ANALISA PERENCANAAN TRAFO SISIPAN T. 416 PADA TRAFO HL. 017 DI JARINGAN TEGANGAN RENDAH DESA GUYANGAN KECAMATAN BAGOR KABUPATEN JOMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV SIMULASI MODEL

4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EVALUASI

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH

( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST

B a b 1 I s y a r a t

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Integral dan Persamaan Diferensial

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik.

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

PERBANDINGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (CDS) DAN PALMER DALAM MEMINIMASI TOTAL WAKTU PENYELESAIAN Studi Kasus : Astra Konveksi Pontianak

Unjuk Kerja Call Admission Control Berbasis SIR pada Sistem Seluler CDMA

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI)

III. METODE PENELITIAN

B a b. Aplikasi Dioda

BAB III POWER MESIN TEKUK YANG DIBUTUHKAN UNTUK PROSES PENEKUKAN ACRYLIC

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

LDMOSFET dengan beberapa keunggulannya. Struktur dasar dan prinsip kerja. LDMOSFET akan didiskusikan. Selain itu, didiskusikan pula model-model

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

BAB 3PERANCANGAN SISTEM

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX

BAB III METODE PENELITIAN

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

Matematika EBTANAS Tahun 1988

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY)

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

Darpublic Nopember 2013

IV. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

IV. METODE PENELITIAN

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS ( ) Abstrak

IV METODE PENELITIAN

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

Analisis Sistem Pentanahan Gardu Induk Bagan Batu Dengan Bentuk Konstruksi Grid (Kisi-Kisi)

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

BAB 2 LANDASAN TEORI

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

PENERAPAN PERHITUNGAN FISHER-SNEDECOR UNTUK UJI F

Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

1. Pengertian Digital

Model GSTAR Termodifikasi untuk Produktivitas Jagung di Boyolali

BAB 2 LANDASAN TEORI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

Implementasi Algoritma Kunang-Kunang Untuk Penjadwalan Mata Kuliah di Universitas Ma Chung

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BCSU BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN SIMULASI RANGKAIAN DENGAN MENGGUNAKAN MULTISIM

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

Transkripsi:

ANALISA PERENCANAAN TRAFO SISIPAN T. 416 PADA TRAFO HL. 017 DI JARINGAN TEGANGAN RENDAH DESA GUYANGAN KECAMATAN BAGOR KABUPATEN JOMBANG Oleh: Muhlasin, Machrus Ali Teni Elero, Faulas Teni-Undar muhlasin.g@gmail.com, machrus7@gmail.com ABSTRAK Salah saunya yaiu sandar muu pelayanan erhadap egangan yang dierima oleh pelanggan, yaiu rugi egangan harus urang dari 5%. Unu memenuhi unuan ersebu, maa PLN harus mengeahui besarnya susu egangan, faor faor yang menyebaban adanya susu egangan. Dari perhiungan sebelum adanya rafo sisipan dan perbaian sisem jaringan didapaan perbedaan anara hasil penguuran dengan hasil perhiungan egangan pada iang ujung : Pada Trafo 017 dengan suplay Phasa R = 1; S = 0 ; T = 8 dengan line B Phasa R = 6.4, S = 5.4, T = 6.1 dan pada line D Phasa R = 9.1, S = 8.1, T = 6.1. Pada rafo sisipan T.416 diperoleh suplai Phasa R = 0 ; S = 1 ; T = 0 dengan egangan line B Phasa R = 8.6 ; S = 7.9 ; T = 5.9 dan pada line D Phasa R = 7.8 ; S = 7.1 ; T = 5.1. Perbedaan ini menunjuan urang sempurnanya sambungan, aau penyambungan yang illegal. Beban pada onsumen sebesar 155 Amper aau sejumlah 5 A, rafo yang erpasang 50 A. Maa diperluan rafo sisipan sebesar 100 A pada Line D dan perbaian sambungan dan penyaluran. Kaa unci : Rugi Tegangan, Sisem Disribusi 1. PENDAHULUAN Peningaan ebuuhan aan energi lisri dari suau pembangi sampai pada onsumen ahir melalui sisem penyaluran daya berapasias besar dengan erugian seecil mungin merupaan ebuuhan mula. Efisiensi enaga lisri sangalah diperluan agar ida erjadi pemadaman arena gangguan aaupun pemadaman bergiliran arena urangnya pasoan lisri. Hal-hal yang mempengaruhi ualias energi lisri harus diperhaian unu dapa memberian pelayanan secara masimal guna epuasan pelanggan aau onsumen anara lain: Koninuias Penyaluran, Kehandalan dan Keamanan Jaringan, Sabilias Tegangan dan freuensi. Sabilias egangan, eandalan dan oninuias merupaan hal yang harus selalu diedepanan oleh PT. PLN dalam ranga pemenuhan pelayanan dan epuasan onsumen/pelanggannya. Berenaan dengan perluasan pelanggan di Kecamaan Pera Kabupaen Jombang, meninga pula ebuuhan masyaraa erhadap energi lisri, sehingga esabilan dan eandalan dari inalasi lisri perlu dijaga agar egangan yang diirim dari Gardu Indu (GI) sampai pada ujung pelanggan ida erjadi erugian erlalu besar (melebihi 5%) sebagaimana eenuan dalam Perauran Umum Insalasi Lisri (PUIL). 61

JURNAL INTAKE---- ol., Nomor 1,April 01. KAJIAN LITERATUR.1. Rugi Tegangan Pada dasarnya perhiungan yang berlau pada sisem disribusi AC adalah mirip dengan perhiungan yang berlau pada sisem disribusi DC. Namun demiian, ada beberapa perbedaan prinsip yang harus diperhaian dan dipahami pada sisem AC anara lain: Perhiungan arus pada iap sesi saluran AC merupaan jumlah veor dari arusarus beban yang penjumlahan hiungan aljabar biasanya seperi pada sisem DC. Jumlah arus dapa dinyaaan dalam benu persamaan aljabar biasa, bila dinyaaan dalam noasi bilangan omple. Tiap beban bisa saja memilii besar power facor yang berbeda dengan beban lain. Masing-masing besar power facor beraian dengan besar egangan cau dayanya berdasaran besaran vecor. Pada sisem DC, sifa beban dienal memilii araerisi resisif murni, dengan Uniy power facor (Cos Q=1). Pada rangaian AC, besarnya rugi egangan ida hanya berganung pada besar resisensi murni R dari bebannya, eapi juga berganung pada besarnya reaansi induif dan reaansi apasiif, yang sering diabaian. Prinsip lain yang berlau pada perhiungan dalam sisem disribusi AC adalah: Besarnya egangan, arus dan impedansi, dinyaaan dalam benu bilangan omple, emudian prosedur perhiungan sama seperi pada sisem disribusi DC. Besar arus beban (yang bervariasi), dipisahan dalam benu omponen aif dan reaif. Selanjunya besarnya rugi egangan dalam omponen aif dienuan oleh besarnya resisansi, sedangan rugi egangan dalam omponen reaif dienuan oleh besar reaansinya. Masing-masing besar rugi-rugi egangan oal, edua hasil perhiungan ersebu dijumlahan. Berdasaran rangaian euivalen saluran disribusi Gambar.1, jia ada arus yang mengalir melalui saluran disribusi maa aan erjadi penurunan egangan sepanjang saluran. Dengan demiian egangan pada pusa beban ida sama besar dengan egangan pengirim. Penurunan egangan erdiri dari dua omponen : a. I. Rs yaiu rugi egangan aiba ahanan saluran. b. I. Xs yaiu rugi egangan aiba reaansi induif saluran. Sehingga erugian egangan saluran disribusi dapa dinyaaan sebagai beriu :.(.1) I.R j I.X A I.X I(R J X ) 0 A D I.R Gambar.1 eor arus dan egangan pada saluran disribusi I.. Saluran Jara Pende Saluran udara yang apasiansinya dapa diabaian disebu Saluran Pende. Secara umum hal ersebu dierapan pada sisem yang egangannya sampai 66 dan panjangnya mencapai 50 miles (80,5 m). Oleh, sebab iu rangaian eivalennya erdiri dari ahanan dan reaansi yang ersambung seri seperi yang erliha pada Gambar. B C B 6

R X L I beban ( a ) d 0 IR I Rugi egangan pada sisem disribusi mencaup Rugi-egangan pada : a. Penyulang Tegangan Menengah (T.M) b. Tranformaor Disribusi c. Penyulang Jaringan Tegangan Rendah (J.T.R) d. Insalasi rumah. Sesuai dengan definisi, rugi-egangan adalah : =...(.) Q IRcos Q ( b ) a b c e IX L sin Q Gambar.. Saluran Disribusi jara-pende a). Rangaian eivalen saluran disribusi jara pende b). Pasor diagram rangaian aivalen dimana : = nilai mula egangan ujung-irim, = nilai mula egangan ujungerima. Jadi merupaan perbedaan secara ilmu hiung anara egangan-pengirim dan egangan-penerima. Sebagai dasar dalam menghiung, di misalan suau sirui fasa-unggal dua awa, dimana ahanan dan reaansinya masing-masing dinyaaan dengan R dan X L dan pada ujung saluran erdapa suau beban liha Gambar.1a... Tegangan Ujung Pengirim Diagram pasor dari Gambar. unu faor daya yang eringgal, digambaran embali dengan arus I dibua mendaar, seperi yang erliha pada Gambar.. Tegangan ujung penerima, dibua onsan dan merupaan pasor acuan, dimana OA =, unu arus beban I yang eringgal erhadap, sebesar sudu. Jauh egangan pada ahanansaluran = I x R dan dinyaaan pada Gambar. Sebagai AB yang sefasa dengan arus I, dan arenanya sejajar dengan OD. Jauh egangan pada reaansi saluran = I x X L, jauh egangan reaif ini dinyaaan oleh BC pada Gambar.. Jauh egangan induif ini mendahului 90 erhadap arus, oleh sebab iu BC ega-lurus erhadap OD. Rugi egangan impedansi IZ adalah penjumlahan pasor jauh-egangan ahanan dan jauhegangan induif, pada Gambar. dinyaaan oleh AC. d 6

JURNAL INTAKE---- ol., Nomor 1,April 01 C 0 A IZ I.R I.XL F G D Gambar. Diagram pasor dari gambar. unu faor daya eringgal B I Tegangan-ujung pengirim diaur sedemiian rupa agar egangan-ujung penerima dijaga onsan. Tegangan-ujung-pengirim. Dinyaaan oleh OC. Arur I = OD eringgal sebesar sudu erhadap. Oleh sebab iu merupaan facor-daya beban diuur pada egangan-ujung-pengirim. Dalam Gambar., adalah beda fasa anara edua ujung saluran. Besaran dari, dapa dicari segi-iga OGC, sebagai beriu : (OC) = (OG) + (GC) = (OF + FG) + (GB + BC) ( cos IR) ( sin IX L ) Jadi egangan ujung-pengirim adalah : 1 cos IR) ( sin IX ( L )...(.) dapa juga diulis benu lain, yaiu : IR IX L 1 (cos ) (sin ).(.4) Faor-daya dari beban diuur pada egangan-ujung pengirim adalah : OG OF FG cos IR cos (.5) OC OC Alernaif lain unu menenuan Perhaian Gambar.b. yang merupaan pasor diagram dari Gambar.a, searang dicari persamaan yang beraian dengan, dan, persamaan iu adalah: ( d) δ ( I.Rcos I.XLsin ) (I.XLcos I.R.sin )...(.6) Bila beban fasa unggal, daya-aif beban (P) dan daya reaif beban (Q) dieahui, P Q besar arusnya I aau I, maa dapa dinyaaan dalam benu : cos sin R.P X L.Q X L.P R.Q..(.7) dimana : R.P XLQ d...(.8) dan XL.P R.Q..(.9) 64

Selanjunya perhaian Gambar.b cd δ IX Lcos IRsin an δ...(.10) od d IRcos IX Lsin dari sini dapa dieahui, jadi faor-daya beban diuur pada egangan ujung pengirim adalah : cos = cos( + )...(.11). PERHITUNGAN RUGI TEGANGAN a. Secara Esa Dari persamaan (.4) maupun (.7), dapa dieahui besarnya egangan ujungpengirim secara esa emudian rugi-egangan dihiung berdasaran persamaan (.) b. Secara pendeaan Perhaian Gambar.b yang merupaan pasor diagram dari Gambar.a, dengan ii O sebagai ii pusa dari lingaran dengan jari-jari Od = dibua lingaran, sehingga memoong perpanjangan pada ii e, jadi : = Oe = Oa + ac + ce, Oleh arena ce << ; ce dapa diabaian, sehingga Oa + ac Selanjunya, Oa = ; ac = ab + bc dimana ab = IR cos dan bc = IX L sin, sehingga: Ac = d = IR cos + IX L sin Selanjunya dapa diulis dalam benu : + d + IR cos + IX L sin, aau - IR cos + IX L sin Sesuai dengan definisi, maa didapa : L IR cos IX sin...(.1) Jauh egangan secara pendeaan dapa juga dinyaaan dalam daya-aif beban (P) dan daya-reaif beban (Q) erenu, dari Gambar. didapa : ( d) jia d; maa dapa diabaian, sehingga persamaan diaas menjadi Sesuai dengan definisi ( d) RP XLQ RP XLQ RP X Q, maa didapa L...(.) 65

JURNAL INTAKE---- ol., Nomor 1,April 01 dengan demiian secara ilmu hiung perbedaan egangan-irim dan egangan erima () secara pendeaan dapa dinyaaan oleh : RP XLQ.1. Rugi Tegangan Dalam Prosen Jauh egangan dalam prosen, menuru definisi adalah : % x 100%...(.) biasanya diambil egangan sisem yang bersanguan, dalam hal ini f merupaan egangan fasa sisem, Jadi persamaan (.4) biasa diulis dalam benu: % x100%...(.4) f f Menuru persamaan (.) IR cos IX sin sehingga persamaan (.5) dapa diulis sebagai : IR cos IXL sin % ( )% x100%,...(.6) f f dimana, f adalah egangan-fasa nominal aau egangan pengenal dari sisem yang bersanguan. Persamaan (.6), dapa juga dibua dalam benu lain, yang mengandung daya aif P dan daya reaif Q dari beban yang bersanguan. Dengan memperhaian RPXLQ persamaan (.), dimana, maa jauh-egangan dalam prosen menjadi : RP XLQ % ( )% x 100%...(.7) f f dimana : P = daya aif, dalam MW, Q = daya reaif, dalam MAR, f = egangan fasa, dalam. Persamaan (.6) aau (.7) merupaan rumus-dasar dalam menghiung rugi-egangan secara pendeaan.. Perhiungan Rugi Tegangan Pada Saluran Tegangan Rendah Unu menyederhanaan perhiungan, diasumsian beban-bebannya merupaan beban fasa-iga yang seimbang dan faor dayanya cos = 0,9. Jauh egangan secara pendeaan dapa dihiung berdasaran hubungan : ( ) I(R cos Xsin ) vol dimana I dalam ampere, R dan X dalam ohm. Unu sisem fasa iga, besar arus fasanya adalah : 10 x S 10 x P I ampere x x cos Dimana S dalam A dan P dalam W, maa : () 10 x S (R cos Xsin ) vol x cos dimana P dalam W, dalam vol, R dan X dalam ohm, jauh egangan dalam prosen, adalah : L 66

10 x P % (R cos Xsin )x100% f xx f xcos 10 x 100xPxL aau % (r cos x sin )x100% cos dimana R = L.r ohm; X = L.x ohm, Z dalam meer, r = ohm per meer, x = ohm per 1 meer. Sebagaimana dieahui ahanan/resisensi r = pxq ohm/meer, maa jauh egangan dalam prosen dapa diulis : 10 x 100xPxLx r x % (cos r sin )x100% cos 10 x 100xPxL r pxqx dimana L adalah jara anara beban sampai sumber. Aau : ()% = (P x L) x 10-4 x % (1 an )x100 % 10 5 * x 4 (1 an ).10 Dimana : pqv r P = dalam W, = dalam ol, L = dalam meer, q = penampang penghanar dalam mm, g = daya hanar jenis dalam mho-meer per mm, r = ahanan dalam ohm perfasa per m, x = reaansi dalam ohm perfasa per m..1. Dalam sysem arus AC 1 phasa Rugi egangan dalam prosen 00. LU. 00. LU. U (%) dan q (mm ) E. q. E. U. Rugi egangan dalam vol. LU. L I (ol) dan q. q. E.. (mm. LU. ) aau q. E.. Dimana : P = Beban dalam Wa, f = Tegangan anar saluran ( phasa neral), q = Penampang saluran ( mm ), E = Tegangan Sumber (ol), = Rugi egangan (ol), U = Daya beban (Wa), U = Rugi egangan dalam %, L = Panjang Rue saluran, = Daya hanar jenis embaga = 56, besi = 7, aluminium =,7, I = Arus Beban (Ampere)... Dalam sysem arus AC phasa Jia yang dieahui Arus ( I ), bisa juga menggunaan rumus : 1,7. L. I. Cos 1,7. L. I. Cos (ol) aau q (mm ). q Jia yang dieahui Beban ( Wa ), bisa juga menggunaan rumus : LU. LU. (ol) aau q (mm ). q. E.. E Dimana: P = Beban dalam Wa, f = Tegangan anar saluran ( phasa neral), q = Penampang saluran ( mm ), = Rugi egangan (ol), E = Tegangan Sumber (ol), U = Rugi egangan dalam %, U = Daya beban (Wa), L = Panjang Rue 67

JURNAL INTAKE---- ol., Nomor 1,April 01 saluran, = Daya hanar jenis embaga = 56, besi = 7, aluminium =,7, I = Arus Beban (Ampere) 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. JTR Dusun Bagor Desa Guyangan Kec. Nganju Kab. Jombang Pada Trafo HL.017 Pada JTR Dusun Bagor Desa Guyangan erdapa dua sisi (sisi anan dan sisi iri), dalam pembahasan ini aan dianalisa susu egangan pada sisi anan dan sisi iri iap iap iang sampai iang pelanggan paling ujung. Dari analisa diharapan diperoleh daa hasil analisa susu egangan iap-iap ii iang. Unu menghiung susu egangan dalam prosen, didasaran rumus : 4 ( )% P. L 10 % dimana: P = dalam W; = dalam ol; = dalam % ; L = dalam meer. Daa Beban dan benu jaringan dapa diliha pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 Tabel 4.1 Daa Beban Tiap Tiang Sebelum Sisipan Tii No. Tiang Jara anar Tiang Wh Terpasang Arus (A) Daya (W) Daya Beban Punca(W) HL017 1 A00 1 10.50 0,978 B01 44 6 8.100,857 B0 56 6 8.100,857 4 B0 48 4.950,57 5 B0A01 5 54 1.150 5,786 6 B04 1 6 5.850,786 7 B05 46 6 5.850,786 8 B06 40 64 14.400 6,857 9 B07 7 74 16.650 7,99 10 B07A01 9 6 1.50 0,64 11 B07A0 47 8 1.800 0,857 1 B07A0B01 5 6 1.50 0,64 1 B07A0B0 4 10.50 1,071 14 B07A0B0 40 14.150 1,500 15 B07A0B04 51 4.950,57 16 B07A0B05 9 4 7.650,64 17 B07A0B06 48 50 11.50 5,57 18 B07A0 8 1.800 0,857 19 B07A04 4 4 900 0,49 0 B07A04B01 6 8 6.00,000 1 B07A04B0 4 14.150 1,500 B07A04B0 7 6 5.850,786 B08 47 64 14.400 6,857 4 B09 9 0 4.500,14 5 B10 1 60 1.500 6,49 6 B11 41 60 1.500 6,49 7 B1 0 161 6.700 17,714 8 B1 41 4 7.650,64 9 B14 41 18 4.050 1,99 0 D01 9 6 8.100,857 1 D01C01 4 5.400,571 D01C0 4 900 0,49 D01C0 44 60 1.500 6,49 4 D01C0B01 40 4 5.400,571 5 D01C0B0 16.600 1,714 6 D01C0D01 8 0 6.750,14 7 D01C04 9 18 4.050 1,99 8 D01C04B01 8 450 0,14 9 D01C04B0 6 1.50 0,64 40 D01C05 41 1.700 1,86 41 D01C05B01 4 4 7.650,64 4 D01C06 46 16.600 1,714 4 D01C07 48 7.00,49 44 D01C07B01 4 8 1.800 0,857 45 D01C08 41 1.700 1,86 46 B00 48 10.50 1,071 47 B01 50 4 5.400,571 48 B0 1 0-0,000 68

49 B0A01 44 4.950,57 50 B0A0 5 18 4.050 1,99 51 B0A0D01 5 8 6.00,000 5 B0A0D0 4 46 10.50 4,99 5 B0 50 4 9.450 4,500 54 B04 49 6 5.850,786 55 B05 49 7.00,49 56 B06 50 44 9.900 4,714 57 B07 50 8 1.800 0,857 58 D01 50 4 5.400,571 59 D01C01 6 74 16.650 7,99 60 D0 50 6 5.850,786 61 D0 50 6 1.50 0,64 6 D04 1 54 1.150 5,786 6 D04A01 5 4 9.450 4,500 64 D04A0 6 6 8.100,857 65 D04A0D01 45 48 10.800 5,14 66 D04A0 0 8 1.800 0,857 67 D04A04 41 6 8.100,857 68 D04A05 8 10.50 1,071 69 D04A06 7 8 1.800 0,857 70 D04A07 1 48 10.800 5,14 71 D04A07D01 1 46 10.50 4,99 7 D04A08 7.00,49 Gambar 4.1. Single Line Jaringan Trafo HL. 017 Kabel yang digunaan AAAC 70 mm dengan nilai reaansi dan inpedansi seperi pada able 4.: 69

JURNAL INTAKE---- ol., Nomor 1,April 01 Tabel 4. Dafar nilai reaansi dan impedansi dari penghanar AAAC ; Penampang Kawa Al 16 5 5 50 70 95 10 (mm ) r(ohm/m),0161 1,96 0,917 0,645 0,4608 0,96 0,688 x(ohm/m) 0,406 0,895 0,790 0,678 0,57 0,449 0,76 z(ohm/m),0561 1,55 0,9965 0,748 0,580 0,4840 0,415 x/r 0,00 0,004 0,411 0,5701 0,775 1,0156 1,560 10,101 6,7567 5,048,760,8947,14 1,9740 4.. Susu Tegangan Yang erjadi pada JTR Ds. Guyangan dalam prosen. Susu egangan dalam prosen, didasaran rumus : 4 ( )% P. L 10 % dimana : P = dalam W, = dalam ol, = dalam %, L = dalam meer. Dan egangan pada iang beriunya : = (( *)/100) Nilai = (,8947) dapa diliha pada abel 4.. maa jauh/susu egangan dapa dihiung dengan Microsof Excel pada Microsof dengan mengasumsian beban seimbang dan pemaaian beban didasaran penguuran pada saa beban punca, sedangan periraan pembebanan iap iang didasaran pada jumlah daya erpasang pada asumsi jumlah pemaaian pada saa beban punca, maa didapaan hasil sebagai beriu: Tabel 4.. Hasil Perhiungan Tiap Tiang Sebelum Sisipan Tii No. Tiang Jara anar Tiang Daya Beban (W) Toal Daya di Tiang (W) Susu Tegangan (%) Tegangan di Tiang R-N S-N T-N HL.017 1 1 1 A00 1 0,978 68,85,41 5,4 5,4 7,4 B01 44,857 61,000,4 17,9 17,9 19,8 B0 56,857 57,14 4,168 08,8 08,8 10,7 4 B0 48,57 5,86,519 01,5 01,5 0, 5 B0A01 5 5,786 5,786 0,089 01, 01, 0,1 6 B04 1,786 45,14,00 196,9 196,9 198,6 7 B05 46,786 4,57,7 190,5 190,5 19, 8 B06 40 6,857 9,571,774 185, 185, 186,9 9 B07 7 7,99,714 1,819 181,9 181,9 18,5 10 B07A01 9 0,64 4,64 0,78 181,4 181,4 18,9 11 B07A0 47 0,857 4,000 0,7 180,8 180,8 18, 1 B07A0B01 5 0,64 0,64 0,007 180,8 180,8 18, 1 B07A0B0 4 1,071 1,99 0,17 5,0 5,0 7,0 14 B07A0B0 40 1,500 1,857 0,149 4,7 4,7 6,6 15 B07A0B04 51,57 11,57 0,168 4, 4, 6, 16 B07A0B05 9,64 9,000 0,076 4, 4, 6,1 17 B07A0B06 48 5,57 5,57 0,074 4,0 4,0 5,9 18 B07A0 0,857 8,571 0,079,8,8 5,7 19 B07A04 4 0,49 7,714 0,096,6,6 5,5 0 B07A04B01 6,000 7,86 0,076,4,4 5,4 1 B07A04B0 4 1,500 4,86 0,05,, 5, B07A04B0 7,786,786 0,00,, 5, B08 47 6,857 00,14,7 17, 17, 19,0 4 B09 9,14 19,86,18 1,4 1,4 14, 5 B10 1 6,49 191,14 1,715 08,8 08,8 10,6 6 B11 41 6,49 184,714,19 04, 04, 06,0 7 B1 0 17,714 178,86 1,548 01,0 01,0 0,8 8 B1 41,64 5,571 0,066 00,9 00,9 0,6 9 B14 41 1,99 1,99 0,0 00,9 00,9 0,6 0 D01 9,857 6,857 0,077 00,7 00,7 0,4 1 D01C01,571,000 0,08 00,7 00,7 0,4 D01C0 0,49 0,49 0,00 00,6 00,6 0,4 D01C0 44 6,49 8,99 0,68 199,9 199,9 01,6 4 D01C0B01 40,571,500 0,61 199,4 199,4 01,1 5 D01C0B0 1,714 19,99 0,190 199,0 199,0 00,7 6 D01C0D01 8,14 18,14 0,00 198,6 198,6 00, 70

7 D01C04 9 1,99 15,000 0,16 198,4 198,4 00,1 8 D01C04B01 8 0,14 1,071 0,144 198,1 198,1 199,8 9 D01C04B0 0,64 1,857 0,119 197,8 197,8 199,5 40 D01C05 41 1,86 1,14 0,145 197,5 197,5 199, 41 D01C05B01 4,64,64 0,045 197,5 197,5 199, 4 D01C06 46 1,714 6,000 0,080 197, 197, 199,0 4 D01C07 48,49 4,86 0,060 197, 197, 198,9 44 D01C07B01 4 0,857 0,857 0,011 197, 197, 198,9 45 D01C08 41 1,86 1,86 0,015 197,1 197,1 198,8 46 B00 48 1,071 85,500 1,188 194,8 194,8 196,5 47 B01 50,571 84,49 1, 19,4 19,4 194,1 48 B0 1 0,000 81,857 0,84 191,9 191,9 19,5 49 B0A01 44,57 1,14 0,156 191,6 191,6 19, 50 B0A0 5 1,99 9,857 0,100 191,4 191,4 19,0 51 B0A0D01 5,000 7,99 0,080 191, 191, 19,9 5 B0A0D0 4 4,99 4,99 0,049 191,1 191,1 19,8 5 B0 50 4,500 69,64 1,008 189, 189, 190,8 54 B04 49,786 65,14 0,94 187,5 187,5 189,1 55 B05 49,49 6,57 0,884 185,8 185,8 187,4 56 B06 50 4,714 58,99 0,85 184, 184, 185,8 57 B07 50 0,857 54,14 0,785 18,8 18,8 184, 58 D01 50,571 5,57 0,77 181,4 181,4 18,9 59 D01C01 6 7,99 7,99 0,08 181, 181, 18,8 60 D0 50,786,714 0,9 180,6 180,6 18, 61 D0 50 0,64 19,99 0,88 180,1 180,1 181,6 6 D04 1 5,786 19,86 0,067 180,0 180,0 181,5 6 D04A01 5 4,500 1,500 0,17 179,7 179,7 181, 64 D04A0 6,857 9,000 0,068 179,6 179,6 181, 65 D04A0D01 45 5,14 5,14 0,067 179,5 179,5 181,0 66 D04A0 0 0,857 16,714 0,145 179, 179, 180,8 67 D04A04 41,857 15,857 0,188 178,9 178,9 180,4 68 D04A05 8 1,071 1,000 0,1 178,6 178,6 180, 69 D04A06 7 0,857 10,99 0,117 178,4 178,4 180,0 70 D04A07 1 5,14 10,071 0,090 178, 178, 179,8 71 D04A07D01 1 4,99 4,99 0,044 178, 178, 179,7 7 D04A08,49,49 0,0 178, 178, 179,7 Tabel 4.Hasil Perhiungan Tiap Tiang Seelah Ada Trafo Sisipan Tii No. Tiang Jara anar Tiang Daya Beban (W) Toal Daya di Tiang (W) Susu Tegangan (%) Tegangan di Tiang R-N S-N T-N HL.017 1 0 8 Line B 1 A00 1 0,67 159,877 1,45 7,7 6,7 4,7 B01 44,9 155,164 1,976,, 0, B0 56,9 15,871,478 17,7 16,7 14,8 4 B0 48 1,401 150,577,09 1,1 1, 10, 5 B0A01 5,440,440 0,05 1,0 1,1 10, 6 B04 1 1,656 145,77 1,08 10, 09, 07,5 7 B05 46 1,656 144,080 1,919 06, 05, 0,5 8 B06 40 4,077 14,44 1,649 0,8 01,9 00,1 9 B07 7 4,714 18,48 1,081 00,6 199,7 198,0 10 B07A01 9 0,8 14,650 0,165 00, 199,4 197,6 11 B07A0 47 0,510 14,68 0,194 199,9 199,0 197, 1 B07A0B01 5 0,8 0,8 0,004 199,9 199,0 197, 1 B07A0B0 4 0,67 8,80 0,10 7,5 6,5 4,5 14 B07A0B0 40 0,89 7,644 0,089 7, 6, 4, 15 B07A0B04 51 1,401 6,75 0,100 7,0 6,0 4,1 16 B07A0B05 9,166 5,50 0,045 6,9 5,9 4,0 17 B07A0B06 48,185,185 0,044 6,8 5,8,9 18 B07A0 0,510 5,096 0,047 6,7 5,7,8 19 B07A04 4 0,55 4,586 0,057 6,6 5,6,6 0 B07A04B01 6 1,78 4,1 0,045 6,5 5,5,5 1 B07A04B0 4 0,89,548 0,0 6,4 5,4,5 B07A04B0 7 1,656 1,656 0,018 6,4 5,4,4 B08 47 4,077 118,984 1,619,7 1,7 19,8 4 B09 9 1,74 114,908 1,97 19,8 18,9 17,0 5 B10 1,8 11,64 1,00 17,6 16,6 14,7 6 B11 41,8 109,81 1,0 14,7 1,8 1,0 7 B1 0 10,678 105,990 0,90 1,8 11,8 10,0 8 B1 41,166,1 0,09 1,7 11,8 09,9 9 B14 41 1,147 1,147 0,014 1,7 11,7 09,9 Line D 0 D01 9,9 4,077 0,046 0,9 9,9 7,9 1 D01C01 1,59 1,78 0,017 0,9 9,9 7,9 D01C0 0,55 0,55 0,00 0,9 9,9 7,9 D01C0 44,8 17,198 0,19 0,5 9,5 7,5 4 D01C0B01 40 1,59 1,76 0,155 0,1 9,1 7,1 71

JURNAL INTAKE---- ol., Nomor 1,April 01 5 D01C0B0 1,019 11,847 0,11 9,9 8,9 6,9 6 D01C0D01 8 1,911 10,88 0,119 9,9 8,9 6,9 7 D01C04 9 1,147 8,917 0,075 9,7 8,7 6,7 8 D01C04B01 8 0,17 7,771 0,085 9,5 8,5 6,5 9 D01C04B0 0,8 7,644 0,071 9,5 8,5 6,5 40 D01C05 41 0,764 7,61 0,086 9, 8, 6,4 41 D01C05B01 4,166 6,497 0,081 9,1 8, 6, 4 D01C06 46 1,019 4,1 0,058 9, 8, 6, 4 D01C07 48,08,1 0,046 9,1 8,1 6,1 44 D01C07B01 4 0,510 1,74 0,016 9,1 8,1 6,1 45 D01C08 41 0,764 0,764 0,009 9,1 8,1 6,1 HL416 0,0 1,0 0,0 46 B00 48 1,184 1,184 0,016 0,0 1,0 0,0 47 B01 50,84,84 0,041 9,9 0,9 9,9 48 B0 1 0,000 0,000 0,000 9,9 1,0 0,0 49 B0A01 44,605,605 0,0 9,8 0,8 9,8 50 B0A0 5,1,1 0,0 9,7 0,9 9,9 51 B0A0D01 5,16,16 0,04 9,7 0,8 9,8 5 B0A0D0 4 5,447 5,447 0,054 9,5 0,8 9,8 5 B0 50 4,974 4,974 0,07 9,0 8,0 6,1 54 B04 49,079,079 0,044 8,9 0,7 9,7 55 B05 49,789,789 0,054 8,8 7,9 5,9 56 B06 50 5,11 5,11 0,075 8,6 0,5 9,5 57 B07 50 0,947 0,947 0,014 8,6 7,9 5,9 58 D01 50,84,84 0,041 8,5 0,4 9,4 59 D01C01 6 8,76 8,76 0,091 8,4 7,7 5,7 60 D0 50,079,079 0,045 8,4 0, 9, 61 D0 50 0,711 0,711 0,010 8,4 7,7 5,7 6 D04 1 6,95 6,95 0,0 8,4 0, 9, 6 D04A01 5 4,974 4,974 0,050 8, 7,5 5,6 64 D04A0 6 4,6 4,6 0,0 8, 0, 9, 65 D04A0D01 45 5,684 5,684 0,074 8,1 7,4 5,4 66 D04A0 0 0,947 0,947 0,008 8, 0, 9, 67 D04A04 41 4,6 4,6 0,051 8,0 7, 5, 68 D04A05 8 1,184 1,184 0,01 8, 0,1 9,1 69 D04A06 7 0,947 0,947 0,010 8,0 7, 5, 70 D04A07 1 5,684 5,684 0,051 8, 0,0 9,0 71 D04A07D01 1 5,447 5,447 0,049 7,8 7,1 5,1 7 D04A08,789,789 0,05 8,1 0,0 9,0 Jia diliha dari sisi pembebanan erdapa pembaas beban pada onsumen dengan oal sebesar 155 Amper aau sejumlah 5 A aau, padahal rafo yang erpasang 50 A. Hal ini bisa mengaibaan seringnya ripnya pengaman bahan bila beban secara bersamaan menggunaan daya lisri yang masimal aan mengaibaan erusaan pada Trafo. Unu mengaasinya diperluan rafo sisipan sebesar 100 A pada Line D dan perbaian jaringan dengan menyempurnaan smbungan-sambungan dan penyaluran. Dari perhiungan diaas didapaan hasil perhiungan egangan pada iang ujung seperi pada able 4.4 Tabel 4.4. Hasil perhiungan egangan HL. 017 R S T Tegangan Inpu 1,0 0,0 8,0 Line B B07A04B0 6,4 5,4,4 Line D D01C08 9,1 8,1 6,1 T. 416 R S T Line B B07 8,6 7,9 5,9 Line D D04A07D01 7,8 7,1 5,1 Dari hasil penguuran dan perhiungan saa beban punca sudah cuup bai yaiu susu egangan urang dari 5 %. 7

5. KESIMPULAN Dari perhiungan sebelum adanya rafo sisipan dan perbaian sisem jaringan didapaan perbedaan anara hasil penguuran dengan hasil perhiungan egangan pada iang ujung : Pada Trafo 017 dengan suplay Phasa R = 1 ; S = 0 ; T = 8 dengan egangan ujung line B Phasa R = 6.4 ; S = 5.4 ; T = 6.1 dan pada line D Phasa R = 9.1 ; S = 8.1 ; T = 6.1. Sedangan pada rafo sisipan T.416 diperoleh suplay Phasa R = 0 ; S = 1 ; T = 0 dengan egangan ujung line B Phasa R = 8.6 ; S = 7.9 ; T = 5.9 dan pada line D Phasa R = 7.8 ; S = 7.1 ; T = 5.1. Perbedaan ini menunjuan adanya urang sempurnanya sambungan, maa diperluan pembenahan dengan mengece dan memperbaii iap-iap sambungan. Jia diliha dari sisi pembebanan erdapa pembaas beban pada onsumen dengan oal sebesar 155 Amper aau sejumlah 5 A aau, padahal rafo yang erpasang 50 A. Hal ini bisa mengaibaan seringnya ripnya pengaman bahan bila beban secara bersamaan menggunaan daya lisri yang masimal aan mengaibaan erusaan pada Trafo. Unu mengaasinya diperluan rafo sisipan sebesar 100 A pada Line D dan perbaian jaringan dengan menyempurnaan smbungan-sambungan dan penyaluran. 6. DAFTAR PUSTAKA Agus Jamaludin, Perawaan dan Perbaian Jaringan Disribusi PT. PLN (Persero) UPJ Wiradesa, Laporan Kerja Prae, Polieni Negeri Semarang, Semarang, 011. Djieng Marsudi, Operasi Sisem enaga Lisri, Balai Penerbi & Humas ISTN, Bhumi Srengseng Indah, Jaara selaan, 1990 Daryano, Koo Budi, Jaringan Disribusi Lisri, Penerbi Angasa Bandung, 1999. Gonen, Turan. 1987. Elecric Power Disribuion Sysem Engineering. Singapore: McGraw-Hill Boo Company. Grainger, Sevenson, 1994, Power Sysem Analysis, McGraw-Hill Series In Elecrical and Compuer Engineering. Hasan Basri, Dasar-dasar Sisem Disribusi enaga Lisri, Meeri ursus Pengembangan Dalam Ranga Penyearaan PJT Golongan C Bidang. Elerial dan Meanial, APEI Jaim, 00. Pai. MA, 1979, Compuer Techniques In Power Sysem Analysis, Taa McGraw-Hill Publishing Company. Pansini, Anhony J. 1986. Elecrical Disribuion Engineering. Singapore: McGraw- Hill Boo Company. Uppal, S.L 1981. Elecrical Power New Delhi : Khanna Phublishers. Rusiyano, Sisem Disribusi Tenaga Lisri dan Gardu Disribusi, Banyuwangi, 010. Suhadi, Disribusi Arus Bola-bali, IKIP negeri Surabaya, 1986 Wahyudi Sarimun, Buu Sau Pelayanan Teni, Garamond, Beasi, 011. Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Lisri. Bandung : Penerbi ITB. 7