Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN"

Transkripsi

1 Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

2 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun 2008 ISBN : Katalog BPS : Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Diterbitkan Oleh Kerjasama dengan : 18 x 24 cm : xi + 57 halaman : BPS Kabupaten Pelalawan : BPS Kabupaten Pelalawan : Bappeda Kabupaten Pelalawan Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

3 SAMBUTAN BUPATI PELALAWAN Dalam aktifitas pembangunan di segala bidang sangat diperlukan berbagai informasi statistik yang akurat, lengkap, tepat waktu dan berkesinambungan. Data dan informasi statistik mengenai berbagai hal mempunyai arti yang penting terutama dalam penyusunan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan pembangunan di Kabupaten Pelalawan. Dalam upaya memenuhi kebutuhan data tersebut di atas diperlukan penerbitan publikasi INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN dengan memperhatikan peningkatan mutu dan kualitas data yang disajikan. Untuk penyempurnaan penyusunan publikasi-publikasi Kabupaten Pelalawan pada masa-masa mendatang perlu mendapat perhatian dan bantuan dari semua pihak demi tersajinya data yang lengkap sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Akhirnya saya sampaikan, hendaknya kerjasama yang terjalin selama ini terus ditingkatkan sehingga dalam penyusunan publikasi ini selanjutnya dapat diterbitkan tepat pada waktunya. Sekian dan selamat bekerja. Pangkalan Kerinci, Oktober 2009 BUPATI PELALAWAN H. RUSTAM EFFENDI iii

4 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN KATA SAMBUTAN Seirama dengan laju pembangunan yang sedang berjalan dewasa ini, berbagai informasi statistik yang akurat, lengkap dan tepat waktu sangat diperlukan keberadaannya. Kelengkapan data statistik mempunyai arti yang sangat penting dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. Sehubungan dengan itu, publikasi INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN yang disusun atas kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan Tahun Anggaran 2008, diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi semua pihak terutama bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah ikut serta baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan buku ini, tidak lupa kami ucapkan terima kasih. Pangkalan Kerinci, Oktober 2009 BAPPEDA KABUPATEN PELALAWAN Kepala, Ir. H.T. ZULHELMI, M.Si NIP iv

5 KATA PENGANTAR BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PELALAWAN Konsep pembangunan manusia memiliki dimensi yang sangat luas. Pembangunan manusia dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Sehubungan dengan hal tersebut untuk melihat seberapa jauh peranan dan partisipasi penduduk dalam pembangunan di Kabupaten Pelalawan, BPS Kabupaten Pelalawan bekerjasama dengan BAPPEDA Kabupaten Pelalawan dalam menyusun publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun Publikasi ini menampilkan gambaran mengenai pencapaian dan keberhasilan pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan dalam suatu Indeks Pembangunan Manusia, yang nantinya dapat dibandingkan dengan daerah-daerah kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sebagai langkah awal, perbandingan tersebut kami tampilkan dalam ruang lingkup kabupaten/kota yang ada di Propinsi Riau. Kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya buku ini, kami mengucapkan terima kasih dan kepada konsumen data diharapkan saran-saran dan kritik membangun guna untuk lebih sempurnanya buku ini dimasa mendatang. Pangkalan Kerinci, Oktober 2009 BPS KABUPATEN PELALAWAN Kepala, DEWI KRISTIANI, SE NIP v

6 Daftar Isi Sambutan Bupati Pelalawan.... iii Sambutan Kepala Bappeda Kabupaten Pelalawan... iv Kata Pengantar..... v Daftar Isi. vi Daftar Tabel... viii Daftar Gambar.. x Daftar Lampiran.... xi Bab 1. 1 Pendahuluan Latar Belakang Konsep Pembangunan Manusia Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Sumber Data dan Keterbatasan Sistematika Penulisan... 7 Bab 2. 2 Metodologi Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia Metode Penghitungan Indeks Indeks Pembangunan Manusia Lamanya Hidup (Longevity) Tingkatan Pendidikan Standar Hidup Reduksi Shortfall vi

7 2.3 Tingkat Status Pembangunan Manusia Konsep dan Definisi Bab 3. 3 Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Kabupaten Pelalawan Selayang Pandang Kabupaten Pelalawan Pemantauan Upaya Pembangunan Manusia : Indikator Sosial Ekonomi Bidang Pendidikan Bidang Kesehatan Masyarakat Bidang Kesejahteraan Masyarakat Bidang Ketenagakerjaan Bidang Perumahan Bab 4. 4 Status Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Status Pembangunan Manusia Status Pembangunan Manusia : Perbandingan Antar Kabupaten/Kota Bab 5. 5 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran Bidang Pendidikan Bidang Kesehatan Bidang Ekonomi Daftar Pustaka Lampiran vii

8 Daftar Tabel Tabel 1 Dimensi Pengukuran IPM dan Indikatornya 3 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Nilai Maksimum dan Minimum dari setiap komponen IPM Tahun Konversi dari Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Daftar Paket Komoditas yang Digunakan dalam Penghitungan PPP Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Pelalawan, Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Ijazah yang dimiliki di Kabupaten Pelalawan, Rasio Murid-Guru dan Murid-Sekolah di Kabupaten Pelalawan, Tahun Ajaran 2008/ Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Pelalawan, Persentase Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan dan Cara Pengobatan di Kabupaten Pelalawan, Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Pelalawan, Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan di Kabupaten Pelalawan, TPAK Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, Kabupaten Pelalawan, Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Kabupaten Pelalawan, Tabel 14 Perkembangan IPM Kabupaten Pelalawan, viii

9 Tabel 15 Perkembangan Komponen IPM Kabupaten Pelalawan, Tabel 15 IPM Kabupaten/Kota se-provinsi Riau, ix

10 Daftar Gambar Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Pelalawan, Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Pelalawan, Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Pelalawan, Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama, Kabupaten Pelalawan, Persentase Rumah Tangga Kabupaten Pelalawan Menurut Penggunaan Sumber Air Minum, Persentase Rumah Tangga Kabupaten Pelalawan Menurut Sumber Penerangan Utama, Persentase Rumah Tangga Kabupaten Pelalawan Menurut Jenis Lantai Terluas, x

11 Daftar Lampiran Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Komponen IPM Provinsi Riau Menurut Kabupaten/Kota, Kondisi Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, Partisipasi Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, Kondisi Perumahan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, Kondisi Tenaga Kerja dan Pengeluaran Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, xi

12

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah menyejahterakan seluruh penduduk. Bertitik tolak dari tujuan ini, maka manusia ditempatkan sebagai titik sentral dalam pembangunan yang mempunyai ciri dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam kerangka ini pembangunan ditujukan untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam semua proses dan kegiatan pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah berupaya meningkatkan kualitas penduduk sebagai sumber daya baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta aspek moralitas (iman dan ketaqwaan). Upaya ini sejalan dengan alinea keempat yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara implisit tujuan tersebut juga mengandung arti sebagai pemberdayaan penduduk. Dalam konteks ini, pertanyaan yang diajukan bagaimana memastikan bahwa pembangunan sudah sejalan dengan acuan normatifnya? Sejalan dengan otonomi daerah yang dilaksanakan sejak 1 Januari 2001, pemerintah daerah diberikan kewenangan dan tanggung jawab yang lebih luas terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Hal ini juga berarti bahwa menyejahterakan penduduk sesuai dengan tujuan pembangunan nasional menjadi tanggung jawab daerah. Dengan otonomi diharapkan proses dan kinerja pembangunan di daerah menjadi lebih nyata. Berbagai ukuran telah banyak digunakan untuk menilai kinerja pembangunan, namun barangkali tidak standar karena tidak dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagaimana dikembangkan United Nation Development Programmed (UNDP) pada dasarnya dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan semacam itu. Perlu dicatat bahwa IPM sebagaimana indeks komposit lainnya disusun untuk menggambarkan suatu realitas kompleks seperti pembangunan manusia, bukan tanpa 2

14 kelemahan karena belum mencakup semua aspek pembangunan manusia apalagi jika dikaitkan dengan sistim nilai yang berlaku bagi bangsa yang menghargai aspek spiritual yang sama pentingnya dengan aspek material. Karena itu, maka IPM harus dianggap tidak lebih dari petunjuk atau indikator dari situasi aktual pembangunan manusia. Sebagai petunjuk atau indikator, IPM dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi dasar yang mencakup : 1. Dimensi umur panjang dan sehat; 2. Dimensi pengetahuan dan; 3. Dimensi kehidupan yang layak; Setiap dimensi direpresentasikan oleh masing-masing indikator. Dimensi umur panjang dan sehat direpresentasikan oleh indikator Angka Harapan Hidup ( e o ); dimensi pengetahuan direpresentasikan oleh indikator angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (MYS); dan dimensi kehidupan yang layak direpresentasikan oleh indikator kemampuan daya beli (DB). Dengan demikian peningkatan dari IPM sebagai manifestasi pembangunan manusia dapat ditafsirkan sebagai keberhasilan meningkatkan kemampuan dalam memperluas pilihan-pilihan penduduk (enlarging the choices of the people) yang mencakup pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Tabel 1.Dimensi Pengukuran IPM dan Indikatornya Dimensi Pengukuran IPM Indikator 1. Dimensi umur panjang dan sehat o Angka Harapan Hidup ( e ) 2. Dimensi pengetahuan Angka Melek Huruf (AMH) Rata-rata Lama Sekolah (MYS) 3. Dimensi kehidupan yang layak Kemampuan Daya Beli (DB) Terkait dengan percepatan pembangunan manusia diperlukan pertumbuhan ekonomi, namun hal itu belum cukup, masih diperlukan syarat lain; yaitu pemerataan pendapatan dan alokasi belanja publik. Kedua syarat tambahan ini diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh penduduk dapat menikmati hasil pembangunan. Akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan merupakan hal yang paling mendasar bagi penduduk, mengingat kedua faktor ini sangat memungkinkan penduduk untuk dapat meningkatkan kapabilitas 3

15 dasarnya yang pada gilirannya dapat menaikkan indikator/ komponen IPM. Dalam konteks pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan, menarik untuk dilihat perkembangannya selama dua tahun terakhir ( ). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kinerja pembangunan khususnya dalam peningkatan kapasitas dasar penduduk selama dua tahun terakhir. Selain itu dalam pembahasan ini juga akan dilihat perkembangan setiap komponen dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan IPM. 1.2 Konsep Pembangunan Manusia UNDP (1990) melihat pembangunan manusia sebagai paradigma pembangunan dalam mana proses memperluas pilihan bagi penduduk (a process of enlarging people s choices) berlangsung dan menjadi fokus pembangunan nasional. Sebagai suatu konsep, pembangunan manusia lebih luas konteksnya dibandingkan paradigma pembangunan lain yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi, kebutuhan dasar, kesejahteraan masyarakat, atau pengembangan sumber daya manusia. Pembangunan manusia mengandung tiga unsur yang dinilai sangat penting dan berfokus pada pemberdayaan penduduk, yaitu produktifitas, pemerataan, dan kesinambungan. Sebagai suatu paradigma pembangunan yang memperluas pilihan bagi penduduk tersebut dalam implementasinya bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan penduduk. Lebih dari itu pembangunan manu- sia memfokuskan pada penduduk secara keseluruhan, yang menaruh perhatian bukan hanya pada upaya untuk meningkatkan kapabilitas tersebut secara penuh. Konsep pembangunan manusia yang disebar- luaskan UNDP secara umum sejalan dengan konsep pembangunan nasional Indonesia. Bahkan dalam konteks Indonesia, pembangunan manusia mempunyai perspektif yang lebih luas, karena pembangunan manusia Indonesia seutuhnya tidak mencakup aspek fisik-biologis, aspek intelektualitas, dan aspek kesejahteraan ekonomi semata, tetapi aspek iman dan ketaqwaan juga mendapat perhatian yang sama besar. Untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan manusia, BPS menggunakan suatu indeks komposit Indeks Pembangunan 4

16 Manusia yang diadopsi dari UNDP (1990) dengan beberapa penyesuaian. Karena luasnya cakupan pembangunan manusia, tidak semua aspek pembangunan manusia tercakup dalam IPM. Tesis UNDP menyatakan bahwa upaya ke arah perluasan pilihan hanya mungkin direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan peluang untuk merealisasikan kesehatan dan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan ekonomi produktif sehingga memperoleh pendapatan dan karenanya memiliki daya beli. Mengikuti tesis tersebut, IPM dihitung dengan mencakup tiga komponen yang sangat penting dalam kerangka pemberdayaan penduduk, yaitu peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar hidup layak (decent living). Peluang hidup menggambarkan peluang berumur panjang dan sehat yang diindikasikan oleh angka harapan hidup pada waktu lahir (e 0). Pengetahuan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai diukur dengan kombinasi indikator melek huruf dan rata-rata lama sekolah dari penduduk dewasa. Untuk komponen ketiga, standar hidup layak, mengukur kemampuan penduduk dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Dalam penghitungan IPM, komponen ketiga diukur dengan menggunakan konsumsi riil perkapita yang telah disesuaikan seperti metode yang digunakan BPS dalam menghitung IPM antar provinsi dan kabupaten. IPM memadukan antar variabel-variabel sosial dan ekonomi sehingga diakui mencakup aspek-aspek mendasar dan strategis dari pembangunan manusia. Diharapkan IPM dapat merefleksikan tingkat pencapaian pem- bangunan manusia di suatu wilayah. Selain hal itu, IPM adalah suatu indeks komposit yang sederhana dan terfokus yang mudah dihitung dan berguna sebagai alat advoksi karena memberikan petunjuk penting bagi para pengambil keputusan dan perumus kebijakan. Selain itu, indikator dari setiap komponen IPM dapat digunakan sebagai acuan para perencana sektoral. Sebagai suatu ukuran, IPM mengandung beberapa keterbatasan. Seperti disebutkan, pembangunan manusia mempunyai dimensi yang sangat luas, sementara IPM hanya mencakup tiga aspek terpenting. Hal ini berarti masih terdapat aspek pembangunan manusia yang tidak dicakup dalam IPM. Indeks ini juga tidak memperhitungkan 5

17 disparitas antar jenis kelamin maupun kesenjangan antar strata ekonomi. Keterbatasan lain yang bersifat umum dari suatu indeks komposit adalah tidak memiliki arti tersendiri, selain sebagai alat perbandingan antar wilayah dan antar waktu. Dalam hal ini, IPM suatu wilayah akan mempunyai makna apabila dibandingkan dengan IPM wilayah lain, atau untuk melihat perkembangan dari tingkat pencapaian pembangunan manusia dari waktu ke waktu. 1.3 Maksud dan Tujuan Kajian ini dilakukan dengan harapan dapat menggambarkan tingkat pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan, yang diukur dengan IPM. Secara umum publikasi ini menyajikan data dan analisis IPM selama periode Untuk melihat perkembangan IPM, juga digunakan IPM tahun sebelumnya khususnya pada dua tahun terakhir berikut posisi relatif antar kabupaten di Provinsi Riau. 1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan dalam pekerjaan penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan meliputi seluruh wilayah administratif Kabupaten Pelalawan yang terdiri dari 12 kecamatan. 1.5 Sumber Data dan Keterbatasan Sumber data utama yang digunakan untuk penghitungan IPM adalah data Susenas Kor dan Susenas Modul, serta Indeks Harga Konsumen (IHK). Data susenas Kor digunakan untuk menghitung tiga indikator pembentuk IPM. Ketiga indikator tersebut masing-masing adalah Angka Harapan Hidup (e 0), Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS). Sedangkan indikator daya beli atau PPP (purchasing power parity) digunakan Susenas Modul konsumsi yang didasarkan pada 27 komoditas. Sumber data utama yang digunakan dalam penghitungan IPM adalah data susenas yang memiliki cakupan (estimasi) hanya sampai level kabupaten. 6

18 1.6 Sistematika Penulisan Secara garis besar penulisan penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 2008, disusun dengan pokok bahasan sebagai berikut: Bab pertama, pendahuluan. Menguraikan tentang latar belakang, konsep pembangunan manusia, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup, sumber data dan keterbatasan serta sistematika penulisan. Bab kedua, metodologi. Menerangkan tentang penghitungan indeks pembangunan manusia, metode penghitungan indeks serta konsep dan definisi. Bab ketiga, kondisi sosial ekonomi penduduk Kabupaten Pelalawan. Meng- gambarkan selayang pandang Kabupaten Pelalawan dan menyoroti indikator sosial ekonomi masyarakat sebagai pemantau upaya pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan. Bab keempat, status pembangunan manusia Kabupaten Pelalawan. Membahas nilai dan status IPM yang merupakan kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan serta perbandingannya antar Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Bab kelima, kesimpulan dan saran. Menguraikan kesimpulan dari hasil analisis dan penghitungan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun 2008 serta beberapa saran yang dapat menjadi masukan untuk pemerintah. 7

19

20 BAB 2 METODOLOGI 5.3 Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia Diagram di bawah ini menyajikan gambaran indeks-indeks yang disajikan pada Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 2008 ini dihitung dan memperlihatkan secara jelas persamaan dan perbedaan antara masing-masing indeks. Penjelasan lebih rinci tentang penghitungan indeks ini disajikan pada halaman berikutnya. DIMENSI Umur Panjang dan Sehat Pengetahuan Kehidupan yang Layak INDIKATOR Angka Harapan Hidup saat Lahir (e 0) Angka Melek Huruf Penduduk Dewasa (Lit) Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Pengeluaran Perkapita Riil yang Disesuaikan (PPP Rupiah) INDEKS Indeks Harapan Hidup Indeks Indeks Lit MYS Indeks Pendidikan Indeks Pendapatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 9

21 5.4 Metode Penghitungan Indeks Indeks Pembangunan Manusia IPM disusun dari tiga komponen: lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup pada saat lahir; tingkat pendidikan diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga): dan tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (PPP Rupiah). Indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga komponen tersebut di atas: IPM = 1/3 (Indeks X 1 + Indeks X 2 + Indeks X 3), dimana X 1, X 2 dan X 3 adalah lamanya hidup, tingkat pendidikan dan tingkat kehidupan yang layak. dimana: Index X (i,j) = (X (i,j) - X (i-min))/(x (i-max) - X (i-min)) X (i,j i,j) : indikator ke i dari daerah j X (i-min) : nilai minimum dari X i X (i-max) : nilai maksimum dari X i Lamanya Hidup ( (Longevity) Kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama diukur dengan indikator harapan hidup pada saat lahir life expectancy at birth (e o ). Angka harapan hidup dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan tak langsung (indirect estimation). Ada dua jenis data masukan yang digunakan untuk menghitung angka umur harapan hidup; yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk menghitung angka harapan hidup dengan input data ALH dan AMH. Selanjutnya menggunakan program Mortpack ini, dipilih metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia dan Negara-negara Asia Tenggara umumnya (Preston, 2004). 10

22 Tabel 2. Nilai Maksimum dan minimum dari setiap komponen IPM Nilai Nilai Komponen IPM Mini- Keterangan Maksi-mum mum Angka harapan hidup Standar UNDP Angka melek huruf Standar UNDP Rata-rata lama sekolah (MYS) 15 0 UNDP menggunakan combined gross enrolment ratio Daya beli 737,720 a ) 300,000 (1996) 360,000 (1999) b) UNDP menggunakan PDB riil per kapita telah disesuaikan Catatan: a) proyeksi dari daya beli tertinggi yang dicapai Jakarta pada tahun 2018 (akhir dari PJP II) setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi ini didasarkan pada asumsi tingkat pertumbuhan daya beli sebesar 6,5 persen per tahun selama periode b) Sama dengan dua kali garis kemiskinan di propinsi yang memiliki tingkat konsumsi per kapita terendah pada tahun 1990 (daerah perdesaan di Sulawesi Selatan). Untuk tahun 1999, nilai minimum disesuaikan menjadi Rp ,-. Penyesuaian ini dilakukan karena krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat secara drastis sebagaimana terlihat dari peningkatan angka kemiskinan dan penurunan upah riil. Penambahan sebesar Rp60.000,- didasarkan pada perbedaan antara garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru yang jumlahnya Rp5000,- per bulan (=Rp per tahun) Besarnya nilai maksimum dan nilai minimum untuk masingmasing komponen ini merupakan nilai besaran yang telah disepakati oleh semua negara (175 negara di dunia). Pada komponen angka 11

23 umur harapan hidup, angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun. Angka ini merupakan angka rata-rata umur terpanjang penduduk Swedia dan terpendek dari negara Siera Leon di Afrika Tingkat Pendidikan Untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk digunakan dua indikator, yaitu rata-rata lama sekolah (means years schooling) dan angka melek huruf. Selanjutnya rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Sedangkan angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Proses penghitungannya, kedua indikator tersebut digabung setelah masingmasing diberikan bobot. Rata-rata lama sekolah diberi bobot sepertiga dan angka melek huruf diberi bobot dua pertiga. Rata-rata lama sekolah dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki, yang ditanyakan pada kuesioner Susenas. Tabel 3 menyajikan faktor konversi dari tiap-tiap jenjang pendidikan yang ditamatkan. Untuk yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan, lama sekolah (YS) dihitung berdasarkan formula di bawah: YS = Tahun konversi + kelas tertinggi yang pernah diduduki 1 Contohnya, seseorang yang bersekolah sampai kelas 2 SMU : YS =9+2-1=10 (tahun) 12

24 Tabel 3. Tahun konversi dari pendidikan tertinggi yang Ditamatkan Pendidikan tertinggi yang ditamatkan Tahun konversi 1. Tdk pernah sekolah 0 2. Sekolah dasar 6 3. SLTP 9 4. SLTA/SMU Diploma Diploma Akademi/Diploma III Diploma 4/Sarjana Magister (S2) Doktor (S3) 21 Sumber : BPS Standar Hidup Standar hidup, dalam laporan ini, didekati dari pengeluaran riil per kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antar daerah dan antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut: 1. Menghitung pengeluaran per kapita dari data modul Susenas [=Y]; 2. Menaikan nilai Y sebesar 20,00 persen [=Y1], karena dari berbagai studi diperkirakan bahwa data dari Susenas cenderung lebih rendah sekitar 20,00 persen. 3. Menghitung nilai riil Y1 dengan mendeflasi Y1 dengan indeks harga konsumen (CPI) [=Y2]; 4. Menghitung nilai daya beli Purchasing Power Parity (PPP)- untuk tiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok barang, relatif terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah yang ditetapkan sebagai standar, yaitu Jakarta Selatan; 5. Membagi Y2 dengan PPP untuk memperoleh nilai Rupiah yang sudah disetarakan antar daerah [=Y3]; 13

25 6. Mengurangi nilai Y3 dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli [=Y4]. Langkah ini ditempuh berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari pendapatan. Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks harga konsumen Consumer Price Index (CPI)- hanya dipantau di 66 kota di seluruh Indonesia. Untuk daerah dimana dilakukan pemantauan CPI, penghitungan daya beli pada tingkat kabupaten/kota dilakukan dengan menggunakan CPI di masing-masing lokasi. Sedangkan untuk daerah selain ke 66 kota tersebut, digunakan nilai CPI propinsi, yaitu nilai rata-rata CPI yang diukur di propinsi tersebut. Paritas Daya Beli Paritas daya beli Purchasing Power Parity (PPP)- dihitung dengan metode yang juga digunakan oleh International Comparison Project dalam menstandardisasi PDB untuk perbandingan antar negara. Penghitungan didasarkan pada harga 27 komoditas yang ditanyakan pada modul konsumsi Susenas. Harga di Jakarta Selatan digunakan sebagai standar harga. Formula penghitungan PPP adalah sebagai berikut: PPP = j E( i, j ) j P Q ( i, j ) ( i, j ) Dimana: E (ij) P (9,j) Q (i,j) : pengeluaran untuk komoditi j di propinsi i : harga komoditi j di Jakarta Selatan : volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di propinsi Unit Kuantitas sewa rumah ditentukan berdasarkan Indeks Kualitas Rumah yang dibentuk dari tujuh komponen kualitas rumah yang diperoleh dari modul Susenas. Nilai dari masing-masing komponen adalah: 14

26 1. Lantai: keramik, marmer atau granit = 1, lainnya = 0, 2. Luas lantai per orang 3 10 m 2 = 1, lainnya=0, 3. Dinding: tembok = 1, lainnya = 0, 4. Atap: kayu/sirap, beton = 1, lainnya = 0, 5. Fasilitas penerangan: listrik = 1, lainnya = 0 6. Fasilitas air minum: ledeng = 1, lainnya = 0, 7. Jamban: milik sendiri = 1, lainnya = 0, 8. Skor awal untuk setiap rumah = 1. Indeks kualitas rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu rumah tinggal dan bernilai sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah Indeks Kualitas Rumah=6, maka kuantitas rumah yang dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit. Tabel 4. Daftar paket komoditas yang digunakan dalam Penghitungan PPP Komoditi Unit Proporsi dari total konsumsi 1. Beras lokal Kg 7,25 2. Tepung terigu Kg 0,10 3. Singkong Kg 0,22 4. Tuna/cakalang Kg 0,50 5. Teri Ons 0,32 6. Daging sapi Kg 0,78 7. Ayam Kg 0,65 8. Telur Butir 1,48 9. Susu kental manis 397 gram 0, Bayam Kg 0, Kacang panjang Kg 0, Kacang tanah Kg 0, Tempe Kg 0, Jeruk Kg 0, Pepaya Kg 0, Kelapa Butir 0, Gula Ons 1, Kopi Ons 0, Garam Ons 1, Merica Ons 0, Mie instans 80 gram 0,79 15

27 22. Rokok kretek 10 btng 2, Listrik Kwh 2, Air minum M3 0, Bensin Liter 1, Minyak tanah Liter 1, Sewa rumah Unit 11,56 Total 37,52 Sumber : BPS/ Formula Atkinson Formula Atkinson yang digunakan untuk menyesuaikan nilai Y3 adalah: C (i)* =C (i) = Z + 2 (C (i)-z)( 1/2), jika C (i)<z = Z + 2(Z) (1/2) +3(C (i)-2z) (1/3), jika Z<C (i)<2z = Z + 2(Z) (1/2) +3(Z) (1/3) +4(C (i) 3Z) (1/4), jika 3Z<C (i)<4z dimana: C (i) : PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita Z : batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp ,- per kapita per tahun atau Rp1.500,- per kapita per hari Reduksi Shortfall Perbedaan laju perubahan IPM selama periode waktu tertentu dapat diukur dengan rata-rata reduksi shortfall per tahun. Nilai shortfall mengukur keberhasilan dipandang dari segi jarak antara apa yang telah dicapai dengan apa yang harus dicapai, yaitu jarak dengan nilai maksimum. Kondisi ideal yang dapat dicapai adalah IPM sama dengan 100. Nilai reduksi shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Pengukuran ini didasarkan pada asumsi bahwa laju perubahan tidak bersifat linier, tetapi laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi. Formula penghitungan reduksi shortfall adalah: R = IPM IPM IPM IPM ( 1+ n ) ( t ) ( ideal ) ( t ) 1/ n

28 Dimana: IPM (t) adalah IPM tahun ke t IPM (ideal) adalah 100 n = tahun Nilai reduksi shortfall juga dapat dihitung untuk masing-masing komponen IPM. 5.5 Tingkatan Status Pembangunan Manusia Dengan menggunakan IPM, UNDP membagi tingkatan status pembangunan manusia suatu negara atau wilayah ke dalam tiga golongan, yaitu rendah (kurang dari 50), sedang atau menengah (antara 50 dan 80), dan tinggi (80 ke atas). Untuk keperluan perbandingan antar kabupaten/kota tingkatan status menengah dipecah menjadi dua, yaitu menengah bawah dan menengah atas, dengan kriteria sebagai berikut: IPM Status Pembangunan Manusia Tinggi Menengah atas Menengah bawah Rendah

29 5.6 Konsep dan Definisi Angka Buta Huruf (dewasa): proporsi penduduk berumur 15 tahun ke atas yang tidak dapat membaca dan menulis dalam huruf Latin atau lainnya. Dihitung dengan cara 100 dikurangi dengan angka melek huruf (dewasa). Angka harapan hidup pada waktu lahir (e 0 ): perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Paritas daya beli (Purchasing power parity-ppp) PPP): PPP memungkinkan dilakukannya perbandingan harga-harga riil antar propinsi dan antar kabupaten, mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi perkapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu propinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasrkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginan yang dihitung dengan rumus Atkinson. Indeks Daya Beli: salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia yang didasarkan pada paritas daya beli (PPP) disesuaikan dengan rumus Atkitson. Nilai indeks ini berkisar antara Detail penghitungan indeks ini disajikan di catatan teknis. Indeks Harga Konsumen (IHK): indeks yang menunjukkan perbandingan relatif antara tingkat harga pada saat bulan survei dan tingkat harga pada bulan sebelumnya, yang ditimbang dengan nilai konsumsi pada kedua bulan tersebut. IHK dihitung dengan formula Laspeyres yang dikembangkan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM): indeks komposit yang tersusun dari tiga indikator: lama hidup yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; dan standar hidup yang diukur dengan pengeluaran per kapita (PPP Rupiah). Nilai indeks berkisar antara Indeks Pendidikan: salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia. Indeks ini didasarkan pada kombinasi angka melek huruf di kalangan penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah. 18

30 Nilai indeks tersebut berkisar antara Cara penghitungan tersaji di atas. Rata-rata lama sekolah: rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berumur 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Cara perhitungan disajikan di atas. 19

31

32 BAB 3 KONDISI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK 3.1 Selayang Pandang Kabupaten Pelalawan Kabupaten Pelalawan dibentuk berdasarkan UU No.53 tahun 1999 dengan p usat Pemerintahan di Pangkalan Kerinci dan secara administrasi pemerintahan sampai tahun ini, Kabupaten Pelalawan dibagi atas 12 kecamatan, 106 desa dan 12 kelurahan. Kabupaten Pelalawan terletak di sepanjang Sungai Kampar bagian Hilir dan terdapat pulau-pulau kecil yang merupakan wilayah strategis karena dekat dengan jalur pelayaran internasional yang paling ramai di dunia yaitu selat Malaka, Perairan Johor dan Singapura. Luas wilayah Kabupaten Pelalawan sekitar ,70 Km 2. Secara geografis Kabupaten Pelalawan terletak antara LU LS dan BT BT. Kabupaten Pelalawan sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Bengkalis, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir, sebelah barat berbatasan dengan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun dan Provinsi Kepulauan Riau. Sebagian besar aktifitas ekonomi Kabupaten Pelalawan didukung oleh sektor perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan kertas. Jumlah penduduk Kabupaten Pelalawan hasil proyeksi yang dilakukan oleh BPS Pelalawan tahun 2008 adalah jiwa, yang terdiri mayoritas penduduk memeluk agama Islam yakni 93,59 persen dan lainnya beragama Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Penduduk kabupaten pelalawan sebagian besar (65%) bekerja di sektor pertanian dan 35% bekerja di berbagai bidang pekerjaan, seperti pegawai negeri, pedagang, buruh dan lain-lain. 21

33 3.2 Pemantauan Upaya Pembangunan Manusia : Indikator Sosial Ekonomi Sebagaimana paradigma pembangunan yang menempatkan manusia sebagai titik sentral dari pembangunan itu sendiri, maka upaya-upaya peningkatan kualitas manusia baik secara fisiologis, ekonomis maupun spiritual perlu diupayakan. Dalam menggambarkan upaya-upaya pembangunan manusia biasanya digunakan indikatorindikator sosial maupun ekonomi yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, ketenagakerjaan, kesejahteraan masyarakat maupun pertumbuhan ekonomi Bidang Pendidikan Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai kemampuan masing-masing, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pemerintah sampai saat ini dan juga di masa-masa mendatang akan terus berusaha meningkatkan pendidikan bangsanya agar cita-cita kemerdekaan dapat menjadi kenyataan. Dalam pelaksanaannya tercermin dalam pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan, Tiap-tiap Warganegara berhak mendapat pengajaran. Pemerintah sadar, bahwa untuk mendapatkan pendidikan yang memadai harus ditunjang dengan kemampuan masyarakat. Rendahnya pendapatan keluarga selalu menjadi kendala untuk tidak menyekolahkan anaknya. Realita ini senantiasa ditemui di sekililing kita. Banyak anak yang mestinya belajar, namun sudah harus bekerja untuk membantu menambah penghasilan keluarga. Kondisi ini mendorong pemerintah membuat kebijaksanaan wajib belajar Sekolah Dasar 6 tahun yang kemudian disusul dengan wajib belajar pendidikan sembilan tahun. Kebijaksanaan lain adalah melalui program sekolah terbuka. Program atau kebijakan pemerintah dewasa ini dalam bidang pendidikan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk menampung jumlah murid sebanyak-banyaknya. Penekanan program adalah pada 22

34 aspek kuantitas. Hal ini sangat dimaklumi karena pemerintah ingin agar penduduk Kabupaten Pelalawan khususnya dan penduduk Indonesia pada umumnya terbebas dari masalah buta huruf, buta bahasa Indonesia dan pemerataan kesempatan pendidikan dasar. Selain itu aspek kualitas juga harus mendapat perhatian. Hal ini dalam rangka menyongsong abad globalisasi, dimana berbagai pengaruh dari luar masuk dengan bebas ke negeri ini. Dengan demikian kualitas sumber daya manusia harus dimiliki untuk siap bersaing dengan pihak luar. Kemampuan baca tulis adalah kemampuan dasar untuk meningkatkan kualitas manusia, sehingga diharapkan dengan meningkatnya kemampuan baca tulis maka akan meningkat akses terhadap berbagai informasi yang pada akhirnya pengetahuannya pun akan ikut meningkat. Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf, dalam hal ini merupakan persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Jika dilihat dari indikator melek huruf, terlihat bahwa penduduk Kabupaten Pelalawan yang bisa membaca dan menulis meningkat dari 93,6 persen pada tahun 2006 menjadi 97,6 persen pada tahun Dari Gambar 1 terlihat bahwa angka melek huruf pada tahun relatif tetap. Gambar 1. Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Pelalawan, Sumber : BPS 23

35 Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pencapaian program belajar 9 tahun, penduduk usia sekolah seyogyanya dapat mengakses fasilitas pendidikan yang ada. Untuk melihat tingkat pemanfaatan atau jangkauan fasilitas pendidikan dapat digunakan indikator Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak sekolah umur tertentu yang sedang bersekolah, tanpa memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang diikuti. Tabel 5. Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Pelalawan, Sumber : BPS Kelompok Umur ,41 98, ,19 91, ,89 67,96 Angka partisipasi sekolah anak-anak usia 7 12 tahun pada tahun 2008 mencapai 98,71 persen, angka ini naik dari 98,41 persen pada tahun Tingkat partisipasi sekolah menunjukkan tren penurunan seiring dengan kenaikan usia, hal ini dikarenakan biasanya anak-anak tidak melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Penduduk Kabupaten Pelalawan pada tahun 2008 menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan masih perlu mendapat perhatian ekstra, mengingat penduduk yang belum mempunyai ijazah SD masih cukup tinggi yaitu 30,03 persen pada tahun Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tingkat pendidikan di Kabupaten Pelalawan menunjukkan peningkatan dimana jumlah penduduk yang berijazah sarjana naik dari 2,13 persen menjadi 4,48 persen. 24

36 Tabel 6. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Ijazah yang dimiliki di Kabupaten Pelalawan, Indikator Ijazah tertinggi Tdk memiliki ijazah SD 29,24 30,03 SD/MI/sederajat 31,34 26,34 SLTP/MTs/sederajat 18,68 18,51 SLTA/SMU/MA/SMK/sederajat 16,59 18,50 D I/II/III 2,02 2,13 D IV/S1/S2/S3 2,13 4,48 SLTP + 39,42 43,63 Rata-rata lama sekolah (15 Thn Keatas) 7,7 7,9 Sumber : BPS Masih rendahnya ijazah tertinggi yang dimilki di atas juga terlihat dari rata-rata lama sekolah yang belum cukup tinggi, dimana pada tahun 2008 rata-rata lama sekolah di Kabupaten Pelalawan masih sekitar 7,9 atau setara dengan SLTP kelas satu atau dua. Bahkan penduduk 10 tahun ke atas yang menuntaskan pendidikan sampai tingkat SLTP belum mancapai setengahnya. Dari Gambar 2 terlihat bahwa Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Pelalawan dari tahun terus mengalami peningkatan. Gambar 2. Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Pelalawan, ,8 7,6 7,4 7,2 7 6, Sumber : BPS 25

37 Dengan belum tuntasnya wajib belajar 9 tahun, maka perlu adanya terobosan-terobosan baru terutama mengenai ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai. Informasi tentang banyaknya sarana pendidikan, tenaga pengajar, kelas, perpustakaan dan lain-lain mutlak diperlukan guna mengetahui sejauh mana ketersediaan fasilitas yang ada, walaupun informasi ini belum dapat mendeteksi kualitas daripada sarana pendidikan yang ada. Untuk menggambarkan ketersediaan fasilitas pendidikan paling tidak ada dua indikator yang dapat digunakan, yaitu rasio murid guru dan rasio murid sekolah. Rasio murid guru, diperoleh dari perbandingan antara jumlah murid dan jumlah guru, yang dapat digunakan untuk menggambarkan beban kerja guru dalam mengajar. Sedangkan rasio murid sekolah didapat dari perbandingan jumlah murid dengan jumlah sekolah, dimana dapat digunakan untuk memantau daya tampung sekolah. Pada tahun ajaran , di Kabupaten Pelalawan rasio murid guru terlihat cukup ideal untuk sekolah umum, artinya beban guru tidak besar sehingga diharapkan pengawasan dan perhatian guru terhadap siswa dapat lebih fokus dan akhirnya mutu pengajaran di kelas akan meningkat. Tabel 7. Rasio Murid-Guru dan Murid-Sekolah di Kabupaten Pelalawan, Tahun Ajaran 2007/2008 Rasio Murid - Guru SD SMP SMA SMK Jenjang Pendidikan Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Riau, data diolah Bidang Kesehatan Masyarakat Rasio Murid - Sekolah Selain pendidikan, kualitas kesehatan yang dimiliki seseorang menggambarkan kualitas manusianya. Manusia yang sehat rohani dan jasmani, dapat dikatakan bahwa kualitas gizi yang dikonsumsinya relatif baik, disamping itu agar kondisi tetap sehat perlu tubuh dijaga. 26

38 Untuk menjaga kesehatan tubuh, perlu pengetahuan mengenai hal tersebut. Jika kondisi tubuh baik dan sehat, maka dapat diharapkan angka harapan hidup sejak lahir meningkat pula. Angka kematian bayi merupakan indikator yang secara langsung berkaitan dengan angka harapan hidup. Atau dengan kata lain indikator ini bisa memberikan gambaran mengenai derajat kesehatan penduduk. Penghitungan angka kematian bayi didasarkan pada hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Angka kematian bayi pada tahun 2008 di Kabupaten Pelalawan yaitu 34 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup. Pada Gambar 3 dapat dilihat Angka Harapan Hidup Kabupaten Pelalawan dari tahun menunjukkan peningkatan. Gambar 3. Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Pelalawan, ,6 68,55 68,5 68,45 68,4 68,35 68,3 68,25 68,2 68, Sumber : BPS Indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bayi dan balita adalah penolong pada saat kelahiran. Penolong kelahiran oleh tenaga kesehatan/paramedis yang berpengalaman tentunya dapat meminimalisir angka kematian bayi terkait dengan proses persalinan. Pada tahun 2008, sekitar 69,45 persen balita ditolong oleh tenaga kesehatan pada saat lahir. 27

39 Tabel 8. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Pelalawan, 2008 Penolong Kelahiran Kelahiran Pertama Kelahiran Terakhir T Dokter/Bidan/Paramedis 61,74 69,45 Dukun 37,05 28,09 Famili/Lainnya 1,21 2,46 Sumber : BPS Indikator lain yang terkait dengan kesehatan masyarakat yaitu tingkat keluhan penduduk terhadap kesehatan. Berdasarkan hasil Susenas 2008, keluhan kesehatan yang sering dialami oleh penduduk Kabupaten Pelalawan yaitu batuk (16,20 persen) dan pilek (15,90 persen). Dari penduduk yang mengalami keluhan sampai mengganggu kegiatan sehari-hari mayoritas cara penyembuhannya adalah dengan mengobati sendiri (68,45 persen), yakni dengan menggunakan obat modern (75,07 persen). Tabel 9. Persentase Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan dan Cara Pengobatan di Kabupaten Pelalawan, 2008 Indikator Persentase Keluhan kesehatan Panas 15,30 Batuk 16,20 Pilek 15,90 Asma/sesak napas 2,20 Diare 3,90 Sakit Kepala 8,90 Sakit gigi 4,70 Lainnya 9,30 Cara Pengobatan Obati sendiri 68,45 Obat modern 75,07 Sumber : BPS 28

40 Untuk peningkatan status dan derajat kesehatan masyarakat tentunya harus didukung dengan ketersediaan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dokter dan paramedis lainnya. Di wilayah Kabupaten Pelalawan terdapat 3(tiga) buah rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Selasih dan 2 (dua) buah Rumah Sakit Swasta. Sarana puskesmas yang dimiliki sekitar 49 buah yang terdiri dari puskesmas dan puskesmas pembantu. Adapun untuk tenaga medis, dokter 103 orang dan paramedis (perawat dan bidan) sekitar 379 orang. Tabel 10. Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Pelalawan, 2008 Fasilitas Kesehatan Jumlah Sarana Kesehatan RS Umum Daerah (RSUD) 1 RS Swasta 2 Balai Pengobatan 1 Puskesmas 12 Puskesmas Pembantu 38 Tenaga Kesehatan Dokter 103 Perawat 189 Bidan 190 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Riau dan Dinas Kesehatan Kab. Pelalawan Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mencapai jiwa pada tahun 2008, maka terlihat fasilitas kesehatan yang tersedia masih sangat kurang. Dari jumlah sarana kesehatan pada Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa 1 buah sarana kesehatan (RS/puskesmas/balai pengobatan) harus melayani sekitar penduduk. Dan 1 orang dokter harus melayani sekitar penduduk. Sedangkan 1 orang perawat dan bidan harus melayani sekitar 728 penduduk. Tentunya perbandingan ini masih sangat tidak sebanding, dengan banyaknya beban yang harus dilayani biasanya akan berdampak pada penurunan kualitas pelayanan yang diberikan. 29

41 3.2.3 Bidang Kesejahteraan Masyarakat Recovery ekonomi yang dilakukan di berbagai daerah pasca krisis nasional sekitar tahun telah membuahkan hasil yang cukup signifikan. Hal ini tidak terlepas dari pemberlakuan Otonomi Daerah yang memberikan kewenangan sebesar-besarnya untuk merencanakan dan menjalankan pembangunan di daerahnya masingmasing. Secara umum banyak indikator yang dapat digunakan untuk melihat sejauh mana kondisi kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Salah satu yang sering dipakai adalah indikator pengeluaran per kapita. Untuk melihat kondisi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pelalawan dapat dilihat pada dan Tabel 11. Tabel 11. Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan di Kabupaten Pelalawan, 2008 Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Jumlah (Rp.) Total pengeluaran Makanan Non Makanan Sumber : BPS Pada tahun 2008, pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Pelalawan adalah Rp ,- per bulan. Konsumsi pengeluaran rumah tangga di Kabupaten Pelalawan telah mengalami pergeseran ke arah positif dengan meningkatnya proporsi pengeluaran non makanan. Konsumsi non makanan menembus 50,30 persen dari total pengeluaran rumah tangga. Hal ini menandakan kesejahteraan penduduk Kabupaten Pelalawan telah meningkat. Dan juga mengindikasikan bahwa pemekaran wilayah dan pelaksanaan otonomi daerah telah mulai berjalan dengan baik dan mampu mendorong kesejahteraan masyarakat. 30

42 3.2.4 Bidang Ketenagakerjaan Dalam tinjauan makro ekonomi, salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah salah satunya dilihat dari sejauh mana angkatan kerja di daerah tersebut terserap dalam lapangan kerja yang ada. Penyerapan angkatan kerja ke dalam lapangan kerja yang tersedia di daerah tertentu nantinya akan berhubungan dengan tingkat penggangguran di daerah itu. Penduduk yang termasuk kategori angkatan kerja adalah penduduk yangsecara ekonomis berpotensi menghasilkan output atau pendapatan, baik yang sudah bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan. Perbandingan antara angkatan kerja dan penduduk usia kerja disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Semakin tinggi TPAK berarti semakin besar keterlibatan penduduk usia 15 tahun ke atas dalam pasar kerja. Tabel TPAK Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, Kabupaten Pelalawan, 2008 Daerah Tempat Tinggal Laki Jenis Kelamin Perempuan Total T O T A L 89,25 34,86 64,08 Perkotaan 92,44 37,06 66,96 Perdesaan 88,70 34,49 63,58 Sumber : BPS Menurut hasil Sakernas 2008, angka TPAK penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Pelalawan adalah 64,08 persen. Secara umum TPAK laki-laki baik di perkotaan maupun di perdesaan lebih tinggi dari pada TPAK perempuan. Hal ini memberikan gambaran bahwa laki-laki masih menjadi tumpuan utama dalam memberi nafkah keluarga, sedangkan perempuan sebagian besar masih terlibat dalam mengurus rumah tangga. Bila dibandingkan antara TPAK menurut daerah tempat tinggal, dari tabel 12 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 TPAK di daerah perkotaan lebih tinggi dari pada TPAK di daerah perdesaan. 31

43 Gambar 4. 4 Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama, Kabupaten Pelalawan, 2008 Sumber : BPS Gambar 4 memberikan informasi tentang persentase penduduk menurut pengelompokkan angkatan kerja/bukan angkatan kerja. Dimana angkatan kerja adalah total persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang aktivitas utamanya seminggu yang lalu adalah bekerja dan mencari kerja, sedangkan bukan angkatan kerja adalah total persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang aktivitas utamanya seminggu yang lalu adalah sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dari total penduduk Pelalawan, 64,08 persen diantarannya adalah angkatan kerja dan hanya 35,92 persen yang bukan angkatan kerja. Jika dilihat perbandingan antara perdesaan dengan perkotaan maka terlihat bahwa angkatan kerja di perkotaan lebih besar dibandingkan dengan perdesaan. Tabel Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Kabupaten Pelalawan, 2008 STATUS PEKERJAAN Perkotaan Pedesaan K+D SEKTOR FORMAL 58,66 29,51 33,97 1. Berusaha dibantu buruh tetap/brh dibayar 1,80 8,96 7,86 32

44 2. Buruh/karyawan 56,87 20,55 26,11 SEKTOR NON FORMAL 41,34 70,49 66,03 Sumber : BPS 1. Berusaha sendiri 18,51 28,98 27,38 2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ brh tdk dibayar 14,47 13,30 13,48 3. Pek bebas pertanian 0,00 10,33 8,75 4. Pek bebas non tani 1,99 3,42 3,20 5. Pek tak dibayar 6,38 14,46 13,22 TOTAL Tabel 13 memberikan informasi tentang penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut status pekerjaan. Status pekerjaan pada Tabel 12 dapat kita kategorikan lagi menjadi bekerja pada sektor formal dan non formal. Sektor formal terdiri dari buruh/karyawan dan berusaha dibantu buruh tetap, sedangkan sisanya masuk ke dalam sektor non formal. Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa 33,97 persen penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Pelalawan bekerja pada sektor formal sedangkan 66,03 persen bekerja pada sektor non formal. Jika dibandingkan antara daerah perkotaan dengan perdesaan di Kabupaten Pelalawan, terlihat bahwa ada perbedaan pola yang cukup signifikan antara daerah perkotaan dengan perdesaan. Di daerah perkotaan penduduk usia 15 tahun keatas lebih banyak yang bekerja di sektor formal yaitu sebesar 58,66 persen dan yang bekerja di sektor non formal hanya sebesar 41,34 persen. Sedangkan di daerah perdesaan di Kabupaten Pelalawan pola justru terbalik, dimana penduduk usia 15 tahun keatas lebih banyak yang bekerja di sektor non formal yaitu sebesar 70,49 persen, sementara yang bekerja di sektor formal hanya 29,51 persen. Hal ini menandakan bahwa tingkat kesehjateraan masyarakat Kabupaten Pelalawan masih terkonsentrasi di daerah perkotaan, karena pekerjaan di sektor formal umumnya menghasilkan tingkat pendapatan yang lebih baik dibandingkan pekerjaan di sektor non formal. 33

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

2.1. Konsep dan Definisi

2.1. Konsep dan Definisi 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya kematian bayi

Lebih terperinci

Bupati Kepulauan Anambas

Bupati Kepulauan Anambas Bupati Kepulauan Anambas KATA SAMBUTAN Assalammulaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada kita semua dan tak lupa dihaturkan

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 No. Katalog BPS : 4102002.05 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : x + 70 Naskah : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2007-2008 ISBN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran buku Jumlah halaman : 17.6 x 25 cm : x + 100 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan oleh : Badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manusia merupakan harta atau aset yang sangat berharga bagi kelanjutan ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu negara, pengembangan kualitas akan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii i DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 Katalog BPS: 1413.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 BADAN PUSAT STATISTIK DAN BAPPEDA KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 No. Publikasi : 35230.0310 Katalog

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 No. 23/05/14/Th. XVIII, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 IPM Riau Tahun 2016 Pembangunan manusia di Riau pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SORONG TAHUN 2010 Nomor Publikasi : 9107.11.03 Katalog BPS : 1413.9107 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : v rumawi + 111 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102002.3523 Katalog BPS: 4102002.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN TAHUN 2011 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2011 No. Publikasi

Lebih terperinci

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Pembangunan Manusia Kota Bandung Tahun 2014 ini dapat terselesaikan.

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 9105.1104 No. Katalog BPS/Catalogue Number: 1101001.9105 Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Manusia Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii SAMBUTAN i DAFTAR ISI HALAMAN SAMBUTAN... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010 No. Katalog BPS : 4102002.05 Ukuran Buku : 16,5 cm x 22 cm Jumlah Halaman : xi + 76 Naskah : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 30/06/14/Th. XVII, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Riau Tahun 2015 Pembangunan manusia di Riau pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia IPM KABUPATEN TELUK BINTUNI 2012 BPS Kabupaten Teluk Bintuni menerbitkan publikasi IPM Kabupaten Teluk Bintuni secara berkala sejak tahun 2005. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT 2011 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN RAJA AMPAT 2011 Nomor Katalog / Catalog Number : 4102002.9108 Nomor Publikasi / Publication Numbe r : 91080.12.28

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011 ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011 No. Publikasi /Publication Number : 3319.0612 Katalog BPS / BPS Catalogue : 1413.3319 Ukuran Buku/Book Size : 14.8 x 21 cm Jumlah Halaman/Number

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 i Penyusunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas perkenan dan rahmat-nya, kita telah diberi kesempatan untuk mencurahkan segenap kemampuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia IPM KABUPATEN TELUK BINTUNI 2009 BPS Kabupaten Teluk Bintuni menerbitkan publikasi IPM Kabupaten Teluk Bintuni secara berkala sejak tahun 2005. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 Nomor Publikasi : 3279.1103 Katalog BPS : 4102002.3279 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,5 cm x 21,5 cm : ix rumawi + 117 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 31/05/Th.I, 5 Mei 2017 IPM Sulawesi Tenggara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 Ukuran Buku

Lebih terperinci

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN TAMBRAUW 2009 Nomor Katalog / Catalog Number : 9105.9109 Nomor Publikasi / Publication Numbe r : 9109.10.01 Ukuran Buku / Book Size Jumlah Halaman / Page Number

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2010

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2010 Kata Pengantar Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas perkenannya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kota Semarang 2009 dapat disajikan. Publikasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 38/07/34/Th.XVIII, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN 2015

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN 2015 ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN 2015 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pelalawan Bekerja Sama Dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu:

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu: BAB II METODOLOGI 2. 1 PRINSIP DASAR PENYUSUNAN Prinsip dasar penyusunan publikasi ini masih merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya, yaitu tetap melakukan pengukuran terhadap kinerja pembanguan manusia

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN 2008 2009 ISSN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 17.6 x 25 cm : xii + 91 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan Oleh

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 36/06/17/II, 2 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM PROVINSI BENGKULU TAHUN TERMASUK KATEGORI SEDANG Pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU IV. GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Provinsi Riau terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329.867,61 km 2 sebesar 235.306 km 2 (71,33

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 25/04/52/th II, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTB pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75 No. 48/06/21/Th. XI, 15 Juni 2016 IPM Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi geografis, sosial ekonomi dan kependudukan Provinsi Jawa Tengah A. Kondisi Geografis Provinsi

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

Katalog BPS: 4102002.1274 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TEBING TINGGI Jl. Gunung Leuser No. Telp (0621) 21733. Fax (0621) 21635 Email: bps1274@mailhost.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TEBING TINGGI STATISTICS

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2012

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2012 Kata Pengantar Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas perkenannya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kota Semarang 2011 dapat disajikan. Publikasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan salah satu kebijakan pengembangan wilayah yang mencoba merubah sistem sentralistik menjadi desentralistik. Melalui kebijakan ini, diharapkan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 33/05/Th. XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sulawesi Utara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Utara pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini pembangunan bukan hanya ditujukan dalam wujud pembangunan fisik berupa sarana dan prasarana infrastruktur, tetapi dalam cakupan yang lebih luas seperti yang

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/72/ThXX, 05 Mei 2017 IPM Sulawesi Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Tengah terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN MENINGKAT MENJADI TINGGI Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016 KATA PENGANTAR Semangat otonomi daerah yang digulirkan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan telah direvisi dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi

Lebih terperinci

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA PEMBANGUNAN MANUSIA Proses pembangunan yang sedang dilaksanakan terutama pada Negara berkembang hakikatnya adalah pembangunan terhadap manusianya. Taraf kualitas kehidupan manusia merupakan tujuan utama

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 25/05/15/Th.XI, 5 Mei 2017 IPM Provinsi Jambi Tahun 2016 Pembangunan manusia di Provinsi Jambi pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

HUMAN DEVELOPMENT INDEX

HUMAN DEVELOPMENT INDEX HUMAN DEVELOPMENT INDEX Oleh : 1. ITRA MUSTIKA (135030201111117) 2. YUSRIN RIZQI FARADITA (135030201111119) 3. DINAR DWI PURNAMASARI (135030201111135) 4. ERVINGKA RAHMA Y.S (135030207111101) Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015 INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI Kata Pengantar merupakan publikasi yang menyajikan data terkait indikator ekonomi, sosial, infrastruktur dan pelayanan publik, lingkungan, dan teknologi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU H.Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 Pendahuluan Metodologi IPM Hasil Penghitungan IPM Metode Baru Penutup Pendahuluan SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990:

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 14/07/Th.I, 1 Juli 2016 IPM Sulawesi Tenggara Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari

Lebih terperinci

ANALISIS CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA ANTARA RIAU DARATAN DAN RIAU PESISIR

ANALISIS CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA ANTARA RIAU DARATAN DAN RIAU PESISIR ANALISIS CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA ANTARA RIAU DARATAN DAN RIAU PESISIR Oleh : Lapeti Sari ABSTRAK Diantaranya tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan termasuk

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 i ii INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 Katalog BPS/ BPS Catalogue : 1413.9107 ISSN : 2302-1535 Nomor Publikasi/ Publication Number : 9107.15.03 Ukuran Buku/ Book size :

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012 ISBN Nomor Publikasi Nomor Katalog Ukuran Buku Jumlah Halaman : 979.486.6199 : 3204.12.70 : 1413.3204 : 25,7 Cm x 18,2 Cm : 81 + viii Naskah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA K o t a B a t a m Tahun 2015 No. Publikasi : 2171.15.07 No. Katalog BPS : 4102.002.2171 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : viii + 50 Naskah : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA TAHUN 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA TAHUN 2012 Katalog BPS : 4102002.7107 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : xxii + 74 Halaman Naskah : Badan Perencanaan

Lebih terperinci