BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Ssial Baru dan Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan ssial baru merupakan sebuah struktur jejaring banyak pemikiran yang merupakan prduk transfrmasi mendalam gerakan ssial di era pst industry atau dapat dikatakan gerakan transasinal. Gerakan ini menyuarakan, mengarah dan berjuang bagi isu-isu kemanusiaan dan isu-isu yang berhubungan dengan kndisi mendasar keberadaan manusia serta keberadaan yang layak di masa depan (Melucci dalam Singh, 2002). Gerakan ssial baru berusaha mencari jawaban atas pertanyaan yang terkait dengan perdamaian, perlucutan senjata, plusi nuklir, perang nuklir; yang berhubungan dengan ketahanan planet, eklgi, lingkungan; dan hak-hak manusia. Karenanya sejumlah tujuan dan targetnya berlkasi di wilayah lintas masyarakat kemanusiaan glbal. Kebanyakan gerakan ssial baru memberi perhatian knsepsi idelgis mereka pada asumsi bahwa masyarakat sipil tengah meluruh dimana ruang ssialnya mengalami penciutan dan yang ssial dari masyarakat sipil tengah digergti leh kemampuan kntrl negara. Ekspansi negara dalam panggung kntemprer ini, bersesuain dengan ekspansi pasar. Negara dan pasar dilihat sebagai dua institusi yang sedang menerbs masuk ke dalam nyaris seluruh aspek kehidupan warga. Sehingga gerakan ssial ini berusaha menyerukan sebuah kndisi yang adil dan bermartabat bagi knsepsi kelahiran, kedewasaan, dan reprduksi makhluk manusia yang kreatif dan berseiring dengan alam (Singh, 2002). Gerakan ssial baru secara radikal mengubah paradigma Marxis yang menjelaskan knflik kntradiksi dalam istilah kelas dan knflik kelas. Pikiran akademisi kiri menyajikan gugatan pada sistem paparan marxis materialis tentang gerakan dan perubahan dalam masyarakat (Martin, 2001). Gugatan ini muncul akibat dari disingkirkannya isu-isu gender, eklgi, ras, kesukuan, dsb. Latar belakang kelas tidak menentukan aktr ataupun penpang aksi klektif, hal ini sesuai dengan pendapat Melucci dikutip Martin (2001) dimana 23

2 gerakan ssial baru lebih didasarkan kepada identitas yang melekat bukan sistem kelas. gerakan ssial baru pada umumnya mengabaikan mdel rganisasi serikat buruh dan mdel plitik kepartaian. Berdasarkan hal tersebut, menurut Taurine dikutip Sztmpka (2004) ciri-ciri gerakan ssial baru adalah : 1. Terfkus pada isu, kepentingan, dan bidang-bidang pertentangan ssial baru, sebagai reaksi invasi plitik, eknmi, eklgi, teknlgi, dan birkrasi dalam seluruh sektr kehidupan manusia. Knsentrasi gerakan ini terfkus pada kualitas, identitas kelmpk, dll. 2. Keanggtaanya tidak dikaitkan dengan kelas khusus tertentu tetapi lebih saling berptngan dengan pembagian kelas tradisinal, mengungkap masalah penting yang dihadapi anggta berbagai kelas yang berlainan. 3. Organisasi gerakannya terdesentralisir dengan jaringan kerja yang meluas dan lnggar, tidak kaku, dan hierarkis. Pada tahap tertentu gerakan ssial baru, dimana gerakan tersebut memiliki rentang yang luas dalam jumlah anggta hingga jutaan (yang tentunya memiliki derajat pengrganisasian yang relatif tinggi membentuk suatu institusi yang mampu mengakmdir prses gerakan ssial itu sendiri. Menurut Tindall (2002), rganisasi gerakan ssial baru (new scial mvement rganizatin) adalah rganisasi yang didirikan dalam rangka membangun gerakan ssial dan berbedabeda derajat frmalitasnya dan bentuk institusinya. Organisasi ini merupakan aktr utama dalam gerakan ssial kntemprer ( rganizatin which are dedicated t fstering scial change, and which may vary in the degree t which they are frmalized and institutinalized-are key actrs in cntemprary scial mvement ). LSM sebagai lembaga yang menyuarakan hati nurani maupun aspirasi dari masyarakat dapat dikatakan sebagai wujud dari rganisasi gerakan ssial baru apabila LSM tersebut mengangkat dan memperjuangkan isu-isu kntemprer, karena LSM bukan bagian dari rganisasi pemerintah serta didirikan bukan sebagai hasil dari persetujuan pemerintah namun lahir dari individu-individu yang 24

3 memiliki kesepahaman atas cita-cita yang ingin mereka capai. LSM difahami sebagai rganisasi gerakan ssial yang menjadi pelpr terciptanya gerakan ssial baru untuk perubahan ssial. Pada tahun 1978 Dr. Sarin Mangunprant pada pertemuan antar rganisasi nn-pemerintahan yang bergerak di bidang pembangunan pedesaan di Ungaran mengusulkan untuk mengganti istilah NGO (Nn Gverment Organizatin) atau ORNOP (Organisasi Nn-Pemerintah) menjadi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Istilah LSM kemudian berubah menjadi Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) (Widjanark,2002). Namun pada tingkat internasinal, istilah NGO masih dipakai dan lebih dipahami ( Saragih dikutip Sari, 2004). Mrris dikutip leh Jallal (2001) mengungkapkan lima karakteristik LSM sebagai berikut : 1. Terrganisasi, sampai derajat tertentu memiliki bentuk rganisasinal, 2. Privat, secara kelembagaan terpisah dari pemerintah, 3. Nnprfit, keuntungan yang diperleh dikembalikan untuk mencapai misi yang telah ditentukan, 4. Memerintah diri sendiri, memiliki aparat internal sendiri, dan 5. Vluntari, melibatkan diri dalam partisipasi sukarela yang berarti. Undang-undang RI N.4 tahun 1982 menegaskan keberadaan LSM di Indnesia, isi dari undang-undang ini menyebutkan bahwa LSM sebagai rganisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri, di tengah masyarakat, dan berminat, serta bergerak dalam bidang lingkungan hidup. Dan Inmendagri N. 8/1990, menyebutkan LSM sebagai rganisasi.lembaga yang dibentuk masyarakat secara sukarela atas kehendak sendiri dan bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan leh rganisasi/lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat (Paramitha,2001). 25

4 2.2 Budaya Organisasi Knsep Budaya Organisasi Budaya telah menjadi knsep penting dalam memahami masyarakat dan kelmpk manusia untuk waktu yang lama. Budaya adalah suatu pla semua susunan, baik material maupun perilaku yang sudah diadpsi masyarakat sebagai suatu cara yang telah terrganisasi, mengandung unsur kepercayaan, nrma, nilainilai budaya implisit, yang berguna dalam memecahkan masalah-masalah para anggtanya serta ketentuan-ketentuan yang mendasar dan mengandung suatu perintah (Kentjaraningrat, 2002). Organisasi sebagai struktur krdinasi frmal yang melibatkan dua rang atau lebih dalam rangka mencapai tujuan bersama memiliki suatu budaya yaitu budaya rganisasi. Karena dalam mencapai tujuan bersama, setiap rganisasi memiliki suatu sistem yang mengandung unsur nrma dan nilai yang berguna dalam mengatur setiap kegiatan yang dilakukan anggtanya agar berjalan sesuai dengan visi maupun misi rganisasi. Sistem tersebut dipelajari, dimiliki bersama, diikuti leh setiap sub-rganisasi dan para anggta rganisasi itu sendiri, dan mereka yang berada dalam hirarkhi rganisasi serta diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, budaya rganisasi dapat dikatakan sebagai suatu budaya. Dalam beberapa literatur (Meljn dan Rbbins) pemakaian istilah crprate culture biasa diganti dengan istilah rganizatin culture. Kedua istilah ini memiliki pengertian yang sama. Karena itu dalam penelitian ini kedua istilah tersebut digunakan secara bersama-sama, dan keduanya memiliki satu pengertian yang sama. Sebagaimana definisi budaya rganisasi yang dikemukakan leh Meljn (2003), ia menyatakan bahwa budaya rganisasi atau budaya manajemen atau juga dikenal dengan istilah budaya kerja merupakan nilai-nilai dminan yang disebar luaskan didalam rganisasi dan diacu sebagai filsfi kerja karyawan. 26

5 Rbbins(2002) mendefinisikan budaya rganisasi (rganizatinal culture) sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut leh anggta-anggta yang membedakan rganisasi tersebut dengan rganisasi yang lain. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa sistem pemaknaan bersama ini merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai rganisasi ("a system f shared meaning held by members that distinguishes the rganizatin frm ther rganizatin. This system f shared meaning is, n clser examinatin, a set f key characteristics that the rganizatin values"). Sedangkan menurut Ardana dkk (2008), budaya rganisasi adalah sistem makna dan keyakinan bersama yang dianut leh para anggta rganisasi yang menentukan cara mereka bertindak. Menurut Rbbins dan Culter (dikutip Ardana dkk, 2008) yang paling efektif dalam meneruskan budaya rganisasi adalah melalui : 1. Cerita, cerita-cerita ini khususnya berisi dngeng suatu peristiwa mengenai pendiri rganisasi, pelanggaran peraturan dan mengatasi masalah rganisasi 2. Ritual, merupakan deretan berulang kegiatan yang mengekspresikan dan memperkuat nilai-nilai utama rganisasi itu serta menunjukan tujuan rganisasi. 3. Lambang materi, merupakan atribut fisik pada suatu budaya rganisasi yang dapat diamati, seperti pakaian seragam. 4. Bahasa, merupakan cara untuk mengadakan identifikasi anggta suatu budaya atau anak budaya dengan munculnya istilah-istilah khas untuk menggambarkan sesuatu. Dengan mempelajari bahasa ini, anggta membuktikan penerimaan mereka akan budaya itu Fungsi dan Manfaat Budaya Organisasi Budaya rganisasi sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut leh anggta-anggta yang membedakan rganisasi tersebut dengan rganisasi yang lain, memiliki fungsi dan manfaat yang nyata bagi kehidupan suatu rganisasi. Pertama, budaya mempunyai peran pembeda. Hal itu berarti bahwa budaya rganisasi menciptakan pembedaan yang jelas antara satu rganisasi dengan 27

6 rganisasi lain karena sifat budaya itu unik. Kedua, menumbuhkan kmitmen terhadap rganisasi pada diri setiap individu yang tergabung dalam rganisasi. Ketiga, membantu individu dalam membentuk identitas diri. Keempat, budaya rganisasi berfungsi sebagai perekat ssial dalam mempersatukan unsur-unsur yang terdapat didalamnya sekaligus berfungsi pula sebagai kntrl atas perilaku para anggta. Menurut Susant (1997) manfaat dan fungsi budaya rganisasi adalah menekan tingkat turn ver anggtanya. Ini dapat dicapai karena budaya rganisasi mendrng anggtanya memutuskan untuk tetap berkembang bersama rganisasi dan sebagai cara bagi untuk menunjukan ciri khas yang dimiliki leh rganisasi kepada pihak eksternal, tentang keberadaan rganisasi ditengah-tengah rganisasi yang ada di masyarakat. Selain itu, menurut Rbbins (2002), terdapat sejumlah peranan penting yang dimainkan leh budaya rganisasi, yaitu : a) Membantu menciptakan rasa memiliki jati diri bagi anggta; b) Mengembangkan keikatan pribadi dengan rganisasi; c) Membantu stabilisasi rganisasi sebagai suatu sistem ssial; d) Menyajikan pedman perilaku, sebagai hasil dari nrma-nrma perilaku yang sudah terbentuk. 2.3 Framing Knsep Framing Frame adalah sebuah skema interpretasi, dimana gambaran dunia yang dimasuki seserang dirganisasikan sehingga pengalaman tersebut menjadi punya arti dan bermakna (Gffman dikutip Yant,2002). Menurut Pan dan Ksicki (dikutip Yant,2002), terdapat dua knsepsi dari framing yang sailng berkaitan. Pertama, dalam knsepsi psiklgi. Framing dalam knsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seserang memprses infrmasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan prses kgnitif, bagaimana seserang menglah sejumlah infrmasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Skema adalah 28

7 teri yang berasal dari bidang keilmuan psiklgi yang menjelaskan mengenai bagaimana seserang menggunakan struktur kgnitifnya dalam memandang dunia : seserang, lingkungan dan peristiwa dalam pandangan atau perspektif tertentu. Skema dapat menimbulkan efek yang kuat pada tiga prses dasar: perhatian atau atensi (attentin), pengdean (encding), dan mengingat kembali (retrival) (Barn dan Dnn,2003). Frame menawarkan penafsiran atas berbagai realitas ssial yang berlangsung setiap hari. Kedua dalam perspektif ssilgis, frame berfungsi membuat realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dimengerti dengan label tertentu. Menurut Gffman dikutip Yant (2002), frame secara aktif mengklasifikasikan, mengrganisasikan, dan menginterpretasikan pengalaman hidup seserang agar rang tersebut dapat memahaminya. Menurut Snw dikutip Klandermans dan Suzanne (2002), frame merupakan interpretative schemata yang membuat partsipan dalam menempatkan, menerima dan melabeli suatu hal. Oleh karena itu Klandermans dan Suzanne (2002) berpendapat bahwa frame memiliki elemen-elemen yang terdiri dari : a. Frame memiliki cntent. b. Frame merupakan struktur kgnitif atau skema. c. Frame terdapat pada diri individu maupun lingkungan ssialnya. Frame merupakan skema kgnitif serang individu, skema ini berguna dalam membangun aksi klektif apabila individu tersebut berbagi skema yang ia miliki kepada individu lain yang memiliki skema yang sama dalam suatu aksi yang memiliki suatu pla. d. Frame merupakan struktur kgnitif seserang dan hasil pengembangan prses kgnitif. Berdasarkan hal ini, penelitian mengenai framing dapat dibagai menjadi dua tipe yaitu : (1) memandang framing sebagai suatu kegiatan penting dalam mengembang pergerakan dengan menyebarkannya melalui frame aligment prcesses, dan (2) memandang frame sebagai cntent dan struktur, yang mengungkapkan intrepertasi partisipan ataupun pemimpinnya mengenai suatu hal dalam suatu waktu. 29

8 e. Frame are based n text, frame dalam knteks ini dapat ditemukan dalam dkumen tertulis, kmunikasi verbal yang terdiri dari percakapan, pidat, slgan, lagu, representasi secara visual yang terdiri dari gambar, ilustrasi kartun dan gabungan dari ketiganya. Sehingga frame biasanya dapat ditemukan melalui wawancara partisipan, analisa dkumen, pidat, slgan, dan lagu. Menurut Charltte dikutip leh Klandermans dan Suzanne (2002) elemenelemen frame di dalam suatu media kmuniasi terdiri dari : a. Isu utama, b. Slusi yang ditawarkan dalam frame atau diagnsis dan prgnsis, c. Simbl-simbl yang digunakan seperti gambar-gambar, metamrfsa, cnth sejarah, steritip, dan catch phrase, d. Argumen pendukung, Menurut Rbert N. Entman (dikutip Yant, 2002), framing merupakan prses seleksi bagi berbagai realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu mennjl dibandingkan aspek lain. Sedangkan menurut William A. Gamsn (dikutip Yant, 2002), framing merupakan suatu cara menyampaikan gugusan ideide yang terrganisir sedemikian rupa dan menghadirkan knstruksi makna peristiwa-peristiwa. Cara menyampaikan gugusan ide tersebut terbentuk dalam sebuah kemasan (package), kemasan tersebut merupakan skema atau struktur pemahaman yang digunakan leh serang individu untuk mengknstruksi makna pesan-pesan yang ingin disampaikan, serta menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima. 30

9 2.3.2 Frame Gerakan ssial Menurut Gamsn dikutip Yant (2002), gerakan ssial membutuhkan tiga frame atau bingkai yaitu : 1. Agregate frame adalah prses pendefinisian isu sebagai masalah ssial. Bagaimana individu yang mendengar frame atas peristiwa tersebut sadar bahwa isu tersebut adalah masalah bersama yang berpengaruh bagi setiap individu. 2. Cnsensus frame adalah prses pendefinisian yang berkaitan dengan masalah ssial hanya dapat diselesaikan leh tindakan klektif. Frame knsensus ini mengknstruksi perasaan dan identifikasi dari individu untuk bertindak secara klektif. 3. Cllective actin frame adalah prses pendefinisian yang berkaitan dengan kenapa dibutuhkan tindakan klektif, dan tindakan klektif apa yang seharusnya dilakukan. Frame ini diknstruksi leh tiga elemen. (1) injustice frame, frame ini menyediakan alasan mengapa kelmpk tersebut harus bertindak sesegera mungkin, sedangkan menurut Taylr (2000) the injustice element refers t the mral utrage activists expund thrugh their plitical cnsciusness. This mral indignatin is mre than a straightfrward cgnitive r intellectual judgment abut equity r justice, it is emtinally charged, (2) agency frame, frame ini berhubungan dengan pembentukan knstruksi siapa kawan siapa lawan, siapa pihak kita dan siapa pihak mereka, dan menurut Taylr (2002) Agency refers t individual and grup efficacy, that is, the sense f empwerment activist feel. Empwered activist r thse exercising agency feel they can alter cnditin and plicies, dan (3) Identity frame, frame ini tidak hanya memperjelas siapa kita dan siapa mereka, melainkan juga mengidentifikasi bahwa kita berbeda dengan mereka. 2.4 Identitas Klektif Menurut Sctt A. Hunt (dalam Larana dkk,1994) terdapat tiga pendekatan dalam menganalisis prses pembentukan identitas yaitu : (1) pendekatan yang 31

10 mengatakan bahwa identitas merupakan prduk bilgi, psiklgi dan struktur ssial, (2) pendekatan perubahan ssial, perubahan ssial dapat berpengaruh terhadap pembentukan identitas seserang, dan (3) pendekatan interaksinal, dalam pendekatan ini melihat bahwa identitas merupakan hasil prses interaksi. Dalam gerakan ssial terdapat perkembangan pemaknaan bersama mengenai nilai-nilai yang dipahami maupun disepakati leh setiap individu yang berpastisipasi dalam gerakan ssial tersebut. Albert Melucci (dalam Larana dkk, 1994) memperkenalkan knsep identitas klektif (cllective identity) merujuk kepada knsep pemaknaan bersama. Menurutnya identitas klektif merupakan hasil prses interaksi dan pemaknaan bersama antara beberapa individu atau dalam suatu kelmpk mengenai peluang maupun hambatan yang dihadapi dalam menuju aksi klektif ( an interactive and shared definitin prduced by several individuals (r grups at a mre cmplex level) and cncerned with the rientatins f actin and the field f pprtunities and cnstrain ffered t cllective actin ). Pemaknaan bersama ini berkembang melaui prses interaksi antara individu. Menurut Melucci, identitas klektif memberikan aktr yang turut serta dalam gerakan ssial suatu cgnitive framewrks yang membantu aktr tersebut dalam menilai kndisi lingkungannya dan memperhitungkan keuntungan maupun kerugian dari setiap tindakan yang mereka akan lakukan. Blumer dalam Larana (1994) mengaitkan esprit de crps, mral, slidaritas, dan idelgi dalam hal knstruksi identitas. Verta Taylr dan Nancy Whittier (dalam Larana dkk, 1994) memberikan pandangan yang berbeda mengenai identitas klektif, menurut mereka identitas klektif merupakan pemaknaan bersama yang terdapat di dalam suatu kelmpk (grup) yang berasal dari ketertarikan yang sama akan suatu hal dan slidaritas yang dibangun bersama. Mereka berpendapat bahwa terdapat tiga faktr yang berpengaruh dalam prses pembentukan identitas klektif yaitu : 1. the creatin f scially cnstructed bundries that insulate and differentiate a categry f persns frm the dminant sciety, 2. the develpment f cnsciusness that presumes the existence f scially cnstituted criteria that accunt fr a grup s structural psitin, 32

11 3. The valrizatin f a grup s essential differences thrugh the pliticizatin f everyday. Menurut Jasper dikutip leh Plletta dan James (2002) identitas klektif yang melekat pada seserang yang turut serta dalam suatu gerakan ssial dapat dilihat melalui tiga jenis identitas yang melekat pada dirinya. Pertama identitas aktivis, indentitas ini dapat dilihat dari sejarah aktifitas plitiknya atau sejarah rang tersebut sebelum ia bergabung dengan suatu rganisasi gerakan ssial yang lebih luas dari suatu gerakan itu sendiri, misalnya ketika rang tersebut menyebut dirinya sebagai aktivis lingkungan. Kedua identitas rganisasi, identitas yang melekat pada seserang ketika ia bergabung dengan suatu rganisasi. Dan yang terakhir identitas taktis, identitas ini menunjukan gaya aksi tertentu yang ia percaya dan anut. Ketiga jenis identitas ini dapat terbentuk sebelum maupun sesudah ia bergabung dengan suatu gerakan ssial. 2.5 Kerangka Pemikiran Knseptual Budaya rganisasi menurut Gerge C. Hmans (Hersey dan Kenneth, 1982), merupakan hasil dari penyatuan pandangan dari individu atau anggta di dalam rganisasi itu. Karena suatu rganisasi agar dapat bertahan memerlukan tiga unsur ssial yaitu aktivitas, interaksi, dan sentimen dari anggtanya. Aktivitas adalah tugas-tugas yang dilaksanakan leh anggtanya, interaksi adalah perilaku yang terjadi di antara rang-rang dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan sentimen adalah sikap yang terbentuk di antara rang-rang dan dalam kelmpk. Ketiga unsur ini saling berkaitan satu dengan yang lain. Beragamnya karakteristik individu serta saling terkaitnya tiga unsur ssial dalam suatu rganisasi, sehingga rganisasi membutuhkan wadah yang mampu meyatukan pandangan yang akan berguna untuk mencapai misi dan tujuan rganisasi tersebut agar tidak berjalan sendiri-sendiri. 33

12 Dalam penelitian gerakan ssial baru, budaya rganisasi diasumsikan sebagai budaya yang mampu mengknstruksi identitas klektif pada individu yang bergabung dengan rganisasi gerakan ssial baru. Melalui budaya ini, individu mampu mengknstruksi kemudian memaknai suatu fakta atau peristiwa yang berlaku sesuai knteks tertentu. Identitas klektif merupakan suatu daya nalar individu, mral, hubungan emsinal antara individu dengan rganisasi, kategri, kmunitas atau practice. Identitas ini terbentuk akibat interaksi individu dengan budaya suatu pergerakan ssial. Identitas klektif yang melekat pada anggta dari rganisasi gerakan ssial baru dapat dilihat dari tiga identitas yang melekat pada anggta tersebut, yang terdiri dari identitas aktivis, identitas rganisasi dan identitas taktik. Budaya rganisasi sebagai suatu hasil penyatuan pandangan, dapat dikatakan sebagai knsensus yang dibentuk leh anggtanya. Menurut Stuart Hall (dikutip Yant, 2002), knsensus merupakan hasil share pengetahuan individuindividu yang berada dalam suatu kmunitas sehingga menghasilkan suatu peta pemaknaan (maps f meaning) yang dimaknai bersama leh anggta kmunitas tersebut, peta maknaan ini dapat berupa misi dari rganisasi itu sendiri. Prses penyebarluasan peta pemaknaan (maps f meaning) dapat dilakukan melalui suatu media kmunikasi berupa cerita, ritual, lambang materi dan bahasa yang terdapat pada suatu rganisasi. Media kmunikasi tersebut memuat nilai-nilai maupun skema-skema yang memperlihatkan pandangan rganisasi akan suatu fakta maupun peristiwa. Skema tersebut digunakan leh rganisasi dalam membingkai suatu realitas dan menyajikannya dalam prses pemikiran individu. Sebuah realitas dapat dibingkai dan dimaknai secara berbeda leh setiap individu. Dalam gerakan ssial, skema tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah frame, karena dalam perspektif frame ini berperan dalam mengrganisasikan pengalaman dan petunjuk tindakan, baik secara individu maupun klektif (Gffman dikutip Yant,2002). Dalam pemahaman ini, frame tentu saja berperan dan menjadi faktr yang menentukan dalam partisipasi gerakan ssial. Aspek utama yang diperhatikan dalam framing adalah prses pembentukan identitas pada individu yang terlibat dalam gerakan agar individu 34

13 tersebut dapat berperilaku sejalan dan tidak melenceng dari tema gerakan. Dalam knteks gerakan ssial, pembentukan karakter atau identitas merupakan bagian dari cllective actin frame (Gamsn dikutip Yant, 2002) menghasilkan suatu identitas klektif yang tidak hanya memperjelas siapa kita dan siapa mereka, melainkan juga mengidentifikasi bahwa kita berbeda dengan mereka serta memberikan energi psitif pada anggta lain (Plletta dan James, 2001). Menurut mereka identitas klektif dapat ditunjukan leh cultural materials, seperti nama, narasi, simbl, gaya bahasa, ritual, baju,dll. Pada tingkat individu identitas klektif dapat dilihat tiga jenis identitas yang melekat pada dirinya, yang terdiri dari identitas aktivis, identitas rganisasinal dan identitas taktis Framing menyediakan alat bagaimana suatu peristiwa dibentuk dan dikemas dalam kategri tertentu, sehingga dapat dikatakan framing menlng individu dalam memprses infrmasi ke dalam kategri yang dikenal dan citra tertentu (Hansn dikutip Yant,2002). Pada dasarnya dalam suatu media kmunikasi, frame dapat dilihat sebagai sebuah cntent terdiri dari elemen-elemen frame, elemen-elemen tersebut terdiri dari frame yaitu isu utama, diagnsis, prgnsis, dan argumen pendukung. Menurut Gamsn (dikutip Yant,2002), gerakan ssial membutuhkan tiga frame atau bingkai yaitu agregate frame, cnsensus frame, dan cllective actin frame. Sehingga dapat dikatakan bahwa media kmunikasi dalam rganisasi sebagai suatu framing seperti aksi-aksi yang mereka lakukan, buku yang diterbitkan, maupun aktifitas lainnya, karena media kmunikasi tersebut memuat frame gerakan ssial yang mempengaruhi cara pandang serang individu dalam mengkntruksi suatu fakta atau peristiwa, dan membentuk suatu identitas klektif. 35

14 Budaya. rganisasi gerakan ssial baru Identitas Klektif Identitas aktivis Identitas rganisasinal Identitas taktis Media Kmunikasi Cerita Ritual Lambang materi Bahasa Frame Gerakan Sial Agregate frame Cnsensus frame Cllective Actin frame Elemen frame Isu utama Diagnsis Prgnsis Argumen pendukung Simbl-simbl Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pembentukan Identitas Klektif pada LSM Greenpeace Asia Tenggara Indnesia. 2.6 Definisi Knseptual Definisi knseptual yang digunakan dalam peneltian ini adalah sebagai berikut : 1. Budaya rganisasi LSM Greenpeace merupakan suatu nilai maupun nrma yang menjadi pedman anggta rganisasi dalam mencapai tujuan rganisasi maupun menghadapi permasalahan serta cara bagaimana anggta baru memahami rganisasi yang terdapat pada LSM Greenpeace, seperti misi dari rganisasi maupun prinsip utama yang di pegang teguh leh LSM ini. 2. Media kmunikasi rganisasi merupakan media yang digunakan leh rganisasi dalam menyampaikan gugusan ide-ide yang terrganisir sedemikian rupa dan menghadirkan knstruksi makna peristiwa-peristiwa yang terdiri dari cerita, ritual, lambang materi, dan bahasa. 3. Cerita merupakan pemaparan secara tertulis ataupun tidak tertulis tentang suatu peristiwa mengenai rganisasi, dan pemaparan tentang suatu peristiwa 36

15 ataupun fakta yang berfungsi dalam menyampaikan infrmasi, mral, nilainilai yang mampu memberi semangat anggta dan bersifat meyakinkan. 4. Ritual adalah deretan berulang kegiatan yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama rganisasi itu, tujuan apakah yang paling penting, serta berguna dalam menciptakan aturan, kejelasan, memprediksi, terutama mengenai masalah-masalah penting, serta ritual dapat dikatakan sebagai suatu aktifitas yang bermafaat dalam prses ssialisasi, stabilisasi, mengurangi kecemasan dan kerasayan, dan menyampaikan pesan-pesan kepada anggtanya. 5. Lambang materi adalah simbl-simbl bermakna yang terdapat dalam rganisasi, seperti pakaian Greenpeace dan pakaian Greenpeace yang bertema anti-batubara. 6. Bahasa adalah cara untuk mengadakan identifikasi anggta suatu budaya atau anak budaya. Dengan mempelajari bahasa ini, anggta membuktikan penerimaan mereka akan budaya itu. Dalam rganisasi bahasa dapat dilihat melalui bahasa ataupun istilah-istilah yang digunakan leh anggta rganisasi dalam aktifitas kerganisasiannya. Istilah-istilah tersebut dapat dikatakan sebagai suatu metafra yang mampu menekan isu yang kmpleks menjadi gambaran yang memudahkan anggtanya dalam memahami dan mempengaruhi tingkah laku, penilaian dan tindakan. 7. Frame adalah sebuah skema interpretasi yang membuat realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dimengerti dengan label tertentu, yang dapat dipandang sebagai suatu cntent dan struktur. 8. Isu utama adalah hal utama yang menjadi fkus pembahasan pada suatu frame ataupun media kmunikasi yang terdapat pada budaya rganisasi LSM Greenpeace. 9. Diagnsis frame merupakan frame yang berisi identifikasi dari suatu peristiwa atau kndisi yang dianggap sebagai suatu permasalahan dan perlu diperbaiki serta menunjukan pihak-pihak yang dianggap sebagai penyebab 37

16 timbulnya permasalahan tersebut. (Snw dan Benfrd dalam Larana dkk, 1994) 10. Prgnsis frame menunjukan rencana yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada diagnstic frame, kemudian menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan leh pihak-pihak yang mereka anggap terkait, serta target atau capaian, strategi, dan taktik yang digunakan. (Snw dan Benfrd dalam Larana dkk, 1994) 11. Argumen pendukung adalah pendapat-pendapat yang dapat mendukung suatu pernyataan, terutama latar belakang munculnya permasalahan, akibat yang akan timbul apabila hal-hal yang terdapat pada frame berjalan serta agumen ini memiliki daya tarik dan hubungan dengan nilai-nilai budaya yang lebih luas. (Ryan dalam Klandermans dan Suzanne, 2002) 12. frame gerakan ssial merupakan frame yang berperan dalam membilisasi individu agar aktif dan masuk kedalam kelmpk. Frame tersebut terdiri dari aggregate frame, cnsensus frame, dan cllective actin frame. 13. Agregate frame adalah prses pendefinisian isu sebagai masalah ssial. Bagaimana individu yang mendengar frame atas peristiwa tersebut sadar bahwa isu tersebut adalah masalah bersama yang berpengaruh bagi setiap individu. 14. Cnsensus frame adalah prses pendefinisian yang berkaitan dengan masalah ssial hanya dapat diselesaikan leh tindakan klektif. Frame knsensus ini mengknstruksi perasaan dan identifikasi dari individu untuk bertindak secara klektif. 15. Cllective actin frame adalah prses pendefinisian yang berkaitan dengan kenapa dibutuhkan tindakan klektif, dan tindakan klektif apa yang seharusnya dilakukan. Frame ini diknstruksi leh tiga elemen. (1) injustice frame, frame ini menyediakan alasan mengapa klmpk tersebut harus bertindak sesegera mungkin karena frame ini menyentuh sisi mral aktivis sehingga memacu mereka untuk segera bertindak, (2) agency frame, frame ini berhubungan dengan pembentukan knstruksi siapa kawan siapa lawan, 38

17 siapa pihak kita dan siapa pihak mereka, dan (3) Identity frame, frame ini tidak hanya memperjelas siapa kita dan siapa mereka, melainkan juga mengidentifikasi bahwa kita berbeda dengan mereka. 16. Identitas klektif adalah merupakan pemaknaan bersama yang terdapat di dalam suatu kelmpk (grup) yang berasal dari ketertarikan yang sama akan suatu hal dan slidaritas yang dibangun bersama. Identitas ini dapat ditunjukan melalui cultural materials, seperti narasi, simbl, ritual, baju. 17. Identitas aktivis adalah identitas yang terbentuk dari sejarah aktivitas plitiknya atau sejarah rang tersebut sebelum ia bergabung dengan suatu rganisasi gerakan ssial yang lebih luas dari suatu gerakan itu sendiri, misalnya ketika rang tersebut menyebut dirinya sebagai aktivis lingkungan. 18. Identitas rganisasinal adalah identitas yang melekat pada seserang ketika ia bergabung dengan suatu rganisasi 19. Identitas taktis adalah identitas ini menunjukan gaya aksi tertentu yang ia percaya dan anut 39

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Scial Budaya Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi menjadi dua slidaritas, yaitu masyarakat dari berslidaritas mekanik

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan LSM Greenpeace Asia Tenggara di Indonesia merupakan organisasi gerakan soial baru yang terlihat dari isu-isu yang diperjuangkan oleh LSM ini dan jaringan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian yang sangat penting dalam knteks keberlanjutan suatu bangsa. Anak merupakan penentu kualitas sumber daya manusia serta kemajuan di masa

Lebih terperinci

NILAI-NILAI BERSAMA KEMITRAAN PLATFORM PANTAU GAMBUT

NILAI-NILAI BERSAMA KEMITRAAN PLATFORM PANTAU GAMBUT NILAI-NILAI BERSAMA KEMITRAAN PLATFORM PANTAU GAMBUT Dkumen ini mendefinisikan misi, tujuan, tata kella, dan prinsip-prinsip perasinal Pantau Gambut yang perlu disepakati bersama leh para rganisasi mitra.

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS. determinan perilaku. Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan

BAB II. LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS. determinan perilaku. Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan 7 BAB II LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teri 2.1.1 Teri Penetapan Tujuan (Gal Setting) Teri penetapan tujuan adalah prses kgnitif membangun tujuan dan merupakan determinan perilaku.

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Umum 2. Psikologi Sosial. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Umum 2. Psikologi Sosial. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Psiklgi Ssial Fakultas Prgram Studi Tatap Muka Kde MK Disusun Oleh Psiklgi Psiklgi 10 61017 Abstract Materi tentang sikap, prasangka, diskriminasi, agresi, atribusi, knfrmitas, skema,

Lebih terperinci

BAB V PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODEL KOMPETENSI

BAB V PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODEL KOMPETENSI BAB V PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODEL KOMPETENSI 5.1 Kerangka Identitas MEDIOR 1. Dasar Pemikiran Kelmpk Media Olahraga (MEDIOR) merupakan anggta KKG (Kelmpk Kmpas Gramedia) yang bertujuan untuk ikut

Lebih terperinci

MODUL LIMA KOMUNIKASI DAN OPINI PUBLIK

MODUL LIMA KOMUNIKASI DAN OPINI PUBLIK MODUL LIMA KOMUNIKASI DAN OPINI PUBLIK Istilah pini publik sering diterjemahkan pini umum atau pini masyarakat. Hal ini kurang tepat, karena istilah masyarakats lebih mengarah kepada pengertian sciety.

Lebih terperinci

Islam dan Sekularisme. dan. Dualisme dalam Pendidikan. Sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan.

Islam dan Sekularisme. dan. Dualisme dalam Pendidikan. Sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Islam dan Sekularisme dan Dualisme dalam Pendidikan Sekularisme 1. Kamus Dewan:- Sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Sekularisme bermakna faham, dktrin

Lebih terperinci

MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS

MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS Tujuan Pembelajaran: Mampu membedakan kmunikasi verbal & nn verbal Mampu menjelaskan terjadinya prses kmunikasi Mampu mengidentifikasikan sebab-sebab munculnya kesalahpahaman

Lebih terperinci

DEFINISI KOMUNIKASI UNSUR KOMUNIKASI. 1. Sumber/komunikator. 2. Isi pesan. 3. Media/saluran. 4. Penerima/komunikan ORGANISASI

DEFINISI KOMUNIKASI UNSUR KOMUNIKASI. 1. Sumber/komunikator. 2. Isi pesan. 3. Media/saluran. 4. Penerima/komunikan ORGANISASI DEFINISI KOMUNIKASI Sebuah prses penyampaian pikiran atau infrmasi dari seserang kepada rang lain melalui suatu cara tertentu sehingga rang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud leh penyampai

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI. Pendekatan-Pendekatan Dalam Keilmuan Komunikasi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

TEORI KOMUNIKASI. Pendekatan-Pendekatan Dalam Keilmuan Komunikasi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN TEORI KOMUNIKASI Pendekatan-Pendekatan Dalam Keilmuan Kmunikasi Fakultas Prgram Studi Tatap Muka Kde MK Disusun Oleh Ilmu Kmunikasi Ilmu Kmunikasi 1 85004 Abstract Ilmu Kmunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengembangan pemanfaatan sumberdaya energi non minyak saat ini sangat diperlukan, mengingat semakin tipisnya cadangan minyak bumi kita. Salah satu langkah yang ditempuh

Lebih terperinci

DESAI EVALU IMPLEM BAB I PENDAHULUAN

DESAI EVALU IMPLEM BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pertemuan ke : 1 Alkasi waktu : 0,5 Jam Kmpetensi dasar : 1. Mahasiswa mampu memahami pentingnya mempelajari perancangan antarmuka pengguna. Indikatr : 1. Menuliskan dan menjelaskan knsep

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Kde dan nama mata kuliah Tpik Bahasan 1 1. Mahasiswa memahami silabus, kntrak kerja dan membuat kelmpk 2. Mahasiswa memahami manajemen SDM:perspektif masa lalu, sekarang, dan yang

Lebih terperinci

Pemahaman Etika Secara Umum

Pemahaman Etika Secara Umum Pemahaman Etika Secara Umum By : Aini Zahra 08650027 Fathan Trikurniawan 08650033 Ummi Athiyah 09650039 Pengertian Etika Etika/etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti nilai-nilai, kaidah-kaidah

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Desain Komunikasi Visual

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Desain Komunikasi Visual BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teri 4.1.1 Teri Desain Kmunikasi Visual Terapan teri Desain Kmunikasi Visual dalam hal kampanye ssial ini lebih berfkus pada navigasi yang lebih playful namun edukatif

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Layanan Purna Jual Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indnesia N. 634/MPP/Kep/9/2002 tentang ketentuan dan tata cara pengawasan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Elektro, Busono Soerowirdjo, Ph.D

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Elektro, Busono Soerowirdjo, Ph.D KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Prgram Studi Teknik Elektr Fakultas Teknlgi Industri Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis agar Studi

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN a) LATAR BELAKANG DAN DASAR HUKUM BPK mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan,kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu

Lebih terperinci

Desain Proyek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pemecahan Masalah

Desain Proyek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pemecahan Masalah Desain Pryek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pemecahan Masalah Menciptakan Slusi Menyelesaikan masalah mengambil tempat di mana pun kita dihadapi leh halangan atau tantangan untuk mencapai sebuah cita-cita.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER L1 LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER Gambaran Umum Situasi Perusahaan dan Industri A. Gambaran Umum Situasi Perusahaan dan Industri 1. Pada lingkup industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lazim disebut classroom action research. Menurut Wiriaatmadja (2006: 13)

BAB III METODE PENELITIAN. lazim disebut classroom action research. Menurut Wiriaatmadja (2006: 13) 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau lazim disebut classrm actin research. Menurut Wiriaatmadja (2006: 13) penelitian tindakan

Lebih terperinci

Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : Terima kasih!

Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : Terima kasih! Ini adalah Cnth: Jika ada yang berminat dengan Frmat *.Dc Silahkan kntak: Telp/SMS : 085 255 989 455 email : sedarmn.s@gmail.cm Terima kasih! PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA STANDAR KOMPETENSI DAN

Lebih terperinci

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan Jenis Infrmasi yang Terbuka dan Dikecualikan Kelmpk Infrmasi Publik yang diatur dalam UU KIP mencakup Infrmasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala; Infrmasi Publik yang wajib diumumkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta

BAB II KAJIAN TEORI. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta kemampuan kerja yang didasari leh pengetahuan, sikap, keterampilan dan mtivasi dalam menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagai negara agraris, Indnesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikella dengan tepat, kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian 3.2 Penentuan Subyek Penelitian dan Sumber Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian 3.2 Penentuan Subyek Penelitian dan Sumber Data BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan pendekatan kualitatif. Bagi peneliti kualitatif, realitas sosial adalah wujud bentukan (konstruksi) para subyek penelitian

Lebih terperinci

K O N S T I T U S I. A. Pengertian Konstitusi

K O N S T I T U S I. A. Pengertian Konstitusi B A B VI K O N S T I T U S I A. Pengertian Knstitusi Knstitusi = cnsituer ( Perancis ) = cnstitutin ( Inggris ) = grundwet ( Belanda) Artinya membentuk = UUD Jadi knstitusi adalah peraturan dasar/awal

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK (USIA 2 12 / 13 TAHUN)

PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK (USIA 2 12 / 13 TAHUN) PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK (USIA 2 12 / 13 TAHUN) Masa kanak-kanak dimulai saat anak dapat berdiri sampai dengan mencapai kematangan. Masa ini terbagi menjadi 2 peride : (Hurlck, 1990) 1. Masa Kanak-Kanak

Lebih terperinci

SILABUS. Mendeskripsikan kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Menguraikan pengertian bangsa dan unsur terbentuknya bangsa

SILABUS. Mendeskripsikan kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Menguraikan pengertian bangsa dan unsur terbentuknya bangsa SILABUS Nama Seklah : SMA 78 Jakarta Mata Pelajaran : Pendidikan Kewargaan Kelas/Semester : X/I Standar Kmpetensi :1. Memahami hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik (NKRI) Alkasi waktu : 8 X 45 Menit

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan : Terdapat hubungan yang mderat antara persepsi tentang perilaku seksual pada tayangan

Lebih terperinci

ANALISIS FRAMING (PEMBINGKAIAN) DALAM GERAKAN LINGKUNGAN HIDUP

ANALISIS FRAMING (PEMBINGKAIAN) DALAM GERAKAN LINGKUNGAN HIDUP ANALISIS FRAMING (PEMBINGKAIAN) DALAM GERAKAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus Gerakan Anti Batubara oleh LSM Greenpeace Asia Tenggara Indonesia, Jakarta) IKHSAN PRATAMA WICAKSONO DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN 2.1 Landasan Teri 2.1.1 Pemasaran Pemasaran menurut Stantn (Umar, 2005, p.31) Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 Lampiran 1 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 PENDAHULUAN Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan dkumen pembangunan yang disusun untuk kurun waktu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2006 Dekan Fakultas Sastra, Prof. Dr. Indiyah Imran. Renstra Fakultas Sastra Universitas Gunadarma

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2006 Dekan Fakultas Sastra, Prof. Dr. Indiyah Imran. Renstra Fakultas Sastra Universitas Gunadarma KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Fakultas Sastra Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis agar Fakultas Sastra tetap mampu memberikan sumbangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Diploma Tiga Teknik Komputer, Muhammad Subali, ST, MT

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Diploma Tiga Teknik Komputer, Muhammad Subali, ST, MT KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Prgram Studi Teknik Kmputer Prgram Diplma Tiga Teknlgi Infrmasi Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

D LAM PENDI D D I I D K I A K N

D LAM PENDI D D I I D K I A K N PERSPEKTIF PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN PERSPEKTIF BEHAVIORISME PERSPEKTIF KOGNITIF PERSPEKTIF HUMANISME (FENOMENOLOGIS) PERSPEKTIF BEHAVIORISME (Thrndike dan Skinner) Perkembangan perilaku manusia akibat

Lebih terperinci

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) oleh : Erma Restiani (056056) Galih Pratiwi (056471) Irma Yulita Silviani (057160) Rini Septiani (056411) FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Sipil, Andi Tenrisukki Tenriajeng, ST, MT

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Sipil, Andi Tenrisukki Tenriajeng, ST, MT KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Prgram Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gatot (1999), ekowisata mulai menjadi isu nasional di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gatot (1999), ekowisata mulai menjadi isu nasional di Indonesia 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekwisata 2.1.1 Perkembangan Ekwisata di Indnesia Menurut Gatt (1999), ekwisata mulai menjadi isu nasinal di Indnesia semenjak Seminar dan Lkakarya (Semilka) Nasinal yang diselenggarakan

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 009-013 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 009-013 A. VISI DAN MISI DAERAH V isi merupakan gambaran bersama mengenai masa depan, berupa kmitmen murni,

Lebih terperinci

Taman edukasi profesi dan Rekreasi anak medan

Taman edukasi profesi dan Rekreasi anak medan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sewaktu kita anak-anak, kita memiliki cita-cita yang kita impikan. Kita sering membayangkan bagaimana kalau ketika sudah dewasa nanti kita akan bekerja ataupun menekunin

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN BERBAGAI PROGRAM IMC

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN BERBAGAI PROGRAM IMC Perspektif Pemasaran Untuk mengerti IMC, kita harus memahami pengertian dasar dari pemasaran, karena fungsifungsi IMC sendiri berada dibawah payung pemasaran. Seperti halnya pemasaran, IMC sendiri merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan berupaya untuk menunjukan keunggulankeunggulannya agar dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, dimana perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Data Perusahaan 2.1.1. Identitas Perusahaan Televisi Republik Indnesia (TVRI) merupakan lembaga penyiaran pertama di Indnesia. Berdiri pada tanggal 24 Agustus 1962,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA PEMBINAAN PETUGAS HUMAS DALAM MENYEBARLUASKAN INFORMASI KEPADA MASYARAKAT DI KABUPATEN KARAWANG

RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA PEMBINAAN PETUGAS HUMAS DALAM MENYEBARLUASKAN INFORMASI KEPADA MASYARAKAT DI KABUPATEN KARAWANG e ISSN : 8-069 RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA PEMBINAAN PETUGAS HUMAS DALAM MENYEBARLUASKAN INFORMASI KEPADA MASYARAKAT DI KABUPATEN KARAWANG BANUARA NADEAK banuaranadeak@gmail.cm FEB UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA

Lebih terperinci

[Summary] Struktur dan Proses Organisasi Chapter 2

[Summary] Struktur dan Proses Organisasi Chapter 2 [Summary] Struktur dan Prses Organisasi Chapter 2 Ch 2 Structural Design fr Organizatins Pada pkk bahasan ini bertujuan untuk menjelaskan knsep dasar dari struktur rganisasi dan memberikan penjelasan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cecep Eggy Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cecep Eggy Fauzi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era glbalisasi sekarang ini banyak sekali masyarakat yang tidak peduli akan pentingnya lahraga, mereka lebih sibuk dengan pekerjaan mereka. Sehingga mereka

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E.

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL Disusun dan diajukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Operasinal (Praktikum) Yang dibimbing leh Rr Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Yang menjadi dasar evaluasi untuk menjadikan sistem ptimal di prduksi tekstil pada PT. ISTEM adalah dengan menggunakan metde DMAIC. Define

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MEMBANGUN E-GOVERNMENT

MEMBANGUN E-GOVERNMENT 1 MEMBANGUN E-GOVERNMENT 1. Pendahuluan Di era refrmasi ini, kebutuhan masyarakat akan transparansi pelayanan pemerintah sangatlah penting diperhatikan. Perkembangan teknlgi infrmasi menghasilkan titik

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Kmunikasi Kmunikasi Nn Verbal Fakultas Prgram Studi Tatap Muka Kde MK Disusun Oleh Ilmu Kmunikasi Humas 09 85001, S.IP, M.Si. Abstract Kde-kde verbal dan nn verbal merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun meningkat di seluruh dunia khususnya Indonesia. Internet berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun meningkat di seluruh dunia khususnya Indonesia. Internet berfungsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknlgi infrmasi khususnya jaringan internet sudah banyak dikenal leh masyarakat secara luas. Penggunaan internet dari tahun ke tahun meningkat di seluruh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Mesin, Dr. Syahbudin

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Mesin, Dr. Syahbudin KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Prgram Studi Teknik Mesin Fakultas Teknlgi Industri Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis agar Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

[Summary] Sistem Informasi Perusahaan Chapter 1 & 2

[Summary] Sistem Informasi Perusahaan Chapter 1 & 2 [Summary] Sistem Infrmasi Perusahaan Chapter 1 & 2 CHAPTER 1 PENGANTAR Integrated enterprise infrmatin system: Enterprise (perusahaan): rganisasi yang didirikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan

Lebih terperinci

Manajemen Proyek. Manajemen

Manajemen Proyek. Manajemen Manajemen Pryek Manajemen Aktivitas yang meliputi perencanaan, pengrganisasian, pelaksanaan dan kepemimpinan, serta pengawasan terhadap pengellaan sumber daya yang dimiliki suatu rganisasi untuk mencapai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Sistem Komputer, Dr.-Ing. Farid Thalib

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Sistem Komputer, Dr.-Ing. Farid Thalib KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Prgram Studi Sistem Kmputer Fakultas Ilmu Kmputer dan Teknlgi Infrmasi Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metde Penilaian Investasi Metde Penilaian Investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan penambahan gudang pada PT. Prima Lintas Express dapat dikatakan layak

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. Teori yang Penulis gunakan akan Penulis bagi kedalam 4 bagian: seni (Yongky Safanayong, 2006, p43).

BAB 4 KONSEP DESAIN. Teori yang Penulis gunakan akan Penulis bagi kedalam 4 bagian: seni (Yongky Safanayong, 2006, p43). BAB 4 KONSEP DESAIN 4.4 Landasan Teri / Metde Teri yang Penulis gunakan akan Penulis bagi kedalam 4 bagian: 4.4.1 Teri Kmunikasi Teri Gestalt atau Persepsi Visual, untuk menganalisis dan mendefinisikan

Lebih terperinci

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI DINAMISATOR DAN STABILISATOR PEREKONOMIAN INDONESIA

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI DINAMISATOR DAN STABILISATOR PEREKONOMIAN INDONESIA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI DINAMISATOR DAN STABILISATOR PEREKONOMIAN INDONESIA Sunars Fakultas Eknmi Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT Indnesia just cnvalesce frm ecnmic crisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya teknologi. Hal tersebut mendorong para produsen dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya teknologi. Hal tersebut mendorong para produsen dalam BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Pada saat ini masyarakat semakin berkembang, yang disebabkan leh semakin majunya teknlgi. Hal tersebut mendrng para prdusen dalam menciptakan barang dan jasa, untuk

Lebih terperinci

Pertemuan 1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Pertemuan 1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI Pertemuan 1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI Halaman 1 dari Pertemuan 1 1.1 Pengertian Manajemen Pengertian Manajemen menurut Kntz, H. adalah: prses merencanakan, mengrganisir, memimpin dan mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah populasi jiwa serta kepadatan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah populasi jiwa serta kepadatan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah ppulasi 8.389.443 jiwa serta kepadatan penduduk sebesar 12.682,1/ 2 km, diperkirakan akan terus bertambah. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Kompensasi

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Kompensasi Kmpensasi Definitin hmas H. Stne : Cmpensatin is any frm f payment t emplyees fr wrk they prvide t their emplyer Kmpensasi adalah segala bentuk pembayaran kepada karyawan karena pekerjaan yang dia telah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA 2007 2011 DIREKTORAT DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI INFORMASI PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA 2007 Rencana Strategis Prgram Studi

Lebih terperinci

Indonesia Bagaimana Pemohon Bisa Memanfaatkan Hak atas Informasi. Manual untuk Peserta

Indonesia Bagaimana Pemohon Bisa Memanfaatkan Hak atas Informasi. Manual untuk Peserta Indnesia Bagaimana Pemhn Bisa Memanfaatkan Hak atas Infrmasi Manual untuk Peserta June 2011 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...II MANUAL UNTUK PESERTA TRAINING BAGAIMANA PEMOHON BISA MEMANFAATKAN HAK ATAS INFORMASI

Lebih terperinci

Artikel keperawatan sebagai ilmu

Artikel keperawatan sebagai ilmu Artikel keperawatan sebagai ilmu Artikel ini disusun guna memenuhi tugas Knsep Dasar Keperawatan Dsen pengampu: Ns.Dera Alfiyanti, S.Kep Di susun leh: Nama : Agung Siswy Nim : G0A011002 FIKKES DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Octavery Kamil, Irwanto, Ignatius Praptoraharjo, Anindita Gabriella, Emmy, Siska Natalia Gracia Simanullang, Natasya Evalyne Sitorus, Sari Lenggogeni

Octavery Kamil, Irwanto, Ignatius Praptoraharjo, Anindita Gabriella, Emmy, Siska Natalia Gracia Simanullang, Natasya Evalyne Sitorus, Sari Lenggogeni Octavery Kamil, Irwant, Ignatius Praptraharj, Anindita Gabriella, Emmy, Siska Natalia Gracia Simanullang, Natasya Evalyne Sitrus, Sari Lengggeni Jumlah kasus AIDS yang tercatat adalah sebesar 33.364 rang

Lebih terperinci

DATA & INFORMASI DALAM SISTEM INFORMASI BISNIS ASIH ROHMANI,M.KOM

DATA & INFORMASI DALAM SISTEM INFORMASI BISNIS ASIH ROHMANI,M.KOM DATA & INFORMASI DALAM SISTEM INFORMASI BISNIS ASIH ROHMANI,M.KOM PENGERTIAN DATA Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. PENGERTIAN DATA Data adalah deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jamu adalah salah satu warisan kekayaan alam Indnesia yang dimiliki dan diturunkan sejak jaman nenek myang kita terdahulu. Dibuat secara sederhana dari bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Direktrat Jenderal Bea dan Cukai 2.1.1 Sejarah Singkat Direktrat Jenderal Bea dan Cukai Bea dan Cukai merupakan institusi glbal yang hampir semua negara

Lebih terperinci

STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM MOBIL SEHAT DALAM PENINGKATAN DERAJAD KESEHATAN MASYARAKAT

STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM MOBIL SEHAT DALAM PENINGKATAN DERAJAD KESEHATAN MASYARAKAT STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM MOBIL SEHAT DALAM PENINGKATAN DERAJAD KESEHATAN MASYARAKAT Dwi Endah Kurniasih Prgram Studi Kesehatan Masyarakat Universita Respati Ygyakarta d.endaah@yah.cm Abstrak Prgram Mbil

Lebih terperinci

Software Requirement (Persyaratan PL)

Software Requirement (Persyaratan PL) Sftware Requirement ( PL) Arna Fariza 1 Rekayasa Perangkat Lunak Tujuan Memperkenalkan knsep persyaratan user dan sistem Menjelaskan persyaratan fungsinal dan nnfungsinal Menjelaskan bagaimana persyaratan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh berkembang secara harmonis dan optimal sehingga mampu. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.

I. TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh berkembang secara harmonis dan optimal sehingga mampu. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah suatu prses pendidikan yang diarahkan untuk mendrng, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah dan rhaniah

Lebih terperinci

VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT

VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT 4.1. Visi dan Misi Visi adalah gambaran realistis masa depan yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu

Lebih terperinci

- Perencanaan dan Penyusunan Program

- Perencanaan dan Penyusunan Program Manajemen Prgram Kegiatan manajemen pryek meliputi kegiatan untuk mendukung persiapan pelaksanaan pryek, penyediaan fasilitas dalam perasinal, krdinasi kegiatan pryek di pusat maupun daerah, dan pelaksanaan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF KRITIS (KBKK) DALAM PEMBELAJARAN PAUD Oleh Puji Yanti Fauziah, M.Pd

KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF KRITIS (KBKK) DALAM PEMBELAJARAN PAUD Oleh Puji Yanti Fauziah, M.Pd KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF KRITIS (KBKK) DALAM PEMBELAJARAN PAUD Oleh Puji Yanti Fauziah, M.Pd Abstrak Keterampilan berfikir kreatif dan kritis merupakan salah satu keterampilan yang harus diberikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN. PKn DI SDN JATI KESUMA NAMORAMBE. Dra. DATTEN, M.Pd ABSTRAK

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN. PKn DI SDN JATI KESUMA NAMORAMBE. Dra. DATTEN, M.Pd ABSTRAK IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PKn DI SDN 107406 JATI KESUMA NAMORAMBE Dra. DATTEN, M.Pd ABSTRAK Warga negara ideal yang memiliki karakter demokratis dan bertanggung jawab diperlukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2006 Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Bambang Wahyudi, SKom., MMSI

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2006 Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Bambang Wahyudi, SKom., MMSI KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Fakultas Ilmu Kmputer dan Teknlgi Infrmasi Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis agar Fakultas Ilmu Kmputer

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG

BAB III TEORI PENUNJANG 8 BAB III TEORI PENUNJANG 3.1 Bimbingan dan Penyuluhan Prayitn dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah prses pemberian bantuan yang dilakukan leh rang yang ahli kepada serang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

KOMITE AUDIT PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) BAB I Tujuan Umum... 3

KOMITE AUDIT PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) BAB I Tujuan Umum... 3 PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) DAFTAR ISI Executive Summary BAB I Tujuan Umum... 3 BAB II Organisasi... 4 1. Struktur... 4 2. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang... 4 3. Hubungan dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Psikologi, Retnaningsih, SPsi., MPsi.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Psikologi, Retnaningsih, SPsi., MPsi. KATA PENGANTAR Dalam era infrmasi ini, tantangan yang dihadapi Prgram Studi Psiklgi Fakultas Psiklgi Universitas Gunadarma dirasakan semakin menuntut langkah-langkah strategis agar Studi Psiklgi tetap

Lebih terperinci

TEORI PERKEMBANGAN ANAK. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:

TEORI PERKEMBANGAN ANAK. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan: TEORI PERKEMBANGAN ANAK TEORI PERKEMBANGAN ANAK A. Teri Perkembangan Kgnitif menurut Jean Piaget Menurut Piaget, prses belajar seserang akan mengikuti pla dan tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan

Lebih terperinci

SOHO. Design competition. SOHO Design Competition. TERMS OF REFFRENCE (KERANGKA ACUAN KERJA) untuk Peserta A. LATAR BELAKANG

SOHO. Design competition. SOHO Design Competition. TERMS OF REFFRENCE (KERANGKA ACUAN KERJA) untuk Peserta A. LATAR BELAKANG TERMS OF REFFRENCE (KERANGKA ACUAN KERJA) untuk Peserta SOHO Design cmpetitin A. LATAR BELAKANG SOHO adalah sebuah hunian (Apartemen ataupun Rumah), yang didalamnya dilengkapi berbagai macam fasilitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1 Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta

Lebih terperinci

Pedoman Perlidungan Kawasan Ekosistem Esensial

Pedoman Perlidungan Kawasan Ekosistem Esensial Rancangan Peraturan Menteri LHK tentang Pedman Perlidungan Kawasan Eksistem Esensial Bgr 7 Mei 2018 Direktrat Jenderal Knservasi Sumber Daya Alam dan Eksistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat CV. KARDUS COMMUNICATION Cirebn Semua bidang usaha membutuhkan sarana periklanan untuk mempublikasikan uasaha yang dijalankan sehingga para knsumen mengetahui

Lebih terperinci

KOMPETENSI PUSTAKAWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA YANG DIPERSYARATKAN MAMPU BERSAING DALAM MENGHADAPI MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)

KOMPETENSI PUSTAKAWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA YANG DIPERSYARATKAN MAMPU BERSAING DALAM MENGHADAPI MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN) KOMPETENSI PUSTAKAWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA YANG DIPERSYARATKAN MAMPU BERSAING DALAM MENGHADAPI MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN) Oleh: Kurniasih Yuni Pratiwi* Pratiwikurnia399@gmail.cm Pustakawan Pertama

Lebih terperinci

D.Persepsi Kedalaman ( Depth Perception )

D.Persepsi Kedalaman ( Depth Perception ) D.Persepsi Kedalaman ( Depth Perceptin ) Persepsi kedalaman merupakan kemampuan indera penglihatan untuk mengindera ruang. Akan tetapi ruang berdimensi tiga, sedang kan penginderaan visual kita hanya berdimensi

Lebih terperinci

Keselamatan kerja dan Kesehatan lingkungan 1

Keselamatan kerja dan Kesehatan lingkungan 1 MENGASOSIASI : Prinsip K-3 & Penerapan di Bengkel Kerja Anda diharuskan juga untuk mengassiasi atau menerjemahkan kedalam pikiran anda sendiri dan selanjutnya diwujudkan dalam bentuk tulisan atau gambaran

Lebih terperinci

Organizational Theory & Design

Organizational Theory & Design Modul ke: Organizational Theory & Design Budaya Organisasi Fakultas PASCA FEB Dr. Adi Nurmahdi MBA Program Studi MM www.mercubuana.ac.id PENGANTAR Stoner: budaya mempengaruhi pelaksanaan organisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya adalah salah satu aset berharga yang sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan. Indonesia sebagai negara yang memiliki beragam suku, tentu memiliki

Lebih terperinci