INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010"

Transkripsi

1

2 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010 No. Katalog BPS : Ukuran Buku : 16,5 cm x 22 cm Jumlah Halaman : xi + 76 Naskah : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Visual Design : Eling Kusnandar H. Publikasi Bersama Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas TIM PENYUSUN Penanggung Jawab Ir. Syarifuddin Drs. H. Syafril Said Peneliti M. Taufiq, DP.Sc., M.Si Budi Zulfachri, M.Si. AsistenPeneliti Edy Purnomo

3 BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS KATA SAMBUTAN Assalammulaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas dalam memasuki usianya yang ketiga sedang berupaya keras memaksimalkan berbagai potensi yang ada dalam rangka mengakselerasi pembangunan di wilayah ini. Human Development Index (HDI) atau yang lazim kita kenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai sejauh mana akselerasi pembangunan tersebut telah dilaksanakan dengan baik, khususnya untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Melalui IPM kita dapat secara internal mengklasifikasikan apakah daerah ini termasuk daerah otonom yang maju, berkembang, atau malah terbelakang, dan disaat yang bersamaan kita siap Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas 2010 ii

4 melakukan evaluasi terhadap kinerja pembangunan yang telah dilakukan bersama-sama oleh Pemerintah Daerah, sektor privat dan juga civil society. Kami menyambut baik publikasi IPM Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2010 ini, dan disaat yang sama terbentang harapan besar agar kedepan kita dapat lebih meningkatkan kualitas dan sinergisitas pembangunan di daerah ini. Sehingga kedepan IPM Kabupaten Kepulauan Anambas dapat meningkat lagi. Terimakasih atas bantuan semua pihak, semoga informasi ini bermanfaat. Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalammualaikum Wr. Wb. Tarempa, Desember 2011 Bupati Kepulauan Anambas Drs. T. MUKHTARUDDIN Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas 2010 iii

5 KETUA DPRD KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS KATA SAMBUTAN Assalammulaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua Data dan Informasi merupakan hal yang penting dalam proses legislasi dan penganggaran. Demikian juga dengan aktivitas mengawasi kegiatan pembangunan yang menjadi bagian dari tugas pokok DPRD, data dan informasi yang akurat dan kredibel adalah salah satu referensi kunci bagi DPRD dalam melakukan penilaian dan menetapkan kebijakan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada prinsipnya mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yakni umur panjang dan sehat yang mengukur peluang hidup, berpengetahuan dan keterampilan, serta askses terhadap sumber daya yang Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas 2010 iv

6 dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak. Untuk itu jelas keberadaan IPM menjadi penting bagi kita sebagai bahan evaluasi dan refleksi sejauh mana development activity yang telah dilakukan selama ini memberi impak pada kualitas hidup masyarakat kita. Atas nama DPRD kami menyambut baik penerbitan buku IPM Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2010 ini, semoga informasi ini bermanfaat, dan pembangunan kita kedepan lebih bermaslahat. Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalammualaikum Wr. Wb. Tarempa, Desember 2011 Ketua DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas H. AMAT YANI, SE Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas 2010 v

7 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS KATA SAMBUTAN Assalammulaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua Pembangunan yang ideal sejatinya tidak hanya melihat keberhasilan dari sisi peningkatan PDRB dan pertumbuhan ekonomi (growth) semata, tetapi juga sisi pembangunan masyarakat yang meliputi harapan hidup, akses terhadap pendidikan maupun akses terhadap sumberdaya untuk menjadikan hidup lebih layak. Komprehensifitas sisi ekonomi dan sisi masyarakat adalah cerminan dari pembangunan yang ramah dan bervisi, sebab pada esensinya pembangunan adalah pergerakan kedepan dari seluruh sistem sosial. Menyadari pentingnya pembangunan yang berwawasan masyarakat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kepulauan Anambas bertekad untuk mendorong Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas 2010 vi

8 perencanaan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Anambas yang lebih berkualitas dan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan dari semua aspek. Untuk itu melalui kerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Bappeda berkenan mempublikasikan buku Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas Tahun Kepada semua pihak yang telah membantu dalam publikasi ini kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, dan harapan kami buku ini menjadi salah informasi dan referensi bagi seluruh SKPD, sektor swasta, dan masyarakat tentunya dalam menggesa pembangunan Anambas dimasa-masa selanjutnya. Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalammualaikum Wr. Wb. Tarempa, Desember 2011 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Ir. SYARIFUDDIN NIP Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas 2010 vii

9 KATA PENGANTAR Publikasi INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010 merupakan salah satu kewajiban BPS Provinsi Kepulauan Riau yang harus dibuat berdasarkan kegiatan hasil kerja sama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, berdasarkan Nota Kesepahaman antara Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, Pengembangan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Nomor MOU.01/BPPD/IV/2010 dan Nomor tanggal 08 April 2010 tentang Penyusunan, Penyediaan dan Publikasi Data Statistik Kabupaten Kepulauan Anambas. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menyusun angka Indeks Pembangunan Manusia 2010 yang akan digunakan sebagai dasar evaluasi keberhasilan pelaksanaan pembangunan sumber daya manusia, utamanya yang berkaitan dengan masalah kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli penduduk. Pada publikasi ini disajikan data yang tersedia sesuai dengan metodologi yang akan digunakan dalam penyusunan IPM. Disamping itu juga diberikan beberapa tabel dasar dalam memperoleh beberapa hasil pengukuran yang akan dilakukan. Publikasi ini diharapkan menjadi salah landasan dalam melakukan berbagaik kebijakan dan Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas 2010 viii

10 monitoring serta evaluasi pembangunan daerah Kabupaten Kepulauan Anambas. Dengan selesainya publikasi dari Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas 2010 ini diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi. Segala kritik dan saran bagi penyempurnaan selanjutnya sangat diharapkan. Tanjungpinang, Desember 2011 Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau Kepala, NIP. : Drs. H. Syafril Said Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas 2010 ix

11 DAFTAR ISI Halaman SAMBUTAN BUPATI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS ii SAMBUTAN KETUA DPRD KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS iv SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS KATA PENGANTAR DAFTAR ISI vi viii x BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Pengertian Pembangunan Manusi 1.3. Maksud dan Tujuan 1.4. Nilai Manfaat 1.5. Cakupan Isi 1 1 sia BAB II. METODOLOGI 2.1. Ruang Lingkup dan Sumber Data 2.2. Metode Penghitungan 2.3. Tahapan Penghitungan 2.4. Komponen IPM dan Konsep BAB III. TINGKAT KESEHATAN 3.1. Derajat Kesehatan Penduduk (Angka Kematian dan Angka Harapan Hidup) 3.2. Status Kesehatan Penduduk 3.3. Pemberian ASI dan Gizi Balita 3.4. Imunisasi 3.5. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas 2010 x

