PENGETAHUAN DAN SIKAP PETERNAK UNGGAS TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT FLU BURUNG SERTA DAMPAK EKONOMI STAMPING OUT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

SISTEM RESI GUDANG SOLUSI BAGI PETANI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA

Hubungan Senam Lansia terhadap Kualitas Hidup Lansia yang Menderita Hipertensi di Klinik HC UMMI Kedaton Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB II KLASIFIKASI TAYANGAN ACARA TELEVISI TERHADAP ANAK

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

IV. METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Gizi Buruk Di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

karya yang terampil, ahli, dan memiliki motivasi yang tinggi serta bermental ideologi

ABSTRAK. Elisabet Risubekti Lestari, 2007.Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMETAAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA PONTIANAK BERBASIS WEB

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Agustus 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

LAPORAN PENELITIAN: Bahasa Indonesia


Sphaira Mobile Electronic Medical Record (m-emr) Mobile Application untuk pelayanan medis yang lebih baik

BAB II LANDASAN TEORI

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

KEEFEKTIFAN WAKTU AERASI MENGGUNAKAN BUBBLE AERATOR DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) AIR SUMUR DESA KEBARONGAN KEMRANJEN BANYUMAS TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

MAKALAH SISTEM BASIS DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. dapat menular kepada manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS

TERMODINAMIKA TEKNIK II

Sistem Informasi Manajemen Penjualan Pada Koperasi Pegawai Negeri Kantor

BAB 2 LANDASAN TEORI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

SIMULASI TURBIN AIR KAPLAN PADA PLTMH DI SUNGAI SAMPANAHAN DESA MAGALAU HULU KABUPATEN KOTABARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA TENTANG PENYELENGGARAAN JARINGAN UTILITAS

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

KAJIAN ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR (STUDI KASUS SUNGAI LADAPA DI KABUPATEN GORONTALO)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG

EVALUASI PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANTARAN DAS DAYANAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS

PIDATO PENGANTAR MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IV DPR-RI TANGGAL 1 FEBRUARI 2007

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

STUDI DESKRIPSI SISTEM PERPARKIRAN DI GALERIA MALL YOGYAKARTA

Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

JSIKA Vol. 5, No. 5. Tahun 2016 ISSN X

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI HEPATITIS B-0 DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-0 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG ALAI TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

RANCANG BANGUN TRANSAKSI KLAIM BERBASIS WEB PADA PERUSAHAAN ASURANSI KESEHATAN (Studi Kasus PT. Asuransi Jiwa InHealth Pekanbaru)

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PREDIKSI PERKEMBANGAN FISIK KOTA (Studi Kasus Kota Singaraja-Bali)

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman Online di:

Volume 17, Nomor 2, Hal Juli Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP)

BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TOT PARAMETER TES CABOR ATLETIK

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

Prof. Dr. Drh. I Gusti Ngurah Mahardika Universitas Udayana Denpasar-Bali HP:

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA MANUSIA KEPERAWATAN RUMAH SAKIT

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHADAP AREA PELAYANAN DI KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

IMPLEMENTASI LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) PADA GAME HANGAROO BERBASIS ANDROID

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA

Transkripsi:

PENGETAHUAN DAN SIKAP PETERNAK UNGGAS TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT FLU BURUNG SERTA DAMPAK EKONOMI STAMPING OUT DI DESA ALLAKUANG KECAMATAN MARITENGNGAE KABUPATEN SIDRAP TAHUN 27 Sintha Lisa Puriahua 1 Abstract: Bird flu or Avian Influenza is a contagious disease caused by type A influenza virus transitted by poultry. The study is dedicated to analyzing the poulterers knowledge of and attitude toward the occurence of Avian Influenza and the econoic consequences of staping out. It is an observational, analytical and cross sectional study involving 81 poulterers as a saple, purposively selected for the study. The data are statically exained through Fisher s Exact. The study proves through Fisher s Exact statistical exaination that there is a relationship between the occurences of Avian Infleuenza and the poulterers knowledge of the disease. It is indicated by a value of p,9 (p <,5). Meanwhile, in the analysis on the attitude of the poulterers towards the occurence of the disease, a value of p is,64 (p >,5). It siply eans there is no correlation between the attitude and the occurence of the Avian Influenza. The proportion of econoic loss of those who had been to a staping out copared to those who had not is 14,1%. It is recoended that health and husbandry office continuously disseinate inforation to the poulterers of the nature and the risks of the disease, train the poulterers to prevent the disease fro happening. The governent should provide free vaccine, and raise their stiulate chicken/poultry faring by providing free chicks, and raise their awareness to disconnect the contagion chains. Keywords: Knowledge, attitude, poulterer, Avian Influenza Incidence, econoic ipacts of staoing out. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit enular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian influenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietna, Thailand, Kaboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Suber virus diduga berasal dari igrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Wabah penyakit flu burung yang elanda dunia, khususnya kawasan Asia, eang sangat enjadi perhatian, baik asyarakat luas aupun badan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh flu burung yang dapat enular pada anusia dan berakibat fatal karena dapat ebawa keatian. Bahkan WHO engkhawatirkan virus flu burung akan enjadi ancaan serius di kawasan Asia. PBB ikut eperingatkan bahwa flu burung berbahaya karena virus flu burung apu enekan siste iunitas tubuh anusia (Soejoedono, 25). Kasus wabah flu burung kini banyak dialai oleh beberapa negara Asia, antara lain: Korea, Vietna, China, Thailand, Kaboja, dan Indonesia. Keungkinan dapak negatif yang ditibulkan oleh virus ganas ini akan seakin eluas karena didukung tingkat penyebaran virus yang bisa berkebang dan enyebar luas dengan cepat. Hal itu bisa terjadi jika tidak dilakukan tindakan preventif, baik terhadap unggas aupun pada anusia yang bersinggungan langsung dengan ternak unggas. Para pekerja di 1 Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja FKM Undana

MKM Vol. No. 1 Juni 28 peternakan eiliki risiko besar tertular virus flu burung. Kepastian adanya flu burung di Indonesia sebenarnya berawal dari keatian ternak aya yang encapai jutaan ekor di beberapa wilayah, terutaa di Jawa Barat. Peristiwa yang sepat enghebohkan para peternak tersebut terjadi pada Agustus 2. Selanjutnya, pada Januari 24 diteukan kebali kasus serupa pada ternak unggas di beberapa propinsi di Indonesia, terutaa Bali, Banten, Jawa Barat, Jawa Tiur, Jawa Tengah, dan Kaliantan Barat. Sekitar.842.275 ekor aya ati dan yang paling tinggi julah keatiannya adalah di wilayah Jawa Barat, yaitu encapai 1.541.427 ekor (Soejoedono, 25). Pada dasarnya tingginya kasus flu burung pada ternak aya di Indonesia tidak lepas dari siste peeliharaan ternak yang diterapkan tidak eenuhi ketentuan siste peeliharaan yang direkoendasikan oleh instansi terkait. Kalau kita perhatikan, terutaa peternakan rakyat, siste sanitasi kandang, penggunaan desinfeksi, peberian vaksin secara tepat dan teratur, serta penerapan biosekuriti, isalnya hapir tidak ada. Para peternak tersebut uunya elakukan kegiatan peeliharaan ternak apa adanya. Padahal, faktor-faktor tersebutlah salah satu penyebab udahnya virus flu burung enyerang unggas. Upaya peerintah berkaitan dengan pengendalian flu burung adalah dengan ditetapkannya kebijakan nasional untuk pengendalian flu burung, salah satunya adalah perlindungan kelopok risiko tinggi elalui kegiatan upaya penyediaan alat pelindung diri (APD) pada petugas di peternakan, perbaikan sanitasi lingkungan peternakan, peningkatan cara hidup sehat dengan unggas. Dari ketiga faktor tersebut sangat terkait dengan 46 perilaku pekerja itu sendiri (Depkes, 26). Kelopok yang berisiko tertular penyakit flu burung enurut situs resi WHO adalah orang-orang yang sehari-harinya elakukan kontak fisik dengan unggas atau aya yaitu peternak, pekerja yang terlibat langsung dala progra peotongan unggas, dokter hewan, pekerja kandang dan pedagang aya hidup. Berdasarkan laporan investigasi kasus Avian Influenza pada anusia di 4 kabupaten yang ada di SulSel tahun 25 tapak bahwa penderita rata-rata elakukan kontak selaa tujuh hari terakhir dengan ternak dan hapir seua lokasi epunyai sanitasi kandang yang kurang baik sehingga hal ini dapat enjadi faktor risiko terjadinya kasus pada anusia dan juga kebiasaan peternak yang tidak eakai alat pelindung APD saat bekerja (Depkes RI, 26). Berdasarkan data dari Sub dinas Keswan dan Kesavet Propinsi SulSel, bahwa data wabah penyakit flu burung tahun 25 di Kab. Sidrap adalah sebanyak 429.417 ekor dan khususnya di kec. MaritengngaE adalah sebanyak 84.45 ekor, sedangkan Kab. Soppeng sebanyak 26.64 ekor, Wajo sebanyak 5.979 ekor, dan Maros sebanyak 7 ekor. Penyebaran kasus flu burung yang sudah sangat luas dan enyebabkan keatian jutaan ternak aya yang berakibat langsung pada kerugian pada peternak aya. Peruusan Masalah Munculnya perasalahan pada lingkungan peternakan aya serta dapaknya terhadap asyarakat dan peternak aya, tentu saja tidak terlepas dari pengetahuan, sikap, dan tindakan peternak aya dala penanganan flu burung. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Penelitian ini enggunakan desain studi cross sectional, yang

bertujuan untuk engkaji dinaika hubungan antara pengetahuan dan sikap peternak unggas serta dapak ekonoi staping out dengan kejadian penyakit flu burung di Desa Allakuang Kecaatan Maritengngae Kabupaten Sidrap tahun 27. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 2 April sapai dengan 9 Mei 27. Responden adalah peternak aya dengan julah sapel sebesar 81 orang. Pengupulan data dilakukan dengan wawacara enggunakan kuesioner dan hasilnya diolah dala bentuk tabel disertai dengan penjelasan tabel.. Tabel 1. Distribusi Peternak Aya Menurut Tingkat Pendidikan Di desa Allakuang Kec. Maritengngae Kab Sidrap tahun 27 Tingkat Pendidikan Julah (n) Persen (%) SD 28 4.6 SLTP 4.7 SLTA 19 2.5 PT 1 1.2 Total 81 1. Tabel 2. Distribusi Peternak Aya Menurut Pengetahuan Di desa Allakuang Kec. Maritengngae Kab Sidrap tahun 27 Pengetahuan Julah (n) Persen (%) Kurang 1 12. Baik 71 87.7 Julah 81 1. Tabel. Distribusi Peternak Aya enurut Sikap Di desa Allakuang Kec. Maritengngae Kab Sidrap tahun 27 Sikap Julah (n) Persen (%) Negatif 4 49.4 Positif 41 5.6 Julah 81 1. Tabel 4. Distribusi Peternak Aya enurut Kejadian Penyakit Flu Burung Di desa Allakuang Kec. Maritengngae Kab Sidrap tahun 27 Kejadian Flu Burung pada ternak unggas Julah (n) Ya 19 2.5 Tidak 62 76.5 Julah 81 1. Persen (%) Tabel 5. Distribusi Peternak Aya enurut Dapak Ekonoi Staping Out desa Allakuang Kec. Maritengngae Kab Sidrap tahun 27 Dapak Ekonoi Julah Persen Staping Out (n) (%) Tinggi 22 27.2 Rendah 59 72.8 Julah 81 1. Tabel 6. Distribusi Julah Ternak Unggas Menurut Jual Kondisi Noral dan kondisi terinfeksi Penyakit Flu Burung Di desa Allakuang Kec. Maritengngae Kab Sidrap tahun 27 Variabel Ternak Miniu (rp/ekor) Ternak Maxiu (rp/ekor Jual aya kondisi noral Jual aya kondisi terinfeksi Mini u (Rp) 2. 1. Ju lah 2 x 2. 4.. 8 x 2. 16.. Max iu (Rp). 15. Ju lah 12.5 x. 75.. 7.5 x 15. 112.. Mea n 29. 24,6 9 14. 6,1 7 Tabel 7. Distribusi Kerugian Ekonoi Staping Out Di desa Allakuang Kec. Maritengngae Kab Sidrap tahun 27 Julah Peternak (orang) Varia bel 19 Kerug ian akibat Sta ping Out Mea n 46,5 65.7 89,4 7 SD 56.8 26.7 25, 62 Mini u 6.. Max iu 225.. SD 2.24 7,8 1.96 9,28 6 Su 884. 75. 62 Kerug ian 77. 85.4 5.9 12.6.. 47 626 822

MKM Vol. No. 1 Juni 28 48 81 akibat penur unan harga jual Kerug ian ekno i 9,8 88. 8., 1,6 85 6.5 48.2 47,8 7 15.. 5.. 715 297 5 Analisis Bivariat Tabel 8. Distribusi sikap peternak Aya berdasarkan pengetahuan tentang penyakit flu burung Di desa Allakuang Kec. Maritengngae Kab Sidrap tahun 27 Pengetahua n Sikap Julah Negatif Positif Kurang 8 8, 2 2, 1 1 Baik 2 45,1 9 54,9 71 1 Total 4 49,4 72 5,6 81 1 Tabel 9. Distribusi Dapak Ekonoi Staping Out Menurut Pengetahuan Tentang Penyakit Flu Burung Di desa Allakuang Kec. Maritengngae Kab Sidrap tahun 27 Pengeta huan Dapak Ekonoi Staping out julah Tinggi Rendah Kurang, 7 7, 1 1 Baik 19 26,8 52 7,2 71 1 Total 22 27,2 59 72,8 81 1 Tabel 9. Distribusi Dapak Ekonoi Staping Out Menurut Sikap Tentang Penyakit Flu Burung Di desa Allakuang Kec. Maritengngae Kab Sidrap tahun 27 Sikap Dapak Ekonoi Staping out julah Tinggi Rendah Kurang 9 22,5 1 77,5 4 1 Baik 1 1,7 28 68, 41 1 Total 22 27,2 59 72,8 81 1 Tabel 1. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Penyakit Flu Burung Di desa Allakuang Kec. Maritengngae Kab Sidrap tahun 27 Pengeta huan Kejadian Penyakit Flu Burung julah Ya Tidak Kurang 6 6, 4 4, 1 1 Baik 1 18, 58 81,7 71 1 Julah 19 2,5 62 76,5 81 1 P, 9 Tabel 11. Hubungan Sikap dengan Kejadian Penyakit Flu Burung Di desa Allakuang Kec. Maritengngae Kab Sidrap tahun 27 Sikap Kejadian Penyakit Flu Burung julah Ya Tidak Negatif 8 2, 2 8, 4 1 Positif 11 26,8 7,2 41 1 Julah 19 2,5 62 76,5 81 1 PEMBAHASAN Menurut Tinker dan Koblinsky bahwa pendidikan epunyai efek yang signifikan terhadap perilaku kesehatan. Seakin tinggi pendidikan diharapkan seseorang bisa eiliki wawasan peikiran yang lebih luas, walaupun faktor eksternal lain tetap eberikan pengaruh (Khisbiyah dkk, 1986; Notoatodjo, 1985; Saifuddin, 1992; Sadli, 1982. Besarnya prosentase tingkat pendidikan SLTP pada responden, enyatakan responden telah engikuti Wajib Belajar (Wajar) pendidikan 9 tahun, sesuai dengan Undang-undang No. 2 tahun 2 tentang Siste Pendidikan Nasional. Peternak aya Menurut Pengetahuan Peternak aya yang erupakan kelopok paling berisiko terkena diharapkan eiliki pengetahuan yang cukup tentang penularan dan pencegahan penyakit. Tingkat pengetahuan peternak yang tinggi berhubungan dengan apa yang ereka ketahui tentang apa itu penyakit flu burung erupakan langkah pertaa yang perlu diketahui setiap individu terutaa orang-orang dengan risiko tinggi. Peternak Aya Menurut Sikap Peternak aya sebagai kelopok yang paling dekat dengan ternak aya dituntut untuk bersikap positif terhadap penyakit flu burung. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian P,64

bahwa sikap peternak aya banyak yang eiliki sikap baik. Telah diketahui bersaa bahwa sikap erupakan tindakan individu yang asih tertutup atau belu dala bentuk tindakan yang nyata. Kecenderungan individu untuk bersikap lebih baik juga dipengaruhi oleh pengetahuan individu terhadap objek perasalahan yang ada. Peternak Aya Menurut Dapak Ekonoi Staping Out Dapak Ekonoi Staping Out kejadian penyakit flu burung yang enibulkan kerugian, responden ada yang engalai kergian tinggi dan ada yang juga yang rendah. Prosentasenya sedikit karena eang ternak aya yang diusnahkan lebih sedikit. Analisis Bivariat Dapak Ekonoi Staping Out Menurut Pengetahuan Dapak Ekonoi Staping Out yang dialai responden, yang paling banyak adalah kerugian ekonoi rendah, epunyai pengetahuan baik dibanding dapak ekonoi tinggi tetapi epunyai pengetahuan baik. Hal ini enyatakan bahwa walaupun pengetahuan seseorang itu baik atau kurang, tidak berhubungan dengan kerugian ekonoi karena kejadian penyakit flu burung sifatnya endadak dan erupakan penyakit baru sehinggga peternak aya belu sepat eproteksi ternaknya akibatnya jatuh harga aya dipasaran. Untuk kopensasi atau penggantian akibat pelaksanaan staping out Peda eberikan bantuan berupa peberian anak aya uur sehari (day one chick) atau DOC, dan juga pakan ternak selaa bulan, ini sesuai regulasi yang dikeluarkan oleh peerintah (enteri pertanian). Sikap Peternak Aya Menurut Pengetahuan Tentang Kejadian Penyakit Flu Burung Responden yang tidak engalai kejadian penyakit flu burung adalah yang paling besar julahnya tetapi epunyai sikap negatif terhadap pencegahan penyakit flu burung. Hal ini enyatakan responden selaa ini epunyai sikap atau nora-nora positif yang ereka iliki unttuk encegah terjadinya penyakit flu burung dipeternakan. Dari observasi, responden selalu eperhatikan sanitasi lingkungan peternakan karena berdekatan dengan ruah ereka ereka. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Penyakit Flu Burung Dari hasil statistik, enyatakan ada hubungan pengetahuan responden dengan kejadian penyakit flu burung (p,9), hal ini berarti responden telah eiliki pengetahuan yang baik tentang pencegahan, hal itu terlihat dari prosentase pengetahuan peternak aya yang baik adalah yang paling banyak (87,7%) dibanding yang tidak engalai penyakit flu burung (81,7%). Pengetahuan responden diperoleh elalui pelatihan-pelatihan yangddiberikan oleh Dinas Kesehatan aupun Dinas peternakan, serta inforasi yang diperoleh dari edia cetak aupun elektronik. Pengetahuan erupakan faktor predisposisi bagi perubahan sikap untuk enuju perubahan perilaku yang diharapkan (Ridwan Thaha, 21). Hubungan Sikap dengan Kejadian Penyakit Flu Burung Sikap belu erupakan suatu tindakan, tetapi sebagai predisposisi tindakan. Hasil statistik, enyatakan tidak ada hubungan sikap dengan kejadian penyakit flu burung (p,64), hal ini enyatakan responden sudah eiliki sikap positif untuk encegah penyakit flu 49

MKM Vol. No. 1 Juni 28 burung. Prosentase sikap yang paling banyak adalah sikap negatif (8%) dan tidak engalai penyakit flu burung tetapi karena tradisi dan siste nilai yang dianut asyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sudah positif terhadap penanggulangan penyakit flu burung.misalnya, sikap responden yang positif dala eperhatikan sanitasi lingkungan peternakan, hal ini karena peternakan aya berdekatan atau satu lokasi dengan lingkungan tepat tinggal. Hal diatas setidaknya eberi penguatan terhadap pendapat Sanderson (2), bahwa ada sekupulan orang yang enggunakan berbagai cara untuk beradaptasi dengan lingkungan ereka, yang bertindak enurut bentuk-bentuk perilkau sosial yang sudah terpolakan, dan enciptakan kepercayaan dan nilai bersaa yang dirancang untuk eberi akna bagitindakan kolektif ereka. Gabaran Dapak Ekonoi Staping Out dengan kejadian Flu Burung Tujuan uu dari Strategi Nasional Pengendalian Flu Burung (26), salah satu tujuannya adalah enurunkan dapak sosial ekonoi akibat flu burung. Responden engalai kerugian ekonoi yang besar. Responden harus enanggung biaya langsung akibat unggas yang terinfeksi, baik itu ternaknya diusnahkan ataupun biaya operasional untuk pencegahan flu burung. Responden juga enderita kerugian bisnis akibat peusnahan ternak karena dareah itu diindikasikan sebagai suber penularan. Biaya tak langsung terkait dengan suber daya yang hilang sebagai konsekuensi dari penyakit itu, berupa hilangnya produktifitas sektor peternakan.besarnya dapak tak langsung ini sangat tergantung dari confidence gae yang diainkan oleh peerintah dan edia dala 5 enerapkan dan ensosialisasikan kebijakan pencegahan dan penanggulangan flu burung (Trisna, 26). SIMPULAN DAN SARAN Hasil studi enunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan peternak aya dengan kejadian penyakit flu burung, sikap peternak aya tidak berhubungan dengan kejadian penyakit flu burung, proporsi kerugian ekonoi yang engalai staping out denhgan yang tidak engalai sebesar 14,1%. Adapun saran yang dapat diberikan adalah (1) Petugas kesehatan dan peternakan eberikan penyuluhan secara terusenerus kepada asyarakat khususnya peternak aya tentang penyakit dan penularan terjadinya penyakit flu burung; (2) Meberikan pelatihan engenai penanganan penyakit flu burung agar tidak terjadi KLB flu burung lagi; () Peerintah eberikan bantuan vaksinasi gratis dan bibit aya untuk eningkatkan anio asyarakat untuk bangkit berusaha kebali; (4) Kesadaran asyarakat untuk au eutuskan sendiri ata rantai penularan penyakit flu burung. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI (26). Pengendalian Flu Burunng dan Penggunaan Oseltaivir di Puskesas. Petunjuk Teknis. Dirjen PL. Notoatodjo, Soekidjo. (2). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Soejoedono, Retno (25). Flu Burung. Jakarta. Penebar Swadaya. Kalangi, Nico. (199). Pendekatan Sosio Budaya dan Pengebangan Posyandu. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawihardjo.

Kandun, Nyoan. (26). Kebijakan dan Strategi Penanggulangan Flu Burung. Dirjen PP & PL, Depkes RI. Thaha, Ridwan. M. (21). Pengaruh Kounikasi Interpersonal Terhadap Perubahan Perilkau Dala Perawatan Bayi dan Balita Sakit. Disertasi. Universitas Indonesia. Trisna, Nirala (26). Dapak Ekonoi Dari Penyakit Avian Influenza (H5N1) di Bali. Jakarta. Majalah Kesehatan Perkotaan. Pusat Penelitian Kesehatan Katolik Indonesia. Atajaya. 51