Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)
|
|
- Dewi Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006) Reproduced from FAQ "Frequently Asked Question" of Bird Flu in WHO website, within permission. Any further reproduction of this material should be requested directly to WHO. Oleh beritaiptek.com Merebaknya penularan penyakit flu burung atau "Avian Influenza" kepada manusia belakangan ini, menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat di Indonesia. Berbagai pertanyaan yang terkait dengan penyakit flu burung sering muncul. Berikut ini terangkum berbagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut yang dibagi ke dalam 3 bagian tulisan : pertama, berisi tentang apa dan bagaimana Avian Influenza itu, sejarah penyebaran dan pengendaliannya di hewan, serta dampaknya terhadap perekonomian ; kedua, berisi tentang situasi sekarang penyebaran Avian Influenza dan penularannya pada manusia ; ketiga, berisi tentang pengendalian penyebaran penyakit ini pada manusia. Pada bagian pertama tulisan ini, terfokus pada apa dan bagaimana Avian Influenza itu, sejarah penyebaran dan pengendaliannya di hewan, serta dampaknya terhadap perekonomian : Apakah Avian Influenza itu? Avian influenza, atau "flu burung" adalah penyakit menular pada hewan yang disebabkan oleh virus dan umumnya menyerang burung dan sedikit di antaranya menyerang babi. Karena semua spesies burung diperkirakan mudah terkena infeksi, maka peternakan unggas khususnya lebih rentan terinfeksi dan secara cepat menjadi epidemik. Penyakit pada burung ini mempunyai dua jenis. Yang pertama menyebabkan gejala yang sedang, kadang hanya menunjukkan pengerutan bulu-bulu atau mengurangi produksi telur. Yang perlu diperhatikan justru yang jenis kedua, yang dikenal dengan Avian Influenza patogenik tinggi ("highly patogenic Avian Influenza"). Bentuk ini pertama kali ditemukan di Italia pada tahun 1878, sangat menular pada burung dan sangat fatal, dengan tingkat kematian mencapai 100%. Burung langsung mati pada hari yang sama dengan gejala penyakit muncul. Apa yang bisa dilakukan untuk mengendalikannya pada burung? Pengendalian yang paling penting yaitu pemusnahan secara cepat "rapid destruction" seluruh burung yang terindikasikan atau telah diketahui secara pasti tertular, mengurus bangkai secara baik, mengarantina dan memberikan disinfektan di areal peternakan. Virus dapat terbunuh oleh panas (56 derajat Celsius selama 3 jam atau
2 60 derajat Celsius selama 30 menit), dan disinfektan umum, seperti formalin dan senyawa yodium. Virus mampu bertahan pada suhu dingin, pada kotoran yang terkontaminasi sekurangnya selama tiga bulan. Di dalam air, virus mampu bertahan selama empat hari pada suhu 22 derajat Celsius dan lebih dari 30 hari pada suhu 0 derajat Celsius. Pada jenis patogenik tinggi, penelitian menunjukkan bahwa satu gram kotoran yang terkontaminasi, dapat mengandung virus yang cukup untuk menyerang 1 juta ekor burung. Apa konsekuensi berjangkitnya penyakit dalam peternakan? Berjangkitnya penyakit "Avian Influenza", khususnya patogenik tinggi, dapat merusak industri peternakan dan merugikan peternak. Sebagai contoh berjangkitnya Avian Influenza patogenik tinggi di USA pada tahun , sebagian besar di dalam wilayah Negara Bagian Pensylvania, menyebabkan musnahnya lebih dari 17 juta ekor burung dengan kerugian mencapai 65 juta dolar Amerika. Konsekuensi kerugian ekonomi yang lebih besar dapat dialami khususnya bagi negara berkembang yang bergantung kepada industri peternakan sebagai salah satu sumber pendapatannya dan juga kerugian pangan, serta dapat menggagalkan upaya pengentasan kemiskinan peternak dan keluarganya. Ketika berjangkitnya penyakit ini semakin menyebar keseluruh wilayah di suatu negara, pengendalian akan semakin sulit dilakukan. Sebagai contoh, berjangkitnya penyakit ini di Meksiko sejak tahun 1992, yang sulit ditangani hingga Dengan alasan seperti ini, otoritas pemerintahan biasanya mengambil langkah darurat yang agresif untuk mengendalikan jumlah penyakit saat mulai terdeteksi berjangkitnya penyakit ini. Bagaimana cara penyebaran berjangkitnya Avian Influenza dalam sebuah negara? Dalam sebuah negara, penyakit menyebar secara mudah dari lahan peternakan satu ke lahan peternakan yang lainnya. Virus dikeluarkan dalam jumlah besar dari tetesan sekresi burung, mencemari debu dan tanah. Virus yang berterbangan di udara menyebarkan penyakit ini dari satu burung ke burung yang lainnya, menyebabkan infeksi saat virus tersebut terhirup. Peralatan, kendaraan, pakan, kandang atau pakaian (terutama sepatu), dapat membawa virus tersebut dari satu lahan peternakan ke lahan peternakan yang lainnya. Virus dapat pula terbawa oleh kaki dan badan hewan, seperti tikus, bertindak sebagai "vektor mekanis" untuk menyebarkan penyakit ini. Beberapa bukti-bukti yang terbatas menemukan bahwa lalat pun dapat menjadi vektor mekanis ini. Tetesan sekresi dari burung liar yang terinfeksi, dapat membawa virus kepada peternakan unggas komersial dan lingkungannya. Resiko terbesar infeksi dari burung liar ke peternakan domestik terjadi pada unggas
3 domestik yang dipelihara di alam terbuka, mengonsumsi suplai air yang sama dengan burung liar, atau menggunakan suplai air yang diduga tercemar oleh tetesan sekresi dari burung liar yang terinfeksi. Selain itu "Pasar Becek", di mana burung-burung diperjualbelikan dalam kondisi penuh sesak dan kadangkala dalam kondisi sanitasi yang tidak baik, dapat juga menjadi sumber lain penyebaran penyakit. Bagaimana cara penyebaran penyakit dari satu negara ke negara lainnya? Penyakit ini dapat menyebar dari satu negara ke negara lainnya melalui perdagangan ternak hidup. Migrasi burung, termasuk burung air, burung laut, dan burung pantai, dapat membawa virus dalam jarak jauh dan pada masa lalu dapat menyebabkan penyebaran internasional Avian Influenza patogenik tinggi. Migrasi burung air, umumnya bebek liar, merupakan sumber alami virus flu burung, dan burung jenis ini paling tahan terhadap infeksi. Burung jenis ini dapat membawa virus dalam jarak yang sangat jauh dan mengeluarkannya melalui tetesan ekskresi, dan hanya menyebabkan sedikit pengaruh dan gejala penyakit jangka pendek pada mereka. Meskipun demikian, bebek-bebek domestik lebih rentan bahkan fatal apabila terinfeksi, demikian juga ayam kalkun, angsa, dan beberapa spesies yang diternakkan di sekitar lahan pertanian. Bagaimanakah situasi saat ini? Sejak pertengahan Desember 2003 sejumlah negara-negara di Asia telah melaporkan berjangkitnya Avian Influenza patogenik tinggi pada ayam dan bebek. Selain itu pula telah dilaporkan infeksi penyakit ini pada beberapa spesies burung liar dan babi. Penyebaran yang sangat cepat dari Avian Influenza patogenik tinggi ini, dengan kejadian berjangkitnya secara bersamaan di beberapa negara, memang tidak diperkirakan sebelumnya, serta menjadikan keprihatinan yang besar terhadap kesehatan manusia dan pertanian. Dalam hal resiko terhadap kesehatan manusia, perlu secara khusus diwaspadai keberadaan strain patogenik tinggi yang dikenal dengan "H5N1", yaitu penyebab utama berjangkitnya penyakit ini. H5N1 telah melampaui batasan spesies, menyebabkan penyakit yang serius pada manusia, dalam dua kejadian beberapa waktu yang lalu dan saat ini terulang kembali, dan menambah korban sedikit demi sedikit di Vietnam, Thailand dan Indonesia. Mengapa begitu mengkhawatirkan situasi berjangkitnya penyakit ini sekarang ini?
4 Pejabat kesehatan publik diperingatkan oleh berjangkitnya penyakit ini yang tanpa diperkirakan sebelumnya di peternakan dengan beberapa alasan. Pertama, meskipun tidak semuanya, umumnya berjangkitnya penyakit yang berat, seperti berbagai laporan yang terjadi di Asia, telah disebabkan oleh strain patogenik tinggi H5N1. Ada bukti kuat bahwa strain ini memiliki kemampuan unik untuk melampaui batas spesies dan menyebabkan penyakit yang serius, dengan tingkat mortalitas tinggi pada manusia. Kedua, dan kekhawatiran yang lebih besar yaitu situasi sekarang ini, dapat menambah parah jenis influenza yang pandemik hanya pada manusia. Peneliti-peneliti mengetahui bahwa virus-virus Avian Influenza dan influenza pada manusia dapat bertukar gen ketika seseorang secara simultan terinfeksi oleh kedua virus tersebut. Proses tukar-menukar gen dalam tubuh manusia ini dapat meningkatkan kemungkinan terbentuknya jenis virus influenza baru, yang masih sedikit dimiliki oleh manusia yang mempunyai kekebalan alami. Lebih jauh, keberadaan vaksin yang dikembangkan setiap tahun untuk menyesuaikan sirkulasi strain-strain dan melindungi manusia dalam epidemik musiman, tidak efektif melawan virus influenza baru ini. Seandainya virus baru ini memiliki gen manusia secara cukup, transmisi langsung dari seseorang ke orang yang lainnya (selain dari burung ke manusia saja) dapat terjadi. Apabila ini terjadi, kondisi dimulainya pandemik influenza jenis baru akan dihadapi. Kejadian lebih mengkhawatirkan apabila transmisi dari manusia ke manusia menyebabkan suksesi generasi akibat dari penyakit parah dengan tingkat kematian tinggi. Hal ini mirip kejadian pandemik influenza besar pada periode tahun , ketika virus influenza baru di masa itu terbentuk dan menyebar ke seluruh dunia, selama 4-6 bulan. Beberapa gelombang infeksi terjadi selama lebih dari 2 tahun, memakan korban manusia yang diperkirakan berjumlah juta jiwa. Apakah ada bukti transmisi dari manusia ke manusia secara efisien? Tidak. Meskipun di Thailand pada tanggal 27 September 2004, Kementerian Kesehatan mengumumkan kemungkinan transmisi dari manusia ke manusia dalam keluarga. Pejabat pemerintah Thailand telah menyimpulkan bahwa seorang ibu dapat terserang sumber infeksi baik yang berasal dari lingkungan maupun saat merawat anak perempuan, dan ini menunjukkan adanya kemungkinan transmisi dari manusia ke manusia. Ketika penelitian lingkup keluarga yang membuktikan adanya kemungkinan transmisi dari manusia ke manusia, bukti terbaru mengindikasikan transmisi virus pada manusia hanya terbatas di dalam keluarga saja, tidak ada perluasan lingkup transmisi yang pernah terjadi di dalam komunitas masyarakat. Kewaspadaan yang terus menerus tetap perlu untuk menentukan sejauh mana situasi epidemiologis pada manusia akan tetap stabil. Apakah infeksi H5N1 pada manusia sering terjadi?
5 Tidak. Hanya sedikit saja. Pertama kali Avian strain H5N1 terdokumentasikan menyerang manusia terjadi di Hongkong pada tahun Pada saat pertama kali berjangkitnya, 18 orang masuk ke rumah sakit dan 6 di antaranya meninggal dunia. Sumber infeksi pada keseluruhan kasus ini berhasil terlacak akibat adanya kontak dengan burung yang sakit pada lahan pertanian (1 kasus) dan hidup di sekitar pasar ternak (17 kasus). Kasus pada manusia ini kebetulan terjadi saat berjangkitnya Avian Influenza patogenik tinggi H5N1 di peternakan. Sangat sedikit adanya transmisi virus H5N1 dari manusia ke manusia pernah terdokumentasikan di kalangan tenaga medis, anggota keluarga, peternak, dan tenaga pemotong. Berdasarkan antibodi H5 yang terdeteksi di kelompok-kelompok ini, diketahui adanya infeksi virus tersebut, tidak terdapat gejala penyakit serius yang terjadi. Studi menunjukkan bahwa antibodi terdeteksi pada 10% peternak dan 3% tenaga pemotong. Pada tahun 2003, strain H5N1 kembali melompat dari burung menginfeksi sebuah keluarga (seorang ayah dan seorang anak laki-laki) ketika mereka kembali ke Hongkong setelah mengikuti perjalanan ke China bagian selatan. Ayahnya meninggal namun anaknya sembuh. Anggota ketiga dalam keluarga tersebut, saudara perempuan anak laki-laki tersebut, meninggal akibat penyakit pernapasan parah di China. Tidak ada sampel yang dapat digunakan untuk menentukan penyebab kematian anak perempuan ini. Apakah berbagai laporan terbaru tentang penyakit yang berjangkit pada burung sama bahayanya dengan yang berjangkit pada manusia? Tidak. Hanya berjangkitnya penyakit yang disebabkan oleh strain H5N1, yang cukup mengkhawatirkan untuk kesehatan manusia belakangan ini. Untuk analisis resiko pada kesehatan manusia, perlu diketahui secara tepat bagaimana strain virus avian dapat mengakibatkan berjangkitnya penyakit pada burung. Sebagai contoh, berjangkitnya penyakit avian influenza terakhir yang dilaporkan di China Taiwan, disebabkan oleh strain H5N2 yang bukan jenis patogenik tinggi pada burung dan belum pernah diketahui dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Berjangkitnya penyakit yang terakhir dilaporkan di Pakistan disebabkan oleh strain H7 dan H9, bukan oleh H5N1. Meskipun demikian, pengendalian segera dari seluruh berjangkitnya penyakit avian influenza pada burung, meskipun yang disebabkan oleh strain patogenik rendah, sangatlah penting. Penelitian menunjukkan bahwa strain virus Avian Influenza tertentu, yang tadinya patogenik rendah, dapat bermutasi secara cepat (dalam 6 sampai 9 bulan) menjadi strain patogenik tinggi jika tetap dibiarkan berputar di populasi ternak.
6 Dapatkah pandemik dicegah? Tidak ada orang yang dapat memastikannya. Virus influenza sangat tidak stabil dan perilakunya bertentangan dengan perkiraan. Meskipun demikian Badan Kesehatan Dunia (WHO) meyakinkan bahwa jika tindakan yang tepat segera dilakukan, pandemik influenza bisa dicegah. Prioritas pertama dan tugas utama pencegahan, yaitu mengurangi kesempatan mendekatnya manusia ke sumber virus terbesar: ternak yang terinfeksi. Hal ini dapat dicapai dengan deteksi dini berjangkitnya penyakit ternak dan pengenalan darurat cara mengendalikannya, termasuk pemusnahan seluruh ternak yang terinfeksi atau yang stok ternak yang diduga terinfeksi, penanganan bangkai secara baik. Seluruh bukti yang memungkinkan peningkatan resiko transmisi kepada manusia saat berjangkitnya Avian Influenza patogenik tinggi H5N1, semakin bertambah di peternakan. Dengan bertambahnya jumlah manusia yang terinfeksi, hal ini meningkatkan resiko berkembangnya virus subtipe baru, dan memicu pandemik influenza. Hubungan antara meningkatnya meningkatnya infeksi pada ternak dan meningkatnya resiko infeksi pada manusia terlihat saat ini di Asia. Vietnam, Thailand dan kini Indonesia, dengan berjangkitnya penyakit di peternakan yang makin meluas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa mendesaknya situasi dan perlunya tindakan dini pada hewan dan sektor pertanian. Sebagai contoh, pada tahun 1997 pada seluruh populasi burung di Hongkong, dilakukan pemusnahan sekitar 1,5 juta ekor ayam dan jenis burung lainnya dilakukan dalam 3 hari. Dan pada tahun 2003 dilakukan kembali pemusnahan 30 juta ekor burung (dari populasi sekitar 100 juta ekor) di Belanda dilakukan dalam waktu satu minggu. Tindakan dini pada situasi ini dipikirkan oleh banyak ahli influenza untuk mencegah pandemik influenza pada manusia. Apakah bisa dipastikan bahwa hanya sedikit kasus yang terjadi pada manusia? Ya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mempunyai beberapa bukti bahwa strain H5N1 mulai tersebar pada burung sejak April Deteksi hingga saat ini, hanya sedikit kasus yang terjadi pada manusia membuktikan bahwa virus ini tidak mudah ditransmisikan dari burung kepada manusia pada saat ini. Meskipun demikian, situasi dapat berubah dengan cepat, sebagaimana diketahui strain H5N1 dapat bermutasi secara cepat dan telah terdokumentasikan mempunyai kemampuan bertukar gen dengan virus influenza dari spesies lainnya. Pada situasi tersebut dapat memungkinkan pertumbuhan pandemik strain virus influenza baru, setiap kasus infeksi yang terjadi pada manusia, satu kali pun dianggap terlalu banyak. Tambahan dari pemusnahan secara dini hewan terinfeksi, peluang lain untuk mencegah kasus yang terjadi pada manusia adalah melalui perlindungan pekerja yang terlibat dalam pemusnahan hewan terinfeksi.
7 Apakah ada cara pengendalian terbaik yang dapat dilakukan? Pada beberapa kasus, ya. Jepang dan Republik Korea tampaknya telah mengontrol berjangkitnya penyakit secara baik di peternakan, cepat dan aman. Pemantauan para pekerja yang terlibat dalam pemusnahan hewan terinfeksi telah dilakukan dan tidak terdapat kasus infeksi yang terdeteksi pada manusia. Situasi pada negara lain tampaknya sangat problematis. Pemerintahan di beberapa negara di dunia menghadapi berjangkitnya penyakit di peternakan secara serius, dan tidak mempunyai sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pedoman perlindungan pekerja pemusnahan ternak unggas yang terinfeksi sesuai yang direkomendasikan. Di beberapa negara semacam ini, praktek pemeliharaan ternak di daerah pedesaan dilaksanakan di lingkungan terbuka, yang seringkali tidak terdaftar oleh otoritas pertanian setempat, yang lebih jauh mempersulit pemusnahan dini dan sistematis dari hewan sumber penyakit. Selain H5N1, adakah virus Avian Influenza jenis lain yang pernah menginfeksi manusia? Ya. Dua jenis strain avian telah menyebabkan penyakit pada manusia, akan tetapi berjangkitnya penyakit ini tidak seserius yang disebabkan oleh strain H5N1. Strain H9N2, yang bukan merupakan patogenik tinggi pada burung, menyebabkan gejala penyakit yang sedang, pada dua anak kecil di Hongkong pada tahun 1999 dan satu anak lainnya pada pertengahan Desember tahun 2003, juga di Hongkong. Berjangkitnya penyakit Avian Influenza patogenik tinggi H7N7 pada burung, dimulai di Belanda pada bulan Februari tahun 2003, menyebabkan kematian seorang dokter hewan (dengan gejala gangguan pernapasan akut) dua bulan kemudian, dan menyebabkan gejala penyakit sedang, terhadap 83 peternak dan anggota keluarga mereka. Apakah ada vaksin yang efektif melawan H5N1 pada manusia? Tidak. Vaksin yang ada sekarang tidak akan melindungi manusia dari penyakit yang disebabkan oleh strain H5N1. Pada saat ini baru WHO masih mengembangkan prototipe H5N1 untuk digunakan memproduksi vaksin oleh produsen vaksin terkemuka. Vaksin dari virus prototipe yang ada, dikembangkan dari strain H5N1 tahun 2003 (yang menyebabkan dua kasus infeksi pada manusia), tidak
8 dapat dikembangkan menjadi vaksin. Analisis virus pada tahun 2004, yang dilakukan oleh jaringan laboratorium Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa virus telah mengalami mutasi yang sangat signifikan. Apakah ada obat yang dapat digunakan untuk pencegahan dan pengobatan? Ya. Dua kelompok obat telah tersedia. Mereka adalah "M2 inhibitor" (amantadine dan rimantadine), dan "neuraminidase inhibitor" (oseltamivir dan zanimivir). Obat-obat ini telah diberikan lisensi untuk mencegah dan mengobati influenza pada manusia di beberapa negara, dan diperkirakan cukup efektif tanpa memperhatikan strain virus penyebab. Meskipun demikian, analisis awal isolat virus dari berbagai kasus fatal di Vietnam menunjukkan bahwa virus secara beragam resisten terhadap M2 inhibitor. Pengujian lebih jauh yang sedang berjalan yaitu konfirmasi resistensi dari amantadine. Jaringan laboratorium juga sedang melakukan pengujian keefektifan neuraminidase inhibitor melawan strain H5N1 yang ada saat ini. Apakah saat ini ada vaksin yang berguna untuk mencegah pandemik influenza? Ya, namun dengan jalan menetapkan sasaran. Vaksin yang ada saat ini, yang dimasukkan ke dalam kelompok beresiko tinggi, seperti pemusnah hewan terinfeksi, melindungi dari strain virus influenza yang beredar pada manusia dan hal ini mengurangi resiko lebih buruk bagi manusia beresiko tinggi dari virus flu burung, yang kemungkinan terinfeksi oleh virus flu manusia dan flu burung secara bersamaan. Dua infeksi sekaligus dari virus flu manusia dan virus flu burung membuat peluang pertukaran gen, memungkinkan terbentuknya virus influenza subtipe baru yang berpotensi menyebabkan pandemik. Vaksin musiman diproduksi secara rutin untuk melindungi manusia dari epidemik influenza musiman. Vaksin ini tidak memberikan perlindungan dari infeksi avian virus H5N1. Untuk tujuan ini, telah terdapat pedoman vaksinasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), menggunakan vaksin influenza trivalen yang ada saat ini, bagi kelompok beresiko tinggi di negara-negara yang mengalami berjangkitnya penyakit Avian Influenza patogenik tinggi H5N1 di peternakannya. (tsn)
BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan ditularkan oleh unggas.
Lebih terperinciTinjauan Mengenai Flu Burung
Bab 2 Tinjauan Mengenai Flu Burung 2.1 Wabah Wabah adalah istilah umum baik untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang
Lebih terperinciPenyebaran Avian Flu Di Cikelet
6 Bab II Penyebaran Avian Flu Di Cikelet 2.1 Sejarah virus Avian Flu Avian Flu merupakan infeksi virus influenza A subtipe H5N1 yang umumnya menyerang unggas, burung, ayam dan babi, tetapi setelah menyerang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza Avian Influenza adalah penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza strain tipe A. Penyakit yang pertama diidentifikasi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I
Lebih terperinciINFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?
INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? Virus influenza A H7 adalah kelompok virus influenza yang biasanya beredar di antara burung. Virus influenza A (H7N9) adalah salah satu sub-kelompok di
Lebih terperinciWahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)
Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : MEDIA INDONESIA Edisi 27 Pebruari 2006) Flu burung, penyakit yang ditulari hewan ke manusia akis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena
Lebih terperinciFLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit
Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/A1) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influensa tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini
Lebih terperinciFLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI
FLU BURUNG AVIAN FLU AVIAN INFLUENZA BIRD FLU RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI VIRUS INFLUENZA Virus famili orthomyxoviridae Tipe A,B,C Virus A dan B penyebab wabah pada manusia Virus C
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung telah membuat masyarakat resah terutama di Indonesia. Jutaan unggas mati. Tidak hanya itu, yang lebih fatal penyakit ini telah mulai menular dari
Lebih terperinciPertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi
1 Lab Biomedik dan Biologi Molekuler Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl Raya Sesetan-Gang Markisa No 6 Denpasar Telp: 0361-8423062; HP: 08123805727 Email: gnmahardika@indosat.net.id;
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus avian influenza tipe H5N1 yang dikenal dengan Flu Burung adalah suatu virus yang umumnya menyerang bangsa unggas yang dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan di Indonesia. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan peternakan yang melaksanakan biosekuriti sangat ketat (high level
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang di sebabkan infeksi Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. Penyakit
Lebih terperinciFlu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran :
!!"!!#$ Dewasa ini virus H5N1 atau yang lazim dikenal sebagai virus flu burung (Avian Influenza) telah mewabah dimana mana. Virus ini pada awalnya hanya menginfeksi unggas. Namun akhir akhir ini diberitakan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007
2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa
Lebih terperinciMengapa disebut sebagai flu babi?
Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan
Lebih terperinciMODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO
MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO DepKes RI 2007 Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum : Dapat menjelaskan dasar dasar Flu Burung, pandemi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan ilmu pengobatan tidak menjamin manusia akan bebas dari penyakit. Hal ini disebabkan karena penyakit dan virus juga
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi mengenai flu burung berikut ini diperoleh dari :
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data & Literatur Data dan informasi mengenai flu burung berikut ini diperoleh dari : o Buku o Surat kabar o Majalah o Website 2.2 Hasil Survey Bila dilihat sejarahnya, flu burung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flu burung yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah avian flu atau avian influenza (AI) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii i PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menular kepada manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A (H5N1) yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN I. UMUM Pengaturan pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan menjadi
Lebih terperinciDemam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi
Flu Burung DEFINISI Flu burung didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 yang menyerang burung, ungggas, ayam yang dapat menyerang manusia dengan gejala demam >38?C,
Lebih terperinciAVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso
AVIAN INFLUENZA Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso Flu burung atau Avian Influenza adalah jenis influenza pada binatang yang sebenarnya telah ditemukan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5543 LINGKUNGAN HIDUP. Penyakit Hewan. Peternakan. Pengendalian. Penanggulangan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 130) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit
Lebih terperinciLAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA
LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam broiler (Sudaryani dan Santosa, 2003). Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa penyakit flu burung merupakan salah
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN
69 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 1. Nama : 2. Alamat : Kelurahan
Lebih terperinciProses Penyakit Menular
Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus avian influenza (AI) mulai muncul pertama kali di Italia 100 tahun yang lalu pada tahun 1878. Tercatat penyakit ini muncul di berbagai negara di dunia yaitu
Lebih terperinciPROFIL LEUKOSIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) INAKTIF SUBTIPE H5N1
PROFIL LEUKOSIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) INAKTIF SUBTIPE H5N1 FAISAL MUHAMAD NU MAN SUMANTRI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciAnjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis
Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan
Lebih terperinciStudi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu,
Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS I. Murwanti 1, R. Ratianingsih 1 dan A.I. Jaya 1 1 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Tadulako, Jalan Sukarno-Hatta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merebaknya kasus flu burung di dunia khususnya Indonesia beberapa tahun terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung atau avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan itik (Soejoedono
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat menyerang saluran pernafasan bagian atas maupun
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Model Penyebaran Avian Flu Hendra Mairides
1 Bab I Pendahuluan Flu burung merupakan penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Pertama kali, virus influenza tipe A ditemukan di Italia pada tahun 1817. Pada waktu itu,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciMalaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Malaria Key facts Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Setiap 30 detik seorang anak meninggal
Lebih terperinci*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 82/2000, KARANTINA HEWAN *37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas
Lebih terperinciBAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING
BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12-59 bulan (Kemenkes RI, 2015: 121). Pada usia ini, balita masih sangat rentan terhadap berbagai
Lebih terperinciKesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza
Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Virus influenza diklasifikasi menjadi tipe A, B dan C karena nukleoprotein dan matriks proteinnya.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciMENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG DI INDONESIA
Konferensi Pers Tempat : Café Bebek Bali Senayan, 26 September 2005 MENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG DI INDONESIA I. ASPEK KEDOKTERAN HEWAN Menyikapi masalah flu burung (avian influenza) yang akhir-akhir ini
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.214, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternakan. Kesehatan. Veteriner. Hewan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5356) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan
Lebih terperinciPIDATO PENGANTAR MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IV DPR-RI TANGGAL 1 FEBRUARI 2007
PIDATO PENGANTAR MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IV DPR-RI TANGGAL 1 FEBRUARI 2007 Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh Saudara Ketua dan Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI, yang terhormat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas kesadaran itu, Departemen Pertanian (2011) mengarahkan pengembangan subsektor peternakan sebagai bagian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.130, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Penyakit Hewan. Peternakan. Pengendalian. Penanggulangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5543) PERATURAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN UNGGAS DAN PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DENGAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil
30 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian ini disajikan dalam 3 bagian yang diharapkan dapat memenuhi tujuan dan hipotesis penelitian yaitu : (1) distribusi sampel penelitian untuk mengetahui jumlah
Lebih terperinciKENALI FLU BABI DAN DIRI ANDA
KENALI FLU BABI DAN DIRI ANDA Ebook ini merupakan terjemahan dari artikel yang diupdate secara berkala di situs WWW.CDC.GOV, Saya dr. Rehan. Sehari-harinya bekerja sebagai dokter UGD di salah satu Rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembibitan Ayam Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler konsumsi yang memiliki produksi unggul. Bibit- bibit yang bisa dikembangkan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009).
Lebih terperinciOleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si.
PERMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG (MATHEMATICAL MODEL AND STABILITY ANALYSIS THE SPREAD OF AVIAN INFLUENZA) Oleh : Dinita Rahmalia NRP 1206100011 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN AVIAN INFLUENZA (AI)/ FLU BURUNG DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciPenyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio
Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit cacar ular telah terjadi dari waktu ke waktu selama ribuan tahun, penyakit cacar muncul disebabkan oleh virus cacar yang muncul dalam populasi manusia
Lebih terperinciSwine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.
Arie W, FKM Undip FLU BABI PIG FLU SWINE FLU Terbaru : Influensa A H1N1 Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae. Bersifat wabah
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :
25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara
Lebih terperinciJika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.
Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS-
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS- CoV adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh Virus-Corona yang menyerang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciGUBERNUR MALUKU UTARA
PERATURAN GUBERNUR MALUKU UTARA NOMOR : 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LALU LINTAS, PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DI WILAYAH PROPINSI MALUKU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU
Lebih terperinciNEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( )
Pendahuluan : NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin (078114032) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Newcastle Disease (ND) juga di kenal
Lebih terperinciSelama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus
AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas
Lebih terperinciBUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :
Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung 16 KATA PENGANTAR Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan subtipe
Lebih terperinciPERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG Latar Belakang DI JAWA BARAT oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Highly Pathogenic Avian influenza(hpai) adalah satu
Lebih terperinci2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2
No.1866, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Hewan. Penyakit. Pemberantasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciANALISA KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS FLU BURUNG PADA POPULASI MANUSIA DAN BURUNG SKRIPSI. Oleh : Septiana Ragil Purwanti J2A
ANALISA KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS FLU BURUNG PADA POPULASI MANUSIA DAN BURUNG SKRIPSI Oleh : Septiana Ragil Purwanti J2A 005 049 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Menimbang PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, : a. bahwa rabies merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang TBC merupakan penyakit yang sangat membahayakan, karena di dalam paru-paru kita terdapat kuman mycrobacterium tuberculosis, yang apabila di biarkan, kuman tersebut akan
Lebih terperinciBiosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini
Biosecurity Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama Perspektif Saat Ini Beberapa tahun yang lalu istilah biosecurity masih jarang digunakan kecuali di kalangan tertentu saja Kejadian-kejadian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit menular. Salah satu contohnya adalah virus flu burung (Avian Influenza),
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Masalah lingkungan adalah masalah dasar dalam kehidupan manusia dan menjadi tanggung jawab bersama. Banyak permasalahan lingkungan yang bermunculan terkait lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya berdiri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya berdiri perusahaan peternakan perunggasan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Bibit merupakan ayam muda yang akan dipelihara menjadi ayam dewasa penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi dan daya
Lebih terperinciFAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT
FAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT LATAR BELAKANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT KESEHATAN KUNCI SUKSES USAHA BUDIDAYA PETERNAKAN MOTO KLASIK : PREVENTIF > KURATIF
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Infeksi dan kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp. ditemukan hampir di. Infeksi bakteri ini pada hewan atau manusia dapat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Infeksi dan kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp. ditemukan hampir di seluruh belahan dunia. Infeksi bakteri ini pada hewan atau manusia dapat
Lebih terperinci