PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA SMP PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA SMP PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA"

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA SMP PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Yelleson Syuryad 1 1 SMP Neger 1 Rambah Kabupaten Rokan Hulu ABSTRACT Result whch obtaned n ths research that s: ( 1) understandng of IPA concept Class student of VII.2 SMP Neger 1 Rambah by usng model study of type cooperatve of Two Stay Two Stray n general pertaned s, posed at by fndng at cycle of I only 53,13% from 32 student whch have fulflled complete standard learn to mnmze (SKBM) wth value of lowest equal to 47, hghest value 87, and also average value equal to 65,42, and standard of devaton 12,26. Whle at cycle of II tred 84,38 % from 32 student whch have fulflled SKBM, wth value of lowest equal to 50, hghest value equal to 88, and also average value equal to 74,02 and standard of devaton (2) applyng of model study of type co-operatve of Two Stay Two Stray n study of IPA can mprove the understandng of concept of IPA class student of VII.2 SMP Neger 1 Rambah at man subject zat and wujudnya, marked wth exstence of mprovement s understandng of student concept that s at cycle of I student average value equal to 65,42 and at cycle of II student average value equal to 74,02, wth percentage s make-up of equal to 24,87%. Keyword: Learnng Strategy Type of Two Stay Two Stray, Understandng of Concept PENDAHULUAN Penddkan adalah usaha sadar yang sengaja drancang untuk mencapa tujuan yang telah dtetapkan. Penddkan bertujuan untuk menngkatkan kualtas sumber daya manusa. Melalu proses penddkan dharapkan menghaslkan sswa lulusan sebaga generas bangsa yang memlk kemampuan ntelektual tngg dan berkeprbadan yang utuh, berman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berbaga upaya telah dlakukan untuk menngkatkan mutu penddkan d sekolah, antara lan dengan perbakan mutu belajar. Belajar mengajar d sekolah merupakan serangkaan kegatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang bak, akan mendukung keberhaslan pengajaran. Usaha perencanaan pengajaran dupayakan agar peserta ddk memlk kemampuan maksmum dan menngkatkan motvas, tantangan dan kepuasan sehngga mampu memenuh harapan bak oleh guru sebaga pembawa mater maupun peserta ddk sebaga penggarap lmu pengetahuan. Salah satu upaya untuk menngkatkan sumber daya manusa adalah melalu proses pembelajaran d sekolah. Dalam usaha menngkatkan sumber daya penddkan, guru merupakan sumber daya manusa yang harus dbna dan dkembangkan. Usaha menngkatkan kemampuan guru dalam belajarmengajar, perlu pemahaman ulang. Mengajar tdak sekedar mengkomunkaskan pengetahuan agar dapat belajar, tetap mengajar juga berart usaha menolong sswa yang belajar agar mampu memaham konsep-konsep dan dapat menerapkan konsep yang dpaham. Berdasarkan hasl observas awal d SMP Neger 1 Rambah pada tanggal 8 Jul 2012, dtemukan kenyataan bahwa proses pembelajaran fska yang terjad d kelas secara umum adalah (1) proses belajar-mengajar mash berpusat pada guru; dan (2) kurangnya aktvtas Jurnal Ilmah Edu Research Vol.3 No.2 Desember

2 percobaan sehngga serng kal dlakukan melalu metode ceramah dan sswa hanya duduk, menuls dan mendengarkan penjelasan yang dlakukan guru. Hal n menyebabkan sswa kurang aktf dalam kegatan pembelajaran, akbatnya IPA- Fska danggap sult serta tdak dpaham oleh sswa sehngga bermplkas pada rata-rata hasl belajar IPA yang dperoleh sswa kelas VII.2 pada semester ganjl tahun ajaran 2011/2012 adalah 53. Nla n berada d bawah standar ketuntasan belajar mnmal yang dtetapkan oleh kurkulum yatu 75 (sumber: guru bdang stud IPA dan Wakasek kurkulum). Hasl wawancara yang dlakukan terhadap guru IPA d kelas VII.2 tanggal 20 Jul 2012 dperoleh nformas bahwa rata-rata nla hasl ulangan haran sswa pada mater pokok Zat dan Wujudnya tahun ajaran 2011/2012 adalah 61,44. Nla n mash berada dbawah standar ketuntasan belajar mnmal yang dtetapkan oleh kurkulum yatu 75. Berdasarkan uraan d atas perlu dupayakan strateg pembelajaran yang efektf dan efsen, sebaga alternatf untuk menngkatkan aktvtas belajar sehngga dharapkan dapat menngkatkan pemahaman konsep sswa. Berdasarkan dskus yang dlakukan oleh penelt dengan guru bdang stud IPA dambl suatu kesepakatan bahwa salah satu alternatf yang dapat dlakukan untuk menngkatkan pemahaman konsep sswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray. Model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray adalah suatu tehnk pembelajaran yang memberkan kesempatan kepada kelompok untuk berbag nformas dengan kelompok lan. Dalam teknk pembelajaran n sswa dtuntut untuk belajar mandr dengan membentuk kelompok dmana tap kelompok terdr dar empat orang sswa dmana setap sswa dalam kelompok tersebut aktf bekerja menyelesakan tugas yang dberkan sehngga tdak ada sswa yang pasf. Berdasarkan alasan yang telah dkemukakan, maka penuls mengadakan suatu peneltan tndakan kelas dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatf Tpe Two Stay Two Stray untuk Menngkatkan Pemahaman Konsep IPA Sswa SMP pada Mater Pokok Zat dan Wujudnya. TINJAUAN PUSTAKA A. Defns dan Teor Belajar Belajar merupakan suatu perubahan yang relatf permanen dalam suatu kecenderungan tngkah laku sebaga hasl dar praktek atau lathan. Belajar berbeda dengan pertumbuhan kedewasaan, dmana perubahan yang terjad dalam ndvdu berasal dar bawaan genetknya. Perubahan tngkah laku ndvdu sebaga hasl belajar dtunjukan dalam berbaga aspek sepert perubahan pengetahuan, pemahaman, perseps, motvas atau gabungan dar aspek-aspek tersebut (Sudjana, 1990: 5) Menurut Dmyant dan Mudjono (2002:18) belajar merupakan proses nternal yang kompleks, yang terlhat dalam proses nternal tersebut adalah seluruh mental yang melput ranah kogntf, afektf dan pskomotork. Proses belajar yang mengaktual-saskan ranahranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu. Dar uraan d atas, kata kunc dar defns belajar adalah perubahan tngkah laku. Perubahan yang dsadar dan tmbul akbat praktek, pengalaman, lathan dan bukan secara kebetulan. Selanjutnya, teor belajar yang dkemukakan Paget (Dmyant dan Mudjono, 2002:14), belajar melput tga fase yatu eksploras, pengenalan konsep dan aplkas konsep.dalam fase eksploras, sswa mempelajar gejala dengan bmbngan, dalam fase pengenalan konsep, sswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan Jurnal Ilmah Edu Research Vol.3 No.2 Desember 2014

3 gejala. Dan dalam fase aplkas konsep, sswa menggunakan konsep untuk memlk gejala lan lebh lanjut. B. Defns Pembelajaran Kooperatf Menurut Le (Saputra, 2005:50) bahwa pembelajaran kooperatf atau gotong royong adalah sstem pengajaran yang memberkan kesempatan kepada anak ddk untuk bekerja sama dengan sesama sswa dalam tugas-tugas terstruktur. Dalam sstem n guru bertndak sebaga fasltator dalam kegatan proses belajar mengajar artnya meskpun sswa mengerjakan tugas berstruktur secara bersama-sama dan bekerja sama dengan sesama sswa. Tetap guru tdak menngggalkan peranannya. Menurut Jhonshon (Saputra, 2005: 50) bahwa sstem pembelajaran kooperatf ddefnskan sebaga sstem kerja atau belajar yang berstruktur termasuk dalam struktur n adalah lma unsur pokok yatu salng ketergantungan postf, tangung jawab ndvdual, nteraks personal, keahlan bekerja sama dan proses kelompok. C. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatf Terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam pembelajaran kooperatf dapat dlhat pada Tabel 2.1 berkut n. Tabel 2.1. Fase dan Tngkah Laku Guru dalam Pembelajaran Kooperatf Fase Tngkah Laku a. Menyamp a. Guru menyampakan aakan semua tujuan pelajaran tujuan dan yang dcapa pada motvas sswa pembelajaran tersebut dan memotvas sswa belajar b. Menyajkan nformas b. Guru menyajkan nformas kepada sswa dengan jalan demonstras atau lewat bahan bacaan c. Mengorgan sas sswa kedalam kelompokc. Guru menjelaskan kepada sswa bagamana caranya membentuk setap kelompok agar melakukan Fase kelompok belajar d. Membmbng kelompok Tngkah Laku transs secara efsen d. Guru membmbng kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka e. Evaluas e. Guru mengevaluas hasl belajar tentang mater yang telah dpelajar atau masng-masng kelompok mempresentasekan hasl f. Memberkan penghargaan kelompoknya f. Guru mencar cara-cara untuk mengharga bak upaya maupun hasl belajar ndvdu dan kelompok (Ibrahm, 2000: 10) D. Model Pembelajaran Kooperatf Tpe Two Stay Two Stray Model Pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray dkembangkan oleh Spencer Kagan dalam (Suherman, 2008) dan bsa dgunakan bersama dengan teknk kepala bernomor. Model n bsa dgunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tngkatan usa anak ddk. Model Two Stay Two Stray memberkan kesempatan kepada kelompok untuk membagkan hasl dan nformas dengan kelompok lan. Banyak kegatan belajar mengajar dwarna dengan kegatan-kegatan ndvdu. Dmana sswa bekerja sendr dan tdak dperbolehkan melhat pekerjaan sswa yang lan padahal dalam kenyataan hdup dluar sekolah, kehdupan dan kerja manusa salng bergantung satu dengan yang lannya. Msalnya, Crstophorus Colombus tdak akan menemukan benua Amerka jka tdak bergerak oleh penemuan Galleo Galle yang menyatakan bahwa bum tu bulat. Ensten pun mendasarkan teor-teornya pada teor Newton. Langkah-langkah dalam model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah sebaga berkut : 1) Sswa bekerja sama dalam kelompok berempat sepert basa Jurnal Ilmah Edu Research Vol.3 No.2 Desember

4 2) Setelah selesa, dua orang dar masng-masng kelompok akan mennggalkan kelompoknya dan masng-masng bertamu kedua kelompok lan. 3) 3.Dua orang yang tnggal dalam kelompok bertugas membahas mater pada tamu mereka 4) Tamu mohon dr dan kembal ke kelompok mereka sendr dan melaporkan temuan mereka dar kelompok lan Sntaks model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray dapat dlhat pada Tabel 2.2 berkut. Tabel 2.2 Sntaks Model Pembelajaran Tpe Two Stay Two Stray Fase Fase 1: Menyampaka n tujuan dan memotvas sswa Fase 2: Menyajkan nformas Fase 6: Memberkan penghargaan Tngkah Laku Guru Guru menyampakan semua tujuan pembelajaran yang ngn dcapa pada pembelajaran tersebut dan memotvas sswa belajar Guru menyajkan nformas kepada sswa dengan jalan demonstras atau lewat bahan bacaan. Guru membag sswa ke dalam kelompok belajar dmana setap kelompok terdr dar 4 orang Guru membmbng kelompok belajar pada saat sswa menger-jakan LKS Guru mengevaluas hasl belajar tentang mater yang telah dpelajar dengan cara Fase 3: Mengorgansas sswa ke dalam kelompok kelompok belajar Fase 4: Membmbng kelompok Fase 5: Evaluas menyuruh masng-masng kelompok mempresentaskan hasl kelompoknya Guru mengharga upaya maupun hasl kerja ndvdu dengan member penghargaan pada kelompok yang memperoleh nla/ skor tertngg E. Pemahaman Konsep Menurut Bloom (Usman dan Setawat, 2001), pemahaman ddefnskan sebaga kemampuan untuk menyerap art dar mater atau bahan yang dpelajar. Pemahaman merupakan hasl proses belajar mengajar yang mempunya ndkator ndvdu dapat menjelaskan atau mendefnskan suatu unt nformas dengan kata-kata sendr. Dar pernyataan n, sswa dtuntut tdak sebatas mengngat kembal pelajaran, namun lebh dar tu sswa mampu mendefnskan. Hal n menunjukkan sswa telah memaham mater pelajaran walau dalam bentuk susunan kalmat berbeda tetap kandungan maknanya tdak berubah. Pemahaman melput tga aspek yatu translas, nterpretas dan ekstrapolas. 1) Translas, melput dua kemampuan: (1) menterjemahkan sesuatu dar bentuk abstrak ke bentuk yang lebh kongkret; dan (2) menerjemahkan suatu smbol kedalam bentuk lan sepert: menerjemahkan tabel, grafk, smbol matematk dan sebaganya. 2) Interpretas, melput tga kemampuan: (1) membedakan antara kesmpulan yang dperlukan dengan yang tdak dperlukan; (2) memaham kerangka suatu pekerjaan secara keseluruhan; dan (3) memaham dan menafsrkan s berbaga macam bacaan. 3) Ekstrapolas, melput tga kemampuan: (1) menympulkan dan menyatakannya lebh eksplst; (2) mempredks konsekuens-konsekuens dar tndakan yang dgambarkan dar sebuah komunkas; dan (3) senstf atau peka terhadap faktor yang mungkn membuat predks menjad akurat. Menurut Rosser (Dahar, 1996) konsep adalah suatu yang abstrak mewakl satu kelas obyek-obyek kejadan, kegatan-kegatan atau hubungan-hubungan yang mempunya atrbut-atrbut yang sama. Oleh karena tu, orang mengalam stmulus yang berbeda-beda, orang membentuk konsep Jurnal Ilmah Edu Research Vol.3 No.2 Desember 2014

5 sesua dengan pengelompokan stmulus dengan cara tertentu. Karena konsep tu adalah abstraks berdasarkan pengalaman dan karena tdak ada dua orang yang memlk pengalaman yang sama perss, maka konsep yang dbentuk orang berbeda juga. Walau berbeda tetap cukup untuk berkomunkas menggunakan nama-nama yang dberkan pada konsep tu yang telah dterma bersamanya. Menurut Bloom (Slameto, 2003) pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertan-pengertan sepert mampu mengungkapkan suatu mater yang dsajkan ke dalam bentuk yang lebh dpaham, mampu memberkan nterpretas dan mampu mengaplkaskannya. Pemahaman konsep adalah sebaga kemampuan sswa untuk memakna lmu pengetahuan secara lmah bak secara teor maupun penerapannya dalam kehdupan seharhar yang dapat dlhat dar jawaban sswa melalu tes pemahaman konsep. Pemahaman konsep sangat pentng dmlk oleh sswa yang telah mengalam proses belajar. Pemahaman konsep yang dmlk oleh sswa dapat dgunakan untuk menyelesakan suatu permasalahan yang ada katannya dengan konsep yang dmlk. Dalam pemahaman konsep sswa tdak terbatas hanya mengenal tetap sswa harus dapat menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lannya. METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah Peneltan Tndakan Kelas (PTK). PTK adalah peneltan yang dlakukan guru dalam kelasnya melalu refleks dr, dengan tujuan untuk memperbak proses pembelajaran sehngga hasl belajar sswa menjad menngkat (Wharst, dkk, 2005:5). PTK n dlakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray sebaga alternatf tndakan untuk menngkatkan pemahaman konsep IPA- Fska sswa kelas VII SMP Neger 1 Rambah tahun ajaran 2012/2013 pada mater pokok Zat dan Wujudnya. B. Teknk Pengumpulan Data Teknk pengamblan data dalam peneltan n adalah sebaga berkut: a. Data mengena konds pelaksanaan model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray dperoleh dengan menggunakan lembar observas. b. Data mengena pemahaman konsep sswa dperoleh dengan menggunakan tes pemahaman konsep. C. Teknk Analss Data. 1. Analss Data Aktvtas Sswa Data yang berhubungan dengan aktvtas sswa dalam peneltan n danalss dengan menggunakan analss statstk deskrptf. Adapun langkahlangkah dalam analss deskrptf terhadap data-data aktvtas sswa dalam peneltan n adalah sebaga berkut: a. Menentukan rata-rata aktvtas sswa pada setap kelompok, dengan menggunakan rumus: n dengan : = rata-rata skor sswa dalam kelompok ke- = skor masng-masng aspek penlaan dalam kelompok ke- n = banyaknya aspek penlaan dalam kelompok ke- Mengubah skor aktvtas sswa, bak dalam setap kelompok maupun secara klaskal dalam data kategor dengan rentang skor sebaga berkut: 1 2 : kategor aktvtas kurang bak (KB) 2 3 : kategor aktvtas cukup bak (CB) 3 4 : kategor aktvtas bak (B) 4 : kategor aktvtas bak sekal (BS) (Safar, 2003) Jurnal Ilmah Edu Research Vol.3 No.2 Desember

6 2. Analss Pemahaman Konsep Peneltan n adalah peneltan deskrptf sehngga teknk analss data yang dgunakan berupa analss deskrptf yang dmaksudkan untuk memberkan gambaran pemahaman konsep IPA yang dajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray. Langkah-langkah analss data sebaga berkut: a. Mengkonvers skor hasl tes menjad nla () skala 0 100, dengan menggunkan rumus: Skor yangdperoleh/ dcapa x100 Skor deal b. Menentukan tngkat pencapaan ketuntasan belajar rumus: 1) Secara ndvdu T B = Nla dcapa x100% Nla deal 2) Secara kelompok = Nla dcapa kelompok x100% Nla deal 3) Nla klaskal = Nla rata rata x100% Nla deal 3. Menentukan persentase ketuntasan belajar Σ TB % x100 % N dengan: Σ TB= Jumlah sswa pada kategor ketuntasan belajar. N = Jumlah sswa secara keseluruhan 4. Menentukan penngkatan pemahaman konsep setelah penerapan model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray. S pos S pre g (Meltzer, 2002) S S maks pre dengan: g = Gan (penngkatan pemahaman konsep) S pos = Skorpost-test S pre = Skorpre-test S maks = Skor maksmum dea Krtera perolehan skor gan ternormalsas adalah sebaga berkut: 0,7 < g 1 : tngg 0,3 g 0,7 : sedang g < 0,3 : rendah 5. Menentukan nla rata-rata dengan menggunakan rumus: (Sudjana, 1996: 67) N dengan: = Nla rata-rata yang dperoleh sswa N = Jumlah sswa secara keseluruhan = Skor tap-tap sswa 6. Menentukan standar devas (SD) dengan rumus: n SD 1 n 1 (Sudjana,2002:93) dengan: SD = Standar devas = Rata-rata nla hasl belajar sswa = Nla setap harga x n = Jumlah sampel Dengan perhtungan rata-rata dan standar devas nla yang dperoleh sswa, selanjutnya nla hasl belajar sswa dkategorkan sebaga (Sudjana, berkut: 1996) SD : Kategor tngg _ SD SD: Kategor sedang SD : Kategor rendah HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasl Peneltan Data-data yang dperoleh dar hasl peneltan tndakan kelas pada setap sklus dapat berupa aktvtas sswa, keterlaksanaan fase-fase proses belajar mengajar oleh guru, dan pencapaan ketuntasan belajar, danalss dengan menggunakan statstk deskrptf berupa rata-rata, kategor, persentase, dan standar devas, yang selanjutnya ddeskrpskan sesua tujuan peneltan Jurnal Ilmah Edu Research Vol.3 No.2 Desember 2014

7 1. Deskrps Aktvtas Sswa dan Guru Berdasarkan lembar observas dperoleh nformas bahwa pada pertemuan pertama pembelajaran IPA pada mater pokok Zat dan Wujudnya guru mengnformaskan bahwa metode pembelajaran yang akan dterapkan adalah model pembelajaran baru, yang mana selama n belum pernah dperkenalkan yatu model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray. Sebelum memula pembelajaran guru terlebh dahulu membag para sswa dalam 8 (delapan) kelompok kecl yang heterogen, yang mana tap-tap kelompok terdr atas 4 orang. Setelah kelompok terbag masng-masng anggota kelompok dbagkan LKS 01 dengan mater pokok wujud zat. Setelah LKS terbag pada semua anggota kelompok guru menjelaskan gambaran umum tentang mater yang sedang dpelajar dan mengurakan langkah-langkah yang perlu dlakukan guna memaham mater yang dbahas. Selama guru mejelaskan para sswa mendengarkan dan member perhatan penuh pada penjelasan guru. Selanjutnya, sswa/kelompok sswa dmnta untuk memperhatkan/membaca s LKS dan menanyakan kepada guru apa yang belum dmengert dar langkahlangkah kerja yang ada dalam LKS tersebut. Selanjutnya, para sswa/kelompok sswa dengan bmbngan guru mata pelajaran melakukan ekspermen tentang wujud zat untuk mengamat perstwa penguapan, pencaran, dan perstwa penyublman. Hasl-hasl pengamatan tersebut dcatat oleh sswa/kelompok sswa pada lembar pengamatan yang terseda dalam LKS. Setelah mencatat hasl-hasl pengamatan yang dperoleh dar hasl ekspermen tersebut, para sswa secara kelompok menyelesakan LKS. Dalam proses pembelajaran terlhat bahwa sswa cukup aktf dalam kelompoknya ketka dskus dalam menyelesakan soal. Sementara proses berlangsung, ada beberapa sswa sesekal bertanya kepada guru. Setelah selesa masng-masng kelompok selesa mengerjakan LKS yang dberkan maka dua orang sswa dar masng-masng kelompok bertamu kekelompok lan, sedangkan dua orang sswa yang lan tnggal membahas nformas dengan tamu mereka. Kegatan selanjutnya, setelah bertukar nformas dengan kelompok lan para sswa yang bertamu kembal kekelompoknya masng-masng dan berdskus kembal dengan anggota kelompoknya yang lan. Setelah dskus ulang antar anggota dalam kelompok, setap kelompok mempresentasekan hasl dskusnya.dar hasl persentase masngmasng kelompok tersebut dberkan penlaan dan sswa/kelompok yang terbak menerma penghargaan dar guru. Selanjutnya, sswa menyaln tugas yang dberkan oleh guru. Sama dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua para sswa/ kelompok sswa terlebh dahulu dbagkan LKS tentang adhes dan kohes. Untuk lebh memaham perstwa adhes dan kohes tersebut para sswa darahkan untuk melakukan ekspermen. Setelah ekspermen selesa dlaksanakan maka para sswa melakukan dskus berdasarkan hasl pengamatan yang telah dlakukan dan LKS yang dbagkan. Setelah dskus antar anggota dalam satu kelompok telah selesa dlaksanakan maka setap kelompok mengutus dua anggotanya untuk bertamu ke kelompok lan dan dua anggota yang lannya tetap d kelompoknya untuk menerma tamu dar kelompok lan. Dalam proses tersebut, dlakukan pencocokkan hasl yang dperoleh yang dkerjakan oleh masng-masng kelompok dan selanjutnya anggota kelompok yang bertamu kembal ke kelompoknya semula untuk melaporkan hasl temuannya d kelompok lan. Hasl temuan dar kelompok lan tersebut djadkan sebaga bahan pembandng terhadap hasl pekerjaan semula dan dharapkan dapat menyempurnakan hasl pekerjaan masng-masng kelompok. Jurnal Ilmah Edu Research Vol.3 No.2 Desember

8 Selanjutnya, setap kelompok mempresentasekan hasl dskusnya. Dar hasl persentase masng-masng kelompok tersebut dberkan penlaan dan sswa/ kelompok yang terbak menerma penghargaan dar guru. Selanjutnya, sswa menyaln tugas yang dberkan oleh guru. Pada pertemuan ketga, hal-hal yang dlakukan sswa sama dengan apa yang dlakukan pada pertemuan pertama dan kedua, hanya saja mater yang dbahas berbeda yatu tentang massa jens zat. Pertemuan ketga n, masuk dalam sklus II. Dar hasl observas dan evaluas pada sklus I dperoleh nformas tentang kemam-puan sswa dalam menjawab soal-soal yang dberkan sehubungan dengan mater yang dajarkan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Dar hasl tersebut dadakan refleks untuk mengkaj kelemahan-kelemahan dan juga kelebhan-kelebhan yang yang terjad selama proses pembelajaran pada sklus I. Kelebhan-kelebhan yang djumpa pada Sklus I dpertahankan untuk tetap dterapkan pada Sklus II, sedangkan kekurangan-kekurangannya dbenah dan dsempur-nakan pada pelaksanaan proses pembelajaran sklus II sehngga dengan demkan dapat dperoleh mutu pembelajaran yang maksmal yatu para sswa memlk tngkat pemahaman konsep yang tngg. Secara rngkas deskrps aktvtas sswa kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah selama proses pembelajaran IPA pada mater pokok Zat dan Wujudnya yang dajar dengan model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray, mula dar pertemuan pertama sampa dengan pertemuan ketga dsajkan pada Tabel 4.1 d bawah n. Keterangan: (1) Mendengarkan dan memperhatkan penjelasan guru (2) Membaca dan menelaah LKS yang dberkan d setap anggota kelompok (3) Secara kelompok melakukan pengamatan/percobaan dengan menggunakan alat/meda (4) Aktf dalam kelompoknya ketka dskus dalam menyelesakan soal (5) Dua orang sswa bertamu ke dua kelompok lan (6) Sswa mempresentaskan hasl dskusnya Tabel 4.1 Data Aktvtas Sswa Kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah pada Pembelajaran IPA yang Dajar dengan Model Pembelajaran Kooperatf Tpe Two Stay Two Stray Rata-rata Skor No. Jens Aktvtas Aktvtas P1 P2 P3 Rata-rata Skor Total 1. (1) (2) (3) (4) (5) (6) Selanjutnya, secara rngkas aktvtas guru dalam proses pembelajaran IPA d kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray, mula dar pertemuan pertama sampa dengan pertemuan ketga dsajkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Data Aktvtas Guru Selama Proses Pembelajaran IPA dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatf Tpe Two Stay Two Stray No. Rata-rata Skor Jens Aktvtas Aktvtas P1 P2 P3 1. A B C D Rata-rata Keterangan: A = Kegatan pendahuluan C = Kegatan penutup B = Kegatan nt D = Suasana kelas Rata-rata Skor Total Jurnal Ilmah Edu Research Vol.3 No.2 Desember 2014

9 2. Data Pemahaman Konsep IPA Untuk mengetahu sejauh mana pemahaman konsep dan perubahan perlaku sswa selama kegatan belajarmengajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray, maka guru melaksanakan penlaan pemahaman konsep. Penlaan pemahaman konsep n dlakukan pada akhr sklus dengan menggunakan tes berupa tes produk bentuk obyektf. Sepert yang dsajkan pada tabel 4.3.berkut n Tabel 4.3 Deskrps Pemahaman Konsep IPA Sswa Kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah pada Mater Pokok Zat dan Wujudnya. Sklus Aspek I II Rata-Rata 65,42 74,02 2 Varans S 150,36 58,24 Std. Devas S 12,26 7,63 Nla Maksmum Nla Mnmum Untuk melhat penyebaran nla pemahaman konsep IPA sswa kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah, maka nla pemahaman konsep tersebut dkategorkan dalam kategor tngg, sedang dan rendah. Hasl pengkategoran tersebut dapat drangkum sepert pada Tabel 4.4 berkut. Tabel 4.4 Dstrbus Persentase Tngg- Rendahnya Pemahaman Konsep IPA Sswa Kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah pada Mater Pokok Zat dan Wujudnya No Kategor Sklus I Sklus II f (%) f (%) 1 Tngg 2 6, ,13 2 Sedang 27 84, ,75 3 Rendah 3 9,38 1 3,12 Jumlah Secara grafk penyebaran nla pemahaman konsep IPA Sswa Kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah pada mater pokok Zat dan Wujudnya dsajkan dsajkan pada Gambar 4.1 berkut P ersentase(% ) Kategor 3.12 Sklus I Sklus II Gambar 4.1 Profl Tngg-Rendahnya Pemahaman Konsep IPA-Fska Sswa Kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah pada Mater Pokok Zat dan Wujudnya Pemahaman konsep IPA sswa kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah pada mater pokok Zat dan Wujudnya pada sklus I dan II ada yang sudah termasuk dalam kategor tuntas belajar dan ada pula yang termasuk dalam kategor belum tuntas belajar. Data mengena ketuntasan belajar n dsajkan pada Tabel 4.5 berkut. Tabel 4.5. Dstrbus Persentase Ketuntasan Belajar IPA Sswa Kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah pada Mater Pokok Zat dan Wujudnya Kategor Ketuntasan Belajar Sudah Jumlah Sswa Sklus I Persentase (%) Banyaknya Sswa Sklus II Persentase (%) Tuntas 17 53, ,38 Belum Tuntas 15 46, ,62 Jumlah Data mengena ketuntasan belajar sswa kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah secara lengkap dapat dlhat pada Lampran 19. Secara grafk ketuntasan belajar sswa dsajkan sepert pada Gambar 4.2 berkut. Jurnal Ilmah Edu Research Vol.3 No.2 Desember

10 P e r s e n ta s e K e tu n ta s a n B e la ja r (% ) Ketuntasan Belajar Sklus I Sklus II Gambar 4.2 Profl Persentase Ketuntasan Belajar IPA Sswa Kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah Pemahaman konsep IPA sswa kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah pada mater pokok Zat dan Wujudnya dar sklus I ke sklus II semuanya mengalam penngkatan. Besar penngkatan pemahaman konsep IPA sswa kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah dar sklus I ke sklus II bervaras, dengan penngkatan tertngg 22 pon atau menngkat sebesar 46,81% dan penngkatan pemahaman konsep terendah 1 (satu) pon atau menngkat sebesar 1,15%. Dengan demkan, pemahaman konsep sswa dar Sklus I ke Sklus II secara keseluruhan mengalam penngkatan, meskpun besar penngkatannya untuk masng-masng sswa bervaras. Jka dtnjau berdasarkan hasl yang dperoleh sswa sebelum dadakan pembelajaran dan setelah dadakan pembelajaran terlhat bahwa pemahaman konsep sswa setelah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray jauh lebh besar darpada pemahaman konsep sswa sebelum pembelajaran. Rata-rata pemahaman konsep IPA sswa kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah sebelum pembelajaran tentang zat dan wujudnya sebesar 30,78 dan setelah pembelajaran berlangsung sebesar 72,38. Jka dbandngkan antara nla pemahaman konsep sebelum dan sesudah pembelajaran pada mater pokok zat dan wujudnya terlhat bahwa semua sswa yang menjad responden nlanya menngkat. Rata-rata penngkatan pemahaman konsep tersebut adalah sebesar 0,60 atau menngkat sebesar 60%. B. Pembahasan Berdasarkan permasalahan yang dajukan pada peneltan n tentang bagamana gambaran pemahaman konsep IPA Kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah setelah dterapkan pembela-jaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray, terlhat bahwa pemahaman konsep IPA sswa dar Sklus I ke Sklus II mengalam penngkatan. Tahapan pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray pada mater pokok Zat dan Wujudnya n dlakukan pada 2 (dua) tahap yatu Sklus I dan Sklus II. Pada Sklus dlakukan pembelajaran dengan 2 (dua) kal pertemuan yatu pada pertemuan pertama membahas tentang wujud zat dan pertemuan kedua membahas tentang perstwa adhes dan kohes, sedangkan pada sklus II dlakukan dengan 1 (satu) kal pertemuan yatu membahas tentang massa jens zat. Pada Sklus I, pertemuan pertama membahas tentang wujud zat dan pertemuan kedua membahas tentang perstwa adhes dan kohes. Pada pertama dan kedua n sebenarnya para sswa sudah cukup aktf dalam mengkut proses pembelajaran. Akan tetap, karena metode pembelajaran yang dterapkan yatu model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray merupakan hal yang baru bag para sswa sehngga dalam pelaksanaannya belum begtu maksmal. Kegatan pembelajaran pada sklus I n belum maksmal karena ada beberapa sswa yang mash berman-man dalam proses pembelajaran, dmana para sswa tdak terbasa jka pada saat pembelajaran berlangsung darahkan untuk mengutus dua anggota dar setap kelompok ke Jurnal Ilmah Edu Research Vol.3 No.2 Desember 2014

11 kelompok lan dan dua sswa yang lannya menunggu d kelompoknya untuk menjamu tamu yang datang bertamu. Sebaga akbat dar kurang serus-nya sswa pada saat mengkut kegatan pembelajaran pada sklus I tersebut maka menyebabkan para sswa kurang maksmal pemahamannya tentang konsep yang dajarkan. Dengan demkan, nla yang dperoleh pada akhr sklus cenderung rendah. Hal n dapat dlhat bahwa dar 32 sswa yang menjad subyek peneltan secara deskrptf yang memperoleh nla d bawah standar/target hampr bermbang dengan sswa yang memperoleh nla yang dharapkan yatu sebanyak 15 sswa atau 46,87%. Jka dkatkan dengan ketuntasan belajar secara ndvdu yatu mencapa mnmal nla 65, maka lebh banyak sswa yang belum tuntas belajar hampr sama dengan sswa yang sudah tuntas belajar. Selanjutnya secara kelompok/ klaskal belum dapat dkategorkan mencapa ketuntasan belajar karena secara klaskal yang telah tuntas belajar hanya sebesar 37.5%, dengan nla ratarata kelas sebesar 53,13% yatu mash d bawah target yang dharapkan yakn 75%. Berdasarkan lembar observas dan tes pemahaman konsep yang dselenggarakan pada akhr pembelajaran, penelt selanjutnya mengadakan refleks terhadap proses pembelajaran yang telah selesa dlakukan dan melanjutkan pada Sklus II dengan refleks terhadap rencana pembelajaran dengan penekanan terhadap perhatan sswa, kerja sama antar kelompok serta menyuruh sswa untuk menanyakan hal-hal yang danggap belum dpaham/dmengert bak kepada temannya maupun kepada guru. Dlan phak, guru tetap berusaha memberkan motvas kepada sswa untuk lebh tertark dan memaham mater yang dajarkan. Setelah selesa melakukan proses pembelajaran dengan model yang sama sepert pada Sklus I, guru memberkan evaluas kepada sswa berupa soal tes (tes sklus 2) untuk mengetahu seberapa besar pemahaman dan hasl belajar sswa tentang mater yang dajarkan. Tes n berbentuk obyektf (plhan ganda) sebanyak 16 tem soal, yang mana soalsoal yang dujkan telah dvaldas sebelumnya. Dar hasl analss data terlhat bahwa nla yang dperoleh sswa pada Sklus II mengalam penngkatan jka dbandngkan dengan nla yang dperoleh sswa pada Sklus I. Jka dkatkan dengan ketuntasan belajar menunjukkan bahwa jumlah sswa yang sudah mencapa ketuntasan belajar sudah lebh besar darpada jumlah sswa yang belum tuntas belajar. Pada sklus II terdapat 84,38% sswa yang sudah tuntas belajar sedangkan yang lannya 15,62% belum tuntas belajar. Dengan demkan berdasarkan tes yang kedua n dapat dkatakan bahwa secara klaskal sswa Kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah telah mencapa ketuntasan belajar yatu melebh 75%. Berdasarkan hasl analss n terlhat bahwa dar Sklus I ke Sklus II pemahaman konsep IPA sswa cenderung mengalam penngkatan, sehngga jka pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray terus dlakukan pada pertemuan-pertemuan selanjutnya dyakn dapat tetap dapat mencapa ketuntasan belajar. KESIMPULAN Pemahaman konsep IPA sswa Kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah yang dajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray secara umum tergolong sedang, yang dnjukkan oleh temuan pada sklus I hanya 53,13% dar 32 sswa yang sudah memenuh standar ketuntasan belajar (SKBM), dengan nla terendah sebesar 47, nla tertngg sebesar 87, serta nla rata-rata sebesar 65,42 dan standar devas 12,26, sedangkan pada sklus II Jurnal Ilmah Edu Research Vol.3 No.2 Desember

12 mencapa 84,38 % dar 32 sswa yang sudah memenhuh SKBM, dengan nla terendah sebesar 50, nla tertngg sebesar 88, serta nla rata-rata sebesar 74,02 dan standar devas 7,63. Penerapan model pembelajaran kooperatf tpe Two Stay Two Stray dalam pembelajaran IPA dapat menngkatkan pemahaman konsep IPA sswa kelas VII.2 SMP Neger 1 Rambah pada mater pokok Zat dan Wujudnya, yang dtanda dengan adanya penngkatan pemahaman konsep sswa yatu pada sklus I nla rata-rata sswa sebesar 65,42 dan pada sklus II nla rata-rata sswa sebesar 74,02, dengan persentase penngkatan sebesar 24,87%. DAFTAR PUSTAKA Arkunto, S., Prosedur Peneltan. Jakarta: Rneka Cpta. Bloom, B.S., Taxonom of Educatonal Objectves, The Classfcaton of Educatonal Goals, Hand Book 1: Cogntve Doman. USA: Longman Inc. Chabb Dmyant dan Mudjono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rneka Cpta. Gulford, J.P., Psycology dan educaton of the gfted Three faces of ntellect Dalam W.B.Barbe & J.S. Renzull (Ed). New York. Irvngton. Ibrahm, M., Pembelajaran Kooperatf. Surabaya: Unverstas Neger Surabaya. Le, A., Cooperatve Learnng. Jakarta: Grasndo. Meltzer, The Relatonshp Between Mathematcs Prepa-raton and Conceptual Learnng Gan n Physcs: A Posble Hdden Varable n Dagnostc Pretest Scores Amercan Journal Physcs. Munandar, Pengembangan Kreatf Anak Berbakat. Jakarta: Rneka Cpta. Roestyah, N.K.,1982. Strateg Belajar Mengajar. Yogyakarta: Rneka Cpta. Selkn, D dan Brch, J., Educaton Gftend a Telented Learnng.Rochelle, MD:Aspen Publcaton. Ssk, D., Creatve Teachng of The Gfted. USA. MCgraw. Hll. Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhnya. Jakarta: Rneka Cpta. Slavn, R.E., Cooperatve Learnng. USA: Asmon and Schuster Company. Sudjana, Metoda Statstka. Bandung: Tarsto. Sudjana, N., Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Snar Baru. Algesndo. Suherman, Model Belajar dan Pembelajaran Berorentas Kompetens Sswa /search?q=cache:v4Jag WmwS-kJ:educare.efkpunla.net/ndex2.php%3Fopto n%3dcom_content%26do_pdf%3 D1%26d%3D60+Pembelajaran+ TS- TS+menurut+Spencer+Kagan&hl =d&ct=clnk&cd=2&gl=d&clen t=frefox-a (Dakses tanggal 17 September 2008). Sukmadnata, NS., 2006.Pengendalan Mutu Sekolah Menengah (Konsep, Prnsp & Instrumen). Bandung: PT Refka Adtama. Usman dan Setawat, Upaya Optmalsasa Kegatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Jurnal Ilmah Edu Research Vol.3 No.2 Desember 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT KELAS VII D SMP NEGERI 7 JEMBER TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK CHANGE OF PAIRS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK CHANGE OF PAIRS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK CHANGE OF PAIRSUNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SUB POKOK BAHASAN LUAS TRAPESIUM KELAS VII A SMP NEGERI 7 JEMBER TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI Yuwta Srmela 1 Fazr Zuzano 1 Nnwat 1 1 Jurusan Penddkan Matematka dan IPA,

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA TENTANG BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF SISWA KELAS II SDN ANGKATAN LOR 02 KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN 2011 / 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

Kadek Lia Wahyuni Parinu 1, I Gede Mahendra Darmawiguna 2, Dessy Seri Wahyuni 3

Kadek Lia Wahyuni Parinu 1, I Gede Mahendra Darmawiguna 2, Dessy Seri Wahyuni 3 Kumpulan Artkel Mahasswa Penddkan Teknk Informatka Pengaruh Model Pembelajaran Cooperatve Integrated Readng and Composton (CIRC)Terhadap Hasl Belajar TIK Sswa Kelas VII (Stud Kasus : SMP Neger 4 Sngaraja)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYUSUN KARANGAN BERDASARKAN RANGKAIAN GAMBAR SERI MELALUI METODE PENUGASAN DAN LATIHAN PADA SISWA KELAS V SDN JAMBEAN 03 SEMESTER 1 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

Ari Semayang dan Rahmatsyah Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Ari Semayang dan Rahmatsyah Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI CAHAYA DI KELASVIII SMP NEGERI 1 PANTAI CERMIN T.P. 2013/2014 Ar Semayang dan Rahmatsyah

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG LINGKUNGAN SEHAT DAN TIDAK SEHAT KELAS I SDN JAMBEAN 03 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI KLASIFIKASI BENDA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 3 SIMO TIM PENGUSUL:

Lebih terperinci

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013 ISSN

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013 ISSN Kumpulan Artkel Mahasswa Penddkan Teknk Informatka Pengaruh Penerapan Model Cooperatve Learnng tpe Tme Token dan TPS (Thnk Par and Share) terhadap Hasl Belajar Sswa pada Mata Pelajaran Teknolog Informas

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X MS 4 SMA NEGERI 2 BANJARMASIN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X MS 4 SMA NEGERI 2 BANJARMASIN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X MS 4 SMA NEGERI 2 BANJARMASIN Putr Dana Amrta, M. Arfuddn Jamal, Msbah Program Stud

Lebih terperinci

BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) BERBASIS METODE RESITASI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII.1 SMPN 1 PRAYA BARAT PADA MATERI POKOK KUBUS

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA Putu Suarnt Novantar Program Stud Penddkan Matematka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Peneltan n merupakan jens peneltan pengembangan yang dkenal dengan stlah Research and Development ( R& D ). Menurut Sukmadnata (2005:164), peneltan pengembangan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh 44 BAB III METODE PENELITIAAN A. Jens Peneltaan Jens peneltaan n adalah peneltan kuanttatf, karena data yang dperoleh berupa data kuanttatf. Dsampng tu jens peneltan n adalah peneltaan ekspermen, karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodolog adalah salah satu faktor yang sangat pentng dalam sebuah peneltan, juga sedkt banyak tergantung pada ketepatan metode yang dgunakan. A. Jens Peneltan Berdasarkan rumusan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POWER OF TWO DI KELAS V SDN BADEGAN 02 PATI TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuh sebagan persyaratan Guna mencapa derajat Sarjana S-1 PGSD

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan lapangan kuanttatf yang bersfat korelasonal. Peneltan lapangan merupakan suatu peneltan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM Aula Rahmatka Dew, Wdjanto, Dw Haryoto Unverstas Neger Malang e-mal:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci