PERBANDINGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (CDS) DAN PALMER DALAM MEMINIMASI TOTAL WAKTU PENYELESAIAN Studi Kasus : Astra Konveksi Pontianak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (CDS) DAN PALMER DALAM MEMINIMASI TOTAL WAKTU PENYELESAIAN Studi Kasus : Astra Konveksi Pontianak"

Transkripsi

1 Bulein Ilmiah Mah. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 04, No. 3 (2015), hal PERBANDINGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (CDS) DAN PALMER DALAM MEMINIMASI TOTAL WAKTU PENYELESAIAN Sudi Kasus : Asra Konvesi Poniana Risa, Helm Marisi Arionang INTISARI Meode Campbell Dude and Smih (CDS) dan Palmer merupaan eni penadwalan flow shop. Tuuan penadwalan flow shop yaiu unu mengeahui oal wau penyelesaian ob minimal. Peneliian yang dilauan di Asra onvesi Poniana sebanya 5 ob yang dianaranya, aos olahraga SMPN 2 Dedai Sinang, aos olahraga SMA Immanuel Sinang, aos olahraga SMA Nusanara Indah Sinang, aos pembina MTS Nurul Fallah dan aos sanri aman pendidian Qur an masid Alqudsy ayong Uara. Masing-masing ob harus melewai seiap mesin secara beruruan. Mesin yang digunaan yaiu mesin pola dan poong, mesin sablon, mesin obras, mesin ahi dan mesin overdec. Peneliian diawali dengan menghiung wau proses masing-masing ob diseiap mesin. Penadwalan CDS didasaran pada uruan ob yang memilii wau proses minimal sedangan penadwalan Palmer didasaran pada uruan ob yang memilii wau proses masimal dieraan erlebih dahulu. Berdasaran uruan ob yang dihasilan, oal wau penyelesaian meode CDS selama 6 hari 1 am dan meode Palmer selama 7 hari 8 meni. Meode CDS lebih coco dierapan pada Asra onvesi Poniana arena memilii wau proses minimal dalam memprodusi aos. Kaa Kunci: Johnson rule, Slope indes, Compleion ime. PENDAHULUAN Seiring dengan perembangan indusri yang semain mau, rise operasi semain banya dierapan diberbagai bidang ilmu. Perusahaan harus memilii sraegi yang epa unu dapa bersaing dengan para pesaingnya. Sraegi ersebu dapa berupa ualias produ yang dihasilan aau eepaan wau proses penyelesaian. Sering ali eradi anrian yang panang diarenaan ida epa dalam menyelesaian suau peeraan (ob). Aibanya ob menumpu sehingga ida sanggup menerima pesanan yang baru masu. Agar ida eradi anrian yang menumpu dalam proses produs diperluan suau sisem yang dapa mememinimasi oal wau penyelesaian. Sisem produsi yang sering digunaan dalam penadwalan yaiu pola alir searah (flow shop). Penadwalan flow shop adalah penadwalan ob dengan uruan mesin yang sama anpa adanya perulangan. Operasi suau ob hanya bergera sau arah, yaiu dari proses awal pada mesin perama sampai proses ahir pada mesin erahir [1]. Upaya unu meminimasi oal wau penyelesaian pada meode Campbell Dude and Smih (CDS) menggunaan Johnson Rule. Meminimasi oal wau penyelesaian pada meode Palmer menggunaan slope indes. Uruan ob yang dihasilan meode CDS diperoleh dari perhiungan berdasaran wau proses minimal. Uruan ob yang dihasilan meode Palmer diperoleh dari perhiungan berdasaran wau proses masimal [2]. Tuuan peneliian ini adalah membandingan oal wau penyelesaian anara meode CDS dan Palmer. Daa yang digunaan dalam peneliian ini merupaan daa primer yang diamai langsung pada Asra onvesi Poniana. Daa yang diambil yaiu daa order lima ob yang diselesaiaan melalui lima mesin. Job yang dieraan yaiu aos olahraga SMPN 2 Dedai Sinang, aos olahraga SMA Immanuel Sinang, aos olahraga SMA Nusanara Indah Sinang, aos pembina MTS Nurul Fallah dan aos sanri aman pendidian Qur an masid Alqudsy ayong Uara. Masing-masing ob harus melewai seiap mesin secara beruruan. Mesin yang digunaan yaiu mesin pola dan poong, mesin sablon, mesin obras, mesin ahi dan mesin overdec. Perhiungan meode CDS dimulai dengan menyusun dafar wau proses ob pada mesin e. Ierasi dienuan berdasaran umlah uruan penadwalan dengan auran. Penadwalan 181

2 182 RISA, HELMI, M. ARITONANG dapa dimulai dengan uru mulai dari ierasi 1 sampai m 1. Langah selanunya menghiung wau proses minimal dengan Johnson Rule n ob 2 grup mesin dengan grup perama yaiu menenuan wau proses mesin perama dan wau proses mesin erahir. Seelah peneapan wau proses, dilanuan dengan menguruan ob yang diproses. Langah erahir hiung oal wau penyelesaian dari seiap ierasi dalam proses pengeraan ob dan memilih ob dengan oal wau penyelesaian minimal. Perhiungan meode Palmer dimulai dengan menyusun dafar wau proses ob i pada mesin e. Proses selanunya menghiung slope indes ob i dengan cara mensubsiusian daa wau proses edalam rumus slope indes. Uruan nilai slope indes mulai dari nilai masimal hingga nilai minimal, ob dengan slope indes masimal mendapa uruan pengeraan perama dalam adwal dan diahiri dengan ob yang memilii slope indes minimal. Langah erahir hiung oal wau penyelesaian dari uruan ob yang diperoleh berdasaran penguruan slope indes. METODE CDS DAN PALMER Meode yang diemuaan oleh Campbell, Dude and Smih pada ahun 1965 adalah pengembangan dari Johnson Rule. Seiap ob yang diproses harus melalui proses masing-masing mesin. Johnson Rule digunaan unu mencari uruan ob yang melibaan 2 grup mesin sebagai ala proses dari peeraan yang daang. Job yang diproses harus melalui dua grup mesin yaiu mesin M1 dan dilanuan pada mesin M 2 sampai selesai. Langah perama dalam auran Johnson Rule yaiu memilih wau proses ( M1, M 2 ) minimal, dengan im, 1 adalah wau proses ob i pada mesin 1 dan im, 2 adalah wau proses ob i pada mesin 2. Langah edua empaan ob pada posisi erawal dalam uruan ia wau proses minimal erdapa pada mesin perama ( im, 1 ). Tempaan ob pada posisi erahir dalam uruan ia wau proses minimal erdapa pada mesin edua ( im, 2 ). Langah erahir hilangan ob yang sudah diadwalan dari dafar ob. Ulangi langah 2 dan 3 hingga seluruh ob elah eradwalan [2]. Ierasi perama Meode CDS yaiu meneapan wau proses mesin perama dan mesin edua: dan ; i 1,2,..., n (1) M1 1 M 2 m Ierasi edua sampai ierasi n, wau proses dieapan dengan rumus sebagai beriu [2]: Keerangan: i : Job yang diproses ( i 1,2,3,4,5) i dan ; i 1,2,..., n ; 1,2,..., m M1 M 2 1 m1 (2) : Mesin yang digunaan unu proses ob i ( 1,2,3,4,5) : Wau proses ob i (meni) M1 : Mesin perama pada perhiungan Johnson Rule M 2 : Mesin edua pada perhiungan Johnson Rule n : Jumlah ob (aos) m : Jumlah mesin (uni) : Ierasi Meode yang diemuaan oleh Palmer merupaan eni penadwalan slope indes. Slope indes digunaan unu menguruan ob agar menghasilan oal wau penyelesaian minimal. Prosedur penguruan slope indes memberian priorias pada ob dengan wau proses masimal diproses erlebih dahulu. Slope indes unu ob i yaiu [3]: m (2 1) ; 1,2,..., dan 1,2,..., (3) 1 Si m i n m

3 Perbandingan Meode Campbell Dude and Smih (CDS) dan Palmer dalam Meminimasi Toal Wau Penyelesaian 183 Keerangan : Si : Slope indes ob i : Wau proses ob i pada mesin e (meni) PENGUKURAN WAKTU KERJA Ui ecuupan daa berfungsi sebagai indiaor banyanya daa yang harus diumpulan dan agar daa yang erumpul cuup secara obeif [4]. Penguian ecuupan daa berpedoman pada onsep saisi yaiu inga eeliian dan eyainan. Jia dalam ui ecuupan daa ernyaa belum mencuup maa perlu dilauan penambahan wau dengan menguur embali wau yang diperluan. Peneliian dilauan sebanya 29 ali ( N 29) dengan asumsi inga eyainan 95% dan deraa eeliian 10%. K 2 2 N X X N ' s ; 1,2,3,4,5 X Keerangan: : Jumlah daa eoriis ob i pada mesin e N `i, N : Jumlah daa pengamaan X : wau pengamaan ob i pada mesin e (dei) K : Tinga eyainan (99% 3, 95% 2) s : Deraa eeliian Jia erdapa N N maa lauan penambahan daa. Jia unu semua N, Unu semua N 1,1 2,1 3,1 4,1 5,1 1,2 2,2 3,2 4,2 5,2 1,3 2,3 3,3 4,3 5,3 N ' 8,31 N ' 1,03 N ' 4, 47 N ' 1,86 N ' 15, 41 N ' 0,46 N ' 2,38 N ' 0,75 N ' 3,45 N ' 1,94 N ' 1,68 N ' 2,08 N ' 19,43 N ' 16,70 N ' 1,46 N ' 1,4 0,11 N ' 2,4 0,81 N ' 3,4 1,79 N ' 4,4 2,37 N ' 5,4 1,32 N ' 1,95 N ' 7,68 N ' 4,18 N ' 0,45 N ' 1,43 1,5 2,5 3,5 4,5 5,5 N, maa daa diaaan cuup. 2 i N maa daa cuup. Ui eseragaman daa menggunaan persamaan (4) berfungsi unu menyamaan asal daa yang erumpul dan memisahan daa yang memilii araerisi yang berbeda agar daa seragam. Daa yang ida seragam dapa dipengaruhi oleh onsenrasi dan ebugaran seorang operaor. Jia operaor dalam ondisi yang ida fi (menganu dan elelahan) maa operaor ersebu diaegorian beera erlalu lamba. Aibanya daa yang erumpul dapa berbeda dengan daa yang sebelumnya [4]. Jia erdapa daa diluar onrol baas aas dan baas bawah maa daa diluar onrol dapa dibuang. BKA X K dan BKB X K X X dengan ; 1, 2,3, 4,5 N 1 Keerangan : BKA : Baas onrol aas ob i pada mesin e (daa) BKB : Baas onrol bawah ob i pada mesin e (daa) X : Raa-raa wau pengamaan ob i pada mesin e (dei) : Sandar deviasi ob i pada mesin e 2 (4)

4 184 RISA, HELMI, M. ARITONANG Baas Konrol Tabel 1. Baas Konrol Aas dan Baas Konrol Bawah (daa) Job 1 Job 2 Job 3 Job 4 Job 5 BKA BKB BKA BKB BKA BKB BKA BKB BKA BKB Mesin 1 23,52 12,85 22,32 18,15 22,68 14,64 22,18 16,77 47,98 20,59 Mesin 2 26,9 23,41 32,31 23,54 28,99 24,29 33,2 22,64 32,13 24,16 Mesin 3 511,32 392,26 185,56 138,09 242,66 92,38 375,98 155,11 299,13 233,65 Mesin 4 251,48 235,23 225,66 205,46 239,12 181,82 207,24 179,19 199,05 157,42 Mesin 5 33,68 25,31 29,52 19,89 24,96 16,37 26,48 23,09 29,13 22,81 Selama penguuran berlangsung, ewaaran era seorang operaor harus diperhaian. Tida waar era seorang operaor dapa mempengaruhi ecepaan era, bai erlalu cepa maupun erlalu lamba. Tida selamanya operaor beera dalam ondisi yang waar. Arinya operaor ida selamanya beera anpa melauan esalahan seperi eerampilan, usaha, ondisi dan onsisensi yang berbeda dianara masing-masing operaor. Jia erdapa peeraan diluar ewaaran maa pengama perlu menambahan penyesuaian (raing facor) didalam peeraan seorang operaor [4]. Berdasaran abel wesinghouse [5] raing facor, ia operaor beera diluar ondisi waar ( RF P P ; P 1) adalah sebagai beriu: RF 1,21 RF 1,21 RF 1,21 RF 1,21 RF 1,26 1,1 2,1 3,1 4,1 5,1 RF 1,23 RF 1,23 RF 1,23 RF 1,23 RF 1,28 1,2 2,2 3,2 4,2 5,2 RF 1,16 RF 1,07 RF 1,07 RF 1,10 RF 1,15 1,3 2,3 3,3 4,3 5,3 RF 1,16 RF 1,07 RF 1,07 RF 1,10 RF 1,15 1,4 2,4 3,4 4,4 5,4 RF 1,16 RF 1,07 RF 1,07 RF 1,10 RF 1,15 1,5 2,5 3,5 4,5 5,5 Selain penyesuaian banya faor yang mempengaruhi eidawaaran era seorang operaor dianaranya ebuuhan pribadi seperi mengobrol dengan rean eranya, e oile, menghilangan elelahan dan lain sebagainya. Kegiaan ersebu bersifa alamiah dan manusiawi. Kebuuhan pribadi uga disebu dengan elonggaran (allowance facor). Kelonggaran diberian unu menghilangan elelahan yang eradi. Kelelahan yang eradi erus menerus beraiba epada hasil, bai dalam hal umlah maupun ualias produsi. Berdasaran abel allowance facor, pemberian faor elonggaran berdasaran faor-faor yang mempengaruhinya yaiu [5]: Faor yang Mempengaruhi Kelonggaran (Allowance Facor) Tabel 2. Allowance Facor Job 1 Mesin 1 Job 2 Mesin 2 Job 3 Mesin 3 abel Job 4 Mesin 4 Job 5 Mesin 5 Tenaga yang Dieluaran Siap Kera 2 2, Geraan Kera Kelelahan maa Keadaan Temperaure Tempa Kera Keadaan Amosfer Keadaan Lingungan yang Bai Kebuuhan Pribadi (Pria*, Wania**) 0,5* 0* 2,5** 2,5** 2,5** Allowance Toal 97,5 68,5 38,5 36,5 38,5 Wau silus merupaan serangaian wau penyelesaian produsi yang elah lulus ui ecuupan dan eseragaman daa, namun belum memperhaian ewaaran era suau operaor [4]. Wau silus dihiung berdasaran eseragaman daa pada persamaan (4).

5 Perbandingan Meode Campbell Dude and Smih (CDS) dan Palmer dalam Meminimasi Toal Wau Penyelesaian 185 W s n 1 X ; 1, 2,3, 4,5 N Wau bau digunaan unu menyelesaiaan suau silus (persamaan 4) peeraan berdasaran meode penguuran era dengan memperhaian raing facor dan allowance facor dengan inga ecepaan era normal [4]. Keerangan : W B i, : Wau bau ob i pada mesin e (dei) 100 WB W s RF,,, ;, 1, 2,3, 4,5 i i i i 100 All W S i, : Raa-raa wau silus ob i pada mesin e (dei) RF : Raing facor ob i pada mesin e All : Allowance Facor ob i pada mesin e W 902,66 W 972,73 W 909, 21 W 947,78 W 1711, 23 B 1,1 B 2,1 B 3,1 B 4,1 B 5,1 W 98,35 W 107,49 W 103,56 W 108,13 W 114,61 B 1,2 B 2,2 B 3,2 B 4,2 B 5,2 W 858,35 W 282,30 W 276,77 W 456,38 W 496,31 W B 1,3 B 2,3 B 3,3 B 4,3 B 5,3 444,04 W B1,4 B2,4 361,10 W 354,28 W 319,26 W 321,81 B 3,4 B 4,4 B 5,4 W 55,42 W 42,37 W 35,13 W 44,20 W 48,21 B 1,5 B 2,5 B 3,5 B 4,5 B 5,5 Wau proses merupaan wau yang dibuuhan dalam menyelesaian pesanan yang masu pada Asra onvesi. Besarnya wau proses beraian dengan umlah perminaan, umlah mesin dan apasias produsi permesin [6]. Persamaan (6) merupaan wau proses ob i pada mesin e. W M B Q i ; i, 1,2,3,4,5 C Keerangan: : Jumlah perminaan seali order pada ob i (uni) Q M C : Jumlah mesin di sasiun era (uni) : Kapasias produsi per mesin (uni) 1,1 2,1 3,1 4,1 5,1 1,2 2,2 3,2 4,2 5,2 1,3 2,3 3,3 4,3 5,3 363,57 270, ,12 223,78 713,01 79,23 59,71 115,07 51,06 95,51 691, ,83 307,52 215,99 413,59 1,4 357,70 2,4 200,61 3,4 393,64 4,4 150,76 5,4 268,17 133,94 70,61 117,09 62,62 120,53 1,5 2,5 3,5 4,5 5,5 (4) (5) (6) MEMINIMASI TOTAL WAKTU PENYELESAIAN DENGAN METODE CDS Tenuan umlah uruan proses penadwalan ( p ) meode CDS; m adalah umlah mesin dengan pm 1. Jumlah uruan proses penadwalan ( p ) yaiu: p m uruan penadwalan Ierasi dimulai dengan menghiung wau proses pada mesin perama ( M1 ) dan wau proses pada

6 186 RISA, HELMI, M. ARITONANG mesin edua ( M 2 ). Seiap ierasi ( ) yang dimulai dari ierasi 1, 2,..., m 1 dapa diperoleh uruan ob yang digunaan dalam menghiung oal wau penyelesaian minimal. Berdasaran wau proses pada persamaan (6). Table 3 adalah wau proses pada mesin perama ( M1 ) dan wau proses pada mesin edua ( M 2 ) unu ierasi 1 sampai ierasi 4. Tabel 3. Wau Proses Mesin Perama dan Kedua Pada Masing Masing Ierasi Ierasi Mesin Perama ( M1 ) Mesin Kedua ( M 2 ) Unu i 1 M 1 1 1,1 363,57 meni Unu i 1 M 2 m 1,5 = 133,94 meni Ierasi 1 ( 1) : Unu i 5 Unu i 5 M1 1 5,1 713,01 meni M 2 m Unu i 1 Unu i 1 5,5 = 120,53 meni M 1 M 2 1 m 1 1,1 1,2 363,57 79, ,80 meni 1,5 1,4 = 133, , 70 = 491,64 meni Ierasi 2 ( 2) : Unu i 5 Unu i 5 M 1 M 2 1 m 1 5,1 5,2 713,01+95,51 808,52 meni Unu i 1 Unu i 1 5,5 5,4 = 120,53 268,17 = 388,70 meni M 1 M 2 1 m 1 1,1 1,2 1,3 363,57 79, , ,25 meni 1,5 1,4 1,3 = 133,94 357,70 691, 45 = 1183,09 meni Ierasi 3 ( 3) : Unu i 5 Unu i 5 M1 M 2 1 m 1 5,1 5,2 5,3 713,01+95,51 413,59 5,5 5,4 5,3 = 120,53 268,17 413,59

7 Perbandingan Meode Campbell Dude and Smih (CDS) dan Palmer dalam Meminimasi Toal Wau Penyelesaian 187 Lanuan abel 3. Ierasi Mesin Perama ( M1 ) Mesin Kedua ( M 2 ) 1222,11 meni = 802,29 meni Unu i 1 Unu i 1 M 1 M 2 1 m 1 1,1 1,2 1, ,95 meni 1,5 1,4 1,3 1,2 = 1262,32 meni Ierasi 4 ( 4) : Unu i 5 Unu i 5 M 1 M 2 1 m 1 5,1 5,2 5,3 5,4 713,01+95,51 413,59 268, ,28 meni 5,5 5,4 5,3 5,2 = 120,53 268,17 413,59 95,51 = 897,80 meni Reapiulasi wau proses pada mesin perama ( M1 ) dan wau proses pada mesin edua ( M 2 ) unu ierasi 1 sampai ierasi 4 erdapa pada able 4. Tabel 4. Wau Proses Mesin Perama Mesin Kedua (Meni) Ierasi Mesin Job 1 Job 2 Job 3 Job 4 Job M1 363,57 270,20 505,12 223,78 713,01 M 2 133,94 70,61 117,09 62,62 120,53 M1 442,80 329,91 620,19 274,84 808,52 M 2 491,64 271,22 510,73 213,38 388,70 M1 1134,25 486,74 927,71 490, ,11 M ,09 428,05 818,25 429,37 802,29 M1 1491,95 687, ,35 641, ,28 M ,32 487,76 933,32 480,43 897,80 Tenuan uruan ob menggunaan Johnson Rule. Jia wau minimal erdapa pada M1 maa leaan ob ersebu pada uruan perama. Jia wau minimal erdapa pada M 2, maa leaan ob ersebu pada uruan erahir. Hilangan ob yang elah diadwalan dari dafar ob yang ersisa. Berdasaran abel 4, wau minimal perama erlea pada ob 4 yaiu 62,62 meni di mesin M 2 maa ob 4 dileaan pada uruan erahir dalam adwal. Hilangan ob 4 dari dafar ob yang belum diadwalan. Wau minimal edua erlea pada ob 2 yaiu 70,61 meni di mesin M 2 maa ob 2 dileaan pada uruan eempa dalam adwal. Hilangan ob 2 dari dafar ob yang belum diadwalan. Wau minimal eiga erlea pada ob 3 yaiu 117,09 meni di mesin M 2 maa ob 3 dileaan pada uruan eiga dalam adwal. Hilangan ob 3 dari dafar ob yang belum diadwalan. Wau minimal eempa erlea pada ob 5 yaiu 120,53 meni di mesin M 2 maa ob 5 dileaan pada uruan edua dalam adwal. Hilangan ob 5 dari dafar ob yang belum diadwalan. Wau minimal erahir erlea pada ob 1 yaiu 133,94 meni di mesin M 2 maa ob 1 dileaan pada uruan perama dalam adwal. Uruan ob berdasaran Johnson Rule unu ierasi 1 ( 1) yaiu Job 1 Job 5 Job 3 Job 2 Job 4. Hasil penguruan ob ierasi 1,2,3,4 dapa diliha pada abel 5.

8 188 RISA, HELMI, M. ARITONANG Ierasi Tabel 5. Uruan ob berdasaran Johnson Rule Uruan Job 1 Job 1 Job 5 Job 3 Job 2 Job 4 2 Job 1 Job 3 Job 5 Job 2 Job 4 3 Job 1 Job 3 Job 5 Job 4 Job 2 4 Job 1 Job 3 Job 5 Job 2 Job 4 Hiung oal wau penyelesaian (compleion ime) C minimal. Beriu langah dalam max menghiung oal wau penyelesaian. Wau proses perama dienuan berdasaran uruan ob yang di hasilan dari Johnson Rule yaiu Job 1 Job 3 Job 5 Job 2 Job 4. Wau proses edua diambahan dengan hasil pada wau proses perama dan seerusnya. Job 1, C Mesin 1: Job 1, Mesin 1 363,57 meni Job 1, C Mesin 2 : Job 1, C Mesin 1 Job 1, Mesin 2 363,57 79, ,80 meni Job 1, C Mesin 3 : Job 1, C Mesin 2 Job 1, Mesin 3 442,80 691, ,25 meni Job 1, C Mesin 4 : Job 1, C Mesin 3 Job 1, Mesin ,25 357, ,95 meni Job 1, C Mesin 5 : Job 1, C Mesin 4 Job 1, Mesin ,95 133, ,89 meni Wau proses selanunya hanya bisa diproses ia proses sebelumnya selesai dan ida boleh ada proses yang berabraan. Job 3, C Mesin 1: Job 1, C Mesin 1+ Job 3, Mesin 1 363, ,12 868, 69 meni Job 5, C Mesin 1: Job 3, C Mesin 1+ Job 5, Mesin 1 868,69 713, ,70 meni Job 2, C Mesin 1: Job 5, C Mesin 1+ Job 2, Mesin , , , 90 meni Job 4, C Mesin 1: Job 2, C Mesin 1+ Job 4, Mesin ,90 223, ,68 meni Diperoleh hasil perhiungan oal wau penyelesaian minimal meode CDS yaiu: Tabel 6. Toal Wau Penyelesaian Meode CDS (Meni) Compleion Time (C), Mesin Job 1 Job 3 Job 5 Job 2 Job 4 C Mesin 1 363,57 868, , , ,68 C Mesin 2 442,80 983, , , ,74 C Mesin , , , , ,62 C Mesin , , , , ,34 C Mesin , , , , ,96 Toal wau penyelesaian ( C max ) = 2772,96 Meni Perhiungan meode Palmer dihiung berdasaran uruan ob pada slope indes. Prosedur penguruan

9 Perbandingan Meode Campbell Dude and Smih (CDS) dan Palmer dalam Meminimasi Toal Wau Penyelesaian 189 slope indes memberian priorias pada ob dengan wau proses masimal diproses erlebih dahulu. Slope indes bernilai posiif unu wau proses pada mesin selanunya dan bernilai negaif unu wau proses pada mesin sebelumnya. Slope indes S berdasaran persamaan (3) dengan i dan 1, 2,3, 4,5 yaiu: (2 4) , 70 (2 5) , , 58 (2 4) , 61 (2 5) 5 170, , 56 (2 4) , 64 (2 5) , , 98 (2 4) ,76 (2 5) 5 162,62 445, 24 (2 4) ,17 (2 5) , , 60 S1 (21) , 57 (22) , 23 (23) , 45 + S2 (21) , 20 (2 2) ,71 (23) ,83 + S3 (2 1) ,12 (2 2) , 07 (2 3) , 52 + S4 (21) , 78 (22) , 06 (2 3) , 99 + S5 (2 1) , 01 (2 2) , 51 (2 3) , 59 + Hiung oal wau penyelesaian C minimal. Beriu langah dalam menghiung oal wau max penyelesaian. Wau proses perama dienuan berdasaran uruan ob yang di hasilan dari slope inde yaiu Job 1 Job 4 Job 2 Job 3 Job 5. Wau proses edua diambahan dengan hasil pada wau proses perama dan seerusnya. Job 1, C Mesin 1: Job 1, Mesin 1 363,57 meni Job 1, C Mesin 2 : Job 1, C Mesin 1 Job 1, Mesin 2 363,57 79, ,80 meni Job 1, C Mesin 3 : Job 1, C Mesin 2 Job 1, Mesin 3 442,80 691, ,25 meni Job 1, C Mesin 4 : Job 1, C Mesin 3 Job 1, Mesin ,25 357, ,95 meni Job 1, C Mesin 5 : Job 1, C Mesin 4 Job 1, Mesin ,95 133, ,89 meni Wau proses selanunya hanya bisa diproses ia proses sebelumnya selesai dan ida boleh ada proses yang berabraan. Job 4, C Mesin 1: Job 1, C Mesin 1+ Job 4, Mesin 1 363,57 223,78 587,35 meni Job 2, C Mesin 1: Job 4, C Mesin 1+ Job 2, Mesin 1 587,35 270, ,55 meni Job 3, C Mesin 1: Job 2, C Mesin 1+ Job 3, Mesin 1 857,55 505, ,67 meni Job 5, C Mesin 1: Job 3, C Mesin 1+ Job 5, Mesin ,67 713, ,68 meni Diperoleh hasil perhiungan oal wau penyelesaian minimal meode Palmer yaiu: i

10 190 RISA, HELMI, M. ARITONANG Tabel 7. Toal Wau Penyelesaian Meode Palmer (Meni) Compleion Time (C), Mesin Job 1 Job 4 Job 2 Job 3 Job 5 C Mesin 1 363,57 587,35 857, , ,68 C Mesin 2 442,80 638,41 917, , ,19 C Mesin , , , , ,78 C Mesin , , , , ,95 C Mesin , , , , ,48 Toal wau penyelesaian ( C ) = 2973,48 Meni max Terdapa iga uruan ob yang dihasilan berdasaran penguruan Johnson Rule pada meode CDS dengan oal wau penyelesaian yang berbeda diseiap uruannya. Terdapa sau uruan ob yang dihasilan meode Palmer berdasaran penguruan slope indes yaiu: Tabel 8. Toal wau penyelesaian meode CDS dan palmer Meode Uruan Job Toal wau penyelesaian (meni) Job 1 Job 5 Job 3 Job 2 Job ,92 CDS Job 1 Job 3 Job 5 Job 2 Job ,96 Job 1 Job 3 Job 5 Job 4 Job ,95 Palmer Job 1 Job 4 Job 2 Job 3 Job ,48 Selisih Minimal CDS Palmer 200,52 Meode CDS memprodusi aos selama 2772,96 meni. Meode Palmer memprodusi aos selama 2973,48 meni Terdapa selisih wau proses pembuaan aos meode CDS dan Palmer sebesar 200,52 meni. Berdasaran selisih wau, meode CDS lebih coco dierapan pada Asra onvesi Poniana. PENUTUP Jia sau hari diasumsian beera selama 7 am maa meode CDS memprodusi aos selama 6 hari 1 am. Meode Palmer memprodusi aos selama 7 hari 8 meni. Selisih oal wau penyelesaian minimal sebesar 1 hari 52 meni. Karena ierasi masing-masing meode sebanya umlah uruannya yaiu m 1 unu meode CDS dan m unu meode Palmer, maa meode CDS lebih minimal dibandingan meode Palmer. DAFTAR PUSTAKA [1]. Buffa SE, Sarin KR. Manaemen Operasi dan Produsi Modern [alih bahasa]. Tanggerang: Binapura Asara; [2]. Baroo T. Perencanaan dan Pengendalian Produsi. Jaara: Ghalia Indonesia; [3]. Modra V, Pandian RS. Flow Shop Scheduling Algorihm o Minimize Compleion Time for n Job m Machines Problem. Technical Gazee. 2010; 17(3): [4]. Purnomo H. Penganar Teni Indusri. Yogyaara: Graha Ilmu; [5]. Rachman T. Penggunaan Meode Wor Sampling unu Menghiung Wau Bau dan Kapasias Produsi Karungan Soap Chip di PT SA. Jurnal Inovisi TM. 2013; 9(1): [6]. Sulasmi A, Garside A, Hadziqah F. Penadwalan Produsi dengan Algorima Heurisi Pour. Jurnal Teni Indusri. 2014; (15)1: RISA HELMI MARISI ARITONANG : FMIPA UNTAN, Poniana, risa.unan.p@gmail.com : FMIPA UNTAN, Poniana, helmi132205@yahoo.com : FAPERTA UNTAN, Poniana, Marisi_Hey@yahoo.com

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EVALUASI

4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EVALUASI 4. ALIDITAS DA RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EALUASI Tujuan : Seelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu membua ala evaluasi bau unu program pembelajaran Evaluasi pembelajaran adalah ahap ahir dalam prosedur

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI MODEL

BAB IV SIMULASI MODEL 21 BAB IV SIMULASI MODEL Pada bagian ini aan diunjuan simulasi model melalui pendeaan numeri dengan menggunaan ala banu peranga luna Mahemaica. Oleh arena iu dienuan nilai-nilai parameer seperi yang disajian

Lebih terperinci

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012 InfiniyJurnal Ilmiah Program Sudi Maemaia STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, Sepember 2012 GRUP PERMUTASI SIKLIS DALAM PERMAINAN SUIT Oleh: Bagus Ardi Sapuro Jurusan Pendidian Maemaia, IKIP PGRI Semarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini aan diemuaan beberapa onsep dasar yang beraian dengan analisis runun wau, dianaranya onsep enang esasioneran, fungsi auoorelasi dan fungsi auoorelasi parsial, macam-macam

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH KINETIK REKSI HOMOGEN SISTEM BTH SISTEM REKTOR BTH OLUME TETP REKSI SEDERHN (SERH/IREERSIBEL Beberapa sisem reasi sederhana yang disajian di sini: Reasi ireversibel unimoleuler berorde-sau Reasi ireversibel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT Jurnal Ilmiah Teknik Indusri, Vol. 11, No. 1, Juni 2012 ISSN 1412-6869 EISIENSI WKTU PRODUKSI ES BTU SEBGI IMPLIKSI URUTN PENJDWLN KEDTNGN JOB YNG TEPT Hendy Tannady 1 dan Seven 2 bsrak: Efisiensi adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x

( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x III PEMODELAN Model Perumbuan Koninu Terbaasnya sumber-sumber penyoong (ruang, air, maanan, dll) menyebaban populasi dibaasi ole suau daya duung lingungan Perumbuan populasi lamba laun aan menurun dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN EORI.. Dasar Dari ransfer Panas Ilmu pengeahuan ermodinamia ang berhubungan dengan jumlah ransfer panas sebagai suau sisem ang menjalanan suau proses dari sau ii sabil e ii sabil lainna, dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) INKUIRI BERBASIS BERPIKIR KRITIS PADA MATERI DAUR BIOGEOKIMIA KELAS X

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) INKUIRI BERBASIS BERPIKIR KRITIS PADA MATERI DAUR BIOGEOKIMIA KELAS X PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) INKUIRI BERBASIS BERPIKIR KRITIS PADA MATERI DAUR BIOGEOKIMIA KELAS X Saviri Herdianawai, Herlina Firihidajai, Tarzan Purnomo Biologi, FMIPA, Universias Negeri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. WAHANA LENTERA RAYA

PENJADWALAN PRODUKSI DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. WAHANA LENTERA RAYA 9 PENJADWALAN PRODUSI DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAU DI PT. WAHANA LENTERA RAYA Veronika Nadia ), Dian Reno Sari Dewi ), Marinus Edy Siano ) E-mail: naceabz@yahoo.com ABSTRA Penjadwalan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Model GSTAR Termodifikasi untuk Produktivitas Jagung di Boyolali

Model GSTAR Termodifikasi untuk Produktivitas Jagung di Boyolali Prosiding Semnar Nasional VIII UNNES, 8 Nov 4 Semarang Hal.4-5 Model GSTAR Termodifiasi unu Produivias Jagung di Boyolali Prisa Dwi Apriyani ), Hanna Arini Parhusip ), Lili Linawai ) ))) Progdi Maemaia,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE TIME SERIES REGRESSION DAN ARIMAX PADA PEMODELAN DATA PENJUALAN PAKAIAN DI BOYOLALI ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE TIME SERIES REGRESSION DAN ARIMAX PADA PEMODELAN DATA PENJUALAN PAKAIAN DI BOYOLALI ABSTRAK PERBANDINGAN METODE TIME SERIES REGRESSION DAN ARIMAX PADA PEMODELAN DATA PENJUALAN PAKAIAN DI BOYOLALI Ardia Suma Perdana (1308 100 503 Dosen Pembimbing: Ir. Dwiamono A. W., M.Iom JURUSAN STATISTIKA Faulas

Lebih terperinci

ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX

ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX Seminar Nasional Maemaia dan Apliasinya, 1 Oober 17 ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX Maylia Hasyim 1), Dedy Dwi Prasyo ) 1) Program Sudi Pendidian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Kunang-Kunang Untuk Penjadwalan Mata Kuliah di Universitas Ma Chung

Implementasi Algoritma Kunang-Kunang Untuk Penjadwalan Mata Kuliah di Universitas Ma Chung Seiawan, Implemenasi Algorima Kunang-Kunang unu Penjadwalan Maa Kuliah di Universias Ma Chung 269 Implemenasi Algorima Kunang-Kunang Unu Penjadwalan Maa Kuliah di Universias Ma Chung Hendry Seiawan 1,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

METODE NUMERIK STEPEST DESCENT TERINDUKSI NEWTON

METODE NUMERIK STEPEST DESCENT TERINDUKSI NEWTON Uomo, R. B. Jurnal Pendidian Maemaia STKIP Garu METODE NUMERIK STEPEST DESCENT TERINDUKSI NEWTON DALAM PEMECAHAN MASALAH OPTIMISASI TANPA KENDALA INDUCTED NEWTON STEEPEST DESCENT AS A NUMERICAL METHOD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN BAB PENDAHUUAN. ATAR BEAKANG Seringali ara enelii aau saisiawan melauan enganalisaan erhada suau eadaan/masalah dimana eadaan yang dihadai adalah besarnya jumlah variabel samel yang diamai. Unu iu erlu

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. sukoharjo. Permasalahan yang dibahas pada penelitian yang dilakukan Yuri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. sukoharjo. Permasalahan yang dibahas pada penelitian yang dilakukan Yuri BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka Sisem persediaaan ini pernah dibua oleh Yuri Prasyo (27) yaiu dengan judul Kompuerisasi sysem persediaan barang pada grahadia compuer sukoharjo.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran Saisika, Vol. 10 No. 2, 129 138 Nopember 2010 Proyeksi Penduduk Provinsi Riau 2010-2015 Menggunakan Meode Campuran Ari Budi Uomo, Yaya Karyana, Tei Sofia Yani Program Sudi Saisika, Universias Islam Bandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIN Meode adalah suau prosedur aau cara unuk mengeahui sesuau yang mempunyai langkah-langkah sisemais. 1 Meode peneliian adalah semua asas, perauran, dan eknik-eknik yang perlu diperhaikan

Lebih terperinci

Unjuk Kerja Call Admission Control Berbasis SIR pada Sistem Seluler CDMA

Unjuk Kerja Call Admission Control Berbasis SIR pada Sistem Seluler CDMA 55 Unju Kerja Call Admission Conrol Berbasis SR pada Sisem Seluler CDMA Suwadi Mulimedia Telecommunicaion Research Group, Dep of Elecrical Engineering, TS Surabaya ndonesia 60111, email: suwadi@eeisacid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA

Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA 5. Pendahuluan Keia memodelan sisem fisis, ia enu harus mulai dengan pengeahuan mengenai fisia. Dalam bab ini ia aan merangum hubungan hubungan paling umum dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST

UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST Vol. 7. No. 3, 36-44, Desember 004, ISSN : 1410-8518 UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST Budi Warsio, Dwi Ispriyani Jurusan Maemaia FMIPA Universias Diponegoro Absra Tulisan ini membahas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 ANGKA NDEKS (ndeks Raa-raa Harga Relaif, Variasi ndeks Harga, Angka ndeks Beranai, Pergeseran waku dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 NDEKS RATA-RATA HARGA RELATF Rumus, 1 P 100% n P,0 = indeks raa-raa

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS ( ) Abstrak

Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS ( ) Abstrak PEMODELAN DAYA LISTRIK DENGAN PENDEKATAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH). (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) Firoh Amalia, Drs. Haryono, MSIE Mahasiswa

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN TRAFO SISIPAN T. 416 PADA TRAFO HL. 017 DI JARINGAN TEGANGAN RENDAH DESA GUYANGAN KECAMATAN BAGOR KABUPATEN JOMBANG

ANALISA PERENCANAAN TRAFO SISIPAN T. 416 PADA TRAFO HL. 017 DI JARINGAN TEGANGAN RENDAH DESA GUYANGAN KECAMATAN BAGOR KABUPATEN JOMBANG ANALISA PERENCANAAN TRAFO SISIPAN T. 416 PADA TRAFO HL. 017 DI JARINGAN TEGANGAN RENDAH DESA GUYANGAN KECAMATAN BAGOR KABUPATEN JOMBANG Oleh: Muhlasin, Machrus Ali Teni Elero, Faulas Teni-Undar muhlasin.g@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci