DIKTAT KULIAH STATISTIKA MATEMATIKA I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIKTAT KULIAH STATISTIKA MATEMATIKA I"

Transkripsi

1 DIKTAT KULIAH STATISTIKA MATEMATIKA I Disusun Oleh Dr.rer.nat. Wayan Somayasa, S.Si., M.Si. FMIPA UNHALU-KENDARI KENDARI 2008

2 Table of Contents Table of Contents 1 1 Statistik dan distribusi sampling Sampel random Statistik Distribusi sampling dari populasi normal Distribusi chi-kuadrat Distribusi t student Distribusi F Soal-soal Estimasi titik Metode momen Estimator dengan likelihood terbesar Kasus satu parameter (k = 1) Kasus k parameter Keriteria-keriteria memilih estimator Ketakbiasan Keterkonsentrasian dan UMVUE Soal-soal Statistik cukup, keluarga lengkap dan keluarga eksponensial Statistik cukup Keluarga lengkap Keluarga eksponensial Soal-soal

3 2 4 Estimasi interval Metode kuantitas pivot (pivotal quantity) Membandingkan dua populasi normal Metode umum Kasus h 1 dan h 2 monoton naik Kasus h 1 dan h 2 monoton turun Soal-soal Uji hipotesis Pendahuluan Menentukan daerah kritik Nilai p (p-value) Metode memilih tes terbaik Tes UMP untuk hipotesis sederhana Tes UMP untuk hipotesis komposit Keluarga monotone likelihood ratio (MLR) Tes dengan membandingkan fungsi likelihood Soal-soal Teori sampel besar 85 7 Teori Bayes 86 8 Estimasi dengan metode bootstrap 87

4 Chapter 1 Statistik dan distribusi sampling Pada bagian ini kita akan membahas konsep tentang statistik (engl.: statistic) dan distribusi sampling. Harap diperhatikan perbedaan antara statistik dan statistika (engl.: statistics). Sebelumnya kita akan mengajak pembaca untuk membahas pengertian sampel random dan peranannya dalam statistika. 1.1 Sampel random Misalkan seorang peneliti tertarik untuk mengamati proporsi ikan tuna yang tersebar di teluk Kendari. Tentu saja proporsi ini tidak diketahui kecuali kalau si peneliti tadi bisa menghitung semua ikan yang hidup di teluk Kendari dan kemudian menghitung berapa bagian dari total jumlah ikan tadi yang merupakan ikan tuna. Apakah ini mungkin dilakuan? Berapa banyak waktu, biaya dan tenaga yang perlu diinvestasikan kalau cara ini yang ditempuh? Sebagai statistikawan kita bisa membantu si peneliti tadi dengan statistika sebagai berikut. Kita misalkan populasi ikan di teluk Kendari sebagai ruang probabilitas 3

5 4 (Ω, F, P). Misalkan Ω T adalah himpunan semua ikan tuna, maka proporsi ikan tuna dalam populasi itu adalah P(Ω T ) = Ω T, yaitu jumlah ikan tuna dibagi jumlah ikan Ω keseluruhan. Kita misalkan konstanta yang tidak diketahui ini sebagai p 0. Misalkan X : Ω R adalah indikator dari Ω T, yaitu suatu fungsi yang didefinisikan sebagai berikut X(ω) : { 1 : jika ω ΩT 0 : jika ω Ω T. Maka X adalah sebuah variabel random (fungsi terukur) Bernoulli yang mengambil nilai pada ruang sampel (R, B, P X ), dimana untuk setiap himpunan bagian B B, P X (B) := P{ω Ω : X(ω) B}. Misalkan ambil kasus dimana B = {1}, maka P X ({1}) := P{ω Ω : X(ω) = 1} = P(Ω T ) = p. Selanjutnya P X disebut sebagai distribusi peluang dari X. Sebaliknya kalau B = {0}, maka P X ({0}) := P{ω Ω : X(ω) = 0} = P(Ω C T ) = 1 p, dimana ΩC T adalah komplemen dari Ω T. Jadi model distribusi peluang ikan tuna di teluk Kendari di gambarkan oleh model distribusi peluang dari X dengan fungsi densitas f X (x) := P X ({x}) = P{X = x} = p x (1 p) 1 x, x = 0, 1. Selanjutnya f X (x) disebut sebagai fungsi densitas populasi. Misalkan dari suatu eksperimen yang dilakukan misalkan dengan memancing ikan lalu mencatat hasilnya pada setiap pemancingan sebagi 1 jika yang didapat adalah tuna dan 0 jika hasilnya bukan ikan tuna. Andaikan pemancingan dilakukan n kali, maka data yang diperoleh adalah x 1,..., x n, dengan x i {0, 1}, i = 1,..., n. Dalam statistika kita memandang data sebagai realisasi (nilai) dari variabel random X 1,..., X n yang terdefinisi pada (Ω, F, P), yaitu X i (ω) = x i, untuk suatu ω Ω, i = 1,..., n. Kita nyatakan distribusi peluang bersama dari X 1,..., X n dengan n P X i yang terdefinisi pada (R n, B n ). Definisi Suatu himpunan random variable {X 1,..., X n } dikatakan sebagai

6 5 sampel random berukuran n dari suatu populasi X, jika dan hanya jika n P X i { n (, t i ]} = Π n P X i ((, t i ]) = Π n P X ((, t i ]), dimana n (, t i ] := (, t 1 ] (, t n ]. Jika populasi X mempunyai fungsi densitas f(x), maka {X 1,..., X n } dikatakan sebagai sampel random berukuran n dari suatu populasi X, jika dan hanya jika f X1,...,X n (x 1,..., x n ) = Π n f(x i ). Jadi suatu sampel random harus memenuhi kondisi dimana X 1,..., X n saling independen dan masing-masing mempunyai distribusi peluang yang sama dengan distribusi peluang populasinya (sering juga dikatakan i.i.d sebagai singkatan dari independent and identically distributed). Kembali ke kasus semula jika pada setiap pemancingan (trial) ikan dilepas lagi, maka hasil berikutnya tidak akan terpengaruh dari hasil sebelumnya (saling independen) dan masing-masing akan mengikuti distribusi yang sama yaitu Bernoulli dengan parameter p. Jadi eksperimen kita akan menghasilkan sampel random berukuran n dari populasi ikan tuna di teluk Kendari. Sebagai contoh lain, misalkan suatu pabrik lampu dalam setahun memproduksi lampu pijar dengan jenis yang sama, misalkan jenis A. Karena suatu hal, daya tahan lampu yang dihasilkan ternyata berbeda-beda. Andaikan produsen tertarik untuk menyelidiki proporsi lampu yang mempunyai daya tahan sesuai spesifikasi tertentu, misalkan daya tahannya melebihi t jam. Andaikan populasi lampu jenis A dimisalkan sebagai ruang (Ω, F, P) dan Y : (Ω, F, P) (R 0, B(R 0 ), P Y ) dengan

7 6 Y (ω) adalah daya tahan bola lampu ω Ω. Andaikan Y mengikuti distribusi exponensial dgn parameter θ > 0, maka proporsi bola lampu jenis A yang daya tahannya lebih dari atau sama dengan t jam adalah P Y ([t, )) = t 1 exp{ y/θ}dy = θ exp{ t/θ}, t 0. Andaikan Y 1,..., Y n adalah sampel random dari populasi Y, maka n P Y i ( n [t i, )) = Π n exp{ t i /θ} = exp{ 1 θ n t i}. 1.2 Statistik Pada subbab sebelumnya kita mengenal p dan θ sebagai konstanta-konstanta (parameterparameter) yang tidak diketahui nilainya. Tujuan dari statistika adalah merumuskan suatu konsep inferensi atau pendugaan terhadap parameter-parameter tersebut. Alat utama yang digunakan adalah apa yang disebut statistik. Definisi Misalkan {X 1,..., X n } adalah himpunan n N variabel random teramati dari suatu populasi tertentu. Statistik adalah sembarang fungsi T := t(x 1,..., X n ) yang tidak bergantung pada sembarang parameter yang tidak diketahui. Selanjutnya distribusi dari suatu statistik disebut distribusi sampling. Catatan: Pada Definisi kata teramati mengandung pengertian bahwa melalui suatu eksperimen n titik data yang diperoleh adalah realisasi dari X 1,..., X n. Variabel-variabel ini harus teramati, karena kalau tidak, maka fungsi t tidak bisa dihitung. Contoh Misalkan X 1,..., X n adalah sampel random dari suatu populasi dengan mean µ dan variansi σ 2 > 0. Mean sampel X := 1 n n X i and variansi sampel S 2 := 1 n 1 n (X i X) 2 merupakan statistik dengan sifat-sifat sebagai berikut:

8 7 1. E( X) = µ and V ar( X) = σ 2 /n. 2. E(S 2 ) = σ 2 and V ar(s 2 ) = 1 n (µ 4 n 3 n 1 σ4 ), dengan µ 4 := E(X 4 ). Untuk kasus penyelidikan ikan tuna di teluk Kendari, proporsi sampel adalah ˆp := 1 n n X i, dengan X i i.i.d. Bin(1, p). Maka E(ˆp) = p dan V ar(ˆp) = p(1 p). 1.3 Distribusi sampling dari populasi normal Pada bagian ini kita akan mempelajari distribusi dari beberapa statistik yang merupakan fungsi dari sampel random dari populasi normal. Kita batasi pembicaraan pada populasi normal saja karena selain secara matematika mudah diturunkan, juga karena model distribusi ini banyak dipakai di lapangan. Teorema Misalkan X 1,..., X n saling independen dan berdistribusi N(µ i, σ 2 i ). Maka Y := n a ix i N ( n a iµ i, n a2 i σ 2 i ), untuk a i R, i = 1,..., n. Proof. Hasil ini dapat dibuktikan dengan konvolusi dari variabel random normal. Yaitu jumlah dari beberapa variabel random normal adalah normal. Karena distribusi normal ditentukan secara tunggal hanya oleh mean dan variansinya, berarti kita hanya perlu menghitung mean dan variansi dari Y yang diberikan oleh n a iµ i dan n a2 i σ 2 i. Cara lain adalah dengan metode ketunggalan fungsi pembangkit momen (Moment Generating Functions/MGF). Secara umum jika X N(µ, σ 2 ), maka M X (t) = exp{tµ t2 σ 2 }, t R. (1.3.1) Karena X i saling independen, maka berlaku M Y (t) = Π n M Xi (a i t) = Π n exp{ta i µ i t2 a 2 i σ 2 i }

9 8 = exp{t n a i µ i t2 n a 2 i σi 2 }. (1.3.2) Selanjutnya dengan membandingkan (1.3.1) dan (1.3.2), teorema terbukti. Contoh Misalkan X 1,..., X n1 dan Y 1,..., Y n2 merupakan dua sampel random yang saling bebas masing-masing berukuran n 1 dan n 2. Jika X i N(µ 1, σ 2 1) dan Y j N(µ 2, σ 2 2), i = 1,..., n 1 dan j = 1,..., n 2, maka X Ȳ N(µ 1 µ 2, σ 2 1/n 1 + σ 2 2/n 2 ). Proof. Pernyataan ini dapat ditunjukan dengan menggunakan secara langsung hasil pada Teorema dan kenyataan X Ȳ = 1 n 1 X n 1 X n1 1 n 2 Y n 2 Y n2. Cara lain adalah dengan metode MGF sebagai berikut: M X Ȳ (t) = M X(t)M Ȳ ( t) (kedua sampel saling independen) = Π n 1 M X i (t/n 1 )Π n 2 { = Π n 1 t exp µ n 1 2 = exp j=1 M Y j ( t/n 2 ) t 2 σ n } Π n 2 exp { t { t(µ 1 µ 2 ) t2 (σ 2 1/n 1 + σ 2 2/n 2 ) µ n 2 2 }. Persamaan yang terakhir adalah MGF dari N(µ 1 µ 2, σ 2 1/n 1 + σ 2 2/n 2 ). t 2 σ n Contoh Dari hasil pada Contoh tentukan suatu konstanta c sedemikian hingga 95% dari populasinya mempunyai selisih mean sampel lebih dari c. Jawab: Dengan menggunakan transformasi variabel diperoleh P { X Ȳ c } { ( = 0, 95 P X } Ȳ ) (µ 1 µ 2 ) c (µ 1 µ 2 ) = 0, 95. σ 2 1 /n 1 + σ2/n 2 2 σ 2 1 /n 1 + σ2/n 2 2 Selanjutnya karena ( X Ȳ ) (µ 1 µ 2 ) σ1 2/n 1+σ2 2/n 2 dari persamaan N(0, 1), maka konstanta c adalah penyelesaian c (µ 1 µ 2 ) σ 2 1 /n 1 + σ 2 2/n 2 = z 0,05 c = (µ 1 µ 2 ) + z 0.05 σ 2 1/n 1 + σ 2 2/n 2. }

10 Distribusi chi-kuadrat Definisi Suatu variabel random X dikatakan berdistribusi chi-kuadrat dengan derajat bebas ν (X χ 2 (ν)), jika dan hanya jika X Gamma(2, ν/2). Remark Sifat-sifat distribusi chi-kuadrat dapat diturunkan langsung dari sifatsifat distribusi Gamma. Jika X χ 2 (ν), maka 1. M X (t) = (1 2t) ν/2, 2. E(X r ) = 2 r Γ(ν/2+r) Γ(ν/2), r Z, 3. E(X) = ν dan V ar(x) = 2ν. Teorema Jika X Gamma(θ, κ), maka 2X/θ χ 2 (2κ). Proof. Bukti yang paling sederhana adalah dengan metode ketunggalan MGF: ( M 2X (t) = M X (2t/θ) = 1 θ 2t ) κ = (1 2t) 2κ/2. θ θ Jadi terbukti 2X/θ χ 2 (2κ). Contoh Andaikan bahwa daya tahan batu batrai yang diproduksi oleh suatu pabrik mengikuti distribusi Gamma(θ, κ). Jika pabrik ingin memberikan suatu jaminan bahwa 90% dari produknya mempunyai daya tahan lebih dari t 0 tahun, maka tentukan t 0. Jawab: Andaikan X adalah daya tahan batu batrai dalam satuan tahun. Yang ingin ditentukan oleh pabrik adalah t 0 sedemikian hingga P{X t 0 } = 0, 90. Tetapi dari Teorema 1.3.6, P{2X/θ 2t 0 /θ} = 0, 90. Maka t 0 = χ 2 0,10(2κ)/2. Disini χ 2 α(2κ) adalah suatu konstanta yang memenuhi persamaan P{χ 2 (2κ) χ 2 α(2κ)} = α atau disebut juga pesensil ke alpha dari distribusi χ 2 (2κ).

11 10 Teorema berikut memberikan hasil yang sangat penting dari distribusi chi-kuadrat. Teorema Misalkan Y 1,..., Y n saling independen dan Y i χ 2 (ν i ). Maka V = n Y i χ 2 ( n ν i). Proof. Kita buktikan hasil ini dengan ketunggalan MGF. Dari asumsi bahwa Y i saling independen berlaku: M V (t) = Π n (1 2t) ν i/2 = (1 2t) n ν i/2 yang merupakan MGF dari χ 2 ( n ν i). Hasil berikut menjelaskan hubungan antara distribusi normal standar dan distribusi chi-kuadrat. Teorema Jika Z N(0, 1), maka Z 2 χ 2 (1). Proof. M Z 2(t) = E ( exp{tz 2 } ) = = yang merupakan MGF dari χ 2 (1). 1 2π exp{tz 2 z 2 /2}dz 1 1 2t = (1 2t) 1/2, 1 2t 2π exp{ z 2 (1 2t)/2}dz Akibat Jika X 1,..., X n adalah sampel random dari populasi N(µ, σ 2 ), maka berlaku: 1. n (X i µ) 2 σ 2 χ 2 (n), 2. n( X µ) 2 σ 2 χ 2 (1). Pada Contoh kita sudah menurunkan distribusi dari mean sampel. Teorema berikut memberikan distribusi dari variansi sampel S 2 yang didefinisikan pada Contoh

12 11 Teorema Jika X 1,..., X n menyatakan sampel random dari N(µ, σ 2 ), maka 1. Antara X dan (X i X), i = 1,..., n saling independen. 2. Antara X dan S 2 saling independen, 3. (n 1)S 2 /σ 2 χ 2 (n 1). Proof. Kita definisikan transformasi variabel berikut: y 1 = x dan y i = x i x, untuk i = 2,..., n, sehingga diperoleh: x i = y 1 + y i, i = 2,..., n dan x 1 = y 1 n i=2 y i. Jacobian dari transformasi ini adalah J = det(j) = n Selanjutnya dari x 1 x = n i=2 (x i x) = n i=2 y i diperoleh ( ) 2 n n n (x i x) 2 = (x 1 x) + (x i x) 2 = y i + i=2 i=2 n yi 2. (1.3.3) Karena saling bebas, fungsi densitas bersama dari X 1,..., X n adalah { } 1 f X1,...,X n (x 1,..., x n ) = (2π) n/2 σ exp 1 n (x n 2σ 2 i µ) 2 { ( n )} 1 = (2π) n/2 σ exp 1 (x n 2σ 2 i x) 2 + n( x µ) 2. Sehingga dari (1.3.3) fungsi densitas bersama dari variabel Y 1,..., Y n adalah ( ) g Y1,...,Y n (y 1,..., y n ) = det(j) (2π) n/2 σ exp n 1 2 n n y 2σ 2 i + yi 2 + n(y 1 µ) 2 i=2 i=2 { 1 = 2πσ2 /n exp 1 } 2σ 2 /n (y 1 µ) 2 i=2

13 12 n (2π) (n 1)/2 σ (n 1) exp ( 1 2σ 2 ) 2 n y i + i=2 n i=2 y 2 i. Persamaan yang terakhir menunjukan bahwa fungsi densitas bersama dari Y 1,..., Y n dapat difaktorkan sebagai hasil prgandaan antara fungsi densitas dari Y 1 dan fungsi densitas bersama dari Y 2,..., Y n. Jadi Y 1 = X independen terhadap Y i = X i X untuk i = 2,..., n. Selanjutnya karena X 1 X = n i=2 (X i X), berarti X juga independen terhadap X 1 X. Jadi pernyataan 1 terbukti. Karena S 2 merupakan fungsi dari X i X untuk i = 1,..., n, maka pernyataan 2 hanyalah merupakan akibat langsung dari pernyataan 1. Kita menggunakan metode ketunggalan MGF untuk membuktikan pernyataan 3 : Misalkan V 1 := n (X i µ) 2 χ 2 (n), V σ 2 2 := n( X µ) 2 σ 2 χ 2 (1) dan V 3 = (n 1)S2. Dari σ 2 definisi dari S 2 diperoleh: V 1 = V 3 + V 2 dan dari pernyataan 2 jelaslah V 2 dan V 3 saling independen, sehingga berlaku M V1 (t) = M V3 +V 2 (t) = M V3 (t)m V2 (t) M V3 (t) = M V 1 (t) M V2 (t) yang merupakan MGF dari χ 2 (n 1). = (1 2t) n/2 (1 2t) 1/2 = (1 2t) (n 1)/2, Contoh Misalkan sebaran nilai ujian akhir mata kuliah Kewiraan mahasiwa FMIPA Unhalu angkatan 2007/2008 diasumsikan berdistribusi N(60, 36). Untuk menguji kebenaran klaim bahwa σ 2 = 36, sebuah sampel random berukuran 25 diambil dari populasi ini. Asumsi akan ditolak jika S 2 54, 63 dan sebaliknya asumsi akan ditolak jika S 2 < 54, 63. Tentukan berapa peluang menolak asumsi ini jika benar bahwa populasinya N(60, 36). Jawab:

14 13 Dari Teorema pernyataan 3 kita peroleh: P { S 2 54, 63 } { 24S 2 = P 36 } 36, 42 = 1 P { χ 2 (24) < 36, 42 } = 0, Distribusi t student Teorema Misalkan Z N(0, 1) dan Y χ 2 (ν). Jika Z dan Y saling independen, maka T := Z Y/ν dikatakan berdistribusi t student dengan derajat bebas ν. Selanjutnya dituliskan sebagai T t(ν). Fungsi densitas dari T adalah: f T (t; ν) = Γ ( ) ν+1 ( ) (ν+1)/2 2 Γ ( 1 ) 1 + t2 (1.3.4) ν 2 νπ ν Proof. Kita definisikan transformasi T = Z dan W = Y yang berakibat Z = Y/ν T W/ν dan Y = W. Jakobian dari transformasi yariabel t = z y/ν dan w = y adalah J = w/ν t 2 w/ν 0 1 det(j) = w/ν. Karena Z dan Y saling independen, maka fungsi densitas bersamanya adalah: f Z,Y (z, y) = f Z (z)f Y (y) = e z2 /2 2π y ν/2 1 e y/2 2 ν/2 Γ(ν/2) = yν/2 1 e (y/2+z2/2) 2πΓ(ν/2)2 ν/2. f T,W (t, w) = f Z,Y (z, y)det(j) = wν/2 1 e w/2 e t2 w/2ν w/ν 2πΓ(ν/2)2 ν/2 = (w/2)ν/2 1/2 e w/2(1+t2 /ν) 4πνΓ(ν/2), < t <, 0 < w <. Maka fungsi densitas marginal dari T adalah f T (t) = 0 (w/2) ν/2 1/2 e w/2(1+t2 /ν) 4πνΓ(ν/2) dw.

15 14 Dengan memisalkan u := w/2(1 + t 2 /ν),maka integral ini dapat disederhanakan menjadi f T (t) = u (ν/2+1/2 1) e u du 0 πνγ(ν/2)(1 + t2 /ν) = Γ ( ) ν+1 2 (1 + t 2 /ν) (ν+1) (ν+1)/2 2 πνγ(ν/2) Gambar berikut adalah grafik fungsi densitas dari distribusi t(1). Secara umum bentuk grafiknya adalah bellshape serupa dengan grafik fungsi densitas distribusi normal standar yaitu simetris terhadap titik t = 0. f(t ; 1) t Gambar 1. Grafik fungsi densitas distribusi t(1). Teorema Jika X 1,..., X n merupakan sampel random dari N(µ, σ 2 ), maka X µ S/ t(n 1), dimana S = 1 n (X i n n 1 X) 2. Proof. Misalkan Z := ( X µ)/ σ 2 /n dan Y := (n 1)S 2 /σ 2, maka berlaku X µ S/ n = Z/ Y/(n 1), dengan Z N(0, 1) dan Y χ 2 (n 1) (lih. Teorema pernyataan 3). Selanjutnya karena Z dan Y saling independen (lih. Teorema pernyataan 2), maka dari Teorema , teorema terbukti.

16 15 Sebagai catatan, untuk melakukan inferensi terhadap µ dari populasi N(µ, σ 2 ), maka quantitas X µ σ 2 /n tidak bisa dipakai apabila σ2 tidak diketahui. Karena itu kita melakukan estimasi dahulu terhadap σ 2 dengan S 2. Jadi disinilah letak penggunaan dari distribusi t Distribusi F Salah satu alasan kenapa distribusi F penting untuk di pelajari adalah jika kita mempunyai 2 sampel random X 1,..., X n1 dari populasi N(µ 1, σ 2 1) dan Y 1,..., Y n2 dari populasi N(µ 2, σ 2 2) dan kita ingin melakukan inferensi terhadap rasio σ 2 1/σ 2 2. Teorema Misalkan U χ 2 (r 1 ) dan V χ 2 (r 2 ). Jika U dan V saling independen, maka X := U/r 1 V/r 2 distribusi ini kita tuliskan sebagai F (r 1, r 2 ). berdistribusi F dengan derajat bebas r 1 dan r 2. Selanjutnya Persensil f γ (r 1, r 2 ) adalah konstanta yang memenuhi persamaan P{X f γ (r 1, r 2 )} = γ. Fungsi densitas dari X adalah: ( ) r1 /2 ( r 1 r 2 Γ r1 ) +r 2 2 x (r 1 /2 1) f X (x; r 1, r 2 ) = Γ(r 1 /2)Γ(r 2 /2)(xr 1 /r 2 + 1) (r 1+r 2 (1.3.5) )/2 Proof. Kita definisikan transformasi variabel X = U/r 1 V/r 2 dan Y = V, maka U = XY r 1 /r 2 dan V = Y. Jacobian dari transformasi u = xyr 1 /r 2 dan v = y adalah: J = yr 1/r 2 xr 1 /r det(j) = yr 1 /r 2. Selanjutnya karena U dan V saling independen, fungsi densitas bersamanya adalah f U,V (u, v; r 1, r 2 ) = f U (u; r 1 )f V (v; r 2 ) = ur 1/2 1 v r 2/2 1 exp{ (u + v)/2} Γ(r 1 /2)Γ(r 2 /2)2 (r 1+r 2 )/2. Maka fungsi densitas bersama antara X adan Y adalah: f X,Y (x, y; r 1, r 2 ) = f U,V (u, v; r 1, r 2 ) det(j)

17 16 = = ( ) r1 (xy) r r 2 1 r 22 1 r 2 y 1 Γ(r 1 /2)Γ(r 2 /2)2 exp{ (xyr (r 1+r 2 )/2 1/r 2 )/2 y/2}yr 1 /r 2 ( ) r1 r 2 1 r 2 y (r 1+r 2 )/2 1 x r Γ(r 1 /2)Γ(r 2 /2)2 exp{ y (r 1+r 2 )/2 2 (xr 1/r 2 + 1)}. Fungsi densitas marginal dari X adalah f X (x; r 1, r 2 ) = 0 f X,Y (x, y; r 1, r 2 ) dy. Dengan menggunakan substitusi variabel w = y 2 (xr 1/r 2 + 1) atau y = 2w/(xr 1 /r 2 + 1) kita peroleh f X (x; r 1, r 2 ) = 0 ( r 1 r 2 ) r1 2 x r w (r 1+r 2 )/2 1 exp{ w} Γ(r 1 /2)Γ(r 2 /2)(xr 1 /r 2 + 1) (r 1 +r 2 ) 2 dw, yang menghasilkan (1.3.5). Teorema Jika X F (r 1, r 2 ), maka E(X r ) = ( r 1 ) r r 2 Γ (r1 /2 + r) Γ (r 2 /2 r), r 2 > 2r, (1.3.6) Γ (r 1 /2) Γ (r 2 /2) E(X) = r 2 r 2 2, r 2 > 2, (1.3.7) V ar(x) = 2r2 2(r 1 + r 2 2) r 1 (r 2 2) 2 (r 2 4), r 2 > 4 (1.3.8) Proof. Karena U dan V saling bebas, maka berlaku E(X r ) = E(U/r 1 ) r E(V/r 2 ) r = ( r1 r 2 ) r E(U r )E(V r ). Selanjutnya hasil di atas diperoleh dengan substitusi langsung terhadap E(U r ) dan E(V r ) untuk variabel chi kuadrat. Pernyataan yang lainnya adalah kejadian khusus dari pernyataan pertama. Contoh Misalkan X 1,..., X n1 dan Y 1,..., Y n2 merupakan dua sampel random yang saling independen dari populasi, dimana X i N(µ 1, σ 2 1) dan Y j N(µ 2, σ 2 2).

