MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 3 No.6 Tahun 2017 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Diberikan sebarang relasi R dari himpunan A ke B. Invers dari R yang dinotasikan dengan R adalah relasi dari B ke A sedemikian sehingga

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph )

TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.

ANALISIS REAL 2 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga SIFAT JARAK PADA RUANG METRIK SKRIPSI SITI MAISYAROH

EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n

TRANFORMASI MATRIKS PADA RUANG BARISAN KONVERGEN

Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach

Nilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA ABSTRACT

ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN KABUR (Fuzzy Number Max-Plus Algebra) INTISARI ABSTRACT

Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI-

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3 No. 2, KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE. Yogyakarta

Bilangan Kromatik Lokasi n Amalgamasi Bintang yang dihubungkan oleh suatu Lintasan

Hubungan Antara Turunan Parsial dan Kekontinuan Pada Fungsi Dua Peubah

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007

TEOREMA ELIMINASI CUT PADA SISTEM LOGIKA FL gc DAN FL w,gc

TOPOLOGI METRIK PARSIAL

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SBMPTN/SNMPTN 2008

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

EKSISTENSI SELEKTOR TERUKUR PADA FUNGSI BERNILAI HIMPUNAN DI DALAM RUANG BANACH TAK SEPARABEL

ITERASI TIGA LANGKAH PADA PEMETAAN ASIMTOTIK NON- EKSPANSIF

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK

FUNGSI DELTA DIRAC. Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi 2)

Beberapa Pertidaksamaan Tipe Ostrowski

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

KESTABILAN PERSAMAAN FUNGSIONAL JENSEN.

Keterbatasan Lokal Suatu Operator Superposisi Pada Ruang Barisan Real. Lina Nurhayati, Universitas Sanggabuana

Kajian Fungsi Metrik Preserving

SYARAT SYARAT FUNGSI DI RUANG METRIK AGAR RUANG METRIKNYA MEMILIKI ATSUJI COMPLETION

BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8.

METODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR. Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo. Abstrak

SIFAT KELENGKAPAN RUANG METRIK BERNILAI KOMPLEKS

2-EKSPONEN DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK DENGAN DUA CYCLE YANG BERSINGGUNGAN

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

KETERBAGIAN TAK HINGGA DISTRIBUSI LOG-GAMMA DAN APLIKASINYA DALAM PEMBUKTIAN RUMUS PERKALIAN GAUSS DAN RUMUS LEGENDRE

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

HUBUNGAN ANTARA PEMETAAN LINEAR DAN BILINEAR

SUATU KAJIAN TITIK TETAP PEMETAAN k-pseudononspreading SEJATI DI RUANG HILBERT

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis

TOPOLOGI RUANG LINEAR

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH

VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

KAJIAN KONSEP RUANG NORMA-2 DENGAN DOMAIN PEMETAAN BERUPA RUANG BERDIMENSI HINGGA

KESTABILAN SISTEM PREDATOR-PREY LESLIE

ANALISIS TITIK TETAP SET- VALUED FUNCTION MENGGUNAKAN METRIK HAUSDORFF TESIS

KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

SIFAT-SIFAT PEMETAAN BILINEAR

ISSN: X 35 SEMI HASIL KALI DALAM ATAS DAN BAWAH

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS

OBSERVER UNTUK SISTEM KONTROL LINIER KONTINU

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU

ISBN:

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI

USAHA DAN ENERGI DALAM ELEKTROSTATIKA

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014

Ruang Vektor. Adri Priadana. ilkomadri.com

BEBERAPA TEOREMA TITIK TETAP UNTUK PEMETAAN NONSELF. Kata kunci : pemetaan nonexpansive, pemetaan condensing, pemetaan kompak.

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1-2 ISSN SIFAT-SIFAT RUANG HASIL KALI DALAM-n KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH

METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. umum ruang metrik dan memperluas pengertian klasik dari ruang Euclidean R n, sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

BAB 2 LANDASAN TEORI

0,1, Holder s continue function in rank of and. 0,1, fungsi kontinu Holder berpangkat-,

PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT. ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara

PELABELAN PRODUCT CORDIAL PADA TENSOR PRODUCT PATH DAN SIKEL

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014

EKSISTENSI SUPREMUM DAN INFIMUM DENGAN TEOREMA CANTOR DEDEKIND. Nursiya Bito. Staf Dosen Jurusan Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo

Transkripsi:

MATHunesa Jurnal Iliah Mateatika Volue 3 No.6 Tahun 2017 ISSN 2301-9115 SIFAT-SIFAT TURUNAN MUTLAK FUNGSI PADA RUANG METRIK Wicitra Diah Kusua (S1 Mateatika, Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala, Universitas Negeri Surabaya) E-ail: wicitrakusua@hs.unesa.ac.id Dwi Nur Yunianti (Mateatika, Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala, Universitas Negeri Surabaya) E-ail: nian_zalpha@yahoo.co Abstrak Konsep turunan telah diperkenalkan pada studi tentang fungsi bernilai real. Naun, pada turunan fungsi bernilai real terdapat fungsi-fungsi yang tidak epunyai turunan. Sebagai contoh fungsi bernilai utlak f(s) = s untuk setiap s R. Fungsi f tidak epunyai turunan di 0 R. Sehingga diperlukan suatu konsep turunan yang baru sedeikian hingga f epunyai turunan. Pada tahun 2012, Charatonik dan Insall eperkenalkan turunan utlak fungsi pada sebarang ruang etrik (A, d A ) dengan A sebarang hipunan tak kosong dan d A sebarang etrik pada A. Berdasarkan konsep tersebut, fungsi f epunyai turunan utlak di 0 R dengan nilai turunan utlaknya saa dengan satu. Artikel ini terinspirasi dari Charatonik dan Insall (2012). Di dala artikel ini dibahas sifat-sifat turunan utlak fungsi pada ruang etrik, seperti kekontinuan fungsi yang epunyai turunan utlak, sifat turunan utlak saat nilai turunan utlaknya tak nol, sifat aturan rantai pada turunan utlak suatu fungsi, sifat turunan utlak pada R dan R n. Sebagai tabahan juga dibahas sifat-sifat lain eliputi hubungan turunan utlak dan turunan utlak kuat, kekontinuan fungsi yang epunyai turunan utlak kuat, sifat operasi penjulahan dan pengurangan turunan utlak suatu fungsi. Kata kunci: etrik, ruang etrik, turunan, turunan utlak, dan turunan utlak kuat. Abstract The concept of a derivative was introduced in the context of the study of real-valued functions of a real variable. But, soe real valued functions didn t have derivatives. For exaple, absolute valued function f(s) = s for each s R. This function doesn t have derivatif at 0 R. Therefore, we need new derivative concept that ake the absolute valued function has derivative. In 2012, Charatonik and Insall introduce the new concept of absolute derivative in any etric spaces (A, d A ) where A is any non-epty set and d A is any etric on A. Based on the concept, absolute valued function has an absolute derivative at 0 R with its absolute derivative value equal to one. This article was inspired by article was written by Charatonik and Insall (2012). The result of this article discuss about the charactheristics of absolute derivative in etric spaces. These properties are continuity of the absolutly differentiable function, property when absolute derivative is non-zero, chain rule, and properties on R and R n. For ore details, this article disscuss soe properties that not exist before. These are relation bertween absolute derivative and strong absolute derivative, continuity of the strong absolutly differentiable function, addition and subtraction. Keywords: etric, etric spaces, derivative, absolute derivative, and strong absolute derivative. PENDAHULUAN Konsep turunan telah diperkenalkan pada studi tentang fungsi bernilai real. Naun, pada turunan fungsi bernilai real terdapat fungsi-fungsi yang tidak epunyai turunan. Sebagai contoh fungsi bernilai utlak f(s) = s untuk setiap s R. Fungsi f tidak epunyai turunan di 0 R (Bartle and Sherbert, 2000: 159). Sehingga diperlukan suatu konsep turunan yang baru sedeikian hingga f epunyai turunan. Ruang etrik erupakan suatu generalisasi dari konsep jarak yang dikenal dala praktek sehari-hari. Konsep ini pertaa kali diperkenalkan oleh Maurice Fréchet pada tahun 1906 (Kreyszig, 1978: 2). Seperti yang sudah diketahui, hipunan bilangan real R dengan suatu etrik d erupakan salah satu contoh ruang etrik dan ditulis (R, d). Oleh karena itu, pengertian turunan suatu fungsi bernilai real dapat dikebangkan enjadi turunan fungsi pada sebarang ruang etrik (A, d A ) dengan A sebarang hipunan tak kosong dan d A sebarang etrik pada A. 74

Volue 3 No.6 Tahun 2017 Pada tahun 2012, Charatonik dan Insall telah eperkenalkan konsep turunan utlak Berdasarkan konsep tersebut, fungsi berniali utlak f(s) = s untuk setiap s R epunyai turunan utlak di 0 R dengan nilai turunan utlaknya saa dengan satu (Charatonik dan Insall, 2012: 1319). Selain itu, konsep turunan utlak ini lebih uu dibandingkan konsep turunan pada hipunan bilangan real R aupun konsep turunan pada hipunan bilangan kopleks C. Berdasarkan artikel tersebut, artikel ini ebahas sifat-sifat turunan utlak fungsi pada ruang etrik. LANDASAN TEORI Dala bab ini akan dikaji engenai beberapa definisi dan teorea pendukung yang diperlukan untuk ebahas turunan utlak fungsi pada sebarang ruang etrik (A, d A ). Definisi 2.1 Diketahui s R. Notasi s disebut nilai utlak s dan didefinisikan sebagai s s untuk a 0 = { s untuk a < 0 (Bartle and Sherbert, 2000: 31) Interpretasi dari nilai utlak s dari suatu eleen s R adalah jarak s ke titik origin 0. Secara uu, jarak s dan t untuk setiap s, t R adalah s t. Teorea 2.1 Untuk setiap s, t R berlaku t 0 aka s t t s t. (Bartle and Sherbert, 2000: 31) Definisi 2.2 Diberikan A sebarang hipunan bagian tak kosong dari R. Jika A eiliki batas atas, aka s disebut supreu dari A dinotasikan sup A = s jika eenuhi: i) untuk a A berlaku x s (u disebut batas atas A), ii) jika t batas atas A, aka s t. (Bartle and Sherbert, 2000: 35) Teorea 2.2 Batas atas s dikatakan sebagai supreu suatu hipunan tak kosong A R jika dan hanya jika untuk setiap bilangan real ε > 0 ada suatu a A sedeikian hingga s ε < a. (Bartle and Sherbert, 2000: 36) Berikut ini diberikan beberapa definisi terkait dengan raung etrik beserta sifat-sifatnya. Definisi 2.3 Diketahui A sebarang hipunan tak kosong. Fungsi d: A A R disebut etrik pada A (atau fungsi jarak pada A) jika untuk setiap a, b, c A berlaku i) d(a, b) 0, ii) d(a, b) = 0 a = b, iii) d(a, b) = d(b, a), iv) d(a, b) d(a, c) + d(c, b). Pasangan (A, d) disebut ruang etrik dan d(a, b) disebut jarak a ke b. (Kreyszig, 1978: 3) Definisi 2.4 Diberikan ruang etrik (A, d) dan sebarang bilangan real ε > 0. Bola terbuka dengan pusat a 0 X dan jari-jari ε didefinisikan sebagai B(a 0 ; ε) = {a A d(a, a 0 ) < ε}. (Kreyszig, 1978: 18) Definisi 2.5 Diketahui ruang etrik (A, d) dan M A. Titik a 0 A disebut titik interior M, jika ada bilangan real r > 0 berlaku B(a 0 ; r) M. Hipunan seua titik interior M dinotasikan dengan Int(M). (Kreyszig, 1978: 18) Definisi 2.6 Diberikan ruang etric (A, d A ) dan (B, d B ). Fungsi f: A B kontinu di a A jika untuk sebarang bilangan real ε > 0, bola terbuka dengan pusat f(a) B yaitu B(f(a); ε) = {b B d B (f(a), b) < ε} aka ada bilangan real δ > 0, bola terbuka dengan pusat a X yaitu B(a; δ) = {a A d A (a, a ) < δ} sehingga untuk setiap a A B(a; δ) berlaku f(a ) B(f(a); ε). Selanjutnya juga dapat ditulis sebagai f(a B(a; δ)) B(f(a); ε). (Shirali dan Vasudeva, 2006: 105) Definisi 2.7 Diberikan ruang etric (A, d A ) dan (B, d B ). Fungsi f: A B kontinu di a A jika untuk setiap bilangan real ε > 0, ada bilangan real δ > 0, sehingga untuk a A dan d A (a, a) < δ aka d B (f(a ), f(a)) < ε. (Pugh, 2003: 55) Definisi 2.8 Diketahui ruang etrik (A, d A ) dan (B, d B ). Fungsi f: A B disebut fungsi injektif lokal di a A jika terdapat suatu bilangan real r 0 > 0 sehingga untuk setiap s, t B(a ; r 0 ) berlaku jika s t aka f(s) f(t). (Villanacci, 2002: 69) Berikut ini diberikan beberapa definisi dan teorea engenai ruang bernora dan sifat-sifatnya. Definisi 2.9 Diberikan suatu hipunan tak kosong F dengan dua operasi biner dan disebut lapangan (field) ditulis (F,, ), jika untuk setiap a, b, c F eenuhi sifat-sifat: 75

Volue 3 No.6 Tahun 2017 i) a b F. ii) (a b) c = a (b c). iii) Terdapat 0 F sedeikian hingga a 0 = 0 a = a. iv) Terdapat a 1 F sedeikian hingga a a 1 = a 1 a = 0. v) a b = b a. vi) a b F. vii) a (b c) = (a b) c. viii) a (b c) = (a b) (a c). ix) (a b) c. = (a c) (b c). x) a b = b a xi) Terdapat 1 F sedeikian hingga a 1 = 1 a = a. xii) Untuk setiap a F dengan a 0, aka a 1 F. (Heirstein, 1996: 256) Definisi 2.10 Diberikan suatu hipunan tak kosong A dengan operasi penjulahan dan operasi perkalian skalar disebut ruang linier atas lapangan R jika untuk setiap α, β R dan u, v, w A eenuhi: i) u + v A. ii) (u + v) + w = u + (v + w). iii) Terdapat 0 A sedeikian hingga u + 0 = 0 + u = u. iv) Terdapat u A sedeikian hingga u + ( u) = ( u) + u = 0. v) u + v = v + u. vi) αu X. vii) Terdapat 1 A sedeikian hingga u1 = 1u = u. viii) α(u + v) = (αu) + (αv). ix) (α + β)u = (αu) + (βu). x) α(βu) = (αβ)u. (Kreyszig, 1978: 50) Definisi 2.11 Diketahui A ruang linier. Fungsi. : A R dengan sifat-sifat: i) u 0 untuk setiap u A, ii) u = 0 u = 0, iii) αu = α u untuk setiap α R dan setiap u A, iv) u + v u + v untuk setiap u A. disebut nor pada A. Ruang linier A dengan nor. dan ditulis dengan (A,. ) disebut ruang bernora. (Kesavan, 2009: 26) Teorea 2.3 Diberikan ruang bernora (A,. ). Jika untuk setiap a, b A didefinisikan d(a, b) = a b, aka d erupakan etrik pada (A,. ). Teorea 2.4 (Translation Invariance) Suatu etrik yang diinduksi dengan nor tertentu pada ruang bernora A eenuhi i) d(u + w, v + w) = d(u, v) ii) d(αu, αv) = α d(u, v) untuk setiap u, v, w X dan α R. (Kreyszig, 1978: 63) Definisi 2.12 Diketahui A dan B ruang linier. Fungsi f: A B dikatakan linier jika eenuhi: i) f(u + v) = f(u) + f(v) untuk setiap u, v A. ii) f(αu) = αf(u) untuk setiap u A dan α R. (Kreyszig, 1978: 83) Selanjutnya diberikan definisi turunan pada R dan turunan berarah pada ruang bernora, khususnya R n. Hal ini dikarenakan kekhasan dari R n yang erupakan ruang linier, ruang bernora, sekaligus ruang etrik. Definisi 2.13 Diketahui A R, f: A R, dan a titik interior I. Bilangan real L disebut turunan f di a, jika diberikan sebarang bilangan real ε > 0, ada bilangan real δ > 0, sehingga untuk a A eenuhi 0 < a a < δ aka f(a ) f(a) L < ε a a Dala kasus ini, f dikatakan epunyai turunan di c, dan ditulis f (a) = L. Secara ekivalen, turunan f di a dapat ditulis sebagai it, yaitu f(a ) f(a) f (a) = a a a a bilaana it tersebut ada. (Bartle and Sherbert, 2000:158) Definisi 2.14 Diketahui f: A R n R, p titik interior X, dan u sebarang vektor di A. Fungsi linier L: R n R dikatakan sebagai turunan berarah f di p A dengan arah u jika untuk setiap bilangan real ε > 0, ada bilangan real δ > 0 sehingga untuk setiap t R, 0 < t < δ, aka f(p + tu) f(p) L(u) < ε. (2.14.1) t Secara ekivalen, persaaan (2.14.1) dapat ditulis sebagai it, yaitu f(p + tu) f(p) L(u) = t 0 t (Bartle, 1975: 348) Pada saat u = e 1 = (1,0,,0) vektor di X aka L(e 1 ) enjadi f (p) x 1 atau yang lebih dikenal sebagai turunan parsial fungsi f terhadap variabel x 1. Jadi, secara uu turunan parsial fungsi f terhadap variabel x j dapat didefinisikan sebagai 76

Volue 3 No.6 Tahun 2017 f f(p + te j ) f(p) (p) = x j t 0 t (2.14.2) Untuk t = x p R dan f fungsi linier aka persaaan (2.14.2) dapat ditulis sebagai f f(x)e j f(p)e j (p) = (2.14.3) x j x p x p PEMBAHASAN Bagian ini enjelaskan hasil penelitian berupa sifat-sifat yang berlaku pada turunan utlak kuat suatu fungsi pada ruang etrik. Di bawah ini definisi turunan utlak dan turunan utlak kuat suatu fungsi pada ruang etrik. Definisi 3.1 Diberikan ruang etrik (A, d A ) dan (B, d B ). Bilangan real K dikatakan turunan utlak dari fungsi f: A B di p A jika diberikan sebarang bilangan real ε > 0, ada bilangan real δ > 0 sehingga untuk setiap a A eenuhi d A (a, p) < δ berlaku d B(f(a), f(p)) K < ε d A (a, p) Dala kasus ini, f dikatakan epunyai turunan utlak di p A, dan ditulis K = f (p). Dengan kata lain, turunan utlak f di p A dapat ditulis sebagai it, yaitu d B (f(a), f(p)). a p d A (a, p) Nilai it tersebut bilaana ada disebut turunan utlak f di p A. (Charatonik dan Insall, 2012: 1315) Contoh 3.1 Diketahui ruang etrik (R 2, d) dan fungsi g: R 2 R 2 dengan g(u, v) = (u, v) dengan (u, v) R 2 dan u, v R. Dapat dibuktikan bahwa g epunyai turunan utlak di p = (0,0) R 2 dan 0 R. d(g(u), g(p)) d((u, v), (0,0)) = u p d(u, p) (u,v) (0,0) d((u, v), (0,0)) (u 0) 2 + (v 0) 2 = (u,v) (0,0) (u 0) 2 + (v 0) 2 = 1 = 1 (u,v) (0,0) Jadi, f epunyai turunan utlak di p = (0,0) R 2. Definisi 3.2 Diberikan ruang etrik (A, d A ) dan (B, d B ). Bilangan real T dikatakan turunan utlak kuat dari fungsi f: A B di p A jika diberikan sebarang bilangan real ε > 0, ada bilangan real δ > 0 sehingga untuk setiap a, b A, a b eenuhi d A (a, b) < δ aka d B(f(a), f(b)) T < ε d A (a, b) Dala kasus ini, f dikatakan epunyai turunan utlak kuat di p A, dan ditulis T = F (p). Dengan kata lain, turunan utlak f di p A dapat ditulis sebagai it, yaitu (a,b) (p,p) a b d B (f(a), f(b)). d A (a, b) Nilai it tersebut bilaana ada disebut turunan utlak kuat f di p A. (Charatonik dan Insall, 2012: 1316) Berikut diberikan hubungan antara fungsi yang epunyai turunan utlak, fungsi yang epunyai utlak kuat, dan kekontinuan fungsi. Teorea 3.1 Diketahui ruang etrik (A, d A ) dan (B, d B ). Jika fungsi f: A B epunyai turunan utlak kuat di p A aka f epunyai turunan utlak di p A. Turunan utlak kuat suatu fungsi erupakan peruuan dari turunan utlak suatu fungsi. Oleh karena itu, setiap fungsi yang epunyai turunan utlak kuat aka fungsi tersebut erupakan fungsi yang epunyai turunan utlak (Charatonik dan Insall, 2012: 1316). Tetapi, kebalikannya belu tentu berlaku. Sebagai contoh fungsi bernilai utlak f(a) = a untuk setiap a R epunyai turunan utlak di titik nol, tetapi f tidak epunyai turunan utlak kuat di titik tersebut. Teorea 3.2 Diketahui ruang etrik (A, d A ) dan (B, d B ). Jika fungsi f: A B epunyai turunan utlak di p A, aka f kontinu di p A. (Charatonik dan Insall, 2012:1317) Teorea 3.3 Diketahui ruang etrik (A, d A ) dan (B, d B ). Jika fungsi f: A B epunyai turunan utlak kuat di p A, aka f kontinu di p A. Bukti: Karena fungsi f epunyai turunan utlak kuat di p A, aka berdasarkan Teorea 3.1 aka fungsi f epunyai turunan utlak di p A. Selanjutnya, berdasarkan Teorea 3.2 aka fungsi f kontinu di p A. Jadi, f kontinu di p A. Selanjutnya berturut-turut pada Teorea 3.4 dan Teorea 3.5 akan dibahas engenai sifat turunan utlak kuat dan turunan utlak suatu fungsi saat nilai turunan utlak fungsinya tak nol. 77

Volue 3 No.6 Tahun 2017 Teorea 3.4 Diketahui ruang etrik (A, d A ) dan (B, d B ). Jika fungsi f: A B epunyai turunan utlak kuat di p A dan f (p) tak nol, aka fungsi f injektif lokal di p A. (Charatonik dan Insall, 2012: 1317) Teorea 3.5 Diketahui ruang etrik (A, d A ) dan (B, d B ). Jika fungsi f: A B epunyai turunan utlak di p A dan f (p) tak nol, aka terdapat bola terbuka B(p; δ) sehingga untuk setiap a B(p; δ) {p} berlaku f(a) f(p) (Charatonik dan Insall, 2012: 1318) Berikut akan dijelaskan sifat turunan utlak pada suatu koposisi fungsi. Sebelunya, akan diberikan Teorea 3.6 yang erupakan perluasan dari Teorea Caratheodory pada R. Teorea 3.6 Diketahui ruang etrik (A, d A ) dan (B, d B ). Fungsi f: A A epunyai turunan utlak di p A jika dan hanya jika terdapat suatu fungsi φ pada A kontinu di p A dan d B (f(a), f(p)) = φ(a)d A (a, p) untuk setiap a A. Lebih lanjut φ(p) = f (p). Teorea 3.7 Diketahui ruang etrik (A, d A ), (B, d B ). dan (C, d c ). Jika fungsi f: A B epunyai turunan utlak di p A dan fungsi g: B C epunyai turunan utlak di f(p) B, aka koposisi fungsi g f: A C epunyai turunan utlak di p A dan (g f) (p) = g (f(p)) f (p). (Charatonik dan Insall, 2012: 1318) Selanjutnya akan dibahas engenai sifat operasi penjulahan dan pengurangan perkalian skalar turunan utlak suatu fungsi. Teorea 3.8 Diketahui ruang etrik (A, d A ) dan (B, d B ). Jika fungsi f: A B dan g: A B asing-asing epunyai turunan utlak di p A, aka fungsi (f + g) epunyai turunan utlak di p A dan (f ± g) (p) = f (p) ± g (p). Di bawah ini sifat turunan utlak dengan engabil kasus khusus yaitu X R dan d etrik biasa. Teorea 3.9 Diberikan A R dan ruang etrik (A, d) dengan d etrik biasa. Jika fungsi f: A R epunyai turunan di p A, aka f epunyai turunan utlak di p A, dan berlaku f (p) = f (p) (Charatonik dan Insall, 2012: 1321) Turunan utlak kuat suatu fungsi erupakan peruuan dari turunan suatu fungsi. Oleh karena itu, setiap fungsi yang epunyai turunan utlak kuat aka fungsi tersebut epunyai turunan utlak (Charatonik dan Insall, 2012: 1320). Tetapi, kebalikannya belu tentu berlaku. Sebagai contoh fungsi bernilai utlak f(a) = a untuk setiap a R epunyai turunan utlak di titik nol, tetapi f tidak epunyai turunan di titik tersebut. Berikut ini sifat turunan utlak dengan engabil kasus ruang etrik (R n, d). Pada Teorea 3.10 dibahas engenai sifat perkalian skalar turunan utlak suatu fungsi. Sedangkan Teorea 3.11 ebahas tentang turunan utlak pada ruang etrik (R n, d). Teorea 3.10 Diketahui ruang etrik (A, d A ) dan (B, d B ). dengand A dan d B adalah etrik yang diinduksi oleh nor. Jika fungsi f: A B dan g: A B asingasing epunyai turunan utlak di p A, aka untuk setiap α R, fungsi αf epunyai turunan utlak di p X dan (αf) (p) = α [f (p)] Teorea 3.11 Jika fungsi linier f: R n R epunyai turunan utlak di x 0 R n, dan f = (u 1,, u ) dengan u j : R n R epunyai turunan parsial pertaa di x 0 R n, aka untuk setiap k n, berlaku f (x 0 ) = u j (x x 0 )e j k j=1 dengan 1 j n aka e 1 = (1,0,,0), e 2 = (0,1,,0),, e n = (0,0,,1). (Charatonik dan Insall, 2012: 1320) Bukti: Diketahui S R n dan ruang etrik (S, d) dengan d etrik pada S. Selanjutnya, didefinisikan x 0 = (x 1 (0),, x n (0) ) S. Karena S R n erupakan ruang bernora aka berdasarkan Teorea 2.3 (hubungan ruang etrik dengan ruang bernora) diperoleh turunan utlak f di x 0 R n sebagai berikut f d(f(x), f(x 0 )) (x 0 ) = x x0 d(x, x 0 ) f(x) f(x 0 ) x x 0 = x x0 Selanjutnya, karena f = (u 1,, u ) dengan u j : R n R dan e 1 = (1,0,,0) berlaku f j=1 u j (x)e j j=1 u j (x 0 )e j (x 0 ) = x x0 x x 0 Sehingga, untuk setiap k n, berlaku f j=1 [u j (x) u j (x 0 )]e j (x 0 ) = x x0 x k x (0) k 78

Volue 3 No.6 Tahun 2017 = x x0 j=1 [u j(x) u j (x 0 )] x k x (0) e k j Berdasarkan persaaan (2.14.3) diperoleh PENUTUP f (x 0 ) = u j (x x 0 )e j. k j=1 Sipulan Dala jurnal ini telah dibahas engenai konsep turunan utlak suatu fungsi pada ruang etrik beserta sifat-sifatnya. Berdasarkan pebahasan tersebut dapat diperoleh sipulan sebagai berikut: 1. Fungsi yang epunyai turunan utlak kuat adalah fungsi yang epunyai turunan utlak. Fungsi yang epunyai turunan utlak adalah fungsi kontinu. 2. Fungsi yang epunyai turunan utlak kuat dan turunan utlaknya tak nol adalah fungsi injektif lokal. 3. Suatu koposisi fungsi g f epunyai turunan utlak di p dengan (g f) (p) = g (f(p)) f (p). 4. Pada turunan utlak fungsi adalah (f ± g) (p) = f (p) ± g (p). 5. Fungsi f yang epunyai turunan adalah fungsi f yang epunyai turunan utlak dengan f (p) = f (p). Turunan utlak fungsi f pada ruang etrik dan dilengkapi etrik yang diinduksi oleh nor adalah (αf) (p) = α [f (p)]. Sedangkan, turunan utlak suatu fungsi linier f pada x 0 R n adalah f (x 0 ) = u j (x x 0 )e j. k j=1 Saran Pada artikel ini, sifat-sifat yang belu dibahas dapat dikebangkan lebih lanjut pada ruang yang lain, seperti ruang Banach, ruang Bernora, ruang Hilbert, dan lainlain. Charatonik, Wlodziierz J. and Insall, Matt. 2012. Absolute Differentiation in Metric Spaces. Houston Journal of Matheatics. Vol. 38(4): hal 1313-1328. Friedberg, Stephen H. et al. 1989. Linear Algebra. New Jersey: Prentice Hall. Heirstein, I.N. 1996. Abstract Algebra. New Jersey: Prentice Hall. Kesavan, S. 2009. Functional Analysis. New Delhi: Hindustan Book Agency. Kreyszig, Erwin. 1978. Introductory Functional Analysis with Applications. United States of Aerica: John Wiley & Sons. Pugh, Charles Chapan. 2003. Real Matheatical Analysis. Berlin: Springer. Shirali, Satish and Vasudeva, Harkrishan L. 2006. Metric Spaces. London: Springer. Villanacci, Antonio et al. 2002. Differential Topology and General Equilibriu with Coplete and Incoplete Market. Boston: Springer. DAFTAR PUSTAKA Bartle, Robert G. 1975. The Eleent of Real Analysis. United State of Aerica: John Wiley & Sons. Bartle, Robert G and Sherbert, Ronald R. 2000. Introduction to Real Analysis. New York: Hailton Printing Copany. 79