PENCAPAIAN HOTS HIGHER ORDER THINKING SKILLS) MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNIVERSITAS SAMAWA Muhammad Erfan*, Turina Ratu Program Studi Pendidikan Fiika, Univerita Samawa *Email : muhammaderfan@univeritaamawa.ac.id Abtract - Higher Order Thinking Skill HOTS) are eential kill for propective teacher in the 21 t century. HOTS in the cognitive domain include the ability in analyzing C4), evaluating C5), and creating C6). In the proce of matering HOTS, one mut know firt what level of thinking kill he ha. Therefore, thi tudy aim to meaure the achievement of the cognitive thinking kill of tudent of the Phyic Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education Univerity of Samawa. The meaurement ued tet intrument in the form of eay tet, then the reult of the thinking kill achievement for each cognitive domain of tudent will be divided into three categorie low, medium and high). The reult of the tudent achievement of the cognitive thinking kill obtained by tudent were in low category of 55%, the medium category of 11%, and 34% in the high category for matering lower-order thinking kill LOTS), while for HOTS, 100% wa in low category and it can be concluded that the achievement of tudent' cognitive thinking kill i till in lower-order thinking kill. Keyword : higher-order thinking kill, cognitive, tudent, phyic PENDAHULUAN Kehidupan manuia di abad 21 dicirikan dengan cepatnya aru perubahan zaman yang ditandai dengan peatnya perkembangan ilmu dan teknologi yang emakin hari emakin bertambah canggih menyeuaikan mobilita dan kebutuhan manuia. Perubahan zaman erta perkembangan ilmu dan teknologi yang angat peat ini tentunya menuntut penekanan pada perkembangan umber daya manuia yang unggul dan berkualita agar mampu beraing di era globaliai. Peraingan antar negara-negara di abad 21 tidak hanya pada bidang ekonomi, militer, erta infratruktur, tetapi juga dalam bidang pendidikan. Negara-negara di dunia berlomba-lomba mengembangkan item pendidikan yang baik ehingga muncul badan khuu yang menganalii dan menurvey capaian dan tingkatan item pendidikan dan pengajaran berbagai negaranegara didunia. Salah atu lembaga urvey terebut adalah PISA yang rutin mengevaluai capaian para peerta didik dalam mata pelajaran Sain dan Matematika. Berdaarkan hail PISA pada tahun 2016, poii Indoneia berada pada urutan 62 dari 70 Negara OECD, 2016). Capaian Indoneia ini mengindikaikan bahwa maih terdapat permaalahan dalam item pendidikan Indoneia. Berdaarkan hail PISA terebut juga diterangkan bahwa kelemahan para peerta didik di Indoneia adalah ketidakmampuan mereka ketika dihadapkan pada permaalahan yang memerlukan keterampilan berpikir kriti, kreatif erta keterampilan berpikir tingkat tinggi Higher Order Thinking Skill). Keterampilan berpikir yang perlu dikembangkan oleh peerta didik dibagi menjadi dua macam yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi higher order thinking) dan keterampilan berpikir tingkat rendah lower order thinking) Anderon & Krathwohl, 2000). Keterampilan berpikir tingkat tinggi pada ranah kognitif meliputi kemampuan peerta didik dalam menganalii C4), mengevaluai C5), erta mengkreai atau mencipta C6) yang keemuanya merupakan tahapan lanjutan dari keterampilan berpikir tingkat rendah 208
yang terdiri ata keterampilan peerta didik dalam mengingat C1), memahami C2), erta mengaplikaikan C3). Ciri utama berpikir tingkat tinggi adalah mampu berpikir kriti dan mampu berpikir kreatif Conklin & Manfro, 2012) Sutrio et al. 2018). Berpikir kreatif diperoleh dari kebiaaan yang dapat diperoleh peerta didik dengan menemukan dan menggunakan ideide baru yang tidak biaa namun maih raional dalam mengikuti pembelajaran Gunawan et al. 2017). Berpikir kreatif udah barang tentu melibatkan kreativita yang merupakan kemampuan eeorang untuk menghailkan uatu produk yang baru ataupun kombinai dari hal-hal yang udah ada ebelumnya, yang berguna, erta dapat dimengerti Ekaari et al. 2016). Berpikir tingkat tinggi akan terjadi ketika eeorang mengaitkan informai baru dengan informai yang udah terimpan di dalam ingatannya dan menghubung-hubungkannya dan/atau menata ulang erta mengembangkan informai terebut untuk mencapai uatu tujuan ataupun menemukan uatu penyeleaian dari uatu keadaan yang ulit dipecahkan Lewi & Smith, 1993). Proe mengaitkan informai baru dengan informai yang udah terimpan di dalam ingatannya ini umumnya dipicu terlebih dahulu oleh uatu maalah atau pertanyaan yang tentunya dapat memicu dan melibatkan kemampuan berpikir eeorang. Dalam proe penyeleaian pertanyaan, eorang peerta didik tentunya haru melibatkan proe berpikir dan tidak hanya mengingat informai yang telah diperoleh ebelumnya, tetapi juga mengolah informai terebut dan mengintegraikannya dengan informai-informai yang didapatkan ehingga diperoleh uatu jalan keluar dalam penyeleaian maalah. Bertanya pada hakikatnya adalah berpikir Indrawati, 2005) Gall, 1970), umumnya ebelum kita mengajukan pertanyaan pati berpikir terlebih dahulu, demikian juga bagi yang 209 mendapat pertanyaan atau orang yang ditanya, ebelum menjawab tentunya akan berpikir terebih dahulu. Dalam menjawab berbagai pertanyaan tentunya memicu kemampuan berpikir kriti orang yang ditanya. Cara peerta didik menjawab atau jawaban yang diharapkan dari peerta didik ditentukan oleh tingkat dan jeni pertanyaan yang diajukan oleh pendidik, apakah pertanyaan yang diajukan terebut termauk dalam tingkat ingatan, pemahaman, analii, atau evaluai. Pertanyaan yang diajukan oleh pendidik dapat diklaifikaikan kedalam beberapa bagian. Pertanyaan dapat diklaifikaikan menjadi pertanyaan yang ifatnya konvergen atau divergen erta pertanyaan-pertanyaan yang termauk dalam level tinggi maupun level rendah low & high level quetion) McComa & Abraham, 2004) Bloom, 1956). Seeorang peerta didik dikatakan mampu berpikir tingkat tinggi apabila peerta didik terebut dapat menyeleaikan pertanyaan level tinggi high level quetion) yang melibatkan keterampilan tingkat tinggi HOTS) dalam proe penyeleaiannya. Program Studi Pendidikan Fiika FKIP Univerita Samawa ebagai intani pencetak tenaga pendidik fiika eharunya udah menerapkan model maupun trategi perkuliahan yang mentimulu mahaiwa agar elalu berorientai pada keterampilan berpikir tingkat tinggi HOTS). Membiaakan acara perkuliahan yang berorientai pada HOTS angat penting dilakanakan mengingat para calon tenaga pendidik akan membawa kebiaaan terebut pada lingkungan kerja ekolah). Kebiaaan terebut nantinya akan menular pada peerta didik yang diajari oleh tenaga pendidik terebut. Salah atu cabang ilnu fiika yang wajib diajarkan di tingkat Perguruan Tinggi yang mengambil program tudi pendidkan fiika adalah elektronika daar Wahyudi, 2015). Elektronika Daar pada Program Studi
Pendidikan Fiika Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univerita Samawa dibagi menjadi Elektronika Daar I Analog) dan Elektronika Daar II Digital). Salah atu kemampuan daar yang wajib dikuaai oleh mahaiwa pada mata kuliah ini adalah kemampuan menganalii rangkaian. Kemampuan menganalii rangkaian termauk dalam ranah analii C4) dan apabila keterampilan menganalii rangkaian ini telah dikuaai, maka barulah dapat dilanjutkan pada tahap mengevaluai C5) hingga pada tahap mencipta alat tertentu C6) yang berkaitan dengan elektronika. Perkuliahan Elektronika Daar I yang berorientai HOTS pada umumnya belum dibiaakan mengingat para pendidik belum mengetahui ejauh mana kemampuan berpikir para mahaiwanya. Dengan adanya penggukuran keterampilan berpikir, elain ebagai landaan baeline) dalam mengembangkan pembelajaran yang melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi juga diharapkan dapat memicu motivai para mahaiwa untuk lebih meningkatkan kemampuan berpikirnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakanakan di Program Studi Pendidikan Fiika Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univerita Samawa yang terdiri dari 47 mahaiwa dan termauk dalam penelitian kuantitatif dengan pendekatan ex pot facto. Intrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah intrumen te. Jeni te yang digunakan yaitu te uraian. Intrumen te berupa oal uraian dikembangkan berdaarkan kii-kii yang mengacu pada kata kerja operaional tiaptiap ranah kemampuan berpikir kognitif dari mengingat C1) hingga mencipta C6). Sebelum dilakukan pengujian atau pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan pengujian validita dan reliabilita intrumen te oal uraian. Uji validita empiri butir 210 oal uraian dianalii menggunakan rumu korelai product moment, dan etimai reliabilita oal uraian dilakukan dengan rumu Alpha. Data diperoleh dengan menkor jawaban mahaiwa yang elanjutnya dianalii dan dikategorikan menjadi kategori tinggi, edang, dan rendah yang dilakukan dengan menggunakan rumuan interval Azwar, 2015): μ t α,n 1) 2 n ) X μ + t α 2 Dimana: μ : Mean teoriti pada kala t α : Harga t pada α 2,n 1) 2 kebebaan n 1 n : Deviai tandar kor : Banyaknya Subjek,n 1) n ) dan derajat HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengambilan data dengan memberikan oal uraian yang euai dengan kii-kii pada 47 orang mahaiwa, diperoleh hail capaian kemampuan kognitif mahaiwa pada ranah Kemampuan berpikir tingkat rendah LOTS) yang diajikan pada Tabel 1. Berdaarkan Tabel 1 mengenai capaian kemampuan berpikir mahaiwa pada ranah kemampuan berpikir tingkat rendah LOTS) diketahui bahwa ecara keeluruhan hanya 34% dari total 47 mahaiwa yang termauk dalam kategori tinggi dalam menyeleaikan oal-oal yang mengukur kemampuan berpikir kognitif tingkat rendah, 11% dengan kemampuan edang, dan lebih dari etengah jumlah mahaiwa 55%) belum mampu mengerjakan oal dengan taraf berpikir tingkat rendah LOTS) erta capaian kemampuan berpikir kognitif tingkat rendah maih didominai oleh kemampuan mengingat C1). Hail capaian kemampuan kognitif mahaiwa pada ranah Kemampuan berpikir
tingkat tinggi HOTS) yang meliputi kemampuan menganalii C4), kemampuan mengevaluai C5), erta kemampuan mencipta C6) diajikan pada Tabel 2. Tabel 1. Capaian Kemampuan berpikir mahaiwa pada ranah kemampuan berpikir tingkat rendah LOTS) No. Kategori Perentae tiap ranah LOTS) Keeluruhan C1 C2 C3 C1, C2, C3) 1. Rendah 34% 66% 68% 55% 2. Sedang 21% 2% 2% 11% 3. Tinggi 45% 32% 30% 34% Berdaarkan Tabel 2 mengenai capaian kemampuan berpikir mahaiwa pada ranah kemampuan berpikir tingkat tinggi HOTS) diketahui bahwa ecara keeluruhan 100%) mahaiwa maih belum mampu menyeleaikan oal-oal pada kemapuan mengevaluai C5) dan mencipta C6) yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi HOTS). Selain itu, pencapaian mahaiwa dalam etiap ranah kemampuan berpikir tingkat tinggi, maih dominan dalam kategori rendah. Rendahnya capaian kemampuan kognitif mahaiwa pada ranah kemampuan berpikir tingkat tinggi HOTS) didukung oleh hail wawancara tidak tertruktur dan hail koreki lembar jawaban oal uraian yang diantaranya beberapa mahaiwa keulitan dalam operai matematika yang melibatkan pecahan, maih belum menguaai konep-konep rangkaian litrik, beberapa mahaiwa belum menguaai konep hukum Ohm, Hukum Kirchoff tentang aru dan rangkaian, maih keulitan dalam mengenali dan menganalii berbagai bentuk rangkaian, erta kealahan umum eperti kurang teliti, alah tanda poitif dan negatif dan ebagainya. Tabel 2. Capaian kemampuan berpikir mahaiwa pada ranah kemampuan berpikir tingkat tinggi HOTS) No. Kategori Perentae tiap ranah HOTS) Keeluruhan C4 C5 C6 C4, C5, C6) 1 Rendah 85% 100% 100% 100% 2 Sedang 6% 0% 0% 0% 3 Tinggi 9% 0% 0% 0% Hail capaian kemampuan kemampuan berpikir tingkat tinggi HOTS) mahaiwa yang maih rendah tentunya akan menjadi daar dalam memperbaiki proe pembelajaran fiika di Program Studi Pendidikan Fiika FKIP Univerita Samawa khuunya pada ranah kemampuan menganalii, mengevaluai erta mencipta. PENUTUP Capaian keterampilan berpikir kognitif) mahaiwa Program Studi Pendidikan Fiika FKIP Univerita Samawa maih dominan pada kemampuan beripikir tingkat rendah atau Lower Order Thinking LOTS), emua 100%) mahaiwa maih berada dalam kategori rendah dalam penguaaan keterampilan berpikir tingkat tinggi HOTS) pada perkuliahan Elektronika Daar. REFERENSI Anderon, L. W., & Krathwohl, D. R. 2000. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Aeing: A Reviion of Bloom' Taxonomy of Educational Objective. New York: Longman. 211
Azwar, S. 2015. Penyuunan Skala Pikologi 2ed.). Yogyakarta: Putaka Pelajar. Bloom, B. S. 1956. Taxonomy of Educational Objective Handbook I: Cognitive Domain. New York: David MKay. Conklin, W., & Manfro, J. 2012. Higher order thinking kill to develop 21t century learner. Huntington: Shell Education Publihing. Inc. Ekaari, R. R., Gunawan, & Sahidu, H. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Langung Berbantuan Media Laboratorium Terhadap Kreatifita Fiika Siwa SMA. Jurnal Pendidikan Fiika dan Teknologi, 23), 106-110. Gall, M. D. 1970. The Ue of Quetion in teaching. Review of Educational Reearch, 140), 707-721. Gunawan, Sahidu, H., Harjono, A., & Suranti, N. M. 2017. The Effect Of Project Baed Learning With Virtual Media Aitance On Student Creativity In Phyic. Cakrawala Pendidikan, 167-179. Indrawati. 2005. Teknik Bertanya. Depdikna: Puat Pengembangan dan Penataran Guru IPA. Lewi, A., & Smith, D. 1993. Defining higher-order thinking: Theory into Practice. Journal of Collage of Education, 131-137. McComa, W. F., & Abraham, L. 2004. Aking more effective quetion. Retrieved from Roier School of Education: http://cet.uc.edu/reource/teachin g_learning/material_doc/aking_b etter_quetion.pdf OECD. 2016). PISA 2015 Reult in Focu. New York: Columbia Univerity. Sutrio, Gunawan, Harjono, A., & Sahidu, H. 2018. Pengembangan Bahan Ajar Fiika Ekperimen Berbai Proyek Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kriti Calon Guru Fiika. 212 Jurnal Pendidikan Fiika dan Teknologi, 41), 131-140. Wahyudi. 2015. Analii Hail Belajar Mahaiwa Pada Pokok Bahaan Hukum Ohm Dan Kirchoff Dalam Matakuliah Elektronika Daar I. Jurnal Pendidikan Fiika dan Teknologi, 12), 129-135.