BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEOI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Putaka 1. Skripi karya Tri Adi Setyawan ( ), Program Studi Pendidikan Fiika, Fakulta Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Univerita Negeri Semarang 2005, yaitu Penggunaan Alat Peraga Elektrokop Untuk Meningkatkan Hail Belajar IPA Fiika Pada Pokok Bahaan Litrik Stati di SLTP 1 Karangkobar Kela II Semeter II Tahun Ajaran 2004/2005. Skripi ini bertujuan untuk mengetahui bear peningkatan hail belajar antara iwa yang diajar menggunakan alat peraga elektrokop dengan menggunakan metode ceramah. Analii data yang diperoleh t hitung 2,852 dan t table 1,67 dengan α 5%, dk 3. t hitung > t tabel, makah 0 di tolak. Hal ini menunjukan ada perbedaan hail belajar yang ignifikan antara iwa yang diajar menggunakan alat peraga elaktrokop dengan iwa yang diajar menggunakan metode ceramah Skripi karya Sri Wahyuni ( ), Program Studi Pendidikan Fiika, Juruan Fiika, Fakulta Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Univerita Negeri Semarang, yaitu: Studi Korelai Pengajaran IPA Dengan Menggunakan Alat Peraga (KIT) Dan Tanpa Alat Peraga (KIT) Terhadap Pretai Belajar Pada Pokok Bahaan Bumi Dan Bulan di Kela VI SD N Karangrejo 02 Semarang Tahun Ajaran 2000/2001. Skripi ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan alat peraga (KIT) ebagai umber dalam pelajaran IPA pada iwa kela VI SD dari hail t maching 0,125 dan t hitung 2,042 dengan taraf ignifikai 5% dapat diketahui bahwa kemampuan iwa dalam pelajaran IPA ama. Dan dengan hail mean kelompok ekperimen lebih baik dibandingkan 1 Tri Adi Setyawan, Penggunaan Alat Peraga Elektrokop Untuk Meningkatkan Hail Belajar IPA Fiika Pada Pokok Bahaan Litrik Stati di SLTP 1 Karangkobar Kela II Semeter II Tahun Ajaran 2004/2005, kripi (Semarang : Univerita Negeri Semarang, 2005), hlm

2 dengan hail mean kelompok control. Yaitu Me 7,69 dan Mk 6,68 edangka t hitung 4,186 dikonultaikan dengan t table taraf ignifikai 5%adalah 2,045. ehingga dapat di tarik keimpulan bahwa pengajaran menggunakan alat peraga nilai pot tenya lebih baik dibandingkan dengan iwa yang pengajarannya tanpa menggunakan alat peraga Skripi karya Tutuk Sutarti ( ), Program Studi Pendidikan Fiika, Juruan Fiika, Fakulta Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Univerita Negeri Semarang, yaitu: Studi Komparai Terhadap Pretai Belajar IPA Antara Siwa Yang Menggunakan Metode Ekperimen (Dengan Alat Sederhana) Dan Yang Menggunakan Metode Ceramah Untuk Pokok Bahaan Bunyi Pada Siwa Kela IV SD Negeri Truwulu Kec. Ngaringan Kab. Grobogan Tahun Pelajaran 1998/1999. Dari analii didapat t hitung 2,95 dengan dk 72 dan t (0,975) 1,98 maka H 0 ditolak ehingga ditemukan adanya perbedaan pretai belajar yang ignifikan antara iwa yang diajar menggunakan metode ekperimen (dengan alat ederhana) dan yang menggunakan metode ceramah. 3 Kajian putaka ementara yang penuli gunakan ini merupakan refereni awal dalam melakukan penelitian ini. Dari penelitian-penelitian terebut terdapat peramaan dan perbedaan yang penuli lakukan. Peramaannya terletak pada penggunaan alat peraga. Dan perbedaannya terletak pada jeni alat peraga yang digunakan, materi pokok, dan ubyek penelitiannya. Dari ketiga hail penelitian diata dapat diimpulkan bahwa penggunaan alat peraga pada pembelajaran fiika dapat meningkatkan hail belajar iwa. 2 Sriwahyuni, Studi Korelai Pengajaran IPA Dengan Menggunakan Alat Peraga (KIT) Dan Tanpa Alat Peraga (KIT) Terhadap Pretai Belajar Pada Pokok Bahaan Bumi Dan Bulan di Kela VI SD N Karangrejo 02 Semarang Tahun Ajaran 2000/2001, kripi (Semarang : Univerita Negeri Semarang,2001),hlm Tutuk Sutarti, Studi Komparai Terhadap Pretai Belajar Ipa Antara Siwa Yang Menggunakan Metode Ekperimen (Dengan Alat Sederhana) Dan Yang Menggunakan Metode Ceramah Untuk Pokok Bahaan Bunyi Pada Siwa Kela IV SD Negeri Truwulu Kec. Ngaringan Kab. Grobogan Tahun Pelajaran 1998/1999,kripi,(Semarang : Univerita Negeri Semarang,1999),hlm

3 belajar. 5 Orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang B. Kerangka Teoritik 1. Belajar Menurut pengertian ecara pikologi, belajar merupakan proe dari uatu perubahan yaitu perubahan tingkah laku dari hail interaki dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, perubahanperubahan terebut akan nyata dalam eluruh apek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefiniikan ebagai uatu proe uaha yang dilakukan eeorang untuk memperoleh uatu perubahan tingkah laku yang baru ecara keeluruhan, ebagai hail pengalamannya endiri dalam interaki dengan lingkungannya. 4 Pendapat bahwa belajar ebagai aktivita yang tidak dapat dipiahkan dari kehidupan manuia, ternyata bukan hanya beraal dari hail renungan manuia emata. Ajaran agama ebagai pedoman hidup manuia juga menganjurkan manuia untuk elalu melakukan kegiatan akan berguna untuk memecahkan maalah-maalah yang dihadapi oleh manuia dalam kehidupan. Sehingga dengan ilmu pengetahuan yang didapatkannya itu manuia akan dapat mempertahankan kehidupan. 6 Sebagaimana firman Allah SWT ebagai berikut: # & " ,-./0 ( * 4 4 9:;+<( 67 ( E 7G 5 CD >? A,B E +K 5 HI CD 1OP -N?5 L;M ST KQ0 (apakah kamu hai orang muyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan ujud dan berdiri, 4 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: ineka Cipta, 2003), Cet 4, hlm. 2 5 Baharuddin dan Ea Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Arruzz Media, 2007), hlm 30 6 Baharuddin dan Ea Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Arruzz Media, 2007), hlm. 32 9

4 edangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat tuhannya? Katakanlah: Adakah ama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?. Seungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar : 9) 7 Cronbach (1954) dalam M Sobry Sutikno mengemukakan adanya tujuh unur utama dalam proe belajar, yaitu: 8 1. Tujuan, belajar dimulai karena adanya uatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu muncul untuk memenuhi euatu kebutuhan. 2. Keiapan, untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki keiapan, baik keiapan fiik atau piki, keiapan yang berupa kematangan untuk melakukan euatu, maupun penguaaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendaarinya. 3. Situai, kegiatan belajar berlangung dalam uatu ituai belajar, dalam ituai belajar ini terlihat tampak, lingkungan ekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut berangkut dalam kegiatan belajar erta kondii iwa yang belajar. 4. Interpretai, dalam menghadapi ituai, individu mengadakan interpretai, yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen ituai belajar, melihat makna dari hubungan terebut dan menghubungkannya dari kemungkinan pencapaian tujuan. 5. epon, berpegang dari hail interpretai apakah individu mungkin atau tidak mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan repon. 6. Konekueni, etiap uaha akan elalu membawa hail, akibat atau konekueni dari keberhailan ataupun kegagalan, demikian juga dengan repon atau uaha belajar iwa. 7 Departemen Agama I, Al-Qur an dan Terjemahan, (CV Diponegoro, 2005), hlm M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Propect, 2009), hlm. 6 10

5 7. eaki terhadap kegagalan, elain keberhailan, kemungkinan lain yang diperoleh iwa dalam belajar adalah kegagalan, peritiwa ini akan menimbulkan peraaan edih dan kecewa. 2. Hail belajar Hail belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, ikap-ikap, apreiai, dan keterampilan. 9 Hail belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki iwa etelah ia menerima pengalaman belajarnya. 10 Jadi hail belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki iwa etelah etelah ia menerima pengalaman belajarnya, berupa pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, ikap-ikap, apreiai dan keterampilan. Hail belajar yang dicapai haru euai dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dirumukan pada tiga tingkatan, yaitu: 11 a. Tujuan umum pendidikan, tujuan ini menentukan perlu tidaknya euatu program diadakan. b. Tujuan yang didaarkan ata tingkah laku, hal ini merupakan takonomi. Pada takonomi ini ada 3 macam tingkah laku yang dikenal umum, yaitu: kognitif, afektif, dan pikomotor. c. Tujuan yang lebih jela yang dirumukan ecara operaional. Penentu hail belajar Ilmu Pengetahuan Alam di SMP/ MT haru mengikuti Standar Kompeteni Luluan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SMP/ MT, yang meliputi 12 : a. Melakukan pengamatan dengan peralatan yang euai, melakanakan percobaan euai proedur, mencatat hail pengamatan dan pengukuran dalam tabel dan grafik yang euai, membuat keimpulan dan 9 Syaiful Bahri Djamarah dan Awan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. ineka Cipta, 2006), hlm Nana Sudjana, Penilaian Hail Proe Belajar Mengajar, (Bandung: emaja odakarya, 2009), Cet. 14, hlm Suharimi Arikunto, Daar-Daar Evaluai Pendidikan Edii evii, (Jakarta: Bumi Akara, 2007), hlm , Permendikna no24 tahun 2006 Tentang SI Dan SKL, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm

6 mengkomunikaikannya ecara lian dan tertuli euai dengan bukti yang diperoleh. b. Memahami keanekaragaman hayati, klaifikai keragamannya berdaarkan ciri-ciri, cara peletariannya, erta aling ketergantungan antar makhluk hidup di dalam ekoitem. c. Memahami item organ pada manuia dan kelangungan makhluk hidup. d. Memahami konep partikel materi, berbagai bentuk, ifat dan wujud zat, perubahan, dan kegunaannya. e. Memahami konep gaya, uaha, energi, getaran, gelombang, optik, litrik, magnet, dan penerapannya dalam kehidupan ehari-hari. f. Memahami item tata urya dan proe yang terjadi di dalamnya. Hail belajar yang berupa perubahan tingkah laku meliputi bentuk kemampuan yang menurut Takonomi Bloom dan kawan-kawannya diklaifikai dalam 3 kemampuan (domain) yaitu : ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah pikomotor (pychomotor domain). 13 Adapun Takonomi Bloom atau klaifikai terebut ebagai berikut: a. Cognitive Domain (ranah kognitif) anah kognitif berorientai pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih ederhana, yaitu mengingat, ampai pada kemampuan memecahkan maalah yang menuntut peerta didik untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagaan, metode atau proedur yang dipelajari untuk memecahkan maalah terebut. anah kognitif terdiri ata enam tingkatan dengan apek belajar yang berbeda-beda. 14 Keenam tingkatan terebut yaitu: 13 Sri Eti Wuryani D, Pikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Graindo, 2006), Cet.3, hlm Martini Yamin, Paradigma Pendidikan Kontruktivitik, (Jakarta: Gaung Perada Pre, 2008), Cet. 1, hlm

7 1) Mengingat, pada tahap ini menuntut peerta didik untuk mampu mengingat (recall) berbagai informai yang telah diterima ebelumnya, mialnya fakta, rumu, dan lain ebagianya. 2) Mengerti, pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelakan pengetahuan, informai yang telah diketahui dengan kata-kata endiri. Dalam hal ini peerta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebut kembali yang telah didengar dengan kata-kata endiri. 3) Tingkat penerapan (Application), penerapan merupakan kemampuan untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah dipelajari dalam ituai baru, erta memecahkan berbagai maalah yang timbul dalam kehidupan ehari-hari. 4) Menganalii, analii merupakan kemampuan untuk mengidentifikai, memiahkan dan membedakan komponenkomponen atau elemen uatu fakta, konep pendapat, aumi, hipotei atau keimpulan, dan memerika etiap komponen terebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiki. 5) Menilai, pada tahap ini mengharapkan peerta didik mampu membuat penilaian dan keputuan tentang nilai uatu gagaan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluai di ini lebih condong ke bentuk penilaian biaa daripada item evaluai. 6) Mencipta atau kreai, mencipta di ini diartikan ebagai kemampuan peerta didik dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unur pengetahuan yang ada ehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. b. Affective Domain (ranah afektif) Peerta didik mampu melibatkan ekprei, peraaan atau pendapat pribadi terhadap hal-hal yang relatif ederhana tetapi bukan fakta, elain itu peerta didik juga mampu memberikan repon yang 13

8 melibatkan ikap atau nilai yang telah mendalam di anubarinya. anah afektif meliputi 5 tingkatan, meliputi: 1) Penerimaan, keediaan peerta didik untuk memperhatikan rangangan atau timulu (kegiatan kela, muik, buku ajar) 2) Partiipai, aktif berpartiipai dalam uatu kegiatan. Pada tingkatan ini, peerta didik tidak hanya menghadiri uatu kegiatan, tetapi juga bereaki terhadap euatu dengan beberapa cara. 3) Penilaian/penentuan ikap, meliputi kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap euatu dan membawa diri euai dengan penilaian itu. 4) Organiai, kemampuan untuk membawa berama-ama perbedaan nilai, menyeleaikan konflik di antara nilai-nilai, dan mulai membentuk uatu item nilai yang koniten. 5) Pembentukan pola hidup, meliputi kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan ehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan dalam mengatur hidupnya dalam kurun waktu yang lama. 15 c. Pychomotor Domain (ranah pikomotorik) anah pikomotor berorientai pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinai antara yaraf dengan otot. 16 anah pikomotorik meliputi 4 kategori, meliputi: 1) Gerakan eluruh badan (gro body movemen), perilaku eeorang dalam uatu kegiatan yang memerlukan gerakan fiik ecara menyeluruh. 2) Gerakan yang terkoordinai (coordination movement), gerakan yang dihailkan dari perpaduan antara fungi alah atu atau lebih indera manuia dengan alah atu anggota badan. 15 Sri Eti Wuryani D, Pikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Graindo, 2006), Cet.3, hlm Martini Yamin, Paradigma Pendidikan Kontruktivitik, (Jakarta: Gaung Perada Pre, 2008), Cet. 1, hlm

9 3) Komunikai nonverbal (nonverbal communication), hal-hal yang berkenaan dengan komunikai yang menggunakan imbol-imbol atau iyarat, mialnya; iyarat, dengan tangan, anggukan kepala,ekprei wajah dan lain-lain. 4) Kebolehan dalam berbicara (peech behavior), hal-hal yang berhubungan dengan koordinai gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekprei muka dan kemampuan berbicara. Perubahan alah atu atau ketiga domain yang diebabkan oleh proe belajar dinamakan hail belajar. Hail belajar dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan ketiga domain terebut yang dialami peerta didik etelah menjalani proe belajar Media Pengajaran dan Alat Peraga Salah atu faktor yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hail belajar yaitu adanya dukungan media atau alat bantu mengajar. Agar peerta didik mudah mengingat, menceritakan dan melakanakan euatu (pelajaran) yang pernah diamati dan diterima di kela perlu dukungan peragaan-peragaan (media mengajar) yang konkret. Media adalah egala euatu yang berfungi ebagai perantara, arana atau alat untuk komunikai dalam proe belajar mengajar 18. Media adalah egala bentuk dan aluran yang digunakan untuk menyampaikan pean atau informai. 19 Jadi, media dapat diartikan ebagai egala euatu yang berfungi ebagai perantara, arana dan alat, yang digunakan untuk menyampaikan pean atau informai. Sedangkan pengertian alat peraga adalah alat bantu yang digunakan oleh guru dalam proe belajar mengajar agar proe belajar iwa lebih efektif dan efiien. 20 Alat peraga adalah alat bantu atau pelengkap yang hlm Aep Jihad, dkk., Evaluai Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Preindo, 2008), Cet.1, 18 A. ohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: ineka Cipta, 1995), hlm, Azhar. Aryad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. aja Grafindo Perada, 2002), hlm 20 Sudjana. N, Metoda Statitika, (Bandung: Tarito, 2000), hlm

10 digunakan guru dalam berkomunikai dengan para iwa. 21 Jadi, alat peraga adalah alat bantu yang digunakan oleh guru dalam berkomunikai pada proe belajar mengajar agar proe belajar iwa lebih efektif dan efiien. Alat peraga dibagi menjadi dua macam yaitu 22 : a. Peragaan langung, dapat dilakukan dengan memperlihatkan bendanya endiri, mengadakan percobaan-percobaan yang dapat diamati oleh peerta didik. Mialnya guru membawa alat-alat atau benda-benda ke dalam kela pengajaran dan ditunjukkan kepada peerta didik atau membawa mereka ke laboratorium, pabrik-pabrik, kebun binatang atau ebagainya. b. Peragaan tak langung dengan menunjukkan benda-benda tiruan, mialnya globe, gambar-gambar, foto-foto, film, model dan ebagainya. Berdaarkan uraian di ata dapat diimpulkan bahwa alat peraga merupakan bagian dari media. Alat peraga memiliki manfaat dalam pengajaran di antaranya ebagai berikut 23 : a. Menambah kegiatan atau aktivita belajar murid, dengan penggunaan alat peraga iwa dilibatkan ecara aktif untuk mencoba menggunakan alat peraga. b. Menyebabkan agar hail belajar lebih permanen atau mantap, penggunaan alat peraga menekankan pada pemahaman konep yang akan lebih permanen daripada hafalan-hafalan belaka. c. Membangkitkan minat perhatian (motivai) dan aktivita pada murid karena murid dilibatkan ecara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang menggunakan alat peraga. 21 ochman. Natawidjaya, alat Peraga dan Komunikai Pendidikan. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979), hlm28 22 A. ohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: rineka cipta, 1995), hlm24 23 Naution. S,didaktik aa-aa mengajar, (Jakarta: Bumi Akara, 2004) hlm

11 d. Pengajaran akan lebih menarik perhatian iwa ehingga dapat menumbuhkan motivai belajar. e. Pengajaran akan lebih jela maknanya ehingga dapat lebih dipahami iwa dan memungkinkan menguaai dan mencapai tujuan pengajaran. f. Siwa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar ebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivita lain eperti mengamati, mendemontraikan, memerankan dan lain-lain. 4. Alat Peraga Papan Optik Alat peraga Papan Optik adalah alat peraga yang dapat digunakan untuk menjelakan konep pembentukan bayangan akibat adanya pemantulan dan pembiaan cahaya. Kata papan berarti bentuk alat peraga yang berupa bidang peregi panjang. Sedangkan kata optik diperoleh karena alat peraga ini digunakan ebagai media untuk menjelakan materi optik, yaitu optik geometri. Alat peraga ini merupakan alat peraga ederhana, ukuran dari alat peraga ini 80 cm x 60 cm untuk mengajar di depan kela atau dieuaikan dengan kebutuhan. Papan optik terdiri dari dua bagian utama yaitu papan tempel yang digunakan untuk menempel benda, bayangan dan cermin edangkan bagian kedua adalah benda tempel (benda, bayangan dan cermin). Papan tempel terbuat dari terofoam yang dilapii kerta aturo pada bagian kecil dengan kala 1 cm x 1 cm hingga penuh, kotak ini kita anggap ebagai koordinat bidang optik. Kotak-kotak ini diluki menggunakan pidol dengan warna yang kontra Bila dibandingkan dengan warna kerta aturo. Adapun gambar bidang tempel adalah ebagai berikut : 17

12 BIDANG OPTIK Kerta aturo terofom Sumbu utama Gambar 2.1 Deain bindang optik (a) tampak muka (b) tampak amping Sementara itu benda tempel terbuat dari kerta aturo yang dibentuk euai dengan alinya. Paku digunakan untuk menempelkan benda tempel pada papan tempel dengan cara ditancapkan. Pada bagian ujung anak panah diberi lubang untuk mengikat benang, benang yang diikatkan ebanyak tiga uta dengan warna yang berlainan (merah, biru, dan ungu), panjang benang ini dieuaikan dengan kebutuhan. Benang ini nantinya digunakan ebagai imbol inar-inar itimewa. Adapun gambar deain (a) (b) benda tempel adalah ebagai berikut : 18

13 (a) (b) Gambar 2.2 Deain benda tempel (a) benda (b) bayangan (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 2.3. (a) Deain benda tempel cermin lengkung (b) Deain benda tempel cermin datar (c) Deain benda tempel lena cekung (d) Deain benda tempel lena cembung (e) Deain benda tempel titik foku atau titik puat kelengkungan Dengan menggunakan papan optik dapat diketahui pembentukan bayangan yang meliputi jarak, perbearan, dan ifat bayangan yang terbentuk. Apabila keadaan bayangan diketahui maka dapat mengetahui keadaan bendanya. Adapun gambar papan optik yang digunakan untuk mengetahui proe pembentukan bayangan akibat pemantulan cahaya adalah ebagai berikut: Benang merah paku C F 19

14 Benang biru Gambar imulai pembentukan bayangan Adapun langkah-langkah dalam mengoperaikan papan optik adalah ebagai berikut : a. Mencari bayangan dari benda yang terletak pada jarak tertentu di depan cermin cekung. 1) Menempelkan model cermin pada umbu utama papan tempel dengan poii embarang 2) Menempelkan titik foku (F) dan titik puat kelengkungan cermin cekung (C) di umbu utama. 3) Menempelkan model benda pada jarak yang telah ditentukan dari cermin cekung. 4) Mengarahkan benang euai dengan ifat-ifat inar itimewa (maing-maing benang menggambarkan ifat inar itimewa), adapun ifat-ifat inar itimewa adalah ebagai berikut : a) Sinar datang ejajar umbu utama, dipantulkan melalui titik foku (F) b) Sinar datang melalui titik foku (F), dipantulkan ejajar umbu utama. c) Sinar datang melalui titik puat kelengkungan cermin (C), dipantulkan kembali melalui titik terebut. 5) Menempelkan ujung bayangan pada titik perpotongan dua inar itimewa. 6) Dari keadaan bayangan terbentuk, dapat diketahui jarak, perbearan, dan ifat bayangan yang terbentuk. b. Mencari benda dari bayangan yang udah diketahui. 1) Menempelkan model cermin pada umbu utama papan tempel dengan poii embarang. 2) Menempelkan titik foku (F) dan titik puat kelengkungan cermin cekung (C) di umbu utama. 20

15 3) Menempelkan model bayangan pada jarak yang telah ditentukan dari cermin cekung. 4) Mengarahkan benang euai dengan ifat-ifat inar itimewa (maing-maing benang menggambarkan ifat inar itimewa), adapun ifat-ifat inar itimewa adalah ebagai berikut: a) Sinar datang ejajar umbu utama, dipantulkan melalui titik foku (F). b) Sinar datang melalui titik foku (F), dipantulkan ejajar umbu utama. c) Sinar datang melalui titik puat kelengkungan cermin (C), dipantulkan kembali melalui titik terebut. 5) Menempelkan ujung benda pada titik ujung perpotongan dua inar itimewa. 6) Dari keadaan benda yang terbentuk, dapat diketahui jarak, perbearan dan ifat benda yang membentuk bayangan. 5. Teori Pemantulan Cahaya a. Sifat-ifat cahaya Pada tingkat yang dapat diamati, cahaya menunjukkan dua perilaku yang tampaknya berlawanan, yang digambarkan ecara kaar melalui model-model gelombang dan partikel. 24 Sejak abad 17 orang percaya bahwa cahaya merupakan aru korpukel-korpukel yang memancar berupa gari luru yang diebut ebagai inar. Sinar dapat teru menembu benda-benda bening dan dapat pula dipantulkan kembali. 25 Selain itu cahaya juga mempunyai ifat yang berkaitan dengan partikel, karena energinya tidak diebarkan merata pada muka gelombang, melainkan dilepakan dalam bentuk buntelan-buntelan eperti partikel, ebuah buntelan dikrit (kuantum) energi 24 Frederick J. Bueche, Eugene Hecht, Fiika Univerita Edii Keepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm Hedi Supramono, dkk., Common Text Book (Edii evii) Fíika Daar II, (Malang: JICA-Univerita Negeri Malang (UM), 2003), hlm

16 elektromagnet ini dikenal ebagai ebuah foton. 26 Oleh karena itu para ilmuan yang mempelajari hail ekperimen-ekperimen mereka, dapat menarik keimpulan bahwa cahaya mempunyai ifat dua-litik (kembar), yaitu teori korpukel dan teori gelombang cahaya. Cahaya merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang memiliki ifat merambat luru, oleh karena itu cahaya terebut apabila mengenai permukaan benda yang tidak tembu cahaya akan membentuk bayang-bayang. Menurut jeninya bayan-bayang ada dua, yaitu: 1) Bayang-bayang gelap (umbra) atau bayangan inti Umbra merupakan bayang-bayang yang terletak di belakang benda tidak tembu cahaya. Bayang-bayang inti terbentuk karena inar yang beraal dari umber cahaya yang kecil terhalang oleh benda gelap yang tidak tembu cahaya. 2) Bayang-bayang kabur (penumbra) Penumbra merupakan bayang-bayang yang terletak di belakang benda yang tidak tembu cahaya yang maih dilalui edikit cahaya. Penumbra terjadi jika inar beraal dari umber cahaya yang lebih bear. Cahaya ebagai gelombang elektromagnetik elain memiliki ifat merambat luru, juga memiliki ifat-ifat gelombang lainnya eperti: 1) Cahaya dapat dipantulkan (refleki). 2) Cahaya dapat dibiakan (refraki). 3) Cahaya dapat dilenturkan (difraki). 4) Cahaya dapat diuraikan (diperi). 5) Cahaya dapat digabungkan (interfereni). 6) Cahaya dapat dikutubkan (polariai). b. Pemantulan Cahaya hlm Kenneth Krane, Fiika Modern, (Jakarta: Univerita Indoneia (UI Pre), 1992), 22

17 Ketika mata gelap, maka mata kita tidak bia melihat benda yang berada dalam ruangan. Tetapi ketika lampu dinyalakan maka mata kita dapat melihat benda yang berada dalam ruangan. Mata kita dapat melihat benda karena ebagian dari berka cahaya yang jatuh ke benda dipantulkan mauk ke mata kita. Sebaliknya apabila dalam uatu ruangan tidak ada cahaya ehingga tidak ada pantulan yang mengenai mata maka ruangan akan tampak gelap. Dalam peritiwa pemantulan cahaya berlaku hukum Snelliu tentang pemantulan cahaya. 1) Sinar datang, gari normal dan gari pantul terletak pada atu titik bidang datar. 2) Sudut datang ama dengan udut pantul N i r Gambar 2.5 Pemantulan Cahaya Berdaarkan arah inar pantulnya, maka pemantulan cahaya dapat dibagi menjadi dua jeni: 1) Pemantulan cahaya teratur Yaitu pemantulan cahaya yang mempunyai arah-arah teratur. N N N Gambar 2.6 Pemantulan teratur 2) Pemantulan cahaya difu (baur) 23

18 Berka inar ejajar yang dijatuhkan kepada permukaan kaar maka akan dipantulkan dengan arah tak menentu. Pada permukaan kaar juga berlaku hukumsnelliu. Gambar 2.7 Pemantulan Baur Menurut ifat-ifatnya ada dua jeni bayangan, yaitu: 1) Bayangan nyata adalah bayangan yang terjadi akibat perpotongan inar-inar pantulnya (bayangan dapat ditangkap oleh layar). 2) Bayangan maya adalah bayangan yang terjadi akibat perpotongan perpanjangan inar-inar pantulnya (bayangan tidak ditangkap layar). c. Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar Cermin datar adalah ebuah cermin yang permukaan pantulnya berupa ebuah bidang datar. Sifat-ifat bayangan pada cermin datar adalah ebagai berikut: 1) Jarak bayangan ke cermin ama dengan jarak benda ke cermin. 2) Tinggi bayangan yang terbentuk ama dengan tinggi benda. 3) Bayangan berifat maya, karena dibelakang cermin yang terbentuk oleh perpanjangan perpotongan inar pantul. Contoh: θ θ A S S A θ θ 24

19 Gambar 2.8 Pembentukan bayangan pada cermin datar h h θ θ Gambar 2.9 Pembentukan bayangan pada cermin datar d. Pemantulan Cahaya pada Cermin Lengkung Cermin yang permukaan pantulnya merupakan ebuah kelengkungan feri, dapat berupa permukaan cekung ataupun permukaan cembung. 1) Cermin Cekung Cermin cekung adalah cermin yang memiliki permukaan dengan bentuk melengkung di mana permukaan bagian dalamnya dapat memantulkan cahaya. Ada tiga ifat inar utama untuk menentukan letak bayangan pada cermin cekung yaitu: a) Sinar datang ejajar umbu utama dipantulkan melalui titik foku cermin Gambar 2.10 Sinar itimewa pada cermin cekung b) Sinar datang melalui titik foku dipantulkan ejajar dengan umbu utama 25

20 Gambar 2.11 Sinar itimewa pada cermin cekung c) Sinar datang melalui titik puat kelengkungan cermin akan dipantulkan kembali melalui titik puat kelengkungan cermin Gambar 2.12 Sinar itimewa pada cermin cekung Contoh pembentukan bayangan cermin cekung P F Gambar 2.13 Pembentukan bayangan oleh cermin cekung 2) Cermin Cembung Cermin cembung adalah cermin yang memiliki permukaan dengan bentuk melengkung dimana permukaan bagian luarnya dapat memantulkan cahaya. Ada ifat utama untuk menentukan letak bayangan pada cermin cembung yaitu: a) Sinar datang ejajar umbu utama dipantulkan eolah-olah beraal dari titik foku 26

21 Gambar 2.14 Sinar itimewa pada cermin cembung b) Sinar yang menuju titik foku dipantulkan ejajar dengan umbu utama Gambar 2.15 Sinar itimewa pada cermin cembung c) Sinar yang menuju titik puat kelengkungan cermin dipantulkan eolah-olah beraal dari titik puat juga Gambar 2.16 Sinar itimewa pada cermin cembung Contoh pembentukan bayangan pada cermin cembung F P Gambar 2.17 pembentukan bayangan pada cermin cembung Dalam menggambarkan bentuk bayangan dari cermin cembung ini cukup dipergunakan dua buah inar itimewa eperti 27

22 pada gambar Dari pemantulan inar itimewa dapat diketahui bahwa cermin cembung mempunyai ifat-ifat: a) Menyebarkan berka inar yang diebut berka inar divergen. b) Bayangan yang dibentuk elalu di belakang cermin yaitu yang terbentuk dari perpotongan perpanjangan inar pantul, ini menghailkan bayangan maya. c) Selain bayangan maya, bayangan elalu diperkecil. Pembagian ruangan tempat benda dan bayangan III II I IV P F Gambar 2.18 Pembentukan bayangan pada cermin Keterangan gambar 2.18 I : ruang antara cermin dengan titik foku II : ruang antara titik puat dengan titik foku III : ruang antara titik puat ampai jauh tak terhingga IV : ruang di belakang cermin Pembagian ruang ini untuk memudahkan menentukan tempat bayangan dan ifat-ifat bayangan dari bendanya. Ketentuannya: Jumlah ruang benda + ruang bayangan V (lima) Mialkan: benda berada di ruang I maka bayangan di ruang IV, ehingga jumlah kedua ruang V. 3) Sifat Bayangan Maing-Maing Benda a) Benda di ruang I (1) Bayangan di ruang IV (belakang cermin) (2) Bayangan berifat maya (3) Bayangan akan diperbear (4) Bayangan tegak 28

23 θ b) Benda di ruang II (1) Bayangan di ruang III (di depan cermin) (2) Bayangan berifat maya (3) Bayangan akan diperbear (4) Bayangan terbalik c) Benda di ruang III (1) Bayangan di ruang II (di depan cermin) (2) Bayangan akan berifat nyata (3) Bayangan akan diperkecil (4) Bayangan terbalik Ketentuan lain: a) Apabila benda berada di titik P, yaitu titik puat kelengkungan, bayangan juga di titik P, terbalik dan ama bear b) Apabila berada pada titik F, yaitu titik foku cermin, maka bayangan berada jauh tak terhingga. c) Sebaliknya apabila benda berada di jauh tak terhingga, maka bayangan akan berada di titik foku (F) 4) Perumuan pada Cermin Cembung dan Cekung D h α B 1 α D 1 P h B θ θ O Gambar 2.19 Diagram inar pada cermin cekung dengan DD 1 terletak Perbearan bayangan di depan P 29

24 Perbearan linier bayangan adalah perbandingan antara panjang bayangan dengan panjang benda. Pada egitiga O D 1 D DD 1 h tanθ (2.1) OD 1 Pada egitiga iku-iku O B 1 B BB tanθ OB (2.2) 1 1 h B B 1 OH (berharga negatif karena bayangannya yang terbentuk terbalik) ua kiri peramaan (2.1) ama dengan rua kiri peramaan (2.2), ehingga: h h h h Sehingga rumu perbearan bayangannya adalah h M (2.3) h Catatan: Bila perbearan M pertanda negatif (-) maka bayangannnya adalah terbalik terhadap bendanya. Bila perbearan M pertanda poitif (+) maka bayangannya adalah tegak terhadap bendanya. Hubungan antara jarak benda () jarak bayangan ( ) dan panjang foku (f) Pada egitiga iku-iku O D 1 D DD1 h tanα (2.4) PD 1 Pada egitiga iku-iku P B 1 B BB1 H tanα (2.5) PB 1 30

25 31 Bear tg α pada peramaan (2.5) ama dengan tg α pada peramaan (2.4) Sehingga: h h h h Dari peramaan (2.3) h h, ehingga 2 2 dengan ) (dibagi 2 ) ( ) ( ( ) (2.7) ditulikan dapat juga peramaan (2.6) maka 2f, Karena (2.6) dengan dibagi 2 f f Keterangan: F foku M pembearan jari-jari h tinggi benda S jarak bayangan h tinggi bayangan

26 S jarak benda C. Hipotei Penelitian Hipotei tindakan pada penelitian ini adalah penggunaan alat peraga papan optik dapat meningkatkan hail belajar fiika peerta didik kela VIIIA SMP Akhabul Kahfi Semarang pada materi pokok pemantulan cahaya tahun 2010/

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah iwa kela XI IPA emeter genap SMA Negeri 0 Bandar Lampung tahun pelajaran 04/05 yang berjumlah 5 iwa. Kemampuan

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Menurut Sugiyono, metode penelitian pendidikan dapat diartikan ebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan

Lebih terperinci

Cahaya tampak adalah bagian spektrum yang mempunyai panjang gelombang antara lebih kurang 400 nanometer (nm) dan 800 nm (dalam udara).

Cahaya tampak adalah bagian spektrum yang mempunyai panjang gelombang antara lebih kurang 400 nanometer (nm) dan 800 nm (dalam udara). CAHAYA Ada teori Partikel oleh Iaac Newton (1642-1727) dalam Hypothei of Light pada 1675 bahwa cahaya terdiri dari partikel halu (corpucle) yang memancar ke emua arah dari umbernya. Teori Gelombang oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafiran

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI Arief Aulia Rahman 1 Atria Yunita 2 1 STKIP Bina Banga Meulaboh, Jl. Naional

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian adalah alah atu media yang digunakan dalam menuli dengan proedur yang telah ditentukan. Penelitian pada hakekatnya adalah uatu upaya dan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro 3 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela X SMA Negeri Metro Tahun Pelajaran 03-04 yang berjumlah 56 iwa. Siwa terebut merupakan atu keatuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dimana penelitian langung langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah, siswa kelas X semester genap, sebanyak

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah, siswa kelas X semester genap, sebanyak III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah, iwa kela X emeter genap, ebanyak enam kela di SMA Taman Siwa Bandar Lampung tahun pelajaran 010-011. Teknik ampling yang

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

Oleh: Siswanto SMP Negeri 1 Pogalan, Trenggalek

Oleh: Siswanto SMP Negeri 1 Pogalan, Trenggalek JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016 181 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI IPS TENTANG KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA DI KELAS VII-A SMP NEGERI 1

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED 54 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED Abil Manyur Abtrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Penerapan Strategi Belajar Analogi

Penerapan Strategi Belajar Analogi PENERAPAN STRATEGI BELAJAR ANALOGI DALAM MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA STANDAR KOMPETENSI MENERAPKAN DASAR-DASAR TEKNIK DIGITAL DI SMK NEGERI 5 SURABAYA Ibnu Hajar Program Studi S Pend. Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Pengaruh Metode Pembelajaran Tanya Jawab Probing-Prompting

Pengaruh Metode Pembelajaran Tanya Jawab Probing-Prompting Pengaruh Metode Pembelajaran Tanya Jawab Probing-Prompting PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TANYA JAWAB PROBING-PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Terhadap Model Pembelajaran Active Learning

Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Terhadap Model Pembelajaran Active Learning Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran Berbai Komputer Terhadap Model Pembelajaran Active Learning Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran Berbai Komputer Terhadap Model Pembelajaran Active Learning Pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada 0 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA Perada Bandar Lampung tahun ajaran 0/0 yang berjumlah 07 iwa dan terebar dalam 3 kela.

Lebih terperinci

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi Bola Nirgeekan: Analii Hukum Keletarian Pua pada Peritiwa Tumbukan Dua Dimeni Akhmad Yuuf 1,a), Toni Ku Indratno 2,b) 1,2 Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sain, Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

ALAT-ALAT OPTIK 1 ALAT ALAT OPTIK. Kegunaan dari peralatan optik adalah untuk memperoleh penglihatan lebih baik,

ALAT-ALAT OPTIK 1 ALAT ALAT OPTIK. Kegunaan dari peralatan optik adalah untuk memperoleh penglihatan lebih baik, ALAT ALAT OPTIK. 8.4.1 MATA DAN KACA MATA. M A T A Kegunaan dari peralatan optik adalah untuk memperoleh penglihatan lebih baik, karena mata dapat dipandang ebagai alat optik maka pembahaan kita tentang

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Penerapan Model Pembelajaran Dicovery Learning PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TAV PADA STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN INSTALASI SOUND SYSTEM DI SMK NEGERI

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 03 Tahun 2014, ISSN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 03 Tahun 2014, ISSN: PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS KELAS X MAN MOJOKERTO Lia Ni matul Maula, Alimufi Arief Juruan Fiika,

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 791-800 Online di: http://ejournal-1.undip.ac.id/index.php/gauian ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN. i SAMPUL DALAM... ii PRASYARAT GELAR. iii LEMBAR PERSETUJUAN.. iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI.. v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN. ix

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

OPTIKA GEOMETRI. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama

OPTIKA GEOMETRI. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama OPTIKA GEOMETI Ole : Sabar Nuroman,M.Pd Ke Menu Utama Beberapa Pengertian Daar Benda (Objek) : Segala euatu darimana inar caaya diradiaikan, Bayangan maya : Terjadi apabila bayangan terbentuk ole inar-inar

Lebih terperinci

ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 ISSN 5-9063 Volume 5, Nomor, Tahun 06 PENGARUH E-MODUL BERBASIS SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA PADA MATA PELAJARAN ANIMASI 3 DIMENSI (STUDI KASUS : KELAS XI MULTIMEDIA SMK NEGERI 3

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak

Lebih terperinci

Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Fisika

Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Fisika PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN OPTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS VIII A SMP ASKHABUL KAHFI SEMARANG PADA MATERI POKOK PEMANTULAN CAHAYA TAHUN AJARAN 2010/2011 Skripsi Diajukan

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB XVI ALAT-ALAT OPTIK

BAB XVI ALAT-ALAT OPTIK 258 BAB XVI ALAT-ALAT OPTIK. Apa yang dimakud dengan alat-alat optik? 2. Mengapa mata ebagai alah atu alat optik? 3. Bagaimana pembentukan bayangan pada mata? 4. Bagaimana cara menolong cacat optik mata?

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA TESIS Diajukan guna melengkapi tuga akhir dan memenuhi alah atu yarat untuk menyeleaikan Program Studi Magiter Matematika dan mencapai gelar Magiter Sain oleh DWI CANDRA VITALOKA

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANIMENGGUNAKAN PERMAINAN BERANGKAIEMPAT POSSISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 14 INDRALAYA

UPAYA MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANIMENGGUNAKAN PERMAINAN BERANGKAIEMPAT POSSISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 14 INDRALAYA UPAYA MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANIMENGGUNAKAN PERMAINAN BERANGKAIEMPAT POSSISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 4 INDRALAYA Rukmini, Mutia Mawardah 2, Martinu 3 Doen Univerita Bina Darma 2, Mahaiwa Univerita

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Vii V ii Dina Pendidikan Kabupaten Way Kanan tidak lepa dari vii Pemerintah Kabupaten Way Kanan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT UJIAN SEKOLAH Mata Pelajaran : Matematika. Hari tanggal : JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI DENGAN MENYILANG JAWABAN YANG PALING BENAR!

SOAL TRY OUT UJIAN SEKOLAH Mata Pelajaran : Matematika. Hari tanggal : JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI DENGAN MENYILANG JAWABAN YANG PALING BENAR! SOAL TRY OUT UJIAN SEKOLAH Mata Pelajaran : Matematika Waktu : 10 menit Hari tanggal : JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI DENGAN MENYILANG JAWABAN YANG PALING BENAR! 1. 343 + 17 5 18 = n Nilai n adalah...

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sektor yang sangat menentukan kualitas hidup suatu bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan pendidikan juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena ingin mengetahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena ingin mengetahui 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena ingin mengetahui perbedaan hail belajar matematika iwa menggunakan trategi team teaching dan trategi

Lebih terperinci

Lampiran B.2. Dimensi Kompetensi Kuantitatif. Komponen Literasi Kuantitatif

Lampiran B.2. Dimensi Kompetensi Kuantitatif. Komponen Literasi Kuantitatif No. Indikator Butir Soal 1. Siwa mampu menetukan bentuk penyajian data Tabel berikut untuk menjawab oal 6-7. Hail penelitian faktor klimatik dan edafik uatu ekoitem adalah ebagai berikut : Tabel 2. Hail

Lebih terperinci

Metode Group Investigation Dengan Strategi Belajar Strategi Organisasi

Metode Group Investigation Dengan Strategi Belajar Strategi Organisasi Metode Group Invetigation Dengan Strategi Belajar Strategi Organiai PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN METODE GROUP INVESTIGATION DENGAN STRATEGI BELAJAR STRATEGI ORGANISASI PADA STANDAR KOMPETENSI MEMPERBAIKI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoriti 2.1.1 Bura Efek Menurut J.Bogen bura efek adalah uatu item yang terorganiir dengan mekanime remi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek ecara langung

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN BAB II IMPEDANI UJA MENAA DAN PEMBUMIAN II. Umum Pada aluran tranmii, kawat-kawat penghantar ditopang oleh menara yang bentuknya dieuaikan dengan konfigurai aluran tranmii terebut. Jeni-jeni bangunan penopang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kedondong

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kedondong III. METODE PENELITIAN A. Populai Penelitian Populai penelitian ini, yaitu eluruh ia kela X SMA Negeri Kedondong pada emeter genap Tahun Pelajaran 0/03 yang terdiri ata 7 kela berjumlah 4 ia. B. Sampel

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Persero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG

PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Persero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Perero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG Heri Purwanto, M.M., M.T 1, Intan Nurlaily, Amd 2 1 Program Studi Manajemen Informatika, STMIK LPKIA

Lebih terperinci

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI TOPIK: ENERGI DN TRNSFER ENERGI SOL-SOL KONSEP: 1 Ketika ebuah partikel berotai (berputar terhadap uatu umbu putar tertentu) dalam uatu lingkaran, ebuah gaya bekerja padanya mengarah menuju puat rotai.

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul.

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul. BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Peruahaan CV Innovation Network berdiri pada tahun 2006 di Jakarta. Peruahaan ini pada awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s ssssssssssssssssssssssssssssssssssss

s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s ssssssssssssssssssssssssssssssssssss Yuuf al-uqari Cara Efektif Membebakan Diri dari Lupa & Lemah Ingatam Judul Ali : Kayfa Tatakhallah Min Al-Niyan Wa Dha f Al-Dzakirah Penuli : Yuuf al-uqari Penerbit : Darul Lathif lin Nayr wat Tazwi, Kairo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah kondii alami dengan kepadatan rendah hingga edang cenderung mengalami deformai yang bear bila dilintai beban berulang kendaraan. Untuk itu, dibutuhkan uatu truktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUANN PRINSIP PERANCANGAN MUSEUM

BAB II TINJAUANN PRINSIP PERANCANGAN MUSEUM BAB II TINJAUANN PRINSIP PERANCANGAN MUSEUM 2.1. Pengertian Mueum Kata mueum beraal dari bahaa Yunani Mueion yang berarti tempat memuja (kuil) bagi para mue (9 dewi yang dijadikan lambing ebagai ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita

Lebih terperinci

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

Modul 3 Akuisisi data gravitasi Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,

Lebih terperinci

Oleh: Anjariyah SD Negeri 2 Baruharjo, Durenan, Trenggalek

Oleh: Anjariyah SD Negeri 2 Baruharjo, Durenan, Trenggalek 146 Anjariyah, Melalui Model Belajar Kooperatif Tipe Jigaw... MELALUI MODEL BELAJAR KOOPERATIF TIPE JIGSAW MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SIFAT JAIZ ALLAH SWT DI KELAS IV SD

Lebih terperinci

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI FSKA KELAS X A - KURKULUM GABUNGAN 0 Sei NGAN GELOMBANG BUNY Bunyi merupakan gelombang longitudinal (arah rambatan dan arah getarannya ejajar) yang merambat melalui medium erta ditimbulkan oleh umber bunyi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI Mahyunir SMP Negeri Kota Bengkulu e-mail: mahyunir@gmail.com Abtract: The objective of thi reearch i to find out

Lebih terperinci

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PENGORGANISASIAN ELABORASI DAN GAYA KOGNITIF SPASIAL MAHASISWA TERHADAP HASIL BELAJAR GAMBAR MESIN

PENGARUH STRATEGI PENGORGANISASIAN ELABORASI DAN GAYA KOGNITIF SPASIAL MAHASISWA TERHADAP HASIL BELAJAR GAMBAR MESIN Pengaruh Strategi Pengorganiaian (Aan Ardian, Zainur Rofiq) 17 PENGARUH STRATEGI PENGORGANISASIAN ELABORASI DAN GAYA KOGNITIF SPASIAL MAHASISWA TERHADAP HASIL BELAJAR GAMBAR MESIN Aan Ardian 1, Zainur

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VII SMP NEGERI SAKRA

PENERAPAN PEMBELAJARAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VII SMP NEGERI SAKRA Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univerita Sebela Maret Surakarta PENERAPAN PEMBELAJARAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VII SMP NEGERI SAKRA KANZUL

Lebih terperinci

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN LKTROMAGNTIKA I Modul 7 GLOMBANG DATAR PADA BAAN 1 LKTROMAGNTIKA I Materi : 7.1 Pendahuluan 7. Review Gel Datar Serbaama di udara 7.3 Gelombang Datar Serbaama di dielektrik 7.4 Gelombang Datar Serbaama

Lebih terperinci