BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan Noveber 011 di dua lokasi, yaitu: BKPH Dungus dan BKPH Dagangan yang erupakan bagian dari KPH Madiun Peru Perhutani Unit II, Jawa Tiur. Pengolahan dan analisis data dilakukan pada bulan Noveber 011 sapai dengan bulan Februari 01 di Laboratoriu Reote Sensing dan GIS Departeen Manajeen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

2 7. Alat dan Data Penelitian..1 Alat yang digunakan di lapangan Alat yang digunakan selaa di lapangan adalah sebagai berikut: 1. Peta desain sapling. Global Positioning Syste (GPS) 3. Kopas 4. Kaera dijital dan kaera SLR dengan lensa fish eye 5. Haga hypsoeter 6. Suunto clinoeters 7. Meteran 8. Tali tabang... Software dan Hardware untuk Pengolahan Data Penelitian ini enggunakan hardware koputer yang dilengkapi dengan seperangkat periferalnya. Software yang digunakan adalah MS Excel dengan fungsi analysis data, SPSS, Erdas Iagine, Heiview, dan ArcView dengan siste pendukung ekstensi iage analysis, geoprocessing, graticules and easured grid, projection utility wizard, xtools, dan ekstensi IHMB-Jaya versi Data Penelitian 1. Data Utaa a. Citra Dijital Non-etrik Citra yang digunakan dala penelitian ini adalah citra dijital non-etrik resolusi tinggi KPH Madiun Peru Perhutani Unit II Jawa Tiur yang direka enggunakan pesawat tak berawak (Unaned aircraft). Perekaan citra dilakukan pada bulan April 011. Citra ini eiliki resolusi tinggi sapai dengan 0 c. b. Data Hasil Pengukuran Lapangan dan Hasil Interpretasi Data yang digunakan dari hasil pengukuran lapangan dan interpretasi citra pada penelitian ini, yaitu: kerapatan tajuk (C), diaeter tajuk (D), dan julah pohon setiap plot contoh (N).

3 . Data Pendukung Data pendukung yang digunakan dala penelitian ini adalah peta desain sapling, peta jaringan jalan, peta areal kerja, dan peta kelas hutan KPH Madiun. 8

4 9 Gabar 3 Peta citra dijital non-etrik BKPH Dagangan. 9

5 10 Gabar 4 Peta citra dijital non-etrik BKPH Dungus. 10

6 11 Gabar 5 Peta jaringan jalan. 11

7 1.3 Metode Penelitian.3.1 Persiapan 1. Koreksi Geoetrik Tahapan persiapan penelitian ini diawali dengan koreksi geoetrik atau rektifikasi. Koreksi geoetrik adalah suatu proses eproyeksikan data pada suatu bidang, sehingga epunyai proyeksi yang saa dengan proyeksi peta. Koreksi ini dilakukan untuk eudahkan pengecekan objek citra di lapangan, eudahkan penggabungan citra dengan suber data lain agar tidak engalai distorsi luas atau eungkinkan dilakukan perbandingan piksel dei piksel (Jaya 00). Rektifikasi dilakukan dengan proses resapling yang erupakan suatu proses transforasi citra dengan eberikan nilai piksel terkoreksi. Pelaksanaan resapling dilakukan dengan proses transforasi dari suatu siste koordinat ke siste koordinat lain, sedangkan etode yang digunakan adalah Nearest Neighbour. Tahapan elakukan rektifikasi adalah sebagai berikut: a. Meilih titik kontrol lapangan (Ground control point). GCP tersebut sedapat ungkin adalah titik-titik atau obyek yang tidak udah berubah dala jangka waktu laa. GCP harus tersebar erata pada citra yang akan dikoreksi. Peilihan GCP dilakukan secara visual pada lokasi yang dirasa cukup jelas dan udah dijangkau. GCP yang digunakan pada lokasi BKPH Dagangan adalah sebanyak 10 GCP dan pada lokasi Dungus sebanyak 7 GCP. GCP dibuat untuk eperudah eneukan titik plot pada lokasi penelitian dan untuk eperoleh akurasi geoetri ketika foto udara telah dibuat atau sedang digunakan dala penyiapan peta. Julah iniu GCP yang ditentukan di lapangan tergantung pada beberapa faktor terasuk tujuan survey, luasan wilayah yang diliput, serta kondisi edan. b. Mebuat persaaan transforasi yang digunakan untuk elakukan interpolasi spasial. Persaaan ini uunya berupa persaaan polynoial baik orde 1,, dan 3, pada penelitian ini digunakan orde 1.

8 13 Orde I disebut juga Affine transforation (diperlukan inial 3 GCP): (1)... () Keterangan : p' dan l' X dan Y,, = posisi piksel pada citra yang belu terkoreksi = posisi koordinat peta (geodetik) = koefisien elevasi = koefisien regresi c. Menghitung kesalahan RMSE (root ean squared error) dari GCP yang terpilih. Nilai RMSE tidak boleh lebih dari 0,5 piksel. Kesalahan rata-rata dari rektifikasi ini dihitung dengan ruus 3...(3). Peilihan Titik Lokasi Pengaatan Lokasi sebaran titik pengaatan lapangan ditentukan elalui etode Siple Rando Sapling yang diawali dengan penggunaan Ekstensi IHMB-Jaya Versi 6 pada ArcView. Langkah pertaa dilakukan pebuatan grid enggunakan tools IHMB ebuat grid, selanjutnya dibuat titik batas wilayah seperti yang dapat dilihat pada gabar 5. Pada pebuatan grid diperlukan beberapa inforasi yang harus ditentukan, sebagai berikut : a. Bilangan acak yang digunakan adalah 56 untuk (x) dan 65 untuk (y). b. Jarak antar plot untuk pebuatan grid adalah selebar Setelah grid terbentuk, ditabahkan titik titik plot dengan tools IHMB ebuat plot pada setiap perteuan antara garis barat-tiur dan garis utaraselatan untuk keudian dipilih n plot contoh yang tersebar enurut kelas uur dan bonita. Gabar 6 dan Gabar 7 erupakan tapilan lebih jelas untuk hasil tahapan penabahan plot pada grid yang telah dibuat.

9 Gabar 6 Hasil pebuatan grid dan titik batas enggunakan ekstensi IHMB- Jaya Versi 6, ArcView. 14

10 15 Gabar 7 Plot hasil pebuatan grid BKPH Dagangan. 15

11 16 Gabar 8 Plot hasil pebuatan grid BKPH Dungus. 16

12 17 Pada kedua lokasi penelitian dilakukan peilihan 76 plot contoh untuk tahapan peraa (n) dari titik-titik yang telah didapat dari proses tersebut. Peilihan plot ini bertujuan untuk eperoleh data pada citra dan juga eudahkan peilihan plot contoh yang diteliti di lapangan. Plot contoh yang digunakan berbentuk lingkaran dengan luasan sesuai dengan KU (Kelas uur). a. KU I II dilakukan pengukuran dengan plot lingkaran seluas 0,0 ha b. KU III IV dilakukan pengukuran dengan plot lingkaran seluas 0,04 ha c. KU V Up dilakukan pengukuran dengan plot lingkaran seluas 0,1 ha. Peilihan plot contoh tahapan ke-dua () dala penelitian ini dilakukan dengan eilih setengah dari julah plot contoh pada tahapan pertaa, dengan kata lain dipilih sebanyak 38 plot contoh. Seperti peilihan plot contoh tahap pertaan (n), peilihan pada tahap ke-dua ini dilakukan secara acak enyebar enurut bonita dan uur tegakan plot contoh tahapan pertaa. Plot contoh ini selanjutnya enjadi plot yang dilakukan survey lapangan. Peilihan sapel yang relatif kecil eberikan hasil sapling yang baik pada double sapling. Menurut Sutarahardja (1999), pengukuran paraeter pada potret dapat dilakukan sebanyak ungkin dan diusahakan agar konsisten untuk engurangi kesalahan dala penaksiran. Sedangkan pengukuran di lapangan cukup beberapa plot contoh saja, asalkan ewakili seluruh kondisi tegakan. Setelah dilakukan peilihan plot contoh untuk survey lapangan, dilakukan pebentukan titik ikat pada areal yang udah dijangkau dan berdekatan dengan plot contoh. Titik ikat digunakan untuk eperudah jangkauan enuju plot contoh yang ingin diteliti.

13 18 Gabar 9 Peta sebaran plot contoh BKPH Dagangan. 18

14 19 Gabar 10 Peta sebaran plot contoh BKPH Dungus. 19

15 0 3. Pebuatan Peta Desain Sapling Peta desain sapling dibuat sebagai alat bantu pengaatan di lapangan. Peta desain sapling dibuat elalui proses layout dari overlay antara citra, lokasi penelitian, dan peta jaringan jalan yang dibuat pada tahapan sebelunya. Seua inforasi yang telah diperoleh pada tahapan sebelunya seperti sebaran plot contoh yang diteliti di lapangan (), GCP dan titik ikat digunakan dala pebuatan peta desain sapling ini. Peta desain sapling keudian dicetak pada kertas A3 dengan skala 1: Pengabilan Data Lapangan Plot contoh yang diteliti di lapangan () adalah sejulah 38 plot yang telah ditentukan pada tahap persiapan. Data yang diabil di lapangan, sebagai berikut: 1. Noor plot. Keliling pohon setinggi dada 3. Keliling pohon setinggi 0,5 eter 4. Tinggi total pohon 5. Tinggi bebas cabang (tbc). 6. Diaeter tajuk 7. Jarak dan sudut aziuth setiap pohon dari titik pusat plot 8. Koordinat plot contoh 9. Koordinat pohon Untuk data pebantu, diabil juga beberapa foto lapangan dan foto kerapatan tajuk enggunakan kaera SLR berlensa fish eye. Seua data tersebut dicatat pada tally sheet yang telah dipersiapkan pada tahapan persiapan.

16 1.3.3 Pengolahan Data 1. Interpretasi Citra Menurut Jaya (006), klasifikasi diartikan sebagai suatu proses engelopokkan piksel ke dala kelas-kelas atau kategori-kategori yang telah ditentukan berdasarkan nilai kecerahan piksel yang bersangkutan. Klasifikasi dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pada penelitian ini yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Klasifikasi pendekatan kualitatif erupakan suatu kegiatan untuk endeteksi dan engidentifikasi objek-objek perukaan bui yang tapak pada citra, baik potret udara aupun citra satelit dengan cara engenalinya atas dasar karakteristik spasial, spektral, dan teporal. Interpretasi erupakan suatu tindakan untuk engidentifikasi gabar di atas foto sesuai dengan tujuan enguji dan engecek kebenarannya (Sion 1993). Interpretasi dapat digunakan dala beraca hal, Wolf (1993) enyatakan bahwa interpretasi foto dapat ebantu dala peetaan spesies pohon, penentuan uur, kerapatan dan ukuran pohon, dan juga peecahan asalah lain yang berkaitan dengan kehutanan seperti evaluasi kerusakan oleh kebakaran hutan, haa, dan penyakit. Pada penelitian ini dilakukan penentuan persen kerapatan tajuk pada citra (C ctr ), diaeter tajuk pada citra (D ctr ), dan julah pohon pada citra (N ctr ). Penentuan persen ketiga peubah bebas tersebut dilakukan enggunakan interpretasi visual. Menurut Howard (1996), analisis citra visual didefinisikan sebagai aktivitas visual untuk engkaji citra yang enunjukkan gabaran uka bui yang tergabar dala foto tersebut untuk tujuan identifikasi obyek dan enilai aknanya. Rahaju (1997) ebenarkan bahwa penentuan kerapatan tajuk dapat diestiasi dengan enggunakan bantuan penglihatan. Teknik interpretasi visual enggunakan keapuan pikir anusia yang paling baik untuk elakukan evaluasi kualitatif pada daerah kajian, akan tetapi teknik ini eiliki keterbatasan yaitu eerlukan latihan ekstensif dan bersifat intensif tenaga. Penyebabnya adalah keterbatasan keapuan anusia untuk eisahkan nilai rona pada citra dan adanya kesulitan bagi penafsir untuk enganalisis beberapa citra pada waktu yang saa (Lillesand & Kiefer 1990).

17 Tahapan penentuan kerapatan tajuk dala penelitian ini dilakukan dengan on screen digitations untuk ebedakan luasan bertajuk dan non-tajuk pada tiap plot yang telah diabil. Setelah luasan wilayah bertajuk didapat, keudian luasan tersebut dibagi dengan luas plot contoh dan dikalikan 100%. % 100%... (4) Gap tajuk Areal tutupan tajuk Gabar 11 Cara elakukan on screen digitations untuk enghitung kerapatan tajuk. Diaeter tajuk didapatkan dengan engukur citra secara langsung enggunakan tools easure pada Arcview yang keudian diabil rata-rata diaeter tajuk setiap plot. Penentuan diaeter tajuk diperlukan ketelitian yang tinggi dala ebedakan tajuk yang berada dala suatu plot. Menurut Spurr (1960), kesalahan terbesar terjadi dala pengukuran diaeter tajuk pohon pada potret udara apabila tajuk pohon terlihat kecil-kecil dan berkelopok, sehingga sukar ditentukan batas antara tajuk yang satu dengan lainnya. Arah pengukuran diaeter tajuk Gabar 1 Cara perhitungan diaeter tajuk.

18 3 Seperti pengukuran kerapatan dan diaeter tajuk, aka perhitungan julah pohon citra dala setiap plot juga dilakukan secara visual dengan enghitung langsung julah pohon yang ada di citra. Gabar 1 enunjukkan bahwa julah pohon pada plot tersebut adalah 9 pohon. Posisi Pohon Gabar 13 Cara enghitung julah pohon.. Pengolahan Data Lapangan Setelah data lapangan diperoleh, aka dilakukan peetaan data ke dala citra enggunakan software Arcview. Data yang dipetakan antara lain koordinat plot contoh, koordinat pohon, dan diaeter tajuk. Sebelu dilakukan peetaan data engunakan Arcview, dilakukan pengunduhan dari GPS enggunakan koputer untuk eperoleh seua data yang telah didapatkan di lapangan. Dari peetaan data koordinat pohon, didapatkan julah pohon di lapangan (N lap ) pada setiap plotnya. Diaeter tajuk lapangan (D lap ) yang diperoleh, digunakan untuk enghitung kerapatan tajuk citra di lapangan (C lap ). Nilai diaeter digunakan untuk ebuat buffer tajuk pohon yang bertitik pusat pada koordinat pohon. Setelah buffer terbentuk dan didapatkan luasannya, keudian luasan tersebut dibagi dengan luas plot contoh dan dikalikan 100%. Nilai sediaan tegakan lapangan didapat dengan sebelunya dilakukan perhitungan sediaan tiap pohon enggunakan ruus 5. Setelah nilai sediaan setiap pohon didapat, keudian dilakukan penjulahan sediaan pohon yang berada pada plot yang saa dengan enggunakan perhitungan ruus 6. Nilai

19 4 sediaan yang didapatkan ini erupakan sediaan tegakan lapangan pada tiap plot contoh. 1 Vbc i = π dbh tbc...(5) 4 Vbc plot = Vbc i n i= 1...(6) Keterangan : Vbc i = Volue tiap pohon ( 3 ) Vbc plot = Volue pohon tiap plot ( 3 /plot) Dbh = Diaeter pohon bebas cabang () Tbc = Tinggi pohon bebas cabang () n = Julah pohon setiap plot 3. Koefisien Deterinasi (R ) antar Peubah Data yang didapat dari survey lapangan yang baik paling tidak hapir endekati nilai dari data hasil interpretasi citra dan keduanya eliliki selisih yang konsisten. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan koefisien deterinasi (R ) untuk engetahui konsistensi antar peubah. Koefisien deterinasi dilakukan untuk engetahui seberapa besar suatu peubah dapat enjelaskan peubah lainnya (Walpole 198). Seakin tinggi nilai R, enunjukkan bahwa seakin tinggi keapuan suatu peubah dala enjelaskan peubah lainnya, dan juga sebaliknya. Koefisien deterinasi dapat diperoleh elalui pebuatan scatter plot. Perhitungan koefisien deterinasi dilakukan antara N ctr dengan N lap, D ctr dengan D lap, dan juga C ctr dengan C lap. Selain peubah-peubah tersebut, dilakukan juga perhitungan R antara peubah Vbc dengan N ctr, Vbc dengan D ctr, dan Vbc dengan C ctr untuk elihat seberapa besar peubah citra dapat enjelaskan nilai Vbc yang diperoleh pada tahapan sebelunya.

20 5 4. Pendugaan odel Model yang didapat dari pengabilan dan pengolahan data yang dilakukan bersaa Eri Septyawardani dan Sri Wahyuni terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Model dengan peubah N, D, dan C No. Model R (%) 1 BKPH Dagangan Vbc= -10,164+1,07N ctr +1,75D ctr +0,081C ctr 85,70 BKPH Dungus Vbc= 1,499E-5C ctr,693 D ctr 1,159 N ctr 0,67 73,70 Dari kedua odel tersebut dapat diketahui bahwa peubah bebas yang dicari untuk elakukan perhitungan teknik double sapling pada lokasi KPH Madiun adalah peubah bebas C (kerapatan tajuk), D (diaeter tajuk), dan N (julah pohon). Selain enggunakan odel dengan peubah N, D, dan C, pada penelitian ini juga enggunakan odel dengan satu peubah sebagai pebanding. Tabel Model dengan satu peubah No. Model R (%) 1 BKPH Dagangan Vbc=10,361+1,169N ctr 56,40 BKPH Dungus Vbc= -6,1+1,66C ctr 57,0 Diperlukan satu peubah untuk enduga sediaan tegakan dengan enggunakan odel ini, yaitu: N (julah pohon) untuk lokasi BKPH Dagangan dan C (kerapatan tajuk) untuk lokasi BKPH Dungus. Model yang didapatkan ini keudian digunakan untuk engetahui nilai sediaan tegakan di citra pada tiap plot. Sediaan tegakan di citra didapat dengan cara easukkan inforasi nilai peubah citra yang enyusun odel tersebut.

21 6 5. Perhitungan Double Sapling Hasil iterpretasi citra dan hasil pengukuran di lapangan selanjutnya digunakan untuk enduga nilai estiasi sediaan tegakan enggunakan teknik double sapling (Paine 1981) : Yˆ = Y + b( X n X ) (7) Keterangan : Yˆ = Volue estiasi enggunakan teknik double sapling with linear regression () Y = Rata-rata volue tegakan hasil pengukuran dari plot di lapangan pada fase ke-dua X n = Rata-rata volue tegakan hasil estiasi elalui potret udara dari n plot pada fase pertaa X = Rata-rata volue tegakan hasil estiasi elalui potret udara dari plot pada fase ke-dua = Slope dari regresi. b Koefisien regresi dari persaaan yang didapat dihitung enggunakan etode kuadrat terkecil (least squared ethod). Raga dari pengabilan contoh ganda (S y ) ini dihitung dengan ruus sebagaiana disarankan oleh DeVries (1986) dala Shiver and Borders (1996) : S y S y = n 1 1 r n.....(8) diana : S y = y i ( i = 1 i = 1 1 y i ) (9)

22 7 r = i = 1 x i i i i i = 1 i = 1 i = 1 x y i = 1 x i 1 / x i = 1 y i yi i = 1 y i 1 /...(10) Keterangan: S = Penduga raga bagi nilai tengah populasi y S y = Penduga raga bagi nilai tengah contoh = Julah plot di lapangan (fase ) n = Julah plot di citra (fase 1) r = Koefisien korelasi x = Nilai dugaan volue pada citra y = Nilai volue dari lapangan. a. Selang kepercayaan (1-α) 100% bagi nilai tengah (rata-rata) populasi ( y ) Berdasarkan nilai dugaan rata-rata populasi dan raganya dapat dibuat penduga selang bagi nilai tengah populasi dengan ruus 11. y ( t ± ( α S y, dbf ) ).....(11) b. Penduga total populasi ( Ŷ ) Nilai dugaan bagi total populasi dapat dihitung berdasarkan nilai dugaan rata-rata populasi dan luas wilayah (N) dengan ruus 1. Y ˆ = N y......(1) S ˆ c. Penduga raga bagi total populasi ( Y ) Nilai dugaan bagi raga total populasi dapat dihitung dengan ruus 13. S Yˆ = N S y....(13)

23 8 d. Selang kepercayaan (1-α) 100% bagi total populasi Berdasarkan nilai dugaan bagi populasi, nilai t-student (t (α/.dbf) ) dan raganya, dapat dibuat penduga selang bagi total populasi dengan ruus 14. ˆ Y ± t ( α ; ) Sy......(14) e. Kesalahan penarikan contoh (SE) Untuk engetahui ketelitian pendugaan paraeter populasi dengan etode penduga regresi untuk double sapling, dapat dihitung besarnya sapling error berdasarkan nilai dugaan bagi populasi, nilai t-student (t (α/.dbf) ) dan raganya dengan ruus 15. SE t ( α ; ) Sy = x100 % Yˆ Koefisien Variasi (CV).....(15) Koefisien variasi adalah perbandingan antara sipangan standar dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase. Koefisien variasi berguna untuk elihat sebaran data dari rata-rata hitungnya. CV = Sy Yˆ 100 %.....(16) f. Alokasi optiu dan efisiensi relatif Alokasi optiu digunakan untuk enentukan julah plot contoh yang optiu yang akan diaati di citra dan di lapangan. Untuk elakukan optialisasi dapat dilakukan salah satunya dengan etode Multiplier Langrange (Paine 1981). C f n f = n s [ ( )( )...(17) E C f + R C p ] n p = n f ( R ).....(18)

24 9 Diana : ns = ( CV ) ( t ) ( DSE ) %.....(19) E = C ( 1 r ) f C / C f p C p + r...(0) dan R = 1 r r 1 C C p f (1). Keterangan : n f = Alokasi plot optiu di lapangan n p = Alokasi plot optiu di citra n s = Julah plot yang harus dibuat jika pengaatan hanya di lapangan C p = Biaya pengaatan di citra C f = Biaya pengaatan di lapangan R = Rasio optiu antara julah plot di citra dengan di lapangan E = Efisiensi CV = Koefisien variasi DSE % = Kesalahan sapling yang diharapkan. Biaya yang dikeluarkan dala penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu: biaya pengaatan di citra dan biaya pengaatan di lapangan. Biaya pengaatan di citra adalah seua biaya yang dikeluarkan ulai dari pebelian citra, pengolahan atau interpretasi citra, sapai dengan biaya-biaya lain terasuk biaya cetak citra enjadi peta. Sedangkan biaya pengaatan di lapangan eliputi biaya transportasi, peberian upah pekerja, dan lain sebagainya. Biaya yang dikeluarkan untuk pengaatan di lapangan harus lebih tinggi daripada biaya pengaatan di citra untuk encapai nilai efisiensi teknik double sapling yang tinggi.

25 Tabel 3 Perhitungan upah pekerja Lokasi Julah Pekerja Jl hari kerja Upah satuan Upah (orang) (hari) (Rp/orang/hari) (Rp) BKPH Dagangan BKPH Dungus Tabel 4 Perhitungan biaya lapangan Lokasi Pengeluaran Biaya (Rp.) BKPH Dagangan Upah pekerja Transportasi Bogor - Madiun total BKPH Dungus Upah pekerja Transportasi Madiun - Bogor total Biaya lapangan per hektar Upah Rp = ( julah plot luasan plot) ( 38 0,1) = Rp Pada Tabel 4 dapat diketetahui bahwa biaya yang dikeluarkan untuk survey lapangan antara lokasi BKPH Dagangan dan BKPH Dungus adalah saa, sebesar Rp untuk tiap lokasinya. Hal ini dikarenakan adanya kesaaan julah pekerja, hari kerja, dan upah pekerja pada setiap lokasi seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3. Setelah dilakukan perhitungan lebih lanjut, didapat biaya lapangan per hektar (ha) sebesar Rp

26 Tabel 5 Perhitungan biaya citra Lokasi Pengeluaran Harga Satuan Banyak Biaya (Rp) (Rp) BKPH Dagangan Pebelian citra 0.000/ha 17,3 ha Cetak peta ukuran A /peta Cetak peta ukuran A /peta Interpretasi.000/ha 17,3 ha Total biaya Biaya per ha.145 BKPH Dungus Pebelian citra 0.000/ha 169 ha Cetak peta ukuran A Cetak peta ukuran A Interpretasi.000/ha 169 ha Total biaya Biaya per ha.148 Biaya citra (Cp) dapat dilihat pada Tabel 5. Pada kedua lokasi penelitian, biaya citra yang dikeluarkan hapir saa, yaitu: Rp..145 untuk lokasi BKPH Dagangan dan Rp..148 untuk BKPH Dungus. 31 Efisiensi relatif (ER) dala penelitian ini adalah rasio antara biaya yang dikeluarkan dengan etode pengabilan contoh acak sederhana. ER = n p C n p s C f + n f C f 100 %......()

27 3.3.4 Tahapan Penelitian Mulai Citra dijital non-etrik resolusi tinggi Persiapan Koreksi citra Data pendukung (peta areal kerja, peta jalan, dsb) Pengecekan lapangan Interpretasi visual(interpretasi, dijitasi, klasifikasi) Analisis statistik (pendugaan odel) Data hasil interpretasi citra () Perhitungan double sapling Analisis plot optiu dan efisiensi relatif Data hasil cek lapang (n) Efisiensi Relatif teknik double sapling Selesai Gabar 14 Diagra alur etode penelitian.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tepat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2007 sapai dengan April 2008. Lokasi penelitian adalah Kabupatenn Solok Selatan Provinsi Suatera Barat dan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengambilan Plot Contoh di Lapangan Berdasarkan jumlah pohon yang ditemukan di lapangan, jumlah pohon yang diperoleh dari 38 plot lokasi BKPH Dagangan ada sebanyak 372

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2011-Februari 2012. Lokasi penelitian terletak di KPH Madiun, yaitu: BKPH Dagangan dan BKPH Dungus (Gambar 2). Pra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): 1-6. Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): 1-6. Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unied.ac.id/2012/index.php/einstein Aplikasi Citra Landsat 8 Oli Untuk Menganalisa Kerapatan Vegetasi Bill Cklinton Sianjuntak dan Rita Juliani* Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Statistika, Vol., No., Noveber 0 STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Gede Suwardika, Heri Kuswanto, Irhaah Jurusan Statistika,Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di KPH Kebonharjo Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah. Meliputi Bagian Hutan (BH) Tuder dan Balo, pada Kelas Perusahaan Jati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan inventarisasi sumberdaya hutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam perencanaan hutan. Inventarisasi hutan diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK PENDUGAANN SEDIAAN TEGAKAN JATI (Tectona grandis, Linn.f) DENGAN TEKNIK DOUBLE SAMPLING

PENGGUNAAN CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK PENDUGAANN SEDIAAN TEGAKAN JATI (Tectona grandis, Linn.f) DENGAN TEKNIK DOUBLE SAMPLING 1 PENGGUNAAN CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK PENDUGAANN SEDIAAN TEGAKAN JATI (Tectona grandis, Linn.) DENGAN TEKNIK DOUBLE SAMPLING DI KPH MADIUN PERUM PERHUTANI UNIT II JAWAA TIMUR FATHIA AMALIA RAMA DHANI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaan i iii I PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 11 Latar Belakang 1 12 Fungsi Pengawas dan Peeriksa 2 13 Pengawasan 2 14 Peeriksaan 3 II PEMERIKSAAN ISIAN DAFTAR VIMK14-L2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upah bagi para pekerja erupakan faktor penting karena erupakan suber untuk ebiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang berpendidikan upah erupakan hasil

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di BKPH Dungus dan BKPH Dagangan KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada bulan Oktober sampai November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R.

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R. 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningru*, Ia Santoso**, R.Rizal Isnanto** Abstrak - Tekstur adalah karakteristik yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real. 0 RUANG SAMPEL Kita akan eperoleh ruang sapel, jika kita elakukan suatu eksperien atau percobaan. Eksperien disini erupakan eksperien acak. Misalnya kita elakukan suatu eksperien yang diulang beberapa

Lebih terperinci

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Vol. 2, 2017 Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Widiarti 1*, Rifa Raha Pertiwi 2, & Agus Sutrisno 3 Jurusan Mateatika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus Riset PenggunaanMedia Manik-Manik* Maan Abdurahan SR HayatinNufus Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Keapuan Belajar Mateatika Anak Tunagrahita Maan Abdurahan SR Hayatin Nufus Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK Lucky T Sianjuntak, Maksu Pine Departeen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Suatera Utara, Medan e-ail : LuckyTrasya@gail.co

Lebih terperinci

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016 ISSN 0853 4403 WAHANA Volue 67, Noer 2, Deseber 206 PERBANDINGAN LATIHAN BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DILAMBUNGKAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK MULA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS X-IS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

APLIKASI PEMESANAN PRODUK TIENS BERDASARKAN LOCATION BASED SERVICE BERBASIS ANDROID

APLIKASI PEMESANAN PRODUK TIENS BERDASARKAN LOCATION BASED SERVICE BERBASIS ANDROID Seinar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 Noveber 207 APLIKASI PEMESANAN PRODUK TIENS BERDASARKAN LOCATION BASED SERVICE BERBASIS ANDROID Febryna Chaniago, Rikip Ginanjar 2, Rosalina

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU Salah satu langkah yang paling penting dala ebangun suatu odel runtun waktu adalah dari diagnosisnya dengan elakukan peeriksaan apakah

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN CALON ASISTEN PRAKTIKUM MENGGUNAKAN METODE SMART

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN CALON ASISTEN PRAKTIKUM MENGGUNAKAN METODE SMART Prosiding Seinar Nasional Ilu Koputer dan Teknologi Inforasi Vol., No., Septeber 07 e-issn 540-790 dan p-issn 54-66X SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN CALON ASISTEN PRAKTIKUM MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK

BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR Buku 3 ini erupakan seri buku pedoan yang disusun dala rangka Survei Industri Mikro dan Kecil 2013 (VIMK13) Buku ini euat pedoan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU Warsito (warsito@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRAT A function f ( x) ( is bounded and continuous in (, ), so the iproper integral of rational

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong

Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-37 Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hita di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong Qulsu Dwi Anggraini, Haryono, Diaz

Lebih terperinci

BUKU 3 : PEDOMAN PENGAWAS / PEMERIKSA

BUKU 3 : PEDOMAN PENGAWAS / PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK BUKU 3 : PEDOMAN PENGAWAS / PEMERIKSA SURVEI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL TAHUNAN T A H U N 2 0 1 5 (VIMK15 TAHUNAN) Pedoan Teknis Pipinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK15 Tahunan

Lebih terperinci

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM 4.1. Generator Bilangan Rando dan Fungsi Distribusi Pada siulasi seringkali dibutuhkan bilangan-bilangan yang ewakili keadaan siste yang disiulasikan. Biasanya, kegiatan

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) BERBASIS EIGEN VALUE PROBLEM (EVP) PADA DATASET SUHU PERMUKAAN LAUT INDONESIA

ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) BERBASIS EIGEN VALUE PROBLEM (EVP) PADA DATASET SUHU PERMUKAAN LAUT INDONESIA ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) BERBASIS EIGEN VALUE PROBLEM (EVP) PADA DATASET SUHU PERMUKAAN LAUT INDONESIA S. M. ROBIAL 1, S. NURDIATI 2, A. SOPAHELUWAKAN 3 Abstrak Data global Suhu Perukaan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah Konferensi Nasional Siste & Inforatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Penerapan Metode Sipleks Untuk Optialisasi Produksi Pada UKM Gerabah Ni Luh Gede Pivin Suwirayanti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES

KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Deseber 2017 Page 3906 KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES Zeny Firdha

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Matrik korelasi antara peubah pada lokasi BKPH Dungus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Matrik korelasi antara peubah pada lokasi BKPH Dungus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korelasi antar peubah Besarnya kekuatan hubungan antar peubah dapat dilihat dari nilai koefisien korelasinya (r). Nilai koefisien korelasi memberikan pengertian seberapa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka 5 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi Penjadwalan Penjadwalan adalah kegiatan pengalokasian suber-suber atau esin-esin yang ada untuk enjalankan sekupulan tugas dala jangka waktu tertentu. (Baker,1974).

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan 2 III. KERANGKA PEMIKIRAN Proses produksi di bidang pertanian secara uu erupakan kegiatan dala enciptakan dan enabah utilitas barang atau jasa dengan eanfaatkan lahan, tenaga kerja, sarana produksi (bibit,

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG )

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) Siti Munawaroh, S.Ko Abstrak: Koperasi Aanah Sejahtera erupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR MODEL MATEMATIKA SISTEM PEMUKAAN ZAT AI PENGANTA Pada bagian ini kita akan enurunkan odel ateatika siste perukaan zat cair. Dengan eperkenalkan prinsip resistansi dan kapasitansi untuk siste perukaan zat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI MANAJEMEN SOAL PADA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA (STUDI KASUS PRIMAGAMA PONTIANAK) Budi Heriyanto

RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI MANAJEMEN SOAL PADA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA (STUDI KASUS PRIMAGAMA PONTIANAK) Budi Heriyanto RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI MANAJEMEN SOAL PADA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA (STUDI KASUS PRIMAGAMA PONTIANAK) Budi Heriyanto Progra Studi Teknik Inforatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di KPH Banyumas Barat (Bagian Hutan Dayeuluhur, Majenang dan Lumbir). Penelitian ini dilakukan dengan mengolah dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Objek Studi 3.1.1. Desain kapus Kledokan, Universitas Ata Jaya Yogyakarta Universitas Ata Jaya Yogyakarta (UAJY) yaitu lebaga pendidikan tinggi swasta Katolik

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini enjelaskan engenai berbagai teori yang digunakan untuk elakukan penelitian ini. Bab ini terdiri dari penjelasan engenai penghitung pengunjung, lalu penjelasan engenai

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALISIS FUZZY CLUSTERING

PENDEKATAN ANALISIS FUZZY CLUSTERING PENDEKATAN ANALISIS FUZZY CLUSTERING PADA PENGELOMPOKKAN STASIUN POS HUJAN UNTUK MEMBUAT ZONA PRAKIRAAN IKLIM (ZPI) (Studi Kasus Pengelopokkan Zona Prakiraan Ikli (ZPI) dengan Data Curah Hujan di Kabupaten

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK Dala hal ini akan dibahas aca-aca fungsi peluang atau fungsi densitas ang berkaitan dengan dua peubah acak, aitu distribusi gabungan, distribusi arginal, distribusi bersarat,

Lebih terperinci

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra Mebelajarkan Geoetri dengan Progra GeoGebra Oleh : Jurusan Pendidikan Mateatika FMIPA UNY Yogyakarta Eail: ali_uny73@yahoo.co ABSTRAK Peanfaatan teknologi koputer dengan berbagai progranya dala pebelajaran

Lebih terperinci

ANALISIS KECEPATAN LARI 400 METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN 2016

ANALISIS KECEPATAN LARI 400 METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN 2016 Analisis Kecepatan Lari..(Dian Saputri) ANALISIS KECEPATAN LARI METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN THE ANALYSIS OF METERS RUN SPEED WOMEN ATHLETES IN

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANORAMIC IMAGE MOSAIC DENGAN METODE 8 PARAMETER PERSPECTIVE TRANSFORMATION

IMPLEMENTASI PANORAMIC IMAGE MOSAIC DENGAN METODE 8 PARAMETER PERSPECTIVE TRANSFORMATION IMPLEMENTSI PNORMIC IMGE MOSIC DENGN METODE 8 PRMETER PERSPECTIVE TRNSFORMTION Rud dipranata, Hendra Litoo, Cherr G. Ballangan Teknik Inforatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TRANSAKSI KLAIM BERBASIS WEB PADA PERUSAHAAN ASURANSI KESEHATAN (Studi Kasus PT. Asuransi Jiwa InHealth Pekanbaru)

RANCANG BANGUN TRANSAKSI KLAIM BERBASIS WEB PADA PERUSAHAAN ASURANSI KESEHATAN (Studi Kasus PT. Asuransi Jiwa InHealth Pekanbaru) Jurnal Teknik Inforatika, Vol 1 Septeber 2012 RANCANG BANGUN TRANSAKSI KLAIM BERBASIS WEB PADA PERUSAHAAN ASURANSI KESEHATAN (Studi Kasus PT. Asuransi Jiwa InHealth Pekanbaru) Dodi Wahyudi, Dadang Syarif

Lebih terperinci

Pedoman Pemeriksa/Pengawas VIMK14 Triwulanan

Pedoman Pemeriksa/Pengawas VIMK14 Triwulanan Pedoan Peeriksa/Pengawas VIMK14 Triwulanan i ii Pedoan Pengawas/ Peeriksa VIMK14 Triwulanan DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii I PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 11 Latar Belakang 1 12 Fungsi Pengawas

Lebih terperinci

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE)

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) JUISI, Vol. 03, No. 02, Agustus 2017 1 Estiasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algorita Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) Musayyanah 1, Yosefine Triwidyastuti 2, Heri Pratikno 3

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI SPASIAL BERBASIS WEB PADA SEBARAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN SEMENTARA SAMPAH KOTA

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI SPASIAL BERBASIS WEB PADA SEBARAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN SEMENTARA SAMPAH KOTA RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI SPASIAL BERBASIS WEB PADA SEBARAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN SEMENTARA SAMPAH KOTA Zainul Arha Progra Studi Siste Inforasi FST-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H. Juanda

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN NAMA PRAKTIKAN : Raadhan Bestari T. Barlian GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi (08.00-11.00) KELOMPOK : 2 HARI/TGL. PRAKTIKUM : Kais, 17

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Gizi Buruk Di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Gizi Buruk Di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol., No., (Sept. ) ISSN: 3-9X D-77 Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Angka Gizi Buruk Di Jawa Tiur dengan Pendekatan Regresi Nonparaetrik Spline Riana Kurnia Dewi, I Nyoan Budiantara

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran 2 kurang tertarik epelajari pelajaran ilu pengetahuan ala karena etode pebelajaran yang diterapkan guru. Jadi etode pengajaran guru sangat epengaruhi inat belajar siswa dala epelajari ilu pengetahuan ala.

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI Bayu Surya Dara T, Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD., Istiar, ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

BAB 4 KAJI PARAMETRIK Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM DAN BAYES DALAM MENAKSIR KEMAMPUAN PESERTA TES PADA RANCANGAN TES ADAPTIF ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM DAN BAYES DALAM MENAKSIR KEMAMPUAN PESERTA TES PADA RANCANGAN TES ADAPTIF ABSTRAK PERBANDINGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM DAN BAYES DALAM MENAKSIR KEMAMPUAN PESERTA TES PADA RANCANGAN TES ADAPTIF Agus Santoso Jurusan Statistik FMIPA Universitas Terbuka eail:aguss@ut.ac.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK

BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK BAB I PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 11 Latar Belakang Keberhasilan suatu kegiatan survei tidak terlepas dari tanggung jawab, fungsi dan peran seluruh

Lebih terperinci

BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA

BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA J. J. Siang BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA Intisari Dala tulisan ini dipaparkan engenai sejarah peneuan bilangan pria, pengujian bilangan pria besar, serta salah satu aplikasinya dala kriptografi

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian 11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) Adapun sejarah Badan Pusat Statistik di Indonesia terjadi epat asa peerintah di Indonesia, antara lain : 1. Masa Peerintahan

Lebih terperinci

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant Siste Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant A 11 M. Andy udhito Progra Studi Pendidikan Mateatika FKIP Universitas Sanata Dhara Paingan Maguwoharjo Yogyakarta eail: arudhito@yahoo.co.id Abstrak elah

Lebih terperinci

FITUR LENGTH OF EDGE DAN MOMENT INVARIAN UNTUK GESTURE RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN KINECT UNTUK KONTROL LAMPU

FITUR LENGTH OF EDGE DAN MOMENT INVARIAN UNTUK GESTURE RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN KINECT UNTUK KONTROL LAMPU Jurnal Teknologi Inforasi dan Ilu Koputer (JTIIK) Vol., No. 1, April 015, hl. 73-78 FITUR LENGTH OF EDGE DAN MOMENT INVARIAN UNTUK GESTURE RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN KINECT UNTUK KONTROL LAMPU Rekyan

Lebih terperinci

JSIKA Vol. 5, No. 5. Tahun 2016 ISSN X

JSIKA Vol. 5, No. 5. Tahun 2016 ISSN X SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET TI PADA KEMENTERIAN AGAMA KOTA PROBOLINGGO Zulfikar Rahan 1) Arifin Puji Widodo 2) Anjik Sukaaji 3) S1 / Jurusan Siste Inforasi Institut Bisnis dan Inforatika STIKOM Surabaya

Lebih terperinci

Efektifitas fasad selubung ganda dalam mengurangi beban panas pada dinding luar bangunan

Efektifitas fasad selubung ganda dalam mengurangi beban panas pada dinding luar bangunan TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Efektifitas fasad selubung ganda dala engurangi beban panas pada dinding luar bangunan Rosady Mulyadi Laboratoriu Sains dan Teknologi Bangunan, Progra Studi Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia APLIKASI KENDALI ADAPTIF PADA SISTEM PENGATURAN TEMPERATUR CAIRAN DENGAN TIPOLOGI KENDALI MODEL REFERENCE ADAPTIVE CONTROLLER (MRAC) Ferry Rusawan, Iwan Setiawan, ST. MT., Wahyudi, ST. MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA Babang Purwanggono, Andre Sugiyono Progra Studi Teknik

Lebih terperinci