STUDI PEMBANGUNAN PLTMH SUMBERAN 16,4 KW DI DUSUN SUMBERAN PACET MOJOKERTO JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PEMBANGUNAN PLTMH SUMBERAN 16,4 KW DI DUSUN SUMBERAN PACET MOJOKERTO JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 STUDI PEMBANGUNAN PLTMH SUMBERAN 16,4 KW DI DUSUN SUMBERAN PACET MOJOKERTO JAWA TIMUR Hudan Gunur Anggono Jurusan Teknik Elekro-FTI, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Kepuih Sukolilo Surabaya Absrak Penyediaan energi yang memadai sera ramah lingkungan merupakan salah sau persyaraan unuk pembangunan sosial ekonomi yang berkelanjuan. Akan eapi adanya kemajuan ekonomi, perumbuhan penduduk, dan ingginya ingka konsumsi elah menghadapkan Indonesia dengan berbagai permasalahan energi yang erus menerus membesar. Apabila penggunaan bahan bakar berbasis fosil eap berlangsung seperi yang berlaku saa ini, maka kerusakan lingkungan akan menjadi idak erhindarkan lagi. Diperlukan suau sudi komprehensif mengenai pemamfaaan poensi energi erbarukan sebagai energi alernaif. Pembangunan mikrohidro di dusun Sumberan difungsikan unuk Ligh Trap aau pengendali hama sebagai penggani pesisida PLTMH Sumberan dapa menghasilkan daya sebesar 16,4 KW. Poensi enaga air yang dibangkikan sungai Kromong II unuk pembangunan PLTMH Sumberan di dusun Sumberan, Pace, Mojokero dengan menggunakan keinggian jauh yang bisa dimanfaakan (Hne) sebesar 7,1 meer dan debi raa-raa saluran dengan pembangki beroperasi maksimum selama 4 bulan sebesar 0,45 m3/s. Kaa Kunci : PLTMH, Energi Terbarukan, Ligh Trap. 1. PENDAHULUAN Sekor enaga lisrik memegang peranan yang pening sekali dalam pembangunan. Kegunaan dan inensias penggunaan enaga lisrik berambah luas, baik sebagai prasarana produksi maupun sebagai ala pemenuhan kebuuhan seharihari bagi rumah angga keluarga. Sebagai fakor produksi ersedianya enaga lisrik yang cukup menenukan laju kecepaan pembangunan sekor-sekor indusri, peranian, perambangan, pendidikan, kesehaan dan lain-lain. Pembangunan sekor-sekor ini adalah sanga vial bagi ercapainya ujuan pembangunan seperi mencipakan kesempaan kerja, meningkakan pendapaan nasional, mengubah srukur ekonomi dan lain-lain. Di samping iu ersebarnya enaga lisrik di kalangan masyaraka luas, yang membuuhkan enaga lisrik unuk keperluan seharihari akan meningkakan kesejaheraan rakya. Dusun Sumberan, Pace, Mojokero memiliki komodias unggulan yakni bawang merah dengan kapasias poduksi mencapai 851 Ton/ahun. Dalam proses produksi, biaya operasional unuk kebuuhan membeli insekisida merupakan biaya yang erbesar. Sebagaimana kia ahu pengunaan insekisida yang besar dapa mencemari lingkungan dan berdampak pada kesehaan manusia. Perlu adanya eknologi peranian yang efisien dan ramah lingkungan sera meningkakan produksi dan kesejaheraan peani, yaiu dengan sisem Ligh Trap (neonisasi). Pembangunan mikrohidro di dusun Sumberan difungsikan unuk ligh rap aau pengendali hama sebagai penggani pesisida. Biasanya kebuuhan pesisida kimia ini menghabiskan biaya sanga besar sekiar Rp 13 juaan seiap masa anam. Dan yang mengesankan, keika dilakukan sudi kelayakan oleh PPLH Seloliman dan im, ernyaa kondisi sungai dusun Sumberan yang idak begiu besar ersebu diperkirakan mampu menghasilkan energi lisrik kurang lebih 16,4 KW. Ini sanga luar biasa jika bisa diinerkoneksikan ke jaringan PLN, 1

2 karena unuk ligh rap masyaraka hanya membuuhkan 4-5 KW saja Dari uraian ersebu, permasalahan yang imbul sebagai beriku: 1. Bagaimana poensi keenagalisrikan di Mojokero? 2. Bagaimana Proyeksi kebuuhan lisrik di Pace Mojokero dan desa Sajen? 3. Bagaimana Analisa Teknoekonomi, Lingkungan, Sosial dan Kelayakan Invesasi PLTMH Sumberan? 4. Apakah layak dibangun PLTMH Sumberan? 5. Bagaimana Pengaruh sysem Ligh Trap pada peranian masyaraka? Permasalahan yang dibahas dalam ugas akhir ini dibaasi pada Peramalan kebuuhan lisrik di desa Sajen akan dikembangkan secara jangka panjang berdasarkan kebuuhan daya yang semakin meningka. Daerah yang dibahas dibaasi hanya PLN Wilayah desa Pace. Dari sisi eknis hanya menjelaskan mengenai peralaan. Layou dan prinsip kerja PLTMH, sera fakor-fakor yang mempengaruhinya. Dan membahas mengenai dampak lingkungan, ekonomi, sosial dari pembangunan PLTMH ersebu. Tujuan dari penulisan ugas akhir ini adalah mempelajari dan menganalisa pemenuhan enaga lisrik di desa Sajen,menganalisa pembangunan PLTMH Sumberan yang digunakan unuk peranian dengan sisem Ligh Trap dan pengaruhnya erhadap perekonomian masyaraka seempa. Dari hasil pembahasan Pembangunan PLTMH Sumberan di Pace - Mojokero ini, maka diharapkan dapa memberikan masukan unuk PT. PLN, Pemerinah daerah aaupun pihak swasa unuk memanfaakan energi erbarukan sebagai sumber energi dari pembangki lisrik guna mengaasi krisis BBM sekaligus krisis Energi Lisrik di Pace - Mojokero. ENERGI LISTRIK 2.1 Meode DKL 3.0 Meode DKL 3 merupakan meode menghiung peramalan kebuuhan lisrik iap pelanggan dengan memperhiungkan rasio elekrifikasi iap pelanggan. Meode ersebu paling banyak digunakan oleh PLN Sekor Rumah Tangga Unuk menghiung peramalan kebuuhan energi lisrik sekor rumah angga maka dipergunakan beberapa persamaan beriku ini: P P 1 i...(2.1) 1 P = jumlah penduduk pada ahun (jiwa) P -1 = jumlah penduduk pada ahun -1 (jiwa) i = ingka perumbuhan penduduk (%) pada ahun...(2.2) Pel.R = jumlah pelanggan rumah angga pada ahun (jiwa) RE = rasio elekrifikasi pada ahun (%) Pel.R RE xh H = jumlah rumah angga pada ahun Pel.R Pel.R Pel.R...(2.3) 1 dimana: Pel.R = penambahan pelanggan rumah angga baru pada ahun Pel.R = jumlah pelanggan pada ahun (jiwa) Pel.R-1 = jumlah pelanggan pada ahun -1 (jiwa) ER ER 1x 1 G Pel.R xks...(2.4) ER = konsumsi energi lisrik pelanggan rumah angga ahun (jiwa) ER-1 = konsumsi energi lisrik pelanggan rumah angga ahun - 1 (jiwa) G = ingka perumbuhan konsumsi energi lisrik pelanggan rumah angga pada ahun (%) KS = konsumsi spesifik pelanggan rumah angga baru ahun (Wh) Sekor Komersil Unuk menghiung peramalan kebuuhan energi lisrik sekor komersil maka 2

3 dipergunakan beberapa persamaam beriku ini: Pel.K RPKxPel.R...(2.5) Pel.K = jumlah pelanggan komersil pada ahun (jiwa) RPK = rasio pelanggan komersil (%) Pel.R = jumlah pelanggan rumah angga pada ahun (jiwa) EK EK 1x 1 G...(2.6) EK = konsumsi energi lisrik pelanggan komersil ahun (jiwa) EK -1 = konsumsi energi lisrik pelanggan komersil ahun -1 (Wh) G = ingka perumbuhan konsumsi energi lisrik pelanggan komersil pada ahun (%) Sekor Publik Unuk menghiung peramalan kebuuhan energi lisrik sekor publik maka dipergunakan beberapa persamaan beriku ini: Pel.P RPPxPel.R...(2.7) Pel.P = jumlah pelanggan publik pada ahun RPP = rasio pelanggan publik (%) Pel.R = jumlah pelanggan rumah angga pada ahun (jiwa) EP EP 1x 1 G...(2.8) EP = konsumsi energi lisrik pelanggan publik ahun (Wh) EP-1 = konsumsi energi lisrik pelanggan publiuk ahun -1 (Wh) G = ingka perumbuhan konsumsi energi lisrik pelanggan publik pada ahun (%) Sekor Indusri Unuk menghiung peramalan kebuuhan energi lisrik sekor indusri maka dipergunakan beberapa persamaan beriku ini: Pel.I Pel.I 1x 1 G...(2.9) Pel.I = jumlah pelanggan indusri pada ahun Pel.I -1 = jumlah pelanggan indusri pada ahun -1 G = perumbuhan PDRB sekor indusri (%) e 1.G...(2.10) EI 1 EI dimana: e1 = elasisias pelanggan erhadap sekor indusri (%) EI = konsumsi energi lisrik pelanggan indusri ahun (Wh) EI -1 = konsumsi energi lisrik pelanggan indusri ahun -1 (Wh) 2.2 Analisa Ekonomi Sebelum suau proyek dilaksanakan perlu dilakukan analisa dari invesasi ersebu sehingga akan dikeahui kelayakan suau proyek diliha dari sisi ekonomi invesasi. Ada beberapa meode penilaian proyek invesasi, yaiu : Ne Presen Value (NPV) NPV adalah nilai sekarang dari keseluruhan Discouned Cash Flow aau gambaran ongkos oal aau pendapaan oal proyek diliha dengan nilai sekarang (nilai pada awal proyek). Secara maemaik rumus NPV dapa diulis sebagai beriku : n CIF NPV COF...(2.11) 0 (1 k) k = Discoun rae yang digunakan COF = Cash ou flow/invesasi CIF = Cash in flow pada periode N = Periode erakhir cash flow diharapkan Reurn Of Invesmen (ROI) ROI adalah laba aas invesasi. ROI adalah rasio uang yang diperoleh aau hilang pada suau invesasi, relaif erhadap jumlah uang yang diinvesasikan. ROI dapa dirumuskan dengan persamaan: n Bennefi Invesmen Cos ROI Invesmen Cos Bennefi CIF COF...(2.13)...(2.14) 3

4 Dimana: n Bennefi JumlahKeunungansampai ahunke Invesmen Cos Biaya Invesasi CIF pemasukan ahunke COF pengeluaran ahunke Benefi-Cos Raio (BCR) Benefi-Cos Raio adalah rasio perbandingan anara pemasukan oal sepanjang waku operasi pembangki dengan biaya invesasi awal. Dirumuskan dalam persamaan: n CIF 1 BCR...(2.15) Invesmen Cos Payback Period (PP) Payback Period adalah lama waku yang diperlukan unuk mengembalikan dana invesasi. Dirumuskan dalam persamaan: Invesmen Cos PP...(2.16) Annual CIF Dimana: Invesmen Cos Biaya Invesasi Annual CIF Pemasukan per ahun Invesasi yang ideal adalah invesasi dengan payback priode erpendek. 3. Kecamaan Pace dan Desa Sajen Pace adalah sebuah kecamaan di Kabupaen Mojokero, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kecamaan ini erleak di sebelah imur Koa Mojokero, berbaasan dengan kecamaan Trawas di bagian imur, kecamaan Kuorejo di bagian uara, kecamaan Gondang di bara dan bagian selaan berbaasan dengan huan wilayah Bau. Luas Wilayah Pace adalah Km 2 dan erdapa 20 desa dengan oal jumlah penduduk pace sebesar jiwa. Pace erleak ±600 dari permukaan lau. Hal ersebu menempakan Pace sebagai daerah wisaa yang perlu diperhiungkan di Jawa Timur. Pemandian air panas dan kolam renang erdapa di Pace. Air erjun dan wana wisaa merupakan pilihan lain bagi penikma panorama alam yang sejuk dan bebas polusi. Pace selain daerah wisaa juga merupakan daerah peranian yang cukup subur, karena erleak dianara iga gunung berapi. Pace pernah menjadi salah sau daerah penghasil bawang puih erbesar di Jawa Timur. Menuru hasil regresrasi dari Dinas Kependudukan dan Caaan Sipil Kecamaan Pace sampai dengan bulan Mare 2010 jumlah penduduk Kecamaan Pace berjumlah jiwa Desa Sajen ermasuk salah sau desa dari 20 desa yang erdapa di Kecamaan Pace Kabupaen Mojokero, Propinsi Jawa Timur. Desa ini erdiri dari 4 dusun yaiu Dusun Sajen, Treceh, Sumberan dan Podorejo. Desa Sajen mempunyai luas wilayah kurang lebih 284,356 Ha yang erbagi dalam 4 pemanfaaan lahan, yaiu anah sawah seluas 182,47 Ha, anah kering yang erdiri unuk ladang dan pemukiman seluas 51,8 Ha, anah unuk fasilias umum seperi anah kas desa (ganjaran), lapangan, perkanoran pemerinah desa seluas 37,63 Ha sera anah huan seluas 12,447 Ha. Desa Sajen ermasuk desa sekiar huan yang mengandalkan hasil peranian di lahan basah dan kering. Desa Sajen berbaasan dengan Desa Kesiman Tengah dan Desa Kemiri di sebelah uara, Kawasan Huan (HGU) di sebelah selaan, Kawasan Huan (HGU) di sebelah bara dan Desa Pace di sebelah imur. 3.1 Aksesibilias Dusun/Desa Sajen (Lokasi Rencana PLMH Sumberan) erleak ± 30 km ke arah enggara dari ibukoa Kabupaen Mojokero, Propinsi Jawa Timur. Unuk mencapai Dusun/Desa Sajen, dari ibukoa Kabupaen Mojokero dapa menggunakan kendaraan roda empa aau roda dua selama 1 jam langsung ke Dusun/Desa Sajen sebelum Koa Kecamaan Pace yang masih memerlukan waku 5 meni aau berjarak 2 km dari Dusun/Desa Sajen. Lokasi rencana PLTMH Sumberan dapa dicapai 2 meni dengan berjalan kaki karena erleak 50 m dari jalan uama di daerah pemukiman Dusun/Desa Sajen. Jalan dari ibukoa Kabupaen Mojokero ke Dusun/Desa Sajen hingga ke Koa Kecamaan Pace adalah jalan beraspal. Sedangkan jalan menuju lokasi PLTMH di Dusun/Desa Sajen merupakan jalan anah yang dikeraskan. 4

5 Desa Sajen erleak pada keinggian 700 meer di aas permukaan lau dengan emperaur raa-raa 26 0 C. Kondisi opografi secara umum desa ersebu adalah berbukibuki. Air yang akan digunakan unuk rencana PLTMH Sumberan berasal dari saluran irigasi Kromong II yang bersumber dari Sungai Kromong. Saluran irigasi yang mengalir ke arah uara ini erleak di daerah pemukiman Dusun Sajen, Desa Sajen deka perbaasan dengan Desa Pace. Berdasarkan observasi lapangan, kondisi kemiringan anah di sepanjang aliran irigasi Sajen agak curam eruama di sekiar lokasi rencana PLTMH. Sedangkan keadaan anah sepanjang irigasi ersebu merupakan anah agak keras yang digunakan unuk jalan. 4. ANALISA 4.1 Kondisi Eksising Energi Terbarukan Sumber air unuk PLTMH Sumberan merupakan aliran air irigasi bagi masyaraka seempa. Pengukuran debi air sera informasi masyaraka menunjukkan keersediaan sumber daya air ersedia sepanjang ahun dalam jumlah yang memadai. Curah hujan raa-raa di daerah iu mm dengan jumlah bulan hujan 6 bulan seiap ahun. Desa Sajen ermasuk desa deka huan yaiu epanya di lereng Gunung Welirang dan Arjuna sera Taman Huan Raya R Soeryo. Sumber air unuk irigasi Kromong II diperoleh dari Sungai Kromong yang memiliki cachmen area di kawasan huan raya ersebu. Pengukuran sesaa pada musim kemarau mendapakan debi aliran air irigasi Kromong II sebanyak 0,453 m 3 /deik. Poensi konflik penggunaan air irigasi ersebu eruama berkaian dengan kegiaan peranian sepanjang daerah inake hingga ail race idak ada karena air unuk PLTMH dikembalikan lagi ke saluran irigasi yang sama. Topografi daerah Dusun Sumberan, khususnya sekiar aliran irigasi Kromong II, memiliki poensi yang cukup unuk mendapakan inggi jauhan air yang memadai unuk pembangunan PLTMH. Tinggi jauhan air (head) unuk PLTMH Sumberan erdapa pada lokasi sejauh 50 meer dari jalan uama desa di daerah pemukiman Dusun Sumberan. Tinggi jauhan air (gross head) unuk PLTMH Sumberan 7.1 m. 4.2 Analisa Perkiraan Kebuuhan Energi Lisrik dengan meode DKL 3.0 Model yang digunakan dalam meode DKL 3.0 unuk menyusun prakiraan adalah model sekoral. Prakiraan kebuuhan enaga lisrik model sekoral digunakan unuk menyusun prakiraan kebuuhan enaga lisrik pada ingka wilayah/disribusi. Meodologi yang digunakan pada model sekoral adalah meode gabungan anara kecenderungan, ekonomeri dan analiis. Pendekaan yang digunakan dalam menghiung kebuuhan lisrik adalah dengan mengelompokkan pelanggan menjadi empa pelanggan yaiu : Pelanggan Rumah Tangga, Pelanggan Bisnis, Pelanggan Indusri, Pelanggan Publik. Tabel 1 Proyeksi Energi Terjual (KWh), Jumlah Pelanggan per Sekor dengan Meode DKL 4.3 Analisa PLTMH Sumberan Aspek Teknis Komponen uama perhiungan daya yang biasa dibangkikan oleh suau PLTMH adalah poensi debi air yang ersedia (Q) dan inggi jauh (Hne). Berdasarkan daa lapangan, debi air di irigasi Kromong II, di dusun Sumberan desa Sajen, Kecamaan Pace, Kabupaen Mojokero Propinsi Jawa Timur bervariasi. Unuk debi eringgi erjadi pada ahun 2009 yaiu sebesar 1405 lier/s. Sedangkan dari hasil pengukuran keinggian jauh yang bisa dimanfaakan (Hne) sebesar 7.1 meer dengan panjang pipa pensock 70 meer. 5

6 P = g.hne.q d. ç o dimana: P = daya oupu (kw) Hne = inggi jauh air bersih (meer) Q d = debi desain (m 3 /deik) g = Konsana graviasi bumi (9.81 m/s2) ç o = efisiensi oal (%) Tabel 2 Daya Poensi Sungai Kromong II Daya Debi (lier/deik) Head (m) Oupu (kw) , , , , ,45 Gambar 1 Skema dan Layou PLTMH PLTMH ini menggunakan urbin jenis Cross Flow. Turbin dengan pengonrol aliran oomais ini cocok unuk lokasi-lokasi proyek di Indonesia. Turbin digolongkan menjadi dua jenis, yaiu urbin impuls dan urbin reaksi. Turbin impuls bekerja dengan cara : ekanan air dikonversikan (diubah) menjadi energi kineik (gerak) di adapor. Turbin reaksi bekerja dengan cara : ekanan air langsung diubah menjadi gaya pada permukaan runner, gaya yang bekerja pada runner ini akan memuar poros urbin Tabel 3 Spesifikasi Turbin Dan Generaor Komponen Spesifikasi Jumlah pembangki 1 Tipe urbin Cross flow T 14 Diameer runner 300 mm Kecepaan puar urbin 573 / 750 rpm Efisiensi maksimal 80 % dari urbin Tipe generaor Synchronous Drive Bel daar Kapasias generaor 30 KVA Kecepaan puar 1500 rpm generaor Efisiensi maksimal 90 % generaor Aspek Sosial Propinsi Jawa Timur berada pada posisi ke-20 ingka IPM dari 33 propinsi yang ada di Indonesia. Nilai IPMnya sebesar 69.2% dan reduksi Shorfallnya sebesar Nilai IPM Kabupaen Mojokero sebesar 71.99%.Tingka kesejaheraan masyaraka Jawa Timur apabila diukur dengan indikaor IPM erus mengalami peningkaan. Dimana IPM Jawa Timur pada ahun 2008 sebesar 70,38 dan meningka pada ahun 2009 mencapai 70,98, yang berada pada uruan 18 secara nasional. Jumlah Kabupaen/Koa yang Angka IPM-nya diaas raa-raa Jawa Timur sebanyak 19 Kabupaen/Koa, sedangkan yang dibawah raa-raa Jawa Timur juga sebanyak 19 Kabupaen/Koa. Angka IPM eringgi ada di Koa Bliar sebesar 77,12 sedangkan yang erendah di Kabupaen Sampang sebesar 58, Aspek Ekonomi Biaya oal pembangkian energi lisrik merupakan penjumlahan dari biaya modal, biaya bahan bakar sera biaya operasi dan perawaan. Karenanya dalam perhiungan 6

7 biaya pembangkian energi lisrik, harus dihiung sau persau dari keiga biaya diaas. Perencanaan pembangunan PLTMH Sumberan dengan kapasias oal 16,4 KW diasumsikan dengan capaciy facor / facor kapasias 80 % sera memiliki life ime / umur pembangki 25 ahun. Dengan melakukan perhiungan maka didapakan daa seperi pada abel 4. Tabel 4 Biaya Pembangkian Energi Lisrik PLTMH Sumberan Unuk menghiung semua variable dalam analisa ekonomi, erlebih dahulu dihiung oal energi oupu PLTMH Sumberan dalam 1 ahun. Diasumsikan facor kapasias (CF) pembangki sebesar 0.80 dan Semua energi ersebu erpakai 360 hari dalam 1 ahun karena adanya gangguan dan perbaikan. KWH oupu Pinsall x CF x 24 jam x 365 hari = 16,4 KW x 0,8 x 24 x 365 = 115 KWh/ahun Jumlah pendapaan perahun/ cash in flow (CIF) dapa dihiung dari KWh oupu dan selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan biaya pembangkian (BP) aau dengan kaa lain keunungan penjualan (KP). Pembangki ini direncanakan akan dihubungkan dengan saluran menengah disribusi 20 KV. Menuru Kepuusan Meneri ESDM No.1122K/ 30/ MEM/ 2002 dan Perauran Meneri ESDM No. 002 Tahun 2006 enang harga paokan penjualan lisrik PLTMH, harga penjualan lisrik PLTMH dengan Kapasias erinsall 1-10 MW adalah 80% dari biaya pokok penyediaan lisrik seempa. Unuk daerah Jawa Timur, biaya pokok penyediaan lisrik egangan menengah sebesar Rp 855/kWh Ne Presen Value (NPV) Meode Ne Presen Value (NPV) ini menghiung jumlah nilai sekarang dengan menggunakan Discoun Rae erenu dan kemudian membandingkannya dengan invesasi awal (Iniial Invesmen). Selisihnya disebu NPV. Apabila NPV ersebu posiif, maka usulan invesasi ersebu dierima, dan apabila negaif diolak. NPV PLTMH Sumberan dengan suku bunga 6 % pada ahun ke 25 sebesar Rp 832 jua diperoleh hasil perhiungan CIF sebesar 159 jua/ahun Unuk suku bunga 9 % diperoleh hasil perhiungan CIF sebesar Rp 132 jua/ahun dengan NPV sebesar Rp 96 jua Sehingga invesasi dengan kedua macam suku bunga ersebu layak dilakukan Payback Periode (PP) Payback Periode adalah lama waku yang dibuuhkan agar nilai invesasi yang diinvesasikan dapa kembali dengan uuh. Lama waku PP PLTMH Sumberan dengan suku bunga 6% adalah 7,5 ahun dan 9% adalah 9 ahun sedangkan 12 % adalah 12 ahun Aspek Lingkungan Prakiraan dampak pening dalam pembangunan PLTMH Sumberan Upaya pemanauan lingkungan unuk kegiaan Pembangunan PLTM ini prakiraan dampak yang erjadi akan diinjau dalam 4 (empa) ahapan: 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Konsruksi 3. Tahap Operasional 4. Tahap Pasca Operasi Pengelompokan yang baik dan benar dengan memperhaikan perubahan lingkungan dan sumber dampak yang erjadi, akan dapa meremdam dan menekan dampak negaif yang mungkin erjadi bahkan mungkin dapa merubah berbalik menjadi posiif. Secara umum Upaya Pengelolaan Lingkungan ini adalah pengelolaan rencana kegiaan yang akan membua pengaruh (dampak) erhadap lingkungan, mulai dari ahap kegiaan Persiapan, konsruksi dan pasca konsruksi sehingga dampak yang erjadi dapa diekan seminimal mungkin. 7

8 Dengan dibangunnya PLTMH Sumberan, diharapkan ersedianya media pendidikan (model) enang energi alernaif yang ramah lingkungan, yang idak menambah erjadinya pencemaran udara dari hasil pembakaran bahan bakar fosil. Dapa meningkakan kesadaran dan keerlibaan masyaraka luas dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjuan. Meningkakan araf ekonomi masyaraka melalui usaha produkif berbasis sumber daya alam lokal dan kelisrikan yang bersumber dari PLTMH. Sumber daya alam (air) dapa dimanfaakan secara opimal dan berkelanjuan. Adanya lisrik yang berkualias dan dapa mencukupi kebuuhan hidup masyaraka dusun Sumberan. Menurunnya ingka penggunaan berbahan bakar minyak dan emisi gas buang Terbukanya peluang pengembangan usaha-usaha yang mengelola poensi lokal dengan memanfaakan energi lisrik.sehingga dapa meningkakan kesejaheraan. 5. PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Dari hasil pembahasan dan analisa, dapa disimpulkan beberapa hal sebagai beriku : 1. Poensi enaga air yang dibangkikan sungai Kromong II unuk pembangunan PLTMH Sumberan di dusun Sumberan, Pace, Mojokero dengan menggunakan keinggian jauh yang bisa dimanfaakan (Hne) sebesar 7,1 meer dan debi raa-raa saluran dengan pembangki beroperasi maksimum selama 4 bulan sebesar 0,45 m3/s adalah 16,4 KW. Daya erbangki erbesar pada rumah pembangki sebesar 63,87 KW erjadi pada bulan Januari sampai bulan Mare dikarenakan pada bulan-bulan ersebu musim hujan dan debi air sanga inggi. 2. Rasio elekrifikasi Pace sebesar 66,17% dihiung dari jumlah rumah angga oal (H ) dikalikan dengan rasio elekrifikasi (RE ). Jumlah pelanggan rumah angga pada ahun 2009 sebesar dan jumlah rumah angga oal pada ahun 2009 sebesar Biaya produksi energi lisrik PLTMH Sumberan dengan menggunakan suku bunga 6 % adalah Rp 932/kWh sedangkan biaya invesasi meode on Grid yang dibuuhkan sebesar Rp 1,2 milyar 4. Dengan penambahan penambahan CIF baru yang dihasilkan dari penjualan air minum isi ulang dan penjualan lisrik yang digunakan unuk Ligh Trap sebesar Rp iap ahun maka pembangunan PLTMH idak mengalami kerugian dalam jangka waku yang lama. 5. Bahwa dengan suku bunga 6%, dana invesasi dapa dikembalikan pada ahun ke-8 sejak dibangunya PLTMH 6. Seelah pembangki PLTMH Sumberan dibangun dapa meningkakan perekonomian penduduk karenaefisiensi penggunaan Ligh Trap 0,26% dari hasil peranian SARAN 1. Karena masih banyak poensi enaga air yang belum dibangkikan di Indonesia, khususnya di Propinsi Jawa Timur, maka diharapkan adanya kajian kembali mengenai pemanfaaan poensi ersebu unuk pembangki lisrik dengan kapasias yang lebih besar. 2. Biaya invesasi yang sanga ingi dari pembangunan PLTMH, menyebabkan perlunya dukungan dari pemerinah baik dalam pemberian banuan subsidi aau usaha dalam pencarian invesor. Benuk subsidi yang dapa diberikan adalah subsidi biaya modal yang diberikan pada awal pembangunan pembangki aau subsidi silang yang diberikan seiap ahun guna memenuhi arge Biaya Pokok Penyediaan (BPP) lisrik seempa. 8

9 DAFTAR PUSTAKA [1]. Adam Harvey, Micro-Hydro Design Manual, A Guide o Small-Scale Waer Power Schemes, Inermediae Technology Developmen Group, UK, 1993 [2]. APJ PT PLN (PERSERO) Wilayah Mojokero [3]. Arismunandar, Arono. Pegangan Teknik Tenaga Lisrik Jilid I Pembangkian Dengan Tenaga Air, Pradiya Paramia, [4]. A. Rana, Renewable Energy And Energy Efficiency Developmen, Infrasrucure Summi, November [5]. Anya P. Damasui, Pembangki Lisrik Tenaga Mikrohido [6]. Biaya Pokok Penyediaan Lisrik 2008, PLN. [7]. Daa beban, (hp:// elisrikan/ index.php?pageid=4) [8]. Hydrourbines, pico-hydro, mini hydro, and micro-hydro soluions. [9]. Inoducion o microhydro ( [10]. Kabupaen Mojokero dalam Angka 2008, Badan Pusa Saisik Kabupaen Mojokero, [11]. Kadir, Abdul, Energi Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Lisrik dan Poensi Ekonomi, Edisi Kedua, Universias Indonesia, [12]. Marsudi, Djieng, Pembangkian Energi Lisrik, Erlangga, [13]. Perauran Meneri ESDM No /26/600.3/2008 enang Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Lisrik Propinsi di Indonesia. [14]. Profil Daerah Mojokeo, (hp:// [15]. Kelompok kerja Pusa Pendidikan Lingkungan Hidup Seloliman [16]. Sanoso, M. Djoko, Dika kuliah Pembangki Tenaga Lisrik. RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Hudan Gunur Anggono, dilahirkan di Malang pada anggal 26 Mei 1988 merupakan anak perama dari dua bersaudara. Pada ahun 2005 penulis lulus dari SMUN 1 Manado. Penulis melanjukan sudi pada ahun 2005 di Jurusan Elekro Indusri Polieknik Elekronika Negeri Surabaya - ITS, dan lulus pada ahun Seelah iu pada ahun 2008 melanjukan sudi S1 di Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya jurusan Teknik Elekro bidang sudi Sisem Tenaga. Penulis dapa dihubungi melalui alama hudan@elec-eng.is.ac.id 9

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR Puguh Dwi Praseyo Bidang Sudi Teknik Sisem Tenaga Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK LATERAL DAN TENAGA ANGIN PUTARAN RENDAH Soebyako, Ahmad Farid Dosen soebyako@yahoo.com, farield_s@yahoo.com Absrak Sisem pembangki lisrik enaga ombak laeral dan enaga

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK IPP - PLT PANAS BUMI BEDUGUL 10 MW KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN BALI PADA PROYEK PERCEPATAN 10

STUDI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK IPP - PLT PANAS BUMI BEDUGUL 10 MW KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN BALI PADA PROYEK PERCEPATAN 10 STUDI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK IPP - PLT PANAS BUMI BEDUGUL 10 MW KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN BALI PADA PROYEK PERCEPATAN 10.000 MW PADA TAHUN 2018 Bayu Permana Indra Bidang Sudi Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Pedesaan di Indonesia biasanya memiliki ciri agak eringgal bila dibandingkan dengan perkoaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal aspek lainnya, seperi: pembangunan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Proses Die Casing Dasar dari die casing proses erdiri dari injeksi logam cair dalam ekanan yang inggi ke dalam ceakan yang disebu die dan dibiarkan membeku. Tipe Mesin die

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN LARANTUKA (NTT) AKIBAT PENAMBAHAN PLTU 2 X 4 MW PADA TAHUN 2013

ANALISIS STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN LARANTUKA (NTT) AKIBAT PENAMBAHAN PLTU 2 X 4 MW PADA TAHUN 2013 ANALISIS STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN LARANTUKA (NTT) AKIBAT PENAMBAHAN PLTU 2 X 4 MW PADA TAHUN 2013 Nurul Azizah, Onoseno Penangsang, Adi Soeprijano Jurusan Teknik Elekro-TI ITS Absrak

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUAT TATITIK 3.. ejarah ingka BP (Badan Pusa aisik) A. Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 920, Kanor aisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

ANALISIS PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN WILAYAH PLN KOTA PEKANBARU DENGAN METODE GABUNGAN

ANALISIS PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN WILAYAH PLN KOTA PEKANBARU DENGAN METODE GABUNGAN ANALISIS PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN 2015-2024 WILAYAH PLN KOTA PEKANBARU DENGAN METODE GABUNGAN Muhammad Bobby Fadillah*, Dian Yayan Sukma**, Nurhalim** *Alumni Teknik Elekro Universias Riau

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo l: l,' Benarkah Banuan Luar Negeri Berdampak Negaif erhadap Perumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo Hubungan anara huang luar negeri pemerinah dengan perumbuhan ekonomi dapa negaif aau posiif. Bagaimana

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI)

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) Abrar Tanjung Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknik Universias Lancang Kuning E-mail : abraranjung_1970@yahoo.co.id

Lebih terperinci