menghtung Ems Thermal Pada Metal Pada temperature kamar, electron dalam metal tdak mennggalkan metal. Gb.9.. memperlhatkan energ potensal ddalam dan d luar metal. Sumur-sumur potensal terbentuk d sektar nt atom. D permukaan metal dndng sumur potensal jauh lebh tngg dar dndng potensal d sektar on dalam metal. Oleh karena tu elektron yang bebas dalam metal tdak mennggalkan metal. Energ E F E tngkat energ yang ters pada T > 0 K Gb.9.. Pengsan pta konduks pada metal. Pada temperatur kamar elektron menempat tngkat energ d pta konduks sampa d sektar tngkat Ferm, sepert dperlhatkan pada Gb.9..b. Untuk mengeluarkan elektron dar dalam metal dperlukan tambahan energ; d Gb.9. tambahan energ n dtunjukkan oleh eφ dan φ dsebut work functon dar metal. eφ Hampa 0 Sudaryatno S & Nng Utar, Mengenal Sfat-Sfat Materal ()

12 Pada temperatur yang tngg, tambahan energ yang dterma elektron d sektar energ Ferm cukup besar sehngga a mampu melewat dndng potensal d permukaan metal. Perstwa keluarnya elektron dar metal karena pengaruh thermal n dsebut ems thermal. Menggunakan dstrbus Ferm-Drac untuk menghtung jumlah elektron yang mampu mencapa permukaan metal untuk kemudan mennggalkan metal, dperoleh relas me e k T e kt j 4 π φ/ B / = ( k BT) e = AT e φ (9.30) 3 h dengan j adalah kerapatan arus. Persamaan (9.30) dkenal sebaga persamaan Rchardson-Dushman. Perlu kta ngat bahwa persamaan tersebut tdak sepenuhnya terpenuh karena beberapa hal: a. ems elektron d permukaan sangat senstf terhadap konds permukaan; b. ems elektron juga senstf terhadap arah normal permukaan terhadap ks krstal dalam metal; c. work functon berubah terhadap temperatur; makn tngg temperatur banyak elektron yang makn jauh dar tngkat Ferm. φ=φ0 +αt φ 0 adalah work functon pada 0 K; α adalah koefsen temperatur, α = d φ / dt Beberapa macam metal yang basa dgunakan sebaga katoda (yang dpanaskan) untuk memperoleh sumber elektron dberkan pada Tabel-9.. Tabel.9.. Beberapa metal sebaga katoda sumber elektron.[6]. Materal katoda ttk leleh [K] temperatur kerja [K] work functon [ev] konstanta A [0 6 amp/m K ] W ,5 0,060 Ta , 0,4 0,6 Mo , 0,55 Th ,4 0,60 Ba ,5 0,60 Cs ,9,6

13 9.4. Konduktvtas dan Resstvtas Metal Murn Medan lstrk, E, mempengaruh status momentum dalam padatan. Elektron-elektron dengan energ tngg (d sektar energ Ferm) mendapat tambahan momentum sejajar E sehngga terjadlah pergeseran ruang momentum sepert dperlhatkan pada Gb.9.5. p z p z p p E p y (a) (b) Gb.9.3. Pergeseran ruang momentum oleh medan lstrk. Setap elektron yang menerma pengaruh medan E akan menerma gaya sebesar F = ee (9.3) p Karena gaya F = maka (9.3) memberkan perubahan momentum t sebesar p= ee t (9.3) Elektron yang semula bergerak acak dengan total momentum nol, dengan adanya tambahan momentum sejajar E n gerak acak elektron memlk total momentum neto tertentu, tdak lag nol. Tambahan momentum n menyebabkan terjadnya kecepatan neto sejajar E, namun kecepatan n tdak terus-menerus bertambah menjad tak-hngga. Dalam perjalanannya, jka kta bayangkan elektron sebaga partkel, akan membentur on, serta bagan-bagan krstal yang tak sempurna sebagamana dbahas d Bab-7. Akbatnya adalah bahwa sesaat setelah terjad benturan kecepatan elektron akan turun drasts menjad nol atau hampr nol. Untuk elektron sebaga gelombang, de Brogle memberkan relas antara momentum dan blangan gelombang sebaga p= hk. Dengan relas n (9.3) akan memberkan pergeseran blangan gelombang d ruang blangan gelombang sebesar dp E p y Sudaryatno S & Nng Utar, Mengenal Sfat-Sfat Materal ()

14 ee k = p= t h h (9.33) Jka waktu rata-rata yang dperlukan oleh elektron, antara saat awal mendapat percepatan oleh E dan saat nteraksnya dengan on atau cacat-cacat krstal adalah τ F, maka perubahan kecepatan elektron dapat ddekat dengan p eeτ v= F (9.34) m m τ F dsebut waktu relaksas dmana τ F t dan n merupakan waktu terjadnya pergeseran ruang momentum, yang semula smetrs (bola) menjad tak smetrs dan kembal lag menjad smetrs. Relas (9.34) terkat dengan pengertan mobltas elektron, µ, yatu perubahan kecepatan elektron per satuan kuat medan v eτ µ = E m F (9.35) Kerapatan arus lstrk adalah kerapatan elektron yang berpartspas dalam tmbulnya arus lstrk, yatu kerapatan elektron yang memlk pertambahan kecepatan v kal muatan elektron e. Jka kerapatan elektron n adalah n F maka kerapatan arus adalah nf e EτF j= nf e v= m Konduktvtas metal dtentukan melalu hukum Ohm sehngga j nf e τf σe = = E m (9.36) j = σ e E (9.37) Resstvtas, ρ e, adalah kebalkan dar konduktvtas, yang dapat kta peroleh dar (9.37) σ e = / ρe. Tabel-9.. memuat resstvtas beberapa unsur pada suhu d sektar suhu kamar. 3

15 Tabel-9.. Resstvtas (ρ e ) unsur sektar suhu kamar.[]. Unsur ρ e [Ω.cm.] Unsur ρ e [Ω.cm.] Unsur ρ e [Ω.cm.] Ag Na 4, 0 6 Hg 98,4 0 6 Al, N 6, In 8, Au, Pb 0, Ir 5,3 0 6 Be Pd 0,8 0 6 L 8, B 06,8 0 6 Pt 0,6 0 6 Ta, C (graft) 3, Re 9,3 0 6 Th Ca 3,9 0 6 Rh 4,5 0 6 T Cd 6, Sb 39,0 0 6 Tl Co 6,4 0 6 S x ) U 0 6 Cr,9 0 6 Sn 0 6 W 5, Cu, Fe 9,7 0 6 Zn 5, Mg 4, Ge x ) x ) tdak murn 9.5. Resstvtas Metal Tdak Murn Menurut teor mekanka gelombang, electron bebas dalam krstal dapat bergerak tanpa kehlangan energ. Akan tetap karena adanya pengotoran, dslokas, dan ketdak-sempurnaan krstal yang cukup banyak terjad akan mengganggu pergerakan elektron sehngga materal memlk resstans lstrk. Adanya resstans n teramat sampa temperatur sangat rendah mendekat 0 K. Dalam metal, resstvtas lstrk terdr dar dua komponen, yatu resstvtas thermal (ρ T ) yang tmbul karena terjadnya hambatan pergerakan elektron akbat vbras atom dalam ks-ks krstal, dan resstvtas resdu (ρ r ) yang tmbul karena adanya pengotoran dan ketdak sempurnaan krstal. Resstvtas thermal tergantung temperatur sedangkan resstvtas resdu tdak tergantung pada temperatur. Resstvtas total menjad ρ=ρt +ρr = (9.38) σe Persamaan (9.38) n dsebut kadah Matthessen. Verfkas secara ekspermental atas kadah n telah dlakukan pada alloy Cu-N pada persentase N dar 0 sampa sektar 3%. Haslnya adalah bahwa resstvtas menngkat dengan menngkatnya persentase N. Namun pada persentase pengotoran yang tngg, kadah n tdak akurat. 4 Sudaryatno S & Nng Utar, Mengenal Sfat-Sfat Materal ()

16 hf D atas temperatur Debye θ D D =, komponen thermal berubah kb secara lner terhadap temperatur, dan dapat dnyatakan dengan ρ=ρ ( +α( )... 0 T T R, T + (9.39) dengan ρ 0 adalah resstvtas pada temperatur kamar. Nla α untuk metal murn adalah sektar 0,004 per o C sedangkan untuk metal alloy pada umumnya lebh rendah. Persamaan (9.39) n tdak berlaku untuk temperatur yang sangat tngg. Pada temperatur sangat rendah (helum car 4, K), komponen thermal tdak lag berperan sehngga ρ ρr. Hal n memberkan cara utnuk menla kemurnan konduktor, yatu dengan memperbadngkan resstans pada temperatur kamar dengan resstans pada suhu 4, K. Pada materal komersal nla perbandngan tu cukup rendah, sampa d bawah 00 bahkan bsa mencapa pada beberapa alloy. Makn tngg pengotoran makn tngg pula resstans resdu pada temperatur 4,K sehngga makn rendah nla perbandngan tu berart persentase pengotoran makn tngg. Resstvtas resdu tergantung dar konsentras pengotor. Jka x adalah konsentras pengotor (pada pengotor tunggal), resstvtas resdu dapat dnyatakan dengan formula ρ r ( x) = Ax( x) (9.40) dengan A adalah konstanta yang tergantung dar jens pengotor dan materal nduk. Relas (9.40) dsebut kadah ordhem. Pada campuran metal yang sangat lunak, d mana x <<, relas (9.40) menjad ρ r ( x) Ax (9.4) 9.6. Resstvtas Larutan Padat Berkut n kta akan melhat resstvtas lstrk dar logam yang merupakan larutan padat dar dua komponen. (Tentang larutan padat dbahas d Bab-3). Untuk logam sepert n kta dapat membuat model untuk batang logam sebaga terdr dar flamen-flamen kecl. Sebatang logam dengan luas penampang A dan panjang L, terbangun dar flamen-flamen yang masng-masng mempunya luas penampang A fl. Setap flamen merupakan sambungan slh bergant antara komponen α dan β, sepert dperlhatkan pada Gb.9.4. Panjang 5

17 total flamen adalah L sama dengan panjang batang logam, sedangkan panjang setap bagan fasa adalah l α dan l β. α β α β α β α β α β α β α Gb.9.4. Flamen padatan campuran α+β. Resstans flamen n adalah resstans ser α dan β, yatu ρα lα ρβ lβ ραlαfl ρβlβfl R fl = + = + (9.4) Afl Afl Afl Afl dengan ρ α dan ρ β masng-masng adalah resstvtas komponen α dan β, dan Lα fl dan Lβfl adalah panjang total setap komponen dalam setap flamen. Jka padatan merupakan campuran homogen, kta dapat melakukan pendekatan bahwa propors volume α dan β dalam setap flamen sama dengan propors volume masng-masng komponen dalam keseluruhan padatan. Oleh karena tu propors panjang total setap komponen d setap flamen akan sama dengan propors panjang total setap komponen terhadap panjang padatan. Karena flamen-flamen n terhubung paralel dalam membentuk padatan homogen tersebut, maka jka terdapat flamen dalam padatan dapat kta tulskan resstans padatan R fl ( ραlα +ρβlβ ) ( ραlα + ρβlβ ) Rpadat = = = (9.43) Afl Apadat Relas (9.43) n mrp dengan relas resstans konduktor yang sudah kta kenal. Namun panjang masng-masng komponen L α dan Lβ tdak dapat dukur dan harus dhtung dengan relas V V L α β α = dan Lβ = (9.44) Apadat A padat Perlu dngat pula bahwa dalam pencampuran materal basanya dlakukan melalu perbandngan massa sehngga perlu dlakukan perhtungan ulang dengan mengngat massa jens. 6 Sudaryatno S & Nng Utar, Mengenal Sfat-Sfat Materal ()

18 Daftar Referens (berurut menurut kemunculannya dalam text). Danel D Pollock, Physcal Propertes of Materals for Engneers, Volume I, CRC Press, ISBN , 98. Wllam G. Moffatt, George W. Pearsall, John Wulf, The Structure and Propertes of Materals, Vo. I Structure, John Wley & Sons, ISBN , Marcelo Alonso, Edward J. Fnn, Fundamental Unversty Physcs, Addson-Wesley, Sudaryatno Sudrham, Mengenal Materal, Catatan Kulah El Materal Bomedka, Zbgnew D Jastrzebsk, The ature And Propertes Of Engneerng Materals, John Wley & Sons, ISBN , Robert M. Rose, Lawrence A. Shepard, John Wulf, The Structure and Propertes of Materals, Vol. IV Electronc Propertes, John Wley & Sons, ISBN , Sudaryatno Sudrham, P. Gomes de Lma, B. Despax, C. Mayoux, Partal Synthess of a Dscharge-Effects On a Polymer Characterzed By Thermal Stmulated Current makalah, Conf. on Gas Dsharge, Oxford, Sudaryatno Sudrham, Réponse Electrque d un Polymde Soums à une Décharge Lumnescente dans l Argon, Desertas, UNPT, Sudaryatno Sudrham, Analss Rangkaan Lstrk, Bab- dan Lampran-II, Penerbt ITB 00, ISBN W. Tllar Shugg, Handbook of Electrcal and Electronc Insulatng Materals, IEEE Press, 995, ISBN Danel D Pollock, Physcal Propertes of Materals for Engneers, Volume III, CRC Press, ISBN , 98. 7

19 . Jere H. Brophy, Robert M. Rose, John Wulf, The Structure and Propertes of Materals, Vol. II Thermodynamc of Structure, John Wley & Sons, ISBN X, L. Solymar, D. Walsh, Lectures on the Electrcal Propertes of Materals, Oxford Sce. Publcaton, ISBN X, Danel D Pollock, Physcal Propertes of Materals for Engneers, Volume II, CRC Press, ISBN , 98. Beberapa Konstanta Fska Kecepatan rambat cahaya c 3, meter / detk Blangan Avogadro 0 6,0 0 3 molekul / mole Konstanta gas R 8,3 joule / (mole)( o K) Konstanta Planck h 6, joule-detk Konstanta Boltzmann k B, joule / o K Permeabltas µ 0,6 0 6 henry / meter Permtvtas ε 0 8,85 0 farad / meter Muatan elektron e, coulomb Massa elektron dam m 0 9, 0 3 kg Magneton Bohr µ B 9,9 0 4 amp-m 8 Sudaryatno S & Nng Utar, Mengenal Sfat-Sfat Materal ()

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

Perumusan Ensembel Mekanika Statistik Kuantum. Part-2

Perumusan Ensembel Mekanika Statistik Kuantum. Part-2 Perumusan Ensembel Mekanka Statstk Kuantum Part-2 Menghtung Banyak Status Keadaan Asums : partkel tak punya spn (spnless!)-> apa konsekuensnya? Karena TAK ADA INTERAKSI maka tngkat-tngkat energy yg bsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2 1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB 18. ARUS LISTRIK

BAB 18. ARUS LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI...1 BB 18. RUS LISTRIK... 18.1 Sumber-Sumber rus Lstrk... 18. Hukum Ohm...4 18. Hambatan Jens Bahan...5 18.4 Daya Lstrk...6 18.5 rus Bolak-Balk...7 18.6 Qus 18...8 1 BB 18. RUS LISTRIK