12 BAB IV. TINGKAT PENDIDIKAN 4.1. Tingkat Pendidikan 4.2. Tingkat Partisipasi Sekolah 4.3. Rata-rata Lamanya Sekolah 4.4. Fasilitas Pendidikan BAB V. PEREKONOMIAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN Perekonomian Tingkat Kesejahteraan dan Distribusi Pendapatan Perkembangan Penduduk Miskin 54 BAB VI. INDEK PEMBANGUNAN MANUSIAA Indek Pembangunan Manusia Menerapkan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Kepulauan Anambas Reduksi Shortfall 59 LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas 2010 xi

13 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah yang dilaksanakan sejak 1 Januari 2001 memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut, kepada Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri serta sumber keuangan lain, seperti perimbangan keuangan pusat dan daerah, yang berupa Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selama lima tahun terakhir, DAU merupakan salah satu sumber pendapatan utama Pemerintah Daerah. Azas kesenjangan fiskal (fiscal gap) yang mendasari penghitungan DAU memerlukan dukungan data yang valid, akurat, dan terkini sehingga pembagian DAU ke daerah menjadi adil, proporsional, dan merata. Sehubungan dengan keperluan tersebut, Badan Pusat Statisti (BPS) sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam Undang Undang Nomor 16 tahun 1997 Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

14 Pendahuluan tentang statistik, diminta untuk menyediakan data yang akan digunakan dalam penghitungan DAU dengan kualifikasi seperti tersebut di atas. Data tersebut adalah Jumlah Penduduk, Indeks Pembangungan Manusia (IPM), Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia Provinsi Kepulauan Riau. Salah satu komponen penting dalam rangka penyediaan data yang akan digunakan dalam penghitungann DAU 2012 adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM telah dihitung BPS sejak tahun 1993 dan masih merupakan exercise. IPM yang dihasilkan pada tahun tersebut disajikan hanya sampai tingkat provinsi. Untuk penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2012, digunakan IPM Kabupaten Kepulauan Anambas berdasarkan angka Sensus Penduduk 2010 mempunyai jumlah penduduk sebesar orang. Nilai IPM Kabupaten Kepulauan Anambas cukup tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota di Indonesia yaitu sebesar 67,44 (kelompok tinggi IPM 66-70), tetapi pada Provinsi Kepulauan Riau masih pada urutan terakhir (urutan ke-7). Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 67,40 tahun. Ini mengandung arti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2010 diperkirakan dapat mencapai usia Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

15 Pendahuluan 67 tahun. Sedangkan angka harapan hidup Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan mencapai 69,70 tahun, sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai harapan hidup lebih pendek dibandingkan dengan harapan hidup penduduk Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan. Ini menunjukkan perlunya ditingkatkan pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Selain sehat, ternyata penduduk Kepulauan Anambas juga mempunyai tingkat pengetahuan yang masih rendah, hal ini dapat dilihat misalnya dari besarnya angka rata-rata lama sekolahnya, yaitu mencapai 5,25 tahun, atau secara umumm dapat dikatakan bahwa penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas masih menduduki bangku sekolah sampai dengan kelas 6 SD, angka ini sangat rendah dibandingkan dengan rata-rata lamanya sekolah penduduk Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan, yaitu hanya mencapai 8,94 tahun, atau mencapai kelas dua SLTP. Keberhasilan pembangunan manusia di Kabupaten Kepulauan Anambas diharapkan lebih dapat dipacu lagi, sehingga kemajuan sosial dan ekonomi dapat benar-benar dirasakan oleh seluruh masyarakat. Tantangan yang dihadapi oleh Pimpinan Daerah dan jajarannya untuk dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat cukup banyak, di antaranya jumlah penduduk miskin yang jumlahnya Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

16 Pendahuluan masih sekitar 1,80 ribu jiwa (susenass 2010), dengan wilayah geografisnya yang berpulau-pulau yang berjumlah 217 pulau, di mana luas daratannya hanya 5,57 persen (menurut Biro Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau) Pengertian Pembangunan Manusia Pembangunan manusia adalah proses agar manusia mampu memiliki lebih banyak pilihan dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik dan sebagainya. Konsep Indeks Pembangunan Manusia adalah mengukur pencapaian keseluruh negara atau provinsi atau kabupaten/kota. Dengan demikian IPM mengukur pencapaian kemajuan pembangunan sosial dan ekonomi di negara atau propinsi tertentu. IPM direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu umur panjang dan sehat (longevity), pengetahuan (knowledge) dan hidup yang layak (standard of living). Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi umur panjang dan sehat adalah angka harapan hidup. Untuk mengukur dimensi pengetahuan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan dimensi kehidupan yang layak diukur dengan paritas daya beli (purchsing power parity/ppp). Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

17 Pendahuluan 1.3. Maksud dan Tujuan Kegiatan ini dimaksudkan untuk menghitung angka IPM Kabupaten Kepulauan Anambas, sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan pembangunan manusia yang dilakukan oleh Kabupaten Kepulauan Anambas. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dengan adanya peningkatan atau penurunan dari tahun ke tahun atas angka IPM. Peningkatan angka IPM berarti menunjukkan keberhasilan, sebaliknya stagnansi atau bahkan penurunan angka IPM menunjukkan ketidak berhasilan pembangunan manusia Nilai Manfaat Hasil penghitungan IPM tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau sangat bermanfaat bagi Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau dan Pemerintah Kabupaten/Kota, utamanya yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan manusia yang meliputi tiga aspek, yaitu pendidikan, kesehatan, dan kemampuan daya beli. Selain itu angka IPM dapat digunakan untuk memperoleh perkiraan besarnya dana alokasi umum yang akan diterima oleh Pemerintah Daerah. Dari sisi perencanaan pembangunan, angka IPM yang semakin tinggi menunjukkan keberhasilan di dalam pembangunan Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

18 Pendahuluan sumber daya manusia, sebaliknya angka IPM yang semakin rendah menunjukkan kekurang berhasilan di dalam pembangunan sumber daya manusia. Dana alokasi umum yang tinggi yang diperoleh dari besaran nilai IPM yang rendah mestinya justru disikapi oleh Pemerintah Daerah untuk sangat berhati-hati. Jika dalam jangka waktu menengah, misalnya 5 tahun, pemerintah daerah tidak dapat meningkatkan nilai IPM berarti pemerintah daerah tersebut telah gagal dalam upaya pembangunan sumber daya manusianya. Sebaliknya jika dalam waktu tersebut pemerintah dapat meningkatkan nilai IPMnya, maka pemerintah daerah tersebut berhasil atau sangat berhasil dalam melakukan upaya pembangunan sumber daya manusia, walaupun itu berarti porsi dana alokasi umum yang diterima menjadi lebih sedikit Cakupan Isi Buku Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kepulauan Anambas 2010 tahun anggarann 2011 disusun atas enam bab, yang didahului dengan Bab pertama yang menerangkan tentang latar belakang disusunnya buku ini dan diuraikan pula pengertian Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

19 Pendahuluan pembangunan manusia, maksud dan tujuan disusunnya buku ini, nilai manfaat dari buku ini serta cakupan isi. Bab kedua menerangkan metodologi yang digunakan di dalam penyusunan buku ini, antara lain menerangkan tentang ruang lingkup dan sumber data utama yang digunakan untuk penghitungan indikator-indikator yang terkait dengan masalah kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli, serta indeks pembangunan manusia. Selain itu, di dalam bab dua ini juga disajikan tahapan penghitungan IPM, konsep-konsep dan komponen IPM. Bab ketiga menyoroti beberapa indikator yang berkaitan dengan masalah kesehatan, di antaranya adalah angka kematian bayi dan angka harapan hidup yang digunakan untuk mengetahui derajat kesehatan penduduk, selain itu diulas pula tentang status kesehatan penduduk yang di antaranya dapat dikemukakan berdasarkan besar kecilnya angka kesakitan, rata-rata lamanya sakit. Di dalam bab ini juga di bahasa mengenai pemanfaatan fasilitas kesehatan, baik itu berupa berobat sendiri menurut jenis atau cara pengobatannya, maupun berobat jalan ke berbagai fasilitas kesehatan. Hal penting lainnya yang dibahas dalam bab tiga adalah tentang keadaan bayi atau balita, yaitu dengan menerangkan rata-rata lamanya (bulan) balita disusui, status gizi balita, serta imunisasi yang diberikan kepada mereka. Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

20 Pendahuluan Bab keempat membahas beberapaa indikator yang berkaitan dengan masalah pendidikan, di antaranya adalah tingkat melek huruf yang merupakan ukuran yang sangat mendasar yang berkaitan dengan tingkat pendidikan, juga dibahas tentang tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagai barometer untuk mengetahui kualitas mutu sumber daya manusia. Selain itu, dibahas pula tingkat partisipasi sekolah dari anak-anak usia sekolah menurut jenjang pendidikan sekolah dasar, lanjutan tingkat pertama, dan lanjutan tingkat atas. Rata-rata lama sekolah yang merupakan salah satu indikator kunci di dalam penyusunan IPM juga dibahas di dalam bab keempat ini. Selain itu untuk mengetahui seberapa besar peranan sekolah dan guru untuk dapat turut serta mensukseskan upaya pembangunan di bidang pendidikan juga dibahas di sini, utamanya yang berkaitan dengan rasio murid guru dan rasio murid sekolah. Bab kelima menerangkan perkembangan perekonomian di Kabupaten Kepulauan Anambas dari tahun 2007 sampai tahun 2010, dalam hal ini dikemukakan besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, baik dengan migas maupun tanpa migas, di sini di ulas pula laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Anambas maupun peranan beberapa sektor di dalam menentukan naik turunnya nilai PDRB. Selain itu dibahas pula tingkat kesejahteraan penduduk yang dicerminkan dari besarnya kemampuan daya beli Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

21 Pendahuluan penduduk dan dilihat pula ada tidaknya ketimpangan di dalam distribusi pendapatan penduduk dengan menggunakan kriteria bank dunia maupun angka gini ratio. Pada bagian terakhir dari bab ini disampaikan pula sisi lain dari pada keberhasilan perekonomian di Kabupaten Kepulauan Anambas, yaitu ketidakberhasilan yang utamanya disoroti dengan masih cukup tingginya penduduk atau rumah tangga miskin. Bab keenam menerangkan inti dari pada disusunnya buku ini, yaitu Indeks Pembangunan Manusia, baik angka provinsi maupun kabupaten/kota tahun Di dalam bab ini diterangkan pula bagaimana penerapan IPM di Kabupaten Kepulauan Anambas. Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

22 Metodologi 2.1. Ruang Lingkup dan Sumber Data Penyusunan IPM Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2010, di samping menyajikan data IPM tingkat Kabupaten, juga disajikan beberapa gambaran yang terkait per Kecamatan. Sumber data yang digunakan untuk menghitung IPM utamanya adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk IPM 2010 data yang digunakan meliputi Susenas Kor 2010, Sensus Penduduk 2010, Susenas Modul Konsumsi 2010, dan IHK Susenas Kor 2010 digunakan untuk menghitung indikator seperti Angka Melek Huruf (AMH), Ratadan pengeluaran per kapita per bulan, sedangkan data Sensus rata Lama Sekolah (MYS) Penduduk 2010 digunakan untuk menghitung Angka Harapan Hidup (e 0 ), Selanjutnya Susenas Modul Konsumsi 2010 digunakan untuk menghitung daya beli yang didasarkan pada 27 komoditi. Indeks Harga Konsumen (IHK) 2010 digunakan untuk men-deflate harga implisit dari 27 komoditi pada Susenas Modul Konsumsi 2010 untuk Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

23 Metodologi memperoleh harga pada kondisi tahun Selain itu juga didukung oleh observasi lapangan pada tahun 2010 serta data primernya Metode Penghitungan Angka Harapan Hidup dihitung dengan menggunakan paket program MORTPACK (metode Trussel dengan model West), dengan input Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Angka Melek Huruf, menghitungg proporsi penduduk yang dapat membaca dan menulis Rata-rata Lama Sekolah, menghitung rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan penduduk untuk menjalani sekolah Paritas Daya Beli, dengan proses penghitungan sbb: 1. Y : Pengeluaran per kapita 2. Y 1 : Y + (Y*20%) 3. Y 2 : Nilai Riil Y 1 deflasi, IHK 4. PPP didasarkan 27 komoditi (lihat tabel 2.2) Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

24 Metodologi PPP = [ E (i,j) ] / [ P (9,j) Q (i,j) ] Di mana : E (i,j) : Pengeluaran untuk komoditi j di propinsi i P (i,j) : Harga komoditi j di Jakartaa Selatan Q (i,j) : Volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di provinsi i 5. Y 3 : Y 2 /PPP 6. Y 4 : Menghitung nilai Y 3 dengan formula Atkinson Formula Atkinson C (i) * = C (i) ; jika C (i) < Z = Z + 2[(C (i) Z] ½ = Z + 2(Z) ½ + 3 (C (i) - 2 Z) 1/3 : jika Z < C (i) < 2 Z ; jika 2Z < C (i) < 3 Z = Z + 2 (Z) ½ + 3 (Z) 1/3 + 4 (C (i) 3 Z) ¼ ; jika 3 Z < C (i) < 4 Z C (i) = PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita Z = Batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp ,- per kapitaa per tahun atau Rp 1.500,- per kapita per hari. Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

25 Metodologi 2.3. Tahapan Penghitungan Untuk menghitung IPM, maka setiap komponen dihitung indeksnya. Formula penghitungannya sebagai berikut : Indeks X (i,j) = [X (i,j) X (i min) ] / [ X (i maks) X (i min) ] Di mana : X (i,j) = komponen ke-i dari daerah j X (i min) = nilai minimum dari Xi standar UNDP X (i maks) = nilai maksimum dari Xi standar UNDP Dengan menggunakan formula di atas, Indeks Lama Hidup, Indeks Pendidikan, Indeks Daya Beli dapat dihitung. Nilai minimum dan maksimum merupakan angka standar UNDP (United Nations for Development Programe). Indeks Lamanya Hidup Indeks X 1 = (X 1 25)/(85-25) Indeks Pendidikan terdiri dari dua komponen : Melek Huruf (persen) diberi bobot 2/3 Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

26 Metodologi Rata-rata Lama Sekolah diberi bobot 1/3 Indeks X 2 = [2/3(Indeks Melek Huruf)] + [1/3 Indeks Rata 2 Lama Sekolah)] Indeks Pengeluaran Riil Indeks X 3 = (Y 4-360)/(732,72-300) Nilai IPM dapat dihitung sebagai : IPM = 1/3 [ Indeks X 1 + Indeks X 2 + Indeks X 3 ] Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

27 Metodologi Tabel 2.1. Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponenn IPM Komponen IPM Nilai Maksimum Nilai Minimum Keterangan Angka Harapan Hidup Standar UNDP Angka Melek Huruf Standar UNDP Rata-rata Lama Sekolah 15 0 UNDP menggunakan combined gross enrollment ratio Daya Beli UNDP menggunakan PDRB riil per kapita yang telah disesuaikan Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

28 Metodologi Tabel 2.2. Daftar Paket Komoditi Yang Digunakan Dalam Penghitungan PP PP Komoditi Unit 1. Beras Lokal Kg 2. Tepung Terigu Kg 3. Singkong Kg 4. Tuna/Cakalang Kg 5. Teri Ons 6. Daging Sapi Kg 7. Ayam Kg 8. Telur Butir 9. Susu kental manis 397 gram 10. Bayam Kg 11. Kacang panjang Kg 12. Kacang tanah Kg 13. Tempe Kg 14. Jeruk Kg 15. Pepaya Kg 16. Kelapa Butir 17. Gula Ons 18. Kopi Ons 19. Garam Ons 20. Merica Ons 21. Mie instan 80 gram 22. Rokok kretek 10 Batang Proporsi dari Total Konsumsi 7,25 0,10 0,22 0,50 0,32 0,78 0,65 1,48 0,48 0,30 0,32 0,22 0,79 0,39 0,18 0,56 1,61 0,60 0,15 0,13 0,79 2,86 Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

29 Metodologi 23. Listrik Kwh 24. Air minum M Bensin Liter 26. Minyak tanah Liter 27. Sewa rumah Unit 2,06 0,46 1,02 1,74 11, Komponen IPM dan Konsep Angka Harapan Hidup pada waktu lahir (e 0 ) : Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur Angka Melek Huruf Penduduk dewasa : Proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya Rata-rata Lama Sekolah : Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani Indeks Pendidikan : Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf di kalangan penduduk dewasa dan rata-rata lama sekokah Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

30 Metodologi Paritas daya Beli (Purchasing Power Parity = PPP) : Memungkinkan dilakukan perbandingan harga-harga riil antar provinsi dan antar kabupaten/kota mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi per kapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu provinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginal yang dihitung dengan formula atkinson. Reduksi Shortfall : mengukur keberhasilan dipandang dari jarak antara yang dicapai terhadap kondisi ideal (IPM = 100). Nilai reduksi shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Pengukuran ini didasarkan asumsi, laju perubahan tidak bersifat linier, tetapi laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi. Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

31 Kesehatan Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk dengan menggunakan indikator utamaa angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Aspek penting lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan yang antara lain diukur melalui angka kesakitan dan status gizi. Sementara untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan kesehatan perlu mendapat perhatian utama. Upaya tersebut antara lain melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan pengadaan atau peningkatan sarana dan prasarana dalam bidang medis tertentu, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

32 Kesehatan 3.1. Derajat Kesehatan Penduduk (Angka Kematian dan Angka Harapan Hidup) Angka harapan hidup penduduk merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Semakin tinggi angka harapan hidup suatu wilayah menunjukkan semakin tinggi derajat kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kepulaua Anambas pada tahun 2010 adalah 67,40 tahun. Ini berarti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2010 diperkirakan akan dapat hidup selama 67,40 tahun dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan yang ada tidak berubah. Angka harapan hidup ini lebih rendah dibandingkan angka harapan hidup penduduk di Provinsi Kepulauan Riau. Tabel 3.1. Perkembangan Angka Harapan Hidup di Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2009dan 2010 Angka Harapan Hidup (tahun) (1) (2) (3) Kepulauan Riau 69,75 69,80 Kepulauan Anambas 67,23 67,40 Sumber : BPS, Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2009 dan 2010 Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

33 Kesehatan 3.2. Status Kesehatan Penduduk Informasi tentang status kesehatan penduduk dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk, informasi tersebut di antaranya dapat dilihat melalui indikator angka kesakitan, yaitu persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama sebulan sebelum kegiatan pencacahan Survei Sosial Ekonomi Nasional. Tabel 3.2. menunjukkan bahwa persentasee penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang mengalami keluhan kesehatan dan merasa terganggu aktivitas sehari-harinya pada tahun 2010 adalah sebesar 24,87 persen. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, ternyata angka kesakitan penduduk yang tinggal di daerah pedesaan (25,13 persen), persentasenya relatif lebih besar dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan (24,65 persen). Tabel 3.2. Angka Kesakitan dan Rata2 Lamanya Sakit, Tahun 2010 Keterangan Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan (1) (2) (3) (4) Angka Kesakitan 24,65 25,13 24,87 Rata2 Lama Sakit (hari) 6,54 6,10 6,34 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil SUSENAS tahun 2010 Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

34 Kesehatan Diantara mereka yang terganggu kesehatannya, rata-rata lamanya sakit penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas adalah selama 6,34 hari, penduduk di daerah perkotaan rata-rata lamanya sakit sedikit lebih lama, yaitu 6,54 hari dibandingkan penduduk di daerah perdesaan, di mana rata-rata lamanya sakit hanya 6,10 hari Pemberian ASI dan Gizi Balita Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling penting bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain mengandung nilai gizi yang cukup tinggi juga mengandung zat kekebalan tubuh terhadap penyakit. Oleh karena itu, semakin lama seorang anak disusui akan semakin baik tingkat pertumbuhan dan kesehatannya. Pada tahun 2010, rata-rata lamanyaa balita disusui adalah 14,26 bulan, untuk balita yang tinggal di daerah perkotaan sedikit lebih lama disusui, yaitu 14,51 bulan dibandingkan dengan balita di daerah perdesaan yang disusui rata-rata selama 14,07 bulan. Pemberian ASI saja tanpa makanann tambahan sangat penting bagi bayi sampai dengan usia 6 bulan, hal tersebut dikenal dengan istilah ASI eksklusif. Dari hasil pengolahan data Survei Sosial Ekonomi Nasional pada tahun 2010 dapat diketahui bahwa balita yang hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan adalah selama Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

35 Kesehatan 4,00 bulan, ini berarti penerapan ASI Ekslusif masih belum terpenuhi dengan baik. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal nampak bahwa bayi di daerah perdesaan sedikit lebih lama diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan (4,47 bulan) dibandingkan dengan bayi yang tinggal di daerah perkotaan (3,35 bulan). Tabel 3.3. Rata-Rata Lama (bulan) Balita Disusui Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2009 dan 2010 Daerah Tempat Tinggal Lama Mendapat ASI ASI Tanpa Makanan Tambahan (1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan 16,43 14,,51 5,23 3,35 Pedesaan 13,30 14,,07 4,75 4,47 Perkotaan + Pedesaan 13,76 14,,26 4,82 4,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2009 dan Imunisasi Untuk mencegah berbagai penyakit menular pemerintah memberikan beberapa antigen untuk balita dan anak-anak. Adapun antigen yang dianggap penting adalah BCG, DPT, Polio, dan Campak serta Hepatitis untuk mencegah penyakit yang biasanya menyerang anak-anak yang diduga dapat menyebabkan kematian pada bayi. Imunisasi sangat penting bagi upaya pencegahan bayi atau balita terkena beberapa penyakit tertentu, semakin besar persentase balita Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

36 Kesehatan yang pernah diimunisasi maka diharapkan akan semakin baik pula tingkat atau derajat kesehatan bayi atau balita. Pada tahun 2010, balita di Kabupaten Kepulauan Anambas yang pernah diimunisasi ada sebanyak 88,91 persen, artinya ada sekitar 11,09 persen balita yang belum pernah diimunisasi, padahal Pemerintah melalui Program bulan PIN Gratis telah mewajibkan orang tua untuk membawa balitanya untuk diimunisasi secara gratis. Masih adanya balita yang belum pernah diimunisasi diduga karena sulitnya akses masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terpencil untuk membawa balitanya ke posyandu atau karena adanya keengganan dari sebagian orang tua untuk memberikan imunisasi kepada balitanya dikarenakan takut balitanya menjadi sakit. Dari Tabel 3.4. juga dapat dilihat bahwa balita di daerah perkotaan relatif lebih banyak yang tidak pernah diimunisasi, yaitu 17,05 persen dibandingkan balita di daerah perdesaan, 7,14 persen. Tabel 3.4. Persentase Balita Yang Pernah Diimunisasi Menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2010 Jenis Kelamin Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan (1) (2) (3) (4) Laki-Laki 88,89 Perempuan 76,74 Laki2+Perempuan 82,95 Sumber : 89,66 89,35 96,30 88,44 92,86 88,91 Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil SUSENAS tahun 2010 Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

37 Kesehatan 3.5. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu utama. Puskesmas dan puskesmas pembantu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat dijangkau oleh penduduk yang tinggal di pelosok. Hal penting lainnya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang diupayakan agar persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya). Pada tahun 2010, terdapat 65,05 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, namun terdapat perbedaan antara daerah perkotaan dan pedesaan, untuk daerah perkotaan terdapat 71,59 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, namun di daerah pedesaan hanya 60,71 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, hal ini karena masih banyaknya persalinan yang ditolong oleh dukun tradisional dan lainnya, yaitu mencapai 39,29 persen. Kesadaran di dalam meminta pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dokter, bidan atau tenagaa kesehatan lainnya sangat penting dalam upaya mencegah menurunnya angka kematian ibu, di daerah perkotaan persalinan yang ditolong oleh dokter mencapai 9,09 persen sedangkan di daerah pedesaan baru mencapai Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

38 Kesehatan sepertiganya, atau hanya 3,57 persen. Sedangkan persalinan yang ditolong oleh bidan, antara daerah perkotaan dan pedesaan persentasenya tidak berbeda jauh, yaitu 59,09 persen untuk di daerah perkotaan dan 55,36 persen untuk daerah pedesaan. Peran tenaga kesehatan lainnya di daerah pedesaan juga belum menonjol, yaitu sekitar 1,79 persen dibandingkan di daerah perkotaan, yaitu 3,41 persen. Tabel 3.5. Distribusi Persentase Bayi Menurut Penolong Persalinan Bayi Tahun 2010 Penolong Persalinan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan (1) (2) (3) (4) Tenaga Kesehatan 71,59 60,71 65,05 Dokter 9,09 Bidan 59,09 Nakes Lainnya 3,41 Bukan Tenaga Kesehatan 28,41 3,57 5,77 55,36 56,84 1,79 2,43 39,29 34,95 Dukun Tradisional 27,27 39,29 34,50 Lainnya 1,14 0,00 0,45 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Hasil SUSENAS tahun 2010 Kepulauan Riau, diolah dari Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

39 Kesehatan Pada tahun 2010 banyaknya dokter di Kabupaten Kepulauan Anambas 30 orang, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maka setiap penduduk baru bisa dilayani oleh 8,0 orang dokter. Demikian pula jumlah puskesmas sebanyak 43 buah termasuk puskesmas pembantu. Disamping itu juga Kabupaten Kepulauan Anambas baru memiliki 1 rumah sakit di Kecamatan Palmatak. Tabel 3.6. Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2010 Tenaga/Sarana Kesehatan (1) Jumlah dokter Jumlah dokter per penduduk Jumlah puskesmas*) Jumlah rumah sakit (2) (3) ,1 8, Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas, 2010 Keterangan : *) termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling Penduduk yang mengalami gangguan kesehatan pada umumnya melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat sendiri maupun berobat jalan. Tabel 3.7. menyajikan data persentase penduduk yang berobat sendiri menurut jenis pengobatan. Penduduk Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

40 Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas yang mengalami gangguan kesehatan yang berobat sendiri ada sebanyak 83,95 persen. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, penduduk di daerah perdesaan sedikit lebih banyak yang berobat sendiri, yaitu 87,53 persen dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan, di mana persentasenya hanya mencapai 77,69 persen. Secara umum, ada sebanyak 93,33 persen penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang berobat sendiri dengan cara pergi ke pengobatan modern, terlihatt ada perbedaan antara mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan. Sebanyak 91,79 persen penduduk di daerah perkotaan yang mempunyai keluhan kesehatan berobat sendiri ke pengobatan modern, sedang mereka yang tinggal di daerah pedesaan sebanyak 94,12 persen. Begitu pula, mereka yang tinggal di daerah pedesaan lebih besar yang berobat ke pengobatan tradisional, yaitu 48,61 persen dibandingkan mereka yang tinggal di perkotaan, 28,72 persen. Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

41 Kesehatan Tabel 3.7. Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Menurut Jenis PengobatanYang Digunakan, Tahun 2010 Jenis Pengobatan Perkotaan (1) (2) Modern 91,79 Tradisional 28,72 Lainnya 16,92 Modern + Tradisional 21,03 Modern + Lainnya 14,36 Tradisional + Lainnya 8,72 Modern + Tradisional + Lainnya Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Sumber : 6,67 77,69 Pedesaan Perkotaan+ Perdesaan (3) (4) 94,12 93,33 48,61 41,90 16,72 16,79 43,96 36,23 15,17 14,90 12,69 11,35 12,38 10,46 87,53 83,95 Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil SUSENAS tahun 2010 Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010, dari penduduk yang mengeluh sakit di Kabupaten Kepulauan Anambas, hanya 35,43 persen penduduk yang melakukan berobat jalan. Jika dilihat menurut urutan paling banyak, yang paling besar persentasenya adalah mereka yang berobat jalan ke puskesmas (40,92 persen), disusul oleh mereka yang berobat jalan ke rumah sakit (34,42 persen). Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

42 Kesehatan penduduk perkotaan paling banyak berobat jalan ke rumah sakit dan praktek dokter, sedangkan penduduk perdesaan paling banyak berobat jalan ke puskesmas dan ke rumah sakit. Tabel 3.8. Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat, Tahun 2010 Sumber : Tempat Berobat Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan (1) (2) (3) (4) Rumah Sakit 31,58 38,43 34,42 Praktek Dokter 28,95 Puskesmas 27,63 46,76 40,92 Petugas Kesehatan 1,32 Pengobatan Tradisional 0,00 Dukun 0,00 Lainnya 10,53 4,17 13,98 1,85 1,66 1,85 1,17 2,78 1,76 4,17 6,09 Berobat jalan 43,82 30,62 35,43 Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari hasil Susenas Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

43 Pendidikan Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus sebagai obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Mengingat pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pembangunan di bidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan secara formal maupun non formal. Pembangunan di bidang pendidikan memerlukan peran serta yang aktif tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat. Karena belum semua anak Indonesia dapat menikmati kesempatan pendidikan dasar, antara lain karena faktor kemiskinan keluarga. Sebagai upaya untuk menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan pendidikan, antara lain terlihat dari Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), yang menghimpun danaa dari masyarakat untuk membantu keluarga miskin agar anak mereka tetap memperoleh pendidikan. Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

44 Pendidikan Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah, misalnya dengan meningkatkan sarana dan pra sarana pendidikan, perbaikan kurikulum, bahkan semenjak tahun 1994 pemerintah juga telah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun. Untuk mendukung hal ini, melalui Program BOS, disalurkan dana langsung ke sekolah (baik SD maupun SLTP) dengan maksud peserta didik dibebaskan dari kewajiban membayar uang sekolah demi tercapainya program wajar 9 tahun. Sehingga nantinya dengan semakin lamanya usia wajib belajar diharapkan tingkat pendidikan anak akan semakin membaik, dan tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan penduduk Tingkat Pendidikan Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan, adalah kemampuan baca-tulis penduduk dewasa. Kemampuan baca tulis tercermin dari data angka melek huruf, dalam hal ini merupakan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Persentase penduduk dewasa yang dapat membaca dan menulis huruf latin tahun 2010 di Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

45 Pendidikan Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 90,00 persen, artinya ada sebanyak 10,00 persen penduduk dewasaa di Kabupaten Kepulauan Anambas yang buta huruf. Angka melek huruf ini berbeda menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa angka melek huruf penduduk dewasa laki-laki mencapai 91,54 persen, sedangkan angka melek huruf penduduk dewasa perempuan tidak berbeda jauh dengan penduduk dewasa laki-laki hanyalah 84,38 persen. Ini berarti bahwa angka buta huruf penduduk dewasa perempuan jauh lebih banyak dibandingkan angka buta huruf penduduk dewasa laki-laki, yaitu 15,62 persen untuk perempuan dan 8,46 persen untuk laki-laki. Kemudian kalau dilihat menurut kelompok umur, ternyata angka melek huruf untuk penduduk usia muda cenderung mendekati seratus persen, sebaliknya angka melek huruf penduduk usia tua cenderung jauh dari angka seratus, misalnya angka melek huruf penduduk usia tahun mencapai 98,17 persen sedangkan angka melek huruf penduduk usia 50 tahun atau lebih hanya 74,63 persen, artinya kecenderungan buta huruf lebih menonjol pada penduduk usia tua, dibandingkan penduduk usia muda. Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

46 Pendidikan Tabel 4.1. Angka Melek Huruf menurut Kelompok Umur, Tahun 2010 Kelompok Perkotaan + Perkotaan Perdesaan Umur Perdesaan (1) (2) (3) (4) ,55 97,94 98, ,24 95,88 95, ,52 93,12 92, ,09 83,84 87, ,80 74,51 74,63 Laki-Laki 92,54 90,87 91,54 Perempuan 85,50 83,67 84,38 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil SUSENAS tahun 2010 Angka melek huruf selain berbeda menurut jenis kelamin dan kelompok umur, ternyata tidak berbeda nyata menurut daerah tempat tinggal. Untuk penduduk dewasaa yang tinggal di daerah perkotaan, angka melek hurufnya sedikit lebih rendah dibandingkan penduduk dewasa yang tinggal di daerah pedesaan. Dari Tabel 4.1. dapat dilihat khusus untuk penduduk padaa usia 50 tahun atau lebih, angka melek hurufnya adalah sebesar 74,80 persen untuk di daerah perkotaan dan 74,51 persen untuk di daerah pedesaan, atau dapat dikatakan bahwa angka buta huruf untuk penduduk usia 50 tahun Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

47 Pendidikan atau lebih adalah 25,20 persen di daerah perkotaan dan 25,49 persen di daerah pedesaan. Gambaran mengenai mutu sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk berusia 10 tahun ke atas. Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa hanya 27,73 persen penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tamat pendidikan SLTP atau pendidikan yang lebih tinggi, namun jika dibedakan menurut daerah tempat tinggal, nampak bahwa mutu sumber daya manusia di daerah pedesaan relatif masih rendah, yaitu terbukti di mana penduduk usia 10 tahun ke atas yang menamatkan pendidikan SLTP atau pendidikan yang lebih tinggi hanyalah mencapai 20,53 persen, walaupun untuk mereka yang tinggal di daerah perkotaan persentasenya mencapaiai 38,76 persen. Jika ditinjau menurut tingkat pendidikannya, penduduk usia 10 tahun ke atas di daerah pedesaan yang tamat SLTA hanya 8,03 persen, walaupun untuk mereka yang tinggal di daerah perkotaan telah mencapai 18,79 persen. Demikian pula untuk mereka yang tamat pendidikan Diploma I/II dan pendidikan lainnya yang lebih tinggi tingkatannya, untuk daerah pedesaan baru mencapai 1,95 persen. Sehingga secaraa umum dapat dikatakan bahwa pendidikan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas relatif Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

48 Pendidikan masih rendah, dan tingkat pendidikan penduduk di daerah perkotaan lebih baik dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pedesaan. Tabel 4.2. Persentase Penduduk 10 tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010 Tingkat Pendidik Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan (1) (2) (3) (4) Tidak/Belum Sekolah Tidak/Belum SD Pernah Tamat 10,50 17,31 Sekolah Dasar 33,43 SLTP 11,24 Sekolah Menengah Tingkat Atas 18,79 Diploma I/II 1,78 Diploma Muda III/Sarjana 1,33 Diploma IV/S1/S2/S3 5,62 SLTP + 38,76 Sumber : 13,07 12,06 16,51 16,83 49,89 43,38 10,55 10,82 8,03 12,28 0,80 1,19 0,46 0,80 0,69 2,64 20,53 27,73 Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil SUSENAS tahun 2010 Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

49 Pendidikan 4.2. Tingkat Partisipasi Sekolah Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitass pendidikan dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu yang dikenal dengan istilah angka partisipasi sekolah (APS). Makin tinggi angka partisipasi sekolah menunjukkan adanya keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan. APS memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak kelompok umur tertentu yang sedang bersekolah, tanpaa memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang diikuti. APS biasanya diterapkan untuk kelompok umur sekolah jenjang pendidikan SD (7 12 tahun), SLTP (13 15 tahun), dan SLTA (16 18 tahun). Angka partisipasi sekolah anak-anak usia 7 12 tahun pada tahun 2010 pada umumnya belum mencapai angka 100 persen (96,11 persen) dan terlihat adanya perbedaan antara mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan, sedangkan antara laki-laki dan perempuan terlihat cenderung tidak berbeda nyata untuk perempuan (95,12 persen) dibandingkan untuk laki-laki (97,17 persen). Demikian pula angka partisipasi sekolah untuk anak-anak usia tahun secara umum belum tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok 7-12 tahun, yaitu mencapai Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

50 Pendidikan 89,55 persen, dan jika dibedakan menurut jenis kelamin, perempuan usia tahun lebih tinggi angka partisipasi sekolahnya dibandingkan laki-laki pada usia yang sama. Namun jika dibedakan menurut daerah tempat tinggal, angka partisipasi sekolah anak-anak usia tahun di daerah perkotaan (86,05 persen) sedikit lebih kecil dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pedesaan (91,67 persen). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah dan Daerah Tempat Tinggal, Tahun 2010 Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Perkotaan (1) (2) 7 12 Laki-Laki 100,00 Perempuan 93,88 Laki2+Perempuan 96,97 Perdesaan Perkotaan + Perdesaan (3) (4) 95,31 97,17 95,83 95,12 95,59 96, Laki-Laki 77,78 Perempuan 100,00 Laki2+Perempuan 86,05 89,74 85,33 95,24 97,10 91,67 89, Laki-Laki 73,08 71,43 72,06 Perempuan 70,59 62,07 64,89 Laki2+Perempuan 72,09 67,19 68,96 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil SUSENAS tahun 2010 Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

51 Pendidikan Di sisi lain, angka partisipasi sekolah anak-anak usia tahun ternyata masih relatif baik, yaitu hanya 68,96 persen. Ini berarti ada sebanyak 21,04 persen anak-anak usia tahun yang tidak memanfaatkan fasilitas pendidikan. Jika dibedakan menurut jenis kelamin, ternyata angka partisipas sekolah anak-anak usia tahun lebih tinggi untuk laki-laki (72,06 persen) dibandingkan perempuan. Ini berarti anak perempuan usia tahun jauh lebih tinggi persentasenya yang tidak memanfaatkan fasilitas pendidikan dibandingkan laki- laki. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, ternyata angka partisipasi sekolah anak laki-laki usia tahun di daerah perkotaan mencapai 73,08 persen dibandingkan untuk anak perempuan usia yang relatif sama yaitu sebesar 62,07 persen di daerah pedesaan. Untuk dapat mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat pada waktunya dapat digunakan angka partispasi murni (APM), di mana angkanya dapat dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan, yaitu SD (usia 7 12 tahun), SLTP (usia tahun), dan SLTA (usia tahun). Secara umum, angka partisipasi murni lebih rendah dibandingkan angka partisipasi sekolah, hal ini karena pembilangnya lebih kecil sementara penyebutnya sama. APM membatasi usia murid sesuai dengann usia sekolah, jenjang pendidikan sehingga angkanya lebih kecil. Nilai APM yang mendekati 100 persen menunjukkan hampir semua penduduk bersekolah dan Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

52 Pendidikan tepat waktu sesuai dengan usia sekolah jenjang pendidikannya. Pada saat ini Pemerintah telah melaksanakann program wajib belajar 9 tahun dan sudah mulai pencanangan wajib belajar 12 tahun, sasaran dari program tersebut adalah anak-anak usia 7 12 tahun (SD) dan usia tahun (SLTP). Sehingga dengan demikian, diharapkan partisipasi sekolahnya mencapai 100 persen. Tabel 4.4. Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan, Tahun 2010 Pendidikan dan Jenis Kelamin Perkotaan (1) (2) SD Laki-Laki 96,00 Perempuan 89,80 Laki2+Perempuan 92,93 Pedesaan Perkotaan + Perdesaan (3) (4) 93,75 94,64 94,44 92,75 94,12 93,67 SLTP Laki-Laki 59,26 Perempuan 93,75 Laki2+Perempuan 72,09 66,67 63,94 66,67 77,26 66,67 68,71 SMA Laki-Laki 57,69 Perempuan 47,06 45,71 50,33 31,03 36,33 Laki2+Perempuan 53,49 39,06 44,28 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil SUSENAS Tahun 2010 Indeks Pembangunan Manusia Kepulauan Anambas

Bupati Kepulauan Anambas

Bupati Kepulauan Anambas Bupati Kepulauan Anambas KATA SAMBUTAN Assalammulaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada kita semua dan tak lupa dihaturkan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 No. Katalog BPS : 4102002.05 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : x + 70 Naskah : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

2.1. Konsep dan Definisi

2.1. Konsep dan Definisi 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya kematian bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manusia merupakan harta atau aset yang sangat berharga bagi kelanjutan ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu negara, pengembangan kualitas akan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2007-2008 ISBN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran buku Jumlah halaman : 17.6 x 25 cm : x + 100 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan oleh : Badan

Lebih terperinci

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii i DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Katalog BPS : 4102002.1404 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun 2008 ISBN : 979 484 930 8

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102002.3523 Katalog BPS: 4102002.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN TAHUN 2011 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2011 No. Publikasi

Lebih terperinci

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Pembangunan Manusia Kota Bandung Tahun 2014 ini dapat terselesaikan.

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 Katalog BPS: 1413.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 BADAN PUSAT STATISTIK DAN BAPPEDA KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 No. Publikasi : 35230.0310 Katalog

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Manusia Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SORONG TAHUN 2010 Nomor Publikasi : 9107.11.03 Katalog BPS : 1413.9107 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : v rumawi + 111 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 9105.1104 No. Katalog BPS/Catalogue Number: 1101001.9105 Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu:

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu: BAB II METODOLOGI 2. 1 PRINSIP DASAR PENYUSUNAN Prinsip dasar penyusunan publikasi ini masih merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya, yaitu tetap melakukan pengukuran terhadap kinerja pembanguan manusia

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia IPM KABUPATEN TELUK BINTUNI 2012 BPS Kabupaten Teluk Bintuni menerbitkan publikasi IPM Kabupaten Teluk Bintuni secara berkala sejak tahun 2005. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 Nomor ISSN : 2089-1660 Nomor Publikasi : 91300.13.04 Katalog BPS : 4102002.91 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : xviii + 109 Naskah

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016 No. 07/01/62/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 05/01/33/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 4,562 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1413.7371 Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar 2014 Katalog BPS : 1413.7371 Naskah/Editor : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Gambaran Kulit : Seksi Neraca Wilayah & Analisis

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011 ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011 No. Publikasi /Publication Number : 3319.0612 Katalog BPS / BPS Catalogue : 1413.3319 Ukuran Buku/Book Size : 14.8 x 21 cm Jumlah Halaman/Number

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 58/07/64/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA MARET TAHUN 2017 R I N G K A S A N Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Utara pada Maret 2017 sebanyak

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT 2011 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN RAJA AMPAT 2011 Nomor Katalog / Catalog Number : 4102002.9108 Nomor Publikasi / Publication Numbe r : 91080.12.28

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VII, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii SAMBUTAN i DAFTAR ISI HALAMAN SAMBUTAN... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013 No. 04/01/36/Th.VIII, 2 Januari 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 682,71 RIBU ORANG Pada bulan September 2013, jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015 INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI Kata Pengantar merupakan publikasi yang menyajikan data terkait indikator ekonomi, sosial, infrastruktur dan pelayanan publik, lingkungan, dan teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 No. 05/01/17/IX, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 316,50 RIBU ORANG - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 MENURUN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 No. 05/01/33/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 4,863 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.57/07/64/Th.XX,17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN TIMUR MARET TAHUN 2017 R I N G K A S A N Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur pada Maret 2017 sebanyak

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012 ISBN Nomor Publikasi Nomor Katalog Ukuran Buku Jumlah Halaman : 979.486.6199 : 3204.12.70 : 1413.3204 : 25,7 Cm x 18,2 Cm : 81 + viii Naskah

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2017 No. 35/07/31/Th.XIX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2017 sebesar 389,69 ribu

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 No. 06/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 195,95 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015 No. 66/09/33/Th. IX, 15 ember 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 4,577 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/09/18/TH.VII, 15 September 2015 ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET 2015 Jumlah penduduk miskin di Lampung pada Maret 2015 mencapai 1.163,49 ribu orang (14,35 persen), bertambah

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2010 MENCAPAI 31,02 JUTA Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017 No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli 2017 1. PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. No. 55/09/17/Th.IX, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta

Lebih terperinci

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA PEMBANGUNAN MANUSIA Proses pembangunan yang sedang dilaksanakan terutama pada Negara berkembang hakikatnya adalah pembangunan terhadap manusianya. Taraf kualitas kehidupan manusia merupakan tujuan utama

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 07/01/62/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang dibangun melalui pendekatan

Lebih terperinci

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri INDIKATOR KESEHATAN Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri 3 RSUD Muaradua, Kabupaten OKU Selatan Salah satu aspek terpenting

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi geografis, sosial ekonomi dan kependudukan Provinsi Jawa Tengah A. Kondisi Geografis Provinsi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 54/09/61/Th.XVIII, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 28/07/31/Th.XIII, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 RINGKASAN Garis Kemisknan (GK) tahun 2011 sebesar Rp 355.480 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 SEBESAR 9,38 PERSEN No. 39/07/73/Th. XI, 17 Juli 2017 Penduduk miskin di Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 25/04/52/th II, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTB pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 i ii INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 Katalog BPS/ BPS Catalogue : 1413.9107 ISSN : 2302-1535 Nomor Publikasi/ Publication Number : 9107.15.03 Ukuran Buku/ Book size :

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016 No. 07/07/62/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi : 3403.16.27 Katalog BPS : 4102002.3403 Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman : vi rumawi + 53 halaman Naskah

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 Nomor Publikasi : 3279.1103 Katalog BPS : 4102002.3279 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,5 cm x 21,5 cm : ix rumawi + 117 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) RINGKASAN Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabuputaen Banyuwangi Tahun 2009 mencapai 68,24 atau naik 0,44 dibanding dengan tahun 2008 yang sebesar 67,80. Kenaikan ini disebabkan

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia IPM KABUPATEN TELUK BINTUNI 2009 BPS Kabupaten Teluk Bintuni menerbitkan publikasi IPM Kabupaten Teluk Bintuni secara berkala sejak tahun 2005. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016 No. 05/01/33/Th. XI, 3 Januari 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 13,19 PERSEN Pada bulan ember 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 i Penyusunan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR 2012 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012 Halaman i INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR 2012 Nomor Publikasi : 1704.1335 Katalog BPS : 4102002.1704

Lebih terperinci