18 17 Dari Teorema , jelaslah (n 1 1) S2 X σ 2 1 χ 2 (n 1 1) dan (n 2 1) S2 Y σ 2 2 χ 2 (n 2 1), dan keduanya jelas saling independen, sehingga { S 2 P X σ2 2 SY 2 σ2 1 } { SX 2 f γ (n 1 1, n 2 1) = γ P SY 2 f γ(n 1 1, n 2 1) σ2 1 σ2 2 } = γ 1.4 Soal-soal 1. Misalkan Z 1,..., Z 16 adalah sampel random dari populasi N(0, 1). Dengan menggunakan tabel atau software S-PLUS tentukan peluang berikut: (a) P { 16 Z2 i < 32 } (b) P { 16 (Z i Z) 2 < 25 } 2. Jika T t(ν), tentukan distribusi dari T 2?

19 Chapter 2 Estimasi titik Pada chapter ini kita akan membahas beberapa metode estimasi yang penting, yaitu metode momen dan metode estimasi dengan likelihood terbesar. Seperti yang sudah dibahas pada Chapter 1, populasi atau phenomena yang menjadi perhatia, kita gambarkan dengan variabel random X : (Θ, F, P) (R, B, P X ). Secara umum populasi X diasumsikan mempunyai distribusi probabilitas dengan fungsi densitas merupakan anggota dari keluarga P X (θ 1,...,θ k ) := { f X ( ; θ 1,..., θ k ) : (θ 1,..., θ k ) Θ := Θ 1 Θ k R k}, dimana (θ 1,..., θ k ), k N adalah bilangan-bilangan yang tidak diketahui nilainya atau disebut juga parameter. Kita namakan Θ ruang parameter. Misalnya, { 1 P X (µ,σ 2 ) := exp{ 1 } 2πσ 2 2σ ( 2 µ)2 } : (µ, σ 2 ) (, ) (0, ) R 2, yang berarti populasi X termasuk anggota dari keluarga distribusi normal dimana setiap elemen dari keluarga ini diidentifikasi oleh suatu parameter µ dan σ 2 yang tidak diketahui nilainya. Tujuan dari estimasi titik adalah untuk menentukan nilai yang 18

20 19 sesuai dari parameter-parameter θ 1,..., θ k berdasarkan data hasil observasi terhadap populasinya. Data x 1,..., x n yang diperoleh dipandang secara matematik sebagai realisasi atau nilai dari n variabel random yang saling independen X 1,..., X n dengan X i : (Θ, F, P) (R, B, P X i ) dan X i f X ( ; θ 1,..., θ k ), (θ 1,..., θ k ) Θ. Fungsi densitas bersama dari sampel random ini yang dihitung pada titik data x 1,..., x n, yaitu f X1,...,X n (x 1,..., x n ; θ 1,..., θ k ) = Π n f X (x i ; θ 1,..., θ k ), (θ 1,..., θ k ) Θ, memberikan hubungan fungsional antara parameter-parameter yang tidak diketahui dan data. Dengan kata lain dari data yang diperoleh dapat diidentifikasi berapa nilai parameter yang sesuai. Definisi Statistik ˆθ 1 := t 1 (X 1,..., X n ),..., ˆθ k := t k (X 1,..., X n ) yang digunakan untuk mengestimasi θ 1,..., θ k disebut estimator. Sedangkan nilainya yang dihitung pada titik data, yaitu t 1 (x 1,..., x n ),..., t k (x 1,..., x n ) disebut estimasi untuk θ 1,..., θ k. Contoh Misalkan X 1,..., X 10 adalah sampel random dari populasi N(µ, σ 2 ), dengan (µ, σ 2 ) (, ) (0, ). Mean sampel X = 10 X i/10 sering dipakai sebagai suatu estimator untuk µ. Jika pada suatu eksperimen diperoleh data misalnya 10, 20, 15, 30, 25, 30, 20, 15, 25, 5, maka rata-ratanya merupakan estimasi untuk µ. Jadi suatu estimator jelas merupakan variabel random, sedangkan estimasi adalah suatu bilanagn real.

21 Metode momen Misalkan X f X ( ; θ 1,..., θ k ), (θ 1,..., θ k ) Θ adalah populasi yang menjadi perhatian kita dan (θ 1,..., θ k ) adalah parameter-parameter yang tidak diketahui. Momem ke j dari populasi ini terhadap titik pusat adalah µ j := E(X j ). Biasanya µ j bergantung pada θ 1,..., θ k karena itu kita notasikan sebagai µ j = µ j(θ 1,..., θ k ), j = 1,..., k. Misalkan X 1,..., X n adalah sampel random dari populasi f X ( ; θ 1,..., θ k ), (θ 1,..., θ k ) Θ. Momen sampel ke j didefinisikan sebagai M j := 1/n n Xj i, j = 1,..., k. Karena µ j sangat dekat dengan M j, estimator ˆθ 1,..., ˆθ k dapat diturunkan dengan meyelesaikan system persamaan µ j(θ 1,..., θ k ) = M j, j = 1,..., k, (2.1.1) secara simultan untuk θ 1,..., θ k. Selanjutnya estimator yang diperoleh dengan cara seperti ini kita sebut sebagai estimator metode momen (moment method estimator) disingkat MME. Contoh Misalkan X f X ( ; µ, σ 2 ), (µ, σ 2 ) (, ) (0, ) dengan E(X) = µ dan V ar(x) = σ 2. Dalam hal ini kita mempunyai k = 2 dengan θ 1 = µ dan θ 2 = σ 2, sehingga MME ˆµ dan ˆσ 2 adalah penyelesaian dari persamaan µ = M 1 dan σ 2 + µ 2 = M 2. Jadi ˆµ = X dan ˆσ 2 = M 2 X 2 = (n 1)S 2 /n. Jadi ˆµ = t 1 (X 1,..., X n ) = X dan ˆσ 2 = t 2 (X 1,..., X n ) = (n 1)S 2 /n. Contoh Misalkan X 1,..., X n adalah sampel random dari populasi Gamma(θ, κ). Karena E(X) = κθ dan E(X 2 ) = κ(1 + κ)θ 2, maka MME ˆθ dan ˆκ dapat diperoleh dengan menyelesaikan persamaan κθ = M 1 dan κ(1 + κ)θ 2 = M 2, untuk θ dan κ. Jadi diperoleh ˆκ = X/ˆθ dengan ˆθ = n (X i X) 2 /(n X) = [(n 1)/(n X)]S 2.

22 21 Contoh Misalkan X 1,..., X n adalah sampel random dari populasi Gamma(θ). Andaikan kita tertarik untuk mencari MME untuk P{X i 1} = exp{ 1/θ}. Karena E(X i ) = θ, maka MME ˆθ = X. Misalkan p := exp{ 1/θ}, maka θ = 1/ ln(p). MME untuk p adalah penyelesaian dari persamaan 1/ ln(p) = X untuk p. Jadi ˆp = exp{ 1/ X}. 2.2 Estimator dengan likelihood terbesar Definisi Misalkan X 1,..., X n merupakan n variabel random dengan X i f Xi ( ; θ 1,..., θ k ), (θ 1,..., θ k ) Θ, i = 1,..., n. Misalkan x 1,..., x n merupakan data atau suatu realisasi dari X 1,..., X n. Fungsi L : Θ R 0, sedemikian hingga L(θ 1,..., θ k ) = f X1,...,X n (x 1,..., x n ; θ 1,..., θ k ) disebut fungsi likelihood. Sebagai kejadian yang lebih khusus, jika X 1,..., X n merupakan suatu sampel random, maka L(θ 1,..., θ k ) = Π n f Xi (x i ; θ 1,..., θ k ). Selanjutnya, nilai-nilai dari (θ 1,..., θ k ) Θ yang dinyatakan sebagai (ˆθ 1,..., ˆθ k ) sedemikian hingga L(ˆθ 1,..., ˆθ k ) = max L(θ 1,..., θ k ) (θ 1,...,θ k ) Θ disebut estimasi dengan likelihood terbesar (engl. Maximum Likelihood Estimate). Biasanya (ˆθ 1,..., ˆθ k ) merupakan fungsi dari data x 1,..., x n, misalkan sebagai ˆθ i = t i (x 1,..., x n ), i = 1,..., k. Jika fungsi-fungsi ini kita terapkan terhadap sampel random X 1,..., X n, maka ˆθ i = t i (X 1,..., X n ) disebut estimator dengan likelihood terbesar (engl. Maximum Likelihood Estimator), disingkat MLE untuk θ i, i = 1,..., k. Dari definisi di atas adalah jelas bahwa permasalahan menentukan MLE adalah termasuk permasalahan optimisasi. Nilai-nilai dari (ˆθ 1,..., ˆθ k ) memberikan global

23 22 maksimum dari L(θ 1,..., θ k ) pada Θ. Karena nilai-nilai dari (θ 1,..., θ k ) yang memaksimumkan L(θ 1,..., θ k ) juga memaksimumkan log-likelihood ln L(θ 1,..., θ k ), maka untuk memudahkan perhitungan, kita akan perhatikan fungsi ln L(θ 1,..., θ k ) saja Kasus satu parameter (k = 1) Jika ruang parameter Θ merupakan interval terbuka, dan jika L( ) terdiferensialkan pada Θ, maka titik-titik extrim terjadi pada titik-titik yang merupakan penyelesaian dari persamaan d ln L(θ) dθ = 0. (2.2.1) Andaikan ˆθ merupakan satu-satunya penyelesaian, maka titik ˆθ adalah MLE, jika d 2 ln L(θ) dθ 2 < 0. (2.2.2) Jika penyelesaian dari (2.2.1) tidak tunggal, misalkan sebagai ˆθ 1,..., ˆθ m, m N dan semuanya memenuhi (2.2.2), maka MLE adalah arg max ˆθ 1,...,ˆθ m {L(ˆθ 1 ),..., L(ˆθ m )}. (2.2.3) Contoh Misalkan X 1,..., X n adalah sampel random dari populasi X P OI(λ), λ > 0. Fungsi likeihood dari datanya adalah Fungsi log-likelihoodnya adalah L(λ) = Π n e λ λ x i x i! ln L(λ) = nλ + d ln L(λ) dλ = e nλ λ n x i Π n (x i!). n x i ln λ Π n (x i!). = 0 n + 1 λ n x i = 0 λ = x.

24 23 Selanjutnya uji turunan ke dua pada titik λ = x memberikan d 2 ln L(λ) dλ 2 = 1 x 2 Jadi MLE untuk λ adalah ˆλ = X. n x i = < 0. n x Catatan: Tidak selamanya MLE dapat diperoleh melalui metode diferensial seperti pada kasus berikut. Contoh Misalkan X 1,..., X n adalah sampel random dari populasi X Exp(1, η), x η. Fungsi likelihoodnya adalah Π n exp{ (x i η)} = exp{ n L(η) = (x i η)} ; untuk x i η, i 0 ; untuk x i < η, untuk suatu i. Karena d ln L(η) dη = n, maka metode diferensial jelas tidak dapat diterapkan, oleh karena itu kita harus mencari metode alternatif. Misalkan x 1:n,..., x r:n,..., x n:n merupakan sampel terurut, yaitu x 1:n x 2:n... x r 1:n x r:n x r+1:n... x n:n. Maka fungsi likelihood dapat pula di nyatakan sebagai exp{n(η x)} ; untuk x 1:n η L(η) =. 0 ; untuk η > x 1:n Berarti MLE ˆη = X 1:n, yaitu sampel terkecil Kasus k parameter Misalkan ruang parametr Θ merupakan himpunan terbuka pada ruang Euclid R k dan L( ) terdiferensialkan pada Θ. Titik-titik ekstrim adalah titik-titik yang merupakan

25 24 penyelesaian dari system persamaan ln L(θ 1,..., θ k ) θ j = 0, j = 1,..., k. (2.2.4) Selanjutnya apakah titik-titik ekstrim ini memberikan nilai maksimum, harus diverifikasi. Untuk kasus k = 2, kita gunakan alat dari kalkulus sebagai berikut. Misalkan L(θ 1, θ 2 ) terdiferensialkan sampai order kedua, dan misalkan (ˆθ 1, ˆθ 2 ) merupakan penyelesaian tunggal dari persamaan (2.2.4). Misalkan ( ) ( ) ( ) 2 ln L(θ 1, θ 2 ) 2 ln L(θ 1, θ 2 ) 2 ln L(θ 1, θ 2 ) D(θ 1, θ 2 ) :=. (2.2.5) θ 1 θ 2 θ 2 1 θ 2 2 Jika D(ˆθ 1, ˆθ 2 ) > 0 dan 2 ln L(θ 1,θ 2 ) (ˆθ θ1 2 1, ˆθ 2 ) < 0, maka (ˆθ 1, ˆθ 2 ) merupakan MLE. Dalam kasus penyelesaian dari (2.2.4) tidak tunggal, semua penyelesaian harus diverifikasi apakah dia merupakan titik maksimum atau bukan. Selanjutnya MLE adalah titik (ˆθ 1, ˆθ 2 ) dengan L(ˆθ 1, ˆθ 2 ) terbesar. Contoh Misalkan X 1,..., X n adalah sampel random dengan X i N(µ, σ 2 ). Kita mempunyai { } L(µ, σ 2 ) = Π n 1 1 exp 2πσ 2 2σ (x 2 i µ) 2, (µ, σ 2 ) (, ) (0, ) { } 1 = (2π) n/2 σ exp 1 n (x n 2σ 2 i µ) 2 ln L(µ, σ 2 ) = n 2 ln(2π) n 2 ln σ2 1 2σ 2 Dari dua persamaan n (x i µ) 2. (2.2.6) ln L(µ, σ 2 ) µ ln L(µ, σ 2 ) σ 2 = 1 n (x σ 2 i µ) = 0 = n 2σ σ 4 n (x i µ) 2 = 0,

26 25 diperoleh ˆµ = x dan ˆσ 2 = n (x i x) 2 n =: s 2 n. Selanjutnya masih harus diverifikasi, apakah syarat untuk D(ˆσ 2, s 2 n) dipenuhi. Dari persamaan diatas, kita peoleh 2 ln L(µ, σ 2 ) (ˆσ 2, s 2 µ n) = n 2 s 4 n 2 ln L(µ, σ 2 ) (ˆσ 2, s 2 (σ 2 ) n) = n 2 2(ˆσ 2 ) 1 4 (ˆσ 2 ) 3 2 ln L(µ, σ 2 ) µ σ 2 (ˆσ 2, s 2 n) = 1 (s 2 n) 2 n n (x i x) = 0. (x i x) 2 = n 2s 4 n Jadi D(ˆσ 2, s 2 n) > 0, dan karena n/(s 2 n) 2 selalu negatif, maka dapat dipastikan X dan S 2 n := n (X i X) 2 /n merupakan MLE untuk µ dan σ 2. Contoh Perhatikan sampel random X 1,..., X n dari distribusi Exp(θ, η). Fungsi densitas populasinya adalah f(x; θ, η) = 1 exp{(x η)/θ} ; θ x η 0 ; η > x. Maka n ln θ n ln L(θ, η) = (x i η)/θ ; untuk x 1:n η, i 0 ; untuk x 1:n < η, untuk suatu i. Karena ln L(θ, η) tidak terdiferensial terhadap η pada titik dimana ln L(θ, η) mencapai maksimum, maka MLE untuk η adalah ˆη = X 1:n. Selanjutnya dari persamaan ln L(η, θ) θ = n θ + 1 n (x θ 2 i x 1:n ) = 0, diperoleh MLE untuk θ, ˆθ = 1 n n (X i X 1:n ).

27 Keriteria-keriteria memilih estimator Pada dua subbab sebelumnya telah dibahas metode-metode untuk menurunkan estimator terhadap parameter-parameter dari populasi. Pada subbab ini kita akan merumuskan beberapa keriteria untuk membandingkan estimator sehingga kita bisa memilih yang mana yang terbaik Ketakbiasan Definisi Misalkan X 1,..., X n merupakan sampel random dari populasi f X ( ; θ), θ Θ R. Misalkan τ : Θ R merupakan fungsi real pada ruang parameter. Suatu estimator T := t(x 1,..., X n ) disebut estimator tak bias jika E(T ) = τ(θ), θ Θ. Sebaliknya, jika kondisi ini tidak dipenuhi, kita sebut T estimator bias. Contoh Sebagai contoh misalkan X 1,..., X n merupakan sampel random dari populasi dengan mean µ dan variansi σ 2. Dari Contoh 1.2.2, mean sampel X adalah tak bias untuk µ dan variansi sampel S 2 adalah tak bias untuk σ 2. Dalam kasus ini kita memilih τ sebagai fungsi identitas. Suatu estimator yang bias untuk τ(θ) dapat dimodifikasi dengan cara sedemikian rupa sehingga hasil modifikasinya tak bias, seperti yang diperagakan pada contoh berikut. Contoh Misalkan X 1,..., X n merupakan sampel random dari populasi Exp(θ) atau Gamma(θ, 1). Jelaslah X tak bias untuk θ. Tetapi 1/ X bias terhadap 1/θ, seperti ditunjukan berikut. Misalkan Y := 2n X/θ = n 2X i/θ. Maka Y χ 2 (2n).

28 27 Dari Remark 1.3.5, untuk kasus r = 1, berlaku E(Y 1 1 ) = 2(n 1) = θ ( ) ( ) 2n 1 X E E = 1 X n 1 (n 1) θ. Jadi 1/ X adalah bias terhadap 1/θ. Misalkan T := (n 1)/(n X), maka T jelas tak bias terhadap 1/θ. Berapakah variansi dari T? Keterkonsentrasian dan UMVUE Definisi Misalkan T 1 dan T 2 merupakan estimator (tidak harus tak bias) untuk τ(θ). T 1 dikatakan lebih terkonsentrasi disekitar τ(θ) daripada T 2 jika untuk setiap ε > 0 berlaku, P{ T 1 τ(θ) < ε} P{ T 2 τ(θ) < ε}. (2.3.1) Definisi Misalkan A τ(θ) merupakan himpunan semua estimator (tidak harus tak bias) untuk τ(θ). T dikatakan paling terkonsentrasi disekitar τ(θ) jika untuk setiap ε > 0 berlaku, P{ T τ(θ) < ε} = sup P{ T τ(θ) < ε}. (2.3.2) T A τ(θ) Remark Misalkan U τ(θ) merupakan himpunan semua estimator tak bias untuk τ(θ). Dengan ketaksamaan Chebychev diperoleh P{ T τ(θ) < ε} 1 V ar(t ) ε 2, ε > 0. (2.3.3) Jadi berdasarkan ketaksamaan (2.3.3), jika T U τ(θ), maka T merupakan estimator tak bias yang paling terkonsentrasi disekitar τ(θ) dibandingkan dengan estimatorestimator lainnya di dalam U τ(θ), jika dipenuhi V ar(t ) = inf V ar(t ), θ Θ. (2.3.4) T U τ(θ)

29 28 Kriteria ini menghasilkan suatu konsep baru dalam pemilihan estimator terbaik, yaitu konsep estimator tak bias dengan variansi minimum seragam (uniformly minimum variance unbiased estimator), disingkat UMVUE. Selanjutnya estimator tak bias yang memenuhi (2.3.4) disebut UMVUE. Teorema (Batas bawah Cramer-Rao) Misalkan X 1,..., X n merupakan sampel random dari f( ; θ), θ Θ. Jika T := t(x 1,..., X n ) merupakan estimator tak bias untuk τ(θ), dan jika τ (θ) := dτ(θ)/dθ ada. Maka batas bawah Cramer-Rao untuk τ(θ) adalah V ar(t ) [τ (θ)] 2 ne ( θ ln f(x i; θ) ) 2 (2.3.5) Proof. Pertama-tama kita definisikan suatu fungsi u : R n R, dimana u(x 1,..., x n ; θ) := θ ln f(x 1,..., x n ; θ) = 1 f(x 1,..., x n ; θ) θ f(x 1,..., x n ; θ) u(x 1,..., x n, θ)f(x 1,..., x n ; θ) = θ f(x 1,..., x n ; θ). Selanjutnya kita definisikan suatu quantitas random yang masih bergantung pada θ, yaitu U := u(x 1,..., X n ; θ). Maka E(U) = = = θ = θ 1 = 0. u(x 1,..., x n ; θ)f(x 1,..., x n ; θ) dx 1 dx n θ f(x 1,..., x n ; θ) dx 1 dx n f(x 1,..., x n ; θ) dx 1 dx n Pada perhitungan ekspektasi dari U, pertukaran tanda integral dan diferensial dapat dilakukan karena domain dari integran-nya tidak bergantung pada θ. Dari asumsi T

30 29 tak bias terhadap τ(θ), diperoleh τ (θ) = θ E(T ) = θ = = = E(T U). t(x 1,..., x n )f(x 1,..., x n ; θ) dx 1 dx n t(x 1,..., x n ) θ f(x 1,..., x n ; θ) dx 1 dx n t(x 1,..., x n )u(x 1,..., x n ; θ)f(x 1,..., x n ; θ) dx 1 dx n Dari kedua hasil diatas diperoleh Cov(T, U) = E(T U) E(T )E(U) = τ (θ). Pada sisi lain, ketaksamaan Cauchy-Schwarz memberikan [Cov(T, U)] 2 V ar(t )V ar(u), sehingga V ar(t ) [Cov(T, U)] 2 /V ar(u) = [τ (θ)] 2 /V ar(u). Selanjutnya kita verifikasi lebih lanjut bentuk dari V ar(u). Mengingat X 1,..., X n adalah sampel random, maka ( ) ( n ) V ar(u) =V ar θ ln Πn f(x i ; θ) = V ar θ ln f(x i; θ) n ) = V ar ( θ ln f(x i; θ) = ne ( θ ln f(x i; θ) Dari hasil yang terakhir ini, diperoleh Ketaksamaan (2.3.5). Catatan: Jika V ar(t ) mencapai batas bawah Cramer-Rao, maka T jelas merupakan UMVUE. Contoh Misalkan X 1,..., X n merupakan sampel random dari Exp(θ). Kita ingin menentukan batas bawah Cramer-Rao untuk τ(θ) = θ. Karena f(x i ; θ) = 1 exp{ X θ i/θ}, maka ( ) 2 ( ) 2 E θ ln f(x Xi θ i; θ) = E = V ar(x i) = 1 θ 2 θ 4 θ. 2 ) 2.

31 30 Batas bawah Cramer-Rao untuk θ adalah θ 2 /n. Karena X merupakan estimator tak bias untuk θ dengan V ar( X) = θ 2 /n, maka X merupakan UMVUE untuk θ. Catatan: Variansi dari suatu estimator tak bias T untuk τ(θ) akan mencapai (sama dengan) batas bawah Cramer-Rao untuk τ(θ), jika [Cov(T, U)] 2 = V ar(t )V ar(u). Dengan kata lain korelasi antara T dan U harus sama dengan 1 atau 1. Ini terjadi, jika dan hanya jika T merupakan fungsi linear dari U, yaitu fungsi yang berbentuk T = au +b untuk suatu konstanta a dan b. Contoh Misalkan X 1,..., X n merupakan sampel random dari distribusi Geo(p), dengan f(x i ; p) = p(1 p) 1 X i, X i = 0, 1, dan E(X) = 1/p. Kita ingin menentukan estimator T yang tak bias terhadap 1/p, sedemikian hingga T = au + b, untuk suatu konstanta a dan b. Dari rumus fungsi densitasnya, kita dapatkan n n U = p (ln p + (X i 1) ln(1 p)) = Sehingga setelah penyederhanaan diperoleh dimana c := T := au + b = an p 1 an p 1 X + ( b ( 1 p X i 1 1 p an ) = c p(p 1) X + d, dan d := b an p(p 1). Karena X merupakan estimator tak bias untuk 1/p, sehingga agar T juga tak bias terhadap 1/p, maka harus dipilih c = 0 dan d = 0. Variansi dari X adalah (1 p)/(np 2 ) dan dipastikan sama dengan batas bawah Cramer-Rao untuk 1/p. Definisi Misalkan T, T U τ(θ), dimana U τ(θ) adalah himpunan semua estimator tak bias untuk τ(θ). Efisiensi relatif dari T terhadap T adalah ). re(t, T ) := V ar(t ) V ar(t ). (2.3.6)

32 31 Estimator T U τ(θ) dikatakan efisien jika re(t, T ) 1, T U τ(θ) and θ Θ. Selanjutnya, jika T merupakan estimator yang efisien, maka efisiensi dari suatu estimator T U τ(θ) diberikan oleh e(t ) := re(t, T ). Definisi Misalkan T merupakan sembarang estimator untuk τ(θ). Bias dari T terhadap τ(θ), dinotasikan sebagai b(t ) adalah b(t ) := E(T ) τ(θ). (2.3.7) Sedangkan mean dari kudrat kesalahan mengestimasi τ(θ) dengan T disebut MSE (engl. mean squared error) dari T, adalah MSE(T ) := E (T τ(θ)) 2. (2.3.8) Teorema If T merupakan suatu estimator untuk τ(θ), maka MSE(T ) = V ar(t ) + [b(t )] 2. Proof. MSE(T ) =E (T E(T ) + E(T ) τ(θ)) 2 =E (T E(T )) 2 + (E(T ) E(T )) (E(T ) τ(θ)) + (E(T ) τ(θ)) 2 =E (T E(T )) 2 + (E(T ) τ(θ)) 2 =V ar(t ) + [b(t )] 2. Keriteria MSE mengakomodasi dua quantitas yaitu variansi dan bias. Kriteria ini akan sesuai dengan kriteria UMVUE jika perhatian kita batasi pada estimator tak bias.

33 Soal-soal 1. Jika X 1,..., X n merupakan sampel random yang diambil dari populasi berikut. Tentukan MME dan MLE untuk parameter-parameternya! { θx θ 1 ; 0 < x < 1 (a) f(x; θ) = 0 ; x 0 atau x 1, θ > 0. { (θ + 1)x θ 2 ; 1 < x (b) f(x; θ) = 0 ; x 1, θ > 0. { θ 2 xe θx ; 0 < x (c) f(x; θ) = 0 ; x 0, θ > 0. (d) X i P AR(θ, κ), θ dan κ tidak diketahui. (e) f(x; θ 1, η) = { θη θ x θ 1 ; η x 0 ; x < η, 0 < θ, 0 < η <.

34 Chapter 3 Statistik cukup, keluarga lengkap dan keluarga eksponensial Pada chapter ini kita akan membahas konsep statistik cukup (engl. sufficient statistic), statistik lengkap (engl. complete statistic) dan suatu keluarga fungsi distribusi probabilitas yang disebut keluarga eksponensial (engl. exponential family). Ketiga konsep ini sangat penting karena melandasi konsep perumusan prosudur inferensi parameter, seperti estimasi interval dan uji hipotesis yang akan dibahas pada 2 chapter berikutnya. 3.1 Statistik cukup Sebelum kita memberikan definisi formal dari statistik cukup, kita ikuti ilustrasi berikut. Misalkan X 1,..., X n merupakan sampel random dari populasi BIN(1, θ), 0 < θ < 1. Fungsi densitas bersama dari X 1,..., X n dihitung pada titik (x 1,..., x n ) 33

35 34 adalah f X1,...,X p (x 1,..., x n ; θ) = { θ n x i (1 θ) n n x i ; jika x i {0, 1}, i 0 ; jika x i {0, 1}. Andaikan kita tertarik pada statistik Y 1 := n X i. Jelas Y 1 berdistribusi BIN(n, θ), sehingga fungsi densitas dari Y 1 adalah ( ) n θ y 1 (1 θ) n y 1 ; jika y 1 {0, 1,..., n} f Y1 (y 1 ; θ) = y 1 0 ; jika y 1 {0, 1,..., n} Misalkan A := {ω Ω : Y 1 (X 1 (ω),..., X n (ω)) = y 1 }. Untuk suatu titik (x 1,..., x n ) yang tertetu, misalkan B := {ω Ω : X 1 (ω) = x 1,..., X n (ω) = x n }. Maka B A = B, jika Y 1 (x 1,..., x n ) = y 1. Sebaliknya jika Y 1 (x 1,..., x n ) y 1, maka B A =. Sehingga peluang bersyarat P(B A) P {X 1 = x 1,..., X n = x n Y 1 = y 1 } = P(B A) = P(A) θ n x i(1 θ) n n x i ; jika Y 1 (x 1,..., x n ) = y 1 n = θy 1(1 θ) n y 1 = y 1 0 ; jika Y 1 (x 1,..., x n ) y 1 1 ; jika n x i = y 1 n y 1 0 ; jika n x i y 1 Jadi P {X 1 = x 1,..., X n = x n Y 1 = y 1 } tidak bergantung pada θ untuk setiap titik (data) (x 1,..., x n ) yang memenuhi sifat n x i = y 1. Statistik Y 1 yang memenuhi sifat ini disebut statistik cukup untuk θ. Definisi Misalkan X 1,..., X n merupakan sampel random dari populasi dengan fungsi densitas f X ( ; θ), θ Θ R. Misalkan Y 1 = u 1 (X 1,..., X n ) merupakan..

36 35 statistik dengan fungsi densitas g Y1 ( ; θ), θ Θ. Maka Y 1 adalah statistik cukup untuk θ, jika dan hanya jika f X1,...,X n (x 1,..., x n ; θ) g Y1 (y 1 ; θ) = H(x 1,..., x n ), (3.1.1) dimana H(x 1,..., x n ) adalah fungsi yang tidak bergantung pada θ untuk setiap titik (data) (x 1,..., x n ) dengan sifat u 1 (x 1,..., x n ) = y 1. Catatan: Jika Y 1 merupakan statistik cukup untuk θ, semua informasi tentang parameter θ dibawa oleh Y 1. Ini berarti inferensi tentang θ harus didasarkan pada Y 1 bukan pada statistik yang lain. Selanjutnya, pada bagian ini kita batasi pembicaraan pada kasus variabel kontinu dengan satu parameter, yaitu Θ R. Kasus diskrit ditangani secara analog. Teorema (Teorema Faktorisasi) Misalkan X 1,..., X n merupakan sampel random dari populasi dengan fungsi densitas f X ( ; θ), θ Θ. Statistik Y 1 = u 1 (X 1,..., X n ) merupakan statistik cukup untuk θ, jika dan hanya jika terdapat fungsi-fungsi tidak negatif k 1 dan k 2 sedemikian hingga f X1,...,X n (x 1,..., x n ; θ) = k 1 (u 1 (x 1,..., x n ); θ)k 2 (x 1,..., x n ), dimana untuk setiap titik (x 1,..., x n ) yang bersifat y 1 = u 1 (x 1,..., x n ), k 2 (x 1,..., x n ) tidak bergantung pada θ. Proof. ( ) Pertama-tama kita definisikan suatu transformasi satu-satu y 1 = u 1 (x 1,..., x n ),..., y n = u n (x 1,..., x n ) dengan invers x 1 = w 1 (y 1,..., y n ),..., x n = w n (y 1,..., y n ).

37 36 Maka fungsi densitas bersama dari Y 1,..., Y n adalah f Y1,...,Y n (y 1,..., y n ; θ) = f X1,...,X n (x 1,..., x n ; θ) J Fungsi densitas marginal dari Y 1 adalah g Y1 (y 1 ; θ) = = k 1 (y 1 ; θ) = k 1 (y 1 ; θ)m(y 1 ), = k 1 (u 1 (x 1,..., x n ); θ)k 2 (x 1,..., x n ) J = k 1 (y 1 ; θ)k 2 (w 1 (y 1,..., y n ),..., w n (y 1,..., y n )) J. k 1 (y 1 ; θ)k 2 (w 1 (y 1,..., y n ),..., w n (y 1,..., y n )) J dy 2 dy n k 2 (w 1 (y 1,..., y n ),..., w n (y 1,..., y n )) J dy 2 dy n dimana m(y 1 ) := k 2(w 1 (y 1,..., y n ),..., w n (y 1,..., y n )) J dy 2 dy n. Di sini jelas bahwa m(y 1 ) merupakan fungsi yang tidak bergantung pada θ maupun y 2,..., y n, melainkan hanya pada y 1. Sehingga f X1,...,X n (x 1,..., x n ; θ) g Y1 (y 1 ; θ) = k 1(u 1 (x 1,..., x n ); θ)k 2 (x 1,..., x n ) k 1 (u 1 (x 1,..., x n ); θ)m(u 1 (x 1,..., x n )) = k 2(x 1,..., x n ) m(u 1 (x 1,..., x n )). Karena ruas kanan dari persamaan yang terakhir tidak bergantung pada θ untuk setiap (x 1,..., x n ) yang bersifat y 1 = u 1 (x 1,..., x n ), sesuai Definisi (3.1.1), Y 1 adalah statistik cukup untuk θ. ( ) Jika Y 1 = u 1 (X 1,..., X n ) merupakan statistik cukup untuk θ, maka sesuai Definisi (3.1.1), berlaku f X1,...,X n (x 1,..., x n ; θ) g Y1 (y 1 ; θ) = H(x 1,..., x n ), dimana H(x 1,..., x n ) merupakan suatu fungsi yang tidak bergantung pada θ untuk setiap (x 1,..., x n ) yang bersifat u 1 (x 1,..., x n ) = y 1. Selanjutnya dengan mengambil

38 37 k 1 (u 1 (x 1,..., x n ); θ) := g Y1 (y 1 ; θ) dan k 2 (x 1,..., x n ) := H(x 1,..., x n ), maka syarat perlu terbukti. Contoh Misalkan X 1,..., X n merupakan sampel random dari N(µ, σ 2 ), dengan < µ < dan diasumsikan σ 2 diketahui. Apakah X merupakan statistik cukup untuk µ?. Karena f X1,...,X n (x 1,..., x n ; µ, σ 2 ) = = { 1 (2π) n/2 σ exp 1 n 2σ 2 { 1 (2π) n/2 σ n exp 1 2σ 2 } n (x i µ) 2 ( n )} (x i x) 2 + n( x µ) 2 Kita akan menerapkan Teorema Faktorisasi, karena itu kita harus mengelompokan x dan µ ke dalam argumen dari k 1, sedangkan k 2 tidak boleh bergantung pada µ. Ambil k 1 ( x; µ) := exp{ n( x µ)2 2σ 2 } dan k 2 (x 1,..., x n ) := 1 (2π) n/2 σ n exp{ 1 2σ 2 n (x i x) 2 }. Maka berlaku f X1,...,X n (x 1,..., x n ; µ, σ 2 ) = k 1 ( x; µ)k 2 (x 1,..., x n ). Karena k 2 tidak bergantung pada µ maka X merupakan statistik cukup untuk µ. Contoh Misalkan X 1,..., X n merupakan samplel random dari populasi dengan fungsi densitas f(x; θ) =, θ > 0. Dengan fak- θx θ 1 ; 0 < x < 1 0 ; x 0 atau x 1 torisasi, θ n (Π n x i ) θ 1 ; 0 < x i < 1, i f X1,...,X n (x 1,..., x n ; θ) =, θ > 0. 0 ; i, x i 0 atau x i 1 Atau f X1,...,X n (x 1,..., x n ; θ) = θ n (Π n x i ) θ 1 Π n x i, 0 < x i < 1, i. Dengan mendefinisikan k 1 (Π n x i ; θ) := θ n (Π n x i ) θ dan k 2 (x 1,..., x n ) := 1 Π n x i, statistik Πn X i merupakan statistik cukup untuk θ. Catatan Misalkan Y 1 := u 1 (X 1,..., X n ) merupakan statistik cukup untuk θ Θ. Jika Z :=

39 38 u(y 1 ) atau Z = u(u 1 (X 1,..., X n )) := ν(x 1,..., X n ) dengan invers Y 1 := w(z), maka Z juka merupakan statistik cukup untuk θ. Ini terjadi karena f X1,...,X n (x 1,..., x n ; θ) = k 1 (u 1 (x 1,..., x n ); θ)k 2 (x 1,..., x n ) = k 1 (w(ν(x 1,..., x n )); θ)k 2 (x 1,..., x n ) Karena k 1 hanya bergantung pada z = ν(x 1,..., x n ) dan θ sedangkan k 2 tidak bergantung pada θ, maka teorema faktorisasi Z = u(y 1 ) merupakan statistik cukup untuk θ Θ. Teorema Misalkan X 1,..., X n merupakan sampel random dari populasi X dengan fungsi densitas f X (, θ), θ Θ. Jika Y 1 = u 1 (X 1,..., X n ) merupakan statistik cukup untuk θ dan ˆθ adalah MLE untuk θ dengan ˆθ tunggal, maka terdapat suatu fungsi h : R R, sedemikian hingga ˆθ = h(y 1 ). Proof. Dari teorema faktorisasi diperoleh L(θ) = f X1,...,X n (x 1,..., x n ; θ) = k 1 (u 1 (x 1,..., x n ); θ)k 2 (x 1,..., x n ) L(ˆθ) = max θ Θ k 1(u 1 (x 1,..., x n ); θ)k 2 (x 1,..., x n ). Karena k 2 merupakan fungsi yang tidak bergantung pada θ, maka berlaku k 1 (u 1 (x 1,..., x n ); ˆθ) = max θ Θ k 1(u 1 (x 1,..., x n ); θ). Dengan kata lain ˆθ memaksimumkan L(θ) dan k 1 (u 1 (x 1,..., x n ); θ) secara simultan. Dari persamaan yang terakhir ˆθ merupakan suatu fungsi dari u 1 (x 1,..., x n ), yaitu ˆθ = h(u 1 (x 1,..., x n )) untuk setiap (x 1,..., x n ) yang bersifat u 1 (x 1,..., x n ) = y 1. Jadi ˆθ = h(y 1 ).

40 39 Teorema (Teorema Rao-Blackwell) Misalkan X dan Y merupakan dua variabel random. Misalkan µ X := E(X) dan µ Y := E(Y ). Misalkan ϕ : R R dengan ϕ(x) := E(Y X = x). Maka 1. E(ϕ(X)) = µ Y, dengan kata lain ϕ(y ) adalah tak bias terhadap µ Y. 2. V ar(ϕ(x)) V ar(y ). Proof. Kita buktikan teorema ini untuk kasus X dan Y variabel random kontinu, sedangkan pembukiannya analog dengan kasus kontinu. Misalkan f X ( ) dan f Y ( ) masing-masing merupakan fungsi densitas marginal dari X dan Y. Misalkan f X,Y ( ) merupakan fungsi densitas bersama dari X dan Y, sedangkan f Y X ( x) merupakan fungsi densitas bersyarat dari Y diberikan X = x untuk suatu x R. Maka ϕ(x) = E(Y X = x) = ϕ(x)f X (x) = yf Y X (y x)dy = yf X,Y (x, y)dy. y f X,Y (x, y) dy f X (x) Sehingga E(ϕ(X)) = = ϕ(x)f X (x)dx = ( y f X,Y (x, y)dx ( ) dy = ) yf X,Y (x, y)dy dx yf Y (y)dy = µ Y. Ini membuktikan pernyataan pertama. Untuk membuktikan pernyataan kedua, kita berjalan dari definisi dasar dari V ar(y ). Dari definisi diperoleh V ar(y ) = E (Y µ Y ) 2 = E (Y ϕ(x) + ϕ(x) µ Y ) 2 = E (Y ϕ(x)) 2 + E (ϕ(x) µ Y ) 2 + 2E (Y ϕ(x)) (ϕ(x) µ Y ) = E (Y ϕ(x)) 2 + V ar (ϕ(x)) + 2E (Y ϕ(x)) (ϕ(x) µ Y )

41 40 Pernyataan ke dua akan terbukti jika 2E (Y ϕ(x)) (ϕ(x) µ Y ) = 0. Karena f X,Y (x, y) = f X (x)f Y X (y x), maka diperoleh Tetapi E (Y ϕ(x)) (ϕ(x) µ Y ) = (y ϕ(x))(ϕ(x) µ Y )f X,Y (x, y)dydx ( ) = (ϕ(x) µ Y ) (y ϕ(x))f Y X (y x)dy f X (x)dx. (y ϕ(x))f Y X (y x)dy = = yf Y X (y x)dy yf Y X (y x)dy ϕ(x) = ϕ(x) ϕ(x) = 0. ϕ(x)f Y X (y x)dy f Y X (y x)dy Selanjutnya karena E (Y ϕ(x)) 2 0, maka terbukti V ar(ϕ(x)) V ar(y ). Catatan: Jika P (X,Y ) {(x, y) R 2 : y ϕ(x) = 0} = 0, maka kita peroleh ketaksamaan tegas (engl. strick): V ar(ϕ(x)) < V ar(y ). Ini terjadi karena hal berikut E (Y ϕ(x)) 2 = = + = 0 + > 0 (y ϕ(x)) 2 f X,Y (x, y)dxdy {(x,y) R 2 :(y ϕ(x)) 2 =0} {(x,y) R 2 :(y ϕ(x)) 2 >0} (y ϕ(x)) 2 f X,Y (x, y)dxdy (y ϕ(x)) 2 f X,Y (x, y)dxdy 1 {(x,y) R 2 :(y ϕ(x)) 2 >0}(y ϕ(x)) 2 f X,Y (x, y)dxdy f X,Y (x, y)dxdy = 0, dimana untuk suatu A R 2, 1 A adalah indikator untuk A yang didefinisikan sebagai { 1; jika (x, y) A 1 A (x, y) := 0; jika (x, y) A

42 41 Contoh Misalkan X N(µ 1, σ 2 1) dan Y N(µ 2, σ 2 2), Cor(X, Y ) = ρ. Maka, E (Y X = x) = y f X,Y (x, y; µ 1, µ 2, σ 2 1, σ 2 2) f X (x; µ 1, σ 2 1) =µ 2 + ρ σ 2 σ 1 (x µ 1 ) =: ϕ(x), dy (lihat Hogg dan Craig, 1978, hal ). Sehingga kita peroleh ( E (ϕ(x)) = E µ 2 + ρ σ ) 2 (X µ 1 ) = µ 2. σ 1 Jadi hasil ini sesui dengan pernyataan pertama dari teorema Rao-Blackwell. Tetapi ϕ(x) bukan merupakan statistik, karena dia bergantung pada lima parameter yang tidak diketahui. Selanjutnya V ar(ϕ(x)) = E ( µ 2 + ρ σ 2 ( = E ρ σ 2 (X µ 1 ) σ 1 = ρ 2 σ2 2 σ 2 σ1 2 1 = ρ 2 σ2. 2 σ 1 (X µ 1 ) µ 2 Karena 1 < ρ < 1, yang berakibat ρ 2 < 1, maka V ar(ϕ(x)) < σ 2 2. Jadi hasil ini sesuai dengan pernyataan kedua dari teorema Rao-Blackwell bahkan dengan ketaksamaan tegas. Kita selanjutnya akan membahas aplikasi dari teorema Rao-Blackwell pada konsep statistik cukup dan konsep pemilihan estimator titik dengan variansi minimum. Teorema Misalkan X 1,..., X n merupakan sampel random dari suatu populasi X dengan fungsi densitas f X ( ; θ), θ Θ. Misalkan Y 1 := u 1 (X 1,..., X n ) merupakan statistik cukup untuk θ dan Y 2 := u 2 (X 1,..., X n ) merupakan estimator tak bias untuk θ, tetapi Y 2 merupakan fungsi bukan hanya dari Y 1 saja. Selanjutnya misalkan ϕ(y 1 ) := E(Y 2 Y 1 = y 1 ), y 1 R. Maka berlaku: ) 2 ) 2

43 42 1. ϕ(y 1 ) merupakan statistik. 2. ϕ(y 1 ) merupakan estimator tak bias untuk θ. 3. V ar(ϕ(y 1 )) V ar(y 2 ). Proof. Teorema ini merupakan akibat langsung dari teorema Rao-Blackwell. Karena Y 2 merupakan statistik cukup untuk θ, maka tidak bergantung pada θ. Ini berakibat f Y2 Y 1 (y 2 y 1 ) = f Y 1,Y 2 (y 1, y 2 ; θ) f Y2 (y 2 ; θ) ϕ(y 1 ) := E(Y 2 Y 1 = y 1 ) = y 2 f Y1,Y 2 (y 1, y 2 ; θ) f Y2 (y 2 ; θ) tidak bergantung pada θ Θ. Jadi ϕ(y 1 ) adalah statistik. Lebih lanjut, dari teorema Rao-Blackwell diperoleh pernyataan kedua dan ketiga. Catatan: Teorema merupakan alat bantu dalam memperoleh suatu estimator tak bias dengan variansi minimum untuk suatu parameter. Jika kita diberikan suatu statistik cukup untuk parameter θ, misalkan Y 1 dan misalkan diketahui Y 2 merupakan suatu quantitas (merupakan fungsi bukan hanya dari Y 1 ) yang tak bias terhadap θ, maka kita selalu bisa mendefinisikan suatu statistik ϕ(y 1 ) sebagai estimator tak bias untuk θ dengan variansi yang lebih kecil dari V ar(y 2 ). dy Keluarga lengkap Definisi Misalkan P X merupakan suatu ukuran probabilitas pada R yang di induce oleh variabel random X. Suatu sifat(pernyataan) p dikatakan dipenuhi P X - hampir pasti, ditulis P X -h.p., jika terdapat suatu himpunan N R dengan P X (N) = 0

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Pengantar a Matematika II Atina Ahdika, S.Si., M.Si. Prodi a FMIPA Universitas Islam Indonesia March 20, 2017 atinaahdika.com t F Parameter adalah karakteristik dari populasi (misal θ) adalah karakteristik

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Pengantar Statistika Matematika II Distribusi Sampling Atina Ahdika, S.Si., M.Si. Prodi Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia March 20, 2017 atinaahdika.com Bila sampling berasal dari populasi yang

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 3: Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Bila sampling berasal dari populasi yang digambarkan melalui fungsi peluang f X (x θ), pengetahuan tentang θ menghasilkan karakteristik mengenai keseluruhan

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 4: Metode Evaluasi Estimator Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Penggunaan metode estimasi yang berbeda dapat menghasilkan estimator yang sama maupun berbeda Dari hasil estimator yang berbeda,

Lebih terperinci

Estimasi Titik. (Point Estimation) Minggu ke 1-3. Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada

Estimasi Titik. (Point Estimation) Minggu ke 1-3. Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada Estimasi Titik (Point Estimation) Minggu ke 1-3 Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada 2014 Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. (UGM) Daftar Isi 2014 1 / 33 DAFTAR ISI 1 Minggu 1 Pertemuan 1

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 1: a FMIPA Universitas Islam Indonesia Parameter adalah karakteristik dari populasi (misal θ) adalah karakteristik dari sampel Akan dibahas konsep statistik dan distribusi sampling Parameter Misalkan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2011 Daftar Isi

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Daftar Isi 1 Peubah Acak

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 2: Sifat-Sifat Estimator Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Statistik Cukup Dalam kondisi real, kita tidak mengetahui parameter dari populasi data yang akan kita teliti Informasi dalam sampel

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 6: Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Inferensi Statistik Pendahuluan Inferensi Statistik Inferensi statistik adalah metode untuk menarik kesimpulan mengenai suatu populasi. Inferensi statistik

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2011 Daftar Isi

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Pengantar a Matematika II - Estimator Atina Ahdika, S.Si., M.Si. Prodi a FMIPA Universitas Islam Indonesia April 17, 2017 atinaahdika.com Dalam kondisi real, kita tidak mengetahui parameter dari populasi

Lebih terperinci

STATISTIKA UNIPA SURABAYA

STATISTIKA UNIPA SURABAYA MATEMATIKA STATISTIKA (MATHEMATICAL STATISTICS) GANGGA ANURAGA Materi : Distribusi variabel random Teori Himpunan Fungsi Himpunan Fungsi Himpunan Peluang Variabel Random Fungsi Kepadatan Peluang Fungsi

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2011 Daftar Isi

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Daftar Isi 1 Peubah Acak

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Pengantar Statistika Matematika II Estimasi Titik dengan Metode Atina Ahdika, S.Si., M.Si. Prodi Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia May 9, 2017 atinaahdika.com Dalam pendekatan klasik, parameter

Lebih terperinci

Setiap karakteristik dari distribusi populasi disebut dengan parameter. Statistik adalah variabel random yang hanya tergantung pada harga observasi

Setiap karakteristik dari distribusi populasi disebut dengan parameter. Statistik adalah variabel random yang hanya tergantung pada harga observasi ESTIMASI TITIK Setiap karakteristik dari distribusi populasi disebut dengan parameter. Statistik adalah variabel random yang hanya tergantung pada harga observasi sampel. Statistik merupakan bentuk dari

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 3: Estimasi Titik dengan Metode Bayes Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Dalam pendekatan klasik, parameter θ adalah besaran tetap yang tidak diketahui Sampel random X 1, X 2,..., X n diambil

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Pegatar Statistika Matematika II Metode Evaluasi Atia Ahdika, S.Si., M.Si. Prodi Statistika FMIPA Uiversitas Islam Idoesia April 11, 2017 atiaahdika.com Pegguaa metode estimasi yag berbeda dapat meghasilka

Lebih terperinci

INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF

INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF Adi Setiawan Program Studi Matematika Industri dan Statistika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita mempunyai data yang terdiri dari dua atau lebih variabel maka sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat berhubungan, hubungan

Lebih terperinci

Definisi: Nilai harapan/ekspektasi (expected value/expectation) atau ekspektasi dari peubah acak diskrit/kontinu X adalah

Definisi: Nilai harapan/ekspektasi (expected value/expectation) atau ekspektasi dari peubah acak diskrit/kontinu X adalah BAB 1 Peluang dan Ekspektasi Bersyarat 1.1 EKSPEKTASI Definisi: Nilai harapan/ekspektasi (expected value/expectation) atau ekspektasi dari peubah acak diskrit/kontinu X adalah E(X) x x p X (x) dan E(X)

Lebih terperinci

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematik(a)

Pengantar Statistika Matematik(a) Catatan Kuliah Pengantar Statistika Matematik(a) Statistika Lebih Dari Sekadar Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014

Lebih terperinci

Peubah Acak dan Distribusi Kontinu

Peubah Acak dan Distribusi Kontinu BAB 1 Peubah Acak dan Distribusi Kontinu 1.1 Fungsi distribusi Definisi: Misalkan X peubah acak. Fungsi distribusi (kumulatif) dari X adalah F X (x) = P (X x) Contoh: 1. Misalkan X Bin(3, 0.5), maka fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di 5 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas pengertian-pengertian dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di bahas adalah sebagai berikut: A.

Lebih terperinci

Teorema Newman Pearson

Teorema Newman Pearson pengujian terbaik Andi Kresna Jaya andikresna@yahoo.com Jurusan Matematika October 6, 2014 Outline 1 Review 2 Uji dua sisi untuk mean 3 Teorema Neyman-Pearson Back Outline 1 Review 2 Uji dua sisi untuk

Lebih terperinci

ALGORITMA PENENTUAN UKURAN SAMPEL EKSAK UNTUK DISTRIBUSI NORMAL, DISTRIBUSI POISSON DAN DUA DISTRIBUSI BINOMIAL DALAM MODEL KELUARGA EKSPONENSIAL

ALGORITMA PENENTUAN UKURAN SAMPEL EKSAK UNTUK DISTRIBUSI NORMAL, DISTRIBUSI POISSON DAN DUA DISTRIBUSI BINOMIAL DALAM MODEL KELUARGA EKSPONENSIAL ALGORITMA PENENTUAN UKURAN SAMPEL EKSAK UNTUK DISTRIBUSI NORMAL, DISTRIBUSI POISSON DAN DUA DISTRIBUSI BINOMIAL DALAM MODEL KELUARGA EKSPONENSIAL 1) Program Studi Matematika Universitas Ahmad Dahlan dian@math.uad.ac.id

Lebih terperinci

Uji Hipotesis dan Aturan Keputusan

Uji Hipotesis dan Aturan Keputusan Uji Hipotesis dan Aturan Keputusan oleh: Khreshna Syuhada, PhD. 1. Pendahuluan Pada perkuliahan tingkat 2, telah dikenalkan masalah uji hipotesis sebagai berikut: Seorang peneliti memberikan klaim bahwa

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER UNTUK DISTRIBUSI HALF LOGISTIK. Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

ESTIMASI PARAMETER UNTUK DISTRIBUSI HALF LOGISTIK. Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan Jurnal Matematika Murni dan Terapan εpsilon Vol. 07, No.01, 201, Hal. 45 52 ESTIMASI PARAMETER UNTUK DISTRIBUSI HALF LOGISTIK Rizqi Elmuna Hidayah 1, Nur Salam 2 dan Dewi Sri Susanti 1,2, Program Studi

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIK(A) Bab 2: Distribusi Samp

MA3081 STATISTIKA MATEMATIK(A) Bab 2: Distribusi Samp MA3081 STATISTIKA MATEMATIK(A) Bab 2: We love Statistics Pengantar Parameter adalah... ...suatu karakteristik dari populasi. Statistik adalah... ...suatu karakteristik dari sampel. Statistik adalah fungsi

Lebih terperinci

Catatan Kuliah. MA5181 Proses Stokastik

Catatan Kuliah. MA5181 Proses Stokastik Catatan Kuliah MA5181 Proses Stokastik Precise. Prospective. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2016 1 Tentang MA5181 Proses Stokastik

Lebih terperinci

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

DEFICIENCY PENAKSIR PARAMETER PADA DISTRIBUSI GAMMA

DEFICIENCY PENAKSIR PARAMETER PADA DISTRIBUSI GAMMA digilib.uns.ac.id DEFICIENCY PENAKSIR PARAMETER PADA DISTRIBUSI GAMMA oleh ANIS TELAS TANTI M0106003 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

Lebih terperinci

Bab II Kajian Teori Copula

Bab II Kajian Teori Copula Bab Kajian Teori Copula.1 Pendahuluan Copula Tesis ini mengacu pada terminologi copula sebagai fungsi yang menghubungkan fungsi distribusi multivariat terhadap fungsi distribusi marginal uniform. Misalkan

Lebih terperinci

PENGANTAR MODEL PROBABILITAS

PENGANTAR MODEL PROBABILITAS PENGANTAR MODEL PROBABILITAS (PMP, Minggu 8-14) Sri Haryatmi Kartiko Universitas Gadjah Mada Juni 2014 Outline 1 Minggu 8:MOMEN VARIABEL RANDOM Mean dan Variansi Fungsi Pembangkit Momen (MGF) 2 Minggu

Lebih terperinci

PENAKSIR RATA-RATA DISTRIBUSI EKSPONENSIAL TERPOTONG. Agustinus Simanjuntak ABSTRACT

PENAKSIR RATA-RATA DISTRIBUSI EKSPONENSIAL TERPOTONG. Agustinus Simanjuntak ABSTRACT PENAKSIR RATA-RATA DISTRIBUSI EKSPONENSIAL TERPOTONG Agustinus Simanjuntak Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Peluang Percobaan adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran/hasil yang mungkin secara acak. Contoh: pelemparan sebuah dadu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka dari buku referensi karya ilmiah. Karya ilmiah yang digunakan adalah hasil penelitian serta

Lebih terperinci

BEBERAPA DISTRIBUSI KHUSUS DKINTINU DIKENAL

BEBERAPA DISTRIBUSI KHUSUS DKINTINU DIKENAL BEBERAPA DISTRIBUSI KHUSUS DKINTINU DIKENAL Dalam hal ini akan dibahas beberapa distribusi yang mempunyai bentuk fungsi densitas dan nama tertentu dari peubah acak kontinu, yaitu: distribusi seragam, distribusi

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematik(a)

Pengantar Statistika Matematik(a) Catatan Kuliah Pengantar Statistika Matematik(a) Statistika Lebih Dari Sekadar Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Estimasi Bayes Definisi 1 Estimasi Bayes yang paling mungkin dari suatu nilai kebenaran θ 0 yang tidak diketahui pada parameter θ adalah nila ˆθ yang meminimumkan

Lebih terperinci

MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA

MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA VARIABEL RANDOM Misalkan (Ω, A, P) ruang probabilitas dan R = {x < x < } dan B : Borel field pada R. Andaikan X : Ω R dan untuk setiap A R, kita definisikan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Beberapa Definisi dan Lema Teknis

Lampiran 1. Beberapa Definisi dan Lema Teknis Lampiran 1. Beberapa Definisi dan Lema Teknis Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam kondisi yang sama, yang hasilnya tidak dapat diprediksi dengan tepat tetapi kita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembicaraan statistik, jawaban yang diinginkan adalah jawaban untuk ruang lingkup yang lebih luas, yakni populasi. Tetapi objek dari studi ini menggunakan sampel

Lebih terperinci

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting Oleh Azimmatul Ihwah Distribusi Diskrit Fungsi probabilitas dari variabel random diskrit dapat dinyatakan dalam formula matematik tertentu yang dinamakan fungsi

Lebih terperinci

STATISTIKA MATEMATIKA

STATISTIKA MATEMATIKA STATISTIKA MATEMATIKA Penulis: Prof. Subanar, Ph.D Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau

Lebih terperinci

MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES

MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES Hartayuni Saini 1 1 Jurusan Matematika, FMIPA-UNTAD. e-mail: yunh3_chendist@yahoo.co.id Abstrak Untuk menaksir nilai µ dari N(µ, ) umumnya digunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ruang sampel dan dilambangkan dengan huruf S. Ruang sampel beranggotakan

TINJAUAN PUSTAKA. ruang sampel dan dilambangkan dengan huruf S. Ruang sampel beranggotakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Percobaan dan Ruang Sampel Menurut Walpole (1995), istilah percobaan digunakan untuk sembarang proses yang dapat membangkitkan data. Himpunan semua hasil suatu percobaan disebut

Lebih terperinci

Model Poisson. Inferensi likelihood. Andi Kresna Jaya November 19, Jurusan Matematika

Model Poisson. Inferensi likelihood. Andi Kresna Jaya November 19, Jurusan Matematika Review Poisson dengan overdispersi Inferensi likelihood Andi Kresna Jaya andikresna@yahoo.com Jurusan Matematika November 19, 2014 Review Poisson dengan overdispersi Outline 1 Review 2 3 Poisson dengan

Lebih terperinci

Bab 7 Ekspektasi dan Fungsi Pembangkit Momen: Cintailah Mean

Bab 7 Ekspektasi dan Fungsi Pembangkit Momen: Cintailah Mean MA38 Teori Peluang - Khreshna Syuhada Bab 7 Bab 7 Ekspektasi dan Fungsi Pembangkit Momen: Cintailah Mean Ilustrasi 7. Seorang peserta kuis diberi dua buah pertanyaan (P-, P-2), yang harus dijawab dengan

Lebih terperinci

STK 203 TEORI STATISTIKA I

STK 203 TEORI STATISTIKA I STK 203 TEORI STATISTIKA I V. SEBARAN FUNGSI PEUBAH ACAK V. Sebaran Fungsi Peubah Acak 1 Sebaran Fungsi Peubah Acak Dalam banyak kasus untuk melakukan inferensi terhadap suatu parameter kita lebih banyak

Lebih terperinci

INFERENSI STATISTIK DISTRIBUSI BINOMIAL DENGAN METODE BAYES MENGGUNAKAN PRIOR KONJUGAT. Oleh : ADE CANDRA SISKA NIM: J2E SKRIPSI

INFERENSI STATISTIK DISTRIBUSI BINOMIAL DENGAN METODE BAYES MENGGUNAKAN PRIOR KONJUGAT. Oleh : ADE CANDRA SISKA NIM: J2E SKRIPSI INFERENSI STATISTIK DISTRIBUSI BINOMIAL DENGAN METODE BAYES MENGGUNAKAN PRIOR KONJUGAT Oleh : ADE CANDRA SISKA NIM: J2E 006 002 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada

Lebih terperinci

MINGGU KE-11 HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT

MINGGU KE-11 HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT MINGGU KE-11 HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT Misalkan X 1, X 2, X 3... barisan variabel random. Kita tulis S n = n X i. Dalam subbab ini kita akan menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

MINGGU KE-8 HARGA HARAPAN DAN BEBERAPA KETAKSAMAAN DALA

MINGGU KE-8 HARGA HARAPAN DAN BEBERAPA KETAKSAMAAN DALA MINGGU KE-8 HARGA HARAPAN DAN BEBERAPA KETAKSAMAAN DALAM STATISTIKA HARGA HARAPAN Definisi Misalkan X variabel random. Bila X variabel random kontinu dengan f.k.p. f (x) dan maka harga harapan X adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Fuzzy Tidak semua himpunan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terdefinisi secara jelas, misalnya himpunan orang miskin, himpunan orang pandai, himpunan orang tinggi,

Lebih terperinci

Bab 9 Peluang dan Ekspektasi Bersyarat: Harapan Tanpa Syarat

Bab 9 Peluang dan Ekspektasi Bersyarat: Harapan Tanpa Syarat MA38 Teori Peluang - Khreshna Syuhada Bab 9 Bab 9 Peluang dan Ekspektasi Bersyarat: Harapan Tanpa Syarat Ilustrasi 9. Misalkan banyaknya kecelakaan kerja rata-rata per minggu di suatu pabrik adalah empat.

Lebih terperinci

ESTIMASI INTERVAL. (INTERVAL ESTIMATION) Minggu ke Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada

ESTIMASI INTERVAL. (INTERVAL ESTIMATION) Minggu ke Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada ESTIMASI INTERVAL (INTERVAL ESTIMATION) Minggu ke 8-10 Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada 2014 Outline 1 Metode Kuantitas Pivotal 2 3 Outline 1 Metode Kuantitas Pivotal 2 3 Outline

Lebih terperinci

DISTRIBUTIONS OF RANDOM VARIABLE DISTRIBUSI VARIABEL RANDOM

DISTRIBUTIONS OF RANDOM VARIABLE DISTRIBUSI VARIABEL RANDOM 1.11 Chebyshev s Inequality DISTRIBUTIONS OF RANDOM VARIABLE (Ketaksamaan Chebyshev) A. Pendahuluan DISTRIBUSI VARIABEL RANDOM Konsep atau rumus yang berhubungan dengan Ketaksamaan Chebyshev Ekspektasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Linear Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai berikut : Y i = β 0 + X i1 β 1 + X i2 β 2 + + X ip β p +ε i ; i = 1,2,, n bila dirinci

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH. : Dapat menganalisis tentang statistika inferensial secara teoritik beserta komponen dan sifat-sifatnya

SILABUS MATA KULIAH. : Dapat menganalisis tentang statistika inferensial secara teoritik beserta komponen dan sifat-sifatnya SILABUS MATA KULIAH Program Studi : Pendidikan Matematika Kode Mata Kuliah : 50603 Mata kuliah : Statistika Matematika Bobot : 3 SKS Semester : V Mata Kuliah Prasyarat : Probabilitas Deskripsi Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti teorema dan beberapa definisi sebagai landasan dalam penelitian ini. Konsep dasar ini berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam

Lebih terperinci

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR MODUL 9 TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR. Pendahuluan Untuk menginginkan mengumpulkan populasi kita lakukan dengan statistik berdasarkan data yang diambil secara sampling yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Distribusi Normal Salah satu distribusi frekuensi yang paling penting dalam statistika adalah distribusi normal. Distribusi normal berupa kurva berbentuk lonceng setangkup yang

Lebih terperinci

Statistika (MMS-1403)

Statistika (MMS-1403) Statistika (MMS-1403) Dr. Danardono, MPH danardono@ugm.ac.id Program Studi Statistika Jurusan Matematika FMIPA UGM MMS-1403 p.1/93 Distribusi Sampling Statistik Populasi: himpunan keseluruhan obyek yang

Lebih terperinci

STATISTIK PERTEMUAN VI

STATISTIK PERTEMUAN VI STATISTIK PERTEMUAN VI 1. TEORI PENDUKUNG 1.1 Pendahuluan 1. Variabel acak 1.3 Distribusi variabel acak diskrit 1.4 Distribusi variabel acak kontinu 1.5 Distribusi multivariat 1.1 Pendahuluan Definisi

Lebih terperinci

STATISTIKA. Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI

STATISTIKA. Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI STATISTIKA Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI 1 Daftar Isi Bab 1 Peluang Bab Peubah Acak Bab 3 Distribusi Peluang Diskret Bab 4 Distribusi Peluang Kontinu Bab 5 Fungsi Peubah Acak Bab 6 Teori Penaksiran

Lebih terperinci

MINGGU KE-9 MACAM-MACAM KONVERGENSI

MINGGU KE-9 MACAM-MACAM KONVERGENSI MINGGU KE-9 MACAM-MACAM KONVERGENSI Kita telah mengetahui bahwa untuk n besar dan θ kecil sedemikian hingga nθ = λ, distribusi binomial bisa dihampiri oleh distribusi Poisson. Mencari hampiran distribusi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Peubah Acak dan Distribusinya.1.1 Peubah Acak Definisi.1: Peubah acak adalah suatu fungsi yang menghubungkan sebuah bilangan real dengan setiap unsur di dalam ruang contoh, (Walpole

Lebih terperinci

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN RENCANA MUTU PEMBELAJARAN Nama Dosen : N. Setyaningsih, MSi. Program Studi : Pendidikan Matematika Kode Mata Kuliah : 504203 Nama Mata Kuliah : Statistika Matematika Jumlah sks : 3 sks Semester : V Alokasi

Lebih terperinci

Pengenalan Copula. Sapto Wahyu Indratno

Pengenalan Copula. Sapto Wahyu Indratno Pengenalan Copula Sapto Wahyu Indratno STATISTICS DISIVISION, FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCI- ENCES, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG E-mail address: sapto@math.itb.ac.id Daftar Isi Bagian 1. Copula

Lebih terperinci

BAB VII DISTRIBUSI LIMIT

BAB VII DISTRIBUSI LIMIT BAB VII DISTRIBUSI LIMIT 7.1 PENDAHULUAN Di bab 6 telah dibahas metode umum untuk mendapatkan fungsi sebuah distribusi dari variabel acak yaitu. Pada beberapa kejadian, pdf dari dapat dicari dengan mudah.

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel 5 II. LANDASAN TEORI 2.1 Model Regresi Poisson Analisis regresi merupakan metode statistika yang populer digunakan untuk menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel prediktor

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I Maksimum, Minimum, dan Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Titik Kritis Misalkan p = (x, y) adalah sebuah titik peubah dan p 0 = (x 0, y 0 ) adalah sebuah titik tetap pada bidang berdimensi dua

Lebih terperinci

INFERENSI PARAMETER SIMPANGAN BAKU POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF

INFERENSI PARAMETER SIMPANGAN BAKU POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF INFERENSI PARAMETER SIMPANGAN BAKU S - POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF Adi Setiawan Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Jl Diponegoro

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendahuluan Uji perbandingan dua distribusi merupakan suatu tekhnik analisis ang dilakukan untuk mencari nilai parameter ang baik diantara dua distribusi. Tekhnik uji perbandingan

Lebih terperinci

AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria

AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2015 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

Kumpulan pasangan nilai-nilai dari variabel acak X dengan probabilitas nilai-nilai variabel random X, yaitu P(X=x) disebut distribusi probabilitas X

Kumpulan pasangan nilai-nilai dari variabel acak X dengan probabilitas nilai-nilai variabel random X, yaitu P(X=x) disebut distribusi probabilitas X Kumpulan pasangan nilai-nilai dari variabel acak X dengan probabilitas nilai-nilai variabel random X, yaitu P(X=) disebut distribusi probabilitas X (distribusi X) Diskrit Seragam Binomial Hipergeometrik

Lebih terperinci

INDEKS KEMAMPUAN PROSES BERDASARKAN PROPORSI PERSESUAIAN UNTUK DISTRIBUSI NON NORMAL

INDEKS KEMAMPUAN PROSES BERDASARKAN PROPORSI PERSESUAIAN UNTUK DISTRIBUSI NON NORMAL J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 7, No. 2, November 2010, 47 55 INDEKS KEMAMPUAN PROSES BERDASARKAN PROPORSI PERSESUAIAN UNTUK DISTRIBUSI NON NORMAL Laksmi P Wardhani 1, Resty Z Fahrida, Nur

Lebih terperinci

Dengan demikian, untuk sembarang B = [a, b], maka persamaan (5.1) menjadi

Dengan demikian, untuk sembarang B = [a, b], maka persamaan (5.1) menjadi Bab 5 Peubah Acak Kontinu 5.1 Pendahuluan Definisi 5.1. Peubah acak adalah suatu fungsi dari ruang contoh S ke R (himpunan bilangan nyata) Peubah acak X bersifat diskret jika F (x) adalah fungsi tangga.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 STATISTIKA DASAR MAT 130

PERTEMUAN 2 STATISTIKA DASAR MAT 130 PERTEMUAN 2 STATISTIKA DASAR MAT 130 Data 1. Besaran Statistika berbicara tentang data dalam bentuk besaran (dimensi) Besaran adalah sesuatu yang dapat dipaparkan secara jelas dan pada prinsipnya dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

6. Teori Estimasi. EL2002-Probabilitas dan Statistik. Dosen: Andriyan B. Suksmono

6. Teori Estimasi. EL2002-Probabilitas dan Statistik. Dosen: Andriyan B. Suksmono 6. Teori Estimasi EL2002-Probabilitas dan Statistik Dosen: Andriyan B. Suksmono Pendahuluan Inferensi statistik adalah metoda untuk menarik inferensi atau membuat generalisasi dari suatu populasi. Ada

Lebih terperinci

statistika untuk penelitian

statistika untuk penelitian statistika untuk penelitian Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Delayota Experiment Team (D Expert) 2013 Freeaninationwallpaper.blogspot.com Apa itu Statistika? Statistika adalah ilmu yang mempelajari cara pengumpulan,

Lebih terperinci

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV 4.1 State dan Proses Observasi Semua proses didefinisikan pada ruang peluang (Ω, F, P). Misalnya X = {X : k N} adalah rantai Markov dengan state berhingga yang bersifat homogen

Lebih terperinci

AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria

AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2015 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Distribusi eksponensial tergenaralisir (Generalized Eponential Distribution) pertama kali diperkenalkan oleh Gupta dan Kundu pada tahun 1999. Distribusi ini diambil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang sampel S adalah himpunan semua hasil dari suatu percobaan. Kejadian E

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang sampel S adalah himpunan semua hasil dari suatu percobaan. Kejadian E 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Peluang Ruang sampel S adalah himpunan semua hasil dari suatu percobaan. Kejadian E adalah himpunan bagian dari ruang sampel. Peluang suatu kejadian P(E) adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.. Konsep Dasar Analisis Runtun Waktu Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa definisi yang menyangkut pengertian dan konsep dasar analisis runtun waktu. Definisi Runtun waktu

Lebih terperinci

Sampling dengan Simulasi Komputer

Sampling dengan Simulasi Komputer Modul Sampling dengan Simulasi Komputer PENDAHULUAN Sutawanir Darwis M etode statistika merupakan alat untuk menyelesaikan masalah apabila solusi analitik tidak mungkin diperoleh. Dengan metode statistika

Lebih terperinci

Statistik Dasar. 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian. 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data

Statistik Dasar. 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian. 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data Statistik Dasar 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data 3. Ukuran Tendensi Sentral, Ukuran Penyimpangan 4. Momen Kemiringan 5. Distribusi Normal t Dan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah. MA4183 Model Risiko

Catatan Kuliah. MA4183 Model Risiko Catatan Kuliah MA4183 Model Risiko Forecast and control your risk Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2015 1 Tentang MA4183 Model Risiko

Lebih terperinci

MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk!

MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk! Catatan Kuliah MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk! disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014 Tentang MA4183 Model Risiko A. Jadwal

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. December 11, 2007 Misalkan f terdefinisi pada suatu himpunan H. Kita katakan bahwa f naik pada H apabila

Lebih terperinci

MA4181 MODEL RISIKO Risk is managed, not avoided

MA4181 MODEL RISIKO Risk is managed, not avoided Catatan Kuliah MA4181 MODEL RISIKO Risk is managed, not avoided disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Tentang MA4181 Model Risiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. return, mean, standard deviation, skewness, kurtosis, ACF, korelasi, GPD, copula,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. return, mean, standard deviation, skewness, kurtosis, ACF, korelasi, GPD, copula, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas semua konsep yang mendasari penelitian ini yaitu return, mean, standard deviation, skewness, kurtosis, ACF, korelasi, GPD, copula, VaR, estimasi VaR dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada sub bab ini akan diberikan beberapa definisi dan teori yang mendukung rancangan Sequential Probability Ratio Test (SPRT) yaitu percobaan dan ruang sampel, peubah acak dan fungsi

Lebih terperinci

Algoritma Expectation-Maximization(EM) Untuk Estimasi Distribusi Mixture

Algoritma Expectation-Maximization(EM) Untuk Estimasi Distribusi Mixture Vol. 4, No., Oktober 04 Algoritma Expectation-Maximization(EM) Untuk Estimasi Distribusi Mixture Tomy Angga Kusuma ), Suparman ) ) Program Studi Matematika FMIPA UAD ) Program Studi Pend. Matematika UAD

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI KENORMALAN PADA KATEGORI FUNGSI DISTRIBUSI EMPIRIS MENGGUNAKAN METODE SIMULASI MONTE CARLO

PERBANDINGAN UJI KENORMALAN PADA KATEGORI FUNGSI DISTRIBUSI EMPIRIS MENGGUNAKAN METODE SIMULASI MONTE CARLO PERBANDINGAN UJI KENORMALAN PADA KATEGORI FUNGSI DISTRIBUSI EMPIRIS MENGGUNAKAN METODE SIMULASI MONTE CARLO oleh ANNA ZAMMADUITA M0109010 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Atina Ahdika, S.Si, M.Si Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Ruang Sampel dan Kejadian Ruang Sampel dan Kejadian Ruang Sampel dan Kejadian Percobaan adalah kegiatan

Lebih terperinci