PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL BAKU, LOGNORMAL, DAN GAMMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL BAKU, LOGNORMAL, DAN GAMMA"

Transkripsi

1 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakultas Sans dan Matematka, UKSW Salatga, 21 Jun 2014, Vol 5, No.1, ISSN : PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL BAKU, LOGNORMAL, DAN GAMMA Tmbang Srat Departemen Statstka FMIPA-IPB Emal: ABSTRAK Data respon berganda berulang merupakan suatu data dmana terdapat sejumlah c kategor hasl, yang mana masng-masng kategor hasl ddefnskan sebaga tem. Pengumpulan data sepert n membolehkan responden mengs atau mencentang semua plhan jawaban yang dsedakan. Sebaga contoh, pertanyaan tentang metode yang dgunakan dalam mencegah kehamlan. Msalnya terseda lma plhan jawaban, yang mana responden dapat mencentang semua atau sebagan jawaban yang dberkan, sepert: kondom, pl kontraseps, daphragm, jelly, dan perode aman. Berdasarkan plhan jawaban yang dberkan, maka dalam peubah respon berganda berulang n terdapat lma tem. Respon berganda berulang dcrkan oleh tem dan ttk waktu yang dperhatkan sebaga dua level pada model mult level. Peneltan n akan menggunakan model campuran lnear terampat dalam memodelkan data respon berganda berulang, yang mana dalam model tersebut mempertmbangkan adanya pengaruh tetap dan pengaruh acak. Namun, data yang dgunakan merupakan data bangktan pada pengaruh acak yang dbangktkan dar tga sebaran pada satu ttk waktu tertentu. Peneltan n bertujuan untuk membandngkan model data respon berganda berulang dar sebaran Normal Baku, Lognormal, dan Gamma. Hasl peneltan menunjukkan bahwa model data respon berganda berulang dar sebaran Lognormal selalu menghaslkan nla rata-rata AIC yang lebh kecl dbandngkan dar sebaran Gamma dan Normal Baku. Namun, pada sebaran Gamma yang ekornya tdak panjang, memberkan nla AIC yang lebh kecl dbandngkan dengan sebaran Lognormal. Data respon berganda berulang dar sebaran Normal Baku, selalu menghaslkan nla rata-rata AIC yang lebh besar dbandngkan dar sebaran Lognormal dan Gamma bak yang ekornya panjang maupun yang tdak panjang. Kata-kata kunc: AIC, tem, pengaruh tetap, pengaruh acak, respon berganda berulang. PENDAHULUAN Data respon berganda berulang merupakan suatu data dmana terdapat sejumlah c kategor hasl. Pengumpulan data sepert n membolehkan responden mengs atau mencentang semua plhan jawaban yang dsedakan pada daftar kategor hasl. Peubah kategor yang mengumpulkan jens data sepert n dsebut dengan peubah respon berganda berulang (repeated multple response varables) [1]. Sebaga contoh, pertanyaan tentang metode yang dgunakan dalam mencegah kehamlan. Msalnya terseda lma plhan jawaban, yang mana responden dapat mencentang semua atau sebagan jawaban yang dberkan, sepert: kondom, pl kontraseps, daphragm, jelly, dan perode aman. Berdasarkan plhan jawaban yang dberkan, maka dalam peubah respon berganda berulang n terdapat lma kategor hasl. Masng-masng kategor hasl ddefnskan sebaga tem [2]. Respon berganda berulang dcrkan oleh tem dan ttk waktu yang dperhatkan sebaga dua level pada model multlevel [1]. [3] menunjukkan bahwa menentukan model asosas yang bak untuk ttk waktu lebh pentng darpada menjelaskan asosas d seluruh tem. Model campuran lnear terampat (generalzed lnear mxed model) atau yang dsngkat dengan MCLT merupakan perluasan model campuran lnear, yang mana sebaran peluang bersyaratnya tdak dharuskan mengkut sebaran normal, akan tetap sebaran peluang tersebut termasuk dalam keluarga eksponensal, sepert Bnomal, Posson loglnear dan sebaganya [4]. MCLT dapat dterapkan pada peubah respon berganda berulang yang benla bner [3]. Dua elemen yang bsa dgunakan untuk mendefnskan MCLT yatu, (1) kebebasan bersyarat (dengan syarat pengaruh acak) dan (2) sebaran dar pengaruh acak [4]. Sebaran dar pengaruh acak dalam pemodelan MCLT basanya dasumskan menyebar Normal. Namun, dalam peneltan n, akan dlakukan perbandngan menggunakan sebaran lan, msalnya sebaran Gamma dan Lognormal. Peneltan n bertujuan untuk membandngkan model data respon berganda berulang dar sebaran Normal Baku, Lognormal, dan Gamma. Sebaga langkah awal, matrks rancangan dan pengaruh tetap nlanya dtentukan terlebh dahulu. Namun, karena banyaknya data pada matrks rancangan, maka matrks rancangan dbangktkan sekal saja 710

2 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakultas Sans dan Matematka, UKSW Salatga, 21 Jun 2014, Vol 5, No.1, ISSN : menggunakan sebaran Normal Baku. Sedangkan pada pengaruh acak, datanya dbangktkan dar sebaran Normal baku, Lognormal, dan Gamma. Ada satu pengaruh tetap dan dua pengaruh acak yang dgunakan dalam pemodelan n. Dplhnya sebaran Lognormal karena ngn dbangktkan data yang sebarannya memlk ekor yang panjang ke kr, sedangkan sebaran Gamma memlk ekor yang panjang ke kanan. Kemudan sebaran Normal Baku untuk sebaran yang smetrs. Selanjutnya data respon dbangktkan dar sebaran Bnomal, dengan jumlah percobaan satu dan peluang p dengan p dperoleh melalu fungs hubung yang natural agar dperoleh nla dantara 0 dan 1. Alat ukur yang dgunakan untuk membandngkan ketga model tersebut adalah Akake s nformaton crteron (AIC). Model dengan nla AIC terkecl, merupakan model yang terbak [4]. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan dalam melakukan pembentukan model dlakukan dengan 5 langkah berkut: (1). Mengambl nla parameter 0 0,5 dan 1 1,5. Selanjutnya, membangktkan x (yang mana X ( 1 x )) dan Z ( z1 z 2) dar sebaran Normal Baku (dlakukan sekal saja) dengan n 100 dan n (2). Membangktkan 1 2 T α dar sebaran Normal Baku, Lognormal, dan Gamma. (3). Mendapatkan nla harapan Y dengan syarat EY α, selanjutnya membangktkan α atau data y menggunakan sebaran Bnomal dengan jumlah percobaan satu dan peluang sukses p dengan p exp E Y α 1 E Y α dan T T EY α x β z α (4) Berdasarkan data bangktan n dbuat pemodelan menggunakan MCLT, sepert pada persamaan (2). (5) Ketga model dbandngkan besaran nla AIC-nya. Model Campuran Lnear Terampat (MCLT) Ada tga komponen utama dalam MCLT [4]: 1. Komponen acak 2. Komponen sstematk 3. Fungs hubung Peubah respon berganda berulang y1, y2,, y n dengan syarat α merupakan komponen acak 711 yang salng bebas (bersyarat) sedemkan sehngga sebaran y dengan syarat α termasuk dalam keluarga eksponensal. Komponen T T sstematknya adalah x β z α, dan fungs hubungnya adalah EY g dengan serta fungs g memlk nvers (nvertble). Dengan demkan, maka dapat dtulskan persamaannya menjad T T g x β z α, 1,2,, n atau g μ Xβ Zα (1) Namun, tdak sepert pada model lnear terampat (MLT), peubah respon pada MCLT (secara marjnal) berkorelas, sehngga berdasarkan alasan n, maka MCLT serng dgunakan untuk memodelkan respon kategor atau dskrt yang salng berkorelas [4]. Jka data peubah respon berganda berulang n bner, maka sebaran peubah respon berganda berulang bner dengan syarat α adalah Bernoull p P y 1 α, dan bebas bersyarat, dengan fungs hubungnya p T T logt p log x β z α (2) 1 p dmana x dan z adalah vektor yang dketahu, β adalah vektor parameter yang tdak dketahu (pengaruh tetap), α adalah vektor pengaruh acak, X dan Z adalah matrks kovarat yang dketahu (matrks rancangan). Pendugaan Parameter Pendugaan parameter pada persamaan (2) dapat dperoleh menggunakan fungs kemungknan. Tdak sepert pada model campuran lnear, fungs kemungknan pada MCLT khususnya tdak memlk penyelesaan bentuk tertutup (closed-form), kecual pada kasus Normal. Pada kenyataannya, fungs kemungknan tersebut bsa melbatkan ntegral berdmens tngg yang tdak dapat dselesakan secara analtk. Namun, ketka fungs kemungknan eksak sult dperoleh, persoalan n dapat dselesakan menggunakan pendekatan Laplace (Laplace approxmaton) [4]. MCLT Pada Pendekatan Multlevel Subyek, Item, dan Waktu Msalkan y menyatakan respon berganda jt berulang pada subyek ke-, tem ke- j, dan ttk waktu ke- t. Selanjutnya, x jt menyatakan vektor dar matrks rancangan X pada subyek ke-,

3 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakultas Sans dan Matematka, UKSW Salatga, 21 Jun 2014, Vol 5, No.1, ISSN : tem ke- j, dan ttk waktu ke- t, dan z jt menyatakan vektor dar matrks rancangan Z pada subyek ke-, tem ke- j, dan ttk waktu ke- t. MCLT pada pendekatan multlevel menambahkan pengaruh acak, yatu memuat tambahan pengaruh efek spesfk subyek. Model n dsebut sebaga model spesfk subyek karena parameter ddefnskan pada level subyek. Msalkan α adalah vektor pengaruh acak pada subyek ke-, Z dan X adalah matrks rancangan dan β adalah vektor pengaruh tetap. Sebaran y jt dengan syarat α dasumskan dar keluarga eksponensal dengan fungs kepekatan f y α, β dan nla tengah bersyarat jt jt EYjt α. Respon dengan syarat α dasumskan bebas dalam subyek, yang dkenal dengan asums kebebasan lokal [1]. Juga dasumskan respon bebas pada subyek yang berbeda. Berdasarkan asums kebebasan lokal, fungs kepekatan peluang y dengan syarat α adalah sebaga berkut dengan f n, f, y α β y α β (3) 1 c T, jt, f y α β f y α β (4) j1 t1 Selanjutnya, dapat juga dtuls dmana f n ; f ; α Σ α Σ (5) 1 y y y dan α α α 1 n 1 n. Selanjutnya memaksmumkan fungs l β, Σ; y [3], dperoleh kemungknan lβ, Σ; y f y; β, Σ ; ; f y α β f α Σ dα (6) Fungs kemungknan n serng dsebut dengan kemungknan margnal (margnal lkelhood) setelah pengntegralan mengeluarkan pengaruh acak [6]. HASIL DAN DISKUSI Data bangktan dperoleh menggunakan software R vers Pada smulas pertama dlakukan pembangktan data pengaruh acak dar sebaran Normal Baku, Lognormal dengan parameter log 2 dan log 0,01, dan Gamma dengan parameter r 2 dan 5, sepert pada gambar 1, gambar 2, dan gambar 3. Gambar 1. Grafk Sebaran N(0,1) Gambar 2. Grafk Sebaran LOGN(2, 0,01) Gambar 3. Grafk Sebaran Gamma(2,5) Tabel 1. Nla AIC dar Smulas Pertama 1 274,8 61,9 256, ,3 24,1 272, ,2 20,9 247, ,5 20,9 270, ,1 17,7 236, ,6 17,7 263, ,8 17,7 242, ,4 33,5 272, ,2 20,9 232, ,1 24,1 271,0 Rata-rata 273,4 25,9 256,5 Hasl smulas untuk n 100 dengan 10 kal perulangan, pada tabel 1, menunjukkan bahwa model data respon berganda berulang dar sebaran Lognormal memberkan nla rata-rata AIC yang terkecl dengan nla rata-rata 25,9. Pada konds sebaran sepert n model data respon berganda berulang dar sebaran Lognormal merupakan model yang terbak. Selanjutnya, pada smulas kedua dlakukan pembangktan data pengaruh acak dar sebaran Lognormal dengan parameter log 2 dan log 0,05 dan Gamma dengan parameter 712

4 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakultas Sans dan Matematka, UKSW Salatga, 21 Jun 2014, Vol 5, No.1, ISSN : r 2 dan 2, sepert pada gambar 4 dan gambar 5. Gambar 7. Grafk Sebaran Gamma(2,1) Gambar 4. Grafk Sebaran LOGN(2, 0,05) Gambar 5. Grafk Sebaran Gamma (2,2) Tabel 2. Nla AIC dar Smulas Kedua 1 253,9 61,6 130, ,4 20,9 242, ,8 30,4 247, ,8 53,7 230, ,9 11,3 212, ,0 14,5 236, ,2 27,2 255, ,0 24,1 210, ,6 20,9 248, ,2 42,8 261,7 Rata-rata 257,0 30,7 227,7 Pada smulas kedua n dperoleh bahwa model data respon berganda berulang dar sebaran Lognormal mash memberkan nla rata-rata AIC yang terkecl dan menjad pembentuk model terbak dengan nla sebesar 30,7 sepert dsajkan pada tabel 2 d atas. Pada smulas ketga dlakukan pembangktan data pengaruh acak dar sebaran Lognormal dengan parameter log 2 dan log 0,1 dan Gamma dengan parameter r 2 dan 1, sepert pada gambar 6 dan gambar 7. Tabel 3. Nla AIC dar Smulas Ketga 1 257,1 36,6 244, ,2 30,3 79, ,3 17,7 106, ,7 24,0 228, ,5 20,9 235, ,7 20,9 94, ,7 20,9 124, ,4 20,9 165, ,6 20,9 199, ,3 20,9 97,7 Rata-rata 272,6 23,4 157,7 Smulas ketga menghaslkan model data respon berganda berulang dar sebaran Lognormal memberkan nla rata-rata AIC yang terkecl dan menjad pembentuk model terbak dengan nla 23,4 sepert dsajkan pada tabel 3. Pada smulas keempat dlakukan pembangktan data pengaruh acak dar sebaran Lognormal dengan parameter log 2 dan log 0,2 dan Gamma dengan parameter r 2 dan 0,5, sepert pada gambar 8 dan gambar 9. Gambar 8. Grafk Sebaran LOGN(2, 0,2) Gambar 9. Grafk Sebaran Gamma(2, 0,5) Gambar 6. Grafk Sebaran LOGN(2, 0,1) Hasl smulas keempat, tabel 4, menunjukkan model data respon berganda berulang dar sebaran Lognormal mash tetap memberkan nla rata-rata AIC yang terkecl 713

5 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakultas Sans dan Matematka, UKSW Salatga, 21 Jun 2014, Vol 5, No.1, ISSN : dan menjad pembentuk model terbak dengan nla 33,6. Tabel 4. Nla AIC dar Smulas Keempat 1 261,8 39,7 100, ,0 14,5 20, ,1 92,9 68, ,6 20,9 36, ,5 20,9 216, ,5 33,5 45, ,8 33,4 17, ,5 11,3 240, ,3 39,1 67, ,0 30,3 27,2 Rata-rata 267,6 33,6 84,2 Pada smulas kelma dlakukan pembangktan data pengaruh acak dar sebaran Lognormal dengan parameter log 2 dan log 0,5 dan Gamma dengan parameter r 2 dan 0,25, sepert pada gambar 10 dan gambar 11. Gambar 10. Grafk Sebaran LOGN(2, 0,5) 6 230,6 24,1 11, ,1 80,3 17, ,9 80,3 20, ,6 14,5 17, ,0 36,6 17,7 Rata-rata 263,1 40,5 24,0 Pada proses pembangktan data selanjutnya dlakukan penambahan sampel menjad n Pada smulas n parameter yang dgunakan besarannya sama sepert pada proses pembangktan data untuk n 100 untuk setap smulas. Pada smulas pertama untuk n 1000 dengan 10 kal perulangan, tabel 6, menunjukkan bahwa model data respon berganda berulang dar sebaran Lognormal memberkan nla rata-rata AIC yang terkecl dengan nla rata-rata 56,2. Sehngga model data respon berganda berulang dar sebaran Lognormal merupakan model yang terbak. Tabel 6. Nla AIC dar Smulas Pertama ,6 63, , ,8 63, , ,4 57, , ,6 45, , ,2 44, , ,9 57, , ,4 66, , ,9 50, , ,5 60, , ,9 53, ,9 Rata-rata 2.687,3 56, ,9 Gambar 11. Grafk Sebaran Gamma(2, 0,25) Namun, pada smulas kelma, model data respon berganda berulang dar sebaran Gamma memberkan nla rata-rata AIC terkecl dan menjad pembentuk model terbak dengan nla rata-rata AIC sebesar 24,0 sepert dsajkan pada tabel 5. Tabel 5. Nla AIC dar Smulas Kelma 1 276,4 14,5 30, ,5 27,2 17, ,0 45,9 81, ,3 54,0 14, ,6 27,2 11,2 714 Tabel 7. Nla AIC dar Smulas Kedua ,1 53, , ,3 44, , ,8 208, , ,0 208, , ,2 60, , ,9 138, , ,8 222, , ,3 76, , ,8 50, , ,4 50, ,9 Rata-rata 2.655,7 111, ,6 Kemudan pada smulas kedua dperoleh bahwa model data respon berganda berulang

6 Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakultas Sans dan Matematka, UKSW Salatga, 21 Jun 2014, Vol 5, No.1, ISSN : dar sebaran Lognormal mash memberkan nla AIC yang terkecl nla rata-rata AIC sebesar 111,4 sepert dsajkan pada tabel 7 d atas. Akbatnya, sebaran Lognormal menjad pembentuk model terbak. Pada smulas ketga, sepert pada tabel 8, menunjukkan bahwa model data respon berganda berulang dar sebaran Lognormal memberkan nla rata-rata AIC yang terkecl dengan nla sebesar 51,0. Tabel 8. Nla AIC dar Smulas Ketga ,6 66, , ,1 47, , ,8 47, , ,0 53,9 602, ,9 31, , ,2 40, , ,3 57, , ,6 63, , ,9 60, , ,7 41, ,0 Rata-rata 2.595,4 51, ,6 Berkutnya, smulas keempat menunjukkan bahwa model data respon berganda berulang dar sebaran Lognormal memberkan nla AIC yang terkecl dan menjad pembentuk model terbak dengan nla rata-rata AIC sebesar 59,6. Tabel 9. Nla AIC dar Smulas Keempat ,3 73,3 41, ,2 133,8 639, ,0 63,6 748, ,4 66,8 237, ,4 18,1 666, ,5 24,7 315, ,7 122,4 318, ,8 47, , ,1 27, , ,7 18, ,9 Rata-rata 2.565,2 59, ,5 Akan tetap, pada smulas kelma, model data respon berganda berulang dar sebaran Gamma memberkan nla rata-rata AIC yang terkecl. Dengan demkan, sebaran Gamma menjad pembentuk model terbak dengan nla rata-rata AIC sebesar 44,0 sepert dsajkan pada tabel 10. Tabel 10. Nla AIC dar Smulas Kelma ,5 11,4 21, ,7 11,4 11, ,5 14,7 86, ,7 57,1 98, ,8 57,1 133, ,3 37,7 11, ,3 89,2 11, ,2 127,5 11, ,2 206,4 11, ,9 18,1 408,9 Rata-rata 2.699,4 68,1 44,0 KESIMPULAN Data respon berganda berulang dar sebaran Lognormal selalu menghaslkan AIC yang lebh kecl dbandngkan dar sebaran Normal Baku dan Gamma. Namun, pada sebaran Gamma yang ekornya tdak panjang, memberkan nla AIC yang lebh kecl dbandngkan dengan sebaran Lognormal. Data respon berganda berulang dar sebaran Normal, selalu menghaslkan nla rata-rata AIC yang lebh besar dbandngkan dar sebaran Lognormal dan Gamma bak yang ekornya panjang maupun yang tdak panjang. Haslnya juga sama ketka sampelnya dtngkatkan dar 100 menjad Peneltan n mash dbatas pada satu ttk waktu saja. Oleh karena tu, peneltan berkutnya dsarankan pada lebh dar satu ttk waktu. DAFTAR PUSTAKA [1] T. Suesse and I. Lu, Modellng Strateges for Repeated Multple Response Data, Centre for Statstcal & Survey Methodolog, Workng Paper Seres Researh Onlne, Unversty of Wollonggong, [2] A. Agrest and I. M. Lu, Modelng a categorcal varable allowng arbtrarly many category choces, Bometrcs, 55(3), pp , [3] T. Suesse and I. Lu, Modellng Strateges for Repeated Multple Response Data, Internatonal Statstcal Revew, John Wley & Son, USA, [4] Jang, J.,Lnear and Generalzed Lnear Mxed Models and Ther Applcatons. Sprnger Seres n Statstcs, New York, [5] Searle S.R., Casella G., and McCulloch C.E.,Varance Component. New York, John Wley and Sons [6] Agrest, A.,Categorcal Data Analyss, 2nd Ed. Wley Interscence, New York, 2002.

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan metode statstka ang dgunakan untuk meramalkan sebuah varabel respon Y dar satu atau lebh varabel bebas X, selan tu juga dgunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

ANALISIS PEUBAH RESPON BINER

ANALISIS PEUBAH RESPON BINER Analss Peubah Respon Bner... (Ksmantn) ANALISIS PEUBAH RESPON BINER Ksmantn Jurusan Penddkan Matematka FMIPA Unverstas Neger Yogyakarta Abstrak Pada regres lner klask, peubah respon dasumskan merupakan

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean Matematka Egenface Menggunakan Metrk Eucldean 6 Ben Utomo Sekolah ngg eknolog Bontang, Indonesa Abstract Salah satu sstem pengenalan wajah (face recognton) adalah metode egenface. Metode n bekerja dengan

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL Abstrak ESIMASI PARAMEER PADA REGRESI SEMIPARAMERIK UNUK DAA LONGIUDINAL Msal y merupakan varabel respon, Lls Laome Jurusan Matematka FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar 933 e-mal : lhs@yahoo.com X adalah

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

ANALISIS PEUBAH RESPONS KONTINU NON NEGATIF DENGAN REGRESI GAMMA DAN REGRESI INVERSE GAUSSIAN 1. Kismiantini

ANALISIS PEUBAH RESPONS KONTINU NON NEGATIF DENGAN REGRESI GAMMA DAN REGRESI INVERSE GAUSSIAN 1. Kismiantini Prosdng Semnar Nasonal Peneltan, Penddkan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Unverstas Neger Yogyakarta, 6 Me 9 ANALISIS PEUBAH RESPONS KONTINU NON NEGATIF DENGAN REGRESI GAMMA DAN REGRESI INVERSE GAUSSIAN

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

2. ANALISIS DATA LONGITUDINAL

2. ANALISIS DATA LONGITUDINAL . ANALISIS DATA LONGITUDINAL Data longtudnal merupakan salah satu bentuk data berkorelas. Pada data longtudnal, peubah respon dukur pada beberapa ttk waktu untuk setap subyek. Dalam stud longtudnal dmungknkan

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

BINOMIAL NEGATIF VS GENERALIZED POISSON REGRESSION DALAM MENGATASI OVERDISPERSION PADA REGRESI POISSON

BINOMIAL NEGATIF VS GENERALIZED POISSON REGRESSION DALAM MENGATASI OVERDISPERSION PADA REGRESI POISSON Semnar Nasonal Statstka IX Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, 7 November 2009 BINOMIAL NEGATIF VS GENERALIZED POISSON REGRESSION DALAM MENGATASI OVERDISPERSION PADA REGRESI POISSON Oleh : A yunn Sofro

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

ANALISIS PEUBAH RESPONS KONTINU NON NEGATIF DENGAN REGRESI GAMMA DAN REGRESI INVERSE GAUSSIAN 1

ANALISIS PEUBAH RESPONS KONTINU NON NEGATIF DENGAN REGRESI GAMMA DAN REGRESI INVERSE GAUSSIAN 1 ANALISIS PEUBAH RESPONS KONTINU NON NEGATIF DENGAN REGRESI GAMMA DAN REGRESI INVERSE GAUSSIAN Ksmantn Jurusan Penddkan Matematka, FMIPA Unverstas Neger Yogyakarta Emal : ksm@uny.ac.d Abstrak Peubah respons

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI

PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI TEKNIK SAMPLING PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI PENDAHULUAN Pendugaan parameter dar peubah Y seharusnya dlakukan dengan menggunakan nformas dar nla-nla peubah Y Bla nla-nla peubah Y sult ddapat, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak

Lebih terperinci

OVERDISPERSI PADA REGRESI LOGISTIK BINER MENGGUNAKAN METODE BETA BINOMIAL

OVERDISPERSI PADA REGRESI LOGISTIK BINER MENGGUNAKAN METODE BETA BINOMIAL OVERDISPERSI PADA REGRESI LOGISTIK BINER MENGGUNAKAN METODE BETA BINOMIAL Heru Wbowo, Suyono, Wdyant Rahayu Program Stud Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas Neger Jakarta

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

RESAMPLING UNTUK MEMPERBESAR KOEFISIEN DETERMINASI DALAM MODEL REGRESI LINEAR.

RESAMPLING UNTUK MEMPERBESAR KOEFISIEN DETERMINASI DALAM MODEL REGRESI LINEAR. Resamplng untuk Memperbesar Koefsen Determnas RESAMPLING UNUK MEMPERBESAR KOEFISIEN DEERMINASI DALAM MODEL REGRESI LINEAR. Ad Setawan Program Stud Matematka Fakultas Sans dan Matematka, Unverstas Krsten

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA PREMI MODEL DUA TAHUNAN DENGAN FAKTOR UNDERWRITING MENGGUNAKAN GENERALIZED LINEAR MODELS

PERHITUNGAN HARGA PREMI MODEL DUA TAHUNAN DENGAN FAKTOR UNDERWRITING MENGGUNAKAN GENERALIZED LINEAR MODELS PROSIDING ISSN: 50-656 M- PERHITUNGAN HARGA PREMI MODEL DUA TAHUNAN DENGAN FAKTOR UNDERWRITING MENGGUNAKAN GENERALIZED LINEAR MODELS St Alfatur Rohmanah ), Danardono ) ) Unverstas Islam Darul Ulum Lamongan,

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL Tan Wahyu Utam, Indah Manfaat Nur Unverstas Muhammadyah Semarang, emal : tan.utam88@gmal.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA A-3 Dan Aresta Yuwanngsh 1 1 Mahasswa S Matematka UGM dan.aresta17@yahoo.com Abstrak Dberkan R merupakan rng dengan elemen satuan, M R-modul kanan, dan R S End

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

Matematika dan Statistika

Matematika dan Statistika ISSN 4-6669 Volume, Jun MAJALAH ILMIAH Matematka dan Statstka DITERBITKAN OLEH: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS JEMBER Maalah Ilmah Matematka dan Statstka Volume, Jun MODEL UNTUK DATA BERDISTRIBUSI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak Bab 3 Teor Comonotonc Pada bab n konsep teor comonotonc akan dpaparkan dar awal dan berakhr pada konsep teor n untuk jumlah dar peubah - peubah acak 1. Setelah tu untuk membantu pemahaman akan dberkan

Lebih terperinci

Pemeriksaan Ketepatan Fungsi Hubung dalam Analisis Data Biner

Pemeriksaan Ketepatan Fungsi Hubung dalam Analisis Data Biner Statstka, Vol. 9 No., 55 64 Me 009 Pemerksaan Ketepatan Fungs Hubung dalam Analss Data Bner Nusar Hajarsman Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba Mahasswa Sekolah Pascasarjana Insttut Pertanan Bogor

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

Taksiran Kurva Regresi Spline pada Data Longitudinal dengan Kuadrat Terkecil

Taksiran Kurva Regresi Spline pada Data Longitudinal dengan Kuadrat Terkecil Vol. 11, No. 1, 77-83, Jul 2014 Taksran Kurva Regres Slne ada Data Longtudnal dengan Kuadrat Terkecl * Abstrak Makalah n mengka tentang estmas regres slne khususnya enggunaan ada data longtudnal. Data

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LINIEAR DISCRIMINANT ANALYSIS PADA PENGENALAN WAJAH BERBASIS KAMERA

PENERAPAN METODE LINIEAR DISCRIMINANT ANALYSIS PADA PENGENALAN WAJAH BERBASIS KAMERA PENERAPAN MEODE LINIEAR DISCRIMINAN ANALYSIS PADA PENGENALAN AJAH ERASIS KAMERA Asep Sholahuddn 1, Rustam E. Sregar 2,Ipng Suprana 3,Setawan Had 4 1 Mahasswa S3 FMIPA Unverstas Padjadjaran e-mal: asep_sholahuddn@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

Rahmadeni 1, Zulya Desmita 2 ABSTRAK. Kata Kunci: Overdispersi, Regresi Binomial Negatif, Regresi Generalized Poisson, Regresi Poisson.

Rahmadeni 1, Zulya Desmita 2 ABSTRAK. Kata Kunci: Overdispersi, Regresi Binomial Negatif, Regresi Generalized Poisson, Regresi Poisson. Jurnal Sans Matematka dan Statstka, Vol. No. Jul 16 ISSN 46-454 Perbandngan Model Regres Generalzed Posson Dan Bnomal Negatf Untuk Mengatas Overdspers Pada Regres Posson (Stud Kasus: Penderta Flarass d

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

UKURAN GEJALA PUSAT &

UKURAN GEJALA PUSAT & UKURAN GEJALA PUSAT & UKURAN LETAK UKURAN GEJALA PUSAT & LETAK Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengena suatu populas atau sampel Ukuran yang merupakan wakl kumpulan data mengena populas atau sampel

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION(SVD) PADA SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS

APLIKASI METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION(SVD) PADA SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS Vol No Jurnal Sans Teknolog Industr APLIKASI METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION(SVD) PADA SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS Ftr Aryan Dew Yulant Jurusan Matematka Fakultas Sans Teknolog UIN SUSKA Rau Emal:

Lebih terperinci

BINOMIAL NEGATIF SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF MENGATASI OVERDISPERSION PADA REGRESI POISSON

BINOMIAL NEGATIF SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF MENGATASI OVERDISPERSION PADA REGRESI POISSON Semnar Nasonal Statstka IX Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, 7 November 009 BINOMIAL NEGATIF SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF MENGATASI OVERDISPERSION PADA REGRESI POISSON Oleh : A yunn Sofro Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecil untuk Respon Binomial dan Multinomial Berbasis Penarikan Contoh Berpeluang Tidak Sama

BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecil untuk Respon Binomial dan Multinomial Berbasis Penarikan Contoh Berpeluang Tidak Sama BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecl untuk Respon Bnomal dan Multnomal Berbass Penarkan Contoh Berpeluang Tdak Sama 5.1. Pendahuluan Pada umumnya pengembangan model SAE dan pendugaannya dlakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak JURAL MATEMATIKA DA KOMUTER Vol. 6. o., 86-96, Agustus 3, ISS : 4-858 MECERMATI BERBAGAI JEIS ERMASALAHA DALAM ROGRAM LIIER KABUR Mohammad Askn Jurusan Matematka FMIA UES Abstrak Konsep baru tentang hmpunan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

FUNGSI BIAYA UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PEMESANAN OPTIMUM MULTI ITEM INDEPENDEN BERDISTRIBUSI KONTINU. H. Bernik Maskun

FUNGSI BIAYA UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PEMESANAN OPTIMUM MULTI ITEM INDEPENDEN BERDISTRIBUSI KONTINU. H. Bernik Maskun FUNGSI BIAYA UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PEMESANAN OPTIMUM MULTI ITEM INDEPENDEN BERDISTRIBUSI KONTINU oleh H. Bernk Maskun Departemen Statstka, FMIPA Unverstas Padjadjaran bernkmaskun69@gmal.com Abstrak

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

INFERENSI FUNGSI KETAHANAN DENGAN METODE KAPLAN-MEIER

INFERENSI FUNGSI KETAHANAN DENGAN METODE KAPLAN-MEIER Tatk Wdharh dan Naschah ska Andran (Inferens Fungs Ketahanan dengan Metode Kaplan-Meer INFERENI FUNGI KETAHANAN DENGAN METODE KAPLAN-MEIER Tatk Wdharh dan Naschah ska Andran Jurusan Matematka FMIPA UNDIP

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X D-324

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X D-324 JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol. 1, No. 1, (Sept. ) ISSN: 3-98X D-3 Analss Statstk entang Faktor-Faktor yang Mempengaruh Waktu unggu Kerja Fresh Graduate d Jurusan Statstka Insttut eknolog Sepuluh Nopemper

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pendahuluan. 2.2 Pengukuran Data Kondisi

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pendahuluan. 2.2 Pengukuran Data Kondisi BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendahuluan Model penurunan nla konds jembatan yang akan destmas mengatkan data penurunan konds jembatan dengan beberapa varabel kontnu yang mempengaruh penurunan kondsnya. Data

Lebih terperinci

APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH. Yuni Yulida dan Muhammad Ahsar K

APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH. Yuni Yulida dan Muhammad Ahsar K Jurnal Matematka Murn dan Terapan Vol. 3 No. Desember 009: 4-6 APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH Yun Yulda dan Muhammad Ahsar K Program Stud Matematka Unverstas

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER Penerapan Program Lner Kabur dalam Analss.. Elfranto PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER Elfranto Dosen Unverstas Muhammadyah Sumatera Utara Abstrak: Salah satu kaan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL REGRESI POISSON DAN MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF 1. Kismiantini Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

PERBANDINGAN MODEL REGRESI POISSON DAN MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF 1. Kismiantini Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta PERBANDINGAN MODEL REGRESI POISSON DAN MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF 1 Ksmantn Jurusan Penddkan Matematka FMIPA Unverstas Neger Yogyakarta Abstrak Dalam menganalss hubungan antara beberapa peubah, terdapat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

Dr. Nussar Hajarisma, M.Si Jurusan Statistika Terapan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjajaran.

Dr. Nussar Hajarisma, M.Si Jurusan Statistika Terapan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjajaran. STUDI SIMULASI EVALUASI KETEPATAN KLASIFIKASI INDEKS MASSA TUBUH BERDASARKAN TABEL KLASIFIKASI INDEKS MASSA TUBUH WHO DENGAN PENDEKATAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL DAN ANALISIS DISKRIMINAN (Stud Kasus Klasfkas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci