KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA"

Transkripsi

1

2 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp Fax :

3 VISI BANK INDONESIA Men Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil MISI BANK INDONESIA Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistemstem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan TUGAS BANK INDONESIA (Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999) 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistemstem pembayaran, 3. Mengatur dan mengawasi bank. Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Unit Kajian, Statistik, dan Survey Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) Fax : (0921)

4 KATA PENGANTAR Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang. Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih. Ternate, Februari 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Budiyono Kepala Perwakilan i

5 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN ii

6 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA RINGKASAN EKSEKUTIF I iii v vii BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Kondisi Umum Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 12 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL Gambaran Umum Perkembangan Inflasi Kota Ternate Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 27 BOKS I PERILAKU VOLATILE FOOD DAN INFLASI UMUM KOTA TERNATE 33 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Gambaran Umum Perkembangan Aset Bank Umum Penghimpunan Dana Bank Umum Penyaluran Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum Perkembangan Bank Syariah Perkembangan BPR dan BPRS 42 BOKS II FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA 45 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Gambaran Umum Pendapatan Daerah Belanja Daerah Defisit dan Pembiayaan 56 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kondisi Umum Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 61 iii

7 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Kondisi Umum Perkembangan Ketenagakerjaan Pengangguran Nilai Tukar Petani (NTP) Tingkat Kemiskinan 71 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Perekonomian Makro Prospek Inflasi Daerah Prospek Perbankan 76 iv

8 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA A. Inflasi dan PDRB MAKRO INDIKATOR TAHUN 2012 TAHUN 2013 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) , Laju Inflasi Tahunan (yoy %) PDRB - harga konstan (Milyar Rp) Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaaan & Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy %) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton)

9 B. Perbankan INDIKATOR TAHUN 2012 TAHUN 2013 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 PERBANKAN Bank Umum: Total Aset (Rp milyar) , , , , DPK (Rp milyar) 4, , , , , , , , Tabungan 2, , , , , , , , Giro 1, , , , , , Deposito Kredit (Rp milyar) , , , , , Modal Kerja , , , , , Konsumsi , , , , Investasi , LDR Kredit UMKM (Rp milyar) Kredit Mikro (Rp milyar) Modal Kerja Konsumsi Investasi Kredit Kecil (Rp milyar) Modal Kerja Konsumsi Investasi Kredit Menengah (Rp milyar) Modal Kerja Konsumsi Investasi Total Kredit MKM (Rp milyar) 1, , , , , , , NPL MKM gross (%) Keterangan: Definisi UMKM mengikuti skala usaha berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM

10 Ringkasan Eksekutif GAMBARAN UMUM Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara atas dasar harga konstan pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp 940,11 milyar rupiah, tumbuh 6,5% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini berada diatas pertumbuhan tahunan nasional yang tercatat sebesar 5,78% (yoy). Jika dibandingkan triwulan III-2013 pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan adalah 1,82% (qtq). Secara aggregat selama tahun 2013, Maluku Utara berhasil membukukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,12% dengan total nominal sebesar Rp triliun. Laju kenaikan harga barang dan jasa Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate mengalami peningkatan selama triwulan IV Secara tahunan, terlihat terjadi volatilitas yang cukup besar tingkat inflasi di kota ternate selama tahun 2013 dengan posisi di penghujung tahun sebesar 9,78% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,29% (yoy). PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi utamanya digerakkan oleh seluruh aspek perekonomian. Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, beberapa sektor mengalami perlambatan seperti halnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang melambat tipis di penghujung tahun sebesar -0,02% (qtq) kemudian diikuti oleh pembentukan modal tetap bruto (-0,40%) serta ekspor barang dan jasa (- 1,62%, qtq). Sementara itu, pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba dan pengeluaran konsumsi pemerintah terakselerasi pertumbuhannya masing-masing sebesar 1,01% (qtq) dan 1,95% (qtq). Ringkasan Eksekutif vii

11 INFLASI REGIONAL Laju kenaikan harga barang dan jasa tahunan (yoy) di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate mengalami peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (yoy), jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,29% (yoy). Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing-masing tercatat sebesar 8,38% (yoy) dan 7.02% (yoy). PERKEMBANGAN PERBANKAN Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 menunjukan perkembangan positif, baik secara kelembagaan maupun secara keuangan. Aset perbankan pada triwulan laporan tercatat mengalami kenaikan yang juga diiringi oleh kenaikan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan. Pada triwulan laporan tingkat pertumbuhan penyaluran dana tercatat lebih tinggi dibandingkan penghimpunan DPK sehingga mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat. Peningkatan penyaluran kredit ini juga diiringi peningkatan rasio Non Performing Loan s (NPL) yang sedikit meningkat, namun demikian rasio ini masih berada didalam batas aman yang ditetapkan. Secara kelembagaan, terdapat penambahan jaringan kantor setingkat kantor cabang pembantu bank umum sebanyak dua kantor, selain itu juga satu kantor pusat BPRS dan satu kantor cabang BPR sedang dalam proses perizinan. Dengan penambahan jaringan kantor tersebut diharapkan masyarakat bisa lebih mudah mengakses layanan perbankan. KEUANGAN DAERAH Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD sebesar Rp. 1,3 triliun, meningkat 17,9% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, target belanja di tahun 2013 sebesar Rp. 1,40 triliun atau meningkat 20% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, pada tahun 2013 akan terjadi Ringkasan Eksekutif viii

12 defisit anggaran sebesar Rp. 77,1 miliar yang meningkat sebesar 71,3% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. SISTEM PEMBAYARAN Aliran uang kartal pada triwulan IV 2013 di Maluku Utara menunjukkan net Outflow yang berarti uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (setoran, penukaran, kas keliling). Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat lembar uang tidak layak edar (UTLE) yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar 74,46% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03% dibandingkan triwulan III TENAGA KERJA Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2013 menunjukkan perbaikan jika dibandingkan dengan data Agustus 2012 dan Februari Hal ini tercermin dari adanya kenaikan jumlah penduduk umur 15 tahun keatas yang diikuti oleh koreksi jumlah pengangguran yang cukup signifikan. Disisi lain, terjadi penurunan jumlah angkatan kerja dan partisipasi kerja pada periode laporan dibandingkan dengan data Agustus tahun sebelumnya.. PROSPEK EKONOMI REGIONAL Menyambut tahun 2014, Provinsi Maluku Utara masih diperkirakan tumbuh pada level 7,3%±1 (yoy). Sumber pertumbuhan diawal tahun 2014 diperkirakan masih berasal dari tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor industri pengolahan. Sementara itu, sektor pertambangan yang digadangkan menjadi salah satu sektor utama di masa yang akan datang diperkirakan akan mengalami pukulan keras dari pemberlakuan UUD Minerba tahun 2009 oleh pemerintah pusat. Ringkasan Eksekutif ix

13 Tekanan inflasi Kota Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara diperkirakan akan meningkat sepanjang triwulan I 2014 dibandingkan dengan data historisnya yaitu dikisaran 9,7%±1 (yoy). Walaupun demikian, kondisi perekonomian Maluku Utara yang diperkirakan masih mampu untuk tumbuh diatas 5% akan mendorong pertumbuhan perbankan dikisaran 20% (yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan akan tumbuh dikisaran 15% (yoy) sejalan dengan dipertahankannya suku bunga acuan Bank Indonesia di level 7,5%. Ringkasan Eksekutif x

14 BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.1 Kondisi Umum Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) triwulan IV 2013 tercatat sebesar Rp. 940,11 miliar, naik cukup tinggi sebesar 6.5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomiann Maluku Utara berada diatas rata-rata pertumbuhannya selama lebih dari satu dekade terakhir (2002 triwulan III 2013) yang tercatat pada level 5,2% %. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Malukuu Utara di penghujung tahun ini masih berada diatas pertumbuhan ekonomi Nasional yang tercata sebesar 5,78% (yoy). Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, Maluku Utara mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,82% (qtq). Secara aggregat selama tahun 2013, Maluku Utara berhasil membukukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,12% dengan total nominal sebesar Rp triliun. Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan pada Grafik 1.1 Perkembangan PDRB Maluku Utara 1,000, , , , , , , , , , PDRB g_pdrb_yoy (aksis kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi utamanya digerakkan oleh seluruh aspek perekonomian. Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, beberapa sektor mengalami perlambatan seperti halnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang melambat tipis di penghujung tahun sebesar -0,02% (qtq) kemudian diikuti oleh pembentukan modal tetap bruto 1

15 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH (-0,40%) serta ekspor barang dan jasa (-1,62%, qtq). Sementara itu, pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba dan pengeluaran konsumsi pemerintah terakselerasi pertumbuhannya masing-masing sebesar 1,01% (qtq) dan 1,95% (qtq). Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sebesar 6,5% (yoy) ini dimotori oleh perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang melesat 12,06% (yoy) kemudian disusul oleh keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (9,74%, yoy) dan industri pengolahan (7,95%, yoy). Proses pemungutan suara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara (PILKADA) berlangsung dengan aman dan lancar serta tidak ada kejadian force major lainnya yang mengganggu kestabilan sosial budaya di Maluku Utara sehingga mendukung lancarnya kegiatan perekonomian yang tinggi di triwulan akhir Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan Struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan IV 2013 masih didominasi oleh konsumsi masyarakat dengan pangsa 68,3%. Konsumsi pemerintah juga memiliki peran yang cukup besar dengan pangsa sebesar 32,2%. Sementara itu kegiatan pembentukan modal tetap bruto/investasi (PMTB) memiliki pangsa 10,3%. Ekspor memiliki pangsa sebesar 24,2%, kemudian impor dan perubahan stok yang menjadi komponen pengurang PDRB masing-masing memiliki pangsa sebesar 26,2% dan 8,7%. Ekspor Barang dan Jasa, 24.2 Grafik 1.2 Struktur PDRB Sisi Penggunaan Dikurangi Impor Barang dan Jasa, 26.2 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, 67.5 Perubahan Stok & Diskrepansii Statistik, (8.7) Pembentukan Modal Tetap Bruto, 10.3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, 32.2 Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Pengeluarann Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba, 0.7 Konsumsi lembaga swasta nirlaba mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi di triwulan IV 2013 sebesar 10,05% (yoy) namunn dikarenakan pangsanya yang masih kecil sehingga andil yang 2

16 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH diberikan sangat terbatas yaitu sebesar 0,7%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang memiliki andil terbesar (67,5%) kepada PDRB Maluku Utara mencatatkann angka pertumbuhan sebesar 6,37% (yoy). Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan masih mengandalkan tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Hal ini terkonfirmasi dengan terakselerasinya pertumbuhan tahunan impor yang tercatat sebesar 8,98% (yoy), lebih tinggi 0,78% (qtq) jika dibandingkan dengan laju pertumbuhannya di triwulan sebelumnya. Selain itu, naiknya laju pertumbuhan impor juga berarti semakin tinggi ketergantungan Maluku Utaraa terhadap barang-barang impor dalam pemenuhan kebutuhannya. Kenaikan konsumsi ini juga ditandai oleh turunnya laju pertumbuhan ekspor barang dan jasa karena digunakan untuk konsumsi internal daerah yang melonjak di penghujung tahun. Tabel 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan Komponen Pertumbuhan (yoy ) Konsumsi Masyarakat Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Dikurangi Impor PDRB Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Kontribusi (%) Konsumsi Pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan masih terjaga pada tingkat yang baik dan relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi masyarakat yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh sebesar 6,4% (yoy), sama dengan pertumbuhan tahunann triwulan sebelumnya. Beberapa faktor yang memicu pertumbuhan konsumsi masyarakat adalah naiknya pendapatan masyarakat (penyesuaian gaji pegawai negeri sipil atau PNS), perayaan hari raya natal, liburan tahun baru serta pelaksanaan PILKADA Malut 2013 walaupun andil yang diberikan ketiga faktor terakhir kurang signifikan terhadap konsumsi masyarakat secara aggregat di triwulan laporan. Berdasarkan indeks tendensi konsumen (ITK) di triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 110,83, dapat diartikan bahwa kondisi ekonomi masyarakat meningkat namun tingkat optimisme konsumen turun tipis jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat pada angka 3

17 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 113,23. Selain itu, peningkatan kondisi ekonomi konsumen ini didorong oleh peningkatan indeks penerimaan rumah tangga (IPRT) saat ini sebesar 111, , , , , , , , , Grafik 1.3 Perkembangan Konsumsi Masyarakat I II III IV I II III IV I II III IV % % % % % % % % 97 I II III IV I II III IV Kons. Masyarakat g_kons. Masyarakat_yoy (aksis kanan) Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Malukuu Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Konsumsi masyarakat yang tumbuh positif ini juga ditandai dengan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh perbankan dimana kredit konsumsi tercatat tumbuh signifikan sebesar 22,16% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 21,31% (yoy) namun melambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 29,89% (yoy) Grafik 1.5 Indeks Penadpatan Rumah Tangga (IPRT) I II III IV I II III IV I II III IV 3, , , , , Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi Kredit Konsumsi g yoy (aksis kanan) % 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sementara itu, nilai tukar petani (NTP) sebagai gambaran tingkat daya beli petani di Maluku Utara tercatat sebesar 100,59 pada akhir triwulan laporan atau turun tipis sebesar 0,9% (yoy) 4

18 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat pada level 101,55. Dengan kata lain, pertumbuhan konsumsi di Maluku Utara digerakkan oleh masyarakat baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Grafik 1.7 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) NTP g_yoy (aksis kanan) 5.0% % % 2.0% 1.0% 0.0% % % Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat di Maluku Utara juga terlihat dari pergerakan kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate pada sebagian besar komoditas yang dikirim dari luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung (Manado) Grafik 1.8 Volume Bongkar Bahan Makanan (Ton/M 3 ) Grafik 1.9 Volume Bongkar Telur (Ton/M 3 ) Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate 5

19 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Grafik 1.10 Volume Bongkar Minuman Ringan (Ton/M 3 ) Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate Grafik 1.11 Volume Bongkar Bawang (Ton/M 3 ) Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate Grafik 1.12 Volume Bongkar Beras Umum Non Dolog (Ton/M 3 ) Grafik 1.13 Total Volume Bongkar (Ton/M 3 ) ,000 60,000 50, ,000 30,000 20, , Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan IV 2013 masih terjaga pada tingkat yang cukup tinggi, walaupun mengalami perlambatan di setiap triwulan sepanjang tahun 2013 namun secara nominal terpantau adanya kenaikan investasi di Maluku Utara. jika pada triwulan III 2013 PMTB Maluku Utara tumbuh sebesar 5,2% (yoy), maka pada triwulan IV 2013 tumbuh melambat di angka 4,9% (yoy). kegiatan investasii pada triwulan laporan banyak digerakkan oleh pembangunan infrastruktur hampir diseluruh wilayah provinsi Maluku Utara dalam rangka mendukung program MP3EI baik infrastruktur dasar seperti jembatan dan jalan raya ataupun fasilitas pendukung transportasi lainnya seperti pelabuhan yang perannya cukup vital mengingat kondisi geografis Maluku Utara yang berupa kepulauan. Beberapa kegiatan pembangunan yang dilakukan adalah finalisasi jalan lingkar Pulau Morotai, pembangunan jalan 6

20 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH raya Sofifi Tobelo, perpanjangan run way bandara Baabullah, pembangunan dan pengoperasian pusat perbelanjaan baru di daerah Tapak Kota Ternate, serta berbagai kegiatan pembangunan lainnya di seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara. Grafik 1.14 Perkembangan Investasi di Maluku Utara PMTB g_yoy (aksis kanan) I II III IV I II III IV I II III IV 16.0% 14.0% 12.0% 10.0% 8.0% 6.0% 4.0% 2.0% 0.0% Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Investasi Grafik 1.16 Perkembangan Konsumsi Semen Kredit Investasi g_yoy (aksis kanan) % 70.00% 35, % 30, % 25, % 30.00% 20, % 15, % 10, % % 5, % - Konsumsi Semen g_yoy (aksis kanan) % 400.0% 300.0% 200.0% 100.0% 0.0% % Sumber : ASI Selain itu, pertumbuhan investasi di Maluku Utara juga tercermin dari perkembangan kredit investasi yang disalurkan perbankan hingga Desember 2013 yang tercatat sebesar Rp. 483,46 miliar atau naik signifikan sebesar 34,25% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan laporan, volume pengadaan semen di Maluku Utara naik sebesar 17,8% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini turut mengkonfirmasi pertumbuhan positif kegiatan investasi dan pembangunann di Maluku Utara baik yang berupa fisik maupun nonn fisik. 7

21 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Pengeluaran Pemerintah Kinerja pengeluaran pemerintah pada triwulan IV 2013 tumbuh sebesar 6,03% (yoy), terakselerasi sebesar 1,95 poin jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,07% (yoy). akselerasi pengeluaran pemerintah ini juga terjadi jika dilihat dari data triwulanannya (qtq) yang tumbuh 3,83% (qtq), lebih tinggi jika dibandingkan triwulan III 2013 yang berada pada posisi 1,95% (qtq). Penghujung tahun merupakan jadwal penyelesaian berbagai proyek pembangunan pemerintah baik yang dibiayai melalui APBD maupun APBN sehingga pembayaran cermin kedua kontraktor terjadi di triwulan laporan. Hal ini mendorong naiknya realisasi pengeluaran pemerintah di akhir tahun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 1.17 Perkembangan Pengeluarann Pemerintah Grafik Perkembangan Giro Pemda Kons. Pemerintah g_yoyy (aksis kanan) Giro Pemda g yoy (aksis kanan) % % % % Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q I II III IV I II III IV I II III IV % % Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Peningkatan belanja pemerintah secara triwulanan juga terlihat dari perkembangan saldo giro pemerintah di perbankan, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota. Pada triwulan IV 2013, jumlah saldo pemerintah di perbankan mengalami penurunan sebesar 21,15% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya atau 48,97% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Semakin rendah saldo giro yang dimiliki Pemda menandakan bahwa pengeluaran belanja pemerintah daerah pada tahun berjalan sudah relatif baik. Jumlah saldo yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu menunjukkan realisasi belanja pemerintah lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya Kegiata Ekspor Impor Kinerja ekspor dan impor di penghujung tahun 2013 terpantau mengalami pertumbuhan positif walaupun hingga akhir tahun tercatat net import dimana nilai impor sedikit lebih tinggi 8

22 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH dibandingkan nilai ekspor. Kondisi net import ini terlihat sejak triwulan III 2012 namun tren ekspor Maluku Utara yang menurun terlihat sejak tahun-tahun sebelumnya. Perkembangan ekspor pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan positif yaitu naik sebesar 1,8% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau naik sebesar 6,4% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini juga terlihat dari kegiatan ekspor Maluku Utara yang bergerak naik baik secara nilai maupun beratnya jika dibandingkan dengan periodee yang sama tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 40% (yoy) dan 10% (yoy). Nilai ekspor Maluku Utara selama tahun 2013 mencapai 16,3 juta ton dimana kegiatan yang dilakukan adala kegiatan ekspor luar negeri dan ekspor antar daerah. Grafik 1.19 Perkembangan PDRB Sektor Ekspor 600, , , , , , Ekspor g_yoy (aksis kanan) I II III IV I II III IV I II III IV (1.0) Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.20 Perkembangan Volume Ekspor Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Berat g_berat_yoy (aksis kanan) 300% % % 150% % % % Nilai g_nilai_yoy y (aksis kanan) 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% 0.00 I II III IV I II III IV I II III IV -50% 0.00 I II III IV I II III IV I II III IV -50% Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah 9

23 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Jika ditilik berdasarkan nilainya, ekspor Maluku Utara masih didominasi oleh ekspor bijih nikel. Melesatnya ekspor bijih nikel Maluku Utara terlihat sejak September 2012 yang merupakan respon dari kebijakan pemerintah pusat yang melarang perusahaan mengekspor raw material (untuk komoditas tertentu tidak termasuk seperti misalnya batu bara) per Januari 2014 atau lebih dikenal dengan UU Minerba. Selain itu, turunnya harga nikel di pasar global juga mendorong perusahaan nikel untuk meningkatkan kapasitas ekspornya untuk menjaga jumlah margin perusahaan paad level aman. Harga nikel dipenghujung tahun 2013 berada pada level USD ,6/MT, turun 9,2% (qtq) jika dibandingkan triwulan sebelumnya atau turun 20,2% (yoy) jika dibandingkan akhir tahun Semakin besar volume ekspor nikel yang dipasok ke pasar global oleh negara-negara penghasil nikel termasuk Indonesia, menyebabkan over supply komoditas dimaksud dan menarik harga jual nikel pada level yang lebih rendah. Selain itu, hadirnya teknologi baru yang diterapkan pada produksi nikel pig iron sebagai komoditas substitusi dari nikel mengakibatkan turunnya biaya produksi nikel pig iron sehingga harga nikel dunia ikut tertekan. Grafik 1.22 Perkembangan Ekspor Kopra Grafik Perkembangan Ekspor Nikel 1,200,000 1,000, , , , ,000 0 Ekspor Kopra g_yoy (aksis kanan) I II III IV I II III IV I II III IV % 8,000, % 7,000, % 6,000,000 5,000, % 4,000, % 3,000, % 2,000, % 1,000, % 0 Ekspor Nikel g_yoy (akasis kanan) I II III IV I II II II IV I II III IV 350.0% 300.0% 250.0% 200.0% 150.0% 100.0% 50.0% 0.0% -50.0% % Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah 10

24 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Grafik 1.24 Perkembangan Harga Internasional Ribu $ Nikel Emas (Aksis Kanan) Sumber : IMF Sementara itu, perkembangan aktivitas ekspor antar daerah tercermin dari kegiatan muat barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate yang tercatat mengalami pertumbuhan positif. Selama triwulan laporan, tercatat volume muat barang sebesar ton/m 3 atau naik sebesar 11,9% (yoy) jika dibandingakn dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun turun tipis sebesar 0,1% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 1.25 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yanii Ternate Volume Muat g_yoy (aksis kanan) 250.0% I II III IV I II III IV I II III IV 200.0% 150.0% 100.0% 50.0% 0.0% -50.0% % Sumber : Pelindo Disamping itu, perkembangann impor Maluku Utara juga mengalami koreksi sebesar 22,4% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini berbalik arah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh tipis sebesar 0,2% (yoy). Penurunan volume impor ini menunjukkan bahwa sisi suplai internal Maluku Utara mengalami pertumbuhan 11

25 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH dalam kemampuan pemenuhan sisi permintaan. Secara agregat, impor dalam negeri masih menjadi pemilik pangsa utama kegiatan impor Maluku Utara. 300, , , , , ,000.0 Grafik 1.26 Perkembangan PDRB Riil Sektor Impor Impor g_yoy (aksis kanan) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.27 Perkembangan Kegiatan Impor Grafik Perkembangan Kegiatan Bongkar Barang Berat Nilai (aksis kanan) ,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 Volume Bongkar g_yoy (aksis kanan) 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% -20.0% I II III IV I II III IV I II III IV % Sumber : BPS Provinsi Malukuu Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah 1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran Struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan IV 2013 tidak banyak berubah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya ataupun periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor pertanian masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Maluku Utara dengan pangsa 33,2%, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 27,4%, dan sektor industri pengolahan sebagai penyumbang terbanyak ketiga dengan pangsa sebesar 12,4%. Sedangkan sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10% termasuk sektor pertambangan dan penggalian yang diharapkan akan menjadi sektor unggulan lainnya memiliki pangsa sebesar 4,4%. 12

26 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Grafik 1.29 Struktur PDRB Sisi Penawaran Keuangan, 3.9 Bangunan, 3.3 Pertambangan, 4.4 Jasa-jasa, 7.3 Pengangkutan dan Komunikasi, 7.6 LGA, 0.6 Pertanian, PHR, 27.4 Industri Pengolahan, Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara menunjukkan kinerja positif di penghujung tahun Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) merupakan sektor yang menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan PDRB Maluku Utara yang yaitu sebesar 3,63% (yoy). Selain itu, sektor ini juga tercatat sebagai sektor dengan pertumbuhan menembus angka dua digit di triwulan IV 2013 yaitu sebesar 12,06% (yoy).. kemudian diikuti oleh sektor keuangan, perusahaan di posisi kedua yang tumbuh sebesar 9,74% (yoy) dan sektor industri pengolahan sebagai sektor tertinggi ketiga dengan pertumbuhan sebesar 7,95% (yoy). Grafik 1.2 Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran persewaan dan jasa Sektoral Pertanian 1.55 Pertambangan dan Penggalian 1.51 Industri Pengolahan 7.95 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5.82 Bangunan 3.75 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi 4.27 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9.74 Jasa-jasa 7.63 PDRB 6.50 Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Pertumbuhan (yoy ) Sumber Pertumbuhan

27 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Sektor Pertanian Triwulan IV 2013 ini, sektor pertanian tumbuh relatif stabil sebesar 1,55% (yoy). Pertumbuhan ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan II dan triwulan III tahun yang sama yaitu sebesar 1,52% (yoy) dan 1,53% (yoy). Selama tahun 2013, sektor ini mengalami pertumbuhan tertinggi pada awal tahun sebesar 3,5% (yoy) kemudian stagnan pada level 1,5% (yoy) hingga tahun 2013 berakhir. Pertumbuhan sektor yang satu ini sangat dipengaruhi oleh jadwal tanam dan panen berbagai komoditas penyusunnya serta perubahan cuaca dapat mengakibatkan penurunan atau naiknya kapasitas produksi sektor pertanian. Namun demikian, tren pertumbuhan sektor utama PDRB Maluku Utara ini memang terlihat menurun dari waktu ke waktu. Pertumbuhan sektor pertanian selama tiga triwulan (triwulan I, II dan III) di 2013 ini adalah pertumbuhan terendah sejak tahun Namun jika dilihat lebih jauh kebelakang, Maluku Utara sempat mencatatkan pertumbuhan negatif untuk sektor ini pada triwulan III tahun 2001 yaitu sebesar -4,1% (yoy). Salah satu alasan terjadinya tren penurunan pertumbuhan sektor ini karena semakin kecilnya animo masyarakat untuk menekuni sektor ini dan mulai beralih ke sektor lain yang dianggap memiliki prospek pendapatan yang lebih baik seperti halnya sektor PHR atau menjadi pegawai pemerintah. Grafik 1.30 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian Pertanian g_yoy (aksis kanan) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Subsektor tanaman perkebunan merupakan penyumbang terbesar terhadap perkembangan sektor pertanian dengan pangsa sebesar 14,3% dan tingkat pertumbuhan sebesar 0,8% (yoy). Kemudian disusul oleh subsektor tanamann bahan pangan dengan pangsa sebesar 8,0% yang tumbuh sebesar 2,7% (yoy), sedangkan subsektor perikanan tumbuh sebesar 1,7% (yoy) dan pangsa yang dimiliki sebesar 6,6%. 14

28 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Berdasarkan angka ramalan (ARAM II) tahun 2013, tanaman padi menunjukkan kinerja positif baik dari segi luas panen, produktivitas serta kapasitas produksinya. Luas panen tanaman padi mengalami pertumbuhan sebesar 6,93% (yoy) jika dibandingkan dengan angka tetap (ATAP) tahun 2012 dan dengan didukung oleh produktivitas yang naik sebesar 1,08% (yoy) mengakibatkan bertambahnya produksi tanaman padi sebesar 8,09% (yoy) atau sebanyak ton hingga akhir tahun 2013 dimana angka tetap (ATAP) 2012 mencatat produksi padi sebesar ton. Kondisi yang cukup variatif terlihat pada kinerja tanaman jagung dan kedelai di Maluku Utara jika dibandingkan dengan angka tetap (ATAP) tahun Tanaman jagung mengalami pengurangan luas panen sebesar -3,06% (yoy) menjadi hektar. Walaupun demikian, produktivitas tanaman ini tercatat tumbuh sebesar 9,62% (yoy) dan mendorong pertumbuhan produksinya sebesar 6,28% (yoy). Kondisi cuaca yang cukup mendukung pada saat jadwal tanam dan panen serta pelaksanaan program pemerintah daerah seperti pemberian bantuann teknis dan pelatihan kepada petani menyebabkann pengurangan luas lahan tidak berdampak signifikan terhadap produktivitas dan kapasitas produksi tanaman pangan yang satu ini. Sementara itu, tanaman kedelai mencatat kondisi yang berbalik arah dari perkembangan tanaman jagung. Luas panen tanaman kedelai mengalami pertumbuhan sebesar 4,29% (yoy) namun produktivitas dan kapasitas produksinya tumbuh negatif masing-masing sebesar -7,21% (yoy) dan -3,22% (yoy). Dengan asumsi jumlah permintaan terhadap kedelai yang masih sama, maka Maluku Utara harus melakukan penambahan impor kedelai untuk dapat memenuhi kebutuhannya karena stok yang tidak terjaga dengan baik akan mengakibatkan terdongkraknya harga dari komoditas tersebut termasuk produk-produk turunannya seperti tahu dan tempe yang merupakan komoditas yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat di Maluku Utara. Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya tercatat tumbuh sebesar 2,7% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,2% (yoy). Permintaan dari masyarakat yang semakin tinggi terhadap produk subsektor ini serta sisi produksi internal provinsi yang masih terbatas mengakibatkan Maluku Utara harus mengimpor sebagian besar kebutuhannya dari daerah lain seperti dari Surabaya, Makassar dan Manado. Oleh karena itu, saat ini pemerintah daerah mulai mengembangkan klaster ayam di Kota Ternate untuk mendorong pertumbuhan sisi produksi subsektor dimaksud dengan harapan dapat menurunkan tingkat ketergantungan terhadap daerah lain dan mampu menarik turun harga ke level yang lebih terjangkau sehingga mampu menjaga tingkat kesejahteraan riil masyarakat. 15

29 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Subsektor kehutanan menunjukkan kinerja positif pada triwulan IV 2013 dengan tumbuh sebesar 2,3% (yoy) setelah sebelumnya sempat mengalami pertumbuhan negatif selama tiga triwulan berturut-turut (triwulan I, II, dan III) di sepanjang tahun 2013 dengan koreksi masing-masing sebesar -2,7% (yoy) pada triwulan I, -4,2% (yoy) pada triwulan II dan -3,6% (yoy) pada triwulan III. Pertumbuhan sektor kehutanann di penghujung tahun ini menunjukkan adanya geliat produksi kayu dari kepulauan Halmahera. Setali tiga uang dengan sektor kehutanan, sektor perikanan juga mencatat kinerja positif pada triwulan laporan dengan mengalami pertumbuhan sebesar 1,7% (yoy) dimana pada dua triwulan sebelumnya (triwulan II dan III 2013) sempat mencatat pertumbuhan negatif masing-masing sebesar 0,4% (yoy) dan 0,9% (yoy). Pertumbuhan ini terkonfirmasi juga oleh pertumbuhan produksi ikan tangkap di Kota Ternate yang tumbuh tipis sebesar 4,7% (qtq)( jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun secara aggregat Januari Desember, total produksi ikan tangkap di Kota Ternate tumbuh tipis sebesar 0,2% (yoy) jika dibandingkann dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Total produksi ikan tangkap Kota Ternate sepanjang tahun 2013 sebanyak ton dari sebelumnya sebanyak ton pada tahun Perkembangan sektor pertanian juga tercermin dari perkembangan kredit yang dikucurkan untuk sektor ini oleh perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah sebanyak Rp. 62,19 miliar, tumbuh negatif sebesar -58,6% (yoy) jika dibandingkann dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun naik sebesar 6,8% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Kredit Sektor Pertanian I II III IV I II III IV g_yoy (aksis kanan) I II III IV 400.0% 350.0% 300.0% 250.0% 200.0% 150.0% 100.0% 50.0% 0.0% -50.0% % 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Grafik 1.32 Perkembangan Produksi Ikan Tangkap Cakalang kakap Merah Kerapu Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Sumber : PPN Kota Ternate 16

30 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 12,1% (yoy) pada triwulan IV Lebih tinggi 0,91 poin dibandingkann dengan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang berada pada level 11,2% (yoy). Sektor ini memberikan andil sebesar 27,3% terhadap pembentukan PDRB Maluku Utara triwulan triwulan sebelumnya yang berada pada angka 27,1%. Perkembangan pada sektor ini disokong oleh subsektor perdagangan besar dan eceran yang memberikan andil sebesar 26,9%, sedangkan andil subsektor hotel dan restoran relatif stabil dikisaran 0,2% sejak awal tahun hingga tahun 2013 berakhir. IV 2013 yang naik tipis dibandingkan andil yang diberikan pada Grafik 1.33 Perkembangan PDRB Riil Sektor PHR PHR g_yoy (aksis kanan) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Dilihat dari pertumbuhan tahunannya, subsektor perdagangan besar dan eceran mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,2% (yoy), lebih tinggi 0,9 poin dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang berada pada angka 11,3% (yoy). Sementara itu, subsektor hotel naik sebesar 8,0% (yoy) yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang berada di level 5,2% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari ata-rata indeks Tingkat Penghunian Kamar (TPK) selama triwulan IV 2013 yang tumbuh sebesar 60,4% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 24,4% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan subsektor restoran tumbuh sebesar 1,2% (yoy) atau turun tipis dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 1,9% (yoy). Subsektor restoran menunjukkan tren pertumbuhan yang menurun selama tahun 2013 dimana pertumbuhan tertingginya tercatat pada triwulan I yaitu sebesar 7,1% (yoy). 17

31 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Grafik 1.33 Perkembangan Kredit Sektor PHR Grafik Perkembangan TPK 4, , , , , , , Kredit Sektor PHR g_yoy (aksis kanan) I II III IV I II III IV I II III IV 60.00% % % % % % % 0 TPK g_yoy (aksis kanan) I II III IV I II III IV 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Meningkatnya kinerja sektor PHR terkonfirmasi dari perkembangan kredit yang disalurkan perbankan pada sektor ini yang tumbuh sebesar 41,91% (yoy) dengan total dana tersalurkan sebesar Rp. 3,56 triliun. Pertumbuhan dipenghujung tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 35,84% (yoy) Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan di triwulan IV 2013 cukup menggembirakan yaitu tumbuh 8,0% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 5,2% (yoy). Industri non-migas merupakan motor utama pertumbuhan sektor ini dengan andil sebesar 12,4% terhadap PBRD Maluku Utara triwulan IV Grafik 1.35 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan Industri Pengolahan g_yoy (aksis kanan) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah (1.0) 18

32 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Seiring dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan, industri manufaktur mikro dan kecil tumbuh sebesar 21,15% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 25,55% (yoy). Koreksi pertumbuhan terlihat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya industri furnitur sebesar 32,91% (yoy), kemudian disusul oleh industri galian bukan logam yang tumbuh 27,41% (yoy), dan industri makanan yang tumbuh 16,93% (yoy). Sementara itu, industri yang mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan laporan adalah industri minuman yang tercatat sebesar -7,68% (yoy), industri percetakan dan reproduksi media rekaman yang tumbuh negatif sebesar -5,18% (yoy). Tabel 1.3 Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Jenis Industri Industri Makanan Industri Minuman Industri Pakaian Jadi 2.76 Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 4.34 Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Logam Dasar Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 6.86 Industri Peralatan Listrik Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL Industri Alat Angkutan Lainnya Industri Furnitur 2.87 Industri Pengolahan Lainnya Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah yaitu sebesar -5,30% (qtq). Pertumbuhan qtq IMK tertinggi dialami oleh Pertumbuhan Triwulan IV 2013 yoy Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang relatif sama dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 1,5% (yoy) pada triwulan laporan. Pertumbuhan tertinggi sektor ini sepanjang tahun 2013 tercatat sebesar 4,6% (yoy) pada triwulan II 2013 dan menunjukkan tren menurun hingga akhir tahun. 19

33 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Subsektor penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 6,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,9% (yoy). Subsektor ini masih digerakkan oleh penambangan bahan galian tipe C seperti pasir. Hal ini terjadi seiring semakin maraknya pembangunan berbagai infrastruktur dan bangunan fungsional lainnya termasuk kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta terkait perluasan area untuk mengembangkan usaha mereka. Sementara itu, sektor pertambangan tanpa migas tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 0,8% (yoy), turun tipis dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,9% (yoy). Andil terbesar dari subsektor ini diberikan oleh kegiatan penambangann nikel yang tersebar di kepulauan Halmahera. Walaupun demikian, pertumbuhan kegiatan penambangan nikel diproyeksikan akan mengalami penurunan signifikan seiring diaplikasikannya UU Minerba sejak awal tahun depan oleh pemerintah pusat sehingga perusahaan yang belum memiliki smelter harus menghentikan sementara kegiatan produksinya hingga mereka memiliki cara untuk mengolah biji nikel sebelum dijual ke pasar internasional. Grafik 1.36 Grafik 1.37 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perkembangann Kredit Pertambangan dan Penggalian Sektor Pertambangan dan Penggalian 35.0 Pertambangan & Penggalian g_yoy (aksis kanan) Kredit Sektor Pertambangan g_yoy (aksis kanan) 3000% % % % % % % 30.0 (1.0) % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, semakin dekatnya penerapan UUD Minerba pada tahun 2014 mendorong beberapa perusahaan yang bergerak di bidang penambangan biji nikel untuk membangun smelter di beberapa lokasi seperti halnya di Kabupaten Halmahera Timur dan di Pulau Obi Halmahera Selatan. Disisi lain, perkembangan kredit yang disalurkan pada sektor ini tercatat mengalami kontraksi pada triwulan laporan sebesar -53,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada triwulan sebelumnya sebesar -26,5% (yoy). Kredit yang disalurkan di sektor ini mulai terlihat mengalami kontraksi pertumbuhan sejak triwulan III

34 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2.1 Kondisi Umum Laju kenaikan harga barang dan jasa tahunan (yoy) di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate mengalami peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (yoy), jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,29% (yoy). Tekanann inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing-masing tercatat sebesar 8,38% (yoy) dan 7.02% (yoy). Tekanan inflasi bulanan Kota Ternate menunjukkan tren yang berfluktuasi. Pada Oktober 2013, Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,44% (mtm) setelah pada bulan September 2013 sempat mengalami deflasi yang cukup dalam yaitu sebesar -2,39% (mtm). Kemudian tekanan harga barang dan jasa kembali melemah di bulan November yang ditunjukkan dengan terjadinya deflasi di Kota Ternate sebesar -0,29% (mtm). Namun harga barang dan jasa kembali terakselerasi pada Desember 2013 hingga Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,88% (mtm) dimana gejolak harga pada akhir periode pelaporan ini dimotori oleh pergerakan komoditas dari kelompok volatile foods terutama komoditas perikanan sebagai dampak terganggunya pasokan stok ikan segar karena faktor cuaca sehingga di akhir tahun 2013 kelompok bahan makanan tercatat memberikan sumbangan terbesar yaitu 0,77% terhadap inflasi umum Kota Ternate. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan di Kota Ternate dimotori oleh meningkatnya tekanan pada kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods). Sementara itu, kelompok inti (core inflation) dan kelompok administered price mengalami pergerakan yang relatif stabil. 21

35 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Grafik 2.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional yoy_nasional yoy_sulampua yoy_malut Grafik 2.2 Laju Inflasi Triwulanan (qtq)( Kota Ternate, Sulampua & Nasional Nasional Sulampua Ternate Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 2.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate Inflasi Tahunan (yoy) Pergerakan inflasi tahunan (yoy) di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate mengalami peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (yoy), jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,29% (yoy). Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih tinggii dibandingkan dengan Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing-masing tercatat sebesar 8,38% (yoy) dan 7.02% (yoy). Tabel 2.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Kelompok Barang dan Jasa Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi Umum Tahunan (yoy ) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 2012 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Q2 Q3 Q Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan disumbangkan oleh seluruh kelompok yang ada. Inflasi tahunan Kota Ternate disumbang oleh tiga kelompok utama yaitu kelompok Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih (3,35%) yang mengalami inflasi sebesar 12,47% (yoy), kelompok Bahan Makanan (2,71%) dengan tingkat inflasi 9,32% (yoy), dan kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (2,00%) yang mengalami inflasi tahunan tertinggi diantara kelompok barang dan 22

36 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH jasa sebesar 13,97% (yoy). Sementara itu, sumbangan terkecil berasal dari kelompok Kesehatan (0,09%) dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 2,59% (yoy). Sedangkan kelompok barang dan jasa lainnya memberikan sumbangan dibawah 1% dengan tingkat inflasi tahunan (yoy) yang variatif yaitu berkisar antara 4,96% hingga 9,56%. Apabila dilihat lebih lanjut, komoditas yang menyokong besarnya andil kelompok Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih terhadap inflasi tahunan Kota Ternate utamanya berasal dari subkelompok Biaya Tempat Tinggal yaitu Kontrak Rumah (1,21%), Tukang Bukan Mandor (0,90%) dan Sewa Rumah (0,52%). Sedangkan dari kelompok Bahan Makanan, subkelompok Buah-buahan dan Ikan Segar adalah penyumbang utama dengan komoditasnya yaitu Jeruk (0,43%), Ikan Cakalang (0,49%) dan Ikan Malalugis (0,40%). Dari kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan, komoditas penyumbang utamanya berasal dari subkelompok Transpor yaitu dari komoditas Angkutan Dalam Kota (0,94%), Tarif Sewa Motor (0,90%) dan Bensin (0,46%). Tabel 2.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate (%) Komoditas Inflasi/Deflasii INFLASI Solar Kontrak Rumah Angkutan Dalam Kota Tukang Bukan Mandor Tarif Sewa Motor Sewa Rumah Ikan Cakalang Jeruk Ikan Malalugis DEFLASI Ikan Tuna Ikan Kembung Semen Pasir Cakalang Asap Kacang Panjang Angkutan Udara Ikan Tude Teri Andil Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Grafik 2.3 Inflasi & Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate (%) Kesehatan Makanan Jadi Sandang Bahan Makanan Pendidikan LGA Transpor Inflasi Andil Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Inflasi Triwulanan (qtq) Berbeda dengan inflasi tahunannya yang terakselerasi tipis dipenghujung tahun 2013, inflasi triwulanan Kota Ternate tercatat mengalami koreksi tajam jika dibandingkan dengan triwulan III Namun jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012, inflasi triwulanan Kota Ternate 23

37 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH membukukan peningkatan laju inflasi dari sebelumnya sebesar 0,88% (qtq) pada triwulan IV 2012 menjadi 0,99% (qtq) pada triwulan IV Faktor penyebab terjadinyaa inflasi di penghujung tahun masih berasal dari perayaan Hari Raya Natal dan libur tahun baru serta peralihan musim yang menyebabkan naiknya tinggii gelombang di perairan Maluku Utara dan mempengaruhi laju distribusi serta kapasitas produksi sektor perikanan. Komoditas yang berasal dari kelompok volatile foods memang seringkali menjadi lokomotif terakselerasinya inflasi di Kota Ternate baik secara tahunan, triwulanan maupun bulanan. Tabel 2.3 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) TQ Kelompok Barang dan Jasa 2012 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi Umum Tahunan (yoy ) Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Berdasarkan kelompoknya, peningkatan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 3,84% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 8,73% (qtq) dimana inflasi tertinggi terjadi pada komoditas ikan segar dan padi-padian, umbi-umbian serta hasilnya yaitu masing-masing sebesar 25,28% (qtq) dan 3,34% (qtq). Hal ini didorong oleh kondisi musim yang mengalami peralihan di akhir triwulan IV 2013 sehingga mempengaruhi kapasitas produksi sektor perikanan dan bermuara pada naiknya harga baik di tingkat produsen maupun konsumen. Kelompok lain yang mengalami inflasi adalah kelompok Sandang (2,65%),, kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (1.65%), dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (0,55%). Sementara itu, kelompok lainnya mengalami deflasi yang berkisar antara -0,13% (qtq) hingga -1,07% (qtq) Q2 Q3 Q Inflasi Bulanan (mtm) Laju inflasi bulanan (mtm) Kota Ternate sepanjang triwulan IV 2013 terpantau cukup fluktuatif dimana angkanya berada di bawah inflasi bulanan Nasional namun masih lebih tinggi dibandingkan inflasi bulanan Zona Sulampuaa (Grafik 2.3). Bulan Oktober 2013, Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,44% (mtm), kemudian di bulan selanjutnya harga mengalami koreksi sehingga 24

38 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH tercatat deflasi sebesar -0,29% (mtm). Namun harga kembali terdongkrakk di penghujung tahun dengan tingkat inflasi sebesar 0,84% (mtm) sebagai dampak seasonal factor perayaan hari natal dan liburan tahun baru serta pancaroba yang mempengaruhi suplai. Grafik 2.4 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 7.00 mtm_nasiona (Des 2013 : 0,55%) 6.00 mtm_sulampua (Des 2013 : 1,14%) 5.00 mtm_malut (Des 2013 : 0,84%) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Oktober 2013 Awal triwulan IV 2013, Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,44% (mtm) atau 11,07% (yoy) secara tahunan. Laju inflasi ini terjadi setelah sebelumnya Kota Ternate sempat mengalami koreksi harga terdalam sepanjang tahun 2013 sebesar -2,39% (mtm) padaa September Kelompok bahan makanan merupakan kelompok dengan tingkat inflasi tertinggi yaitu sebesar 1,51% (mtm) dimana komoditas yang memotorinya Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut Kelompok Barang & Jasa Oktober 2013 Bahan Makanan Makanan Jadi Pendidikan Sandang Kesehatan Perumahan, LGA (0.01) (0.00) Transpor (1.31) (0.20) Inflasi Andil (1.70) (1.20) (0.70) (0.20) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah berasal dari subkelompok ikan segar (0,78%, mtm) dan buah-buahan (0,17%, mtm). Faktor cuaca yang sangat mempengaruhi kapasitas produksi nelayan dan kemudian mempengaruhi stok ikan segar di pasar adalah pemilik andil terbesar volatilitas harga ikan segar. Berdasarkan andilnya, komoditas perikanan memiliki andil yang cukup besar terhadap inflasii umum Kota Ternate sehingga perubahan yang terjadi pada sektor ini mampu mempengaruhi inflasi umum Kota Ternate secara signifikan. Selanjutnya kelompok pendidikan mengalami inflasi sebesar 1,21% (mtm) dan digerakkan oleh komoditas dari subkelompok rekreasi (0,07%, mtm). Sedangkan kelompok 25

39 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH makanan jadi yang mengalami inflasi sebesar 0,91% (mtm) didorong oleh komoditas dari subkelompok makanan jadi (0,06%, mtm) dan minuman tidak beralkohol (0,06%, mtm). November 2013 Grafik 2..6 Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut Kelompok Barang & Jasaa November 2013 Sandang Makanan Jadi Pendidikan Kesehatan (0.23) (0.01) Transpor (0.23) (0.03) Bahan Makanan (0.41) (0.12) Perumahan, LGA (0.85) Inflasi Andil (0.24) (1.00) (0.50) Pertengahan triwulan IV 2013, koreksi harga terjadi di Kota Ternate sehingga tercatat deflasi sebesar -0,29% (mtm) atau 9,70% (yoy) secaraa tahunan. Deflasi ini disebabkan oleh 4 dari 7 kelompok barang dan jasa mengalami deflasi. Sedangkan 3 kelompok sisanyaa mengalami inflasi dibawah 1% dimana kali ini kelompok sandang adalah kelompok yang mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,96% Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah (mtm) dengan andil sebesar 0,06%(mtm) terhadap inflasi umum Kota Ternate. Inflasi yang terjadi pada kelompok sandang ini dimotori oleh komoditas dari subkelompok sandang wanita (0,08%, mtm) dan sandang laki-laki (0,03%, mtm). Kelompok selanjutnya yang mengalami inflasi tertinggi di bulan November 2013 adalah kelompok pendidikan sebesar 0,35% (mtm) dimana pemilik andil tertinggi dari pergerakan harga di kelompok ini disumbangkan oleh subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 0,01% (mtm) dan subkelompok sisanya bergerak relatif stabil. Selain itu, kelompok makanann jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,24% (mtm) dengan komoditas dari subkelompok makanan jadi (0,04%, mtm) sebagai motor tunggal penggerak harga sedangkan komoditas yang menahan laju inflasi berasal dari subkelompok minuman tidak beralkohol (-0,01, mtm). Subkelompok ikan segar dari kelompok bahan makanan yang pada bulan sebelumnya mendongkrak inflasi Kota Ternate mengalami perlambatan kenaikan harga. Sedangkan subkelompok buah-buahan masih melaju di pertengahan dipertengahan triwulan IV Desember 2013 Dipenghujung tahun 2013, Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,84% (mtm) atau sebesar 9,78% (yoy) secara tahunan. Kelompok bahan makanan adalah kelompok yang mengalami inflasi tertinggi sebesar 2,72% (mtm) serta pemilik andil terbesar atas inflasi bulanan periode Desember 2013 yaitu 0,77% (mtm).( Pergerakan harga kelompok ini dimotori oleh komoditas dari subkelompok ikan segar (0,55%, mtm), bumbu-bumbuan (0,41%, mtm), padi, umbi-umbian dan 26

40 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH hasilnya (0,16%, mtm) dan sayur-sayuran (0,13%, mtm). Selanjutnya adalah kelompok sandang yang mengalami inflasi tertinggi kedua sebesar 1,33% (mtm) dengan andil sebesar 0,08% (mtm). Grafik 2.7 Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut Kelompok Barang & Jasaa Desember 2013 Bahan Makanan Sandang Transpor Perumahan, LGA Pendidikan (0.00) (0.00) Kesehatan (0.03) (0.00) Makanan Jadi (0.59) (0.08) Inflasi Andil (1.00) (0.50) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Pergerakan harga dikelompok ini dimotori oleh komoditas dari subkelompok sandang wanita (0,03%, mtm), barang pribadi dan sandang lainnya (0,03%, mtm) serta sandang Sedangkan laki-lak (0,01%, mtm). kelompok transpor yang mengalami inflasi sebesar 0,48% (mtm) memiliki andil sebesar 0,07% (mtm) terhadap inflasi umum bulanan Kota Ternate. Faktor cuaca, perayaan hari natal dan liburan tahun baru merupakan alasan naiknya harga berbagai komoditas di bulan Desember Faktor-Faktor Penggerak Inflasi Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan dipengaruhi oleh gejolak harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan (volatile foods). Sementara itu, kelompok inti (core inflation) dan kelompok administered price terpantau relatif stabil. Grafik 2.8 Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya Grafik 2.9 Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya Vol. Foods Adm. Price Core Umum Vol. Foods Adm. Price Core Umum Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Faktor Fundamental Tekanan inflasi inti (core inflation) pada triwulan IV 2013 terpantau stabil dan sedikit mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya namun masih jauh lebih tinggi 27

41 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Inflasi inti di akhir triwulan IV 2013 tercatat sebesar 8,15% (yoy) dengan sumbangan sebesar 5,02% (yoy). Sedangkan pada triwulan III 2013 tercatat inflasi inti sebesar 9,05% (yoy) dengan andil sebesar 5,61% (yoy)( dan pada triwulan IV 2012 tercatat inflasi inti sebesar 5,22% (yoy) dengan andil sebesar 3,16% (yoy). Stabilnya inflasi inti didukung oleh meredanya tekanan faktor eksternal seiring dengan melandainya harga komoditas global seperti harga emas dan harga minyak dunia yang terpantau cukup stabil. Tekanan depresiasi rupiah yang terjadi di triwulan IV 2013 dapat dikendalikan sehingga tingkat kestabilan rupiah terjaga dengan baik. Grafik 2.10 Pergerakan Harga Nikel dan Emas Internasional Grafik Pergerakan Harga Crude Oil West Texas Intermediate Ribu $ Nikel Emas (RHS) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah WTI g_price_yoy (aksis kanan) Jan-11 M ar-11 M ay-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 M ar-12 M ay-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 M ar-13 M ay-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% Dari sisi domestik, terjaganya inflasi inti didorong pula oleh kemampuan sisi penawaran dalam menjawab fluktuasi sisi permintaan. Hal tersebut tercermin dari penggunaan kapasitas produksi yang masih berada pada level moderat. Interaksi Permintaan dan Penawaran Di triwulan akhir 2013, tingkat konsumsi masyarakat yang cukup tinggi sebagai faktor perayaan hari raya natal serta liburan tahun baru direspon dengan penggunaan kapasitas produksi di level moderat sehingga mampu menjaga ketersediaan pasokan sehingga inflasi di akhir triwulan masih terjaga dibawah 1%. Walaupun demikian, faktor cuaca yang mempengaruhi tinggi gelombang di perairan Maluku Utara mempengaruhi kapasitas produksi ikan sehingga stok ikan di pasar berkurang dan mempengaruhi lonjakan harga komoditas dimaksud di akhir triwulan laporan. 28

42 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Eksternal Sepanjang triwulan IV 2013, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang semakin kuat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika ditutup pada level Rp / USD pada triwulan IV Secara point to point, tekanan terhadap nilai rupiah menguat sebesar 4,96% dari posisi triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp / USD atau naik sebesar 26% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang terpantau pada level Rp / USD. Walaupun tekanan terus menguat, tingkat volatilitas rupiah tetap terjaga sehingga aliran dana investasi tetap mengalir dengan lancar. Hal ini mencerminkan masih optimisnya investor terhadap perkembangan ekonomi Nasional ditengah terjadinya kenaikan harga berbagai komoditas impor. Sementara itu, harga komoditas internasional seperti emas dan minyak mentah (West Texas Intermediate) mengalami fluktuasi sepanjang triwulan IV 2013 (Grafik 2.10 dan 2.11). Walaupun demikian, tingkat harga yang terjadi selama triwulan laporan masih berada dibawah harga triwulan sebelumnya. Khusus untuk komoditas emas, penurunan harga terjadi baik secara triwulanan (qtq) maupun secara tahunan (yoy). Secara triwulanan, harga emas di pasar internasional terpantau turun sebesar 9,2% (qtq) dan secara tahunan terpantau turun cukup signifikan yaitu sebesar 27,4% (yoy). Sedangkan untuk komoditas minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), secara triwulanan turun sebesar 7,9% (qtq) namun secara tahunan terjadi peningkatan harga sebesar 11% (yoy). Grafik 2.12 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Rp12,500 Rp12,000 Rp11,500 Rp11,000 Rp10,500 Rp10,000 Rp9,500 Rp9,000 Rp8,500 Rp8,

43 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Non Fundamental Volatile Foods Berdasarkan data tahunannya, tekanan inflasi yang dialami kelompok volatile foods pada akhir triwulan IV 2013 mengalami peningkatan baik jika dibandingkan dengann triwulan sebelumnya maupun jika dibandingkan dengan data pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Desember 2013, kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 11,41% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,78% (yoy) terhadap inflasi Umum Kota Ternate, lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat pada angka 8,99% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,15% (yoy). Perubahan yang cukup signifikan terlihat jika dibandingkan dengan akhir triwulan IV 2012 dimana kelompok ini tercatat mengalami deflasi sebesar -0,29% (yoy) dengan sumbangan sebesar -0,07% (yoy). Grafik 2.13 Pergerakan Harga Ikan di Maluku Utara 45,000 Cakalang kakap Merah Kerapu 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des 2013 Sumber : PPN Kota Ternate, diolah Grafik 2.14 Perkembangan Volume Produksi Ikan di Maluku Utara 450,000 12, ,000 10, , ,000 8, ,000 6, , ,000 4, ,000 2,000 50, Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des 2013 Cakalang Kerapu Kakap Merah (aksis kanan) Sumber : PPN Kota Ternate, diolah Tekanan inflasi kelompok volatile foods pada triwulan laporan dimotori oleh naiknya sisi permintaan seiring perayaan hari natal sert aliburan tahun baru. Selain itu, pancaroba yang terjadi di akhir triwulan laporan mempengaruhi distribusi barang dari luar provinsi sehingga mempengaruhi harga komoditas-komoditas impor seperti komoditas daging, telur, susu, buahperubahan cuaca yang buahan, dan bumbu-bumbuan. Sedangkan untuk komoditas perikanan, berdampak pada naiknya tinggi gelombang di perairan Maluku Utara menggiring naik harga ikan. Kenaikan harga ini terjadi padaa tingkat produsen dan terlebih lagi di tingkat konsumen. Pola kenaikan harga sejumlah komoditas volatile foods yang terjadi secaraa nasional juga dialami oleh Maluku Utara namun pada magnitude yang lebih besar. Hal ini merupakan dampak dari masih besarnya ketergantungan Maluku Utara terhadap barang impor dari daerah lain dalam memenuhi 30

44 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH kebutuhannya. Disamping itu, struktur pasar yang berbentuk oligopoli dalam tata niaga komoditas volatile foods menyebabkan inflasi bergerak lebih tinggi dari sebagian besar daerah lain di Indonesia serta dengan tingkat rigiditas yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan tekanan inflasi yang dirasakan oleh masyarakat Maluku Utara terjadi pada jangka waktu yang lebih lama dibandingkan daerah lain dan dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan riil masyarakat yang terindikasi dari menurunnya purchase ability mereka. Administered Price Secara tahunan, inflasi yang dialami oleh kelompok administered price padaa akhir triwulan IV 2014 tercatat sebesar 14,03% (yoy)) dengan andil terhadap inflasi umum Kota Ternate sebesar 1,97% (yoy). Lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun akhir tahun sebelumnya. Pada triwulan III 2013, tekanan pada kelompok ini tercatat sebesar 13,43% (yoy) dengan andil sebesar 1,90 (yoy) dan tercatat inflasi sebesar 1,43% (yoy)) dengan andil sebesar 0,20% (yoy) pada akhir tahun Naiknya tekanan inflasi kelompok administered price disebabkan oleh inflasi pada komoditas dari subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (4,70%, yoy), bahan bakar, penerangan dan air (6,34%, yoy), dan transpor (21,17%, yoy). 31

45 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 32

46 BOKS I. Perilaku Volatile Food dan Inflasi Umum Kota Ternate Inflasi Kota Ternate sebagai representasi dari Provinsi Maluku Utara memiliki perilaku yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan komoditas-komoditas volatile foodnya. Kondisi ini memang tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan perilaku inflasi daerah lainnya di seluruh indonesia yang sangat sensitif terhadap gejolak harga komoditas penyusunn volatile food. Namun demikian, tingkat sensitifitas inflasi Kota Ternate terhadap pergerakan harga volatile food tergolong sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pergerakan andil yang diberikan oleh komoditas kelompok volatile foods sangat mirip dengan tren inflasi Kota Ternate baik itu inflasi bulanan, triwulanan maupun tahunan. Grafik 1 Pergerakan Inflasi dan Andil Kelompok Volatile Food (1.00) (2.00) (3.00) (4.00) Inflasi (mtm) Andil Vol. Foods Inflasi (qtq) Andil Vol. Food (2.00) (4.00) Inflasi (yoy) Andil Vol. Food Sumber : BPS Provinsi Malukuu Utara, diolah (2.00)

47 BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DAN INFLASI UMUM KOTA TERNATE Tingginya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia secara general ini bukan merupakan hal yang membanggakan namun harus diakui bahwa hal tersebut pernah menjadi alasan lolosnya Indonesia dari gelombang sunami finansial yang melanda dunia pada tahun Negara-negara di -daerah Asia timur seperti Jepang, China dan Korea serta negara-negara besar di kawasan Amerika dan Eropa yang notabene tingkat konsumsi yang jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia, bahkan masyarakat di Jepang yang terkenal sangat suka menabung sampai-sampai hutang terbesar pemerintah jepang bukan kepada negara lain namun kepada masyarakat sendiri, tidak mampu menghindar dari bencana finansial global tersebut. Namun demikian, saat ini sudah terlihat adanya perbaikan kondisi perekonomian global yang ditandai dengan meningkatnya posisi ekspor dari Indonesia dengan tujuan negara-negara tersebut diatas. Grafik 2 Pergerakan Inflasi Umum dan Inflasi Kelompok Volatile Food Inflasi (mtm) Inflasi Vol. Food (mtm) Inflasi (qtq) Inflasi Vol. Food (qtq) (5.00) (10.00) (5.00) (10.00) (15.00) (15.00) Inflasi (yoy) Inflasi Vol. Food (yoy) Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah (5.00) Pada dasarnya, terjaganya sisii suplai yang berasal dari hasil produksi internal maupun kegiatan impor dari luar negeri dan luar daerah akan mampu menjaga kestabilan harga karena kemampuan sisi suplai menjawab gejolak permintaan akan mencegah adanya kenaikan harga yang disebabkan terbataasnya stok internal. Selain terjaganya sisi suplai, hal lain yang sering kali menjadi alasan 34

48 BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DAN INFLASI UMUM KOTA TERNATE bergejolaknya harga komoditas penyusun volatile food yang sebagian besar terdiri dari bahan makanan adalah faktor cuaca. Selain mampu mempengaruhi kapasitas produksi tanaman bahan pangan, faktor cuaca juga mempengaruhi kelancaran distribusi. Terlebih lagi pengiriman barang- transportasi laut barang impor dari luar negeri maupun luar daerah ke Maluku Utara menggunakan sehingga kecepatan angin dan tinggi gelombang sangat mempengaruhi cepat tidaknya barang impor untuk sampai ke konsumen. Disamping itu, infrastruktur dan manajemen pelabuhan merupakan tantangan lain yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah daerah Maluku Utara serta pihak terkait seperti halnya instansi pengelola pelabuhan. Kurang baiknya manajemen bongkar-muat barang sempat menjadi momok permasalahan pada beberapaa waktu yang lalu yang melibatkan komoditas bawang merah dan putih. Gangguan stok pada level nasional menyebabkan menurunnya stok di daerah sehingga harga melambung dan mendongkrak laju inflasi. Berbagai gangguan tersebut akan direspon dengan naiknya harga berbagai komoditas penyusun volatile foods dan banyaknya komoditas penyusunnya juga memberikan andil terhadap tingginya bobot kelompok ini terhadap inflasi umum Kota Ternate. Tabel Perkembangan Infalsi Kelompok Barang dan Jasa Kota Ternate Kelompok Barang dan Jasa Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi Umum Tahunan (yoy ) Inflasi Umum Bulanan (mtm ) Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug Sep-13 Okt-2013 Nov-13 Des Kelompok Barang dan Jasa Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi Umum Tahunan (yoy ) Inflasi Umum Bulanan (mtm ) Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah May-12 Jun-12 Jul-12 Aug Sep-12 Oct-12 Nov-12 Des Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tingkat inflasi yang rendah dan stabil adalah dengan mempererat kerjasama antara pemerintah dengan para pengusaha komoditas volatile food dalam menjaga kestabilan stok sehingga gejolak harga yang disebabkan oleh kurang baiknya manajemen stok dapat diminimalisir. 35

49 BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DAN INFLASI UMUM KOTA TERNATE HALAMAN INI SNGAJA DIKOSONGKAN 36

50 BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah 3.1 Kondisi Umum Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 menunjukan perkembangan positif, baik secara kelembagaan maupun secara keuangan. Aset perbankan pada triwulan laporan tercatat mengalami kenaikan yang juga diiringi oleh kenaikan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan. Pada triwulan laporan tingkat pertumbuhan penyaluran dana tercatat lebih tinggi dibandingkan penghimpunan DPK sehingga mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat. Peningkatan penyaluran kredit ini juga diiringi peningkatan rasio Non Performing Loan s (NPL) yang sedikit meningkat, namun demikian rasio ini masih berada didalam batas aman yang ditetapkan. Secara kelembagaan, terdapat penambahan jaringan kantor setingkat kantor cabang pembantu bank umum sebanyak dua kantor, selain itu juga satu kantor pusat BPRS dan satu kantor cabang BPR sedang dalam proses perizinan. Dengan penambahan jaringan kantor tersebut diharapkan masyarakat bisa lebih mudah mengakses layanan perbankan. 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan IV-2013 tercatat Rp 6,6 triliun rupiah, meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 14,0% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan asset bank umum juga mengalami peningkatan sebesar 5,4% (qtq). Dari segi kepemilikan, pertumbuhan aset bank swasta jauh lebih tinggi dibandingkan bank pemerintah, namun secara nominal porsi aset bank pemerintah masih lebih tinggi jika dibandingkan bank swasta. Pertumbuhan aset bank swasta secara tahunan mencapai 17,8% (yoy), sedangkan pertumbuhan aset bank pemerintah sebesar 13,3% (yoy). Dengan peningkatan ini, porsi aset bank swasta naik dari 15,6% pada triwulan IV-2012 menjadi 16,1% pada triwulan IV Berdasarkan jenis operasinya, peningkatan juga terjadi pada aset perbankan syariah. Peningkatan ini menunjukan pertumbuhan yang signifikan, bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan aset bank umum konvensional. Pertumbuhan aset perbankan konvensional sebesar 13,4% (yoy), sedangkan aset perbankan syariah pertumbuhannya mencapai 26,9% (yoy). Meskipun porsi perbankan syariah masih relatif kecil dalam struktur perbankan secara 37

51 BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH keseluruhan, namun selama setahun terakhir porsinya terus mengalami peningkatan dari 4,8% pada triwulan IV-2012 menjadi 5,4% pada triwulan IV Gambar 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara AKTIVA yoy % 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sumber: LBU, diolah 3.3 Penghimpunan Dana Bank Umum Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 mencapai Rp 4,83 triliun, meningkat 9,2% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Secara triwulan, penghimpunan DPK bank umum turun 1,9% (qtq), hal ini wajar mengingat realisasi anggaran banyak dilakukan pada akhir tahun. Dana pihak ketiga tersebut mayoritas disimpan dalam bentuk tabungan sebesar 65,6%, diikuti oleh giro dan deposito dengan porsi masing-masing sebesar 16,1% dan 18,2%. Dibandingkan komponen DPK lainnya, tabungan tercatat mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi sebesar 15,8% (yoy). Sementara, deposito tumbuh 7,1% (yoy), namun giro masih mengalami penurunan 9,9% (yoy). Gambar 3.2 Perkembangan DPK (Milyar Rp) Giro Tabungan Deposito gdpk_yoy % 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sumber: LBU diolah 38

52 BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.4 Penyaluran Kredit Jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 mencapai Rp 4,63 triliun, meningkat 19,9% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulan, kredit juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 2,7% (qtq). Dari sisi penggunaan, kredit konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit dengan porsi sebesar 61,6%, diikuti oleh kredit modal kerja sebanyak 28,0%, dan sisanya sebesar 10,4% diberikan untuk kredit investasi. Jika dilihat pertumbuhan masing-masing kredit tersebut, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 34,3% (yoy), diikuti oleh kredit konsumsi yang tumbuh 22,2% (yoy), dan kredit modal kerja 10,9% (yoy). Secara triwulanan, kredit konsumsi masih mengalami pertumbuhan tertinggi mencapai 3,7% (qtq), diikuti oleh kredit modal kerja 1,4%(qtq), kemudian kredit investasi 0,9% (qtq). Pertumbuhan kredit konsumsi terbesar digunakan oleh debitur perseorangan untuk keperluan multiguna. Dari sisi golongan kredit, total kredit UMKM pada triwulan laporan mencapai Rp 1,45 triliun atau sebesar 31,4% dari seluruh kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara. Selama setahun terakhir penyaluran kredit UMKM naik sebanyak 12,5% (yoy). Untuk perkembangan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) pada triwulan IV-2013 mencapai Rp 181,21 miliar atau meningkat 4,31% (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Gambar 3.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara Modal Kerja Investasi Konsumsi gkredit_yoy % 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sumber: LBU, diolah Dari sisi penyaluran kredit kepada sektor usaha, sektor perdagangan besar dan eceran adalah lapangan usaha yang memperoleh porsi kredit terbesar hingga mencapai 26,4% atau senilai Rp 1,22 triliun. Dibandingkan tahun sebelumnya, penyaluran kredit kepada sektor ini meningkat 42,2% (yoy). Sektor lainnya yang memperoleh porsi kredit cukup besar adalah sektor konstruksi dengan porsi kredit pada triwulan IV-2013 sebesar 4,8% atau sebesar Rp 223,25 milyar. 39

53 BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Sedangkan untuk sektor lainnya, relatif kecil hanya memperoleh porsi kredit kurang dari 3%. Sektor pertanian, perburuan dan kehutanan yang merupakan salah satu sektor unggulan di Maluku Utara memperoleh porsi kredit sebanyak 0,2%, atau senilai Rp 10,38 milyar. Sementara itu penyaluran kredit sektor perikanan meningkat 59,1% (yoy), dan secara triwulanan naik sebesar 9,0% (qtq). Dari beberapa fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa sektor-sektor unggulan di Provinsi Maluku Utara masih potensial untuk mengalami peningkatan dan berkembang. 3.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Dibandingkan tahun sebelumnya, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat LDR mengalami kenaikan dari 87,3% pada triwulan IV-2012 menjadi 95,9% pada triwulan IV Peningkatan ini terjadi dikarenakan pada triwulan IV-2013 peningkatan kredit lebih tinggi daripada peningkatan dana pihak ketiga. Gambar 3.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara DPK (Milyar) Kredit (Milyar) LDR % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% Sumber: LBU, diolah 3.6 Non Performing Loans (NPL s) Bank Umum Jumlah kredit bermasalah pada triwulan IV-2013 masih cukup baik, atau berada dibawah batas yang ditentukan yaitu 5%. Namun demikian nilai NPL s pada triwulan laporan mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun sebelumnya dari 2,0% menjadi 2,8%. Jika dibandingkan triwulan sebelumnya, NPL s pada triwulan laporan mengalami penurunan, dimana nilai NPL pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 3,2%. Dari keseluruhan kredit bermasalah, kredit modal kerja merupakan penyumbang NPL s terbesar yaitu 1,5%. Angka ini mengalami perbaikan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 1,7%. 40

54 BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Gambar 3.5 Perkembangan NPL s Perbankan Kredit (Milyar) NPL's ,5% 3,0% 2,5% 2,0% 1,5% 1,0% 0,5% 0,0% Sumber: LBU, diolah 3.7 Perkembangan Bank Syariah Kinerja perbankan syariah di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 menunjukan perkembangan positif, karena adanya penambahan dua jaringan kantor baru di Maluku Utara pada Triwulan III Diharapkan pada tahun 2014 akan terus menunjukkan perkembangan positif, dimana secara kelembagaan rencana akan dibuka kantor cabang PT. BNI Syariah di Ternate dan PT.BPRS Bobato Lestari di Tidore Kepulauan. Aset perbankan syariah di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp 353,64 miliar, meningkat 26,88%(yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan mengalami peningkatan 17,28% (qtq) dari posisi triwulan III-2013 yang sebesar Rp 301,53 miliar. Jika dilihat porsinya terhadap Total Aset Bank Umum adalah sebesar 5,36% Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah di Provinsi Maluku Utara pada triwulan IV-2013 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 29,3% (yoy). Secara triwulanan, penghimpunan DPK pada perbankan syariah juga mengalami kenaikan sebesar 22,2% (qtq). Pada triwulan laporan tabungan syariah mengalami pertumbuhan sebesar 23,6%(yoy), sedangkan secara triwulanan mengalami peningkatan sebesar 20,2% (qtq). Deposito syariah mengalami pertumbuhan sebesar 38,2% (yoy) dan secara triwulanan tumbuh 25,3% (qtq). Giro syariah meningkat sebesar 85,6% (yoy), dan secara triwulanan turun sebesar 37,2% (qtq). Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp 193,72 miliar, mengalami kenaikan sebesar 32,3% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulanan, penyaluran pembiayaan syariah pada triwulan laporan juga mengalami kenaikan sebesar 12,3% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Pembiayaan konsumsi masih memiliki porsi pembiayaan terbesar sebesar 66,5% dan tumbuh sebesar 14,13% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 41

55 BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH sebelumnya. Sementara itu pembiayaan modal kerja yang memiliki porsi sebesar 22,9% mengalami pertumbuhan sebesar 90,1% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pembiayaan investasi syariah yang mulai dilakukan sejak tahun 2012 memiliki porsi sebesar 10,6% dari total pembiayaan syariah di Provinsi Maluku Utara, tumbuh secara signifikan sebesar 102,0%(yoy). Peran intermediasi bank syariah yang digambarkan melalui angka FDR (financing to deposit ratio) masih terjaga pada tingkatan yang baik, ditunjukkan dengan adanya peningkatan ratio jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun Jika pada triwulan IV-2012 angka FDR sebesar 65,9%, maka pada triwulan IV-2013 angka FDR naik ke level 67,4%. Hal yang positif adalah bahwa peran intermediasi perbankan syariah masih memperhatikan kualitas pembiayaan yang disalurkan, dimana angka non performing finances (NPF s) pada triwulan IV berada pada level 1,9% sehingga masih berada dibawah batas yang ditentukan Gambar 3.6 Perkembangan Bank Syariah Pembiayaan (Juta) DPK (Juta) FDR % 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sumber: LBU, diolah 3.8 Perkembangan BPR dan BPRS Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK, dan kredit/pembiayaan dibandingkan dengan tahun lalu. Dari sisi kelembagaan juga menunjukkan perkembangan yang positif, karena adanya pembukaan kantor cabang baru BPR di Sanana-Kab.Kepulauan Sula pada bulan Juli 2013 dan terdapat satu BPRS di Kota Tidore Kepulauan dan kantor cabang BPR di Labuha-Kab. Halmahera Selatan yang sedang dalam proses perizinan. Aset BPR/S pada triwulan IV-2013 secara tahunan tumbuh sebesar 26,1% (yoy) dari Rp 26,63 milyar pada triwulan IV-2012 menjadi Rp 33,58 milyar pada triwulan IV Secara triwulanan tumbuh 3,0% (qtq). DPK tumbuh sebesar 12,8% dari Rp 14,83 milyar pada triwulan 42

56 BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH IV-2012 menjadi Rp 16,73 milyar pada triwulan IV Pertumbuhan kredit/pembiayaan pada triwulan IV-2013 secara tahunan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebesar 23,6% (yoy) atau sebesar Rp 25,21 milyar dari sebesar Rp 20,40 milyar pada triwulan IV Gambar 3.7 Perkembangan BPR/S Aset DPK Kredit Sumber: LB BPR/BPRS, diolah

57 BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 44

58 BOKS I. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA Financial Inclusion (FI) merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat dari sebuah daerah atau negara terhadap institusi keuangan terutamaa perbankan. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mengetahui kondisi akses tersebt oleh berbagai institusi baik oleh institusi internasional seperti world bank ataupun bank sentral dari suatu negara. Bank Indonesia sebagai bank sentral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) juga sedang mengembangkan metode pendekatan terkait mapping kondisi akses masyarakatnya terhadap institusi keuangan. Berdasarkan informasi terbaru, Bank Indonesia melakukan pendekatan dengan membagi financial inclusion menjadi dua dimensi yaitu dimensi akses (access dimension) dan dimensi penggunaan (usage dimension). Dimensi akses ditujukan untuk menggambarkan sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat di suatu daerah terhadap institusi keuangan (perbankan) secara fisik. Artinya, semakin banyak jumlah kantor bank yang tersebar hingga ke pelosok daerah akan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada masyarakat terutama yang berada di wilayah terpencil untuk mendapatkan layanan keuangan. Tantangann yang harus dihadapi dalam memperluas dimensi akses ini adalah besarnya investasi yang harus dikeluarkan oleh pihak perbankan untuk membangun kantor di berbagai daerah. Terlebih lagi wilayah terpencil yang sering kali belum memiliki infrastruktur dasar seperti jalan dan jembatan yang memadai sehingga perbankan harus mengeluarkan usaha dan biaya lebih untuk membangunn sebuah kantor disana. Selain itu, tantangann sumber daya manusia yang sesuai dengan standar perusahaan adalah hal lain yang harus dipecahkan. Umumnya, sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang baik akan resisten bekerja disuatu institusi jika harus ditempatkan di wilayah yang terpencil. Selain jauh dari home base, tingginya biaya hidup di daerah yang terpencil dikarenakan sebagian besar kebutuhannya harus diimpor dari luar daerah sehingga tingkat harga di wilayah tersebut diatas rata-rata adalah alasan yang sering kali menjadi alasan resistensi mereka. Walaupun ada, jumlahnya sangat terbatas dan biasanya perusahaan harus mengeluarkan biaya yang lebih untuk mempekerjakan mereka sebagai wujud dispensasi dari berbagai kekurangan yang ada. Hal ini masih menjadi cara yang paling sering diaplikasikan oleh berbagai institusi termasuk perbankan walaupun ini berarti akan menambah biaya operasional mereka namun mereka tidak punya pilihan lain karena sumber daya manusia yang ada di daerah 45

59 BOKS 1. FINANCIAL INCLUSIONN DI MALUKU UTARA sering kali belum memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan. Dengan adanya tantangan tersebut ditambah dengan masih terbatasnya kemampuan pasar di daerah dalam menyerap kredit, membuat perbankan lebih tertarik untuk menggunakan dana yang mereka miliki untuk mengembangkan usaha mereka di daerah Kota-Kota besar dengan skala ekonomi yang besar pula. Namun demikian, saat ini perbankan mulai berani untuk masuk hutan dan melakukan ekspansi usahanya hingga ke pelosok daerah karena persaingan di Kota besar sudah semakin ketat dan daerah masih menyimpan potensi pengembangan ekonomi yang tinggi sejalan dengan belum maksimalnya pemanfaatan sumber-sumber perekonomian di daerah. Hal ini dilakukan dengan membangunn kantor kas dan kantor cabang pembantu atau kantor cabang yang fokus melayani kegiatan kredit mikro di wilayah yang skala ekonominya masih tergolong kecil. Sektor usaha mikro memang memiliki pangsa pasar yang menjanjikan melihat dari pangsa yang mereka berikan terhadap perekonomian nasional namun belum mendapatkan layanan keuangan (kredit) secara optimal dari perbankan sehingga pertumbuhannya relatif moderat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor usaha besar dan menengah. Pada dasarnya, langkah tersebut adalah wujud perbankan dalam melakukan prinsip kehati- berlebihan maka akan hatian yang ditetapkan oleh Bank Indonesia namun jika dilakukan dengann menyebabkan adanya pihak yang terkesan dianaktirikan karena usaha mereka untuk mendapatkan pinjaman dana dari perbankann sering kali bertepuk sebelah tangan. Oleh karena itu, saat ini Bank Indonesia bersama dengan pemerintah pusat dan daerah mendorong perbankan untuk memberikan perhatian lebih kepada pengusaha mikro melalui pengucuran dana kredit dengan bunga lunak bahkan tanpa agunan fisik yang dikenal dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program yang dilakukan pemerintah ini mulai berbuah manis jika melihat data jumlah dana kredit yang disalurkan oleh perbankan terhadap pengusaha mikro yang selalu tumbuh setiap tahun walaupun masih jauh dibandingkan dengan kredit konsumsi dan kredit investasi yang menguasai lebih dari 85% pangsa total kredit yang disalurkan namun ini merupakan langkah awal yang bagus dan mendapatkan respon positif baik dari pihak perbankan serta masyarakat sebagai konsumen layanan jasa keuangan. Dimensi akses ini dibagi lagi menjadi empat kategori dimana masing-masing kategori mencoba menggambarkan luasan service area perbankan dengan melakukan perhitungan terhadap jumlah kantor bank di masing-masingg daerah, jumlah Automatic Teller Machine (ATM) kemudian dibagi dengan jumlah penduduk dewasa dan luas wilayah (km 2 ). 46

60 BOKS 1. FINANCIAL INCLUSIONN DI MALUKU UTARA Tabel 1. Financial Inclusion Access Dimension Wilayah Sulampua dan Nasional Dimensi Akses 1 Dimensi Aksess 2 Peringkat Provinsi Nilai Peringkat Provinsi Nilai 1 Papua Baratat Sulawesi Utara Papua Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Nasional Nasional Gorontalo Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulampua Sulawesi Barat Maluku Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulampua Maluku Maluku Utara Sulawesi Tengah Maluku Gorontalo Papua Barat Sulawesi Barat Papua 1.2 Dimensi Akses 3 Dimensi Aksess 4 Peringkat Provinsi Nilai Peringkat Provinsi Nilai 1 Papua Baratat Sulawesi Utara Nasional Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Nasional Papua Gorontalo Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulampua Sulampua Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Maluku Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Maluku Utara Gorontalo Papua Barat Sulawesi Barat Papua 1.9 Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa Maluku Utara masih berada dibawah level nasional maupun provinsi lainnya di wilayah Sulampua dari ke-empat kategori dimensi akses financial inclusion. Hal ini menunjukkann bahwa perbankan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus bekerja ekstra dari tahun-tahun sebelumnya serta mempererat koordinasii dan kolaborasi untuk mampu menjembatani kondisi akses keuangan yang masih dibawah rata-rataa ini. Terkait hal tersebut, saat ini Bank Indonesia sedang melakukan penggodokan sistem baru yang disebut dengan branchless banking yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan minimnya akses layanan keuangan terutama untuk masyarakat yang berdomisili di daerah terpencil. Program ini telah berhasil diaplikasikan di beberapa negara di dunia dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pemberian kredit lunak. Selain itu, program baru yang digadangkan akan mampu menjawab permasalah lokasi ini, bekerjasamaa dengan tiga provider telekomunikasi terbesar nasional sehingga pelayanan keuangan dapat dilakukan via handphone 47

61 BOKS 1. FINANCIAL INCLUSIONN DI MALUKU UTARA asalkan tersambung dengan ketiga provider dimaksud. Luasnya jaringann yang dimiliki ketiga provider tersebut memungkinkan masyarakat wilayah terpencil sekalipun akan mampu menikmati program branchless banking walaupun fitur yang dapat dinikmati masih terbatas. Tantangan lain yang diharapkan mampu terjawab oleh terobosan baru inii adalah mengurangi besarnya investasi yang harus dikeluarkan perbankan untuk membuka kantor cabang di berbagai wilayah serta mengurangi biaya terkait pengadaan dan penempatan ATM yang notabene menelan biaya investasi yang cukup besar. Dengan mengaplikasikan sistem ini, perbankan akan mampu menyalurkan dana kepada nasabahnya melalui pulsa elektrik yang kemudian dapat dicairkan oleh masyarakat di agen-agen branchess banking. Penghematan biaya investasi dan operasional tersebut, diharapkan perbankan akan memiliki dana lebih dari biasanya dan dapat digunakan untuk perbaikan dan memaksimalkan layanan keuangan terhadap seluruh masyarakat dari semua lapisan. Dimensi kedua dan terakhir dari financial inclusion adalah dimensi penggunaan (usage) yang dibagi menjadi enam kategori. Perbedaan dimensi penggunaan (usage) dengan dimensi akses adalah dimensi ini menekankan pada kuantitas penyaluran dan penarikan dana dari dan ke masyarakat oleh perbankan untuk kemudian dibagi dengan jumlah penduduk dewasan dan produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dari daerah yang dihitung indeksnya. Tabel 2. Financial Inclusion Usage Dimension Wilayah Sulampua dan Nasional Dimensi Usage 1 Dimensi Usage 2 Dimensi Usage 3 Peringkat Provinsi Nilai Peringkat Provinsi Nilai Peringkat Provinsi Nilai 1 Nasional Papua Barat Maluku Utara Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Maluku Gorontalo Nasional Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Papua Sulawesi Selatan Sulampua Sulampua Sulampua Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Papua Barat Maluku Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Gorontalo Nasional Maluku Maluku Utara Sulawesi Barat Maluku Utara Sulawesi Tengah Papua Papua Sulawesi Barat Papua Barat 0.14 Dimensi Usage 4 Dimensi Usage 5 Dimensi Usage 6 Peringkat Provinsi Nilai Peringkat Provinsi Nilai Peringkat Provinsi Nilai 1 Maluku Gorontalo Papua Barat Maluku Utara Maluku Utara Sulawesi Barat Nasional Maluku Papua Papua Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulampua Sulawesi Barat Sulampua Gorontalo Sulampua Maluku Utara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Papua Maluku Papua Barat Nasional Sulawesi Utara Sulawesi Barat Papua Barat Nasional

62 BOKS 1. FINANCIAL INCLUSIONN DI MALUKU UTARA Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa untuk beberapa kategori Maluku Utara tidak lagi berada dibawah level nasional serta rata-rata provinsi yang termasuk dalam wilayah Sulampua. Bahkan Maluku Utara menduduki posis pertama pada dimensi usage ketiga. Pada dimensi usage pertamaa dan kedua, Maluku Utara masih berada dibawah level nasional serta rata-rata provinsi lain di Sulampua. Dimensi usage yang pertama menghitung jumlah rekening kredit yang ada di perbankan dibagi dengan jumlah penduduk dewasa kemudian hasilnya dikalikan dengan seribu. Indeks yang dihasilkan akan memberikan gambaran tentang seberapa banyak jumlah penduduk dewasa di Maluku Utara yang memiliki rekening kredit dari perbankan. semakin besar hasil perhitungannya maka dapat dikatakan bahwa semakin banyak penduduk dewasa di wilayah tersebut yang sudah berinteraksi dengan institusi keuangan dengan memiliki rekening kredit. Dimensi usage kedua, mencoba menggambarkan seberapa banyak penduduk dewasa di suatu daerah yang sudah memiliki akses terhadap layanan fasilitas keuangan yang berupa tabungan. Indeks dimensi usage pertama yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan dimensi usage yang kedua menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki Maluku Utara dalam pengembangan kredit masih sangat tinggi atau potensi pasar kredit di Maluku Utara masih dapat dikembangkan lebih jauh lagi oleh perbankan. Saat ini, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap jenis-jenis produk layanan keuangan dari perbankan menyebabkan sebagian masyarakat belum mampu memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh perbankan untuk mendapatkan layanan keuangan dan permintaannya ditolak oleh bank. Hal ini memicu lahirnya pendapat bahwa pengajuan layanan keuangan terutama kredit itu susah dan pada akhirnya masyarakat lebih memilih untuk menggunakan jasa- pencairan dananya jasa kredit tidak resmi yang bunganya jauh diatas bunga bank namun proses cepat dan mudah. Oleh karena itu, saat ini perbankan giat untuk memberikan sosialisasi ke masyarakat hingga ke pelosok daerah mengenai produk-produk layanann jasa keuangan yang mereka miliki dan syarat-syaratt yang melekat pada masing-masing produk dengan harapa mampu meningkatkan pemahaman masyarakat dan menurunkan prosentase penolakan pemberian dana kredit oleh bank kepada masyarakat. Kondisi berbeda terlihat pada dimensi usage yang ketiga, keempat, dan kelima dimana Maluku Utara berada diatas rata-rata nasional dan provinsi lain di Sulampua bahkan menduduki posisi puncak padaa dimensi usage ketiga. Pada dimensi usage ketiga, terlihat hasil kerja keras perbankan Maluku Utara dalam hal menyalurkan dana kredit yang ditunjukkan dengan indeks diatas 0,50. Hal ini berarti nominal kredit yang sudah tersalurkan semakin menyamai 49

63 BOKS 1. FINANCIAL INCLUSIONN DI MALUKU UTARA nominal produk domestik bruto regional (PDRB) Maluku Utara yang dapat dikatakan sebagai potensi ekonomi yang dimiliki Maluku Utara. Semakin besar indeks yang dihasilkan dari perhitungan ini berarti semakin optimal pengeksplorasian potensi kredit di suatu wilayah. Kondisi yang sama juga terlihat padaa dimensi usage keempat dimana Maluku Utara menduduki posisi kedua tertinggi namun dalam hal ini adalah kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan oleh perbankan. PDRB Maluku Utara yang masih tergolong kecil dibandingkann dengan provinsi lain menyebabkan tingginya posisii Maluku Utara pada kedua dimensi ini (dimensi usage ketiga dan keempat). Dimensi usage kelima dan keenam bertujuan untuk menggambarkan sejauh sektor UMKM telah dieksplorasi oleh pihak perbankan. pada dimensi usage kelima, Maluku Utara masih menduduki posisi tertinggi kedua setelah Gorontalo yang berarti usaha perbankan untuk memberikan layanan keuangan kepada UMKM sudah cukup bagus namunn potensi yang dimiliki masih bisa untuk dioptimalkan lagi. Pada dimensi usage terakhir ini, Bank Indonesia mencoba untuk mengetahui sejauh mana pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh bank. Hasil perhitungan yang menunjukkan Maluku Utara sudah beradaa diatas level nasional merupakan kabar baik walaupun masih dibawah rata-rata provinsi lain di wilayah Sulampua. Secara aggregat, kondisi financial inclusion Maluku Utara masih di bawah level nasional maupun rata-rata provinsi lain se-sulampua. Data menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk yang tergolong miskin adalah mereka yang tidak memiliki aksess terhadap layanan jasa keuangan sehingga usaha untuk memperluas akses masyarakt terhadap layanan ini juga dapat diartikan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dengan pengurangan jumlah penduduk miskin. Karena ketika masyarakat sudah memiliki akses terhadap layanan keuangan, maka mereka mampu untu mengembangkan atau membentuk sebuah usaha untuk meningkatkan kondisi finansial mereka yang kemudian bermuara pada tingkat kesejahteraan yang baik. Koordinasi dan kolaborasi antara pihak perbankan dan pemerintah pusat, daerah, kabupaten/kota yang solid mutlak diperlukan untuk segera menjembatani permasalahan ini. 50

64 BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1 Kondisi Umum Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD sebesar Rp. 1,3 triliun, meningkat 17,9% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, target belanja di tahun 2013 sebesar Rp. 1,40 triliun atau meningkat 20% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, pada tahun 2013 akan terjadi defisit anggaran sebesar Rp. 77,1 miliar yang meningkat sebesar 71,3% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Grafik 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar) Surplus/Defisit Pembiayaan Netto Belanja Pendapatan (500,000) - 500,000 1,000,000 1,500,000 Pendapatan Belanja Pembiayaan Netto Surplus/Defisit APBD ,125,083 1,170,033 97,500 (45,000) APBD ,326,442 1,403, ,000 (77,091) Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013 Berdasarkan data realisasi sementara hingga triwulan II 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara mencatat realisasi pendapatann sebesar Rp miliar atau realisasi yang tercapai sebesar 52,05% dari target yang ditetapkan diawal tahun sebesar Rp. 1,3 triliun. Sementara itu, pos belanja di APBD terealisasi sebesar Rp. 627,77 miliar atau sebesar 44,66% dari target awal sebesar Rp. 1,4 triliun. 51

65 BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.2 Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD 2013 sebesar Rp. 1,3 triliun atau meningkat sebesar 17,9% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini utamanya dipicu oleh optimisme pemerintah daerah terhadap penerimaan asli daerah (PAD) yang ditargetkan meningkat sebesar 41,8% (yoy). Namun demikian, share penerimaan terbesar tetap berasal dari dana perimbangan yang mencapai 72,1% lalu diikuti oleh pendapatan lainnya dan pendapatan asli daerah dengann share masing-masing sebesar 17,9% dan 10%. Beberapa hal yang diperkirakan mempengaruhi pencapaian target PAD pada tahun 2013 yaitu dilakukannya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi, penambahan objek pajak baru, penerapan manajemen pengelolaan modern dan audit kinerja objektif. Selain itu, pemerintah juga menempatkan pegawainya di beberapa objek pajak yang terbukti tidak mematuhi peraturan pelaporan pajak dengan harapan meningkatkan kepatuhan objek pajak dan bermuara pada pencapaian target PAD. Semua strategi tersebut diharapkan berdampak pada kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak dan terhindarnya kebocoran pajak (KUA APBD TA 2013). Grafik 4.2 Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar) Surplus/Defisit Pembiayaan Netto Belanja Pendapatan (500,000) - 500,000 1,000,000 1,500,000 Pendapatan Belanja Pembiayaan Netto Surplus/Defisit Realisasii TW III , ,777-63,650 APBD ,326,442 1,403, ,000 (77,091) Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013 Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku Utara hingga triwulan II 2013 mencapai Rp. 690,42 miliar atau terealisasi sebesar 52,05% dari target pendapatan yang ditentukan sampai akhir tahun Realisasi pendapatan terbesar sampai triwuln II 2013 berasal dari pos Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencatatkan angka sebesar Rp. 386,29 miliar. Unsur pendapatn lainnya yang mencatat realisasi cukup besar adalah pos pendapatan hibah dengan angka realisasi sebesar Rp. 76,29 miliar. Pos ini merupakan motor tunggal penggerak pos pendapatan lainnya. 52

66 BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pendapatan PAD Tabel 4.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar) DBH DAU DAK Pos Anggaran Pajak Daerah Retribusi Daerah Lain-lain PAD yang Sah 2.41 Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah % Hibah % Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara Pertumbuhan 1, , % % % % % % % % % Pendapatan PAD Tabel 4.2 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar) DBH DAU DAK Pos Anggaran Pajak Daerah Retribusi Daerah Lain-lain PAD yang Sah Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara Realisasi Tw II 2013 Share 1, % % % % % % % % % % % 4.3 Belanja Daerah Target belanja daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara 2013 pada tahun 2013 tercatat sebesar Rp. 1,4 triliun atau meningkat sebesar 20% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Komponen belanja tidak langsung ditargetkan sebesar Rp. 491,80 miliar atau meningkat sebesar 10% (yoy) jika dibandingkann dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, belanja langsung ditargetkan mencapai Rp. 911,,74 miliar atau naik 26,1 (yoy) dari tahun sebelumnya. 53

67 BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Rasio belanja pegawai terhadap total belanja daerah tahun 2013 dengan share sebesar 21,5%, turun tipis jika dibandingkan dengan belanja pegawai tahun sebelumnya yang memiliki share sebesar 21,9%. Namun demikian, jika ditilik angka total belanja pegawai baik yang langsung maupun tidak langsung terakselerasi sebesar 17,6% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan tercatat sebesar Rp. 301,86 miliar. Kondisi ini sejalan dengan rencana penerimaan Calon Penerimaan Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) pada lingkup pemerintah Provinsi Maluku Utara tahun 2013 sebanyak 49 orang dari alokasi penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 782 orang untuk se-provinsi Malukuu Utara. Rasio belanja modal serta belanja barang dan jasa terhadap total belanja daerah tahun 2013 mencapai 60,1% atau meningkat sebesar 57,5% (yoy) jika dibandingkan dengan pos yang sama tahun sebelumnya. Kedua pos belanja dimaksud mencatatkan angka Rp. 843,42 miliar atau naik sebesar 25,4% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan rasio belanja modal yang cukup besar ini, diharapkan pemerintah dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tahun Berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun 2013, dalam rangka penguatan struktur ekonomi Maluku Utara, pembangunan daerah akan diprioritaskan pada sembilan hal yaitu: 1. Infrastruktur dan sarana prasarana pemerintahan; 2. Pendidikan dan kesehatan; 3. Ketahanan pangan; 4. Penanggulangan kemiskinan, pengangguran, pemberdayaan dan perlindungan sosial; 5. Sumber daya energi, air dan mineral; 6. Bencana alam. Tata ruang dan lingkungan hidup; 7. Pariwisata dan kebudayaan; 8. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan; 9. Wilayah perbatasan, terluar, terpencil, dan tertinggal. 54

68 BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Tabel 4.3 Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar) Pos Anggaran Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada % 11.8% 20.0% Prov./Kab./Kota dan Pemdes % Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov./Kab./Kota dan Pemdes % Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung 4, , % 26.1% Belanja Pegawai % Belanja Barang dan Jasa % Belanja Modal % Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara Pertumbuhan 1, , % % Tabel 4.3 Anggaran dan Realisasi Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar) Pos Anggaran Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Prov./Kab./Kota dan Pemdes Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov./Kab./Kota dan Pemdes Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung 2, Belanja Barang dan Jasa % Belanja Modal % Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara Realisasi Tw II 2013 Share 1, % % % % % % % - 0.0% % Sementara itu, realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi maluku Utaraa per triwulan III 2013 tercatat sebesar Rp. 626,78 miliar atau besar pencapaian berada pada angka 44,7%. Realisasi belanja terbesar terdapat padaa pos belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemdes yang telah terealisasi sebesar Rp miliar atau tercapai sebesar 110,5% dari total target belanja selama tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp. 28.1%. 55

69 BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Selanjutnya, pos belanja hibahh menduduki posisi tertinggi kedua tingkat realisasinya yang tercatat sebesar Rp. 179,24 miliar atau sebesar 89,5%. Selain itu, pos belanja lain dengan tingkat realisasi cukup tinggi adalah belanja pegawai (48,8%), belanja bantuan sosial (47,2%), dan belanja barang dan jasa (45,5%) sedangkan pos belanja lain memiliki tingkkat realisasi dibawah 45%. 4.4 Defisit dan Pembiayaan Tabel 4.4 Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar) Pos Anggarann Defisit Pembiayaan Pembiayaan Netto Penerimaan Pembiayaan SiLPA TA Sebelumnya Pengeluaran Pembiayaan Penyertaan Modal (Inve estasi) Daerah 2.00 Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara Pertumbuhan % -31.8% -31.0% % % % Defisit APBD Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar Rp miliar atau naik sebesar 71,3% (yoy) dibandingkan APBD tahun sebelumnya. Meskipun tidak ada rencana pembiayaan untuk menutup defisit tersebut. Namun demikian, sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya yang mencapai Rp. 100 miliar sudah mampu untuk menutup defisit APBD yang ada. Berdasarkan realisasi hingga triwulan II 2013, APBD Provinsi Maluku Utaraa masih tercatat surplus sebesar Rp miliar atau masih berbanding terbalik dengan target yang telah ditetapkan. Jumlah realisasi triwulan II lebih kecil dibandingkan dengan triwulan I 2013 dikarenakan target di akhir tahun adalah terjadi defisit sebesar Rp. 77,1 miliar. Tabel 4.5 Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar) Pos Anggaran Defisit Pembiayaan Pembiayaan Netto Penerimaan Pembiayaan SiLPA TA Sebelumnya Pengeluaran Pembiayaan 2.50 Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2.50 Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013 Realisasi Tw II

70 BAB V. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1 Kondisi Umum Aliran uang kartal pada triwulan IV 2013 di Maluku Utara menunjukkan net Outflow yang berarti uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (setoran, penukaran, kas keliling). Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat lembar uang tidak layak edar (UTLE) yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar 74,46% (yoy) dibandingkann periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03% dibandingkan triwulan III Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara selama triwulan IV 2013 sebanyak 5 lembar, jauh dibawah jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan IV 2012 yaitu sebanyak 492 lembar atau turun 99% (yoy) namun naik 25% (qtq) jika dibandingkan triwulan III Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) Aliran uang kartal pada triwulan IV 2013 di Maluku Utara menunjukkan net Outflow yang berarti uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (setoran, penukaran, kas keliling). Pada triwulan laporan, aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp. 164,6 miliar dan aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp. 673,6 miliar sehingga menghasilkan net outflow sebesar Rp. 509 miliar. Hal ini juga berarti bahwa kebutuhan masyarakat Maluku Utara akan uang tunai untuk melakukan aktifitas ekonomi masih relatif tinggi. 57

71 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Grafik 5.1 Aliran Kas Uang Kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut 800, , % 300.0% Grafik 5.2 Perkembangan Aliran Kas Uang Kartal (yoy) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut 400, % 200, , , , ,000 Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q II II Q IV Q I Q II Q III Q IV Inflow Outflow Net 100.0% 0.0% % % % Q I Q II Q III Q IV Q I 2011 g_inflow_yoy Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV g_outflow_yoy g_net_yoy Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, jumlah uang masuk (inflow) tercatat mengalami peningkatan sebesar 78,9% (yoy) namun tercatat turun sebesar 49,9% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah uang keluar (outflow) tercatat mengalami kenaikann sebesar 19% (yoy) namun turun sebesar 6,7% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan data net inflow/ /outflow menunjukkan pergerakan positif yaitu naik 7,4% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau naik sebesar 29,2 % (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan III Secara seris bulanan, net outflow tertinggi selama triwulan laporan terjadi pada bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar Rp. 336,7 miliar atau naik 7,9% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pembayaran termin proyek pemerintah merupakan motor naiknya jumlah net outflow dipenghujung tahun dimana hal ini mencerminkan investasi yang dilakukan oleh pemerintah dengan anggaran berasal dari APBN maupun APBD tumbuh positif serta adanya kenaikan harga berbagai komoditas akibat tergerek inflasi juga mendorong naiknya kebutuhan uang oleh masyarakat termasuk pemerintah. Lebih besarnya jumlah outflow bila dibandingkan dengan jumlah inflow di wilayah Kepulauan Riau ini terkait erat dengan perilaku masyarakat dalam bertransaksi yang mumnya masih banyak menggunakan fisik uang daripada menggunakan fasilitas elektronik atau transfer. Masih tingginya jumlah outflow ini akan membawa konsekuensi bagi Bank Indonesia selaku bank sentral untuk tetap: 1. Meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat dan memenuhi permintaan uang sesuai dengan jenis pecahan yang dibutuhkan oleh masyarakat/perbankan, 58

72 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2. Meningkatkan efektivitas operasional perkasan dan senantiasa mengembangkan layanan kas dengan mengikutsertakann peran perbankan serta instansi terkait Penyediaan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara melaksanakan melakukan pemusnahan terhadap uang kartal yang sudah tidak layak edar (UTLE). Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasann yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan dalam rangkan menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat. Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat lembar uang tidak layak edar (UTLE) yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar 74,46% (yoy) dibandingkann periode yang sama tahun sebelumnya 45,000,000,000 40,000,000,000 35,000,000,000 30,000,000,000 25,000,000,000 20,000,000,000 15,000,000,000 10,000,000,000 5,000,000,000 Grafik 5.3 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 0 Nominal UTLE Lembar UTLE (aksis kanan) maupun luar kota. Penggantian UTLE dengan uang layak edar (ULE) membutuhkan biaya yang tidak sedikit mengingat bahan baku pencetakan uang rupiah berasal dari luar negeri (impor) dengan kualitas prima sehingga diharapkan kedepannya masyarakat mampu menjaga kelestarian uang rupiah dengan lebih baik lagi. kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan ,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 - (500,000) dibandingkan triwulan III Hal ini mencerminkan bahwa masyarakat sudah lebih memahami estetika uang rupiah sebagai alat tukar resmi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan buah sosialisasi yang selama ini dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia atau turun 36,03% pentingnya menjaga (INKRI) dimana hal ini Provinsii Maluku Utara ke masyarakat baik di dalam Kota Ternate 59

73 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2013 Bulan Oktober November Desember Tabel 5.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan IV 2013 Lokasi - Buli, Maba, Subaim dan Sekitarnya (Luar Kota) - Kabupaten Haltim (Weda dan Sekitarnya) (Luar Kota) - Kabupaten Halsel (Bacan, Obi dan sekitarnya) (Luar Kota) - Kabupaten Kepulauan Sula (Sanana) (Luar Kota) - Expo Perbankan (Dalam Kota) - Buli Subaim (Luar Kota) - Tobelo (Luar Kota) - Morotai dan sekitarnya (Luar Kota) - Antar Pulau ( Jailolo - Hiri - Mare - Moti dan Tidore) (Luar Kota) - Kabupaten Haltim (Luar Kota) Selain dengan melakukan pemusanahan UTLE, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara juga melakukan kegiatan kas keliling secara rutin kekabupaten/kota di wilayah Provinsi Maluku Utara. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat di daerah dengan wilayah keterjangkauan yang cukup sulit dapat mendapatkan fasilitas uang rupiah yang masih relative baru dan layak edar Perkembangan Uang Palsu di Maluku Utara Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara selama triwulan IV 2013 sebanyak 5 lembar, jauh dibawah jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan IV 2012 yaitu sebanyak 492 lembar atau turun 99% (yoy) namun naik 25% jika dibandingkan triwulan III Tabel 5.2 Kegiatan Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah Selama Tahun 2013 Bulan Oktober November Desember Peserta Sosialisasi SMP Albina dan SMA Bintang Laut (Dalam Kota) SMA se Kota Tidore Kepulauan (Luar Kota) Siswa/Siswi Pramuka di Kota Ternate (Dalam Kota) SMP Negeri 1 Guraici dan SMA Negeri 4 Kayoa di Pulau Lelei (Luar Kota) Sosialisasi di Expo Perbankan (Dalam Kota) Siswa/Siswi SMP, SMA dan Masyarakat Desa Bere-Bere, Morotai (Luar Kota) 60

74 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah dan meminimalisir temuan uang palsu, Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat secara periodik. Sosialisasi ini dilakukan di pusat-pusa perbelanjaan seperti pasar (baik modern maupun tradisional), pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah serta kepada Pemerintah Daerah. Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga melakukan publikasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak maupun elektronik Grafik 5.4 Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KPw BI Prov. Pecahan Pecahan (aksis kanan) Pecahan (aksis kanan) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Sistem pembayaran non tunai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara efisien. Sistem pembayaran non tunai terdiri dari dua sistem yaitu kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS). Sistem kliring memfasilitasi transaksi pembayaran non tunai masyarakat dengan menggunakan instrumen surat berharga cek/bilyet giro. Sementara itu RTGS pada dasarnya merupakan muara dari seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dengan menggunakan RTGS, pemindahan dana dilakukan secara elektronik dan real time (segera) Perkembangan Kegiatan Kliring Maluku Utara sebagai wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mencatatkan kegiatan kliring sebesar Rp. 334,3 miliar, naik 23,4% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau naik 18,1% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan 61

75 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH sebelumnya. Sementara itu, rasio kliring penyerahan dengan kliring pengembalian menunjukkan penurunan secara jumlah maupun nilai nominalnya jika dibandingkan dengan triwulan IV Tabel 5.3 Perkembangan Cek/BG Periode Cek/BG Penyerahan Cek/BG Kosong Rasio 2011 Q % Q % Q % Q % 2012 Q % Q % Q % Q % 2013 Q % Q % Q % Q % Periode Tabel 5.4 Perkembangan Perputaran Kliring Perputaran Kliring Penyerahan Jumlah (Lembar) Nominal (Rp. Miliar) Perputaran Kliring Penyerahann Jumlah (Lembar) 2011 Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Nominal (Rp. Miliar) Rasio Pengembalian Terhadap Penyerahan Jumlah (Lembar) Nominal (Rp. Miliar) % 2.7% % 1.8% % 0.9% % 4.1% % 1.4% % 2.1% % 1.4% % 1.5% % 2.9% % 2.0% % 1.1% % 0.9% Sedangkan penurunan juga terjadi pada rasio cek/bg penyerahan dengan cek/bg kosong. Cek/BG kosong yang diterima oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia selama triwulan laporan sebanyak 12 lembar dimana jumlah cek/bg yang diterima sebanyak 5611 lembar. Rasio tersebut turun sebesar 0,72% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau turun sebesar 0,49% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika melihat perkembangan cek/bg yang ditransaksikan selama triwulan laporan, maka terlihat adanya peningkatan sebesar 24,3% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau naik sebesar 7,4% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan III Adanya peningkatan jumlah cek/bg yang ditransaksikan menandakan perputaran roda ekonomi Maluku Utara pada triwulan IV 2013 mengalami percepatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya. Hal ini juga terkonfirmasi oleh naiknya aliran keluar (outflow) dari khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara. Sebagai penjelasan tambahan, penolakan kliring dapat terjadi karena bank tertagih tidak bersedia membayar tagihan karena beberapa sebab sebagai berikut: 1. Kesalahan administratif seperti warkat yang sudah kadaluarsa (untuk bilyet giro, terjadi apabila warkat tersebut sudah melebihi tanggal jatuh temponya), belum waktunya ditarik, endorsemen tidak menuruti peraturan, bea materai belum dipenuhi, tanda tangan tidak sama dengan specimen atau meragukan, perbaikan atau coretan tidak ditandatangani oleh penarik, salah pengisian pada kolom-kolom yang tersedia, dan data nomor dan nama pemegang rekening tidak sesuai, 62

76 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2. Kesalahan pencatatan seperti penulisan angka untuk jumlah tidak sama dengan penulisan jumlah dalam huruf, 3. Terjadi pemblokiran oleh pihak-pihak yang berwenang, Saldo rekening nasabah yang tidak cukup (bila terjadi saldo nasabah tidak cukup, bank akan memberikan peringatan kepada nasabahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dengan memberikan tembusan kepada Bank Indonesia, dan sekiranya keadaan berulang kembali, maka nama nasabah tersebut akan masuk dalam daftar hitam bank-bank peserta kliring sampai permasalahan tersebut selesai menurut peraturan yang berlaku Perkembangan Transaksi Real Tome Gross Settlement (RTGS) Semakin berkembangnya sebuah provinsi yang ditandai dengan bertambahnya volume perekonomiannya, penggunaan fasilitas BI-RTGS sebagai sarana akhir transaksi pembayaran pun mengalami perkembangan yang positif. Provinsi Maluku Utara mencatatkan kegiatan RTGS sebesar Rp ,01 miliar selama triwulan IV 2013 untuk transaksi RTGS inflow atau turun sebesar 3,55% (yoy) jika dibandingkan dengann periode yang sama tahun sebelumnya namun naik sebesar 4,77% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan nilai transaksi RTGS Outflow tercatat sebesar Rp. 1076, 79 miliar atau naik sebesar 14,12% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya serta naik 24,07% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Periode 2012 I II III IV I II III IV Tabel 5.55 Perkembangann RTGS RTGS Outflow (From) RTGS Inflow (To) RTGS (From-To) Grafik 5.5 Perkembangan RTGS Kota Ternate RTGS Outflow (From) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober 2012 November RTGS Inflow (To) Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober 2013 RTGS (From-To) November Desember Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa nilai RTGS inflow selalu lebih besar dibandingkan dengan nilai RTGS outflow dimana hal ini merupakan cerminan atas kegiatan perekonomian Maluku Utara dengan daerah lain sudah mengalami perkembangan yang positif (surplus). 63

77 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Namun kesimpulan ini masih memerlukan analisis yang lebih mendalam mengingat adanya dana dari pemerintah pusat seperti Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, maupun bantuan dana pembangunan atau pelaksanaan program dari berbagai Kementrian serta bantuan dana dari organisasi internasional untuk Provinsi Maluku Utara dapat menjadi lokomotif lebih tingginya nilai transaksi RTGS inflow dibandingkan outflow. 64

78 BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 6.1 Kondisi Umum Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2013 menunjukkan perbaikan jika dibandingkan dengan data Agustus 2012 dan Februari Hal ini tercermin dari adanya kenaikan jumlah penduduk umur 15 tahun keatas yang diikuti oleh koreksii jumlah pengangguran yang cukup signifikan. Disisi lain, terjadi penurunan jumlah angkatan kerja dan partisipasi kerja pada periode laporan dibandingkan dengan data Agustus tahun sebelumnya. 6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Maluku Utara menunjukkan perkembangan yang positif pada Agustus Bertambahnya jumlah penduduk umur 15 tahun keatas yang diikuti dengan penurunan jumlah pengangguran yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan data per Agustus 2012 ataupun Februari 2013 merupakan cerminann membaiknya situasi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Maluku Utara. Secara tahunan (yoy), jumlah penduduk umur 15 tahun keatas di Maluku Utara bertambah sebanyak 2,42% yang diikuti turunnya jumlah pengangguran sebesar 19,31% dari sebelumnya sebanyak orang pada Agustus 2012 menjadi orang pada Agustus Kondisi yang sama juga terlihat jika dibandingkan dengan data per Februari 2013 yang tercatat mengalami penurunan sebesar 32,73% dari awalnya orang menjadi orang. Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara Indikator Feb Agst Feb Agst Feb Agst Feb Agst Penduduk 15 Tahun Keatas 669, , , , , , , ,497 Angkatan Kerja 422, , , , , , , ,243 Bekerja 396, , , , , , , ,359 Pengangguran 25,451 26,397 26,836 25,734 25,009 22,164 26,586 17,884 Bukan Angkatan Kerja TPAK 247, % 234, % 202, % 223, % 223, % 236, % 227, % 256, % TPT 6.0% 6.0% 5.6% 5.6% 5.3% 4.8% 5.5% 3.9% Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah 65

79 BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Disisi lain, terjadi penurunan jumlah total angkatan kerja pada Agustus 2013 jika dibandingkan dengan Agustus 2012 (yoy) serta Februari Secaraa tahunan (yoy), terjadi penurunan jumlah angkatan kerja sebanyak orang atau sebesar 0,62% menjadi danjika dibandingkan dengann Februari 2013 tercatat terjadi penurunan sebanyak orang atau sebesar 3,94%. Selain itu, penurunan lain yang terjadi adalah pada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dimana pada Agustus 2013 tercatat sebesar 64,4%. Terjadi penurunan sebesar 2% jika dibandingkan dengan Agustus 2012 dan 3,5% jika dibandingkan dengan Februari Berdasarkan struktur sebarannya,sektor pertanian masih menjadi konsumen utama atas tenaga kerja di Maluku Utara. Walaupun sempat terjadi fluktuasi, namun sektor ini hampir selalu menyerap separuh dari total tenaga kerja. Data per Agustus 2013 menunjukkan bahwa 54,3% atau sebanyak orang penduduk Maluku Utara berkecimpungdi sektor yang memiliki andil tertinggi terhadap PDRB Maluku Utara ini. Terjadi penurunan sebanyak 0,01% atau orang jika dibandingkan dengan data per Agustus Sedangkanposisi kedua dan ketiga diisi oleh sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan dan Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi yang berhasil menyerap sebanyak 18% dan 12,1% tenaga kerja yang tersedia. Grafik 6.1 Sebaran Tenaga Kerja Per Sektoral di Maluku Utara Listrik, Gas dan Air 0.2% Lembaga Keuangan 0.9% Industri Pengolahan 2.1% Pertambangan 3.4% Konstruksi 3.6% Transportasi 5.5% Perdagangan 12.1% Jasa Kemasyarakatan 18.0% Pertanian 54.3% 0.0% 20.0% 40.0% 60.0% Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara Tabel 6.2 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan (lihat tabel 6.2), dari 6 kelompok klasifikasi tingkat pendidikan didapatkan bahwa terjadi kenaikan untuk pekerja dengan tingkat pendidikan SMA, SMK dan lulusan universitas pada Agustus 2013 jika dibandingkan dengan Agustus Sedangkan 3 kelompok tingkat pendidikan lainnya mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran positif atas tingkat pendidikan tenaga kerja di Maluku Utara. Semakin tinggi prosentase tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SMA/SMK dan lulusan 66

80 universitas diharapkan dapat menjadi cerminan meningkatnya kualitas tenaga kerja yang tersedia di Maluku Utara. Dengan demikian, para pengusaha diharapkan dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan tenaga kerja mereka melalui rekrutmen internal provinsi. Selain dapat mengurangi jumlah pengangguran, hal ini juga merupakan kabar baik bagi perusahaan karena mereka dapat menghemat biaya produksi dari sisi biaya tenaga kerja. Biasanya perusahaan harus membayar lebih tinggi tenaga kerja yang berasal dari luar daerah dengan pertimbangan adanya biaya tambahan yang harus mereka keluarkan setiap bulannya seperti biaya sewa tempat tinggal/kos serta biaya tunjangan lainnya. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), didapatkan utama tenaga kerja terkait informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus diluar kelompok pertama. Jika didasarkan pada status pekerjaan formal dan informal, maka didapatkan sebanyak 29,8% sebanyak 70,2% sebagai pekerja informal. Tabel 6.3 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama Status Pekerjaan Utama BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT kegiatan ekonomi yang dilakukan Berusaha Sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/Karyawan Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di nonpertanian Pekerja keluarga/tak dibayar Total Angkatan Kerja yaitu masyarakat Maluku Utara merupakan pekerja formal dan sisanya 2012 Februari Agustus Februari dua jenis kelompok kegiatan formal dan 2013 Agustus Berdasarkan Sakernas Pekerja Formal Pekerja Informal Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah 29.8% 28.5% 35.3% 29.8% 70.2% 71.5% 64.7% 70.2% 6.3 Pengangguran Pengangguran merupakan indikator utama dari bidang ketenagakerjaan dan kesejahteraan. Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan ditambah 67

81 BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan tapi belum mulai bekerja, sertayang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. Jumlah penduduk yang bekerja dan yang sedang menganggur sama-sama mengalami penurunan per Agustus 2013 sehingga memicu turunnya jumlah angkatann kerja secara total (lihat tabel 6.1). Hal ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun yang tidak masuk angkatan kerja, seperti menjadi ibu rumah tangga atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Maluku Utara juga mengalami penurunan. Pada Agustus 2012, TPT Maluku Utara sebesar 4,8% dan turun hingga menyentuh angka 3,9% pada Agustus 2013 setelah sebelumnya sempat terdongkrak hingga menyentuh angka 5,5% pada Februari Grafik 6.2Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Maluku Utara 29, % 27, % 25, % 23, % 21, % 19, % 17, % 15, % Feb Agts Feb Agts Feb Agts Feb Agts TPT (Aksis Kanan) Pengangguran Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara Menurunnya jumlah pengangguran ini diperkirakan sebagai dampak meningkatnya sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya jumlah bangunan Rumah Toko (Ruko) yang dibangun baik oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta yang tersebar di seluruh Maluku Utara dimana sebagian besar bangunan tersebut digunakan sebagai toko/tempat perdagangan serta gudang yang mampu menyerap tenaga kerja. Selain itu juga dengan dibukanya pusat perbelanjaan baru di Kota Ternate dengan skala besar mampu menyedot cukup banyak tenaga kerja di Maluku Utara. Kondisi ini diperkirakan menjadi faktor utama terkikisnya jumlah pengangguran per Agustus Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara kembali menembus angka 100,59 pada akhir triwulan IV Selama tahun 2013, NTP Maluku Utara terlihat mengalami fluktuasi dimana pada dua triwulan pertama (triwulan I dan II) NTP Maluku Utara bertahan diatas batas bawah tingkat kesejahteraan yaitu angka 100. Namun kondisi ini kembali berputar haluan sejak awal triwulan III 68

82 BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT dan bertahan hingga bulan kedua triwulan IV dimana NTP Maluku Utara kembali turun pada kisaran 98,80 hingga 99,98.Pada akhir triwulan IV 2013, NTP kembali naik dan berhasil menembus level 100,59 pada Desember Terjadi peningkatan sebesar 0,61% dibandingkan bulan November 2013 yang disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih besar dibandingkan dengan kenaikann indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Kenaikan NTP Provinsi Maluku Utara pada Desember 2013 disebabkan oleh naiknya NTP beberapa subsektor (lihat tabel 6.3). NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,91%, NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 0,72%, dan NTP Subsektor Perikanan naik 1,24%. Sebaliknya, NTP Subsektor Tanaman Pangan dan NTP Subsektor Hortikultura turun masing-masing sebesar 0,71%dan 0,55%. Jika dibandingkan dengan provinsi lain di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat),Maluku Utara berada pada posisi tengah yaitu urutan ke-6 tertinggi. Dari 10 provinsi yang ada di wilayah Sulampua,7 provinsi sudah memiliki NTP diatas batas bawah kesejahteraan dimana Maluku Utara merupakan salah satunya. Sedangkan 3 provinsi lain yaitu Papua Barat, Papuaa dan Sulawesi Utara masih memiliki NTP dibawah batas bawah kesejahteraan pada Desember Sedangkan jika dibandingkan dengan Nasional, maka NTP Maluku Utara masih berada di bawah NTP Nasional yang berada pada level 101,96. Grafik 6.2 Perkembangan NTP Maluku Utara NTP 5.0% g_yoy (aksis kanan) 4.0% % 2.0% % % % % Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah No Tabel 6.2 Nilai Tukar Sulampua Provinsi 1 Sulawesi Selatan 2 Sulawesi Barat 3 Sulawesi Tengah 4 Sulawesi Tenggara 5 Gorontalo 6 Maluku Utara 7 Maluku 8 Papua Barat 9 Papua 10 Sulawesi Utara Nasional Petani (NTP) Di Wilayah November 2013 Desember Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Deviasi (%)

83 BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tabel 6.3 Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara Per Subsektor 2013 Deviasi Subsektor November Desember (%) 1 Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPP) Holtikultura a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPH) Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPR) Peternakan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPT) Perikanan a. Indeks yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) b. Indeks yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) c. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) Perikanan Tangkap a. Indeks yang Diterima Nelayan (It) b. Indeks yang Dibayar Nelayan (Ib) c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) Perikanan Budidaya a. Indeks yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) b. Indeks yang DibayarPembudidaya Ikan (Ib) c. Nilai Tukar Nelayan (NTPi) Gabungan Maluku Utara a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP) Sumber : BPS Provinsi Malukuu Utara, diolah

84 6.5 Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara per September 2013 berkurang sebanyak 2,48 ribu orang atau turun sebesar 2,81% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan data Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara mengalami kenaikan sebesar 0,13% atau bertambah 2,38 ribu orang dari sebelumnya 83,44 ribu orang menjadi 85,82 ribu orang pada September 2013 (lihat tabel 6..3).Dengan anomalinya penurunan angka pengangguran terhadap angka kemiskinan, diduga bahwa penambahan jumlah tingkat kerja masih untuk pekerjaan dengan tingkat upah yang rendah. Selama satu tahun terakhir (September 2012 September 2013), jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sebesar 6,02%. Dengan komposisi seperti ini menunjukkan bahwa kesejahteraan antara perkotaan dan pedesaan semakin mengecil, walaupun secara umum kesenjangan dan tingkat keparahan kemiskinan pedesaan masih lebih besar daripada perkotaan. ` Periode Tabel 6.4 Perkembangan Penduduk Miskin di Maluku Utara Penduduk Miskin (000) Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Maret , , , Maret , , , Maret , , , Maret September , , , Maret , , , September , , , Maret , , , September , , , Keterangan : P1 = Indeks Kedalaman Kemiskinan P2 = Indeks Keparahan Kemiskinan Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Maluku Utara mencapai 85,82 ribu orang per September sebanyak 26,54% atau sebanyak 2,32 ribu orang sedangkan di daerah pedesaan terjadi koreksi jumlah penduduk miskin sebanyak 4,79 ribu orang atau turun tingkat kesenjangan Penduduk Miskin (%) Garis Kemiskinan (Rp) P1 (%) P2 (%) Penduduk miskin adalah mereka yang memiliki pengeluaran per kapitaa per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-makanan (GKNM). Di Maluku Utara, Peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan dengan peranan komoditas non-makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Selama tahun 2013 (Maret September 2013), Maluku Utara mengalami kenaikan garis kemiskinan sebesar 12,90% yaitu dari Rp per kapita per bulan menjadi Rp Kenaikan ini terjadi baik pada Garis Kemiskinan Makanan (GKM) maupun pada Garis Kemiskinan Non-makanan (GKNM). Besarnya tingkat pengeluarann garis kemiskinan Maluku Utara masih cukup jauh dari besarnya 71

85 BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT tingkat biaya hidup di Kota Ternate yang berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup tahun 2012 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar Rp dimana Kota Ternate merupakan kota dengan tingkat biaya hidup termahal ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Jaya Pura. Selain itu, selama tahun 2013 juga terjadi kenaikan pada Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin besar. Hal yang sama juga terjadi jika melihat data tahunannya (September 2012 September 2013) dimana P1 dan P2 sama-sama mengalami kenaikan. P1 naik sebesar 4,7% menjadi 0,85 sedangkann P2 naik sebesar 14,3%. Jika dilihat dari daerahnya, nilai P1 dan P2 di daerah pedesaan masih lebih besar dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini mencerminkan bahwa tingkatt kemiskinan di daerah perkotaan masih lebih baik dibandingkan dengan daerah pedesaan. Hal ini juga ditunjukkan dari jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan yang jauh diatas jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan. Tabel 6.5 Perkembangan Garis Kemiskinan di Maluku Utara Daerah/ Tahun Perkotaan Maret 2013 September 2013 Perdesaan Maret 2013 September 2013 Perkotaan+Perdesaan Maret 2013 September 2013 Keterangan: GKM : Garis kemiskinan makanan GKNM : Garis kemiskinan non makanan Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) GKM GKNM GKM+GKNM 211,319 73, ,818 82, ,858 49, ,540 54, ,298 55, ,829 62, , , , , , ,352 72

86 BAB VII. PROSPEK EKONOMI DAERAH 7.1 Prospek Perekonomian Makro Menyambut tahun 2014, Provinsi Maluku Utara masih diperkirakan tumbuh pada level yang menggembirakan yaitu sebesar 7,3%±1 (yoy). Sumber pertumbuhan diawal tahun 2014 diperkirakan masih berasal dari tiga sektor utama yang selama ini menjadi motor ekonomi Malut yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor industri pengolahan. Sementara itu, sektor pertambangan yang digadangkan menjadi salah satu sektor utama di masa yang akan datang diperkirakan akan mengalami pukulan keras dari pemberlakuan UUD Minerba tahun 2009 oleh pemerintah pusat yang memaksa sebagian besar perusahaan tambang produsen nikel untuk menghentikan kegiatannya karena mereka belum mampu mengolah raw material (biji nikel) menjadi produk turunannya. Hal ini dikonfirmasi dengan adanya pemulangan sebagian besar pekerja tambang oleh 28 perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah kepulauan Halmahera. Sedangkan perusahaan yang memiliki modal cukup besar untuk membangun smelter memutuskan untuk memulangkan sementara pekerjanya sampai smelter selesai dibangun dan produksi perusahaan kembali pada titik normal. Meskipun ekonomi diperkirakan masih mampu tumbuh di level positif, namun beberapa hal yang terjadi diawal tahun 2014 dapat menahan perkembangan ekonomi Malut untuk tumbuh lebih tinggi lagi. Adanya bencana banjir dan cuaca buruk di daerah pusat-pusat produksi seperti di Jawa, Sumatera dan Sulawesi diperkirakan akan menyebabkan turunnya kapasitas produksi beberapa komoditas pokok seperti beras dan tanaman holtikultura lainnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi stok secara nasional sehingga mendorong naik hargaa komoditas-komoditas tersebut. Selain itu, keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik untuk beberapa golongan industri akan menahan laju pertumbuhan kalangan industri pada level terbatas. Namun demikian, tingginya tingkat konsumsi masih diharapkan dapat menjadi penopang perkembangan ekonomi Maluku Utara secara makro. Tingginya Konsumsi ini salah satunya disebabkan oleh proyek pembangunan (lanjutan proyek lama serta beberapa proyek baru) yang dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi serta pemerintah pusat melalui beberapa kementrian dimana pendanaannya berasal dari APBD 2014 serta APBN 73

87 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tahun 2014, pemerintah Maluku Utara merencanakan untuk masih fokus dalam pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, pembangkit kepulauan, pembangunan bandar udara di Halmahera, pemasangan pipa air bersih dan berbagai pembangunan perkantoran serta peremajaan pelabuhan yang tersebar di seluruh wilayah Maluku Utara. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung program MP3EI dimanaa wilayah Maluku Utara masuk dalam koridor 6 Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Tingkat konsumsi dari masyarakat, pemerintah dan pihak swasta yang diperkirakan masih tinggi sepanjang tahun 2014 ini akan menjadi lokomotif pertumbuhan Maluku Utara dan dengan didukung oleh pembangunann infrastruktur yang baik diharapkan dapat menarik calon investor untuk mengembangkan bisnisnya di bumi Kie Raha seperti halnya di sektor perikanan yang memiliki potensi besar namun belum dimanfaatkan secara optimal. No Tahun Produksi Nilai Produksi Harga Rata- Produksi Rata2/Hari (Ton) (Rp.(000) Rata/Kg (Ton) ,625 43,047,546 9, ,073 50,140,732 9, ,147 47,215,738 9, , ,238,893 10, ,837 85,476,083 12, ,852 94,143,055 13, Sumber : PPN Kota Ternate Tabel7.1 Perkembangan Produksi Ikan Tangkap tenaga listrik bersifat 7.2 Prospek Inflasi Daerah Tekanan inflasi Kota Ternatee sebagai representasi Provinsi Maluku Utara diperkirakan akan meningkat sepanjang triwulan I 2014 dibandingkan dengan data historisnya yaitu dikisaran 9,7%±1 (yoy). Dari sisi non-fundamental, kelompok administered price diperkirakan akan menjadi salah satu pemicu gejolak harga di awal tahun 2014 yaitu keputusan pemerintah untuk menaikkan harga LPG 12 kg di akhir tahun 2013 serta rencana untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) untuk beberapa golongan di tahun 2014 akan memberikan dorongan susulan kepada kenaikan harga komoditas terkait dikarenakann naiknya biaya produksi. Jika dilihat dari karakteristiknya, inflasi yang terjadi di Kota Ternate biasanya berada pada magnitude yang lebih besar dibandingkan dengan nasional. Kondisi wilayah Maluku Utara yang berupa kepulauan serta masih banyaknya daerah 74

88 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH terpencil menyebabkan banyaknya kegiatan perpindahan tangan komoditas-komoditas sebelum akhirnya sampai pada konsumen yaitu masyarakat. Oleh karena itu, adanya kenaikan harga di level produsen akan direspon dengan kenaikan harga di tingkat distributor sampai ke tingkat pengecer sehingga harga akhir yang diterima oleh konsumen sudah mengalami beberapa kali kenaikan dan berujung pada tingkat harga yang tinggi. Sementara itu, pergerakan volatile foods yang seharusnya mereda di triwulan I 2014 sejalan dengan turunnya harga komoditas ikan sebagai penyumbang terbesarr inflasi Kota Ternate dikarenakan meredanya tinngi ombak diperkirakan akan tetap bertahan pada level yang cukup tinggi terkait dengan adanya bencana yang melanda berbagai daerah pusat produksi di seluruh wilayah Indonesia. Terlebih lagi wilayah Jawa dan Sulawesi yang merupakan dapur berbagai komoditas pokok yang dikonsumsi masyarakat Maluku Utara. Gangguann pada pasokan yang disebabkan oleh turunnya kapasitas produksi akibat rusaknya lahan petani di wilayah Jawa dan Sulawesi dipekirakan menjadi penyebab pergerakan harga.selain itu, terciptanya awan badai di perairan utara Indonesia termasuk Maluku Utara akan memperpanjang dampak faktor cuaca terhadap rigiditas turunnya harga ikan di tingkat konsumen. Pada akhirnya, tingkat inflasi di Maluku Utara akan bertahan pada level yang cukup tinggi sesuai proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara. Dari sisi fundamental, pergerakan diperkirakanmasihdalam level moderat, didukungolehseluruhdeterminannya yang masihkondusif. Kenaikanaktivitaskonsumsiyang tinggi serta kondisi soasial-politik Malut yang aman terkendali selamapelaksanaan PILKADAdiperkirakandapatdirespondenganbaikolehpeningkatanpenggunaan nkapasitasproduksi.teka naneksternaldiperkirakanterkendaliseiringdenganpertumbuhanekonomidunia a yang mulai membaik sehingga ekspor mulai tumbuh pada level yang menggembirakan. 7.3 Prospek Perbankan Keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga di level 7,,5% diperkirakan akan memberikan dorongan positif terhadap perbaikan kondisi Current Account Defisit (CAD) Indonesia. Namun disisi lain akan menambah beban bagi pihak perbankan karena mereka harus menaikkan suku bunga baik suku bunga kredit maupun tabungan. Suku bunga acuan Bank Indonesia yang berada pada level yang cukup tinggi ini akan menahan pertumbuhan kredit terutamaa kredit konsumsi dan kredit perumahan (KPR) dari perbankan nasional. Walaupun demikian, kondisi perekonomian Maluku Utara yang diperkirakan masih 75

89 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH mampu untuk tumbuh diatas 5% akan mendorong pertumbuhan tahunan perbankan dikisaran 20% (yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan akan tumbuh dikisaran 15% (yoy) sejalan dengan dipertahankannya suku bunga acuan Bank Indonesia di level 7,5% sehingga perbankan menaikkan suku bunga tabungan dan deposito mereka. Hal ini merupakan magnet tersendiri bagi masyarakat untuk menyimpan uangnya di Bank sehingga mendorong pertumbuhan DPK. Selain itu, masih kencangnyaa pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam mempersiapkan wilayahnya serta didukung oleh investasi yang masuk dari pihak swasta akan mendorong perkembangan kredit untuk sektor korporasi pada level yang masih cukup tinggi. Sebagai kesimpulan, perkembangan perbankan di Maluku Utara yang tidak terlepas dari kondisi perbankan nasional diperkirakan akan menunjukkan kinerja positif selama triwulan I

90

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Yos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-312417 LAPORAN TRIWULANAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA TRIWULAN II 2015 KATA PENGANTAR Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen No. 62/11/75/Th. VII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen PDRB Provinsi Gorontalo triwulan III-2013 naik 2,91 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: MEI 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 12 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan petunjuk serta ridha-nya

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci