Bupati Kepulauan Anambas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bupati Kepulauan Anambas"

Transkripsi

1

2 Bupati Kepulauan Anambas KATA SAMBUTAN Assalammulaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada kita semua dan tak lupa dihaturkan solawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2008 Kabupaten Kepulauan Anambas dapat terbit sesuai dengan rencana. IPM adalah salah satu indikator melihat kondisi kinerja pembangunan manusia yang dipandang dari aspek kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Angka IPM tahun 2008 Kabupaten Kepulauan Anambas menjadi landasan awal untuk melakukan pengembangan pembangunan manusia di tahun-tahun selanjutnya. Dengan adanya pembangunan yang terus menerus secara komprehensif dilakukan, tentunya membuat angka IPM dapat terus ditingkatkan dan percepatan peningkatannya diharapkan juga lebih tinggi. Sehingga lima tahun ke depan angka IPM Kabupaten Kepulauan Anambas dapat menjadi lebih tinggi dari Kabupaten/Kota di Indonesia dan Provinsi Kepulauan Riau.

3 Untuk itu kepada semua pihak agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Khusus kepada setiap SKPD juga agar meningkatkan kinerja pembangunan sesuai dengan tupoksinya. Tentunya koordinasi dari setiap SKPD dan dengan melibatkan elemen masyarakat menjadi sesuatu yang penting demi keberhasilan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Akhirnya diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kepulauan Anambas. Semoga melalui informasi ini memacu pembangunan ke depan. Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalammualaikum Wr. Wb. Tarempa, Desember 2009 Pj. Bupati Kepulauan Anambas Drs. T. MUKHTARUDDIN

4 KATA SAMBUTAN Assalammualaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian Pengembangan dan Penanaman Modal Daerah (Bappeda) Kabupaten Kepulauan Anambas, dituntut untuk melakukan perencanaan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Anambas secara terkoordinasi dari setiap SKPD dan well inform terhadap segala indikator dan informasi untuk setiap elemen masyarakat dalam membangun Kabupaten Kepulauan Anambas. Salah satu pembangunan yang penting adalah pembangunan manusia di Kabupaten Kepulauan Anambas. Selanjutnya salah satu indikator kinerja pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Daerah. Untuk itu Bappeda Kabupaten Kepulauan Anambas melakukan kerjasama dengan BPS Provinsi Kepulauan Riau dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 pada anggaran tahun Angka IPM 2008 dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembangunan manusia di Kabupaten Kepulauan Anambas. Angka IPM merupakan indeks komposit dari tiga aspek, yaitu aspek kesehatan, aspek pendidikan, dan aspek ekonomi. Aspek kesehatan dilihat dari angka harapan hidup. Sedangkan aspek pendidikan dilihat dari angka melek huruf dan lamanya sekolah. Kemudian aspek ekonomi dilihat dari angka daya beli masyarakat (Purchasing Power Parity=PPP). Dari ketiga aspek tersebut disusunlah angka IPM Kabupaten Kepulauan Anambas.

5 Akhirnya tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, tentunya kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalammualaikum Wr. Wb. Tarempa, Desember 2009 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian Pengembangan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Ir. SYARIFUDDIN NIP

6 KATA PENGANTAR Publikasi INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2008 merupakan salah satu kewajiban BPS Provinsi Kepulauan Riau yang harus dibuat berdasarkan kegiatan hasil kerja sama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah kabupaten Kepulauan Anambas dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, berdasarkan Nota Kesepahaman Antara Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian Pengembangan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Nomor 01/MOU/BPPD/IV/2009 tanggal 02 April 2009 tentang Penyusunan, Penyediaan, dan Publikasi Data Statistik Kabupaten Kepulauan Anambas. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menyusun angka Indeks Pembangunan Manusia 2008 yang akan digunakan sebagai dasar evaluasi keberhasilan pelaksanaan pembangunan sumber daya manusia, utamanya yang berkaitan dengan masalah kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli penduduk. Pada publikasi ini disajikan data yang tersedia sesuai dengan metodologi yang akan digunakan dalam penyusunan IPM. Disamping itu juga diberikan beberapa tabel dasar dalam memperoleh beberapa hasil pengukuran yang akan dilakukan. Publikasi ini diharapkan menjadi salah landasan dalam melakukan berbagaik kebijakan dan monitoring serta evaluasi pembangunan daerah Kabupaten Kepulauan Anambas. Dengan selesainya publikasi dari Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas 2008 ini diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi. Segala kritik dan saran bagi penyempurnaan selanjutnya sangat diharapkan. Tanjungpinang, Desember 2009 Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau Kepala, Drs. Aminul Akbar, M.Sc NIP. :

7 Daftar Isi Halaman Sambutan Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas... i Sambutan Kepala BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Anambas... iii Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengertian Pembangunan Manusia Maksud dan Tujuan Nilai Manfaat Cakupan Isi... 6 BAB 2 METODOLOGI Ruang Lingkup dan Sumber Data Metode Penghitungan Tahapan Penghitungan Komponen IPM dan Konsep BAB 3 TINGKAT KESEHATAN PENDUDUK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS Derajat Kesehatan Penduduk (Angka Kematian dan 19 Angka Harapan Hidup) Status Kesehatan Penduduk Pemberian ASI dan Gizi Balita Imunisasi Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan BAB 4 TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS Tingkat Pendidikan Tingkat Partisipasi Sekolah Rata-rata Lamanya Sekolah Fasilitas Pendidikan BAB 5 PEREKONOMIAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENDUDUK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS Perekonomian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas 2008 vi

8 5.2. Tingkat Kesejahteraan dan Distribusi Pendapatan Perkembangan Penduduk Miskin BAB 6 INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS Indek Pembangunan Manusia Menerapkan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten 52 Kepualauan Anambas Reduksi Shortfall Lampiran Visualisasi Gambaran Kabupaten Kepulauan Anambas Kesehatan Pendidikan Ekonomi Kuesioner... DAFTAR PUSTAKA Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas 2008 vii

9 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah yang dilaksanakan sejak 1 Januari 2001 memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut, kepada Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri serta sumber keuangan lain, seperti perimbangan keuangan pusat dan daerah, yang berupa Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selama lima tahun terakhir, DAU merupakan salah satu sumber pendapatan utama Pemerintah Daerah. Azas kesenjangan fiskal (fiscal gap) yang mendasari penghitungan DAU memerlukan dukungan data yang valid, akurat, dan terkini sehingga pembagian DAU ke daerah menjadi adil, proporsional, dan merata. Sehubungan dengan keperluan tersebut, Badan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

10 Pendahuluan Pusat Statisti (BPS) sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam Undang Undang Nomor 16 tahun 1997 tentang statistik, diminta untuk menyediakan data yang akan digunakan dalam penghitungan DAU 2009 dengan kualifikasi seperti tersebut di atas. Data tersebut adalah Jumlah Penduduk, Indeks Pembangungan Manusia (IPM), Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonsia Propinsi Kepulauan Riau. Salah satu komponen penting dalam rangka penyediaan data yang akan digunakan dalam penghitungan DAU 2009 adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM telah dihitung BPS sejak tahun 1993 dan masih merupakan exercise. IPM yang dihasilkan pada tahun tersebut disajikan hanya sampai tingkat propinsi. Untuk penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2010, digunakan IPM Kabupaten Kepulauan Anambas berdasarkan angka proyeksi untuk DAU pada tahun 2009 mempunyai jumlah penduduk sebesar orang (Juni 2009). Nilai IPM Kabupaten Kepulauan Anambas cukup tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota di Indonesia yaitu sebesar 67,44 (kelompok menengah tinggi IPM 66-70), tetapi pada Provinsi Kepulauan Riau masih pada urutan terakhir (urutan ke-7). Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 67,07 tahun. Ini mengandung arti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2008 diperkirakan dapat mencapai usia antara 67 sampai 68 tahun. Sedangkan angka harapan hidup Provinsi Kepulauan Riau secara Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

11 Pendahuluan keseluruhan mencapai 69,70 tahun, sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai harapan hidup lebih pendek dibandingkan dengan harapan hidup penduduk Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan. Ini menunjukkan perlunya ditingkatkan pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Selain sehat, ternyata penduduk Kepulauan Anambas juga mempunyai tingkat pengetahuan yang masih rendah, hal ini dapat dilihat misalnya dari besarnya angka rata-rata lama sekolahnya, yaitu mencapai 5,25 tahun, atau secara umum dapat dikatakan bahwa penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas masih menduduki bangku sekolah sampai dengan kelas 6 SD, angka ini sangat rendah dibandingkan dengan rata-rata lamanya sekolah penduduk Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan, yaitu hanya mencapai 8,94 tahun, atau mencapai kelas dua SLTP. Keberhasilan pembangunan manusia di Kabupaten Kepulauan Anambas diharapkan lebih dapat dipacu lagi, sehingga kemajuan sosial dan ekonomi dapat benar-benar dirasakan oleh seluruh masyarakat. Tantangan yang dihadapi oleh Pimpinan Daerah dan jajarannya untuk dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat cukup banyak, di antaranya jumlah penduduk miskin yang jumlahnya masih sekitar 73,7 ribu rumah tangga, wilayah geografisnya yang sangat luas dan berpulau-pulau, di mana luas daratannya hanya 4 persen sementara luas lautannya 96 persen. Tantangan tersebut akan dapat menjadi peluang yang sangat baik mengingat mulai bulan Maret 2007 ini seluruh kantor pemerintahan tingkat propinsi sudah Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

12 Pendahuluan mulai menunjukkan geliatnya di Kota Tanjung Pinang, ibukota Propinsi Kepulauan Riau, sehingga diharapkan seluruh program pemerintah tingkat satu dapat dijalankan dengan sempurna, didukung dengan tingkat kesehatan dan pengetahuan penduduknya yang sangat baik Pengertian Pembangunan Manusia Pembangunan manusia adalah proses agar manusia mampu memiliki lebih banyak pilihan dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik dan sebagainya. Konsep Indeks Pembangunan Manusia adalah mengukur pencapaian keseluruh negara atau propinsi atau kabupaten/kota. Dengan demikian IPM mengukur pencapaian kemajuan pembangunan sosial dan ekonomi di negara atau propinsi tertentu. IPM direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu umur panjang dan sehat (longevity), pengetahuan (knowledge) dan hidup yang layak (standard of living). Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi umur panjang dan sehat adalah angka harapan hidup. Untuk mengukur dimensi pengetahuan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan dimensi kehidupan yang layak diukur dengan paritas daya beli (purchsing power parity/ppp). Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

13 Pendahuluan 1.3. Maksud dan Tujuan Kegiatan ini dimaksudkan untuk menghitung angka IPM Kabupaten Kepulauan Anambas, sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan pembangunan manusia yang dilakukan oleh Kabupaten Kepulauan Anambas. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dengan adanya peningkatan atau penurunan dari tahun ke tahun atas angka IPM. Peningkatan angka IPM berarti menunjukkan keberhasilan, sebaliknya stagnansi atau bahkan penurunan angka IPM menunjukkan ketidak berhasilan pembangunan manusia Nilai Manfaat Hasil penghitungan IPM tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kota di Propinsi Kepulauan Riau sangat bermanfaat bagi Pemerintah Daerah Propinsi Kepulauan Riau dan Pemerintah Kabupaten/Kota, utamanya yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan manusia yang meliputi tiga aspek, yaitu pendidikan, kesehatan, dan kemampuan daya beli. Selain itu angka IPM dapat digunakan untuk memperoleh perkiraan besarnya dana alokasi umum yang akan diterima oleh Pemerintah Daerah. Dari sisi perencanaan pembangunan, angka IPM yang semakin tinggi menunjukkan keberhasilan di dalam pembangunan sumber daya manusia, sebaliknya angka IPM yang semakin rendah menunjukkan kekurang berhasilan di dalam pembangunan sumber daya manusia. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

14 Pendahuluan Dana alokasi umum yang tinggi yang diperoleh dari besaran nilai IPM yang rendah mestinya justru disikapi oleh Pemerintah Daerah untuk sangat berhati-hati. Jika dalam jangka waktu menengah, misalnya 5 tahun, pemerintah daerah tidak dapat meningkatkan nilai IPM berarti pemerintah daerah tersebut telah gagal dalam upaya pembangunan sumber daya manusianya. Sebaliknya jika dalam waktu tersebut pemerintah dapat meningkatkan nilai IPMnya, maka pemerintah daerah tersebut berhasil atau sangat berhasil dalam melakukan upaya pembangunan sumber daya manusia, walaupun itu berarti porsi dana alokasi umum yang diterima menjadi lebih sedikit Cakupan Isi Buku Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kepulauan Anambas 2008 tahun anggaran 2009 disusun atas enam bab, yang didahului dengan Bab pertama yang menerangkan tentang latar belakang disusunnya buku ini dan diuraikan pula pengertian pembangunan manusia, maksud dan tujuan disusunnya buku ini, nilai manfaat dari buku ini serta cakupan isi. Bab kedua menerangkan metodologi yang digunakan di dalam penyusunan buku ini, antara lain menerangkan tentang ruang lingkup dan sumber data utama yang digunakan untuk penghitungan indikator-indikator yang terkait dengan masalah kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli, serta indeks pembangunan manusia. Selain itu, di dalam bab dua ini Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

15 Pendahuluan juga disajikan tahapan penghitungan IPM, konsep-konsep dan komponen IPM. Bab ketiga menyoroti beberapa indikator yang berkaitan dengan masalah kesehatan, di antaranya adalah angka kematian bayi dan angka harapan hidup yang digunakan untuk mengetahui derajat kesehatan penduduk, selain itu diulas pula tentang status kesehatan penduduk yang di antaranya dapat dikemukakan berdasarkan besar kecilnya angka kesakitan, rata-rata lamanya sakit. Di dalam bab ini juga di bahasa mengenai pemanfaatan fasilitas kesehatan, baik itu berupa berobat sendiri menurut jenis atau cara pengobatannya, maupun berobat jalan ke berbagai fasilitas kesehatan. Hal penting lainnya yang dibahas dalam bab tiga adalah tentang keadaan bayi atau balita, yaitu dengan menerangkan rata-rata lamanya (bulan) balita disusui, status gizi balita, serta imunisasi yang diberikan kepada mereka. Bab keempat membahas beberapa indikator yang berkaitan dengan masalah pendidikan, di antaranya adalah tingkat melek huruf yang merupakan ukuran yang sangat mendasar yang berkaitan dengan tingkat pendidikan, juga dibahas tentang tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagai barometer untuk mengetahui kualitas mutu sumber daya manusia. Selain itu, dibahas pula tingkat partisipasi sekolah dari anak-anak usia sekolah menurut jenjang pendidikan sekolah dasar, lanjutan tingkat pertama, dan lanjutan tingkat atas. Rata-rata lama sekolah yang merupakan salah satu indikator kunci di dalam penyusunan IPM juga dibahas di dalam bab keempat ini. Selain itu untuk mengetahui seberapa besar peranan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

16 Pendahuluan sekolah dan guru untuk dapat turut serta mensukseskan upaya pembangunan di bidang pendidikan juga dibahas di sini, utamanya yang berkaitan dengan rasio murid guru dan rasio murid sekolah. Bab kelima menerangkan perkembangan perekonomian di Kabuaten Kepulauan Anambas dari tahun 2007 sampai tahun 2008, dalam hal ini dikemukakan besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, baik dengan migas maupun tanpa migas, di sini di ulas pula laju pertumbuhan ekonomi di Propinsi Kepulauan Riau maupun peranan beberapa sektor di dalam menentukan naik turunnya nilai PDRB. Selain itu dibahas pula tingkat kesejahteraan penduduk yang dicerminkan dari besarnya kemampuan daya beli penduduk dan dilihat pula ada tidaknya ketimpangan di dalam distribusi pendapatan penduduk dengan menggunakan kriteria bank dunia maupun angka gini ratio. Pada bagian terakhir dari bab ini disampaikan pula sisi lain dari pada keberhasilan perekonomian di Kabupaten Kepulauan Anambas, yaitu ketidakberhasilan yang utamanya disoroti dengan masih cukup tingginya penduduk atau rumah tangga miskin. Bab keenam menerangkan inti dari pada disusunnya buku ini, yaitu Indeks Pembangunan Manusia, baik angka propinsi maupun kabupaten/kota dan dilihat pula perkembangannya selama 2007 sampai Di dalam bab ini diterangkan pula bagaimana penerapan IPM di Kabupaten Kepulauan Anambas. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

17 Metodologi 2.1. Ruang Lingkup dan Sumber Data Penyusunan IPM Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2008, di samping menyajikan data IPM tingkat Kabupaten, juga disajikan beberapa gambaran yang terkait per Kecamatan. Sumber data yang digunakan untuk menghitung IPM utamanya adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk IPM 2008 data yang digunakan meliputi Susenas Kor 2008, Supas 2005, Susenas Modul Konsumsi 2008, dan IHK Susenas Kor 2008 digunakan untuk menghitung indikator seperti Angka Melek Huruf (AMH), Rata rata Lama Sekolah (MYS) dan pengeluaran per kapita per bulan, sedangkan data Supas 2005 digunakan untuk menghitung Angka Harapan Hidup (e 0 ), Selanjutnya Susenas Modul Konsumsi 2008 digunakan untuk menghitung daya beli yang didasarkan pada 27 komoditi. Indeks Harga Konsumen (IHK) 2008 digunakan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun

18 Metodologi untuk men-deflate harga implisit dari 27 komoditi pada Susenas Modul Konsumsi 2008 untuk memperoleh harga pada kondisi tahun Selain itu juga didukung oleh observasi lapangan pada tahun 2009 serta data primernya Metode Penghitungan Angka Harapan Hidup dihitung dengan menggunakan paket program MORTPACK (metode Trussel dengan model West), dengan input Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Angka Melek Huruf, menghitung proporsi penduduk yang dapat membaca dan menulis Rata-rata Lama Sekolah, menghitung rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan penduduk untuk menjalani sekolah Paritas Daya Beli, dengan proses penghitungan sbb: 1. Y : Pengeluaran per kapita 2. Y 1 : Y + (Y*20%) 3. Y 2 : Nilai Riil Y 1 deflasi, IHK 4. PPP didasarkan 27 komoditi (lihat tabel 2.2) PPP = [ E (i,j) ] / [ P (9,j) Q (i,j) ] Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun

19 Metodologi Di mana : E (i,j) : Pengeluaran untuk komoditi j di propinsi i P (i,j) : Harga komoditi j di Jakarta Selatan Q (i,j) : Volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di provinsi i 5. Y 3 : Y 2 /PPP 6. Y 4 : Menghitung nilai Y 3 dengan formula Atkinson Formula Atkinson C (i) * = C (i) ; jika C (i) < Z = Z + 2[(C (i) Z] ½ : jika Z < C (i) < 2 Z = Z + 2(Z) ½ + 3 (C (i) - 2 Z) 1/3 ; jika 2Z < C (i) < 3 Z = Z + 2 (Z) ½ + 3 (Z) 1/3 + 4 (C (i) 3 Z) ¼ ; jika 3 Z < C (i) < 4 Z C (i) = PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita Z = Batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp ,- per kapita per tahun atau Rp 1.500,- per kapita per hari. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun

20 Metodologi 2.3. Tahapan Penghitungan Untuk menghitung IPM, maka setiap komponen dihitung indeksnya. Formula penghitungannya sebagai berikut : Indeks X (i,j) = [X (i,j) X (i min) ] / [ X (i maks) X (i min) ] Di mana : X (i,j) = komponen ke-i dari daerah j X (i min) = nilai minimum dari Xi standar UNDP X (i maks) = nilai maksimum dari Xi standar UNDP Dengan menggunakan formula di atas, Indeks Lama Hidup, Indeks Pendidikan, Indeks Daya Beli dapat dihitung. Nilai minimum dan maksimum merupakan angka standar UNDP (United Nations for Development Programe). Indeks Lamanya Hidup Indeks X 1 = (X 1 25)/(85-25) Indeks Pendidikan terdiri dari dua komponen : Melek Huruf (persen) diberi bobot 2/3 Rata-rata Lama Sekolah diberi bobot 1/3 Indeks X 2 = [2/3(Indeks Melek Huruf)] + [1/3 Indeks Rata 2 Lama Sekolah)] Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun

21 Metodologi Indeks Pengeluaran Riil Indeks X 3 = (Y 4-360)/(732,72-300) Nilai IPM dapat dihitung sebagai : IPM = 1/3 [ Indeks X 1 + Indeks X 2 + Indeks X 3 ] Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun

22 Metodologi Tabel 2.1. Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM Komponen IPM Nilai Maksimum Nilai Minimum Keterangan Angka Harapan Hidup Standar UNDP Angka Melek Huruf Standar UNDP Rata-rata Lama Sekolah 15 0 UNDP menggunakan combined gross enrollment ratio Daya Beli UNDP menggunakan PDRB riil per kapita yang telah disesuaikan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun

23 Metodologi Tabel 2.2. Daftar Paket Komoditi Yang Digunakan Dalam Penghitungan PPP Komoditi Unit Proporsi dari Total Konsumsi 1. Beras Lokal Kg 7,25 2. Tepung Terigu Kg 0,10 3. Singkong Kg 0,22 4. Tuna/Cakalang Kg 0,50 5. Teri Ons 0,32 6. Daging Sapi Kg 0,78 7. Ayam Kg 0,65 8. Telur Butir 1,48 9. Susu kental manis 397 gram 0, Bayam Kg 0, Kacang panjang Kg 0, Kacang tanah Kg 0, Tempe Kg 0, Jeruk Kg 0, Pepaya Kg 0, Kelapa Butir 0, Gula Ons 1, Kopi Ons 0, Garam Ons 0, Merica Ons 0, Mie instan 80 gram 0, Rokok kretek 10 Batang 2, Listrik Kwh 2, Air minum M 3 0, Bensin Liter 1, Minyak tanah Liter 1, Sewa rumah Unit 11,56 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun

24 Metodologi 2.4. Komponen IPM dan Konsep Angka Harapan Hidup pada waktu lahir (e 0 ) : Perkiraan lama hidup ratarata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur Angka Melek Huruf Penduduk dewasa : Proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya Rata-rata Lama Sekolah : Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani Indeks Pendidikan : Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf di kalangan penduduk dewasa dan rata-rata lama sekokah Paritas daya Beli (Purchasing Power Parity = PPP) : Memungkinkan dilakukan perbandingan harga-harga riil antar propinsi dan antar kabupaten/kota mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi per kapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu provinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginal yang dihitung dengan formula atkinson. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun

25 Metodologi Reduksi Shortfall : mengukur keberhasilan dipandang dari jarak antara yang dicapai terhadap kondisi ideal (IPM = 100). Nilai reduksi shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Pengukuran ini didasarkan asumsi, laju perubahan tidak bersifat linier, tetapi laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun

26 Kesehatan Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk dengan menggunakan indikator utama angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Aspek penting lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan yang antara lain diukur melalui angka kesakitan dan status gizi. Sementara untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan kesehatan perlu mendapat perhatian utama. Upaya tersebut antara lain melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan pengadaan atau peningkatan sarana dan prasarana dalam bidang medis tertentu, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

27 Kesehatan 3.5. Derajat Kesehatan Penduduk (Angka Kematian dan Angka Harapan Hidup) Angka harapan hidup penduduk merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Semakin tinggi angka harapan hidup suatu wilayah menunjukkan semakin tinggi derajat kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kepulaua Anambas pada tahun 2008 adalah 67,07 tahun. Ini berarti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2008 diperkirakan akan dapat hidup selama 67,07 tahun dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan yang ada tidak berubah. Angka harapan hidup ini lebih rendah dibandingkan angka harapan hidup penduduk di Provinsi Kepulauan Riau. Tabel 3.1. Perkembangan Angka Harapan Hidup di Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2007 dan 2008 Angka Harapan Hidup (tahun) (1) (2) (3) Kepulauan Riau 69,6 69,7 Kepulauan Anambas 67,1 Sumber : BPS, Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2007 dan Status Kesehatan Penduduk Informasi tentang status kesehatan penduduk dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk, informasi tersebut di antaranya dapat dilihat melalui indikator angka kesakitan, yaitu persentase Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

28 Kesehatan penduduk yang mengalami gangguan kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama sebulan sebelum kegiatan pencacahan Survei Sosial Ekonomi Nasional. Tabel 3.2. menunjukkan bahwa persentase penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang mengalami keluhan kesehatan dan merasa terganggu aktivitas sehari-harinya pada tahun 2008 adalah sebesar 28,32 persen. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, ternyata angka kesakitan penduduk yang tinggal di daerah pedesaan (29,01 persen), persentasenya relatif lebih banyak dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan (26,25 persen). Tabel 3.2. Angka Kesakitan dan Rata2 Lamanya Sakit, Tahun 2008 Keterangan Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan (1) (2) (3) (4) Angka Kesakitan 26,25 29,01 28,32 Rata2 Lama Sakit (hari) 6,27 5,83 5,93 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 dan 2008 Diantara mereka yang terganggu kesehatannya, rata-rata lamanya sakit penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas adalah selama 5,93 hari, penduduk di daerah perkotaan rata-rata lamanya sakit sedikit lebih lama, yaitu 6,27 hari dibandingkan penduduk di daerah perdesaan, di mana ratarata lamanya sakit hanya 5,83 hari. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

29 Kesehatan 3.5. Pemberian ASI dan Gizi Balita Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling penting bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain mengandung nilai gizi yang cukup tinggi juga mengandung zat kekebalan tubuh terhadap penyakit. Oleh karena itu, semakin lama seorang anak disusui akan semakin baik tingkat pertumbuhan dan kesehatannya. Pada tahun 2008, rata-rata lamanya balita disusui adalah 13,95 bulan, untuk balita yang tinggal di daerah pedesaan relatif lebih lama disusui, yaitu 15,16 bulan dibandingkan dengan balita di daerah perkotaan yang disusui rata-rata selama 9,43 bulan. Pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan sangat penting bagi bayi sampai dengan usia 6 bulan, hal tersebut dikenal dengan istilah ASI eksklusif. Dari hasil pengolahan data Survei Sosial Ekonomi Nasional pada tahun 2008 dapat diketahui bahwa balita yang hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan adalah selama 5,00 bulan, ini berarti penerapan ASI Ekslusif hampir terpenuhi dengan baik. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal nampak bahwa bayi di daerah perdesaan sedikit lebih lama diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan (5,11 bulan) dibandingkan dengan bayi yang tinggal di daerah perkotaan (4,57 bulan) Imunisasi Untuk mencegah berbagai penyakit menular pemerintah memberikan beberapa antigen untuk balita dan anak-anak. Adapun antigen yang dianggap penting adalah BCG, DPT, Polio, dan Campak serta Hepatitis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

30 Kesehatan untuk mencegah penyakit yang biasanya menyerang anak-anak yang diduga dapat menyebabkan kematian pada bayi. Imunisasi sangat penting bagi upaya pencegahan bayi atau balita terkena beberapa penyakit tertentu, semakin besar persentase balita yang pernah diimunisasi maka diharapkan akan semakin baik pula tingkat atau derajat kesehatan bayi atau balita. Pada tahun 2008, balita di Kabupaten Kepulauan Anambas yang pernah diimunisasi ada sebanyak 86,97 persen, artinya ada sekitar 13,07 persen balita yang belum pernah diimunisasi, padahal Pemerintah melalui Program bulan PIN Gratis telah mewajibkan orang tua untuk membawa balitanya untuk diimunisasi secara gratis. Masih adanya balita yang belum pernah diimunisasi diduga karena sulitnya akses masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terpencil untuk membawa balitanya ke posyandu atau karena adanya keengganan dari sebagian orang tua untuk memberikan imunisasi kepada balitanya dikarenakan takut balitanya menjadi sakit. Dari Tabel 3.6. juga dapat dilihat bahwa balita di daerah pedesaan relatif lebih banyak yang tidak pernah diimunisasi, yaitu 9,6 persen dibandingkan balita di daerah perkotaan, 4,2 persen. Tabel 3.3. Persentase Balita Yang Pernah Diimunisasi Menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2008 Jenis Kelamin Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan (1) (2) (3) (4) Laki-Laki 100,00 90,63 91,89 Perempuan 85,71 80,95 82,14 Laki2+Perempuan 90,66 86,09 86,97 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

31 Kesehatan 3.5. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu utama. Puskesmas dan puskesmas pembantu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat dijangkau oleh penduduk yang tinggal di pelosok. Hal penting lainnya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang diupayakan agar persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya). Pada tahun 2008, terdapat 82,09 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, namun terdapat perbedaan yang mencolok antara daerah perkotaan dan pedesaan, untuk daerah perkotaan terdapat 100 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, namun di daerah pedesaan hanya 77,79 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, hal ini karena masih banyaknya persalinan yang ditolong oleh dukun tradisional dan lainnya, yaitu mencapai 22,21 persen. Kesadaran di dalam meminta pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dokter, bidan atau tenaga kesehatan lainnya sangat penting dalam upaya mencegah menurunnya angka kematian ibu, di daerah perkotaan persalinan yang ditolong oleh dokter mencapai 32,53 persen sedangkan di daerah pedesaan baru mencapai sepertiganya, atau hanya 11,68 persen. Sedangkan persalinan yang ditolong oleh bidan, antara daerah perkotaan dan pedesaan persentasenya cukup berbeda jauh, yaitu 67,47 persen untuk di daerah perkotaan dan 52,20 persen untuk daerah pedesaan. Peran Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

32 Kesehatan tenaga kesehatan lainnya di daerah pedesaan cukup menonjol, yaitu sekitar 13,91 persen dibandingkan di daerah perkotaan, yaitu 0 persen. Tabel 3.4. Distribusi Persentase Bayi Menurut Penolong Persalinan Bayi Tahun 2008 Penolong Persalinan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan (1) (2) (3) (4) Tenaga Kesehatan 100,00 77,79 82,09 Dokter 32,53 11,68 15,71 Bidan 67,47 52,20 55,15 Nakes Lainnya 0,00 13,91 11,23 Bukan Tenaga Kesehatan Dukun Tradisional 0,00 22,21 17,91 0,00 18,31 14,78 Lainnya 0,00 3,90 3,13 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008 Pada tahun 2008 banyaknya dokter di Kabupaten Kepulauan Anambas 11 orang orang, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maka setiap penduduk baru bisa dilayani oleh 3,28 orang dokter (jumlah penduduk tahun 2008 adalah sekitar 35 ribu orang). Demikian pula jumlah puskesmas sebanyak 28 buah termasuk puskesmas pembantu. Disamping itu juga Kabupaten Kepulauan baru memiliki 1 rumah sakit di Kecamatan Palmatak. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

33 Kesehatan Tabel 3.5. Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2008 Tenaga/Sarana Kesehatan 2008 (1) (2) Jumlah dokter 11 Jumlah dokter per penduduk 3,28 Jumlah puskesmas*) 28 Jumlah rumah sakit 1 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas, 2008 Keterangan : *) termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling Penduduk yang mengalami gangguan kesehatan pada umumnya melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat sendiri maupun berobat jalan. Tabel 3.6. menyajikan data persentase penduduk yang berobat sendiri menurut jenis pengobatan. Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang mengalami gangguan kesehatan yang berobat sendiri ada sebanyak 68,65 persen. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, penduduk di daerah perkotaan sedikit lebih banyak yang berobat sendiri, yaitu 68,98 persen dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pedesaan, di mana persentasenya hanya mencapai 68,56 persen. Secara umum, ada sebanyak 89,71 persen penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang berobat sendiri dengan cara pergi ke pengobatan modern, terlihat ada perbedaan yang cukup besar antara mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan. Sebanyak 100 persen penduduk di daerah perkotaan yang mempunyai keluhan kesehatan berobat sendiri ke pengobatan modern, sedang mereka yang tinggal di daerah pedesaan sebanyak 86,72 persen. Sebaliknya, mereka yang tinggal Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

34 Kesehatan di daerah pedesaan lebih besar yang berobat ke pengobatan tradisional, yaitu 31,07 persen dibandingkan mereka yang tinggal di perkotaan, 23,57 persen. Tabel 3.6. Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Menurut Jenis PengobatanYang Digunakan, Tahun 2008 Jenis Pengobatan Perkotaan Pedesaan Perkotaan+ Perdesaan (1) (2) (3) (4) Modern 100,00 86,72 89,71 Tradisional 23,57 31,07 29,38 Lainnya 19,74 16,07 16,89 Modern + Tradisional 23,57 17,79 19,09 Modern + Lainnya 19,74 11,64 13,46 Tradisional + Lainnya 19,74 16,07 16,89 Modern + Tradisional + Lainnya 19,74 11,64 13,46 Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Sumber : 68,98 68,56 68,65 Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008 Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2008, dari penduduk yang mengeluh sakit di Kabupaten Kepulauan Anambas, hanya 38,20 persen penduduk yang melakukan berobat jalan. Jika dilihat menurut urutan paling banyak, yang paling besar persentasenya adalah mereka yang berobat jalan ke tenaga praktek kesehatan (49,43 persen), disusul oleh mereka yang berobat jalan ke puskesmas (23,53 persen). Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, penduduk perkotaan paling banyak berobat jalan ke puskesmas, sedangkan penduduk perdesaan paling banyak berobat jalan tenaga praktek kesehatan, banyak juga yang berobat jalan ke puskesmas dan ke rumah sakit. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

35 Kesehatan Tabel Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat, Tahun 2007 dan 2008 Tempat Berobat Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan (1) (2) (3) (4) Rumah Sakit 0,00 9,10 7,46 Praktek Dokter 2,57 0,27 0,68 Puskesmas 57,34 16,26 23,53 Petugas Kesehatan 36,72 52,17 49,43 Pengobatan Tradisional 0,00 17,90 14,73 Dukun 0,00 0,00 0,00 Lainnya 3,37 4,33 4,16 Berobat jalan 30,56 40,41 38,20 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

36 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus sebagai obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Mengingat pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pembangunan di bidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan secara formal maupun non formal. Pembangunan di bidang pendidikan memerlukan peran serta yang aktif tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat. Karena belum semua anak Indonesia dapat menikmati kesempatan pendidikan dasar, antara lain karena faktor kemiskinan keluarga. Sebagai upaya untuk menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan pendidikan, antara lain terlihat dari Gerakan Nasional Orang Tua Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

37 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Asuh (GNOTA), yang menghimpun dana dari masyarakat untuk membantu keluarga miskin agar anak mereka tetap memperoleh pendidikan. Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah, misalnya dengan meningkatkan sarana dan pra sarana pendidikan, perbaikan kurikulum, bahkan semenjak tahun 1994 pemerintah juga telah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun. Untuk mendukung hal ini, melalui Program BOS, disalurkan dana langsung ke sekolah (baik SD maupun SLTP) dengan maksud peserta didik dibebaskan dari kewajiban membayar uang sekolah demi tercapainya program wajar 9 tahun. Sehingga nantinya dengan semakin lamanya usia wajib belajar diharapkan tingkat pendidikan anak akan semakin membaik, dan tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan penduduk Tingkat Pendidikan Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan, adalah kemampuan baca-tulis penduduk dewasa. Kemampuan baca tulis tercermin dari data angka melek huruf, dalam hal ini merupakan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Persentase penduduk dewasa yang dapat membaca dan menulis huruf latin tahun 2008 di Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 89,72 persen, Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

38 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas artinya ada sebanyak 10,28 persen penduduk dewasa di Kabupaten Kepulauan Anambas yang buta huruf. Angka melek huruf ini berbeda menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa angka melek huruf penduduk dewasa laki-laki mencapai 92,25 persen, sedangkan angka melek huruf penduduk dewasa perempuan tidak berbeda jauh dengan penduduk dewasa laki-laki hanyalah 87,26 persen. Ini berarti bahwa angka buta huruf penduduk dewasa perempuan jauh lebih banyak dibandingkan angka buta huruf penduduk dewasa laki-laki, yaitu 12,74 persen untuk perempuan dan 7,75 persen untuk laki-laki. Kemudian kalau dilihat menurut kelompok umur, ternyata angka melek huruf untuk penduduk usia muda cenderung mendekati seratus persen, sebaliknya angka melek huruf penduduk usia tua cenderung jauh dari angka seratus, misalnya angka melek huruf penduduk usia tahun mencapai 100,00 persen sedangkan angka melek huruf penduduk usia 50 tahun atau lebih hanya 83,27 persen, artinya kecenderungan buta huruf lebih menonjol pada penduduk usia tua, dibandingkan penduduk usia muda. Angka melek huruf selain berbeda menurut jenis kelamin dan kelompok umur, ternyata tidak berbeda nyata menurut daerah tempat tinggal. Untuk penduduk dewasa yang tinggal di daerah perkotaan, angka melek hurufnya sedikit lebih rendah dibandingkan penduduk dewasa yang tinggal di daerah pedesaan. Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa angka melek huruf penduduk dewasa yang tinggal di daerah perkotaan mencapai 89,03 persen, sementara Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

39 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas untuk mereka yang tinggal di daerah pedesaan angka melek hurufnya mencapai 89,82 persen. Kemudian jika dilihat khusus untuk penduduk pada usia 50 tahun atau lebih, angka melek hurufnya adalah sebesar 81,52 persen untuk di daerah perkotaan dan 84,28 persen untuk di daerah pedesaan, atau dapat dikatakan bahwa angka buta huruf untuk penduduk usia 50 tahun atau lebih adalah 18,48 persen di daerah perkotaan dan 15,72 persen di daerah pedesaan. Tabel 4.1. Angka Melek Huruf menurut Kelompok Umur, Tahun 2008 Kelompok Perkotaan + Perkotaan Perdesaan Umur Perdesaan (1) (2) (3) (4) ,00 100,00 100, ,02 98,26 96, ,00 96,61 97, ,18 77,57 79, ,52 84,28 83,27 Jumlah 89,03 89,82 89,62 Laki-Laki 95,01 91,41 92,25 Perempuan 84,46 88,32 87,26 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

40 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Gambaran mengenai mutu sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk berusia 10 tahun ke atas. Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa hanya 22,32 persen penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tamat pendidikan SLTP atau pendidikan yang lebih tinggi, namun jika dibedakan menurut daerah tempat tinggal, nampak bahwa mutu sumber daya manusia di daerah pedesaan relatif masih rendah, yaitu terbukti di mana penduduk usia 10 tahun ke atas yang menamatkan pendidikan SLTP atau pendidikan yang lebih tinggi hanyalah mencapai 18,34 persen, walaupun untuk mereka yang tinggal di daerah perkotaan persentasenya mencapai 33,64 persen. Tabel 4.2. Persentase Penduduk 10 tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2008 Tingkat Pendidik Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan (1) (2) (3) (4) Tidak/Belum Pernah Sekolah 9,32 9,11 9,17 Tidak/Belum SD Tamat 21,80 36,05 32,35 Sekolah Dasar 35,23 36,50 36,17 SLTP 15,45 9,21 10,83 Sekolah Menengah Tingkat Atas 13,74 7,39 9,04 Diploma I/II 0,00 0,21 0,16 Diploma Muda III/Sarjana 1,95 0,00 0,51 Diploma IV/S1/S2/S3 2,50 1,53 1,78 SLTP + 33,64 18,34 22,32 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 dan 2008 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

41 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Jika ditinjau menurut tingkat pendidikannya, penduduk usia 10 tahun ke atas di daerah pedesaan yang tamat SLTA hanya 7,39 persen, walaupun untuk mereka yang tinggal di daerah perkotaan telah mencapai 13,74 persen. Demikian pula untuk mereka yang tamat pendidikan Diploma I/II dan pendidikan lainnya yang lebih tinggi tingkatannya, untuk daerah pedesaan baru mencapai 0,21 persen. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas relatif masih rendah, dan tingkat pendidikan penduduk di daerah perkotaan lebih baik dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pedesaan Tingkat Partisipasi Sekolah Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu yang dikenal dengan istilah angka partisipasi sekolah (APS). Makin tinggi angka partisipasi sekolah menunjukkan adanya keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan. APS memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak kelompok umur tertentu yang sedang bersekolah, tanpa memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang diikuti. APS biasanya diterapkan untuk kelompok umur sekolah jenjang pendidikan SD (7 12 tahun), SLTP (13 15 tahun), dan SLTA (16 18 tahun). Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

42 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Angka partisipasi sekolah anak-anak usia 7 12 tahun pada tahun 2008 pada umumnya belum mencapai angka 100 persen dan terlihat perbedaan mencolok antara mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan, sedangkan antara laki-laki dan perempuan terlihat cenderung tidak berbeda nyata untuk perempuan (97,75 persen) dibandingkan untuk laki-laki (95,73 persen). Demikian pula angka partisipasi sekolah untuk anak-anak usia tahun secara umum belum tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok 7-12 tahun, yaitu mencapai 92,37 persen, dan jika dibedakan menurut jenis kelamin, perempuan usia tahun lebih rendah angka partisipasi sekolahnya dibandingkan laki-laki pada usia yang sama. Namun jika dibedakan menurut daerah tempat tinggal, angka partisipasi sekolah anak-anak usia tahun di daerah perkotaan (92,99 persen) tidak berbeda nyata dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pedesaan (91,89 persen). Perbedaan tersebut cukup terlalu signifikan untuk perempuan dibandingkan laki-laki. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

43 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 4.3. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah dan Daerah Tempat Tinggal, Tahun 2008 Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan (1) (2) (3) (4) 7 12 Laki-Laki 100,00 94,28 95,73 Perempuan 100,00 97,12 97,75 Laki2+Perempuan 100,00 95,71 96, Laki-Laki 100,00 100,00 100,00 Perempuan 87,80 81,82 84,81 Laki2+Perempuan 92,99 91,89 92, Laki-Laki 66,67 75,00 73,33 Sumber : Perempuan 83,33 90,00 87,50 Laki2+Perempuan 78,54 82,62 81,40 Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008 Di sisi lain, angka partisipasi sekolah anak-anak usia tahun ternyata masih relatif baik, yaitu hanya 81,40 persen. Ini berarti ada sebanyak 18,60 persen anak-anak usia tahun yang tidak memanfaatkan fasilitas pendidikan. Bahkan jika dibedakan menurut jenis kelamin, ternyata angka partisipasi sekolah anak-anak usia tahun lebih rendah untuk laki-laki (73,33 persen) dibandingkan perempuan. Ini berarti anak perempuan usia tahun jauh lebih rendah persentasenya yang tidak memanfaatkan fasilitas pendidikan dibandingkan laki- laki. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, ternyata angka partisipasi sekolah anak laki-laki usia tahun di daerah perkotaan mencapai 66,67 persen dibandingkan untuk anak perempuan usia yang relatif sama yaitu sebesar 50,00 persen di daerah pedesaan. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

44 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Untuk dapat mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat pada waktunya dapat digunakan angka partispasi murni (APM), di mana angkanya dapat dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan, yaitu SD (usia 7 12 tahun), SLTP (usia tahun), dan SLTA (usia tahun). Secara umum, angka partisipasi murni lebih rendah dibandingkan angka partisipasi sekolah, hal ini karena pembilangnya lebih kecil sementara penyebutnya sama. APM membatasi usia murid sesuai dengan usia sekolah, jenjang pendidikan sehingga angkanya lebih kecil. Nilai APM yang mendekati 100 persen menunjukkan hampir semua penduduk bersekolah dan tepat waktu sesuai dengan usia sekolah jenjang pendidikannya. Pada saat ini Pemerintah telah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun dan sudah mulai pencanangan wajib belajar 12 tahun, sasaran dari program tersebut adalah anak-anak usia 7 12 tahun (SD) dan usia tahun (SLTP). Sehingga dengan demikian, diharapkan partisipasi sekolahnya mencapai 100 persen. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

45 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 4.4. Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan, Tahun 2008 Pendidikan dan Jenis Kelamin Perkotaan Pedesaan Perkotaan + Perdesaan (1) (2) (3) (4) SD Laki-Laki 91,85 94,28 93,66 Perempuan 79,33 97,12 93,25 Laki2+Perempuan 86,19 95,71 93,46 SLTP Laki-Laki 63,30 64,01 63,75 Perempuan 60,63 81,82 71,20 Laki2+Perempuan 61,76 71,96 67,49 SMA Laki-Laki 66,67 50,00 53,33 Perempuan 16,67 50,00 37,50 Laki2+Perempuan 31,03 50,00 44,32 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonoomi Nasional Tahun 2008 Secara umum, angka partisipasi murni anak-anak usia 7 12 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan sekolah dasar baru mencapai 93,46 persen, angkanya untuk anak laki-laki relatif sedikit lebih tinggi dibandingkan anak perempuan, yaitu 93,66 persen (laki-laki) dan 93,25 persen (perempuan). Namun jika dibedakan menurut daerah tempat tinggal, ternyata angka partisipasi murni anak-anak yang bersekolah pada jenjang pendidikan sekolah dasar di daerah pedesaan jauh lebih tinggi dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Perbedaan tersebut masih terjadi untuk anak-anak yang sekolah pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama, baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan. Angka partisipasi murni anak laki-laki dan perempuan pada Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

46 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas jenjang pendidikan SLTP lebih rendah untuk mereka yang tinggal di daerah perkotaan, dibandingkan untuk mereka yang tinggal di daerah pedesaan. Yang perlu mendapat perhatian khusus, adalah anak-anak yang bersekolah pada jenjang sekolah menengah atas, di mana wajib belajar belum menyentuh pada jenjang pendidikan ini, ternyata angka partisipasi murninya sangat rendah. Secara umum, baru mencapai 44,32 persen, namun untuk mereka yang tinggal di daerah pedesaan, angka partisipasi murninya relatif sama, yaitu hanya mencapai 50,00 persen untuk laki - laki dan untuk perempuan. Rendahnya angka partisipasi murni pada jenjang sekolah menengah utamanya di daerah pedesaan diduga terkait dengan minimnya sarana dan prasarana sekolah yang ada di daerah pedesaan, selain itu akses mereka ke fasilitas sekolah yang ada di daerah perkotaan mungkin juga relatif sulit, mengingat Kabupaten Kepulauan Anambas yang terdiri dari pulau-pulau yang cukup menyebar Rata-Rata Lama Sekolah Indikator lain untuk melihat tingkat pendidikan adalah rata-rata lama sekolah (dalam tahun) yang secara umum menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk usia 15 tahun ke atas. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008, rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Kepulauan Anambas baru mencapai 5,25 tahun, berarti rata-rata baru sampai taraf pendidikan kelas enam Sekolah Dasar. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

47 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas 4.4. Fasilitas Pendidikan Relatif tingginya angka partisipasi sekolah, khususnya untuk jenjang pendidikan SD dan SLTP tentunya harus diikuti dengan cukupnya fasilitas pendidikan, terutama mengenai daya tampung ruang kelas, sehingga program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah dapat berhasil dengan baik. Guna mengatasi kekurangan daya tampung, pemerintah menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan, seperti menambah pembangunan unit gedung baru dengan prioritas pada daerah yang angka partispasi sekolahnya masih rendah dan daerah terpencil, dan merehabilitasi gedung gedung SD dan SLTP dengan prioritas gedung yang rusak berat serta mengangkat guru kontrak untuk ditempatkan pada sekolah yang kekurangan guru. Informasi tentang banyaknya sarana pendidikan, seperti gedung sekolah, tenaga pengajar, kelas, gedung perpustakaan, dan lain-lain digabung dengan informasi mengenai jumlah penduduk dapat menghasilkan suatu indikator yang informatif. Namun indikator ini tidak dapat mendeteksi kualitas dari pada sarana pendidikan yang ada, karena yang dihitung bersifat kuantitas yang dipakai untuk mengetahui apakah sarana pendidikan yang ada mencukupi atau tidak. Rasio murid guru, yang diperoleh dengan menghitung perbandingan antara jumlah murid pada suatu jenjang sekolah dengan jumlah sekolah yang bersangkutan, dapat digunakan untuk menggambarkan beban kerja dalam Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

48 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mengajar. Indikator ini juga dapat digunakan untuk melihat mutu pengajaran di kelas karena semakin tinggi nilai rasio berarti semakin berkurang tingkat pengawasan atau perhatian guru sehingga mutu pengajaran dapat dipastikan semakin rendah. Rasio murid terhadap sekolah yang besar pada jenjang SMU dimana satu sekolah rata-rata memiliki murid sebesar 201 siswa/sekolah SMU. Secara berjenjang ke pendidikan di bawahnya semakin rendah semakin kecil rasio antara murid dan sekolah. Untuk sekolah dasar rasio murid-sekolah rata-rata sebesar 85 siswa/sekolah SD, termasuk untuk sekolah taman kanak-kanak yang rasionya lebih kecil lagi. Selanjutnya jika dilihat rasio jumlah murid terhadap jumlah guru menunjukkan pola yang hampir sama dengan rasio jumlah murid terhadap sekolah, yakni semakin tinggi tingkat pendidikan rasio murid-guru akan semakin besar. Walaupun nampak untuk rasio murid sekolah dasar, SMP dan Taman Kanak Kanak cenderang sama. Secara lebih jelas gambaran rasio murid terhadap sekolah dan rasio murid terhadap guru dapat dilihat pada tabel berikut. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

49 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 4.6. Rasio Murid Guru dan Rasio Murid Sekolah, Tahun 2006/2007 dan 2007/2008 Rasio Pendidikan Jenjang Pendidikan Rasio Murid Sekolah Rasio Murid Guru (1) (2) (3) Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar SLTP SMU Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Anambas Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

50 Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas 5.1. Perekonomian Tinjauan perekonomian yang dibahas di dalam sub bab ini adalah meliputi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku, harga konstan tahun 2000 dan PDRB per kapita, di dalamnya termasuk laju pertumbuhan ekonomi dan share dari beberapa sektor lapangan usaha yang memberikan kontribusi kepada besar kecilnya nilai PDRB. PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi, di suatu wilayah tertentu (propinsi dan kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender). Kegiatan ekonomi yang dimaksud mulai kegiatan pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa-jasa. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

51 Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Dalam penghitungannya, untuk menghindari penghitungan ganda, nilai output bersih diberi nama secara spesifik, yaitu nilai tambah (value added). Demikian juga, harga yang digunakan dalam penghitungan ini adalah harga produsen. Penilaian pada harga konsumen akan menghilangkan PDRB sub sektor perdagangan dan sebagian sub sektor pengangkutan. Penghitungan PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka PDRB per kapita merupakan ukuran untuk melihat kemajuan pembangunan suatu daerah ditinjau dari jumlah penduduk. Di dalam penghitungan PDRB dikenal istilah harga berlaku dan harga konstan. Makna harga berlaku (current prices) adalah harga yang terjadi pada tahun yang bersangkutan. Karena pada dasarnya output atau nilai tambah merupakan perkalian harga dan kuantitas (banyaknya barang), maka yang dimaksud dengan harga berlaku adalah kuantitas tahun tertentu dikalikan dengan harga tahun saat barang atau jasa diproduksi. Kelemahan penyajian dalam harga berlaku adalah masih mengandung perubahan harga barang/jasa antar waktu, oleh karena itu untuk mengetahui pertumbuhan (perubahan) kegiatan ekonomi secara riil, diperlukan nilai yang sudah terbebas dari perubahan harga. Nilai PDRB demikian disebut PDRB atas dasar harga konstan (constant prices). Harga berlaku ini lebih relevan untuk melihat suatu nilai PDRB hanya pada tahun tertentu, karena lebih Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

52 Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mencerminkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah pada saat produk tersebut dihasilkan. PDRB yang disajikan di sini meliputi PDRB pada seluruh Kabupaten Kepulauan Anambas menurut sektor. Perlu digarisbawahi bahwa PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas bukanlah penjumlahan PDRB dari tingkatan administratif di bawahnya, karena antara penjumlahan level administrasi di bawahnya dalam satu Kabupaten Kepulauan Anambas dengan PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas selalu ada diskrepansi statistik (statistical discrepancy). Perbedaan tersebut pasti terjadi namun dapat dijelaskan secara teoritis. Namun demikian sesuatu yang perlu dijaga adalah diskrepansi tersebut harus masih dalam rentang toleransi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan Migas Kabupaten Kepulauan Anambas atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 adalah Rp 5,29 trilliun. Sedangkan besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan Migas Kabupaten Kepulauan Anambas atas dasar harga konstan 2000 adalah Rp 1,94 trilliun pada tahun Kemudian jika dilihat PDRB tanpa migas atas dasar harga berlaku hanya 0,56 triliun rupiah dan PDRB tanpa migas atas dasar harga konstan sebesar 0,24 triliun rupiah. Selama tahun 2008 sektor yang dominan dilihat dari nilai PDRB sektoral berdasarkan harga berlaku adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu memiliki kontribusi sekitar 90 persen, dilanjutkan pada sektor pertanian 6,69 persen. Pola tersebut juga nampak pada kondisi PDRB atas dasar harga Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

53 Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas konstan. Sedangkan jika dilihat pada kondisi PDRB tanpa migas menurut harga berlaku dominasi sektoral terletak pada sektor pertanian yaitu sebesar 64,05 persen, dilanjutkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 18,02 persen. Pola tersbut pada kondisi PDRB tanpa migas juga nampak pada keadaan atas dasar harga konstan. Secara lebih jelas gambaran PDRB menurut harga berlaku dan harga konstan, baik dengan migas dan tanpa migas dapat dilihat pada tabel berikut. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

54 Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 5.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan dan Berlaku Menurut Sektor, Tahun 2008 (juta rupiah) Harga Berlaku Harga Konstan Lapangan Usaha Dengan Tanpa Dengan Migas Migas Migas Tanpa Migas (1) (2) (3) (4) (5) Pertanian , , , ,62 Pertambangan dan Pengolahan Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan , , ,54 929, , , , ,82 385,83 172,45 385,83 172, , , , , , , , , , , , , , , , ,07 Jasa-jasa , , , ,22 Prop.Kepri , , , ,20 Sumber : Badan Pusat Statistik, Tingkat Kesejahteraan dan Distribusi Pendapatan Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008 menunjukkan bahwa pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas sebesar rupiah per bulan, dan pengeluaran makanan dan non makanan secara persentase memiliki bobot yang hampir sama, yaitu sekitar 50 persen, terlihat juga bahwa sebanyak 24,92 persen penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas termasuk ke dalam 40 persen terendah, 63,37 persen termasuk ke Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

55 Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas dalam 40 persen menengah, dan sebanyak 11,71 persen penduduk yang termasuk ke dalam 20 persen teratas. Berdasarkan kriteria tingkat ketimpangan pendapatan penduduk yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas tergolong rendah. Hal itu dapat dilihat dari persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terendah angkanya di atas 17 persen. Tabel 5.3. Pengeluaran Rata-Rata (Rp) Nominal dan Persentase Pengeluaran Makanan dan Bukan Makanan Per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran, 2008 Sumber : Pengeluaran Rata-Rata Keterangan Nominal Persen (1) (2) (3) Makanan ,58 Bukan Makanan ,42 Perumahan ,30 Barang & Jasa ,85 Pakaian ,15 Barang Tahan Lama ,95 Lainnya ,17 J U M L A H ,00 Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008 Ukuran lain untuk melihat apakah distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas timpang atau tidak adalah angka gini rasio. Angka gini rasio untuk Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2008 sebesar 0,2460, dapat disimpulkan bahwa pengeluaran antar kelompok pengeluaran tergolong tingkat ketimpangan rendah. Seperti terlihat pada Gambar 5.1., garis kurva Lorent tahun 2008 tidak terlalu jauh dengan garis diagonal dibanding Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

56 Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas garis tahun 2008, itu artinya ketimpangan pendapatan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2007 tidak terlalu besar. Gambar 5.1. Kurva Lorentz Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 Kumulatif Persentase Jumlah Penduduk XY (Scatter) Kumulatif Persentase Pengeluaran Per Kapita 5.3. Perkembangan Penduduk Miskin Dari gambaran perkembangan perekonomian dan tingkat kesejahteraan serta distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas seperti Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

57 Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang disampaikan pada bahasan pada sub bab sebelumnya, nampak bahwa secara umum laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Anambas relatif sangat menggembirakan untuk dapat menyongsong masa depan yang lebih baik, di samping itu ditunjang dengan kenyataan bahwa distribusi pendapatan, yang dalam hal ini digunakan proxy atau pendekatan pengeluaran rumah tangga, penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang tergolong rendah atau dapat dikatakan relatif hanya terjadi sedikit ketimpangan, namun permasalahan sosial yang cukup berat masih dihadapi oleh sebagian masyarakat adalah masih relatif banyak rumah tangga atau penduduk yang dikategorikan miskin. Berdasarkan data Pendataan Perlindungan Sosial Tahun 2008 (PPLS08) menunjukkan kemiskinan mikro yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas dilihat dari jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebesar rt dengan jumlah anggota rumah tangga (art) sebesar jiwa. Sedangkan jika diklasifikasikan jumlah RTS sangat miskin sebesar 160 rt dengan jumlah art sebesar 912 jiwa, sedangkan RTS miskin sebesar 488 rt dengan jumlah art sebesar art. Selanjutnya jumlah RTS yang hampir miskin sebear rt dengan jumlah art sebesar jiwa. Wilayah yang paling banyak RTS adalah Kecamatan Siantan, dilanjutkan dengan Kecamatan Jemaja, sedangkan wilayah yang paling sedikit RTS-nya adalah Kecamatan Siantan Tengah. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

58 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas 6.1. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kepulauan Anambas, yang memadukan ukuran usia harapan hidup, tingkat pendidikan, dan pendapatan dalam suatu angka tunggal, pada tahun 2008 adalah sebesar 67,44 yang menempatkan Kabupaten Kepulauan Anambas berada pada urutan terakhir di Provinsi Kepulauan Riau dan posisi ke enam di antara 33 propinsi di Indonesia di dalam proses pembangunan manusianya. Tetapi secara nilai bahwa angka IPM Kabupaten Kepulauan Anambas masih dikatakan memiliki nilai menengah tinggi (range IPM menengah tinggi sebesar 66-70). Untuk data-data yang dihasilkan untuk dasar formulasi dimungkinkan dilakukan profesional adjustment, walaupun secara enpiris menunjukkan angka yang berbeda, dan perbedaan tersebut diharapkan tidak signifikan. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

59 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 6.2. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2008 Keterangan Nilai (1) (2) Angka Harapan Hidup (th) 67,07 Angka Melek Huruf (%) 89,72 Rata-Rata Lama Sekolah (th) 5,25 Pengeluaran Reil Per Kapita (Rp) 622,75 Nilai IPM 67,44 Rangking di Provinsi Kepulauan Riau 7 Rangking di Indonesia dari 477 kab/kota 387 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008 Apabila dilakukan proxi penghitungan IPM Kabupaten Kepulauan Anambas per Kecamatan dengan metode eksplorasi data dengan ratio estimate dan penggunaan pola observasi dari beberapa aspek pendidikan, kesehatan dan ekonomi diperoleh sebaranya. Data proxi IPM per kecamatan sebetulnya belum dapat dikatakan sesuatu hal mutlak kebenarannya hanya berdasarkan asumsi kondisi observasi lapangan dari berbagai aspek sehingga diperoleh hasil sebaran proxi IPM per Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Hasil proxi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

60 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 6.2. Proxi IPM Indeks Pembangunan Manusia Per Kecamatan Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2008 Kecamatan Nilai Proxi IPM (1) (2) Jemaja 67,69 Jemaja Timur 66,99 Siantan Selatan 65,94 Siantan 68,39 Siantan Timur 67,87 Siantan Tengah 68,56 Palmatak 66,64 Sumber : Data Diolah dari Badan Pusat Statistik, Menerapkan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Kepualauan Anambas Setelah desentralisasi dilaksanakan, tanggung jawab atas sebagian besar kegiatan pembangunan dilimpahkan ke kabupaten/kota. Banyak pejabat di daerah dihadapkan untuk pertama kalinya pada tugas untuk mempromosikan pembangunan manusia di daerah mereka. Apa manfaat indeks pembangunan manusia (IPM) bagi mereka itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kita perlu melihat hubungan antara konsep pembangunan manusia dan indeks pembangunan manusia. Konsep pembangunan manusia sangatlah luas, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia, dari kebebasan mengungkapkan pendapat sampai kesetaraan jender, lapangan pekerjaan, gizi anak, sampai Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

61 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas melek huruf orang dewasa. Sebaliknya, indeks pembangunan manusia mempunyai lingkup yang lebih sempit. Indeks ini hanya dapat mengukur sebagian saja dari keadaan pembangunan manusia, terutama karena banyak aspek dari kehidupan manusia, seperti kebahagiaan atau hubungan di dalam masyarakat tak dapat diukur dengan angka. Oleh karena itu, pusat perhatian haruslah diletakkan lebih pada konsep dari pada indeksnya. Ini berarti dalam setiap aspek dari pekerjaannya pejabat daerah harus mendahulukan manusia, dengan menganggap manusia bukan sebagai sarana tetapi sebagai tujuan. Dari pada mencoba mendidik orang dan menjaga kesehatan mereka agar tersedia angkatan kerja yang lebih baik, misalkan saja, atau mencoba meningkatkan kemakmuran ekonomi, lebih baik bila mereka berupaya membantu para bapak, ibu, dan anak-anak warga masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih kaya dan lebih membahagiakan. Jadi setiap kegiatan, entah itu investasi dalam membangun jalan, mengeluarkan ijin untuk usaha pertambangan, atau membangun fasilitas-fasilitas kesehatan yang baru, harus bertujuan untuk memperluas pilihan yang tersedia bagi seluruh warga dan semuanya harus dilaksanakan secara setara dan berkelanjutan. Indeks pembangunan manusia memberi beberapa petunjuk. Kesenjangan antara indeks terkini dan 100 mencerminkan kekurangan pembangunan manusia, jarak yang harus ditempuh oleh setiap kabupaten/kota di Propinsi Kepulauan Riau. Perbandingan selama beberapa waktu akan memperlihatkan kepada kita kemajuan atau kurangnya kemajuan suatu kabupaten/kota tertentu. Antar kabupaten/kota juga dapat Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

62 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas dibandingkan dan diberi peringkat. Dengan demikian IPM dapat berfungsi sebagai pegangan untuk alokasi sumber daya, dan formula yang sekarang ada untuk Dana Alokasi Umum (DAU) dari pusat memang telah memasukkan IPM sebagai suatu indikator. Walaupun demikian, penggunaan IPM untuk tujuan tujuan ini ataupun untuk tujuan tujuan lainnya perlu dilakukan dengan hati-hati. Jika kekurangan dalam suatu kabupaten/kota adalah dua kali lebih besar dari pada kabupaten/kota lainnya, maka pembangunan di kabupaten/kota pertama tidak dengan sendirinya harus dua kali lebih besar dari pada kabupaten/kota yang kedua Contohnya, Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki IPM sebesar 67,44 (kekurangan 32,56 untuk mencapai 100). Implikasi IPM pada anggaran haruslah lebih lanjut didasarkan juga pada pertimbangan yang lebih teliti akan situasi di setiap kabupaten/kota, kebutuhan infra struktur dan tingkat pembangunan terakhirnya seperti yang ditunjukkan oleh komponen-komponen individual dari IPM. Walaupun demikian, kita dapat mengembangkan suatu pegangan umum untuk pelimpahan sumber daya berdasarkan atas pengelompokkan daerah-daerah menjadi empat kategori, yaitu rendah (IPM di bawah 50), menengah rendah (IPM antara 50 65), menengah tinggi (IPM antara 66 70) dan tinggi (IPM di atas 70). Sehingga berdasarkan kriteria ini, pada tahun 2007 hanya tinggal Kabupaten Natuna yang digolongkan mempunyai IPM menengah tinggi. Pada tahun 2008, seluruh Kabupaten/Kota telah mempunyai nilai IPM yang tinggi. Sedangkan Propinsi Kepulauan Riau, sudah semenjak tahun 2005 sampai sekarang tetap masuk ke dalam kategori Propinsi yang mempunyai IPM tinggi. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

63 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas 6.3. Reduksi Shortfall Untuk melihat keberhasilan pelaksanaan pembangunan manusia di Kabupaten/Kota di wilayah Propinsi Kepri tidak cukup hanya dengan melihat peringkat dari pada IPM, tetapi dilihat reduksi shortfallnya. Makin besar nilai dari pada reduksi shortfall artinya makin besar pula kemajuan pembangunan manusia di wilayah tersebut. Untuk Kabupaten Kepulauan Anambas, karena Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan kabupaten baru yang merupakan pecahan maka nilai reduksi shortfall tidak dapat dihitung, pada perhitungan IPM 2009 yang dianggarkan pada tahun 2010 baru dapat dihitung. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

64 Lampiran METODE PENGHITUNGAN INDEKS KOMPOSIT Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM mengukur pencapaian keseluruhan dari suatu negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, pengetahuan /tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga) dan suatu standar hidup yang layak diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (PPP Rupiah). IPM = 1/3 (Indeks X 1 + Indeks X 2 + Indeks X 3 ) Dimana X 1, = lamanya hidup, X 2 = tingkat pendidikan, X 3 = tingkat kehidupan. Indeks X 1, Indeks X 2, Indeks X 3 dihitung dengan formula : Indeks X (i,j) = ( Indeks X (i,j) X (i-min) ) / ( Indeks X (i-max) X (i-min) ) Dimana: X (i,j) X (i-min) X (i-max) : Indikator ke I dari daerah j (i=1,2,3 j=1,2 n) : Nilai minimum dari X i : Nilai maksimum dari X i Tabel 1 Nilai maksimum dan minimum dari setiap komponen IPM Komponen IPM Nilai Nilai Keterangan Maksimum Minimum Angka harapan hidup Standar UNDP Angka melek huruf Standar UNDP Rata-rata lama Sekolah (tahun) 15 0 UNDP menggunakan combined gross enrolment ratio Daya beli 737, (1996) UNDP menggunakan PDB riil 360 per kapita yang telah (1999,2002) disesuaikan Contoh penghitungan IPM Contoh penghitungan IPM untuk Propinsi Kepulauan Riau tahun 2008 dari indicator adjusted: No Indikator Satuan Nilai 1. Angka harapan hidup tahun 69,70 2. Angka melek huruf % 96,00 3. Rata-rata lama sekolah tahun 8,94 4. Pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan Ribu Rp 637,67 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

65 Lampiran Indeks harapan hidup : (67,70-25)/(85-25) = 0,7117 = 71,17% Indeks tingkat pendidikan : Indeks melek huruf : (89,72-0)/(100-0) = 0,8972 =89,72% Indeks lama sekolah: (5,25-0)/(15-0) = 0,3500 = 35,00% (2/3 x 89,72%) + (1/3 x 35,00%) = 59,81% + 11,67% = 70,48% Indeks pendapatan (622,75-360) / (732,72-300) = 262,75/432,72 =0,6072 =60,72% Indeks Pembangunan manusia (IPM) : (71,17%+70,48%+60,72%)/3 = 67,4% Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

66 Lampiran DEFINISI ISTILAH-ISTILAH STATISTIK 1 Akses terhadap air bersih: persentase rumah tangga yang menggunakan air minum yang berasal dari air mineral, air leding/pam, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung. 2 Akses terhadap fasilitas kesehatan: persentase rumah tangga yang tinggal pada jarak kurang dari 5 kilometer dari fasilitas kesehatan (rumah sakit, klinik, puskesmas, dokter, juru rawat, bidan yang terlatih, paramedik, dan sebagainya) 3 Akses terhadap sanitasi: persentase rumah tangga yang memiliki kamar mandi sendiri atau dapat menggunakan fasilitas kamar mandi umum. 4 Anak di bawah lima tahun (Balita) yang kekurangan gizi: merujuk pada anak dengan berat badan kurang (menderita kurang gizi tingkat sedang dan parah). Kekurangan gizi sedang merujuk pada persentase anak berusia di bawah lima tahun yang memiliki berat badan di bawah dua standar deviasi dari media berat badan anak berusia tersebut. Kekurangan gizi parah merujuk pada persentase anak berusia di bawah lima tahun yang berada di bawah tiga standar deviasi dari median berat badan anak berusia tersebut. 5 Angka buta huruf (dewasa): proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang tidak dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Dihitung dengan cara 100 dikurangi dengan angka melek huruf (dewasa). 6 Angka harapan hidup pada waktu lahir (e 0 ): perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. 7 Angka kematian bayi (IMR): jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1,000 kelahiran hidup. 8 Angka melek huruf (dewasa): proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. 9 Angka Morbiditas: proporsi dari keseluruhan penduduk yang menderita akibat masalah kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama satu bulan terakhir. Angka morbiditas ini bukan merupakan ukuran yang menggunakan konsep kesehatan dimana pasien harus diagnosa terlebih dahulu untuk menentukan jenis penyakitnya, tetapi hanya merupakan suatu pendekatan. 10 Angka partisipasi sekolah: proporsi dari keseluruhan penduduk dari berbagai kelompok usia tertentu (7-12, 13-15, 16-18, dan 19-24) yang masih duduk di bangku sekolah. 11 Angka partisipasi tenaga kerja: proporsi dari penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja. 12 Angkatan kerja: jumlah penduduk usia kerja yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk usia kerja adalah jumlah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

67 Lampiran 13 Enrollment. Gross enrollment ratio adalah jumlah pelajar yang terdaftar di suatu tingkat pendidikan, tanpa memperhatikan umur, sebagai persentase terhadap jumlah populasi usia sekolah resmi untuk tingkat pendidikan tersebut. Net enrollment ratio adalah jumlah pelajar pada kisaran usia sekolah resmi terdaftar di tingkat pendidikan tertentu sebagai persentase dari jumlah penduduk yang berada pada usia sekolah resmi untuk tingkat pendidikan tersebut. Usia sekolah resmi di Indonesia adalah 7 hingga 12 untuk sekolah dasar, 13 hingga 15 untuk sekolah menengah pertama, 16 hingga 18 untuk sekolah menengah atas, dan 19 hingga 24 untuk perguruan tinggi. 14 Garis kemiskinan : nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk hidup secara layak. 15 Indeks daya beli : salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia yang didasarkan pada paritas daya beli (PPP) disesuaikan dengan rumus Atkinson.Nilai indeks berkisar antara Detail penghitungan indeks ini disajikan di catatan teknis. 16 Indeks harapan hidup : salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia. Nilai indeks ini berkisar antara penghitungan indeks ini disajikan di catatan teknis. 17 Indeks harga konsumen (IHK) : indeks yang menunjukkan perbandingan relative antara tingkat harga pada saat bulan survey dan tingkat harga pada sebelumnya, yang ditimbang dengan nilai konsumsi pada kedua bulan tersebut. IHK dihitung dengan formula Laspeyres yang dikembangkan. 18 Indeks pendidikan : salah satu dari tiga komponenindeks pembangunan manusia. Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf di kalangan penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah. Nilai indeks tersebut berkisar antara 0 hingga 100. Cara penghitungan indeks ini disajikan di catatan teknis. 19 Konsumsi total : konsumsi barang-barang dan jasa-jasa dengan mengabaikan asal barang dan jasa tersebut. Konsumsi total juga mencakup pemberian dan barang /jasa yang diproduksi sendiri oleh rumahtangga yang bersangkutan. Dalam laporan ini, konsumsi total merujuk pada konsumsi bulanan. 20 Paritas daya beli (Purchasing power parity PPP) : PPP memungkinkan dilakukannya perbandingan harga-harga riil antar propinsi dan antar kabupaten, mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai nilai daya beli yang terukur dari konsumsi perkapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah dis suatu propinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilita marginal yang dihitung dengan rumus Atkinson. 21 Pekerja disektor informal : persentase dari jumlah seluruh angkatan kerja yang bekerja sebagai wirausahawan bekerja dengan bantuan anggota keluarga/pekerja keluarga, atau pekerja keluarga baik yang dibayar maupun yang tidak dibayar. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

68 Lampiran 22 Pekerja professional, pekerja teknis, para pegawai dan para manajer : didefinisikan sesuai dengan Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia (KBJI). 23 Penduduk miskin: jumlah keseluruhan populasi dengan pengeluaran per kapita berada di bawah ambang batas tertentu yang dinyatakan sebagai garis kemiskinan. 24 Penduduk perempuan: proporsi dari jumlah keseluruhan penduduk perempuan dibandingkan dengan total populasi. 25 Penduduk yang mengalami masalah kesehatan: proporsi dari total jumlah yang mempunyai satu atau lebih keluhan kesehatan selama satu bulan terakhir. 26 Pengangguran terbuka: proporsi dari keseluruhan penduduk yang sedang mencari pekerjaan dibandingkan keseluruhan angkatan kerja. 27 Pengeluaran untuk makanan: proporsi pengeluaran yang dipergunakan untuk mengkonsumsi makanan dibandingkan dengan total pengeluaran (makanan + nonmakanan). 28 Pengobatan sendiri: suatu usaha yang dilakukan oleh anggota-anggota rumahtangga untuk melakukan perawatan sendiri dengan menggunakan obat-obatan modern maupun tradisional, pemijatan atau bentuk-bentuk perawatan dan pengobatan tradisional lainnya untuk mengatasi masalah kesehatan yang diderita. 29 Persalinan bayi yang ditolong tenaga kesehatan: persentase anak umur 0 hingga 4 tahun yang kelahirannya dibantu oleh petugas kesehatan (dokter, juru rawat, bidan, dan tenaga paramedik lainnya. 30 Pertumbuhan ekonomi: perubahan relative nilai riil produk domistik bruto dalam suatu periode tertentu. 31 Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku: merujuk pada nilai produk domestik regional bruto berdasarkan nilai uang yang berlaku pada tahun tersebut. 32 Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan: merujuk pada nilai produk domestik regional bruto berdasarkan nilai uang pada tahun yang dipergunakan sebagai tahun dasar. 33 Produk domestik regional bruto per kapita: nilai dari produk domestik regional bruto dibagi dengan jumlah penduduk pada tengah tahun. 34 Produk domestik regional bruto: jumlah nilai tambah bruto (total output dari barang dan jasa) yang produksi oleh semua sektor ekonomi di suatu propinsi pada periode waktu tertentu. 35 Rata-rata lama sekolah: rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang dijalani.cara penghitungan disajikan di catatan teknis. 36 Rata-rata lamanya sakit: rata-rata jumlah hari yang dijalani oleh penduduk yang menderita sakit. 37 Rumah tangga dengan lantai tanah: persentase dari rumah tangga yang tinggal di rumah yang sebagian besar lantainya adalah tanah. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

69 Lampiran IPM Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/Kota, Reduksi Provinsi IPM Peringkat shortfall Kabupaten/Kota IPM (IPM) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 21 Kepulauan Riau 73,68 74, ,89 01 Karimun 72,40 72, ,46 02 Bintan 72,97 73, ,38 03 Natuna 69,36 69, ,46 04 Lingga 70,25 70, ,66 05 Kepulauan Anambas - 67, Kota Batam 76,82 77, ,97 72 Kota Tanjung Pinang 73,46 73, ,76 Indonesia 70,6 71,1 1,8 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

70 Lampiran Angka Kesakitan Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan (1) (2) (3) (4) Perkotaan 18,50 32,36 26,25 Perdesaan 30,49 27,56 29,01 Perkotaan & Perdesaan 27,75 28,85 28,32 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Rata-rata Lamanya Sakit Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan (1) (2) (3) (4) Perkotaan 10,99 4,15 6,27 Perdesaan 5,90 5,76 5,83 Perkotaan & Perdesaan 6,67 5,27 5,93 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

71 Lampiran Persentase Balita Yang Pernah Diimunisasi Menurut, Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan (1) (2) (3) (4) Perkotaan 100,00 85,71 90,66 Perdesaan 90,63 80,95 86,09 Perkotaan & Perdesaan 91,89 82,14 86,97 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Rata-rata Lama (bulan) Balita Disusui Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan (1) (2) (3) (4) Perkotaan 7,75 10,14 9,43 Perdesaan 17,38 12,78 15,16 Perkotaan & Perdesaan 16,10 12,04 13,95 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Rata-rata Lama (bulan) Balita Disusui / ASI Tanpa Makanan Tambahan Menurut, Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan (1) (2) (3) (4) Perkotaan 5,25 4,29 4,57 Perdesaan 5,58 4,61 5,11 Perkotaan & Perdesaan 5,53 4,52 5,00 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

72 Lampiran Persentase Bayi menurut Penolong Persalinan Bayi Menurut Daerah Tempat Tinggal Dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Penolong Persalinan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan Dokter 40,00 28,57 32,53 Bidan 60,00 71,43 67,47 Tenaga paramedis lain 0,00 0,00 0,00 Dukun bersalin 0,00 0,00 0,00 Famili/keluarga 0,00 0,00 0,00 Lainnya 0,00 0,00 0,00 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Perdesaan Dokter 9,38 14,29 11,68 Bidan 56,25 47,62 52,20 Tenaga paramedis lain 9,38 19,05 13,91 Dukun bersalin 21,88 14,29 18,31 Famili/keluarga 3,13 4,76 3,89 Lainnya 0,00 0,00 0,00 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Perkotaan & Perdesaan Dokter 13,51 17,86 15,71 Bidan 56,76 53,57 55,15 Tenaga paramedis lain 8,11 14,29 11,23 Dukun bersalin 18,92 10,71 14,78 Famili/keluarga 2,70 3,57 3,14 Lainnya 0,00 0,00 0,00 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Menurut Daerah tempat tinggal dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan (1) (2) (3) (4) Perkotaan 64,06 72,11 68,98 Perdesaan 73,20 64,19 68,56 Perkotaan & Perdesaan 71,48 66,20 68,65 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

73 Lampiran Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Menurut Jenis Pengobatan, Daerah tempat tinggal dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Jenis Pengobatan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan Pengobatan Tradisional 23,07 23,85 23,57 Penngobatan Modern 100,00 100,00 100,00 Pengobatan Lainnya 23,07 17,85 19,74 Tradisional + Modern 23,07 23,85 23,57 Tradisional + Lainnya 23,07 17,85 19,74 Modern + Lainnya 23,07 17,85 19,74 Tradisional + Modern + Lainnya 23,07 17,85 19,74 Perdesaan Pengobatan Tradisional 30,19 32,01 31,07 Penngobatan Modern 88,92 84,36 86,72 Pengobatan Lainnya 16,57 15,53 16,07 Tradisional + Modern 19,11 16,37 17,79 Tradisional + Lainnya 16,57 15,53 16,07 Modern + Lainnya 11,74 11,54 11,64 Tradisional + Modern + Lainnya 11,74 11,54 11,64 Perkotaan & Perdesaan Pengobatan Tradisional 29,00 29,74 29,38 Penngobatan Modern 90,78 88,70 89,71 Pengobatan Lainnya 17,66 16,17 16,89 Tradisional + Modern 19,78 18,45 19,09 Tradisional + Lainnya 17,66 16,17 16,89 Modern + Lainnya 13,64 13,30 13,46 Tradisional + Modern + Lainnya 13,64 13,30 13,46 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

74 Lampiran Persentase Penduduk Yang Pernah Berobat Jalan Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan (1) (2) (3) (4) Perkotaan 26,76 32,98 30,56 Perdesaan 39,28 41,47 40,41 Perkotaan & Perdesaan 36,93 39,31 38,20 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin dan Tempat Berobat Di Daerah Perkotaan, 2008 Jenis Kelamin Rumah Sakit Pemerintah Rumah Sakit Swasta Praktek Dokter/ poliklinik Puskesmas/ pustu Praktek nakes Praktek batra Dukun bersalin Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Laki laki 0,00 0,00 6,75 81,72 11,53 0,00 0,00 0,00 100,00 Perempuan 0,00 0,00 0,00 42,33 52,23 0,00 0,00 5,44 100,00 Laki laki & Perempuan 0,00 0,00 2,57 57,34 36,72 0,00 0,00 3,37 100,00 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin dan Tempat Berobat Di Daerah Perdesaan, 2008 Jenis Kelamin Rumah Sakit Pemerintah Rumah Sakit Swasta Praktek Dokter/ poliklinik Puskesmas/ pustu Praktek nakes Praktek batra Dukun bersalin Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Laki laki 10,21 0,00 0,00 15,81 53,14 12,62 0,00 8,22 100,00 Perempuan 5,71 2,41 0,49 16,63 51,37 22,23 0,00 1,15 100,00 Laki laki & Perempuan 7,73 1,33 0,27 16,26 52,17 17,90 0,00 4,33 100,00 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

75 Lampiran Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin dan Tempat Berobat Di Daerah Perkotaan dan Perdesaan, 2008 Jenis Kelamin Rumah Sakit Pemerintah Rumah Sakit Swasta Praktek Dokter/ poliklinik Puskesmas/ pustu Praktek nakes Praktek batra Dukun bersalin Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Laki laki 8,64 0,00 1,04 25,96 46,73 10,68 0,00 6,95 100,00 Perempuan 4,60 1,94 0,40 21,64 51,54 17,90 0,00 1,99 100,00 Laki laki & Perempuan 6,37 1,09 0,68 23,53 49,43 14,73 0,00 4,16 100,00 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

76 Lampiran Angka Partisipasi Sekolah Menurut Daerah Tempat Tinggal, Kelompok Umur Usia Sekolah Dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Kelompok Umur Usia Sekolah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan 7-12th 100,00 100,00 100, th 100,00 87,80 92, th 66,67 83,33 78, th 19,76 13,84 15,98 Perdesaan 7-12th 94,28 97,12 95, th 100,00 81,82 91, th 75,00 90,00 82, th 7,93 11,72 10,28 Perkotaan & Perdesaan 7-12th 95,73 97,75 96, th 100,00 84,81 92, th 73,33 87,50 81, th 9,89 12,10 11,26 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

77 Lampiran Angka Partisipasi Murni Menurut Daerah Tempat Tinggal, Jenjang Pendidikan Dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Jenjang Pendidikan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan SD 91,85 79,33 86,19 SMP 63,30 60,63 61,76 SMA 66,67 16,67 31,03 Perguruan Tinggi 0,00 0,00 0,00 Perdesaan SD 94,28 97,12 95,71 SMP 64,01 81,82 71,96 SMA 50,00 50,00 50,00 Perguruan Tinggi 4,00 3,91 3,94 Perkotaan & Perdesaan SD 93,66 93,25 93,46 SMP 63,75 71,20 67,49 SMA 53,33 37,50 44,32 Perguruan Tinggi 3,34 3,21 3,26 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

78 Lampiran Persentase Penduduk 10 Tahun Ke atas Menurut Daerah Tempat Tinggal, Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Pendidikan Tertinggi Yang Jenis Kelamin Ditamatkan Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan Tdk/Belumpernah Sekolah 4,16 13,40 9,32 Tdk punya ijazah SD 22,55 21,21 21,80 SD 39,06 32,21 35,23 SLTP 15,97 15,05 15,45 SMTA 10,87 16,02 13,74 Diploma I/II 0,00 0,00 0,00 Diploma III/Sarmud 1,73 2,11 1,95 Diploma IV/S1/S2/S3 5,67 0,00 2,50 Total 100,00 100,00 100,00 Perdesaan Tdk/Belumpernah Sekolah 7,45 10,69 9,11 Tdk punya ijazah SD 37,71 34,46 36,05 SD 38,07 34,99 36,50 SLTP 7,10 11,23 9,21 SMTA 6,54 8,21 7,39 Diploma I/II 0,00 0,42 0,21 Diploma III/Sarmud 0,00 0,00 0,00 Diploma IV/S1/S2/S3 3,13 0,00 1,53 Total 100,00 100,00 100,00 Perkotaan & Perdesaan Tdk/Belumpernah Sekolah 6,66 11,44 9,17 Tdk punya ijazah SD 34,06 30,79 32,35 SD 38,31 34,22 36,17 SLTP 9,23 12,29 10,83 SMTA 7,58 10,37 9,04 Diploma I/II 0,00 0,30 0,16 Diploma III/Sarmud 0,42 0,59 0,51 Diploma IV/S1/S2/S3 3,74 0,00 1,78 Total 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

79 Lampiran Angka Melek Huruf Menurut Daerah Tempat Tinggal, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan ,87 54,75 57, ,00 100,00 100, ,00 75,00 83, ,00 100,00 100, ,11 80,50 83, ,00 60,31 81, ,01 84,46 89,03 Perdesaan ,49 51,36 51, ,00 100,00 100, ,83 100,00 98, ,84 97,42 96, ,54 70,77 77, ,70 81,60 84, ,41 88,32 89,82 Perkotaan & Perdesaan ,31 52,22 52, ,00 100,00 100, ,30 96,00 96, ,31 98,01 97, ,95 73,46 79, ,60 73,96 83, ,25 87,26 89,62 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

80 Lampiran Rata rata Lama Sekolah Penduduk usia 15 Tahun ke Atas Menurut Daerah tempat tinggal dan Jenis Kelamin Tahun 2008 Daerah Tempat Tinggal Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan (1) (2) (3) (4) Perkotaan 7,70 6,57 7,06 Perdesaan 5,59 5,36 5,47 Perkotaan & Perdesaan 6,08 5,69 5,88 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

81 Lampiran Pengeluaran Rata rata (Rp) Nominal Makanan dan Bukan Makanan PerKapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2008 Jenis Pengeluaran Pengeluaran Perkapita Sebulan (1) (2) Makanan Bukan Makanan Perumahan Barang & Jasa Pakaian Barang Tahan Lama Lainnya Jumlah Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Persentase Pengeluaran Rata rata Makanan dan Bukan Makanan PerKapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran, Tahun 2008 Jenis Pengeluaran Pengeluaran Perkapita Sebulan (1) (2) Makanan 49,58 Bukan Makanan 50,42 Perumahan 20,30 Barang & Jasa 14,85 Pakaian 5,15 Barang Tahan Lama 9,95 Lainnya 0,17 Jumlah 100,00 Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

82 Lampiran Angka Kesakitan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Di Kepulauan Anambas Kecamatan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan (1) (2) (3) (4) Jemaja 16,67 18,18 17,39 Jemaja Timur 7,69 20,00 14,29 Siantan Selatan 9,09 18,18 13,64 Siantan 20,00 30,00 24,00 Siantan Timur 14,29 9,09 12,00 Siantan Tengah 7,14 18,18 12,00 Palmatak 20,00 27,27 23,08 Kepulauan Anambas 13,83 20,00 16,67 Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009 Rata-rata Lamanya (hari) Sakit Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin,Di Kepulauan Anambas Kecamatan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan (1) (2) (3) (4) Jemaja 4,50 4,00 4,25 Jemaja Timur 7,00 2,33 3,50 Siantan Selatan 20,00 2,50 8,33 Siantan 5,33 3,33 4,33 Siantan Timur 22,00 7,00 17,00 Siantan Tengah 7,00 5,00 5,67 Palmatak 3,33 3,67 3,50 Kepulauan Anambas 8,69 3,63 5,90 Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

83 Lampiran Angka Melek Huruf Menurut Kecamatan, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Di Kepulauan Anambas Kecamatan Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) (5) Jemaja ,00 100,00 100, ,00 100, ,00-100, ,00-100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100,00 Jemaja Timur ,00 100,00 66, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100,00 Siantan Selatan ,00 100,00 100, ,00 100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,67 33,33 50, ,00 0,00 25, ,78 55,56 66,67 Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

84 Lampiran Lanjutan.. Kecamatan Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) (5) Siantan ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,00-100, ,00-100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100,00 Siantan Timur ,00 100,00 100, ,00 #DIV/0! 100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100,00 Siantan Tengah ,00-75, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,00-100, ,00 40,00 55, ,00-100, ,89 62,50 76,47 Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

85 Lampiran Lanjutan Kecamatan Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) (5) Palmatak ,00 100,00 100, ,00-100, ,00-100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,00-100, ,00 100,00 100,00 Kepulauan Anambas ,30 100,00 93, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,00 100,00 100, ,30 81,48 86, ,33 83,33 88, ,45 88,33 92,06 Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

86 Lampiran Rata rata Lama Sekolah Penduduk usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Di Kepulauan Anambas Kecamatan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan (1) (2) (3) (4) Jemaja 10,33 6,11 8,22 Jemaja Timur 8,82 8,50 8,65 Siantan Selatan 3,56 4,00 3,78 Siantan 11,89 11,33 11,61 Siantan Timur 5,40 3,86 4,76 Siantan Tengah 5,44 3,25 4,41 Palmatak 6,56 3,00 5,13 Kepulauan Anambas 7,44 6,10 6,80 Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

87 Lampiran Pengeluaran Rata rata (Rp) Nominal Makanan dan Bukan Makanan PerKapita Sebulan Menurut Kecamatan Di Kepulauan Anambas Kecamatan Jenis Pengeluaran Makanan Bikan Makanan Total Pengeluaran (1) (2) (3) (4) Jemaja Jemaja Timur Siantan Selatan Siantan Siantan Timur Siantan Tengah Palmatak Kepulauan Anambas Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009 Persentase Pengeluaran Rata rata (Rp) Nominal Makanan dan Bukan Makanan PerKapita Sebulan Menurut Kecamatan Di Kepulauan Anambas Kecamatan Jenis Pengeluaran Makanan Bikan Makanan Total Pengeluaran (1) (2) (3) (4) Jemaja 58,57 41,43 100,00 Jemaja Timur 66,53 33,47 100,00 Siantan Selatan 62,37 37,63 100,00 Siantan 60,92 39,08 100,00 Siantan Timur 56,91 43,09 100,00 Siantan Tengah 42,69 57,31 100,00 Palmatak 73,28 26,72 100,00 Kepulauan Anambas 59,35 40,65 100,00 Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

88 Kesehatan Puskesmas Tarempa Puskesmas Keliling Laut di Jemaja Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

89 Kesehatan Puskesmas Keliling Laut di Siantan Sarana Air Bersih Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

90 Kesehatan Lingkungan Perumahan Rumah dengan Ternak Ayam Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

91 Kesehatan Olah raga dan Kesehatan (Jemaja) Olah raga dan Kesehatan (Jemaja) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

92 Kesehatan Palmatak Palmatak Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

93 Pendidikan Tarempa Taman Kanak-kanak Al-Quran, Tarempa Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

94 Pendidikan Palmatak SD Negeri 002 Palmatak Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

95 Pendidikan SD Negeri 002 Siantan SD Negeri 002 Siantan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

96 Pendidikan SD Negeri 002 Siantan SD Negeri 002 Siantan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

97 Pendidikan SMP Negeri 2 Siantan SMP Negeri 2 Siantan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

98 Pendidikan Siantan Siantan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

99 Pendidikan Siantan Timur Siantan Timur Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

100 Pendidikan Nyamuk Nyamuk Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

101 Pendidikan Siantan Timur Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

102 Pendidikan SD Negeri 007 Jemaja SD Negeri 007 Jemaja Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

103 Ekonomi PLN Wilayah III Cab. Tanjungpinang Sub Ranting Tarempa PLN Wilayah III Cab. Tanjungpinang Sub Ranting Tarempa Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

104 Ekonomi Distributor Minyak Tanah Daerah Pasar di Jemaja Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

105 Ekonomi Pasar Pagi Tradisional di Jemaja Pasar Pagi Tradisional di Jemaja Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

106 Ekonomi Pasar Pagi Tradisional di Jemaja Pasar Pagi Tradisional di Jemaja Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

107 Ekonomi Pasar Pagi Tradisional di Jemaja Pasar Pagi Tradisional di Jemaja Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

108 Ekonomi Pasar Pagi Tradisional di Jemaja Pasar Pagi Tradisional di Jemaja Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

109 Ekonomi Pasar Ikan Tradisional di Letung Pasar Ikan Tradisional di Letung Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

110 Ekonomi Pasar Ikan Tradisional di Letung Pasar Ikan Tradisional di Letung Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

111 Ekonomi Pasar Ikan Tradisional di Letung Kursus Kompoter Kec. Jemaja Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

112 Ekonomi Suasana di Pelabuhan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 No. Katalog BPS : 4102002.05 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : x + 70 Naskah : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010 No. Katalog BPS : 4102002.05 Ukuran Buku : 16,5 cm x 22 cm Jumlah Halaman : xi + 76 Naskah : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

2.1. Konsep dan Definisi

2.1. Konsep dan Definisi 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya kematian bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manusia merupakan harta atau aset yang sangat berharga bagi kelanjutan ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu negara, pengembangan kualitas akan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2007-2008 ISBN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran buku Jumlah halaman : 17.6 x 25 cm : x + 100 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan oleh : Badan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii i DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Katalog BPS : 4102002.1404 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun 2008 ISBN : 979 484 930 8

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Pembangunan Manusia Kota Bandung Tahun 2014 ini dapat terselesaikan.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 Ukuran Buku

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Manusia Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 Katalog BPS: 1413.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 BADAN PUSAT STATISTIK DAN BAPPEDA KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 No. Publikasi : 35230.0310 Katalog

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102002.3523 Katalog BPS: 4102002.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN TAHUN 2011 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2011 No. Publikasi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SORONG TAHUN 2010 Nomor Publikasi : 9107.11.03 Katalog BPS : 1413.9107 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : v rumawi + 111 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 9105.1104 No. Katalog BPS/Catalogue Number: 1101001.9105 Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia IPM KABUPATEN TELUK BINTUNI 2012 BPS Kabupaten Teluk Bintuni menerbitkan publikasi IPM Kabupaten Teluk Bintuni secara berkala sejak tahun 2005. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011 ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011 No. Publikasi /Publication Number : 3319.0612 Katalog BPS / BPS Catalogue : 1413.3319 Ukuran Buku/Book Size : 14.8 x 21 cm Jumlah Halaman/Number

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 Nomor ISSN : 2089-1660 Nomor Publikasi : 91300.13.04 Katalog BPS : 4102002.91 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : xviii + 109 Naskah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT 2011 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN RAJA AMPAT 2011 Nomor Katalog / Catalog Number : 4102002.9108 Nomor Publikasi / Publication Numbe r : 91080.12.28

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii SAMBUTAN i DAFTAR ISI HALAMAN SAMBUTAN... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 58/07/64/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA MARET TAHUN 2017 R I N G K A S A N Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Utara pada Maret 2017 sebanyak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016 No. 07/01/62/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 05/01/33/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 4,562 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VII, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75 No. 48/06/21/Th. XI, 15 Juni 2016 IPM Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi geografis, sosial ekonomi dan kependudukan Provinsi Jawa Tengah A. Kondisi Geografis Provinsi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 25/04/52/th II, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTB pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012 ISBN Nomor Publikasi Nomor Katalog Ukuran Buku Jumlah Halaman : 979.486.6199 : 3204.12.70 : 1413.3204 : 25,7 Cm x 18,2 Cm : 81 + viii Naskah

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2017 No. 35/07/31/Th.XIX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2017 sebesar 389,69 ribu

Lebih terperinci

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015 INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI Kata Pengantar merupakan publikasi yang menyajikan data terkait indikator ekonomi, sosial, infrastruktur dan pelayanan publik, lingkungan, dan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB Latar Belakang

Pendahuluan BAB Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Tantangan pembangunan suatu bangsa adalah sumber daya manusia yang berkualitas. Di Indonesia, pencapaian pembangunan sumber daya manusia yang diukur dengan indeks

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1413.7371 Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar 2014 Katalog BPS : 1413.7371 Naskah/Editor : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Gambaran Kulit : Seksi Neraca Wilayah & Analisis

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.57/07/64/Th.XX,17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN TIMUR MARET TAHUN 2017 R I N G K A S A N Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur pada Maret 2017 sebanyak

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR 2012 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012 Halaman i INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR 2012 Nomor Publikasi : 1704.1335 Katalog BPS : 4102002.1704

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri INDIKATOR KESEHATAN Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri 3 RSUD Muaradua, Kabupaten OKU Selatan Salah satu aspek terpenting

Lebih terperinci

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN 2008 2009 ISSN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 17.6 x 25 cm : xii + 91 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 i ii INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 Katalog BPS/ BPS Catalogue : 1413.9107 ISSN : 2302-1535 Nomor Publikasi/ Publication Number : 9107.15.03 Ukuran Buku/ Book size :

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 No. 05/01/33/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 4,863 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 28/07/31/Th.XIII, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 RINGKASAN Garis Kemisknan (GK) tahun 2011 sebesar Rp 355.480 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendaknya Publikasi tahunan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 dapat diselesaikan dengan baik. Publikasi ini mencakup informasi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi : 3403.16.27 Katalog BPS : 4102002.3403 Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman : vi rumawi + 53 halaman Naskah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN INDIKATOR KINERJA MAKRO TAHUN 2013

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN INDIKATOR KINERJA MAKRO TAHUN 2013 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN INDIKATOR KINERJA MAKRO TAHUN 2013 3.1. Akuntabilitas merupakan suatu perwujudan tanggung jawab atas pelaksanaan amanah (sesuai Tupoksinya) yang diberikan stakeholders.

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 No. 23/05/14/Th. XVIII, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 IPM Riau Tahun 2016 Pembangunan manusia di Riau pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BPS KABUPATEN WONOSBO Visi: Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua Nilai-nilai Inti BPS: Profesional Integritas Amanah Pelopor Data Statistik

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 Nomor Publikasi : 3279.1103 Katalog BPS : 4102002.3279 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,5 cm x 21,5 cm : ix rumawi + 117 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VIII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2012 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/09/18/TH.VII, 15 September 2015 ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET 2015 Jumlah penduduk miskin di Lampung pada Maret 2015 mencapai 1.163,49 ribu orang (14,35 persen), bertambah

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia IPM KABUPATEN TELUK BINTUNI 2009 BPS Kabupaten Teluk Bintuni menerbitkan publikasi IPM Kabupaten Teluk Bintuni secara berkala sejak tahun 2005. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015 No. 66/09/33/Th. IX, 15 ember 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 4,577 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,99

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,99 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,99 No. 29/04/21/Th. XII, 17 April 2017 IPM Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2010

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2010 Kata Pengantar Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas perkenannya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kota Semarang 2009 dapat disajikan. Publikasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG 1. Metodologi No. 03/6474/Th. VI, 07 Desember 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2015 Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 berdasarkan metode baru Tahun 2010

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 No. 05/01/17/IX, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 316,50 RIBU ORANG - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 MENURUN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 No. 06/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 195,95 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017 No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli 2017 1. PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang dibangun melalui pendekatan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 07/01/62/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 i Penyusunan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH. BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER 2016 No. 08/07/18/TH.IX, 3 Januari 2017 Angka kemiskinan Lampung dari penghitungan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2016

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan tahunan yang diselenggarakan BPS untuk memenuhi kebutuhan data sosial ekonomi. Data yang dihasilkan Susenas Kor

Lebih terperinci