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 2 BAB 14 Gejala Permukaan Setelah kita mengenal fasa-fasa, kita akan melihat permukaan, yaitu bidang batas antara satu fasa dengan fasa yang

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 9-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 9-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryato Sudrham g Utar Megeal Sfat-Sfat Materal () 9- Sudaryato S & Ng Utar, Megeal Sfat-Sfat Materal () BAB 9 Sfat Lstrk Metal Berbeda dega jes materal yag la, metal memlk koduktvtas lstrk da koduktvvats

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER. gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang

ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER. gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER a. Ketdakpastan Hesenberg a) Rumusan Umum Ketdakpastan Hesenberg Kenyataan bahwa sebuah partkel bergerak harus dpandang sebaga group gelombang de

Lebih terperinci

Review Thermodinamika

Review Thermodinamika Revew hermodnamka Hubungan hermodnamka dan Mekanka tatstk hermodnamka: deskrps fenomenologs tentang sfatsfat fss sstem makroskopk dalam kesetmbangan. Phenomenologs : mendasarkan pada pengamatan emprs terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

VLE dari Korelasi nilai K

VLE dari Korelasi nilai K VLE dar orelas nla Penggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam perancangan proses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kma yang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1 ERMODINAMIKA Hukum ermodnamka ke-0 Hukum ermodnamka ke-1 Hukum ermodnamka k ke-2 Mesn Kalor Prnsp Carnot & Mesn Carnot FI-1101: ermodnamka, Hal 1 Kesetmbangan ermal & Hukum ermodnamka ke-0 Jka dua buah

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 2 BAB 15 Difusi Difusi adalah peristiwa di mana terjadi tranfer materi melalui materi lain. Transfer materi ini berlangsung karena atom atau

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL MODEL MATEMATIA SISTEM THERMAL PENGANTAR Sstem thermal merupakan sstem yang melbatkan pemndahan panas dar bahan yang satu ke bahan yang lan. Sstem thermal dapat danalsa dalam bentuk tahanan dan kapastans,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MODEL KERUNTUHAN ROTASI ANALISIS CARA KESEIMBANGAN BATAS Cara n

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 2 BAB 13 Sistem Multifasa Pengertian tentang fasa telah kita singgung dalam Bab-7 tentang struktur padatan. Di bab ini kita akan membahas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi)

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi) Petunjuk Praktkum Fska Dasar I (Tumbukan Dalam Satu Dmens) Dajukan Untuk Memenuh Tugas Tersruktur Mata ulah Ekspermen Fska Dasar 1 Jurusan Penddkan Fska Oleh : Muhamad Ihsanudn (0602425) JURUSAN PENDIDIAN

Lebih terperinci

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat Mater Kulah Ekspermen Fska Oleh : Drs. Ishaft, M.S. Program Stud Penddkan Fska Unverstas Ahmad Dahlan, 07 Bab 3 Analss Ralat 3.. Menaksr Ralat Msalna suatu besaran dhtung dar besaran terukur,,..., n. Jka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk BAB TNJAUAN PUSTAKA Pengertan Gelombang Buny (Akustk) [ 3, 4, -S, 6, 7, S] Gelombang buny adalah gelombang yang drarnbatkan sebaga gelombang mekank longtudnal yang dapat berjalan dalam medum padat, car

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

Teorema Gauss. Garis Gaya Listrik Konsep fluks. Penggunaan Teorema Gauss

Teorema Gauss. Garis Gaya Listrik Konsep fluks. Penggunaan Teorema Gauss Teorema Gauss Gars Gaya Lstrk Konsep fluks Teorema Gauss Penggunaan Teorema Gauss Medan oleh muatan ttk Medan oleh kawat panjang tak berhngga Medan lstrk oleh plat luas tak berhngga Medan lstrk oleh bola

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 2 BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan pada unsur lain disebut oksidasi dan unsur yang menyebabkan

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI)

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) PowerPont Sldes byyana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 9 Bandung, Telp. 0 013163-53 Hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci