KABUPATEN TRENGGALEK. I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah BATAS WILAYAH KAB. TULUNGAGUNG DAN KAB. PONOROGO KAB.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KABUPATEN TRENGGALEK. I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah BATAS WILAYAH KAB. TULUNGAGUNG DAN KAB. PONOROGO KAB."

Transkripsi

1 KABUPATEN TRENGGALEK I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Baas Wilayah LUAS WILAYAH 1.261,40 KM2 JML KECAMATAN 14 KECAMATAN JML KELURAHAN 5 KELURAHAN JML DESA 152 DESA BATAS WILAYAH Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur UTARA KAB. TULUNGAGUNG DAN KAB. PONOROGO TIMUR KAB. TULUNGAGUNG BARAT KAB. PACITAN DAN KAB. PONOROGO SELATAN SAMUDERA INDONESIA 01

2 B. Leak dan Kondisi Geografis Secara geografi s Kabupaen Trenggalek berada dianara koordina Bujur Timur dan Linang Selaan. Kabupaen Trenggalek juga mempunyai wilayah kepulauan yang ersebar di Kawasan Selaan Kabupaen Trenggalek. Jumlah pulau yang berada di wilayah Kabupaen Trenggalek sebanyak 57 pulau, yang keseluruhannya masih belum berpenghuni. Pulau erluar dari wilayah Kabupaen Trenggalek adalah Pulau Panikan dan Pulau Sekel yang belum dikeahui luasnya. Sedangkan luas wilayah lau (Zone Ekonomi Eksklusif) ± km², ermasuk 57 pulau kecil idak berpenghuni. Pulaupulau di wilayah Kabupaen Trenggalek, selengkapnya disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Nama Pulau di Kabupaen Trenggalek Panai dengan pulau kecil kecil NO NAMA PULAU WILAYAH KECAMATAN NO NAMA PULAU WILAYAH KECAMATAN 1 KELOMPOK KIDUL MUNJUNGAN 30 LUMBUNG PANGGUL 2 SASAH MUNJUNGAN KARANG PANGGUL 31 MALANG 3 CIGAR MUNJUNGAN 32 KUYON PANGGUL 4 ALES MUNJUNGAN 33 KONYELAN PANGGUL 5 ANAK CIGAR MUNJUNGAN 34 BANYUTARUNG PANGGUL 6 PANIKAN MUNJUNGAN 35 SRUWI LOR WATULIMO 7 WATUPAYUNG MUNJUNGAN 36 SRUWI KIDUL WATULIMO 8 PERCAK MUNJUNGAN 37 SEGUNUNG WATULIMO 9 PERCAK WETAN MUNJUNGAN 38 KARANGPEGAT WATULIMO 10 PERCAK TENGAH MUNJUNGAN 39 WATUDUKUN WATULIMO 11 PERCAK KULON MUNJUNGAN 40 NGEMBENG WATULIMO PEMBAGIAN ADMINISTRATIF Kabupaen Trenggalek erdiri dari 14 kecamaan, 152 desa dan 5 kelurahan, 555 dusun/lingkungan, rukun warga dan rukun eangga. Dari 14 kecamaan hanya 5 kecamaan yang mayorias desanya berupa daaran, yaiu Kecamaan Trenggalek, Kecamaan Karangan, Kecamaan Pogalan, Kecamaan Tugu dan Kecamaan Durenan. Sedangkan 9 kecamaan lainnya mayorias desanya berupa pegunungan. 12 KALONGAN MUNJUNGAN 41 WATULAJER WATULIMO 13 KALONGAN CILIK MUNJUNGAN 42 SRUWI WATULIMO 14 KLOMPOK LOR MUNJUNGAN 43 BENGGOLO WATULIMO 15 PRENJONO MUNJUNGAN 44 SIKLOPO WATULIMO 16 PRENJONO WETAN MUNJUNGAN 45 SOSARI WATULIMO 17 PRENJONO KULON MUNJUNGAN 46 SOSARI CILIK WATULIMO 18 WERU MUNJUNGAN 47 SOSARI LOR WATULIMO 19 WATUPRAU MUNJUNGAN 48 SOLIMO WETAN WATULIMO 20 ENDASBAJUL MUNJUNGAN 49 SOLIMO TENGAH WATULIMO 21 KAPULOGO MUNJUNGAN 50 SOLIMO KULON WATULIMO 22 KEMPONG MUNJUNGAN 51 SOLIMO WATULIMO 23 WATUGAMPIRAN MUNJUNGAN 52 BOYOLANGU WATULIMO 24 TEANG PANGGUL 53 TAMENGAN WATULIMO 25 TEANG LOR PANGGUL 54 ANAKAN WATULIMO 26 TEANG KIDUL PANGGUL 55 MBATANG WATULIMO 27 GODO PANGGUL 56 BABATAN WATULIMO 28 GODO CILIK PANGGUL 57 SEKEL WATULIMO PANGGUL 29 JARAN Sumber : Dinas Kelauan dan Perikanan Kabupaen Trenggalek, 2012 Tabel 2. Jumlah Desa, Dusun dan Luas Kecamaan di Kabupaen Trenggalek No Kecamaan Ibukoa Jml Desa/ Kelurahan Jml Dusun Luas (Km²) 1. PANGGUL WONOCOYO ,56 2. MUNJUNGAN MUNJUNGAN ,80 3. WATULIMO PRIGI ,44 4. KAMPAK BENDOAGUNG ,00 5. DONGKO DONGKO ,20 6. PULE PULE ,12 7. KARANGAN KARANGAN ,92 8. SURUH SURUH ,72 9. GANDUSARI GANDUSARI , DURENAN KENDALREJO , POGALAN NGADIRENGGO , TRENGGALEK NGANTRU 8/ , TUGU GONDANG , BENDUNGAN DEMPYONG ,84 JUMLAH 152/ ,40 Sumber : BPS Kabupaen Trenggalek, Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur

3 Jarak erjauh dari ibukoa kecamaan erhadap ibukoa kabupaen adalah Kecamaan Panggul, sedangkan jarak ibukoa kecamaan erdeka dengan ibukoa kabupaen adalah Kecamaan Tugu. Tabel 3. Jarak Pusa Ibukoa Kecamaan NO KECAMATAN JARAK DARI PUSAT KOTA 1. PANGGUL MUNJUNGAN WATULIMO KAMPAK DONGKO PULE KARANGAN 7 8. SURUH GANDUSARI DURENAN POGALAN TRENGGALEK TUGU BENDUNGAN 19 C. Topografi Kabupaen Trenggaleksecra keinggian empa erdiri dari 2/3 wilayah pegunungan dan 1/3 lainnya merupakan daaran rendah dengan keinggian 0 sampai dengan 690 meer di aas permukaan air lau. Dua periga wilayah Kabupaen Trenggalek yang merupakan kawasan pegunungan daaran rendah memiliki keinggian anara 0 hingga di aas 100 meer di aas permukaan lau, dan keinggian ersebu 53,8 % berkeinggian m. Kabupaen Trenggalek sebagian besar beropografi erjal lebih dari 40% seluas ± ha yang merupakan daerah rawan bencana longsor. Sebagian besar lahan ini merupakan lahan kriis yang renan mengalami gerakan anah. Kawasan ini ersebar di beberapa kecamaan dianaranya Kecamaan Bendungan, Pule, Dongko, Waulimo, Munjungan dan Kecamaan Panggul. Luas daaran rendah dengan ingka kemiringan anara 0-15% adalah ± ha. Kawasan yang beropografi daar sebagian besar erleak di Kabupaen Trenggalek bagian uara melipui Kecamaan Trenggalek, Karangan, Pogalan, Durenan, dan Tugu. Kondisi kelerengan lahan di Kabupaen Trenggalek dapa diuraikan bahwa erdapa kondisi yang variaif dan daar hingga sanga curam, yaiu dengan kemiringan anah 0%-7% unuk wilayah daaran rendah dan 7-40% unuk wilayah pegunungan. Hal inilah yang menyebabkan penguasaan penduduk aas anah erkonsenrasi pada wilayah yang memiliki ingka kelerengan lahan yang erkaegori daar pada anah-anah yang lebih memiliki kemiringan lahan lebih dan 15% pemanfaaan anah dilakukan dengan erasering. Kemiringan suau lahan berkaian dengan kepekaan erhadap erosi anah. Kondisi kemiringan anah di Kabupaen Trenggalek dibedakan menjadi 4 (empa) kelas kemiringan, yang seluruhnya memiliki karakerisik yang berbeda sehingga dalam pemanfaaannya juga perlu dibedakan berdasarkan fungsinya, misalnya kawasan lindung. D. Geologi Secara geologis, Kbupaen Trenggalek memiliki beberapa bauan induk. Jenis bauan induk yang ada di Kabupaen Trenggalek anara lain : - Miosenne sedimenary : di semua kecamaan - Miosenne limosone : Kecamaan Panggul, Waulimo, Dongko dan Karangan - Andesi: Kecamaan Munjungan, Waulimo, Pogalan dan Karangan - Lia dan Pasir (Alluvium): di semua kecamaan kecuali Dongko, Pule dan Bendungan - Undifferenioned Vulcanik: di Kecamaan Bendungan Srukur anah di Kabupaen Trenggalek melipui andosol dan laosol di bagian uara. Bauan Medieran, grumosol dan regusol yang erleak di bagian imur. Bauan medieran di bagian selaan dan bauan alluvial di bagian bara kabupaen. Susunan explorasi anah erdiri dari lapisan anah andosol dan laosol, medieran, grumosol, dan regosol, alluvial dan medieran. Lapisan anah alluvial erbenang di sepanjang aliran sungai di bagian wilayah imur dan merupakan lapisan anah yang subur, luasnya berkisar anara 10% hingga 15% dari seluruh wilayah. Pada bagian lain, yaiu bagian selaan, bara lau dan uara, anahnya erdiri dari lapisan medieran yang bercampur dengan lapisan grumosol dan laosol. Lapisan anah ini sifanya kurang daya serapnya erhadap air sehingga menyebabkan lapisan anah ini kurang subur. Kondisi Geologis Kabupaen Trenggalek Bagian Uara Bagian Timur Bagian Bara Bagian Selaan Jenis Tanah Andosol dan Laosol Medieran, Grumosol dan Regusol Alluvial Medieran Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur 03

4 E. Hidrologi Secara hidrologis, Kabupaen Trenggalek erdiri aas 28 sungai dengan panjang anara 2 km hingga 41,50 km dengan debi air anara 674 m³/deik (Kali Jai) sampai dengan m³/deik (Kali Munjungan). Dengan debi air sungai yang relaive inggi merupakan indikasi ingka erosi yang cukup inggi. Unuk pemanfaaan poensi aliran sungai ersebu baik unuk air bersih maupun irigasi diperlukan pembangunan lebih banyak bangunan penampung air, baik bendungan, embung, dan dam. Adapun sumber air di Kabupaen Trenggalek pada ahun 2011 ecaa sejumlah 318 sumber air. Sumber air di Kabupaen Trenggalek mengalami penurunan, baik jumlah maupun debinya. Sumbersumber air ersebu perlu mendapakan perhaian dengan menjaga kelesarian alam, eruama area di sekiar sumber maa air sebagai kawasan lindung. Pada umumnya Kabupaen Trenggalek memiliki 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) uama yaiu DAS yang arah alirannya menuju ke Kali Branas dan DAS yang arah alirannya bermuara ke Samudra Hindia. Pada wilayah Kabupaen Trenggalek erdapa banyak aliran sungai, baik besar maupun kecil. Dibagian uara erdapa 2 sungai besar yang mengalir ke selaan, yaiu Sungai Bagong dan Sungai Pinggir. Sungai Ngasinan merupakan muara beberapa sungai yang cukup besar, yaiu dari uara Sungai Bagong yang bermuara di Kelurahan Tamanan dan Sungai Prambon yang bermuara di Kecamaan Tugu, dan bara Sungai Pinggir yang bermuara di Kecamaan Tugu dan dari selaan Sungai Nglongah (Mlinjon) yang bermuara di Kecamaan Trenggalek. Sebelum masuk Dam Dawung menyau dengan Sungai Munjungan. Sungai-sungai yang berada di DAS Branas sebagian besar digunakan unuk irigasi, dan sebagian masuk ke PLTA Niyama. Sedangkan di bagian selaan erdapa sungai besar yang mengalir ke Samudra Indonesia, yaiu Sungai Gedangan berhulu di Kecamaan Pule, Dongko dan Panggul; Sungai Konang di Kecamaan Dongko dan Panggul. Sungai Tumpak Nongko di Kecamaan Munjungan; Sungai Ngemplak di Kecamaan Waulimo. Tabel 5. Nama, Pangjang dan Debi Air Sungai Panjang Debi Air No. Nama Sungai Sungai (M3/Deik) (Km) Bagong 22, Sukun 11 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 3. Prambon 13, Kedungmoro 8, Klumuan 4 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 6. Jolok 2,25 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 7. Ngasinan 41, Kliik 7,25 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 9. Munjungan 5, Anjok 2 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 11. Darungan 4,5 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 12. Ngepeh Duren 7,5 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 14. Mlinjo Jai Tawing Gedangan 36, Konang Ngulung 6 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 20. Bungur 2 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 21. Craken 5 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 22. Tumpak Nongko 14 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 23. Songo 4 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 24. Karanggandu 3,5 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 25. Bubuk 2 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 26. Ngemplak 10,5 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 27. Sowan 5,5 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur 28. Dongko 13,5 Tidak ada ala ukur Tidak ada ala ukur Sumber : Dinas PU Bina Marga dan Pengairan, 2012 Tabel 6. Jumlah Sumber Air dan Raa-raa Debi Air Raa-raa debi air Jumlah Sumber Air Lokasi (Lier/deik) Panggul Munjungan ,5 9 9 Waulimo Kampak Dongko , Pule Karangan Suruh Gandusari Durenan Pogalan Trenggalek Tugu Bendungan Jumlah Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur

5 F. Klimaologi Kabupaen Trenggalek berada di sekiar garis khaulisiwa, maka seperi kabupaen-kabupaen lainnya di Jawa Timur yang mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 jenis seiap ahunnya yakni musim kemarau dan musim penghujan. Bulan Sepember- April merupakan musim penghujan, sedangkan musim kemarau erjadi pada bulan Mei-Agusus. Namun akhir-akhir ini dengan perubahan anomail cuaca maka siklus hujan menjadi idak menenu. Jumlah hari hujan di Kabupaen Trenggalek raa-raa 164 hari hujan pada ahun 2011 dengan raaraa curah hujan sebanyak 11 mm. Tabel 7. Raa-raa Curah Hujan 2009 s/d 2011 Hari Hujan (Hari) Raa-raa Curah Kecamaan Hujan (Mm) Panggul , Munjungan , Waulimo Kampak , Dongko , Pule , Karangan , Suruh Gandusari , Durenan Pogalan , Trenggalek , Tugu , Bendungan , Raa-raa 9, , Sumber : Dinas PU Bina Marga dan Pengairan,2012 II. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH PERTANIAN, PERKEBUN- AN DAN KEHUTANAN Lahan peranian pada ahun 2011 khususnya area sawah di Kabupaen Trenggalek sebesar Ha aau 9,69 persen dari oal luas wilayah. Area sawah di Kabupaen Trenggalek erdiri dari sawah irigasi eknis seluas ha, sawah seangah PanenKeela eknis seluas 3,291 ha dan sawah adah hujan seluas 993 ha. Produksi padi sawah ahun 2011 mengalami penurunan sebesar 4,97 persen dibandingkan ahun 2010 dengan raa-raa produksi 58,17 kw/ha. Selain padi hasil peranian di Kabupaen Trenggalek yang poensial adalah jagung, ubi kayu, ubi-ubian, kacang anah dan kacang kedelai. Produksi ubi kayu erus mengalami peningkaan sampai ahun 2011 sebesar on dengan kenaikan produksi 6,8% dibandingkan produksi ahun sebelumnya. Selain ubi kayu komodias peranian yang mengalami peningkaan produksi adalah ubi jalar. Pengembangan anaman perkebunan di Kabupaen Trenggalek diunu unuk eap memperhaikan keseimbangan aspek ekonomi, ekologi dan social yang merupakan indicaor pengelolaan sumber daya perkebunan dan kehuanan yang lesari. Jenis komodii perkebunan yang cukup poensial dan merupakan anaman unggulan di Kabupaen Trenggalek anara lain adalah ebu, kelapa, dan cokla. Produksi anaman perkebunan yang mempunyai konribusi ersbesar adalah produksi kelapa dan ebu masing-masing dengan produksi sebesar ,75 on dan 3.948,5 on di ahun Dari oal luas huan ,50 Ha edapa ,40 ha huan lindung, dan ,10 ha huan produksi, sera huan wisaa seluas 64,3 ha. Produksi dibidang kehuanan dianaranya adalah geah pinus, selama 2011 ercaa produksi geah pinus sebesar on. PETERNAKAN Diliha dari populasi ernak selama 2011, jumlah ayam ras peelor menempai uruan perama unuk ernak yang dibudidayakan masyaraka dengan jumlah ekor, disusul ayam buras dengan populasi ekor, berikunya ayam ras pedaging, kambing dan iik. Sapi perah dengan populasi ekor sebagian besar erdapa di Kecamaan Bendungan. Dari sejumlah sapi perah ersebu menghasilkan susu sebanyak ,00 lier selama ahun Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur 05

6 Nelayan dengan angkapan ikanlau PERIKANAN Trenggalek memiliki pelabuhan ikan erbesar pada wilayah panai selaan pulau jawa seelah Pelabuhan ikan Cilacap. Pengembangan poensi perikanan mulai direalisasikan dengan pembangunan Pelaabuhan Perikanan Nusanara (PPN) di Panai Prigi kedepannya akan dikembangkan menjadi Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) yang didukung dengan pengembangan Jalan Linas Selaan (JLS). Jumlah rumah angga perikanan ercaa rumah angga erdiri dari rumah angga perikanan lau dan rumah angga perikanan dara. Rumah angga perikanan lau erdapa pada 3 kecamaan yaiu Panggul, Munjungan dan Waulimo. Unuk produksi ikan dara ahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 22,16 persen dari ahun sebelumnya, dimana produksi ikan lele menempai uruan perama produksi erbesar yaiu 2.053,28 on, disusul gurame 368,91 on diuruan kedua. Berdasarkan kondisi wilayah Kabupaen Trenggalek yang berada di pesisir selaan Jawa Timur dengan daerah panainya maka Kabupaen Trenggalek berpoensi unuk dikembangkan menjadi kawasan minapolian baik berbasis perikanan angkap maupun perikanan budidaya. Poensi perikanan budidaya yang dapa dikembangkan di Kabupaen Trenggalek adalah budidaya ikan nila dan lele di Desa Sumurup Kecamaan Bendungan sebagai pusa kegiaan minopolian sera budidaya ikan lele di Desa Sambirejo Kecamaan Trenggalek sebagai kawasan hinerland. PARIWISATA Poensi pengembangan wisaa di Kbaupaen Trenggalek erbesar hampi di seluruh kecamaan, namun jumlah obyek wisaa yang layak jual di Kabupaen Trenggalek sebanyak ujuh obyek wisaa, erdiri dari obyek pariwisaa panai, pemandian/kolam renang dan goa, yaiu Panai Pelang di Kecamaan Panggul, Kolam Renang Tira Jwalia di Kecamaan Trenggalek, empa obyek wisaa di Kecamaan Waulimo yaiu Goa Lawa, Panai Damas, Panai Prigi, Panai Pasir Puih Karanggongso sera Pemandian Tapan. Obyek wisaa di Kabupaen Trenggalek dapa dibedakan menjadi 06 3 jenis yaiu obyek wisaa alam, obyek wisaa budaya dan obyek wisaa mina khusus. Jenis obyek wisaa di Kabupaen Trenggalek dapa diliha pada abel dibawah ini. Obyek Wisaa Alam Di Kabupaen Trenggalek No. Obyek Wisaa Jenis Wisaa Lokasi Kecamaan 1 Panai Prigi Wisaa Alam Waulimo 2 Panai Karanggongso Wisaa Alam Waulimo 3 Panai Damas Wisaa Alam Waulimo 4 Panai Pelang Wisaa Alam Panggul 5 Panai Konang Wisaa Alam Panggul 6 Panai Blado Wisaa Alam Munjungan 7 Goa Lowo Wisaa Alam Waulimo 8 Goa Suruban Wisaa Alam Waulimo 9 Goa Ngeri Wisaa Alam Kampak 10 Goa Gajah Wisaa Alam Bendungan 11 Goa Kalimai Wisaa Alam Dongko 12 Goa Pringapus Wisaa Alam Dongko 13 Pemandian Tapan Wisaa Alam Karangan 14 Wonowisaa Wisaa Alam Trenggalek 15 Agrowisaa Dilem Wisaa Alam Bendungan 16 Air Terjun Kalianak Wisaa Alam Tugu 17 Air Terjun Jero Guih Wisaa Alam Karangan 18 Telaga Beji Maron Wisaa Alam Gandusari Sumber : Dinas Papora Kabupaen Trenggalek,2012 Tabel 9. Obyek Wisaa Budaya No Obyek Wisaa Jenis Wisaa Lokasi Kecamaan 1 Upacara Larung Wisaa Budaya Waulimo Sembonyo 2 Prasasi Kamulan Wisaa Budaya Durenan 3 Tradisi Tiban Wisaa Budaya 4 Jaranan Turonggo Wisaa Budaya Dongko Yakso 5 Tradisi Barian Wisaa Budaya Dongko 6 Bersih Dam Bagong Wisaa Budaya Trenggalek Sumber : Dinas Parpora Kabupaen Trenggalek, 2012 Tabel 10. Obyek Wisaa Mina Khusus No. Obyek Wisaa Jenis Wisaa Lokasi Kecamaan 1 Panja Tebing Gunung Linggo Mina Khusus Karangan 2 Panja Tebing Gunung Sepikul Mina Khusus Waulimo Sumber : Dinas Parpora Kabupaen Trenggalek, 2012 Gambar Perkembangan Jumalah Kunjungan Wisaa Tahun Sumber : Dinas Parpora Kabupaen Trenggalek,2012 Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur

7 INDUSTRI Trend perkembangan indusri kecil, menengah dan kerajinan selama periode mengalami fl ukuasi. Tahun 2011 jumlah indusri kecil mencapai 546 uni, meningka 56,9 % disbanding ahun Namun dibandingkan ahun 2010 jumlah indusri kecil di Kabupaen Trenggalek mengalami penurunan. Gambar Perkembangan Jumlah Indusri Kecil Sumber : Dinas Koperindagamben Kabupaen Trenggalek, 2012 PERTAMBANGAN Kabupaen Trenggalek sebenarnya memiliki kekayaan ambang yang ersebar di beberapa lokasi eapi belum dikembangkan secara opimal. Poensi ambang erbesar di Kabupaen Trenggalek pada ahun 2011 adalah marmer sebesar 708,548 jua on yang ersebar di Kecamaan Panggul sebesar 173 jua on, Kacamaan Dongko sebesar 394 jua on, Kecamaan Bendungan sebesar 127 jua on. Selain marmer, poensi ambang lainnya adalah andesi diorie sebesar 157 jua on yang ersebar di seluruh kecamaan kecuali Kecamaan Gandusari. Poensi ambang di Kabupaen Trenggalek dapa diliha pada Tabel 11. Tabel 11. Jenis dan Persebaran Tambang di Kabupaen Trenggalek No. Jenis Tambang Kandungan Persebaran (Jua Ton) 1 Marmer 708,548 Panggul, Dongko, Pule, Karangan, Suruh 2 Andesi diorie 157 Panggul, Munjungan, Waulimo, Kampak, Dongko, Pule, Karangan, Suruh, Pogalan, Durenan, Trenggalek, Tugu, Bendungan 3 Bau Gamping 145 Panggul, Waaulimo, Kampak, Gandusari, Bendungan 4 Besi 190 Panggul, Munjungan, Dongko 5 Zeoli 2,78 Pule 6 Tanah Lia 20,40 Karangan, Suruh, Gandusari, Durenan, Trenggalek 7 Felspar 40,19 Kampak, Karangan, Suruh, Gandusari, Durenan, Trenggalek 8 Mangan 1,0301 Karangan, Gandusari, Pogalan 9 Benoni 3,65 Dongko, Karangan, Suruh 10 Kalsi 0,18 Panggul, Gandusari 11 Kaolin 1,35 Suruh, Bendungan 12 Piropillie 25 Kampak 13 Baubara 18 Waulimo, Dongko, Suruh Sumber : Dinas Koperindagamben Kabupaen Trenggalek, 2012 III. WILAYAH RAWAN BENCANA Sebagian wilayah Kabupaen Trenggalek adalah daerah rawan bencana, eruama anah longsor dan banjir. Selain iu di sebelah selaan kabupaen Trenggalek yaiu di kawasan pesisir merupakan wilayah rawan bencana sunami dan gempa ekonik akiba umbukan lempeng. Bencana anah longsor sering erjadi di Kabupaen Trenggalek eruama jika musim hujan iba. Terdapa beberapa 2 fakor yang menyebabkan sebagian besar kawasan di Trenggalek masuk kaegori rawan bencana ingka sedang dan inggi. Perama adalah facor alam yang erdiri dari aspek penuupan lahan (vegeasi). Kedua, adalah facor manusia yang memanfaakan alam secara idak beranggungjawab. Pada ahun 2011, luas lahan kriis di Kabupaen Trenggalek mencapai ± ha. Dari luasan ersebu sebesar ±5678 ha ermasuk kawasan dengan ingka kerawanan longsor yang inggi. Kecamaan yang ermasuk kaegori kerawanan inggi unuk bencana anah longsor adalah kecamaan Panggul, Munjungan, Waulimo, Kampak, Gandusari dan Bendungan (sebaagian wilayah keenam kecamaan ersebu). Daerah ersebu merupakan areal yang mempunyai deraja kerenanan relaive besar unuk erjadinya longsor. Daerah ersebu baik secara fi sik maupun non fi sik memiliki poensi unuk erjadinya bencana longsor. Oleh karena iu diperlukan upaya perbaikan lingkungan yang rusak dan sosialisasi kepada masyaraka akan bahaya longsor sehingga dapa meminimalisir dampak yang Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur 07

8 Selain longsor, bencana yang sering erjadi di Kabupaen Trenggalek adalah banjir di musim penghujan bahkan beberapa ahun erakhir erjadi peningkaan inensias banjir di sejumlah wilayah. Bencana banjir enunya membawa kerugian yang idak sediki bahkan banyak infrasrukur yang rusak akiba banjir. Rusaknya infrasrukur akan mengganggu akivias masyaraka dan melumpuhkan perekonomian daerah. Kawasan banjir di Kabupaen Trenggalek dapa diidenifi kasi menjadi beberapa ipologi yang erdiri dari kawasan dengan ingka kerawanan banjir inggi, ingka kerawanan banjir menengah dan ingka kerawanan banjir rendah. Luasan kawasan rawan banjir inggi sebesar ± ha yang ersebar di sebagian Kecamaan Panggul, Munjungan, Waulimo, Gandusari, Kampak, Trenggalek, Karangan, Tugu dan Pogalan. Luasan kawasan rawan banjir menengah sebesar ± ha yang ersebar di hamper wilayah adminisrasi kecamaan yaiu Kecamaan Munjungan, Gandusari, Durenan, Pogalan, Trenggalek, Karangan, Bandungan, Tugu dan Pule. Selain iu luasan kawasan rawan banjir rendah sebesar ± ha yang ersebar di semua kecamaan. Dengan eridenifi kasinya kawasan rawan banjir ersebu maka kedepannya dapa dilakukan miigasi bencana banjir melalui pemanfaaan ruang yang ramah lingkungan dan berkelanjuan. Sebagai kabupaen yang berbaasan langsung dengan Samudra Hindia, maka Kabupaen Trenggalek juga berpoensi mengalami sunami yang dapa dipicu oleh gempa ekonik akiba umbukan lempeng Indo-Ausralia dan Eurasia. Kawsan yang berpoensi erkena sunami adalah Kecamaan Waulimo seluas ±1.701 ha, Kecamaan Munjungan seluas ± ha dan Kecamaan Panggul seluas ± ha. 08 Pelayanan posyandu Tabel 12. Indikaor Kependudukan Kabupaen Trenggalek IV. DEMOGRAFI Daa penduduk sebagaimana daa yang lain sanga diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, erlebih lagi penduduk sebagai sumberdaya manusia adalah subyek sekaligus obyek pembangunan. Menuru daa BPS hasil dari regisrasi penduduk akhir ahun 2011 sebesar jiwa. Dari jumlah seluruh penduduk ersebu sebanyak 50,52 persen merupakan penduduk laki-laki. Jumlah penduduk ini naik sebesar 1,04 % bila dibandingkan dengan keadaan akhir ahun Raa-raa laju perumbuhan penduduk selama 1 dasawarsa erakhir sebesar 0,38 %. Poensi sumber daya manusia dalam sau daerah juga dapa dikeahui melalui indicaor jumlah penduduk berusia produkif (15-64 ahun). Berdasarkan daa BPS, dalam ahun 2011, ercaa sebesar jiwa ermasuk dalam usia produkif dan sebesar jiwa ermasuk usia idak produkif sehingga menghasilkan angka dependency raio sebesar 49. Hal ini berari seiap 100 penduduk usia produkif menanggung 49 jiwa penduduk yang idak produkif. Jumlah penduduk mengandung dua konsekuensi bila dikaikan dengan pembangunan, yaiu menjadi subyek dan obyek pembangunan. Sehingga, dalam banyak hal besarnya penduduk merupakan poensi dan modal dasar pembangunan apabila peranan keduanya bias diwujudkan. Kabupaen Trenggalek dengan luas wilayah 1.216,40 Km² pada ahun 2011 menuru hasil regisrasi penduduk akhir ahun sebesar jiwa. Jumlah penduduk ini naik sebesar 1,04 persen bila dibandingkan dengan keadaan akhir ahun sebelumnya. Dari jumlah seluruh penduduk ersebu sebanyak 49,85 persen merupakan penduduk laki-laki dan 50,15 persen penduduk perempuan. Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadaan Rumah Laki-laki Perempuan Jumlah (Jiwa/km²) Tangga Sumber : Badan Pusa Saisik Kabupaen Trenggalek, HASIL Regisrasi, 2012 Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur

9 Adapun berdasarkan sebaran penduduk pada ahun 2011 menunjukkan bahwa Kecamaan Panggul merupakan kecamaan dengan jumlah penduduk erbesar, yaiu jiwa. Namun jika diliha dari kepadaannya, kecamaan Pogalan dan Trenggalek memiliki kepadaan penduduk eringgi, masingmasing jiwa/km² dan jiwa/ km². Sedangkan Kecamaan Bendungan merupakan kecamaan dengan kepadaan penduduk yang erendah, yaiu 323 jiwa/km². Tabel 13. Kepadaan Penduduk Geografis No Kecamaan Luas (Km²) Jumlah Penduduk Kepadaan/ Km² 1 PANGGUL 131, MUNJUNGAN 154, WATULIMO 154, KAMPAK 79, DONGKO 141, PULE 118, KARANGAN 50, SURUH 50, GANDUSARI 54, DURENAN 57, POGALAN 41, TRENGGALEK 61, TUGU 74, BENDUNGAN 90, JUMLAH 1.261, Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencaaan Sipil, 2012 Daerah pegunungan di Trenggalek Kepadaan penduduk agraris adalah angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk pada suau daerah dengan luas lahan peranian yang ersedia. Dengan adanya kecenderungan bahwa seiap ahun erjadi pengurangan lahan peranian, maka perlu ada upaya-upaya kongkri agar pemenuhan kebuuhan dari produk peranian unuk menekan laju pengurangannya. Tabel 14. Kepadaan Penduduk Agraris No Kecamaan Luas Areal Peranian (Ha) Jumlah Penduduk Kepadaan/Ha 1 PANGGUL MUNJUNGAN WATULIMO KAMPAK DONGKO PULE KARANGAN SURUH GANDUSARI DURENAN POGALAN TRENGGALEK TUGU BENDUNGAN JUMLAH Sumber: BPS, Dinas Kependudukan dan Pencaaan Sipil, diolah 2012 V. POTENSI UNGGULAN Beberapa secor yang menjadi unggulan di Kabupaen Trenggalek adalah sebagai beriku: A. PERTANIAN - Tanaman Pangan Keela Pohon Produksi Keela Pohon Ton. Luas Areal Tanam Ha Produkivias 22,59 Ton/Ha Poensi di Kecamaan Pule, Bendungan dan Panggul - Padi Produksi Padi Ton Luas Areal Tanam Ton Produkivias 5,57 Ton/Ha Poensi di Kecamaan Panggul, Karangan, Durenan dan Pogalan - Holikulura Durian Produksi Durian Kw Luas Areal Tanam Ha Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur 09

10 Kanor Pelayanan Terpadu Koa Bliar Poensi anaman kakau Buah manggis Jumlah Pohon buah Poensi di Kecamaan Waulimo, Munjungan, Kampak dan Panggul Manggis Produksi Manggis Kw Luas Areal Tanam Ha Jumlah Pohon buah Poensi di Kecamaan Waulimo B. PERKEBUNAN Kakao Produksi Kakao 759,25 Ton Luas Areal Tanam 3.237,50 Ha Produkivias 0,24 Ton/Ha Poensi di Kecamaan Pule, Karangan, dan Kampak 10 Kelapa Produksi Kelapa ,75 Ton Luas Areal Tanam ,54 Ha Produkivias 0,78 Ton/Ha Poensi di Kecamaan Karangan, Panggul, Tugu dan Waulimo Cengkeh Produksi Cengkeh 536,75 Ton Luas Areal Tanam 454,25 Ha Produkivias 1,182 Ton/Ha Poensi di Kecamaan Pule, Waulimo, dan Panggul C. PETERNAKAN Sapi Perah Populasi ekor Produksi Susu lier Poensi di Kecamaan Bendungan Sapi Poong Populasi ekor Produksi Daging sebanyak 7.992,10 Ton Poensi di Kecamaan Tugu dan Pogalan Kambing Populasi ekor Produksi Daging sebanyak 891,9 Ton Poensi di Kecamaan Dongko dan Munjungan Poensi Poensidan danproduk ProdukUnggulan UnggulanJawa JawaTimur Timur

11 D. PERIKANAN Perikanan Tangkap Produksi hasil angkapan lau Kilogram. Poensi Nelayan akif berjumlah orang Poensi Perikanan angkap ersebar di 3 (iga) kecamaan pesisir yaiu, Kecamaan Waulimo, Munjungan, dan Panggul. Perikanan Budidaya Produksi perikanan budidaya di Kabupaen Trenggalek Kilogram. Terbanyak adalah produksi ikan lele dengan Kilogram dan disusul ikan gurame Kilogram selebihnya ikan nila dan mujair. Poensi Pembudidaya ikan berjumlah orang. Poensi perikanan budidaya erbesar di Kecamaan Waulimo, Munjungan dan Durenan. E. PERTAMBANGAN Marmer Hasil ambang marmer memiliki poensi 708,548 jua on. Poensi erbanyak di Kecamaan Panggul Mangaan Hasil ambang mangaan memeiliki poensi 1,0301 jua on Poensi di Kecamaan Gandusari, Pogalan, dan Waulimo Kaolin Hasil ambang kaolin memiliki 1,35 jua on Poensi di Kecamaan Karangan, Bendungan dan Dongko Para nelayan menari jaring P Poensi dan Produk Unggulan Poe Po oeens nsi dan dda an Produk Prod P Pr rod oduukk Unggulan U nggguula ng lan Jawa JJawa Ja awa wa Timur TTimur iim muurr Poensi Hasil ikan angkapan F. INDUSTRI Indusri Tempe Kripik Senra produksi empe kripik berada pada Kelurahan Tamanan Kecamaan Trenggalek dan Desa Bendorejo Kecamaan Pogalan Indusri Geneng Senra produksi geneng berada pada desa Sukorejo, desa Wonorejo, Desa Wonoani wilayah Kecamaan Gandusari dan Desa Kamulan Kecamaan Durenan Jumlah rumah produksi geneng buah

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N T R E N G G A L E K

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N T R E N G G A L E K P E M E R I N T A H K A B U P A T E N T R E N G G A L E K Salinan Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 80 Tahun 2011 Tentang R E N C A N A K E R J A P E M E R I N T A H D A E R A H ( R K P D ) K A B U P A

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM DAERAH A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM DAERAH A. Luas dan Batas Wilayah Kabupaen Banyuwangi I. KONDISI UMUM DAERAH A. Luas dan Baas Wilayah Kabupaen Banyuwangi erleak di ujung paling imur pulau jawa dengan julukan Sunrise Of Java Baas wilayah Kabupaen Banyuwangi sebelah uara

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah. berkedudukan di Jalan Kabupaten 107 Kelurahan Bugih Kecamatan Pamekasan.

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah. berkedudukan di Jalan Kabupaten 107 Kelurahan Bugih Kecamatan Pamekasan. KABUPATEN PAMEKASAN I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Baas Wilayah Pemerinah Kabupaen Pamekasan berkedudukan di Jalan Kabupaen 107 Kelurahan Bugih Kecamaan Pamekasan. Luas wilayah Kabupaen Pamekasan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM DAERAH a.luas dan batas wilayah

I. KONDISI UMUM DAERAH a.luas dan batas wilayah Kabupaen Lumajang Taman alun-alun Lumajang dengan banyak perkanoran pemerinahan I. KONDISI UMUM DAERAH a.luas dan baas wilayah Luas wilayah Kabupaen Lumajang ±1.790,90 Km2 (±179.090,01 Ha.) aau 3,74% dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

KEC. SINGOSARI DAN KEC. KARANGPLOSO UTARA KEC. PAKIS DAN KEC. TUMPANG TIMUR KEC. WAGIR DAN KEC.PAKISAJI SLATAN

KEC. SINGOSARI DAN KEC. KARANGPLOSO UTARA KEC. PAKIS DAN KEC. TUMPANG TIMUR KEC. WAGIR DAN KEC.PAKISAJI SLATAN KOTA MALANG I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Baas Wilayah LUAS WILAYAH 110,05 KM2 JML KECAMATAN 5 KECAMATAN JML KELURAHAN 57 KELURAHAN JML DESA - DESA UTARA KEC. SINGOSARI DAN KEC. KARANGPLOSO TIMUR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM A. Luas dan Batas Wilayah KABUPATEN SUMENEP Pulau Kangean I. KONDISI UMUM A. Luas dan Baas Wilayah Kabupaen Sumenep merupakan salah sau dari 4 (empa) Kabupaen yang ada di Pulau Madura Provinsi Jawa Timur yang erleak dianara 1130

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

: Lintang Selatan dan Bujur Timur. KOTA MADIUN

: Lintang Selatan dan Bujur Timur. KOTA MADIUN produk hasil peranian sera daerah sekiar garis panai yang membujur dari arah uara ke selaan yang merupakan daerah penghasil berbagai bioa lau. Baas wilayah : sebelah uara adalah Kabupaen Siubondo, sebelah

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT Agus Purwoko Absrak Peneliian ini berujuan unuk unuk mengkaji dampak yang

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAPPEDA OPTIMALISASI POTENSI DAERAH UNTUK MENINGKATKAN PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN DIDUKUNG TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK

BAPPEDA OPTIMALISASI POTENSI DAERAH UNTUK MENINGKATKAN PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN DIDUKUNG TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK OPTIMALISASI POTENSI DAERAH UNTUK MENINGKATKAN PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN DIDUKUNG TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM A. Luas dan Batas Wilayah KABUPATEN SAMPANG I. KONDISI UMUM A. Luas dan Baas Wilayah Secara keseluruhan Kabupaen Sampang mempunyai luas wilayah sebanyak 1.233,30 Km2. Proporsi luasan 14 kecamaan erdiri dari 6 kelurahan dan 180

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAPPEDA

BAB I PENDAHULUAN BAPPEDA LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2005 2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGANTAR Kabupaten Trenggalek

Lebih terperinci

KONDISI UMUM a. Luas dan batas wilayah.

KONDISI UMUM a. Luas dan batas wilayah. KABUPATEN SIDOARJO KONDISI UMUM a. Luas dan baas wilayah. Pemerinahan Kabupaen Sidoarjo berkedudukan daerah sekiar alun alun Sidoarjo dan Masjid Agung Sidoarjo. Luas kabupaen Sidoarjo 71.424,25 Ha erbagi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

KABUPATEN PASURUAN I. KONDISI UMUM WILAYAH. A. Luas dan Batas Wilayah. Secara umum luas wilayah Kabupaten Pasuruan

KABUPATEN PASURUAN I. KONDISI UMUM WILAYAH. A. Luas dan Batas Wilayah. Secara umum luas wilayah Kabupaten Pasuruan KABUPATEN PASURUAN I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Baas Wilayah Secara umum luas wilayah Kabupaen Pasuruan sebesar 1.474,02 Km 2 aau 147401,50 Ha (3,13 persen luas Provinsi Jawa Timur). Wilayah Kabupaen

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah KABUPATEN JOMBANG I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas Batas Wilayah Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 302 desa 4 kelurahan serta 1.258 dusun. Luas wilayah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALYSIS OF LEADING ECONOMIC SECTOR BY SECTOR APPROACH BENGKALIS DISTRICTS FORMING

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort 3 METODE PENELITIAN 3. Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agusus sampai Sepember 2008. Tempa yang dadikan obyek peneliian adalah Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data III METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada Bulan Mare sampai dengan Bulan April 007. Lokasi peneliian berada di Pelabuhan Perikanan Nusanara Pemangka Kabupaen Sambas, Provinsi Kalimanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Trenggalek TA 2015

Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Trenggalek TA 2015 5.6 PENJELASAN AKUN-AKUN LAPORAN ARUS KAS 5.6.1. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Arus kas dari aktivitas operasi menjelaskan aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas untuk kegiatan operasional pemerintah

Lebih terperinci

CROP LAND SUITABILITY FOR CLOVE (Eugenia aromatica L.) BASED ON AGRO-CLIMATE ASPECTS AND ECONOMIC FEASIBILITY (CASE STUDY : SOUTH SULAWESI PROVINCE)

CROP LAND SUITABILITY FOR CLOVE (Eugenia aromatica L.) BASED ON AGRO-CLIMATE ASPECTS AND ECONOMIC FEASIBILITY (CASE STUDY : SOUTH SULAWESI PROVINCE) Available online a: hp://journal.ipb.ac.id/index.php/agrome J.Agrome 24 (2) : 39-47, 2010 ISSN: 0126-3633 KAJIAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromaica L.) BERDASARKAN ASPEK AGROKLIMAT DAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

Kabupaten Malang I. KONDISI UMUM WILAYAH A. LUAS DAN LETAK BATAS WILAYAH

Kabupaten Malang I. KONDISI UMUM WILAYAH A. LUAS DAN LETAK BATAS WILAYAH Kabupaen Malang I. KONDISI UMUM WILAYAH A. LUAS DAN LETAK LUAS WILAYAH JML KECAMATAN JML KELURAHAN JML DESA 3.53,86 Km2 33 kecamaan 12 Kelurahan 378 Desa BATAS WILAYAH UTARA TIMUR BARAT SELATAN KAB. PASURUAN,

Lebih terperinci

GENESA MATA AIR DI DAERAH PABLENGAN CUMPLENG, KECAMATAN MATESIH TAWANGMANGU, KABUPATEN KARANGANYAR, PROPINSI JAWA TENGAH

GENESA MATA AIR DI DAERAH PABLENGAN CUMPLENG, KECAMATAN MATESIH TAWANGMANGU, KABUPATEN KARANGANYAR, PROPINSI JAWA TENGAH P1O-08 GENESA MATA AIR DI DAERAH PABLENGAN CUMPLENG, KECAMATAN MATESIH TAWANGMANGU, KABUPATEN KARANGANYAR, PROPINSI JAWA TENGAH Wahyu Wilopo 1, Kusuma Dhilaga 1 1 Deparemen Teknik Geologi, Fakulas Teknik,

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUAT TATITIK 3.. ejarah ingka BP (Badan Pusa aisik) A. Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 920, Kanor aisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

Kabupaten Trenggalek

Kabupaten Trenggalek Kabupaten Trenggalek Jumlah penduduk Kabupaten Trenggalek berdasarkan hasil SP 2010 sebanyak 674.521 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 0,38 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

Gambar 3. Kurva pdf DAS waktu tempuh butir hujan di Sub DAS Cicatih

Gambar 3. Kurva pdf DAS waktu tempuh butir hujan di Sub DAS Cicatih Rodriguez-Iurbe dan Valdes (1979) dalam Kariwa (2002) yang menyaakan bahwa hidrograf sauan dapa diurunkan dari fungsi kerapaan probabilias (probabiliy densiy funcion/pdf) waku empuh seiap buir hujan dari

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL

PERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 PERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL Akhlis Fiano Husandani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran. Pendapaan Asli Daerah (PAD) yang merupakan salah sau sumber penerimaan daerah merupakan indikaor dalam penghiungan Dana Perimbangan khususnya Dana Alokasi

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci