ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

dokumen-dokumen yang mirip
Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd

ELEKTRONIKA DASAR. Pertemuan Ke-4 Bipolar Junction Transistor (BJT) ALFITH, S.Pd,M.Pd

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

BAB VIII. Analisa AC Pada Transistor

Analisis Rangkaian Listrik

PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

PENGUAT FREKUENSI RENDAH (lanjutan)

Solusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

MODUL 10 TEOREMA NORTON

Modulator dan Demodulator

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB 1 RANGKAIAN TRANSIENT

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

EL2005 Elektronika PR#01

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

KARAKTERISTIK PENGUAT UMPAN-BALIK (lanjutan) Skema penguat umpan-balik tunggal diperlihatkan pd gambar berikut. Skema penguat umpan-balik tunggal

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

DAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer...

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

Interpretasi data gravitasi

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya

UKURAN GEJALA PUSAT &

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan :

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3)

Bab III Analisis Rantai Markov

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

BAB 2 LANDASAN TEORI

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

4 PRAKIRAAN SUHU MAKSIMUM DAN MINIMUM

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB II LANDASAN TEORI

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

BAB I PENGUAT TRANSISTOR BJT PARAMETER HYBRID / H

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

PERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP

Perumusan Ensembel Mekanika Statistik Kuantum. Part-2

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

RANCANGAN ACAK KELOMPOK TAK LENGKAP (Incomplete Block Design) Dr.Ir. I Made Sumertajaya, M.Si Departemen Statistika-FMIPA IPB 2007

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

Transkripsi:

ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1

Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan suhu dan aras harga β yang cukup sar. penentuan lokas ttk kerja dc pada bdang E yang memungknkan smpangan snyal tetap lner. 2

ontoh pemran bas yang tdak bak Gambar 19. Pemran bas pada BJT (a) Menetapkan harga BE yang tetap (b) Menetapkan harga B yang tetap 3

ara klask pengaturan bas untuk rangkaan dskrt Gambar 20(a). ara klask pemran bas untuk BJT menggunakan sebuah catu daya. Gambar 20(b) menunjukkan rangkaan yang sama dengan menggunakan rangkaan ekalen Théenn-nya. 4

E BB B 2 1 1 1 2 E 2 2 BE BB B 1 Untuk membuat E tdak senstf terhadap suhu dan aras β, rangkaan harus memenuh dua syarat rkut: BB E BE B 1 5

Untuk memenuh persyaratan d atas. Sebaga rule of thumb, BB ⅓, B (atau E ) ⅓ dan ⅓ Plh dan 1 2 sehngga arus yang melalunya rksar antara 0,1 E E. Pada rangkaan pada gambar 20, E memrkan umpan balk negatf sehngga dapat men-stabl-kan arus dc emtter. Jka E E dan E. Jka tegangan pada base hanya dtentukan oleh pembag tegangan 1, 2, yatu bla B kecl, maka tegangan n akan tetap konstan, sehngga jka E BE (dan E ). 6

ontoh soal 1: ancanglah rangkaan pada gambar 20 sehngga E = 1 ma dengan catu daya = +12. Transstor mempunya harga nomnal β = 100. Jawab: kut rule of thumb : ⅓ tegangan catu daya dalokaskan untuk tegangan pada 2, ⅓ lannya untuk tegangan pada dan ssanya untuk smpangan snyal pada collector. B = +4 (dperoleh dar 1/3 cc) E = 4 BE 3,3 E 3,3 E 3,3 k 1 E Plh arus pada pembag tegangan = 0,1 E = 0,1 x 1 = 0,1 ma 7

Abakan arus base, jad 1 1 2 2 2 12 0,1 120 k 4 Jad 2 = 40 kω dan 1 = 80 kω Pada tahap n, dapat dhtung E yang lebh akurat dengan memperhatkan arus base yang tdak nol. 4 0,7 E 0,93 ma 80 // 40k 3,3( k ) 101 Ternyata lebh kecl dar harga yang dngnkan. Untuk mengembalkan E ke harga yang dngnkan kurang harga E dar 3,3 kω menjad E = 3 kω (harga pendekatan) yang akan menghaslkan E = 1,01 ma 1 ma. 8

Dsan 2: jka dngnkan untuk menark arus yang lebh tngg dar catu daya dan resstans masukan penguat yang lebh kecl, kta dapat menggunakan arus pada pembag tegangan sama dengan E (yatu 1 ma), maka 1 = 8 kω dan 2 = 4 kω E 4 3,3 0,7 0,027 0,99 1mA Pada dsan n harga E tdak perlu dgant, Jka c=1/3 (cc), maka c 12 E 12 8 1 0,99 1 0,99 ma 4 k 1mA 9

ara klask pengaturan bas dengan menggunakan dua catu daya Gambar 21. Pemran bas pada BJT dengan menggunakan dua catu daya 10

E E EE B BE 1 Persamaan n sama dengan persamaan selumnya hanya EE menggantkan BB. Jad kedua kendala tetap rlaku. Jka base dhubungkan dengan ground (konfguras common-base), maka B dhlangkan sama sekal. Sebalknya, jka snyal masukan dhubungkan pada base, maka B tetap dperlukan. 11

Pemran bas dengan menggunakan resstor umpan balk collector-ke-base. Gambar 22(a) menunjukkan sebuah rancangan pemran bas yang sederhana tap efektf yang cocok untuk penguat commonemtter. esstor B rperan sebaga umpan balk negatf, yang membantu kestablan ttk bas dar BJT E E E B B E BE B 1 1 B BE BE 12

Gambar 22 Penguat common-emtter yang dr bas dengan resstor umpan balk B. Untuk mendapatkan E yang tdak senstf terhadap aras β, B / (β+1) <<. Harga B menentukan smpangan snyal yang terdapat pada collector, karena B B B E B 1 13

Pemran bas dengan menggunakan sumr arus Gambar 23 (a) Sebuah BJT dr bas dengan sumr arus. (b) mplementas rangkaan sumr arus. 14

angkaan n mempunya keunggulan: yatu arus emtter tdak tergantung dar harga β dan B B dapat dbuat sar resstans masukan pada base menngkat tanpa mengganggu kestablan bas. menyederhanakan rangkaan. mplementas sederhana dar sumr arus konstan, terlhat pada gambar 23(b). angkaan menggunakan sepasang transstor yang matched Q 1 dan Q 2, dengan Q 1 dhubungkan sebaga doda dengan menghubung sngkat collector dan base nya. Jka dasumskan Q 1 dan Q 2 mempunya harga β yang tngg, arus base dapat dabakan. Jad arus melalu Q 1 hampr sama dengan EF. EE BE EF 15

Karena Q 1 dan Q 2 mempunya BE yang sama, arus collectornya akan sama EF EE BE Dengan mengabakan efek Early pada Q 2, arus collector akan tetap konstan selama Q 2 tetap pada daerah aktf. Hal n akan tetap terjaga jka tegangan collector lebh tngg dar tegangan base (- EE + BE ). Hubungan Q 1 dan Q 2 sepert pada gambar 23(b) dkenal sebaga current mrror 16

ara kerja dan model snyal kecl Gambar 24 (a) angkaan konseptual untuk menunjukkan cara kerja transstor sebaga penguat (b) angkaan (a) tanpa snyal untuk analsa D (bas) 17

EBJ dr forward bas oleh sebuah batere BE. BJ dr reerse bas oleh catu daya D melalu resstor. Snyal yang akan dperkuat,, dtumpangkan pada BE. Langkah pertama keadaan bas D dengan men-set sama dengan nol. (Lhat gambar 24(b)) Hubungan antara arus dan tegangan D: E B S e E BE T Untuk kerja pada mode aktf, harus lebh sar dar ( B 0,4) dengan harga yang memungknkan smpangan snyal pada collector. 18

Arus collector dan transkonduktans. Jka snyal dpasangkan sepert pada gambar 24(a) total tegangan base emtter BE menjad BE = BE + Dan arus collector menjad: S S e e e BE BE T T T e S e T BE T 19

Jka << T maka: 1 T Persamaan (pendekatan) d atas hanya rlaku untuk lebh kecl dar 10 m, dan n dkenal dengan pendekatan snyal kecl. Maka arus collector total: c c g m g T m c g m dsebut transkonduktans T 20

Gambar 25.ara kerja lner dar transstor dengan snyal kecl 21

Transkonduktans BJT sebandng dengan arus bas collector. BJT mempunya transkonduktans yang cukup tngg dbandngkan dengan MOSFET, msal untuk = 1 ma, g m 40 ma/ nterpretas grafs g m dapat dlhat pada gambar 25, d mana g m sama dengan kemrngan kura karakterstk BE pada = (ttk bas Q). Jad g m BE Pendekatan snyal kecl ampltudo snyal harus djaga cukup kecl transstor kerja pada daerah terbatas pada kura BE d mana segmen mash bsa danggap lner. 22

Untuk snyal kecl ( << T ), transstor rperan sepert sebuah sumr arus yang dkendalkan oleh tegangan (S). Termnal masukan S antara base dan emtter Termnal keluaran d antara collector dan emtter. Transkonduktans dar S n: g m esstans keluaran tdak terhngga (untuk keadaan deal). Pada kenyataannya BJT mempunya resstans keluaran. 23

24 Arus base dan resstans masukan pada base Untuk menentukan resstans masukan, pertama htung total arus base B m b T m T b B b B B T B g g 1 1

esstans masukan snyal kecl antara base dan emtter, melhat ke arah base, dsebut r π dan ddefnskan sebaga r r r b g T B m jad r π rbandng lurus dengan β dan rbandng terbalk dengan arus bas. 25

26 Arus emtter dan resstans masukan pada emtter Total arus emtter E dapat dtentukan dar T E T c e E e E E c E esstans masukan snyal kecl antara base dan emtter, melhat ke arah emtter, dsebut r e atau resstans emtter dan ddefnskan sebaga:

r r r e e e e T E g m 1 g m Hubungan antara r π dan r e dapat dperoleh dengan mengkombnaskan defnsnya masng-masng = b r π = e r e Jad: r π = ( e / b )r e r π = (β+1)r e 27

Penguatan tegangan Untuk mendapatkan tegangan snyal keluaran, maka kta alrkan arus collector melalu sebuah resstor. Total tegangan collector: = = ( + c ) = ( ) c = c adalah tegangan bas dc pada collector, dan tegangan snyal adalah: c = c = g m = ( g m ) 28

Jad penguatan tegangan dar penguat, A adalah A c g m g m sebandng dengan arus bas collector, jad A T 29

Memsahkan snyal dengan harga-harga D Arus dan tegangan pada rangkaan penguat terdr dar dua komponen: komponen dc dan komponen snyal. Komponen D dtentukan dar rangkaan dc pada gambar 24(b), sedangkan cara kerja snyal BJT dapat dperoleh dengan menghlangkan sumr D, sepert pada gambar 26. Gambar 26 angkaan penguat pada gambar 24(b) dengan sumr D dhlangkan (d hubung sngkat) 30

Model Hybrd - π Gambar 27 (a) BJT sebaga S (penguat transkonduktans) Gambar 27 (b) BJT sebaga S (penguat arus) 31

32 Pada gambar 27(a), BJT dgambarkan sebaga S yang mempunya resstans masukan (melhat ke arah base) r π, dengan snyal kendal. Hubungan arus dan tegangan pada rangkaan n: e m m e b m c r r r r g r g r r g 1 1 1 Pada gambar 27(b) BJT dgambarkan sebaga S, dengan snyal kendal b. Hubungan arus sebaga rkut: b m b m m r g r g g

Aplkas rangkaan ekalen snyal kecl. Proses yang sstmats dalam menganalsa penguat transstor: 1. Tentukan ttk kerja dc BJT, terutama arus collector dc. 2. Htung harga-harga parameter model snyal kecl: g m = / T, r π = β/g m dan r e = T / E = α/g m. 3. Hlangkan semua sumr dc dengan menggant sumr tegangan dc dengan hubung sngkat, dan sumr arus dc dengan hubung terbuka. 4. Gant BJT dengan salah satu model rangkaan ekalen. 5. Analsa rangkaan yang ddapat untuk menentukan penguatan tegangan, resstans masukan dan lan- 33

ontoh soal 2: Analsa penguat transstor pada gambar 28(a) dan tentukan penguatan tegangannya. Asumskan β = 100 Gambar 28 (a) rangkaan 34

Gambar 28 (b) analsa dc (c) model snyal kecl 35

Tentukan ttk kerja. Asumskan = 0. B BB BB BE 3 0,7 100 0,023 ma B 100 0,023 2,3 ma 10 2,3 3 3,1 Karena B (+0,7 ) < transstor kerja pada mode aktf. 36

Tentukan parameter model snyal kecl: r e T E 25 m 2,3 0,99 ma 10,8 g m T 2,3 ma 25 m 92 ma/ r g m 100 92 1,09 k 37

Model rangkaan ekalen terlhat pada gambar 28(c). Perhatkan tdak ada sumr tegangan dc. Termnal rangkaan yang terhubung ke sebuah sumr tegangan dc yang konstan selalu dapat danggap sebaga snyal ground. r r 1,09 101,09 BB 0,011 o g m 92 0,011 3 3,04 A o 3,04 / Tanda negatf menunjukkan pembalkan fasa. 38