Korelasi Genetik Antara Bobot Sapih dengan Bobot Satu Tahun dan Laju Pertumbuhan Pasca Sapih Sapi Brahman Cross

Transkripsi

1 Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 009, Vol. XII No. 4 Korelai Genetik Antara Bobot Sapih dengan Bobot Satu Tahun dan Laju Pertumbuhan Paca Guhairiyanto dan Depion 1 Intiari Peningkatan produki daging udah haru dilakukan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yang permintaannya teru meningkat, penelitian ini bertujuan melihat kemungkinan mempercepat aat pelakanaan eleki yang berkenaan dengan produki daging yaitu aat api diapih dalam rangka meningkatkan repo eleki. Penelitian ini menghimpun data mencakup bobot lahir, bobot apih, bobot atu tahun dan laju pertumbuhan paca apih erta mengidentifikai ililah etiap api yang menjadi objek penelitian. Penelitian dilakukan dengan menganalii data untuk memperoleh nilai heritabilita bobot apih, bobot atu tahun dan laju pertumbuhan paca apih erta nilai korelai genetik antara bobot api dengan bobot atu tahun dan laju pertumbuhan paca apih. Hail penelitian menunjukkan nilai heritabilita bobot apih, bobot atu tahun dan laju pertumbuhan paca apih termauk katagori tinggi, maing-maing adalah 0,6 ± 0,40; 1,05 ± 0,59 dan 1,5 ± 0,63. Nilai korelai genetik antara bobot apih dengan bobot atu tahun dan laju pertumbuhan paca apih adalah poitif dan termauk katagori tinggi, maing-maing adalah 0,51 dan 0,55. Ini berarti eleki peningkatan pada bobot apih akan diikuti juga oleh peningkatan bobot atu tahun dan laju pertumbuhan paca apih, eleki pada bobot apih akan mempercepat pelakanaan eleki terhadap parameter yang berkaitan dengan produki daging, ehingga dapat meningkatkan repon eleki pertahun. Kata Kunci : Brahman Cro, Bobot, Laju Pertumbuhan, Korelai Genetik Genetic Correlation Between Weight and Weight one Year Pot-Weaning Growth Rate of Brahman Cro Cattle Abtract Increaed production of meat ha to be done to meet the need of the animal protein demand continue to increae, thi tudy aim to look at the poibility of accelerating the implementation of election with repect to the production of meat that i when the cow weaned in order to improve repo election. Thi tudy collected data include birth weight, weaning weight, weight of one year and potweaning growth rate and identify the lineage of every cow that became the object of reearch. The tudy wa conducted by analyzing the data to obtain heritability value weaning weight, weight of one year and pot-weaning growth rate and the value of genetic correlation between cow weight and weight one year pot-weaning growth rate. The reult howed heritability value weaning weight, weight of one year and pot-weaning growth rate include high category, repectively were 0.6 ± 0.40, 1.05 ± 0.59 and 1.5 ± The value of genetic correlation between weaning weight and weight one year pot-weaning growth rate wa poitive and included high category, each i 0.51 and Thi mean that election on weaning weight increae 1 Staf Pengajar Fakulta Peternakan Univerita Jambi, Jambi 171

2 Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 009, Vol. XII No. 4 will be followed alo by the increaing weight of one year and pot-weaning growth rate, election on weaning weight will accelerate the implementation of election of the parameter related to meat production, o a to increae the election repone per year. Key Word : Brahman Cro, Body weight, Growth Rate, Genetic Correlation Pendahuluan Pemerintah telah mencanangkan kebijakanaan kecukupkan daging pada tahun 01 yang merupakan alah atu dari komodita trategi diamping padi, jagung, kedelai dan gula. Pada tahun terebut diharapkan Indoneia telah mampu memenuhi kebutuhan daging untuk mayarakatnya dan tidak ada lagi import api dan hail ampingannya. Di ii lain kebutuhan api dalam negeri aat ini mencapai atu juta ekor/tahun tetapi kemampuan dalam negeri endiri hanya mampu memaok etengahnya, bahkan ejalan dengan perkembangan penduduk dan ekonomi, pada tahun 00 diperkirakan permintaan daging akan meningkat 3 kali dari kondii ekarang. Dalam rangka uaha peningkatan produki api, khuunya untuk mencapai waembada daging tahun 01, olui yang dilakukan adalah meningkatkan populai dan kwalita api-api yang dipelihara. Untuk mencapai tujuan terebut alah atu cara adalah mendatangkan api-api unggul yang memiliki produktivita yang beraal dari luar negeri. Selanjutnya untuk populai api yang ada dilakukan penelekian dengan menguahakan peningkatkan repon etinggi mungkin pada aat penelekian, terutama terhadap bobot badan dan terhadap kemampuan api untuk tumbuh. Dengan dapat ditingkatkannya repon dalam penelekian ifat-ifat yang berkaitan dengan produki daging, maka bobot aat pemotongan ternak akan dicapai lebih cepat atau bobot potongnya pada umur tertentu akan lebih tinggi, ini berarti produki daging akan meningkat. Untuk mencapai peningkatan repon eleki alah atu caranya adalah melakukan eleki edini mungkin, ehingga interval generai lebih pendek, ini berarti penelekian diumur lebih muda akan memperpendek interval generai. Oleh karena itu perlu dicarikan uatu ifat untuk dieleki yang menggambarkan kemampuan produki daging dan dapat diukur edini mungkin erta yang paling akurat. Penentuan ifat yang dieleki ini dapat dilakukan bila telah diketahuinya bear nilai korelai genetik ifat rerebut dengan ifat lain yang menggambarkan kemampuan produki daging. Korelai genetik dapat terjadi karena ekprei dua ifat atau lebih yang diebabkan oleh gen yang ama. Hal ini dikenal ebagai gen pleiotropik. Gen yang ama akan berekprei pada waktu yang berbeda. Selain karena gen pleiotropik, korelai dapat pula diebabkan adanya linkage gen yaitu gen yang terpaut dalam kromoom tertentu atau gen berangkai yang dapat mengakibatkan korelai genetik yang nyata. Karena itu penelitian untuk mengetahui nilai korelai genetik antara bobot apih dengan bobot atu tahun dan dengan kemampuan untuk tumbuh etelah apih perlu dilakukan agar diketahui apakah aat (uia) apih dapat dijadikan kreteria penelekian yang paling baik. Materi dan Metode Penelitian ini akan dilakanakan di BPTU-Sembawa. Materi penelitian adalah turunan (F1) api Brahman Cro hail perkawinan dengancara ineminai 17

3 Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 009, Vol. XII No. 4 buatan (IB). Penelitian dilakukan dengan pengamatan langung yang dikontrol ecara berkala etiap bulan. Teknik pengambilan ampel dilakukan ecara enu. Data yang dihimpun adalah berat lahir, berat apih, berat atu tahun, nama atau kode pejantan dan anak, kode bagetraw, tanggal lahir dan ililah ternak. Sebelum dilakukan analii tatitika data berat apih dan berat atu tahun yang diperoleh dikoreki terlebih dahulu. Data berat apih yang diperoleh dilapangan ditandardiai pada umur 05 hari Koreki jeni kelamin dilakukan dengan cara mengubah data berat pedet betina menjadi etara berat pedet jantan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan elektronik milik BPTU- Sembawa untuk menimbang berat lahir, berat apih dan berat atu tahun. Pendugaan nilai heritabilita menggunakan metode korelai audara tiri ebapak (Paternal Halfib Correlation), menurut petunjuk Becker (1975). Analii ini menggunakan analii varian pola klaifikai atu arah, dimana model matematikanya adalah ebagai berikut : Y ik = µ + α i + ε ik Keterangan : Y ik= Hail pengamatan pada individu Ke-k anak pejantan ke-i. µ = Rataan populai α i = Pengaruh pejantan ke-i ε ik = Pengaruh lingkungan yang tidak terkontrol individu anak ke-k anak pejantan ke-i Korelai dalam kela, yaitu uatu ukuran kemiripan antar audara tiri, dapat ditentukan ebagai berikut: σ t = = korelai dalam σ + σw kela ebapak Nilai heritabilita ama dengan 4 t atau dalam bentuk komponen ragam eperti tertera berikut ini : Heritabilita (h Gb(h ) 4 ) = (1 t) k(k σ 4σσ + σw = [1 + (k 1)t] - 1)(S - 1) Koefiien jumlah anak per pejantan ( k) = 1 ni k = (n ) S-1 n Keterangan : n i = Jumlah anak pejantan ke-i S = Jumlah pejantan n = Jumlah anak keeluruhan Pendugaan korelai genetik bobot apih dengan bobot atu tahun, erta korelai genetik bobot apih dengan laju pertumbuhan paca apih hail perkawinan Induk api Brahman Cro dengan beberapa pejantan Brahman menggunakan analii ragam dan peragam audara tiri ebapak dengan analia varian pola klaifikai atu arah menurut Becker (1975). Model analii genetik : Cov S = ¼ Cov A Cov A = 4 Cov S σ S = Cov HS = ¼ σa ehingga : rg = 4σ 4Cov. (1) (1) 4σ () 173

4 Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 009, Vol. XII No. 4 Korelai genetik (rg) = rg Cov. (1) Cov. = korelai genetik = peragaman genetik ifat pertama dengan ifat kedua σ (1) = ragam genetik ifat pertama σ () = ragam genetik ifat kedua Galat Baku Korelai Genetik = Var rg σ (1) (1) σ () Hail dan Pembahaan Bobot Badan Dari hail pengumpulan dan perhitungan data rata-rata bobot apih dan bobot atu tahun pada anak-anak api Brahman Cro dari beberapa pejantan yang ada dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Rata-rata Bobot Sapih Dan Bobot Satu Tahun Sapi Keturunan Beberapa Pejantan di BPT Sembawa, Palembang. Nama Pejantan Bobot Sapih (05 hari) keturunan (kg) Bobot Satu Tahun Keturunan (kg) Bonar 1,03 146,70 Carlo 114,74 148,5 Owen 109,03 111,36 PA 99,19 14,31 Saddam 98,95 13,65 USA 140,1 171,98 Dilihat dari bobot atu tahun ternyata pejantan USA memberikan keturunan dengan bobot apih dan bobot atu tahun yang paling tinggi. Sedangkan pejantan Saddam mekipun memberikan keturunan dengan bobot apih yang paling rendah tetapi etelah umur atu tahun memiliki bobot badan lebih tinggi dari keturunan pejantan Owen dan PA, hal ini diebabkan oleh adanya interaki genotip lingkungan. Seperti yang dinyatakan oleh Warwick, dkk (1995) bahwa banga yang berbeda atau individu dalam atu banga yang hidup dan terpiah dalam jangka waktu yang lama akan memiliki uunan genotip yang berbeda ehingga apabila mereka hidup dalam lingkungan yang ama akan melakukan penyeuaian terhadap lingkungan yang baru yang ditunjukkan dengan adanya interaki genotip lingkungan. Diini terlihat anak-anak pejantan Owen memiliki mutu genetik bobot badan lebih baik dari Saddam, namun kurang dapat beradaptai dengan kondii lingkungan daerah pemeliharaan, ehingga pertumbuhannya etelah apih terhambat. Heritabilita (h ) Nilai heritabilita hail pengamatan terhadap bobot apih, bobot atu tahun dan laju pertumbuhan lepa apih maing-maing ecara berurutan adalah : 0,6 ± 0,40; 1,05 ± 0,59 dan 1,5 ± 0,63. Nilai heritabilita bobot badan atu tahun dan laju pertumbuhan lepa apih mempunyai nilai yang lebih dari atu mekipun ecara teoriti nilai heritabilita tidak lebih dari atu, Hal ini dapat diebabkan oleh alah atunya adalah jumlah ampel yang diamati kurang bear. Tingginya nilai heritabilita menunjukkan bearnya keragaman genetik yang menyebabkan keragaman bobot keturunan antar pejantan. Dari hail pendugaan nilai heritabilita pada api Brahman Cro ternyata eluruh variabel nilai heritabilitanya tergolong tinggi ehingga 174

5 Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 009, Vol. XII No. 4 efektif digunakan untuk eleki, namun nilai heritabilita yang lebih tinggi menunjukkan paling efektif dengan repon eleki yang lebih bear pula (Dalton, 1980). Nilai heritabilita bobot apih tidak jauh berbeda dengan hail penelitian Hatuti (006) pada api Bali yang menunjukkan nilai heritabilita bobot apih yang termauk kategori tinggi yaitu 0,57. Korelai Genetik Korelai genetik antara bobot apih dengan bobot atu tahun adalah 0,51 dan antara bobot apih dengan laju pertumbuhan lepa apih adalah 0,55. Korelai genetik ini termauk katagori tinggi dengan nilai poitif. Laley (1978) menyatakan bahwa korelai yang memiliki nilai poitif angat berguna dalam program perbaikan genetik melalui eleki, dengan peningkatan produki atu ifat melalui eleki akan meningkatkan ifat lain yang berkorelai. Hal ini berarti bahwa eleki pada bobot apih akan memberikan repon eleki yang ejalan pada bobot atu tahun dan laju pertumbuhan lepa apih, atau dengan kata lain peningkatan bobot apih akan diikuti oleh peningkatan bobot atu tahun dan juga laju pertumbuhan paca apih. Ini berarti dapat mempercepat penelekian bobot badan dan dapat memperpendek interval generai, ehingga meningkatkan repon eleki. Keimpulan Keragaman genetik pada populai api Brahman cro di BPTU-Sumbawa maih tinggi ehingga peningkatan produki melalui eleki maih efektif. Terdapatnya korelai genetik yang cukup tinggi antara bobot apih dengan bobot atu tahun dan laju pertumbuhan paca apih menunjukkan penelekian ebaiknya cukup dilakukan pada uia lepa apih ini akan meningkatkan repon eleki. Daftar Putaka Becker, W.A., Manual of Quantitative Genetic. nd ed. Wahington State Univerity. Wahington. Dalton, DC, An Introduction to Practical Animal Breeding. Granada Publihing Ltd. New York. USA. Hatuti, E., 006. Repon Seleki Tidak Langung Berat Satu Tahun Akibat Seleki Pada Berat Sapih Anak Sapi Bali Hail Ineminai Buatan di Kabupaten Merangin Propini Jambi. Skripi. Fakulta Peternakan. Univerita Jambi. Laley, L.J., Genetic of Livetock Improvement. 3 rd ed. Prentice Hall Inc. Englewood Cliff. New Jerey. Warwick, EJ, J.M.Atuti dan W.Hardjoubroto, Pemuliaan Ternak. Cetakan ke-5. Univerita Gadjah Mada Pre. Yogyakarta. 175