Hubungan Senam Lansia terhadap Kualitas Hidup Lansia yang Menderita Hipertensi di Klinik HC UMMI Kedaton Bandar Lampung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hubungan Senam Lansia terhadap Kualitas Hidup Lansia yang Menderita Hipertensi di Klinik HC UMMI Kedaton Bandar Lampung"

Transkripsi

1 Fitria Saftarina dkk Hubungan Lansia terhadap Kualitas Hidup Lansia yang Menderita Hipertensi Hubungan Lansia terhadap Kualitas Hidup Lansia yang Menderita Hipertensi di Klinik HC UMMI Kedaton Bandar Lapung Fitria Saftarina 1, Fairuz Rabbaniyah 2 1 Departeen Ilu Kedokteran Kounitas, Fakultas Kedokteran Universitas Lapung 2 Fakultas Kedokteran Universitas Lapung Abstrak Kualitas hidup individu yang enderita hipertensi lebih buruk dibandingkan dengan individu yang eiliki tekanan darah noral. Hal tersebut dipengaruhi oleh tekanan darah dan tingkat kesadaran seseorang tersebut. Peningkatan kualitas hidup secara ental yang diperoleh elalui aktivitas fisik ialah engurangi stres, eningkatkan rasa antusias dan rasa percaya diri, serta engurangi keceasan dan depresi seseorang terkait dengan penyakit yang dialainya. Penelitian ini bertujuan untuk engetahui hubungan sena lansia dengan kualitas hidup lansia yang enderita hipertensi di Klinik HC UMMI Kedaton Bandar Lapung. Penelitian ini dilakukan selaa bulan Noveber 2015 di Klinik HC UMMI Kedaton Bandar Lapung. Desain penelitian ini adalah penelitian observasional dengan etode yang digunakan adalah cross sectional dengan sapel enggunakan sapel total dan di dapatkan 58 orang responden penelitian. Penelitian ini enggunakan analisis korelasi chi square. Hasil penelitian ini enunjukkan sebagian besar lansia yang endertita hipertensi eiliki kualitas hidup yang sangat baik, lalu sebagian besar lansia di klinik HC UMMI Kedaton elakukan sena lansia, dan sebagian besar lansia yang enderita hipertensi adalah lansia yang berjenis kelain perepuan serta terdapat hubungan yang signifikan (p=0,000) antara sena lansia terhadap kualitas hidup lansia yang enderita hipertensi. [JK Unila. 2016; 1(2): ] Kata kunci: hipertensi, kualitas hidup, lansia, sena lansia Correlation Between Elderly Gynastic With Quality of Life The Elderly Who Suffering Hypertension in Clinic HC UMMI Kedaton Bandar Lapung Abstract Quality of life of individuals suffering fro hypertension worse copared to individuals who have noral blood pressure. It is influenced by blood pressure and the person's level of consciousness. Iproved quality of life entally obtained through physical activity is to reduce stress, increase enthusias and confidence, and reduce anxiety and depression associated with the disease a person is going through. This study ais to deterine the relationship gynastics elderly quality of life of elderly who suffer fro hypertension in clinic HC UMMI Kedaton Bandar Lapung. This research was conducted during the onth of Noveber 2015 at the Clinic of HC UMMI Kedaton Bandar Lapung. This study was an observational study with the ethod used is cross sectional saple using the total saple and get 58 respondents. This study uses correlation analysis chi square. The results showed the ajority of the elderly who suffer fro hypertension have a quality of life that is very good, and ost of the elderly in clinical HC UMMI Kedaton doing gynastics elderly, and ost of the elderly who suffer fro hypertension are elderly people who are feale, and there is a significant relationship (p = 0.000) aong the elderly exercise on quality of life of elderly who suffer fro hypertension. [JK Unila. 2016; 1(2): ] Keywords: elderly, elderly gynastic, hypertension, quality of life Korespondensi: dr. Ftria Saftarina, M. Sc, alaat: Fakultas Kedokteran Universitas Lapung, Jl. Prof. Soeantri Brojonegoro No. 1, hp , e-ail: fitria205@gail.co Pendahuluan Sapai saat ini hipertensi tetap enjadi asalah dikarenakan beberapa hal, antara lain eningkatnya prevalensi hipertensi, asih banyaknya pasien hipertensi yang belu endapatkan pengobatan ataupun yang sudah sudah diobati tetapi tekanan darahnya belu encapai target yang diinginkan, serta adanya penyakit penyerta dan koplikasi yang dapat eningkatkan orbiditas dan ortalitas. 1 Berdasarkan Riskesdas Provinsi Lapung tahun 2013, prevalensi hipertensi eningkat enjadi 24,7%. Tanggaus enjadi kabupaten dengan angka angka kejadian hipertensi terbesar yaitu 31,3%. Sedangkan angka kejadian di Bandar Lapung sebesar 20%. 2 Terdapat hubungan antara usia, obesitas, konsusi gara, dan konsusi akanan berleak dengan kejadian hipertensi. Sedangkan tidak terdapat hubungan antara jenis kelain, kebiasaan erokok, kebiasaan JK Unila Volue 1 Noor 2 Oktober 2016 l 336

2 konsusi alkohol, dan kebiasaan konsusi kafein dengan kejadian hipertensi. 3 Tekanan darah sistolik eningkat sesuai dengan peningkatan usia, sedangkan tekanan darah diastolik eningkat seiring dengan tekanan darah sistolik sapai sekitar usia 55 tahun, yang keudian enurun yang diakibatkan terjadinya proses kekakuan arteri akibat aterosklerosis. Sekitar usia 60 tahun dua pertiga pasien dengan hipertensi epunyai hipertensi sistolik terisolasi, sedangkan usia diatas 75 tahun tiga perepat dari seluruh paien epunyai hipertensi sistolik. 4 Kualitas hidup individu yang enderita hipertensi lebih buruk dibandingkan dengan individu yang eiliki tekanan darah noral. Hal tersebut dipengaruhi oleh tekanan darah dan tingkat kesadaran seseorang tersebut. Kualitas hidup pada penderita hipertensi lebih rendah dala delapan doain dari kuisioner SF-36, diantaranya adalah fungsi fisik, fungsi fungsional, peran fisik, eosional, nyeri tubuh, kesehatan uu, vitalitas, dan kesehatan ental. 5 Hipertensi berhubungan dengan rendahnya kualitas hidup, terutaa dala doain fungsi fisik. Penurunan kualitas hidup beriplikasi terhadap pengobatan dan pencegahan koplikasi yang dapat enibulkan kualitas hidup lebih parah. 6 Fungsi siste tubuh lansia yang engalai hipertensi dapat berdapak buruk terhadap kualitas hidup lansia, baik dala skala ringan, sedang, aupun berat. Hipertensi dapat epengaruhi kualitas hidup lansia. Kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan, suatu kepuasan atau kebahagiaan individu sepanjang dala kehidupannya epengaruhi ereka atau dipengaruhi oleh kesehatan. 7 Peningkatan kualitas hidup secara ental yang diperoleh elalui aktivitas fisik ialah engurangi stres, eningkatkan rasa antusias dan rasa percaya diri, serta engurangi keceasan dan depresi seseorang terkait dengan penyakit yang dialainya. 8 yang dilakukan oleh lansia telah enunjukkan terjadi peningkatan skor kualitas hidup rata-rata, sehingga enunjukkan adanya pengaruh signifikan sena bugar lansia terhadap kualitas hidup penderita hipertensi. 9 Metode Penelitian ini dilakukan selaa bulan Noveber 2015 di Klinik HC UMMI Kedaton Bandar Lapung. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan etode cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk epelajari dinaika korelasi antara faktorfaktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengupulan data sekaligus pada satu waktu. Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat peeriksaan. 10 Sapel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik total sapling. Pada penelitian ini didapatkan 58 lansia yang dijadikan sebagai responden penelitian. kriteria inklusi dala penelitian ini adalah wanita dan pria berusia 60 tahun, lansia yang eiliki riwayat hipertensi dan kriteria ekslusi dala penelitian ini adalah lansia dengan keadaan kegawatdaruratan. Alat yang digunakan dala penelitian ini adalah kuisioner kualitas hidup SF-36. Sapel Infored Consent Responden Menanyakan riwayat hipertensi Pengisian data pribadi Pengisian kuesioner kualitas Pencatatan hasil dan analisa data Gabar 1. Diagra alir penelitian Hasil Responden dala penelitian di tentukan berdasarkan teknik total sapel. Pada penelitian ini didapatkan 58 responden selaa bulan Novenber. Distribusi usia responden penelitian ini terdapat pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi usia lansia Usia n Persentase % % JK Unila Volue 1 Noor 2 Oktober 2016 l 337

3 % % Julah % Distribusi kejadian hipertensi berdasarkan jenis kelain terlihat pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi kejadian hipertensi berdasarkan jenis kelain Jenis Kelain N Persentase Laki-Laki 14 24% Perepuan 44 76% Julah % Distribusi frekuensi lansia yang elakukan sena lansia pada satubulan terakhir terlihat pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Distribusi frekuensi sena lansia Usia n Persentase % % % % Julah % Distribusi kualitas hidup lansia pada responden penelitian terlihat pada tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Distribusi kualitas hidup lansia Usia n Persentase % % % % Julah % Penelitian ini bertujuan untuk elihat hubungan sena lansia dengan kualitas hidup lansia yang enderita hipertensi. Penelitian ini enggunakan etode Chi Square dengan hasil yang terlihat pada tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Analisis hubungan sena lansia dengan kualitas hidup lansia Tidak Tidak Rutin Rutin Kualitas Hidup Sangat Baik Baik n % N % % 0 0% % 2 0 0% % 10 0% Julah 32 Berdasarkan tabel diatas dapat disipulkan bahwa terdapat hubungan antara sena lansia terhadap kualitas hidup lansia yang enderita hipertensi. Pebahasan Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa usia responden pada penelitian ini yaitu 60 tahun sapai 78 tahun. Untuk elihat distribusi usia responden dala penelitian ini, peneliti engelopokkan usia responden enjadi 4 kelopok dari seluruh total responden yang berjulah 58 orang, yaitu kelopok usia tahun sebanyak 23 orang (40%), kelopok usia tahun sebanyak 25 orang (42%), kelopok usia tahun sebanyak 8 orang (14%) dan kelopok usia tahun sebanyak 2 orang (4%). Di Indonesia pada tahun 1999, proporsi penduduk berusia tahun besarnya 2,9 %, kelopok berusia tahun sebesar 2,3%, kelopok berusia tahun 1,4% dan penduduk dengan usia 75 tahun atau lebih 1,4%. 11 Pada tahun 2012 Indonesia engalai penurunan julah penduduk lansia, pada tahun 2009 penduduk lansia sebanyak 8,37% dari seluruh penduduk Indonesia, sedangkan pada tahun 2012 julah penduduk lansia engalai penurunan enjadi 7,56%. Penduduk lansia erupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian pebangunan anusia secara global dan nasional, keadaan ini berkaitan dengan adanya 2 p < 0,00 1 JK Unila Volue 1 Noor 2 Oktober 2016 l 338

4 perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial asyarakat yang eningkat. 12 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari 58 responden lakilaki dan perepuan yang eiliki riwayat hipertensi terbanyak adalah perepuan yaitu sebanyak 44 orang atau sekitar 76%, sedangkan penderita hipertensi pada laki-laki sebanyak 14 orang atau 24%. Prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelain pada tahun 2007 dan tahun 2013 enunjukkan perepuan eiliki angka prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. 13 Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, penyakit hipertensi lebih banyak diderita oleh pepuan yaitu sebesar 28,8%, sedangkan laki-laki sebanyak 22,8%. 2 lansia erupakan salah satu upaya untuk eningkatkan kesegaran jasani kelopok lansia yang julahnya seakin bertabah, sehingga perlu diberdayakan dan dilaksanakan secara benar, teratur, dan rutin. lansia dapat ebantu kekuatan popa jantung agar bertabah, sehingga aliran darah bisa kebali lancar, dikarenakan pada usia lanjut kekuatan esin popa jantung berkurang, dan berbagai pebuluh darah penting khusus di jantung dan otak engalai kekakuan. 14 lansia erupakan rangkaian gerakan yang dirancang khusus bagi lanjut usia. Gerakan-gerakan yang dilakukan pada sena lansia tidak bersifat high ipact tetapi low ipact yang erupakan rangkaian gerakan kegiatan sehari-hari dengan dipadukan usik yang lebut dan tidak enghentak-hentak yang enibulkan suasana santai. Gerakana otot yang dipilih adalah gerakan yang tidak terlalu enibulkan beban dan setiap gerakan dibatasi delapan sapai ena belas kali hitungan serta cukup baik bila dilakukan secara teratur dua sapai tiga kali seinggu. lansia dibuat khusus untuk ebantu lansia agar dapat encapai usia lanjut yang sehat, berguna, bahagia, dan sejahtera. Progra sena lansia diarahkan pada pebentukan lansia yang sehat dinais, yaitu epunyai keapuan gerak, apu endukung segala kegiatan, dan kreativitas bagi peningkatan kesejahteraan hidup lansia. lansia tidak hanya sekedar enjaga kesehatan pada lansia, tetapi tetapi tercapainya lansia yang sehat fisik, ental, dan sosial. 15 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari 58 responden sebanyak 24 orang (41%) tidak elakukan sena saa sekali dala satu bulan terakhir. Sedangkan sebanyak 32 orang (55%) elakukan sena secara tidak rutin dala satu bulan terakhir dan sebanyak 2 orang (4%) elakukan sena secara rutin. Kualitas hidup lansia adalah tingkat kesejahteraan dan kepuasan dengan peristiwa atau kondisi yang dialai lansia, yang dipengaruhi penyakit atau pengobatan. Kualitas hidup lansia bisa didapatkan dari kesejahteraan hidup lansia, eosi, fisik, pekerjaan, kognitif dan kehidupan sosial. 16 Kualitas hidup lansia eliputi: (1) Ranah fisik: yang eliputi kenyaanan, energi, kelelahan dan istirahat (2) Psikososial: yang encakup perasaan positif dan negatif, harga diri, citra tubuh dan penapilan diri (3) Tingkat independensi: yang eliputi aktifitas fisik, ketergantungan obat dan kapasitas kerja (4) Hubungan sosial: yang eliputi: hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksualitas (5) Lingkungan: lansia berkesepatan endapatkan inforasi. (6) Spiritual. 17 Penurunan kualitas hidup dialai oleh beberapa orang dikarenakan faktor kesehatan fisik, salah satunya adalah penyakit yang diiliki oleh orang tersebut dala hal ini lansia. Hipertensi adalah salah satu penyebab penurunan kualitas hidup pada lansia. Penyakit kardiovaskular akibat hipertensi dapat enyebabkan asalah pada kualitas hidup lanjut usia, sehingga kualitas hidup para lanjut usia akan terganggu dan angka harapan hidup lansia juga akan enurun. 18 Kualitas hidup individu yang enderita hipertensi lebih buruk dibandingkan dengan individu yang eiliki tekanan darah noral. Hal tersebut dipengaruhi oleh tekanan darah dan tingkat kesadaran seseorang tersebut. 5 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang sudah di olah dala progra SPSS diketahui bahwa lansia yang tidak elakukan sena yaitu sebanyak 24 orang (41%) eiliki kualitas hidup baik dengan skor antara 60-90, lalu lansia yang elakukan sena lansia tidak rutin dala satu bulan terakhir sebanyak 32 orang (53%) serta lansia yang elakukan sena lansia secara rutin sebanyak 2 orang (4%) eiliki kualitas hidup yang sangat baik dengan skor lebih dari 90. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan enggunakan etode Chi Square didapatkan hasil p-value < α (α= 0,05), Hal tersebut dapat diartikan bahwa sena lansia eiliki hubungan dengan kualitas hidup lansia yang enderita hipertensi di Klinik HC UMMI Kedaton Bandar Lapung. JK Unila Volue 1 Noor 2 Oktober 2016 l 339

5 Hasil tabulasi ini enunjukkan bahwa lansia yang tidak elakukan sena eiliki kualitas hidup yang baik, sedangkan lansia yang elakukan sena lansia eiliki kualitas hidup yang sangat baik. lansia enjadi salah satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan untuk engurangi peningkatan tekanan darah dan eperbaiki kualitas hidup yang terjadi pada penderita hipertensi. 19 Penyakit kardiovaskular akibat hipertensi dapat enyebabkan asalah pada kualitas hidup lanjut usia, sehingga kualitas hidup para lanjut usia akan terganggu dan angka harapan hidup lansia juga akan enurun. Lanjut usia dapat dinyatakan eiliki tingkat kualitas hidup yang baik, bila suatu kondisi yang enyatakan tingkat kepuasan secara batin, fisik, sosial, serta kenyaanan dan kebahagiaan hidupnya. 18 Kualitas hidup pada penderita hipertensi lebih rendah dala delapan doain dari kuisioner SF-36, diantaranya adalah fungsi fisik, fungsi fungsional, peran fisik, eosional, nyeri tubuh, kesehatan uu, vitalitas, dan kesehatan ental. Hipertensi berhubungan dengan rendahnya kualitas hidup, terutaa dala doain fungsi fisik. 6 Peningkatan kualitas hidup secara ental yang diperoleh elalui aktivitas fisik adalah penurunan tingkat stres, eningkatkan rasa antusias dan rasa percaya diri, serta penurunan keceasan dan depresi seseorang terkait dengan penyakit yang dialainya. 8 Peningkatan aktivitas fisik yang teratur dala hal ini olahraga enunjukkan penurunan pada dua ood yaitu keceasan dan depresi. 20 Olahraga tertentu dapat enghasilkan substansi yang eningktkan ood pada pasien dengan ayor depresi dala waktu singkat. 21 Ringkasan lansia erupakan salah satu upaya untuk eningkatkan kesegaran jasani kelopok lansia. lansia dibuat khusus untuk ebantu lansia agar dapat encapai usia lanjut yang sehat, berguna, bahagia, dan sejahtera. Progra sena lansia diarahkan pada pebentukan lansia yang sehat dinais, yaitu epunyai keapuan gerak, apu endukung segala kegiatan, dan kreativitas bagi peningkatan kesejahteraan hidup lansia. lansia tidak hanya sekedar enjaga kesehatan pada lansia, tetapi tetapi tercapainya lansia yang sehat fisik, ental, dan sosial. lansia erupakan salah satu faktor yang epengaruhi kualitas hidup pada lansia yang enderita hipertensi. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebanyak 24 orang (41%) eiliki kualitas hidup baik dengan skor antara 60-90, lalu lansia yang elakukan sena lansia tidak rutin dala satu bulan terakhir sebanyak 32 orang (53%) serta lansia yang elakukan sena lansia secara rutin sebanyak 2 orang (4%) eiliki kualitas hidup yang sangat baik dengan skor lebih dari 90. Sipulan Terdapat hubungan antara sena lansia dengan kualitas hidup lansia yang enderita hipertensi. Kesipulan Terapi paliatif pada penderita keganasan ginekologi dapat diberi bersaaan ataupun setelah terapi definitif. Terapi paliatif ditujukan untuk engurangi gejala penyakit dan eperbaiki kualitas hidup pasien. Pada pasien stadiu terinal, intervensi edis yang berlebihan dan sia-sia sebaiknya dihindari untuk kenyaanan pasien. Daftar Pustaka 1. Yogiantoro, M. Buku Ajar Ilu Penyakit Dala. Edisi ke-5. A. W. Sudoyo et al., eds. Jakarta: Interna Publishing. 2. Keenterian Kesehatan, RI Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Provinsi Lapung Tahun 2007, Lapung: Dinas Kesehatan Provinsi Lapung. 3. Syahrini EN, Susanto HS, & Udiyono A. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Prier di Puskesas Tlogosari Kulon Kota Searang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012; 1(2): Suhardjono. Hipertensi Pada Lanjut Usia. Pada A. W. Sudoyo et al., eds. Buku Ajar Ilu Penyakit Dala. Jakarta: Interna Publishing Trevisol DJ. Health-related quality of life and hypertension: a systeatic review and eta-analysis of observational studies. Journal of Hypertension. [internet] [diakses 19 Septeber 2015].Tersedia dari: stract/2011/02000/health_related_quality _of_life_and_hypertension a.1.aspx.2011 :1. 6. Soni RK. Health-Related Quality of Life in Hypertension, Chronic Kidney Disease, and Coexistent Chronic Health Conditions. Journal of Advances in Chronic Kidney Disease. 2010; 17(4): JK Unila Volue 1 Noor 2 Oktober 2016 l 340

6 7. Suardana WI, Saraswati NLGI & Wiratni M. Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi. Denpasar, Bali Taylor CB, Sallis JF & Needle R. The relation of physical activity and exercise to ental health. Journal of Public health reports; 1985; 100(2): Setiawan GW, Wungouw HIS & Pangeanan DHC. Pengaruh Bugar Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Kualitas Hidup Penderita Hipertensi. Jurnal e- Bioedik (eb). 2013; 1(2): Notoatodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Keenterian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Masyarakat Edisi Tahun Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departeen Kesehatan RI Keenterian Kesehatan, RI. Gabaran Kesehatan Lanjut Usia Di Indonesia, Jakarta: Keenterian Kesehatan Republik Indonesia Keenterian Kesehatan, RI Hipertensi. pada Info datin (Pusat Data dan Inforasi Keenterian Kesehatan RI). Jakarta: Keenterian Kesehatan Republik Indonesia hal Isesreni & Minropa A. Pengaruh Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesas Nanggalo Padang Tahun 2011 [Tesis]. Padang: Stikes Mercubaktijaya. 15. Tegawati LM, Karini SM, & Widya R. Pengaruh Lansia Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Orang Lanjut Usia. Jurnal Psikologi. 2009; 1(2): Fogari R & AZ. Effect of antihypertensive agents on quality of life in the elderly. Nationa Center for Biotechnology Inforation. [diakses 27 Oktober 2015]. Tersedia dari: Pangkahila JA. Pengturan Pola Hidup dan Aktivitas Fisik Meningkatkan Uur Harapan Hidup. Jurnal Olahraga dan Fitnes. 2013; 1(1): Degl Innocenti, Health-related quality of life during treatent of elderly patients with hypertension: results fro the Study on COgnition and Prognosis in the Elderly (SCOPE). Journal of huan hypertension. 2004; 18(1): Chobanian, A. V. et al. Seventh report of the Joint National Coittee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatent of High Blood Pressure. New York: U.S Departent of Health and Huan Services hal: CH, Folkin. Effect of Physical Training on Mood. Journal of Clinical Psichology NCBI. 1976; 32(2): Dieo F. et al. Benefit fro Aerobic Exercise Inpatient with Major Depression: A Pilot Study. British Journal of Sport Medicine. 2001; 35(1): JK Unila Volue 1 Noor 2 Oktober 2016 l 341

HUBUNGAN SENAM LANSIA TERHADAP KUALITAS HIDUP LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI KLINIK SWASTA KEDATON BANDAR LAMPUNG

HUBUNGAN SENAM LANSIA TERHADAP KUALITAS HIDUP LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI KLINIK SWASTA KEDATON BANDAR LAMPUNG HUBUNGAN SENAM LANSIA TERHADAP KUALITAS HIDUP LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI KLINIK SWASTA KEDATON BANDAR LAMPUNG Fitria Saftarina 1, Fairuz Rabbaniyah 2 1 Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. BKKBN, Menuju Lansia Paripurna. BKKBN. [diakses 3 September 2015]

DAFTAR PUSTAKA. BKKBN, Menuju Lansia Paripurna. BKKBN. [diakses 3 September 2015] DAFTAR PUSTAKA BKKBN, 2014. Menuju Lansia Paripurna. BKKBN. [diakses 3 September 2015] Tersedia dari: http://www.bkkbn.go.id/viewartikel.aspx?artikelid=123 CH, Folkin.1976. Effect of Physical Training

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah dikarenakan beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN HIPERTENSI PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANIKI BAWAH KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO Ceidy Silva Tamunu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronik. Joint National Committee VII (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Lebih terperinci

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *  ABSTRAK Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Berdasarkan Skor Pittsburgh Sleep Quality Index di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Bantul Yogyakarta RELATIONSHIP BETWEEN ELDERLY GYMNASTIC

Lebih terperinci

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016 ISSN 0853 4403 WAHANA Volue 67, Noer 2, Deseber 206 PERBANDINGAN LATIHAN BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DILAMBUNGKAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK MULA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS X-IS

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular (communicable disease) dan penyakit tidak menular (non-communicable disease). Data tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi kortikal luhur, dimana pengetahuan fungsi kognitif luhur mengaitkan tingkah laku manusia dengan sistem saraf. Fungsi

Lebih terperinci

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3 INTISARI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI CUKA KABUPATEN TANAH LAUT M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd.,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI ALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA 25-65 TAHUN DI DESA KAPOYA KECAMATAN TARERAN SULUUN KABUPATEN MINAHASA SELATAN Emmelia livi lapian *, Nancy S H Malonda *,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamik seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS KECEPATAN LARI 400 METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN 2016

ANALISIS KECEPATAN LARI 400 METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN 2016 Analisis Kecepatan Lari..(Dian Saputri) ANALISIS KECEPATAN LARI METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN THE ANALYSIS OF METERS RUN SPEED WOMEN ATHLETES IN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL Diajukan untuk eenuhi persyaratan eperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI YANG BERUSIA 40 TAHUN KE ATAS DI KELURAHAN BAHOI KECAMATAN TAGULANDANG KABUPATEN SIAU TAGULANDANG BIARO Indra Galia Kudati*, Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

Dampak Pembangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya

Dampak Pembangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya Dapak Pebangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya Miftachul Huda 1), Dwi Muryanto 2) 1) Teknik Sipil, Teknik, Universitas Muhaadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya, 60113 Eail:

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DAN UMUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA TARABITAN KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Gloria J. Tular*, Budi T. Ratag*, Grace D. Kandou**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, INDEKS MASSA TUBUH DAN KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT TK.III R. W. MONGISIDI MANADO Pretisya A. N. Koloay*, Afnal Asrifuddin*, Budi T. Ratag*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO Yosprinto T. Sarampang 1), Heedy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal. Joint National Committee

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang lemah atau mengalami kemunduran dalam aspek fisik dan mental yang di sebabkan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI PERKEMBAN GAN

PSIKOLOGI PERKEMBAN GAN PSIKOLOGI PERKEMBAN GAN 1 Definisi psikologi perkebangan Psikologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata psikose yg berarti jiwa dan logos yg berarti ilu. Berarti psikologi adalah ilu yg ebahas tentang

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP PETERNAK UNGGAS TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT FLU BURUNG SERTA DAMPAK EKONOMI STAMPING OUT

PENGETAHUAN DAN SIKAP PETERNAK UNGGAS TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT FLU BURUNG SERTA DAMPAK EKONOMI STAMPING OUT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETERNAK UNGGAS TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT FLU BURUNG SERTA DAMPAK EKONOMI STAMPING OUT DI DESA ALLAKUANG KECAMATAN MARITENGNGAE KABUPATEN SIDRAP TAHUN 27 Sintha Lisa Puriahua 1 Abstract:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dari hasil gangguan jantung fungsional atau struktural yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dari hasil gangguan jantung fungsional atau struktural yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung kongestif (GJK) dalam bahasa Inggris disebut dengan Congestive Heart Failure (CHF) merupakan sindrom klinis kompleks yang di dapat dari hasil gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

Hubungan Antara Obesitas dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi

Hubungan Antara Obesitas dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Volume 5. Nomor 1. Edisi Juli 2015. ISSN: 2088-6802 Artikel Penelitian http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki Hubungan Antara Obesitas dan Aktivitas Fisik

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) Adapun sejarah Badan Pusat Statistik di Indonesia terjadi epat asa peerintah di Indonesia, antara lain : 1. Masa Peerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan sosial yang diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat, termasuk kelompok lanjut usia (lansia) merupakan salah satu sasaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA BANJAREJO KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA BANJAREJO KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA BANJAREJO KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG Egas A. Da Costa Xavier 1), Swito Prastiwi 2), Mia Andinawati 3) 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Fitri Maulidia 1 ; Yugo Susanto 2 ; Roseyana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi di segala bidang dengan adanya perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN WAKTU AERASI MENGGUNAKAN BUBBLE AERATOR DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) AIR SUMUR DESA KEBARONGAN KEMRANJEN BANYUMAS TAHUN 2016

KEEFEKTIFAN WAKTU AERASI MENGGUNAKAN BUBBLE AERATOR DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) AIR SUMUR DESA KEBARONGAN KEMRANJEN BANYUMAS TAHUN 2016 KEEFEKTIFAN WAKTU AERASI MENGGUNAKAN BUBBLE AERATOR DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) AIR SUMUR DESA KEBARONGAN KEMRANJEN BANYUMAS TAHUN 2016 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai sa satu syarat enyelesaikan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian... DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan perekonomian adalah suatu dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab tingginya prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada prilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2 HUBUNGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DENGAN HIPERTENSI SISTOLIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK ENDOKRIN RUMAH SAKIT UMUM SANGLAH PERIODE JANUARI DESEMBER 2011 A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN PENGGUNAAN PIL KELUARGA BERENCANA PADA WANITA USIA SUBUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PINELENG KABUPATEN MINAHASA Bill S. I. Risakota*, Billy J. Kepel**,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta adanya perubahan paradigma kefarmasian, yaitu Pharmaceutical Care, konsekuensi dari perubahan orientasi tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOMPASO KECAMATAN TOMPASO KABUPATEN MINAHASA Pratiwi N. Wowor *, Nancy S. H. Malonda*, Shane H. R. Ticoalu** *Fakultas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 23 30 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN

Lebih terperinci

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Diabetes mellitus DAN DETEKSI DINI DENGAN MINAT DETEKSI DINI PADA MASYARAKAT DI DESA DRONO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN 1 Tedy Candra Lesmana 2 Susi Damayanti 1,2 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan salah satu aktivitas yang didapatkan dari adanya pergerakan tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan salah satu aktivitas yang didapatkan dari adanya pergerakan tubuh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan salah satu aktivitas yang didapatkan dari adanya pergerakan tubuh manusia. Aktivitas ini memenuhi semua kehidupan manusia. Menurut WHO (2010),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat,

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah faktor resiko utama dari penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap negara. Data WHO (2011) menunjukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbanyak keempat setelah China, India,

Lebih terperinci

Susanty Wahyu Nanurlaili, I Wayan Sudhana Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

Susanty Wahyu Nanurlaili, I Wayan Sudhana Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana, Denpasar, Bali. GAMBARAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN PERAN SERTA KELUARGA PADA KEBERHASILAN PENGOBATAN PASIEN HIPERTENSI DI DESA TIMBRAH KECAMATAN KARANGASEM PADA JANUARI 014 Susanty Wahyu Nanurlaili, I Wayan Sudhana Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Osteoartritis (OA) lutut adalah suatu kondisi inflamasi, keadaan reumatik kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan. Osteoartritis

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM BUGAR LANJUT USIA (LANSIA) TERHADAP KUALITAS HIDUP PENDERITA HIPERTENSI

PENGARUH SENAM BUGAR LANJUT USIA (LANSIA) TERHADAP KUALITAS HIDUP PENDERITA HIPERTENSI PENGARUH SENAM BUGAR LANJUT USIA (LANSIA) TERHADAP KUALITAS HIDUP PENDERITA HIPERTENSI 1 Gilbert W. Setiawan 2 Herlina I. S. Wungouw 2 Damajanty H. C. Pangemanan 1 Kandidat Skripsi Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA AWAL (18-40 TAHUN) DI WILAYAH PUSKESMAS BROMO MEDAN TAHUN 2017

PENGARUH AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA AWAL (18-40 TAHUN) DI WILAYAH PUSKESMAS BROMO MEDAN TAHUN 2017 PENGARUH AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA AWAL (18-40 TAHUN) DI WILAYAH PUSKESMAS BROMO MEDAN TAHUN 2017 Rina Andriani Harahap, et al PENGARUH AKTIVITAS FISIK TERHADAP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu gejala peningkatan tekanan darah yang berpengaruh pada sistem organ yang lain, seperti stroke untuk otak

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN, Ana Ulfah Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Email: perdana_182@yahoo.co.id ABSTRAK Menurut WHO (World Health Organization)

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding pembuluh darah disertai

Lebih terperinci

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di:

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di: JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volue 3, Noor 3, Tahun 204, Halaan 586 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volue 3, Noor 3, Tahun 204, Halaan 586 596 Online di: http://ejournal-s.undip.ac.id/index.php/jkts ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2009

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2009 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2009 Yufita Yeni, Sitti Nur Djannah, Solikhah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PENDERITA HIPERTENSI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PENDERITA HIPERTENSI HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PENDERITA HIPERTENSI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia (BPS, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah menunjukkan keberhasilannya dalam pembangunan nasional terutama dalam bidang kependudukan. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci