KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa enggara Barat riulan III 9 Kantor Bank Indonesia Mataram

2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA ENGGARA BARA riulan III9 KANOR BANK INDONESIA MAARAM

3 Penerbit : BANK INDONESIA MAARAM Kelompok Kajian Statistik dan Survei Jl. Pejanggik No. Mataram Nusa enggara Barat elp. : 766 ext. Fax : thommy@bi.go.id ariadi_d@bi.go.id billy_g@bi.go.id e_ariesty@bi.go.id

4 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilainilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilainilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegaai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Mataram Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugastugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Bank Indonesia Mataram Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, dan pengaasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya.

5 KAA PENGANAR Pada triulan III9, perekonomian Nusa enggara Barat diprediksi mampu tumbuh positif sebesar 8,% (yoy) sejalan dengan pemulihan ekonomi global. Di sisi permintaan, sumber pertumbuhan ekonomi masih mengandalkan kegiatan konsumsi rumah tangga dan pemerintah serta ekspor. Sementara dari sisi penaaran, perekonomian masih digerakkan oleh sektorsektor andalan yakni sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang tumbuh stabil. Indikator ekonomi lainnya yakni laju inflasi terus mengalami penurunan mencapai level 4,6% (yoy) pada triulan ini. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan triulan sebelumnya (4,66%), namun masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional (,8%). Di sisi pembiayaan perbankan, penyaluran kredit untuk pembiayaan pertumbuhan ekonomi sampai dengan triulan ini terus menunjukan peningkatan yang mencapai 6,8% (ytd). Kinerja positif intermediasi perbankan diprediksi akan berlanjut sampai dengan akhir tahun 9 dengan angka pertumbuhan kredit pada kisaran 4%. Di samping ulasan di atas, buku ini juga mengupas perkembangan sistem pembayaran, perkembangan keuangan serta prospek ekonomi ke depan yang dapat menjadikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia maupun stakeholders di daerah. Bank Indonesia memiliki kepedulian tinggi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi regional yang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, antara lain dengan melakukan penelitian dan kajian serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah dalam mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi termasuk pengendalian harga barang dan jasa. Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasamanya kepada semua pihak terutama jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten ataupun Kota, dinas/instansi terkait, perbankan, akademisi dan pihak lainnya yang telah membantu penyediaan data sehingga buku ini dapat dipublikasikan. Semoga buku ini bermanfaat dan kiranya uhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat bagi kita semua dalam berkarya. Mataram, 4 Oktober 9 BANK INDONESIA MAARAM ri Dharma Pemimpin i

6 INDIKAOR EKONOMI DAN MONEER Provinsi Nusa enggara Barat INDIKAOR MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Mataram Kota Bima Laju Inflasi ahunan (yoy %) Kota Mataram Kota Bima PDRBharga konstan (miliar Rp),894.46, , ,46., ,.45 4,87.7 Pertanian 94.5,5.4,9.7, ,69.8,7. Pertambangan & Penggalian , ,.9 Industri Pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Perseaan dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy %) (.) 4.4 (.6) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) PERBANKAN Bank umum : otal Aset (Rp triliun) DPK (Rp triliun) abungan (%) Giro (%) Deposito (%) Kredit (Rp triliun) berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR Kredit Mikro (<Rp5 juta) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Kecil (Rp 5 < x < Rp5 juta) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Menengah (Rp 5 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi otal Kredit MKM (Rp triliun) NPL MKM gross (%) NPL MKM nett (%).6 (.) (.9) (.48) (.) (.44) (.7) ii

7 INDIKAOR BPR : otal Aset (Rp triliun) DPK (Rp triliun) abungan (%) Giro (%) Deposito (%) Kredit (Rp triliun) berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp triliun) Rasio NPL Gross (%) Rasio NPL Net (%) LDR SISEM PEMBAYARAN Posisi Kas Gabungan (Rp triliun) Inflo (Rp triliun) Outlflo (Rp triliun) Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) Nominal ransaksi RGS Volume ransaksi RGS Ratarata Harian Nominal ransaksi RGS Ratarata Harian Volume ransaksi RGS Nominal Kliring Kredit Volume Kliring Kredit Ratarata Harian Nominal Kliring Kredit Ratarata Harian Volume Kliring Kredit Nominal Kliring Pengembalian Volume Kliring Pengembalian Ratarata Harian Nominal Kliring Pengembalian Ratarata Harian Volume Kliring Pengembalian Nominal olakan Cek/BG Kosong Volume olakan Cek/BG Kosong Ratarata Harian Nominal Cek/BG Kosong Ratarata Harian Volume Cek/BG Kosong iii

8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NB RIWULAN III9 DAFAR ISI Kata Pengantar...i Indikator Ekonomi dan Moneter...ii Daftar Isi...iv Daftar Grafik...v Daftar abel...vii Ringkasan Eksekutif...viii Bab Perkembangan Ekonomi Makro Regional.... Kondisi Umum.... Sisi Permintaan.... Sisi Penaaran enaga Kerja dan Kesejahteraan Keuangan Daerah...7 Boks Assessmen Faktor Penghambat Optimalisasi APBD di Nusa enggara Barat... Bab Perkembangan Inflasi.... Kondisi Umum.... Inflasi riulanan...4. Inflasi ahunan...5 Boks Pola Pembentukan Harga Produk Manufaktur di Nusa enggara Barat...6 Bab Perkembangan Perbankan Daerah...9. Intermediasi Perbankan...9. Perkembangan Bank Umum.... Perkembangan Kredit UMKM Perkembangan Bank Syariah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat...4 Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran...4. ransaksi Keuangan Secara unai...4. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil...4. Pemberian anda idak Berharga (PB) Uang Kartal ransaksi Pembayaran Secara Non unai Penemuan Uang Palsu...46 Bab 5 Prospek Ekonomi dan Harga Prospek Ekonomi Nusa enggara Barat Perkiraan Inflasi Nusa enggara Barat Prospek Perbankan Nusa enggara Barat...48 iv

9 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NB RIWULAN III9 DAFAR GRAFIK Grafik. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah angga di NB... Grafik. Perkembangan Kredit Konsumsi di NB... Grafik. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor... Grafik.4 Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi... Grafik.5 Perkembangan PMB di NB...4 Grafik.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen di NB...4 Grafik.7 Perkembangan Kredit Investasi di NB...4 Grafik.8 Perkembangan Impor Barang Modal NB...4 Grafik.9 Perkembangan Nilai Impor NB...5 Grafik. Perkembangan Nilai Ekspor NB...5 Grafik. Struktur Ekonomi NB.II9 dan.iii9...6 Grafik. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di NB...7 Grafik. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Utama di NB...7 Grafik.4 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian di NB...9 Grafik.5 Perkembangan Produksi embaga P Nemont Nusa enggara... Grafik.6 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan di NB... Grafik.7 Perkembangan ingkat Hunian Kamar Hotel di NB... Grafik.8 Perkembangan Kredit Sektor PHR di NB... Grafik.9 Perkembangan Volume Penjualan Semen di NB... Grafik. Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi di NB... Grafik. Perkembangan Indikator Perbankan NB... Grafik. Perkembangan Penumpang Internasional di Selaparang... Grafik. Perkembangan Penumpang Domestik di Selaparang... Grafik.4 Perkembangan Kredit Sektor ransportasi dan Komunikasi di NB...4 Grafik.5 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri di NB...4 Grafik.6 Perkembangan Kredit Industri Pengolahan di NB...4 Grafik.7 Perkembangan Konsumsi Listrik per Jenis Penggunaan di NB...5 Grafik.8 Perkembangan Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih di NB...5 Grafik.9 Perkembangan Remitansi NB...6 Grafik. Negara ujuan Penempatan KI NB...6 Grafik. Perkembangan NP di NB...7 Grafik. Saldo Keuangan Pemerintah Daerah NB di Perbankan...7 Grafik. Perkembangan Inflasi ahunan NB... Grafik. Perkembangan Inflasi riulanan NB... Grafik. Perkembangan Harga Beras di NB... Grafik.4 Perkembagan Harga Pangan Internasional... Grafik.5 Inflasi riulanan di NB...4 Grafik.6 Sumbangan Inflasi riulanan di NB...4 v

10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NB RIWULAN III9 Grafik.7 Perkembangan Harga Cabe Rait di NB...4 Grafik.8 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia...4 Grafik.9 Inflasi ahunan NB...6 Grafik. Sumbangan Inflasi ahunan NB...6 Grafik. Perkembangan Aset Bank Umum... Grafik. Perkembangan Aset Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha... Grafik. Pertumbuhan DPK Bank Umum di NB... Grafik.4 Perkembangan DPK Bank Umum di NB... Grafik.5 Pangsa DPK per Kepemilikan Bank Umum triulan III9... Grafik.6 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum triulan III9... Grafik.7 Perkembangan Kredit Bank Umum di NB... Grafik.8 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan... Grafik.9 Pertumbuhan Kredit Menurut Jenis Penggunaan (qtq)... Grafik. Pertumbuhan Kredit Menurut Jenis Penggunaan (yoy)... Grafik. Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral di NB...5 Grafik. Perkembangan Cash Ratio Bank Umum di NB...6 Grafik. Pangsa Kredit UMKM erhadap otal Kredit Bank Umum...7 Grafik.4 Perkembangan Kredit UMKM...7 Grafik.5 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum...7 Grafik.6 Pangsa perbankan Syariah terhadap perbankan NB. III9...8 Grafik.7 Pangsa Syariah erhadap Perbankan di NB riulan III9...8 Grafik.8 Perkembangan Aset Perbankan Syariah...9 Grafik.9 Perkembangan DPK Syariah...9 Grafik. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di NB...9 Grafik. Perkembangan Aset & DPK BPR di NB...4 Grafik. Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaaan di NB...4 Grafik. Pangsa Kredit BPR persektor Ekonomi di NB...4 Grafik.4 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaaan di NB...4 Grafik 4. Perkembangan Inflo, Outflo dan Netflo...4 Grafik 4. Perkembangan Pertukaran Uang Pecahan Kecil...4 Grafik 4. Komposisi Penukaran Uang Kertas...4 Grafik 4.4 Rasio PB terhadap Cash Inflo...44 Grafik 4.5 Perkembangan Nilai ransaksi Non unai di NB...44 Grafik 4.6 Perkembangan ransaksi Kliring di NB...45 Grafik 4.7 Perkembangan transaksi RGS...46 Grafik 4.8 Uang Palsu yang Ditemukan Perbankan di NB...46 Grafik 5. Perkiraan Realisasi Usaha...49 Grafik 5. Ekspektasi Ekonomi Konsumen...49 Grafik 5. Harga Bulan Yang Akan Datang...49 vi

11 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NB RIWULAN III9 DAFAR ABEL abel. Pertumbuhan dan Sumbangan Sisi Permintaan NB... abel. Pertumbuhan dan Sumbangan Sisi Penaaran NB...6 abel. Perkembangan Produksi Padi di NB...8 abel.4 APBD Provinsi NB ahun abel. Inflasi ahunan Nusa enggara Barat...5 abel. Perkembangan Indikator Perbankan di NB...9 abel. Pertumbuhan Kredit Bank Umum di NB... abel. Perkembangan Kredit Bank Umum di NB...4 abel.4 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum di NB...5 vii

12 RINGKASAN EKSEKUIF. Perkembangan Ekonomi dan Perbankan Asesmen Ekonomi Pada triulan III9, perekonomian Nusa enggara Barat pada triulan III9 diperkirakan mampu tumbuh mencapai 8,% (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan triulan yang sama tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar,%, namun turun tipis dibanding triulan sebelumnya (8,%). Dari sisi permintaan, seperti periodeperiode sebelumnya kegiatan konsumsi rumah tangga diperkirakan mampu tumbuh positif dan masih menjadi penggerak utama perekonomian Nusa enggara Barat. Pengaruh faktor musiman yaitu tahun ajaran baru di aal triulan dan hari besar keagamaaan diakhir triulan mendorong terjadinya peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat. Kondisi tersebut sejalan dengan indeks keyakinan konsumen dan jumlah kredit konsumsi yang menunjukan tren yang meningkat. Sementara perkembangan kegiatan investasi diprediksi tumbuh melambat setelah pada triulan lalu mengalami pertumbuhan yang tinggi. Kondisi ini tercermin dari penurunan pertumbuhan pada indikatorindikator investasi seperti laju impor barang modal dan kredit investasi. Pada kegiatan ekspor, peningkatan kinerja terus terjadi melanjutkan pemulihan pada periode sebelumnya, dikonfirmasi dengan kenaikan angka penjualan konsentrat tembaga ke berbagai negara tujuan ekspor searah dengan membaiknya harga komoditas tersebut di pasar internasional. Dari sisi penaaran, sektorsektor andalan masih menjadi sumber pertumbuhan perekonomian Nusa enggara Barat. Seiring dengan peningkatan kinerja ekspor, sektor pertambangan diprediksi mampu tumbuh sebesar,97% (yoy) dan tampil sebagai penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi di triulan ini. Selanjutnya, kontribusi yang besar juga diberikan sektor pertanian seiring tibanya musim panen pada sub sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan. Sementara itu, pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) didorong oleh kinerja sub sektor perdagangan sejalan dengan peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat. Di sisi tenaga kerja, perkembangan penempatan KI ke luar negeri pada triulan laporan menunjukkan penurunan dibanding triulan sebelumnya. Dari sisi kesejahteraan, petani yang merupakan pekerjaan utama di NB ternyata belum memiliki kemampuan daya beli yang cukup. Hal ini tercermin dari tingkat nilai tukar petani menunjukkan tren yang cenderung menurun. Sementara perkembangan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa enggara Barat menunjukkan kinerja

13 RINGKASAN EKSEKUIF yang membaik dibanding triulantriulan sebelumnya. Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diperkirakan berlangsung lancar dan telah mencapai 7% dari target PAD pada triulan III9. Sedangkan realisasi anggaran belanja pemerintah daerah Nusa enggara Barat baru mencapai kisaran 6,8%. Asesmen Inflasi Hingga September 9 laju inflasi Nusa enggara Barat tercatat sebesar 4,6% (yoy), lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 8 yang mencapai 4,74% (yoy), namun laju inflasi tersebut lebih tinggi dibanding laju inflasi nasional yang tercatat sebesar,8% (yoy). Rendahnya laju inflasi tahunan yang terjadi pada triulan laporan ini disebabkan tingginya tingkat harga pada tahun lalu akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM pada Mei 8. Sedangkan penurunan harga BBM di aal 9 dan ketersediaan bahan makanan khususnya beras yang tercermin dari stabilnya harga beras menjadi faktor yang menahan laju inflasi. Hingga akhir triulan laporan, laju inflasi secara tahun kalender di Nusa enggara Barat mencapai,7% (ytd), dengan laju inflasi tertinggi terjadi pada kota Mataram yang mencapai,8% (ytd) sedangkan di kota Bima tercatat sebesar,6% (ytd). Secara triulanan, perkembangan harga yang terjadi di Nusa enggara Barat pada triulan laporan mengalami inflasi mencapai,7% (qtq), sedangkan pada triulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar,6% (qtq). Berdasarkan kelompok barang, secara kumulatif sepanjang triulan laporan terjadi lonjakan harga pada seluruh kelompok dampak dari faktor musiman (hari raya keagamaan), dimana inflasi tertinggi dialami oleh kelompok bahan makanan sedangkan inflasi terendah terjadi pada kelompok kesehatan. Laju inflasi bulanan (mtm) tertinggi pada triulan laporan terjadi di bulan September sebesar,94%, sementara pada bulan Juli dan Agustus masingmasing sebesar,49% dan,7%. Asesmen Intermediasi Perbankan Kegiatan intermediasi perbankan Nusa enggara Barat di triulan III 9 terus menunjukkan kinerja positif. Kondisi tersebut tercermin dari kecenderungan peningkatan yang terjadi pada penyaluran kredit kepada masyarakat dan banyaknya dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh industri perbankan di Nusa enggara Barat. Sepanjang triulan III9, outstanding kredit yang disalurkan kepada masyarakat mampu tumbuh sebesar 9,5% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp6, triliun meningkat menjadi Rp7,4 triliun. Sedangkan dari sisi penghimpunan dana, jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun dari masyarakat menunjukkan pertumbuhan sebesar 6,55% (yoy) atau mencapai Rp7, triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 6,5% (yoy). ix

14 RINGKASAN EKSEKUIF Pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penghimpunan DPK pada triulan ini, mendorong terjadinya peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan dari 99,7% pada triulan sebelumnya menjadi,% pada triulan laporan. Dari sisi kualitas kredit, peningkatan penyaluran kredit mendapatkan sedikit tekanan yang ditunjukkan oleh meningkatnya rasio Non Performing Loans (NPL) menjadi,%, sedikit lebih tinggi dibanding triulan lalu yang tercatat sebesar,88%.. Prospek Ekonomi riulan IV9 Prospek Ekonomi Pada triulan IV 9, perekonomian Nusa enggara Barat diperkirakan mampu menunjukkan kinerja positif dan tumbuh pada kisaran 5,6%6,% (yoy). Sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Nusa enggara Barat pada tahun 9 diperkirakan mampu mencapai kisaran 4,9%5,4%. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat yang terus tumbuh sejalan dengan membaiknya kondisi daya beli masyarakat. Selain itu, seperti pada polapola sebelumnya, percepatan realisasi anggaran belanja daerah di triulan IV9 khususnya pada pos belanja modal dan barang dan jasa diprediksi turut mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi pemerintah dan investasi pemerintah. Kegiatan perdagangan luar negeri NB diprediksi mampu menunjukkan kinerja positif, sejalan dengan peningkatan kinerja ekspor komoditas utama konsentrat tembaga dan membaiknya harga logam mineral di pasar internasional. Hal serupa ditunjukkan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha dan Survei Konsumen yang menyatakan baha pada triulan IV9 pelaku usaha dan masyarakat di Nusa enggara Barat optimis terhadap perkembangan realisasi usaha dan kegiatan ekonomi di triulan mendatang. Prospek Inflasi Pada triulan IV9 perkembangan harga barang dan jasa di Nusa engara Barat diperkirakan mengalami tekanan yang minim. ren peningkatan laju inflasi pada triulan III9 diperkirakan akan berakhir dan cenderung menurun hingga akhir tahun 9. Laju inflasi NB pada akhir tahun 9 diperkirakan akan berada pada kisaran 4,5% ± %. Sumber tekanan inflasi pada triulan IV9 diperkirakan berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar terutama pada komoditas gas elpiji yang mengalami kenaikan harga (administerd price) di aal triulan IV9 dan langkanya minyak tanah bersubsidi. Potensi pemicu laju inflasi disebabkan oleh kondisi cuaca yang buruk/gangguan alam yang dapat menyebabkan gangguan pada hasil pertanian dan menggangu kelancaran pasokan barang khususnya pada komoditas x

15 RINGKASAN EKSEKUIF volatile food yang didatangkan dari luar Nusa enggara Barat serta pola kegiatan konsumsi masyarakat yang meningkat menjelang akhir tahun. Prospek Perbankan Kegiatan intermediasi perbankan pada triulan IV9 diperkirakan mengalami kinerja positif yang didukung oleh pertumbuhan pada penghimpunan DPK dan penyaluran kredit. umbuhnya kegiatan penghimpunan dana masyarakat diperkirakan didominasi oleh pertumbuhan dalam bentuk tabungan. Peningkatan kualitas layanan dan kemudahan transaksi yang ditaarkan oleh perbankan mempengaruhi pertumbuhan jumlah tabungan. Selain itu, potensi pertumbuhan juga dipengaruhi oleh komitmen perbankan nasional untuk melaksanakan program abunganku yaitu simpanan dalam bentuk tabungan tanpa biaya administrasi sebagai upaya untuk meningkatkan likuiditasnya. Penyaluran kredit perbankan diprediksi tumbuh sebesar 4% hingga akhir tahun 9 selaras dengan rencana bisnis perbankan di Nusa enggara Barat. Hal tersebut dikonfirmasi hasil Survei Opini Pejabat Perbankan yang mengindikasikan terus membaiknya ekspektasi penyaluran kredit perbankan untuk kredit konsumtif dan produktif. Penyaluran kredit produktif, diperkirakan masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan konsentrasi penyaluran kredit pada perdagangan sembako. xi

16 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA ENGGARA BARA.. KONDISI UMUM Pada triulan III9, perekonomian Nusa enggara Barat pada triulan III9 diperkirakan mampu tumbuh mencapai 8,% (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan triulan yang sama tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar,%, namun turun tipis dibanding triulan sebelumnya (8,%). Dari sisi permintaan, seperti periodeperiode sebelumnya kegiatan konsumsi rumah tangga diperkirakan mampu tumbuh positif dan masih menjadi penggerak utama perekonomian Nusa enggara Barat. Pengaruh faktor musiman yaitu tahun ajaran baru di aal triulan dan hari besar keagamaaan diakhir triulan mendorong terjadinya peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat. Kondisi tersebut sejalan dengan indeks keyakinan konsumen dan jumlah kredit konsumsi yang menunjukan tren yang meningkat. Sementara perkembangan kegiatan investasi diprediksi tumbuh melambat setelah pada triulan lalu mengalami pertumbuhan yang tinggi. Kondisi ini tercermin dari penurunan pertumbuhan pada indikatorindikator investasi seperti laju impor barang modal dan kredit investasi. Pada kegiatan ekspor, peningkatan kinerja terus terjadi melanjutkan pemulihan pada periode sebelumnya, dikonfirmasi dengan kenaikan angka penjualan konsentrat tembaga ke berbagai negara tujuan ekspor searah dengan membaiknya harga komoditas tersebut di pasar internasional. Dari sisi penaaran, sektorsektor andalan masih menjadi sumber pertumbuhan perekonomian Nusa enggara Barat. Seiring dengan peningkatan kinerja ekspor, sektor pertambangan diprediksi mampu tumbuh sebesar,97% (yoy) dan tampil sebagai penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi di triulan ini. Selanjutnya, kontribusi yang besar juga diberikan sektor pertanian seiring tibanya musim panen pada sub sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan. Sementara itu, pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) didorong oleh kinerja sub sektor perdagangan sejalan dengan peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat. Di sisi tenaga kerja, perkembangan penempatan KI ke luar negeri pada triulan laporan menunjukkan penurunan dibanding triulan sebelumnya. Dari sisi kesejahteraan, petani yang merupakan pekerjaan utama di NB ternyata belum memiliki kemampuan daya beli yang cukup. Hal ini tercermin dari tingkat nilai tukar petani menunjukkan tren yang cenderung menurun.

17 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB Sementara perkembangan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa enggara Barat menunjukkan kinerja yang membaik dibanding triulantriulan sebelumnya. Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diperkirakan berlangsung lancar dan telah mencapai 7% dari target PAD pada triulan III9. Sedangkan realisasi anggaran belanja pemerintah daerah Nusa enggara Barat baru mencapai kisaran 6,8%. *) Proyeksi KBI Mataram Sumber: BPS, diolah abel. Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan NB Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa enggara Barat Uraian FY.I.II.III.IV FY.I.II.III* Konsumsi Rumah angga Konsumsi Lembaga Sasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal etap Bruto Perubahan Stok (7.56) (4.6) (.5) (4.7) 54. (.99) (7.5) (5.) (5.94) Ekspor. 4.4 (.5) (.) (.9) (.8) (6.49).6.6 Impor (.5) (.).7 (.4). 4.8 Produk Domestik Regional Bruto (.) (.6) Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa enggara Barat Uraian FY.I.II.III.IV FY.I.II.III* Konsumsi Rumah angga Konsumsi Lembaga Sasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal etap Bruto Perubahan Stok (.45) (.5) (.8) (.84).7 (.9) (6.47) (.9) (.74) Ekspor.7. (.9) (5.96) (4.8) (.) (7.6) Impor (.56) (.69) (.76)..5 (.66). (.8) (.) Produk Domestik Regional Bruto (.) (.6) SISI PERMINAAN Dari sisi permintaan, perekonomian Nusa enggara Barat pada triulan III 9 diperkirakan mampu tumbuh positif sebesar 8,% (yoy). Pertumbuhan tersebut utamanya disumbang oleh komponen konsumsi dan ekspor yang menyebabkan peningkatan aktivitas ekonomi di NB. Sementara kegiatan investasi diprediksi mengalami perlambatan pertumbuhan yang diduga dipengaruhi oleh keterbatasan ketersediaan infrastruktur penunjang kegiatan usaha. a. Konsumsi Sepanjang triulan III 9, aktivitas konsumsi rumah tangga diperkirakan menunjukkan kecenderungan peningkatan yang tumbuh sebesar,% (yoy), meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,8% (yoy). Peningkatan pertumbuhan pada triulan ini diperkirakan

18 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB dipengaruhi oleh upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya menyambut musim ajaran baru 9/, bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Peningkatan aktivitas konsumsi turut dikonfirmasi oleh hasil survei konsumen sepanjang triulan ini, yang mengindikasikan tren peningkatan keyakinan konsumen. Hal ini ditunjukkan oleh Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang masingmasing tercatat sebesar.9,.7 dan 5.67 yang berada diatas level (optimis). Sementara itu, peningkatan kegiatan konsumsi pada triulan ini tercermin dari pertumbuhan konsumsi listrik rumah tangga dan jumlah kendaraan bermotor yang menunjukkan kecenderungan meningkat. Berdasarkan data Dispenda, perkembangan jumlah kendaraan bermotor untuk kendaraan roda dua (JuliAgustus 9) meningkat sebesar,59%, namun untuk kendaraan roda empat mengalami penurunan pertumbuhan tercatat sebesar 4,9% dibanding periode yang sama tahun lalu Grafik. Perkembangan Konsumsi Listrik R Konsumsi Listrik R (juta kh) Sumber: PLN Linear (Konsumsi Listrik R (juta kh)) Grafik. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Grafik. Penyaluran Kredit Konsumsi Perbankan di NB 5, 4,5 4,,5,,5,,5, 5 Kredit Konsumsi (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan 45.% 4.% 5.%.% 5.%.% 5.%.% 5.%.% Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram Grafik.4 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini dan Indeks Ekspektasi Konsumen Kendaraan Roda Empat (unit)kiri Kendaraan Roda Dua (unit)kanan ,,, 8, 6, 4,, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Level optimis Sumber: Dispenda NB Sumber: Survei Konsumen, KBI Mataram Dari sisi pembiayaan, kredit konsumsi pada triulan III9 tercatat sebesar Rp 4.58 miliar, jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 6,9% dibanding periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan komposisi pangsa kreditnya, kredit

19 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB konsumsi juga mengalami kenaikan menjadi 6,78% hingga September 9 (September 8 sebesar 58,4%). Peningkatan kredit konsumsi perbankan ini diperkirakan juga menjadi sumber pembiayaan kegiatan konsumsi rumah tangga. b. Investasi Pada triulan III9 kegiatan investasi diperkirakan mampu tumbuh sebesar,55% (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 6,8% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan data laju impor barang modal yang secara ratarata mengalami kontraksi pertumbuhan hingga 7,9%. Lesunya kegiatan investasi pada NB diperkirakan dipengaruhi oleh faktor internal seperti ketersediaan infrastruktur yang belum memadai khususnya pasokan sumber daya listrik, jalan dan jaringan komunikasi (internet dan telpon) serta kondisi sosial masyarakat yang belum mendukung kegiatan investasi. Selain itu, banyaknya kasus sengketa tanah yang terjadi dan luasnya lahan yang ditelantarkan oleh investor yang mencapai hektar menyebabkan pertumbuhan investasi menjadi terhambat. Grafik.5 Perkembangan PMB NB Grafik.6 Volume Penjualan Semen,6,4,, PMB (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan *.7, 5.6, 5,. 4, 5.,., 5., Volume Penjualan Semen (ton) Pertumbuhan (%)Kanan (.) (4.) *) Proyeksi KBI Mataram Sumber : BPS, diolah Sumber: ASI, diolah Grafik.7 Penyaluran Kredit Investasi Perbankan di NB Kredit Investasi (Rp miliar)kiri) Pertumbuhan (%) Kanan 5% Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram 5% % 5% % 5% % 5% % 5% % 6, 5, 4,,,, Grafik.8 Perkembangan Impor NB Sumber: BI Cap Goods (USD)

20 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB Dari sisi pembiayaan perbankan, terjadi perlambatan pada pertumbuhan kredit investasi. Outstanding kredit investasi pada triulan III9 tercatat sebesar Rp 89 miliar, turun sebesar,58% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. c. Ekspor Impor Pada triulan III9, kegiatan ekspor di Nusa enggara Barat diproyeksikan mampu tumbuh sebesar,6% (yoy), melanjutkan pemulihan kinerja pada triulan sebelumnya yang tumbuh sebesar,6% (yoy). Sedangkan pada triulan yang sama tahun sebelumnya, kegiatan ekspor mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar,% (yoy). Perkembangan kegiatan ekspor pada triulan ini sejalan dengan peningkatan kinerja sektor pertambangan. Konsentrat tembaga merupakan komoditas ekspor utama yang mendominasi perolehan devisa NB. Kondisi perekonomian global yang terus membaik, menyebabkan permintaan akan komoditas tersebut terus meningkat. Selain itu, tren peningkatan harga komoditas konsentrat tembaga di pasar internasional secara langsung turut mendorong kinerja ekspor Nusa enggara Barat. Di sisi lain, secara umum kinerja kegiatan impor Nusa enggara Barat pada triulan laporan mengalami perlambatan pertumbuhan. Kondisi ini tercermin dari penurunan nilai impor yang didominasi oleh turunnya nilai impor pada kategori bahan baku (ra material) alat penunjang kegiatan industri kemudian diikuti oleh barang modal (capital goods) seperti alatalat pengangkutan dan suku cadang. Grafik.9 Perkembangan Nilai Impor (dlm ribu) Grafik. Perkembangan Nilai Ekspor (dlm ribu) 6, 5, 4,,,, Ra Mat (USD) Cons Goods (USD)kanan Cap Goods (USD) ,5,,5, Cons Goods (USD) Cap Goods (USD)kanan Ra Mat (USD)kanan , 6, 4,,, 8, 6, 4,, Sumber: BI Sumber: BI.. SISI PENAWARAN Dari sisi penaaran, perekonomian Nusa enggara Barat pada triulan III 9 diperkirakan didukung oleh pertumbuhan positif pada seluruh sektor ekonomi. Sektorsektor andalan pendorong pertumbuhan NB diperkirakan masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor Pertanian (7,4%), sektor 5

21 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB Pertambangan dan Penggalian (,9%), serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (4,%) yang menyumbang 64,4% terhadap pembentukan PDRB NB di triulan III9. Grafik. Struktur Perekonomian Nusa enggara Barat periode II 9 (kiri) dan III 9* (kanan) Keuangan, Perse aan & Jasa Perusahaan 5.8% ransportasi & Komunikasi 7.7% Perdagangan, Ho tel & Restoran 5.% Listrik,Gas & Air Bersih.4% Bangunan 7.8% Industri Pengolahan 5.% *) Proyeksi KBI Mataram Sumber : BPS, diolah Jasajasa.% Pertanian 4.7% Pertambangan dan Penggalian.% Keuangan, Perse aan & Jasa Perusahaan 5.% Pertanian 7.4% Jasajasa.% ransportasi & Komunikasi 7.7% Pertambangan dan Penggalian.9% Industri Pengolahan 4.8% Listrik,Gas & Air Bangunan 6.8% Bersih.% Perdagangan, Ho tel & Restoran 4.% abel. Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penaaran NB Pertumbuhan Sisi Penaaran Nusa enggara Barat Uraian FY.I.II.III.IV FY.I.II.III* Pertanian Pertambangan dan Penggalian (.79) (.8) (5.) (9.) (4.54) Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran ransportasi & Komunikasi (.49) Keuangan, Perseaan & Jasa Perusah Jasajasa Produk Domestik Regional Bruto (.) (.6) Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penaaran Nusa enggara Barat Uraian FY.I.II.III.IV FY.I.II.III* Pertanian Pertambangan dan Penggalian.7. (.) (5.) (.) (.) (8.78) Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran ransportasi & Komunikasi.74.5 (.) Keuangan, Perseaan & Jasa Perusah Jasajasa Produk Domestik Regional Bruto (.) (.6) *) Proyeksi KBI Mataram Sumber : BPS, diolah 6

22 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB Pertumbuhan ekonomi dari sisi penaaran diperkirakan mampu tumbuh positif mencapai 8,% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada triulan sebelumnya yang mencapai 8,% (yoy), namun meningkat dibanding triulan III8 dimana pertumbuhan ekonomi NB mengalami kontraksi sebesar,% (yoy). Dibandingkan dengan triulan tahun lalu sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada periode laporan mengalami peningkatan yang cukup tinggi yang utamanya disumbang oleh pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian, sedangkan sumbangan terendah masih diberikan sektor listrik, gas & air bersih seperti polapola sebelumnya. Pulihnya permintaan dan membaiknya harga komoditas tembaga di pasar internasional memberikan pengaruh langsung terhadap pertumbuhan sektor pertambangan NB (.) (4.) Grafik. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa enggara Barat.94.9 Nusa enggara Barat (%) (.) 4 * (.6) 4.9 Grafik. Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa enggara Barat.. (.) (.) (.) (4.) Nusa enggara Barat (%) Pertanian (%) PHR (%) Pertambangan (%) * *) Proyeksi KBI Mataram Sumber : BPS Provinsi NB, diolah *) Proyeksi KBI Mataram Sumber : BPS Provinsi NB, diolah a. Pertanian Pada triulan III9, sektor pertanian masih menjadi sektor andalan penggerak perekonomian NB dengan pangsa sebesar 7,4%. Kecenderungan dominasi kontribusi sektor pertanian diperkirakan akan mempengaruhi pola pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Laju pertumbuhan sektor pertanian pada triulan ini diperkirakan tumbuh sebesar,5% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi di triulan III8 yang mencapai,99% (yoy), namun meningkat dibanding triulan sebelumnya yang tumbuh sebesar,79% (yoy). Pertumbuhan sektor pertanian didorong oleh peningkatan kinerja sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) yang merupakan sub sektor dominan yang terjadi pada komoditas padi, kedelai, kacang tanah, jagung dan kacang hijau. Selain itu, sektor pertanian juga didukung oleh kinerja sub sektor perkebunan yaitu pada komoditas tembakau virginia sebesar 5, ribu ton dan jambu mete mencapai,9 ribu ton, meningkat dibanding produksi periode tahun lalu atau maingmasing tumbuh yaitu sebesar 58,9% dan 6,5% (Dinas Perkebunan Prov. NB) 7

23 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB Berdasarkan angka ramalan (ARAM) III 9 produksi padi di Nusa enggara Barat diperkirakan meningkat 7,7% dibandingkan tahun sebelumnya atau mencapai,88 juta ton gabah kering giling (GKG). Produksi padi yang mengalami kenaikan yang cukup besar disebabkan oleh bertambahnya luas panen padi yang diperkirakan meningkat mencapai 4,55 %, dari 59,7 ribu hektar di tahun 8 menjadi sebesar 76, ribu hektar di tahun 9. Sementara tingkat produktivitas tanaman padi diperkirakan juga meningkat sebesar,69%, dari 48,67 kintal per hektar menjadi sebesar 49,98 kintal per hektar. abel. Perkembangan Produksi Padi di NB Periode Luas Lahan Panen (Ha) Produktivitas (Kuintal/hektar) Produksi (on), ,7,7 9, ,4,44 4 5, ,466,757 5, ,67, , ,55,67 7, ,56, , ,75,677 9* 76, ,879,64 Sumber: BPS *) Angka Ramalan III (ARAM III) Hasil pertanian pada komoditas kedelai diperkirakan mengalami peningkatan produksi yang mencapai ribu ton biji kering, naik 6,% dibanding tahun 8 yang mencapai 95 ribu ton dengan luas panen sebesar 88,5 ribu hektar. Sementara pada komoditas jagung, jumlah produksi sepanjang tahun 9 diperkirakan mencapai 5,5 ribu ton pipilan kering, kondisi ini meningkat sebesar 55,68% (ARAM III 9) dibandingkan dengan tahun 8 mencapai 96, ribu ton pipilan kering. Kenaikan produksi jagung disebabkan adanya kenaikan produktivitas yang mencapai 6,5 kuintal/hektar dan peningkatan luas panen sebesar 4,6% menjadi 8,7 ribu hektar. Musim kemarau yang terjadi pada triulan III9 disikapi petani dengan menggarap jenis tanaman yang tidak membutuhkan banyak pasokan air seperti jagung, kacang tanah dan kedelai sesuai dengan pola tanam pada umumnya. Sementara ketersediaan pupuk yang kurang menyambut musim tanam padi di triulan ini berpotensi menurunkan produktivitas sektor pertanian triulan berikutnya. Kondisi tersebut diindikasikan dari tidak adanya rencana definitif 8

24 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB kebutuhan kelompok (RDKK) petani tahun 9 yang dijadikan acuan Pemprov. NB dalam penentuan kuota pupuk ke daerahdaerah pertanian sehingga data acuan yang digunakan merupakan data tahun 8. Seperti pada periodeperiode sebelumnya peningkatan penyaluran kredit perbankan ke sektor pertanian tidak seiring dengan laju pertumbuhan produksi pertanian. Kondisi tersebut tercermin dari jumlah penyaluran kredit kepada sektor pertanian di triulan III 9, yang hanya meningkat sebesar,% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit di triulan yang sama tahun lalu yang mengalami pertumbuhan mencapai,6% (yoy). Nilai kredit yang disalurkan di triulan ini baru mencapai Rp8, miliar, meskipun meningkat tipis dibandingkan nilai kredit yang disalurkan di triulan III 8 mencapai Rp8, miliar. Grafik.4 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa enggara Barat Ke Sektor Pertanian Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan.% 8.% 6.% 4.%.%.%.% 4.% Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram b. Pertambangan Pada triulan III 9, sebagai salah satu sektor andalan perekonomian NB sektor pertambangan diperkirakan menyumbang,9% terhadap pembentukan PDRB. Kinerja sektor pertambangan NB terus mengalami perbaikan setelah pada tahun 8 mengalami kontraksi yang cukup dalam akibat dampak krisis global. Pertumbuhan sektor pertambangan pada triulan III9 diperkirakan mampu tumbuh positif mencapai,97% (yoy), meningkat signifikan dibanding periode yang sama tahun 8 yang mengalami kontraksi hingga,8% (yoy). Kondisi ini dikonfirmasi dari data prompt indicator yaitu data produksi konsentrat tembaga dari P. Nemont Nusa enggara yang menunjukkan peningkatan jumlah produksinya pada triulan laporan. Peningkatan permintaan akan komoditas logam yang terus meningkat menyusul membaiknya kondisi perekonomian global diperkirakan menjadi faktor 9

25 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB, 5,, 5,, 5, peningkatan kegiatan produksi sektor tambang. Sepanjang triulan III9, produksi konsentrat tembaga mencapai 9.6 metric ton, jauh lebih besar dibanding dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 9.58 metric ton. Selain itu, adanya tren peningkatan harga komoditas tembaga di pasar internasional yang mencapai USD6.45 per metric ton di bulan September 9 (Desember 8: USD.7 per metric ton) dan disetujuinya izin pinjam pakai hutan untuk pembuangan limbah tambang dari Menteri Kehutanan per September 9 hingga tahun 8 serta pemenuhan keajiban sesuai kontrak yang belum terpenuhi pada tahun sebelumnya (carry forard) diperkirakan juga mendorong produktivitas di sektor ini. Sejalan dengan peningkatan kinerja sektor pertambangan pada periode laporan, penyaluran kredit perbankan di NB untuk sektor pertambangan juga mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 59,4% (yoy). Nominal penyaluran kredit perbankan mencapai Rp, miliar, meningkat dibandingkan nominal penyaluran kredit di triulan yang sama tahun 8 yang tercatat sebesar Rp7,55 miliar. Namun penyaluran kredit perbankan di sektor ini diperkirakan diperuntukkan pada komoditas selain tembaga. Grafik.5 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat embaga PEB (USD thousand) WM (ton) Grafik.6 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa enggara Barat ke sektor Pertambangan Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan 5.% 4.%.%.%.%.%.% Sumber : P Nemont Nusa enggara Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram c. Perdagangan Hotel & Restoran Sepanjang triulan III9, sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) diperkirakan memberikan kontribusi sebesar 4,% terhadap struktur perekonomian NB. Pada periode ini sektor PHR diprediksi mampu tumbuh sebesar,9% (yoy), melambat dibanding kinerja triulan II9 yang tumbuh mencapai 6,58% (yoy) dan triulan yang sama tahun lalu yang tumbuh mencapai 6,% (yoy). Pertumbuhan sektor PHR diperkirakan disumbang oleh kinerja sub sektor perdagangan. Peningkatan pada sub sektor tersebut terkait dengan meningkatnya kegiatan konsumsi yang dilakukan masyarakat yang terpengaruh faktor musiman

26 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB yaitu tahun ajaran baru, bulan puasa dan Idul Fitri. Selain itu pertumbuhan juga didorong oleh kinerja sub sektor hotel. Berdasarkan data prompt indicator, perkembangan tingkat hunian kamar (PK) menunjukkan adanya peningkatan. Pada triulan III 9, ratarata PK hotel berbintang mencapai 5,7%, naik sebesar,4 point dibanding periode sebelumnya yang mencapai 9,45%. Sedangkan dari jumlah tamu yang menginap, ratarata tamu yang menginap di triulan ini mencapai.76 orang, meningkat,78% dibanding periode sebelumnya yang mencapai orang. Grafik.7 ingkat Hunian Kamar dan Lama inggal amu di Nusa enggara Barat ke sektor PHR Grafik.8 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa enggara Barat ke sektor PHR ingkat Hunian Kamar (%)Kiri Lama inggal amu (hari) Kanan ,5,,5, 5 Kredit Sektor PHR (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan 4.% 5.%.% 5.%.% 5.%.% 5.%.% Sumber : Dinas Pariisata Provinsi NB Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke sektor PHR di triulan III 9 terus mengalami peningkatan. Nilai penyaluran kredit untuk sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran pada triulan ini mencapai Rp, triliun, meningkat sebesar,7% (yoy) dibanding jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan ke sektor PHR pada triulan III 8 yang mencapai Rp,86 triliun. d. Bangunan Sektor Bangunan pada triulan III 9 diperkirakan mampu tumbuh positif seiring dengan berkembangnya kegiatan investasi di NB. Pertumbuhan ekonomi di sektor ini diperkirakan mencapai,96% (yoy), melambat dibandingkan kinerja di triulan II 8 yang mencapai,4% (yoy). Kinerja pertumbuhan pada sektor bangunan tercermin dari kemajuan aktivitas pembangunan infrastruktur seiring dengan percepatan realisasi belanja daerah seperti pembangunan Bandara Internasional Lombok yang telah rampung hingga 65% serta perbaikan jalan rusak di beberapa ruas jalan di pulau Lombok dan Sumbaa. Peningkatan volume penjualan semen pada triulan ini turut mengkonfirmasi peningkatan di sektor bangunan. Berdasarkan data prompt indicator, sepanjang triulan III 9 konsumsi semen di NB mencapai 78,5 ribu

27 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB ton, meningkat 9,96% dibanding dengan triulan yang sama tahun lalu yang mencapai 48,8 ribu ton. Sejalan dengan kondisi di atas, penyaluran kredit perbankan di NB ke sektor Bangunan juga mengalami peningkatan pembiayaan. Penyaluran kredit di triulan III 9 mencapai Rp miliar, atau meningkat 4,79% dibandingkan penyaluran kredit pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp98 miliar. Grafik.9 Volume Penjualan Semen NB Grafik. Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa enggara Barat ke sektor Bangunan 7, 6, 5, 4,,,, Volume Penjualan Semen (ton) Pertumbuhan (%)Kanan (.) (4.) Kredit Sektor Konstruksi (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan 4.%.%.% 8.% 6.% 4.%.%.%.% 4.% 6.% Sumber : ASI, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram e. Keuangan, Perseaan, dan Jasa Sepanjang triulan III9 kinerja sektor Keuangan, Perseaan, dan Jasa diperkirakan mampu tumbuh mencapai 4,97% (yoy), angka pertumbuhan tersebut meningkat dibanding pertumbuhan pada periode yang sama tahun 8 yang mencapai,59% (yoy). Pertumbuhan pada sektor Keuangan, Perseaan, dan Jasa diprediksi didorong oleh membaiknya kinerja sub sektor perbankan.,, 8, 6, 4,, Grafik. Perkembangan Kondisi Perbankan NB Aset (Rp miliar)kiri Kredit (Rp miliar)kiri DPK (Rp miliar)kiri LDR (%)Kanan %.% 8.% 6.% 4.%.%.% Sumber : Bank Indonesia

28 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB Penurunan BI Rate untuk kesekian kalinya beberapa aktu yang lalu hingga menyentuh level 6,5% (per Agustus 9) mendorong turunnya suku bunga kredit perbankan pada kisaran 4,94% per posisi September 9 (Juni 9:5,9%). Kredit perbankan di triulan III 9 tumbuh melambat sebesar 9,5% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 8 yang mencapai 4,69% (yoy) dengan nilai outstanding kredit mencapai Rp 7,4 triliun, dengan mayoritas kredit atau 6,78% dari total kredit yang disalurkan untuk kegiatan konsumtif. f. ransportasi dan Komunikasi Pada triulan III 9, kinerja sektor ransportasi dan Komunikasi diperkirakan mengalami perlambatan. Pertumbuhan pada sektor ini diprediksi tumbuh sebesar,5% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh mencapai 7,6% (yoy). Peningkatan kinerja pada sektor ini sejalan dengan peningkatan jumlah arus penumpang internasional dan domestik yang menggunakan pesaat melalui Bandara Selaparang Mataram sepanjang triulan ini yang meningkat sebesar 9,78% (yoy), dengan ratarata jumlah penumpang mencapai 5.67 orang. Peningkatan ini dipengaruhi oleh faktor musiman yaitu musim kunjungan isata (peak season) dan libur Lebaran. Selain itu, peningkatan kinerja di sektor ini juga didorong oleh adanya penambahan rute penerbangan baru (Batavia Air: Mataram Jakarta & Lion air: Kuala LumpurMataram) dan sarana transportasi laut yaitu kapal cepat yang melayani penyeberangan NBBali (LembarPadang Bai) dengan aktu tempuh jam (kapal Ferry 56 jam). Grafik. Perkembangan Arus Penumpang Internasional Grafik. Perkembangan Arus Penumpang Domestik Penumpang Internasional melalui Selaparang (orang) Penumpang Domestik melalui Selaparang (orang) Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi NB Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi NB Sejalan dengan peningkatan kinerja sektor transportasi dan komunikasi penyaluran kredit perbankan di NB untuk sektor ini juga mengalami pertumbuhan sebesar,4% (yoy), dengan nilai outstanding credit meningkat dari Rp4, miliar di triulan II 8 menjadi sebesar Rp45, miliar pada triulan laporan.

29 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB Grafik.4 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa enggara Barat ke sektor ransportasi Kredit Sektor ransportasi dan Komunikasi (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan % 4.%.%.%.%.%.% Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram g. Industri Pengolahan Pada triulan III9, sektor Industri Pengolahan diperkirakan mampu tumbuh sebesar 6,4% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan pada triulan III 8 yang mencapai sebesar 9,% (yoy). Meskipun, data prompt indicator menunjukkan perkembangan konsumsi listrik Industri mengalami tren peningkatan sejak aal triulan II9. Pada triulan ini jumlah konsumsi listrik untuk industri mengalami peningkatan sebesar,66% dari 4,5 juta kh pada triulan lalu menjadi 5, juta kh. Sedangkan kinerja sisi pembiayaan di triulan III9 menunjukan peningkatan penyaluran jumlah kredit. Nilai kredit yang dikucurkan pada triulan ini mencapai Rp 64, miliar, meningkat,4% dibandingkan penyaluran kredit pada triulan III 8 sebesar Rp 6,4 miliar. Grafik.5 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri Grafik.6 Penyaluran Kredit Perbankan di NB ke sektor Industri Pengolahan Konsumsi Listrik Industri (juta kh) Kredit Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan % 4.% 5.%.% 5.%.% 5.%.% 5.%.% 5.% Sumber : PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram 4

30 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB h. Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih diprediksi sebagai sektor yang berkontribusi terendah terhadap perekonomian NB, yaitu sebesar,%. Pada triulan III 9 pertumbuhan di sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih diperkirakan meningkat sebesar,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triulan yang sama pada tahun 8 yang mampu tumbuh mencapai 7,5% (yoy). Perkembangan perekonomian Provinsi NB yang sedang menggeliat masih terkendala oleh ketersediaan energi listrik yang belum memadai. Jumlah beban puncak kebutuhan listrik yang melebihi pasokan listrik mengakibatkan pemadaman listrik bergilir yang terus menerus. Di sisi lain, daftar tunggu pemasangan sambungan baru masyarakat masih sangat tinggi yang mencapai ribu Rumah angga. Untuk mengatasi krisis listrik di NB, pemerintah telah membangun PLU dengan kapasitas mencapai x5mw yang akan beroperasi pada, dari total rencana sebesar x5mw. Namun, adanya pembangunan sarana infrastruktur baru dan kaasan isata diprediksi semakin meningkatkan kebutuhan akan listrik. Perlu dijajaki potensi pemanfaatan sumber daya alam lainnya sebagai sumber tenaga listrik yang baru sehingga tidak mengganggu kelancaran aktivitas perekonomian NB yang sangat bergantung dari pasokan listrik. Dari sisi pembiayaan, kinerja kredit sektor listrik, gas, dan air bersih pada triulan ini mengalami peningkatan, mencapai Rp,8 miliar, meningkat secara signifikan sebesar 75,74% (yoy) dibanding triulan III 8 yang hanya sebesar Rp,8 miliar Grafik.7 Konsumsi Listrik di NB Konsumsi Listrik R (juta kh) Konsumsi Listrik Bisnis (juta kh) Konsumsi Listrik Industri (juta kh)kanan Grafik.8 Penyaluran Kredit Perbankan di NB ke sektor Listrik, Air & Gas Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan.% 8.% 6.% 4.%.%.%.% 4.% 6.% Sumber : PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram.4. ENAGA KERJA DAN KESEJAHERAAN Sepanjang triulan III9, perkembangan jumlah tenaga kerja Indonesia (KI) asal NB yang dikirim ke luar negeri tercatat sebanyak.84 orang, turun sebesar 7,6% dibanding triulan sebelumnya yang mencapai.8 orang. Kondisi ini diperkirakan terpengaruh oleh faktor perkembangan harga komoditas 5

31 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB CPO di pasar internasional yang menunjukan kecenderungan penurunan harga ratarata (Q9: 77,4 USD/mt, Q9: 64,5 USD/mt) dan momen hari raya Idul Fitri yang menyebabkan para KI menunda pemberangkatan ke luar negeri. Secara kumulatif jumlah KI asal NB yang telah diberangkatkan keluar negeri hingga September 9 mencapai 8. orang yang didominasi pekerja lakilaki mencapai orang (67,65%), sedangkan pekerja perempuan sebanyak.5 orang (,5%). Berdasarkan negara tujuan penempatan KI, Malaysia dan Saudi Arabia masih menjadi tujuan utama para KI dengan pangsa mencapai 67,7% dan,7% sedangkan sisanya berada pada negara Asia lainnya. Penempatan KI asal NB ke luar negeri, sebesar 68,5% bekerja di sektor formal yang didominasi oleh pekerja ladang di perkebunan sait, sedangkan,95% bekerja pada sektor informal sebagai pembantu rumah tangga. Grafik.9 Penerimaan Remitansi KI NB Grafik. Negara ujuan Penempatan KI NB, 8, 6, 4,, Rp. juta Lainnya Yordania Kuait M a ṟ 6 Ju n 6 S e p 6 D e c 6 Malaysia M a ṟ 7 Ju n 7 S e p 7 Arab Saudi D e c 7 M a ṟ 8 Ju n 8 S e p 8 D e c 8 M a ṟ 9 Ju n 9 S e p 9 Malaysia 68.8% Oman.54% UEA.6% Lainnya.% Saudi Arabia.6% Sumber: KBI Mataram Sumber: BPKI Mataram Kondisi berbeda ditunjukan oleh data remitansi KI di NB, dimana jumlah dana yang masuk melalui sistem perbankan pada triulan III9 menunjukan peningkatan dana mencapai Rp6 miliar atau tumbuh sebesar 9,69% dibanding triulan yang sama tahun 8 yang tercatat sebesar Rp6 miliar sedangkan sepanjang tahun 9 jumlah remitansi yang masuk tercatat sebesar Rp485 miliar, naik,% (yoy) dibandingkan posisi yang sama tahun lalu. Peningkatan tingkat upah/gaji tenaga kerja pada negara tujuan KI dan peningkatan kepercayaan KI untuk memanfaatkan jasa pengiriman dana melalui perbankan diperkirakan menjadi faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah dana remitansi. Di sisi lain, nilai ukar Petani (NP) yang berdasarkan hasil pemantauan merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai kualitas yang berdasarkan hasil pemantauan BPS, pertumbuhan ekonomi di Nusa enggara Barat mengingat sebagian besar tenaga kerja di daerah ini diserap oleh sektor pertanian, tercatat sebesar 96,4 (Agustus 9). Angka tersebut menunjukan masih 6

32 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB rendahnya (normal: ) daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi dan turun 4,7 point dibandingkan angka NP Agustus 8 yang berada dilevel,4. Menurunnya angka NP disebabkan oleh peningkatan biaya produksi (harga bibit, pupuk dan peralatan pertanian) yang dikeluarkan petani lebih besar dibanding kenaikan harga jual hasil pertanian sehingga menurunkan daya beli petani. Menurut sub sektor pertanian, kemampuan daya beli petani paling rendah dimiliki oleh petani tanaman pangan dengan nilai NP sebesar 9,, sedangkan sub sektor peternakan memiliki daya beli yang paling kuat yang tercermin dari angka NP yang mencapai 4,85. Semakin tinggi NP, secara relatif semakin kuat pula daya beli petani Grafik. Perkembangan NP di NB Nilai ukar Petani Grafik. Saldo Keuangan Pemerintah Daerah di NB pada Perbankan NB (Rp miliar) Giro PemerintahKiri Deposito PemerintahKanan Sumber: BPS Sumber: KBI Mataram.5. KEUANGAN DAERAH Hingga akhir triulan III9, perkembangan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa enggara Barat menunjukkan kinerja yang membaik dibanding triulantriulan sebelumnya. Realisasi pendapatan daerah hingga akhir September 9 telah mencapai Rp875, miliar atau 7% dari target tahun 9 yang direvisi menjadi Rp.98,85 miliar (sebelum perubahan: Rp.44,4 miliar), atau meningkat dibanding kinerja periode yang sama tahun 8 yang mencapai 6,%. Sebagian besar pendapatan daerah masih bersumber dari dana perimbangan dan telah terealisasi hingga 76,5%. Sedangkan realisasi pendapatan yang bersumber dari pendapatan asli daerah mencapai 68,4%. Namun demikian, masih terdapat beberapa komponen yang masih menunjukkan kinerja yang rendah yaitu retribusi daerah dan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak masingmasing sebesar 5,48% dan 44,%. 7

33 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB APBD Provinsi NB (Gabungan Kota/Kabupaten) abel.4 APBD Provinsi NB ahun 9 (Juta Rupiah) Uraian APBDP 9 Rencana Realisasi III9 % Pendapatan Daerah,98, , Pendapatan Asli Daerah 476,4.87 5, Pajak Daerah 56,7. 55, Retribusi Daerah 56,5. 8, Hasil perusahaan milik daerah,84., dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4 Lainlain 4,9.57 9, Dana Perimbangan 77, , Bagi hasil pajak dan bukan pajak 5,46.5 5, Dana alokasi umum 554, , Dana alokasi khusus 48,4. 6, Dana penyesuaian Lainlain pendapatan 4,5. Dana Darurat 4,5. Dana Lainnya Belanja Daerah,94,969. 7, Belanja idak Langsung 775, , Belanja Pegaai 8,7.4 65, Belanja Subsidi 6,54.7, Belanja Hibah 5,774., Belanja Bantuan Sosial 9, , Belanja Bagi Hasil 64,8.7, Belanja Bantuan Keuangan 9,7. 66, Belanja idak erduga,... Belanja Langsung 49,.86 9, Belanja Pegaai 5, , Belanja Barang dan Jasa,6.9 4, Belanja Modal 47, , Surplus / Defisit,88.5 5,69. Pembiayaan Daerah (,88.5) 49,899. Penerimaan daerah 6, , Sisa Lebih Perhitungan Angg hn Lalu 6, ,6.85 Pengeluaran daerah 67,8., Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 67,8.,7.7 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan ahun Berkenaan Sumber: Biro Keuangan Prov. NB.,58.6 Sementara realisasi belanja APBD Pemerintah Provinsi NB hingga akhir triulan III9 baru mencapai kisaran 6,8% atau Rp7,5 miliar dari target tahun 9 yang direvisi menjadi Rp.94,97 miliar (sebelum perubahan: Rp.46, miliar). Masih rendahnya tingkat realisasi belanja tersebut disebabkan realisasi pospos belanja langsung yang belum mencapai target seperti belanja modal dan 8

34 BAB MAKRO EKONOMI REGIONAL NB belanja barang dan jasa yang baru mencapai 4,6% dan 47,6%. Sementara tingkat realisasi untuk pos belanja pegaai juga berjalan kurang lancar, hingga akhir triulan III9 mencapai sebesar 5,4%. Perkembangan jumlah dana pemerintah yang ditempatkan pada perbankan NB sepanjang triulan laporan mengalami penurunan sebesar,4% dibanding triulan sebelumnya yaitu dari Rp,5 triliun menjadi Rp, triliun. Data tersebut merupakan dana seluruh pemerintah daerah yang mencakup Provinsi, Kabupaten dan Kota yang tercatat di perbankan di perbankan NB. Penurunan dana pemerintah tersebut sejalan dengan prediksi sebelumnya yang memperkirakan terjadinya penurunan dana seiring dengan percepatan realisasi belanja pemerintah. 9

35 Boks Assessmen Faktor Penghambat Optimalisasi APBD di Nusa enggara Barat Kondisi Umum Isu klasik tidak optimalnya realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Nusa enggara Barat (NB) pada paruh aktu pertama tahun kalender menjadi sal ah satu penghambat pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di NB. Lebih lanjut, realisasi belanja pemerintah memegang peranan penting dalam mendorong kinerja ekonomi daerah. Oleh karena itu, Bank Indonesia Mataram berinisiatif untuk melakukan quick survey dengan tujuan mengidentifikasi faktorfaktor yang menghambat realisasi APBD di NB. Faktorfaktor Penghambat Realisasi APBD Hasil survey terhadap delapan responden di satuan kerja perangkat daerah (SKPD) NB menempatkan aspek hukum (7,4% responden) sebagai penyebab utama lambatnya realisasi belanja di daerah. Faktor penghambat utama berikutnya adalah aspek administrasi (57,4% responden) dan aspek politik (8,57% responden). Dari sisi aspek hukum, kendala yang dirasakan para responden terutama adalah peraturan yang sering berubah (57,4%), kemudian peraturan yang multi tafsir sehingga sulit memahaminya (8,57%) dan kendala hukum lainnya yaitu terlambat pengesahan APBD oleh DPRD (4,9%). Responden Quick Survey 8.% 7.% 7.4% No SKPD Jenis Pemda Provinsi Kabupaten otal Pengelola 4 Pelaksana Perbankan otal % 5.% 4.%.%.% 57.4% 4.9% 8.57%.%.% Faktor Hukum Faktor Administrasi Faktor Gejolak Ekonomi Faktor Politik Sementara untuk kendala administrasi, sebagian besar bersumber dari keterbatasan jumlah SDM yang bersertifikat pengadaan barang dan jasa, restrukturisasi organisasi, serta berlarutlarutnya penyusunan anggaran oleh SKPD. Kendala administrasi lainnya seperti SKPD sering merevisi anggaran, kontraktor cenderung menarik dana pada akhir kontrak, petunjuk pelaksanaan teknis terlambat turun dari Pusat.

36 Selanjutnya dari sisi kendala politik dan kendala faktor gejolak ekonomi, masingmasing disebabkan oleh agenda politik yang padat, hubungan antara SKPD yang kurang terkoordinasi dan inflasi yang melonjak. SDM yang Bersertifikasi Pengadaan erbatas Penyusunan Anggaran oleh SKPD yang Panjang SDM yang Berminat sbg Anggota im Lelang erbatas erdapat Restrukturisasi Organisasi Pengesahan RABPD Meleati Batas Waktu Pengajuan RAPBD Meleati Batas Waktu Kendala Administrasi Lainnya Sikap Pemeriksa yang Berlebihan % 5% % 5% % 5% % 5% Peraturan Sering Berubah Peraturan erlalu Banyak Peraturan Multi afsir Peraturan umpah indih Kendala Hukum Lainnya % 5% % 5% % 5% % 5% Agenda Politik Daerah yang Padat Perubahan Harga BBM Hubungan antar SKPD Kurang Harmonis Hubungan Eksekutif & Legislatif Kurang Harmonis Kendala Politik Lainnya Inflasi yang Melonjak Kurs yang Bergejolak Kendala Makroekonomi Lainnya Suku Bunga yang Meningkat % 5% % 5% % 5% % 5% % 5% % 5% % 5% % 5% Proyeksi Penyerapan APBD ahun 9 Meskipun realisasi belanja daerah cenderung rendah di aal paruh pertama tahun 9 yang berakibat pada ekses likuiditas pemda berupa giro dan deposito di BPD, tingkat realisasi belanja daerah tahun 9 diperkirakan dapat mencapai kisaran 9%. ingkat realisasi terbesar diprediksi dialami oleh pos belanja administrasi umum (95%) dan belanja modal (94%). Realisasi Belanja Daerah No Kelompok Belanja Daerah dalam % Akumulasi Belanja r I r II r III r IV Balanja Administrasi Umum Belanja Operasional & Pemeliharaan Belanja Modal/Pembangunan otal Belanja Daerah otal Belanja Daerah 9*. 8.. *) Berdasarkan *) Berdasarkan jaaban jaaban responden yang yg menganggap reasisasi realisasi 9 berdeda 9 berbeda dgn sebelumnya. dengan sebelumnya

37 Penyebab erjadinya Ekses Dana pada Aal ahun Anggaran Variabel Jaaban Responden Rasio Frekuensi Persentase Ya/idak Ya idak otal Ya idak otal Pola transfer dana pusat & belanja tidak sinkron.%.%.%. Belanja administrasi belum terealisir.%.%.%. Penyebab Lainnya.%.%.%. Belanja operasi belum terealisir 66.67%.%.%. Belanja modal belum terealisir 66.67%.%.%. Pemanfaatan Dana Pemda oleh BPD Bagi BPD (Bank Pembangunan Daerah), dana pemda sangat berperan dengan pangsa 66,8% dalam bentuk giro dan,% dalam bentuk deposito dengan jangka aktu bulan. Sebagian besar dana pemda dapat disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit, dengan porsi sebesar 6% disalurkan dalam bentuk kredit konsumsi kepada pegaai pemda, sedangkan pangsa penyaluran kredit untuk membiayai proyek relatif kecil yaitu sebesar %. Untuk membantu kesulitan pendanaan jangka pendek (mismatch) diperlukan pembentukan Pooling Fund BPD. Selain di bidang pendanaan, pooling fund BPD diperlukan untuk pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan manajemen/teknologi informasi BPD. Kesimpulan ingkat realisasi belanja daerah sangat dipengaruhi oleh faktor hukum yaitu peraturan yang sering berubah atau mengalami revisi dan peraturan yang multi tafsir sehingga sulitdipahaminya serta terlambatnya pengesahan APBD oleh DPRD. Menurut persepsi responden, ratarata tingkat realisasi belanja daerah hingga akhir tahun diperkirakan dapat mencapai angka sekitar 9%. Pola realisasi belanja daerah mengindikasikan kecenderungan rendah pada setiap aal tahun. Selanjutnya pada semester kedua akan terjadi percepatan realisasi belanja daerah terutama untuk pos belanja modal dan belanja operasional. Pola realisasi tersebut mendorong terjadinya ekses dana pemda pada semester pertama yang ditempatkan di BPD NB dalam bentuk giro dan deposito. Ekses dana pemda tersebut sebagian besar disalurkan dalam bentuk kredit konsumsi sementara pembiayaan proyek pemerintah hanya memperoleh porsi minim. Akibatnya peran BPD NB pendorong ekonomi NB belum optimal.

38 BAB PERKEMBANGAN INFLASI NUSA ENGGARA BARA.. KONDISI UMUM Hingga September 9 laju inflasi Nusa enggara Barat tercatat sebesar 4,6% (yoy), lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 8 yang mencapai 4,74% (yoy), namun laju inflasi tersebut lebih tinggi dibanding laju inflasi nasional yang tercatat sebesar,8% (yoy). Rendahnya laju inflasi tahunan yang terjadi pada triulan laporan ini disebabkan tingginya tingkat harga pada tahun lalu akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM pada Mei 8. Sedangkan penurunan harga BBM di aal 9 dan ketersediaan bahan makanan khususnya beras yang tercermin dari stabilnya harga beras menjadi faktor penahan laju inflasi. Hingga akhir triulan laporan, secara kumulatif laju inflasi secara tahun kalender di Nusa enggara Barat mencapai,7% (ytd), dengan laju inflasi tertinggi terjadi pada kota Mataram yang mencapai,8% (ytd) sedangkan di kota Bima tercatat sebesar,6% (ytd). Secara triulanan, perkembangan harga yang terjadi di Nusa enggara Barat pada triulan laporan mengalami inflasi mencapai,7% (qtq), sedangkan pada triulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar,6% (qtq). Berdasarkan kelompok barang, secara kumulatif sepanjang triulan laporan terjadi lonjakan harga pada seluruh kelompok, dimana inflasi tertinggi dialami oleh kelompok bahan makanan sedangkan inflasi terendah terjadi pada kelompok kesehatan. Laju inflasi bulanan (mtm) tertinggi pada triulan laporan terjadi di bulan September sebesar,94%, sementara pada bulan Juli dan Agustus masingmasing sebesar,49% dan,7% Grafik. Perkembangan Inflasi Bulanan dan ahunan NB yoy (kiri)nb (%) mtm (kanan)nb (%) yoy (kiri)nasional (%) mtm (kanan)nasional (%) Grafik. Perkembangan Inflasi riulanan NB NB (qtq) Nasional (qtq) (.) I.III.I.III.I.III.I.III Sumber: BPS Sumber: BPS

39 BAB PERKEMBANGAN INFLASI NB ekanan laju inflasi pada kota Mataram sepanjang triulan III9 dipengaruhi oleh lonjakan harga pada kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar dengan tekanan yang tertinggi berasal dari sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air yaitu pada komoditas minyak tanah (mitan). Kenaikan harga pada komoditas mitan disebabkan tingginya permintaan masyarakat khususnya oleh petani tembakau menyambut musim panen untuk proses pengomprongan (pengeringan) tembakau. Selain itu, tekanan inflasi juga disumbang kelompok bahan makanan yaitu komoditas daging ayam ras, akibat peningkatan permintaan menyambut bulan puasa dan Lebaran memicu kenaikan harga komoditas ini. Sedangkan di kota Bima kelompok yang memberikan tekanan yang paling tinggi pada inflasi berasal dari kelompok bahan makanan pada sub kelompok ikan segar dan bumbubumbuan yaitu komoditas bandeng dan baang merah. Peningkatan harga diperkirakan dipengaruhi oleh tingginya permintaan (bulan puasa dan Lebaran) dan rendahnya ketersediaan akan komoditas tersebut akibat faktor musiman (belum panen). Sementara itu, perkembangan harga komoditas utama volatile food yaitu beras di NB secara umum menunjukan perkembangan yang relatif stabil meskipun memasuki bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Hal ini mencerminkan ketersediaan stok beras di Nusa enggara Barat yang masih mencukupi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan informasi dari Bulog divisi regional NB, hingga bulan September 9 persediaan beras di gudang Bulog mencapai 64 ribu ton. Jumlah tersebut menurun 5% dibanding persediaan beras pada bulan Juni 9 yang mencapai 85,5 ribu ton. Namun demikian, persediaan tersebut diperkirakan mencukupi hingga akhir tahun 9. Sejalan dengan kondisi di NB, perkembangan harga komoditas bahan makanan di pasar internasional khususnya beras dan jagung pada triulan III9 relatif stabil dan tidak mengalami lonjakan harga setelah turun cukup tajam sejak triulan II8. Rp Grafik. Perkembangan Harga Beras di NB IR I Pelita IR 64 Super IR Zak Sept 8Oct 8Nov 8Dec 8 Jan 9 Feb 9Mar 9Apr 9Mei 9 Juni 9Juli 9 Aug 9Sep 9Okt Grafik.4 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional 5 c / e D 6 a r/ M Jagungkiri USD/bushel Beraskanan USD/mt 6 / n Ju 6 6 / p c / S e e D 7 a r/ M 7 / n Ju 7 7 / p c / S e e D 8 a r/ M 8 / n Ju 8 8 / p c / S e e D 9 a r/ M 9 / n Ju 9 / p S e Sumber: BPS Sumber: CEIC, bushel=,5 kg

40 BAB PERKEMBANGAN INFLASI NB.. INFLASI RIWULANAN Secara triulanan, perkembangan harga barang dan jasa pada triulan III9 mengalami peningkatan (inflasi), yang tercatat sebesar,7% (qtq). Kenaikan harga terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa. Adapun kelompok bahan makanan, perumahan, air, gas & listrik dan sandang merupakan kelompok yang mengalami laju inflasi triulanan yang cukup tinggi masingmasing sebesar 5,7%, 4,%, dan,64%. Sedangkan kelompok kesehatan mengalami laju inflasi triulanan terendah sebesar,79%. Berdasarkan sumbangannya, pembentukan inflasi triulanan di Nusa enggara Barat didominasi oleh kelompok bahan makanan dengan sumbangan tertinggi sebesar,4%. Kemudian diikuti kelompok perumahan, air, gas & listrik dengan sumbangan sebesar,4%. Grafik.5 Inflasi riulanan Nusa enggara Barat Grafik.6 Sumbangan Inflasi riulanan Nusa enggara Barat. Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman Perumahan, air Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi 4. Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman Perumahan, air 5. ransportasi, komunikasi. Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi ransportasi, komunikasi I.II.III.IV.I.II.III.IV.I.II.III..I.II.III.IV.I.II.III.IV.I.II.III Sumber: BPS Sumber: BPS Grafik.7 Perkembangan Harga Cabe Rait dan Minyak Goreng di NB Grafik.8 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia Cabe Rait (Rp) Minyak Gorengkanan (Rp) Sept 8Oct 8 Nov 8Dec 8 Jan 9 Feb 9Mar 9Apr 9 Mei 9 Juni 9 Juli 9 Aug 9 Sep 9 Okt / c e D 6 r / a M Goldkiri $/oz Minyakkanan USD/barrel 6 / n Ju 6 / p S e 6 / c e D 7 r / a M 7 / n Ju 7 / p S e 7 / c e D 8 r / a M 8 / n Ju 8 / p S e 8 / c e D 9 r / a M 9 / n Ju / p S e Sumber: BPS Sumber: CEIC 4

41 BAB PERKEMBANGAN INFLASI NB.. INFLASI AHUNAN Secara tahunan, inflasi gabungan yang terjadi pada kota Mataram dan Bima pada triulan III9 menunjukkan kecenderungan penurunan indeks harga dibanding dengan triulan sebelumnya. Pada triulan laporan laju inflasi tahunan tercatat sebesar 4,6% (yoy) sedikit lebih rendah dibanding dengan triulan sebelumnya yang mencapai 4,66% (yoy). Namun demikian, laju inflasi tahunan NB pada triulan laporan bergerak searah dengan laju inflasi nasional, namun masih berada diatas laju inflasi nasional yang tercatat sebesar,8% (yoy). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, kenaikan harga hampir dialami oleh semua kelompok kecuali kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 6,% (yoy). Menurunnya laju inflasi tahunan pada kelompok tersebut diakibatkan second round effect kenaikan harga BBM di Mei 8 yang memicu laju inflasi yang puncaknya terjadi pada September 8, kemudian adanya kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM seiring membaiknya harga minyak dunia diaal tahun 9 turut mengoreksi laju inflasi tahunan. No Kelompok abel. Inflasi ahunan Nusa enggara Barat (%) Des Des Des Mar Juni Juli Agst. Sept. otal Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman Perumahan, air Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi ransportasi, komunikasi ekanan inflasi paling tinggi secara berurutan terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar (8,57%) dan kelompok sandang (8,%). Sedangkan laju inflasi terendah dialami oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (,75%). Sementara kelompok barang dan jasa lainnya mengalami kenaikan pada kisaran,6% hingga 7,45%. Berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan kontribusi inflasi yang tertinggi yaitu sebesar,7% kemudian diikuti oleh kelompok bahan makanan (,58%) dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (,49%). Sedangkan kontribusi kelompok barang dan jasa lainnya yang turut memicu inflasi berada pada kisaran % hingga,45%. Sementara kelompok yang memberikan sumbangan/kontribusi negatif atau menahan laju inflasi berasal dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yaitu sebesar,%. 5

42 BAB PERKEMBANGAN INFLASI NB Grafik.9 Inflasi ahunan Nusa enggara Barat Grafik. Sumbangan Inflasi ahunan Nusa enggara Barat. 5. Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman Perumahan, air Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi ransportasi, komunikasi Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman Perumahan, air Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi ransportasi, komunikasi Sumber: BPS Sumber: BPS 6

43 Boks Pola Pembentukan Harga Produk Manufaktur di Nusa enggara Barat Kondisi Umum Salah satu aspek penting untuk mencapai pembangunan ekonomi yang berkesinambungan di Nusa enggara Barat adalah terjaganya stabilitas laju inflasi. Inflasi di NB dihitung berdasarkan pergerakan harga beberapa jenis komoditas di dua kota yakni Mataram dan Bima. Perbedaan jenis komoditas dan lokasi menyebabkan keragaman determinan pembentuk inflasi di NB. Saat ini telah terbentuk im Pengendali Inflasi Daerah (PID) di Nusa enggara Barat yang bertujuan mengendalikan laju inflasi pada level yang kondusif mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk menunjang efektivitas kerja PID, Bank Indonesia Mataram berinisiatif melakukan survei pola pembentukan harga di NB yang difokuskan pada produk manufaktur. Survei tersebut dilakukan untuk 44 merek komoditas di Kota Mataram, Kota Bima, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok imur. Jumlah responden secara keseluruhan sebanyak 466 responden meliputi produsen, pedagang besar dan pedagang ritel. Pola Pembentukan Harga di ingkat Produsen Hasil survei menunjukan baha produsen utamanya menggunakan cost pricing method (CPM) untuk menentukan harga jual yakni dengan cara menambah tingkat keuntungan (mark up) atas biaya setiap barang. Hal tersebut tercermin dari jaaban 4% responden produsen di Kota Mataram, dan 6% responden produsen di Kota Bima. Lebih lanjut, hasil survei juga mengidentifikasi beberapa metode penentuan margin keuntungan di tingkat produsen. Pada umumnya produsen menentukan margin berdasarkan estimasi harga jual yang dapat diterima oleh konsumen. 6

44 Pola Pembentukan Harga di ingkat Pedagang Besar Dari beberapa jenis strategi penentuan harga, sebagian besar responden (55,%) di tingkat pedagang besar menerapkan strategi penetapan harga jual produk yang sama untuk setiap pembeli. Dalam menentukan harga jual produknya, mayoritas pedagang besar (84,8%) tidak memiliki perjanjian atau kesepakatan. Beberapa faktor pembentuk harga yang paling dominan mempengaruhi pembentukan harga di tingkat pedagang besar adalah faktor harga pokok penjualan (95,9%), sementara biaya pemasaran (9%) merupakan faktor yang paling kecil mempengaruhi pembentukan harga. Persentase margin keuntungan bervariasi untuk tiap daerah. Persentase tertinggi tercatat untuk Kabupaten Lombok imur dengan tingkat keuntungan sebesar,% dari harga perolehan (harga beli) produk, urutan kedua berada di ilayah Kabupaten dan Kota Bima sebesar,7%. Sementara Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat hanya sebesar,6%. Perbedaan tingkat keuntungan tersebut disebabkan karena di Kota/Kabupaten Bima sebagian besar produk yang dijual berasal dari daerah lain terutama Kota Mataram sehingga membutuhkan biaya transportasi yang lebih tinggi. Pola Pembentukan Harga di ingkat Pedagang Ritel Berdasarkan jaaban responden pedagang ritel, sebagian besar responden (84%) menyatakan menetapkan harga sama untuk setiap pembeli. Sementara hanya,4% dari seluruh responden yang menyatakan baha mereka menetapkan harga jual berdasarkan jumlah pembelian. Hampir seluruh responden menetapkan harga berdasarkan harga pokok penjualan (HPP). ercatat 99,% dari seluruh responden menetapkan harga jual berdasarkan harga beli dari distributor. Faktor pembentuk harga lainnya di tingkat pedagang ritel meliputi biaya distribusi di peringkat kedua (5,5% responden), dan margin keuntungan di peringkat ketiga (4,99% responden). Sementara itu, dalam melakukan penentuan harga yang paling sering dilakukan oleh responden pedagang retail di NB adalah penentuan harga tingkatan tertinggi yang dapat diterima pasar (%) serta penentuan harga berdasarkan biaya langsung plus margin keuntungan yang besarnya bervariasi (4,6 %). 7

45 Elastisitas Harga terhadap Inflasi Pada produsen dan pedagang besar perubahan laju inflasi cenderung mempercepat mereka untuk melakukan perubahan harga dengan menaikkan harga pada porsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tersebut. Sedangkan pada pedagang retail angka inflasi tidak menjadi pertimbangan dalam melakukan perubahan harga penjualan. Kesimpulan Pola pembentukan harga di setiap level distribusi cenderung berdasarkan harga pokok produksi. Pada level produsen, harga bahan baku, dan biaya overhead mejadi komponen utama pembentuk harga pokok. Sementara untuk level pedagang besar, selain harga pokok penjualan, biaya pemasaran turut menentukan harga jual. Selanjutnya di level pedagang ritel, biaya distribusi menjadi penentu harga jual selain harga pokok pembelian. Respon perubahan harga jual akibat perubahan laju inflasi bervariasi di tiap level distribusi. Di mana elastisitas tertinggi ditunjukan oleh para produsen dan pedagang besar. 8

46 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Secara umum, kinerja perbankan di Nusa enggara Barat pada triulan III 9 menunjukkan perkembangan yang cukup stabil. Pertumbuhan pada total aset perbankan pada triulan ini masih berada dalam kisaran yang cukup tinggi namun menunjukkan perlambatan setelah pada aal tahun 9 mengalami pertumbuhan yang pesat. Laju pertumbuhan tersebut sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit dan penghimpunan dana masyarakat yang juga menunjukkan perlambatan. Sedangkan kegiatan intermediasi perbankan menunjukkan peningkatan kinerja yang disertai dengan kualitas kredit yang relatif terjaga... Intermediasi Perbankan Kegiatan intermediasi perbankan Nusa enggara Barat di triulan III 9 terus menunjukkan kinerja positif. Kondisi tersebut tercermin dari kecenderungan peningkatan yang terjadi pada penyaluran kredit kepada masyarakat dan banyaknya dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh industri perbankan di Nusa enggara Barat. Sepanjang triulan III9, outstanding kredit yang disalurkan kepada masyarakat mampu tumbuh sebesar 9,5% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp6, triliun meningkat menjadi Rp7,4 triliun. Sedangkan dari sisi penghimpunan, jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun dari masyarakat menunjukkan pertumbuhan sebesar 6,55% (yoy) atau mencapai Rp 7, triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 6,5% (yoy). Indikator abel. Perkembangan Indikator Perbankan di NB (miliar Rp) Sept. Aset 6,99 7,9 7,59 7,575 7,99 8,98 8,875 9,77 9,74,7,597 Groth % (yoy) Kredit 4,4 4,664 4,984 5,5 5, 5,86 6,4 6,46 6,68 7,8 7,44 Groth % (yoy) DPK 5,4 5,4 5,46 5,67 5,597 5,768 6,85 6,649 6,99 7,8 7,5 Groth % (yoy) LDR (%) NPL (%)

47 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN NB Pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penghimpunan DPK pada triulan ini, mendorong terjadinya peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan dari 99,7% pada triulan sebelumnya menjadi,% pada triulan laporan. Dari sisi kualitas kredit, peningkatan penyaluran kredit mendapatkan sedikit tekanan yang ditunjukkan oleh meningkatnya rasio Non Performing Loans (NPL) menjadi,%, sedikit lebih tinggi dibanding triulan lalu yang tercatat sebesar,88%... Perkembangan Bank Umum... Perkembangan Aset Pada triulan III9, aset Bank Umum NB menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil. otal aset pada periode laporan mencapai Rp, triliun, tumbuh meningkat mencapai 9,4% (yoy) dibanding posisi triulan III8 yang tercatat sebesar Rp8,9 triliun dan tumbuh sebesar 7,8% (yoy). Namun, tumbuh melambat dibanding triulan II9 yang mampu tumbuh sebesar,% (yoy) dengan nominal mencapai Rp9,7 triliun. Peningkatan aset perbankan umum NB didorong oleh kenaikan DPK perseorangan (individu) dalam bentuk tabungan dan deposito. Selain itu, peningkatan penyaluran kredit konsumsi sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam memasuki bulan puasa dan Lebaran juga turut menaikkan pertumbuhan aset Grafik. Perkembangan Aset Bank Umum NB assetkanan (Rp miliar) grothaset kiri (%) 4 4 4,, 8, 6, 4,, Grafik. Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha gasetbu Konv (%) gasetbu Syariah (%) Dari komposisinya, pembentukan aset yang tinggi dipicu oleh pembentukan aset bank milik pemerintah yang mencapai Rp7,84 triliun atau 78,% dari total aset seluruh bank umum di NB. Sedangkan, pangsa pembentukan aset bank sasta nasional baru mencapai Rp,8 triliun atau,78%. Dari sisi operasional, perkembangan aset bank umum konvensional NB pada triulan III9 tumbuh sebesar 9,8% (yoy) atau secara nominal mencapai Rp9,65

48 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN NB triliun, meningkat dibanding periode yang sama tahun 8 yang tercatat sebesar Rp8, triliun. Sementara bank umum syariah juga menunjukkan peningkatan aset, tumbuh sebesar 8,5% (yoy) dibanding periode triulan III8 yang tercatat sebesar Rp89,79 miliar menjadi Rp7,44 miliar.... Pengimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada triulan III9, dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Nusa enggara Barat menunjukkan peningkatan yang didorong oleh pertumbuhan jumlah tabungan dan deposito. Pertumbuhan DPK pada periode ini, melambat dibandingkan triulan sebelumnya dari,5% menjadi sebesar 6,%(yoy) dengan nominal mencapai Rp 7, triliun. DPK yang berhasil dihimpun sebagian besar berupa dana jangka pendek yaitu tabungan yang mencapai Rp,87 triliun atau 55,9% dari total DPK bank umum. Secara tahunan, jumlah tabungan pada triulan III9 mengalami pertumbuhan sebesar,67% (yoy), melambat dibanding periode yang sama tahun lalu yang mampu tumbuh mencapai,% (yoy). 8, 7, 6, 5, 4,,,, Grafik. Perkembangan DPK Bank Umum di NB (Rp miliar) giro deposito 4 4 tabungan DPK () () Grafik.4 Pertumbuhan DPK Bank Umum di NB (yoy) ggiro (%) gtabungan (%) gdeposito (%) gdpk (%) Grafik.5 Pangsa DPK per Kepemilikan DPK Bank Umum di NB (Rp miliar) 7% % % 5% Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Perseorangan Lainnya Grafik.6 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum di NB WIII9(%) giro tabungan deposito

49 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN NB Sedangkan pada sumber dana jangka panjang, pertumbuhan deposito pada triulan ini secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 6,4% (yoy) menjadi Rp,48 triliun, namun melambat dibanding triulan sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 49,97% (yoy). Dari keseluruhan DPK yang berhasil dihimpun bank umum, share deposito tercatat mencapai,4% sedikit meningkat dibandingkan triulan sebelumnya yang tercatat sebesar,87%.. Pertumbuhan deposito ini diharapkan terus mengurangi risiko likuiditas perbankan sehingga terhindar dari potensi terciptanya maturity mismatch, mengingat kredit yang disalurkan bank umum jangka aktunya relatif lebih panjang. Perlambatan pertumbuhan, juga terjadi pada dana jangka pendek lainnya yaitu giro dari sebesar 4,5% (yoy) pada triulan sebelumnya menjadi 7,9% (yoy) atau sebesar,66 triliun. Penempatan dana pemda yang sebagian besar berupa giro pada bank umum terutama bank yang dimiliki oleh pemerintah daerah secara langsung mempengaruhi perkembangan pertumbuhan giro. Percepatan realisasi anggaran belanja daerah pemerintah provinsi/daerah NB yang terjadi pada triulan ini menyebabkan perlambatan pada laju pertumbuhan giro bank umum.... Perkembangan Kredit Bank Umum Hingga triulan III9, kredit yang disalurkan bank umum di NB menunjukkan peningkatan, tumbuh sebesar 9,57% (yoy) menjadi sebesar Rp 6,98 triliun. Namun, melambat dibanding triulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar,87% (yoy). Secara tahun kalender, kredit yang disalurkan oleh bank umum di NB mampu tumbuh sebesar 6,8% (ytd). Secara umum, perlambatan pertumbuhan kredit pada triulan laporan disebabkan masih tingginya tingkat suku bunga kredit yang ditaarkan bank umum NB. Sementara kegiatan intermediasi bank umum di Nusa enggara Barat menunjukkan kinerja yang terus membaik. Dimana dari seluruh dana yang berhasil dihimpun bank umum, hampir seluruhnya telah disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit yang ditunjukkan oleh rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tercatat sebesar 99,66%, naik dibanding periode sebelumnya yang tercatat sebesar 97,76%. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit konsumsi memiliki pertumbuhan tertinggi yang mampu tumbuh sebesar 6,8% (yoy) dengan baki debet mencapai Rp4,58 triliun (share: 6,4%), lebih rendah dibanding periode sebelumnya yang tumbuh mencapai,9% (yoy). Kredit modal kerja mampu tumbuh positif sebesar,96% (yoy) menjadi Rp,9 triliun (share:,4%), meningkat dibanding periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,55% (yoy). Seperti pada periode sebelumnya kredit investasi masih mencatat pertumbuhan negatif, yang mengalami kontraksi sebesar,8% (yoy) menjadi Rp,7 triliun (share: 5,5%) setelah pada periode sebelumnya mengalami kontraksi yang lebih dalam yaitu sebesar 7,7% (yoy). Pertumbuhan kredit konsumsi yang tinggi didorong oleh minimnya risiko kredit yang tercermin dari

50 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN NB terjaganya rasio NPL pada tingkat yang rendah, sehingga segmen kredit konsumsi masih menjadi fokus utama penyaluran kredit bank umum di NB. Namun Bank Umum di NB dapat lebih mengarahkan penyaluran kreditnya ke sektor produktif mengingat potensi tingginya pembiayaan kegiatan usaha di sektor ini yang memberikan dampak multiplier yang cukup besar. 8, 7, 6, 5, 4,,,, Grafik.7 Perkembangan Kredit Bank Umum di NB (Rp miliar) Kredit BUkiri (Rp miliar) grothkredit kanan (%) Grafik.8 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Grafik.9 Pertumbuhan Kredit Bank Umum per jenis pengunaan (qtq,%) Grafik. Pertumbuhan Kredit Bank Umum per jenis pengunaan (yoy,%). 5. gkmkbu(qtq,%) gkinvbu(qtq,%) gkkonsbu(qtq,%). 6. gkmkbu(qtq,%) gkinv BU(qtq,%) gkkonsbu(qtq,%).. 5. (5.) (.) (5.) (4.) (9.) (.) (4.) Penyaluran Kredit abel.. Pertumbuhan Kredit Bank Umum di NB (yoy,%) Menurut Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Menurut Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan ,67.45,564.56,4., Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdag.Hotel & Rest Pengangkt & Komunik Jasa dunia usaha Jasa sosial Lainlain

51 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN NB Menurut sektor ekonomi, pertumbuhan tertinggi penyaluran kredit pada triulan III9 dimiliki oleh sektor listrik, gas dan air yang tercatat sebesar 75,74% (yoy). Sebaliknya, sektor jasa dunia usaha tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan paling dalam hingga 7,54% (yoy). Pada sektor andalan NB, sektor pertanian tumbuh negatif sebesar,6% (yoy), kondisi berbeda ditunjukkan sektor pertambangan dan PHR yang mampu tumbuh positif sebesar 59,4% (yoy) dan 7,4% (yoy). Perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit pada sektor pertanian dipengaruhi oleh rendahnya akses kredit petani ke perbankan dan semakin tumbuhnya pembiayaan yang berasal dari industri non perbankan. Penyaluran Kredit abel.. Perkembangan Kredit Bank Umum di NB Groth (yoy) Menurut Jenis Penggunaan,67,56,698,78,98 4,8 4,685 4,747 4,898 5,46 5,88 5,976 6,45 6,657 6, Modal Kerja,5,6,48,47,544,697,774,74,76,97,977,97,,9,9.96 Investasi (.8) Konsumsi,766,864,895,9,984,9,59,598,799,7,486,645,95 4,8 4,4 6.8 Menurut Sektor Ekonomi,67,56,698,78,98 4,8 4,685 4,747 4,898 5,46 5,88 5,976 6,45 6,657 6, Pertanian (.65) Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdag.Hotel & Rest,8,99,5,67,85,48,5,496,557,666,7,7,76,788,98.9 Pengangkt & Komunik Jasa dunia usaha (.75) Jasa sosial Lainlain,77,87,9,98,99,95,54,6,8,77,57,658,948 4,45 4, Suku bunga kredit (%) Modal Kerja Investasi Konsumsi Secara sektoral, selain kredit lainlain (share:6,6%) pada periode laporan penyaluran kredit bank umum di NB didominasi oleh pemberian kredit untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan nominal outstanding credit sebesar Rp,9 triliun (7,6%). Selanjutnya, dominasi pangsa diberikan oleh sektor jasa dunia usaha dan disusul oleh sektor pertanian dengan outstanding credit sebesar Rp69 miliar (,4%) dan Rp59 miliar (,8%). Secara umum, komposisi penyaluran kredit tidak mengalami perubahan yang mendasar, sesuai dengan kondisi struktur perekonomian NB yang utamanya didukung oleh sektor pertanian, pertambangan dan PHR. Sementara, penurunan suku bunga acuan BI rate hingga menjadi 6,5% sejak Agustus 9 telah direspon lebih baik oleh perbankan dengan menurunkan ratarata suku bunga kredit per posisi September 9 pada kisaran 4,94% Sedangkan untuk suku bunga deposito sudah mendekati suku bunga acuan BI rate yang mencapai ratarata 6,8%. Di sisi lain, realisasi penyaluran kredit perbankan yang meningkat tercermin dari jumlah undisbursed loan (kelonggaran tarik) yang semakin kecil dimana pada triulan III9 tercatat sebesar 5,64%, turun dibandingkan triulan yang sama tahun 8 yang mencapai sebesar 7,%. 4

52 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN NB 6.6% Grafik. Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral di NB.8%.7%.89%.%.6% 7.6%.65%.4%.7% Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air Konstruksi PHR ransport & Komunikasi Jasajasa dunia usaha Jasajasa sosial/masyarakat Kredit Lainlain..4. Risiko Kredit Kualitas kredit bank umum di NB selama triulan III9 mendapatkan sedikit tekanan yang ditunjukkan oleh rasio Non Performing Loan (NPL) yang mengalami sedikit peningkatan dari,47% pada triulan lalu menjadi,79%. Secara umum risiko kredit bank umum di NB masih relatif terjaga, yang tercermin dari rasio NPL yang berada dalam batas ketentuan dan stabil dibaah level 5%. Menurut penggunaannya, secara umum kualitas kredit bank umum di NB mengalami penurunan, dimana kredit modal kerja memberikan tekanan yang paling besar yang disusul oleh kredit investasi dan konsumsi dengan NPL masingmasing tercatat sebesar 6,4%,,79% dan,9%. Kolektibilitas Kredit abel.4 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum di NB NPL (Nominal Rp. Jutaan) 64,699 8,59 7,9 6,698 6,957 4,7 59,4 64,44 95, NPL (%) NPL per jenis penggunaan (%) Modal Kerja Investasi Konsumsi NPL per sektor (%) Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdag.Hotel & Rest Pengangkt & Komunik Jasa dunia usaha Jasa sosial Lainlain

53 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN NB Secara sektoral, sebagian besar sektor mengalami peningkatan rasio NPL yang memberikan tekanan yang cukup besar pada penurunan kualitas kredit bank umum. Kredit pada sektor industri pengolahan mengalami laju peningkatan dan memiliki rasio NPL terbesar mencapai,9%. Sedangkan penurunan rasio NPL dialami oleh sektor jasa dunia usaha dan jasa sosial. Namun demikian, konsistensi perbankan dalam penerapan penilaian risiko kredit dan prinsip kehatihatian dalam menyalurkan kredit diharapkan dapat menjaga kinerja kualitas kredit bank umum di NB...5. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas perbankan Nusa enggara Barat pada triulan III9 menunjukkan kondisi yang relatif terjaga. Indikator likuiditas perbankan yang tercermin dari DPK yang dihimpun dan kredit yang disalurkan terus menunjukkan kinerja yang positif meski mengalami sedikit penurunan kualitas kredit Potensi gangguan likuiditas yang terjadi pada triulantriulan sebelumnya diperkirakan tidak akan terjadi seiring dengan trend peningkatan rasio kas bank (cash ratio). Grafik. Perkembangan Cash Ratio Bank Umum di NB n Ja F e b M ar A pr M ei J un J ul A gust S ep O kt N op D es J an F eb M ar A pr M ei J un J ul A gust S ep O kt N op D es J an F eb M ar A pr M ei J un J ul A gust S ep Secara sederhana, cash ratio diukur dari penjumlahan kas, giro bank di Bank Indonesia dan penempatan pada bank lain dibagi jumlah DPK yang dihimpun. Hingga triulan III9, cash ratio bank tercatat sebesar 5,8%, naik sebesar, point dari triulan sebelumnya yang hanya mencapai,6%. Dilihat dari segi aktu, sebagian besar DPK bank umum di NB merupakan dana jangka pendek. Dengan komposisi DPK secara berurutan adalah simpanan tabungan (55,9%), simpanan giro (,67%) dan simpanan deposito (,4%). Melihat struktur pendanaan bank umum tersebut, menjadikan perbankan cukup hatihati dalam menanamkan dananya dalam bentuk kredit yang akan disalurkan mengingat sebagian besar DPK berupa dana jangka pendek. Kehatihatian perbankan tersebut tercermin dari dominasi penyaluran kredit untuk sektor konsumsi yang cukup besar dan memiliki kualitas kredit yang cukup baik dibanding jenis kredit lainnya. Porsi terbesar kedua adalah kredit modal kerja yang 6

54 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN NB berjangka aktu pendek. Sementara itu, kredit investasi porsinya cukup kecil dan pertumbuhannya juga relatif lamban, karena sifatnya yang jangka panjang dengan risiko kredit yang lebih besar. Risiko likuiditas bank umum di NB dinilai masih relatif minim, mengingat kinerja cash ratio bank umum yang menunjukkan peningkatan kendati LDR bank umum mengalami peningkatan menjadi 99,66%... Perkembangan Kredit UMKM Sejalan dengan kondisi kredit bank umum, penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pada triulan III9 mengalami perlambatan pertumbuhan. Penyaluran kredit UMKM pada periode ini mengalami peningkatan sebesar 9,89% (yoy) atau mencapai Rp7,8 triliun, tumbuh melambat dibanding periode sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar,9% (yoy). Perlambatan tersebut mengakibatkan pangsa kredit UMKM mengalami koreksi dari 99,4% pada periode sebelumnya menjadi sebesar 98,6% pada triulan III9. Dimana hampir seluruh kredit yang disalurkan oleh bank umum di NB mempunyai plafond kurang dari Rp5 miliar. Grafik. Pangsa Kredit UMKM erhadap otal Kredit Bank Umum Lainnya Kredit Menengah Kredit Kecil Kredit Mikro 8, 7, 6, 5, 4,,,, Grafik.4 Perkembangan Kredit UMKM kredit UMKM (Rp mil) gkredit UMKMkanan (%) Grafik.5 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum NPL Kredit Mikro (%) NPL Kredit Kecil (%) NPL Kredit Menengah (%)

55 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN NB Perkembangan kredit UMKM secara umum didominasi oleh bank umum dengan pangsa sebesar 94,6% yang mencapai Rp6,84 triliun. Berdasarkan skala kreditnya, 74,6% penyaluran kredit UMKM bank umum disalurkan dalam bentuk kredit mikro atau sebesar Rp 5, triliun, sedangkan untuk kredit kecil dan menengah memiliki pangsa,8% dan,87%. Secara nominal, kredit untuk usaha kecil mencapai sebesar Rp,8 triliun dan kredit untuk usaha menengah sebesar Rp,8 triliun. Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan nominal kredit sebesar Rp 4,4 triliun dengan pangsa 64,6% dari total kredit UMKM yang telah disalurkan, diikuti dengan kredit modal kerja sebesar Rp, triliun dengan pangsa,69% sedangkan kredit investasi sebesar Rp, triliun dengan pangsa 4,7%..4. Perkembangan Bank Syariah Pada triulan III9, industri perbankan syariah NB mengalami perkembangan yang relatif stabil, yang tercermin dari pertumbuhan yang pada aset, DPK maupun pembiayaan yang terus mengalami peningkatan. Meski mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding triulan lalu, akan tetapi pertumbuhan pada indikator utama di atas masih berada pada tingkat yang cukup tinggi. Sampai dengan triulan III9, aset bank syariah mampu tumbuh sebesar 8,% (yoy) atau tumbuh sebesar 5,6% (ytd), menjadi Rp 44,87 miliar pada triulan laporan. Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan pertumbuhan triulan II 9 yang mencapai 46,9% (yoy). Pangsa aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan di NB baru mencapai,9% dan masih dibaah target indikatif aset perbankan syariah yang ditetapkan sebesar 5%. Di sisi pembiayaan, jumlah dana yang berhasil disalurkan perbankan syariah mencapai Rp59,7 miliar, tumbuh melambat sebesar,9%(yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang tumbuh mencapai 6,4%(yoy). Sementara, DPK yang berhasil dihimpun perbankan syariah NB juga mengalami peningkatan, tumbuh mencapai 5,98% (yoy) menjadi sebesar Rp79,96 miliar. Grafik.6 Perkembangan Perbankan Syariah di NB riulan III9 (Rp mil) Grafik.7 Pangsa Syariah erhadap Perbankan di NB riulan III9 (%) Financing Aset DPK Financing Aset Lainnya Syariah 96.8 DPK.8 8

56 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN NB ingkat pertumbuhan pembiayaan yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan DPK yang dihimpun menyebabkan Financing Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah NB pada triulan III9 meningkat menjadi 8,49%, sedikit lebih tinggi dibandingkan pencapaian pada triulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,5% Grafik.8 Perkembangan Aset Perbankan Syariah di NB Aset Syariah (Rp mil) Groth (yoy) Asetkanan (%) Grafik.9 Perkembangan DPK Perbankan Syariah di NB DPK Syariah (Rp mil) Groth (yoy) DPKkanan (%) Sementara itu, risiko pembiayaan baik bank umum syariah maupun BPR Syariah di NB pada triulan III9 mengalami penurunan. Hal itu ditunjukkan oleh rasio gross Non Performing Financing (NPF) bank umum syariah sebesar,57%, menurun dibandingkan triulan sebelumnya sebesar,6% Grafik. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di NB Financing (Rp mil) Groth (yoy) Financingkanan (%) NPF (%) FDR (%) Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Secara umum perkembangan kegiatan BPR pada triulan III9 menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil. Pada triulan ini tercatat peningkatan pada indikator BPR di ilayah kerja Bank Indonesia Mataram. 9

57 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN NB Pertumbuhan kredit yang dilakukan BPR utamanya masih ditujukan kepada sektor produktif yang mendapatkan sedikit tekanan pada kualitasnya. Secara kelembagaan, belum terjadi perubahan pada jumlah BPR dan masih terdapat 68 BPR dengan 77 jumlah kantor. Dari sisi operasinalnya terbagi 65 BPR beroperasi secara konvensional dan BPR yang beroperasi secara syariah. Pada triulan laporan, total aset BPR meningkat menjadi sebesar Rp 57,85 miliar atau tumbuh secara tahunan sebesar 9,7% (yoy) dibandingkan dengan triulan III8, namun jika dibandingkan akhir tahun lalu meningkat sebesar,6% (ytd). Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan dana pihak ketiga yang tumbuh sebesar,% (yoy) atau tercatat sebesar Rp, miliar. ingginya suku bunga yang ditaarkan dan kemudahan pelayanan setoran nasabah menjadi daya tarik BPR dalam menyedot dana masyarakat. Grafik. Perkembangan Aset & DPK BPR di NB Grafik. Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaaan di NB DPK BPR (Rp mil) Aset BPR (Rp mil) Kredit BPR (Rp mil) Groth (yoy) Asetkanan (%) Groth (yoy) DPKkanan (%) Groth (yoy) Kreditkanan (%) Kredit MK (Rp mil) Kredit KONS (Rp mil) ginv (%) kanan Kredit INV (Rp mil) gmk (%)kanan gkons (%)kanan () () otal kredit yang disalurkan BPR di NB sampai dengan triulan III9 sebesar Rp4,44 milyar yang tumbuh sebesar 8,6% (yoy), dengan pangsa kredit modal kerja mencapai 57,8%, disusul oleh kredit konsumsi dan investasi yang masingmasing tercatat sebesar 6,66% dan 5,54%. Karakteristik BPR yang memiliki prosedur pemberian kredit yang lebih cepat dan menggunakan pendekatan secara personal menjadi keunggulan tersendiri bagi BPR dalam bersaing dengan bank umum. Sedangkan tingginya penyaluran kredit pada modal kerja dipicu oleh banyaknya usaha mikro dan kecil yang dimiliki masyarakat NB. Secara sektoral, sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati ranking pertama bagi BPR dalam menyalurkan kreditnya yaitu sebesar Rp9,6 milyar atau memiliki pangsa mencapai 44,78%, kemudian diikuti sektor lainlain sebesar Rp76,4 milyar dengan pangsa sebesar 4,79%. Fungsi intermediasi BPR pada triulan ini mengalami penurunan namun masih dalam kisaran yang tinggi, ditunjukkan oleh rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang menurun dari 9,5% pada triulan yang sama tahun lalu menjadi 5,%. Namun demikian rasio ini jauh lebih tinggi dibandingkan LDR bank umum yang mencapai 4

58 BAB PERKEMBANGAN PERBANKAN NB 99,66%. Penurunan ini disebabkan oleh pertumbuhan DPK yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan kredit. Kualitas kredit yang disalurkan oleh BPR pada triulan laporan masih tetap pada kisaran yang tinggi yaitu 9,8%, kondisi ini sedikit meningkat dibandingkan triulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,%. Grafik. Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi di NB Pada riulan III 9 Grafik.4 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaaan di NB 4.79%.%.% 5.57% 8.9%.%.57%.%.% 44.78% Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air Konstruksi PHR ransport & Komunikasi Jasajasa dunia usaha Jasajasa sosial/masyarakat Kredit Lainlain LDR BPR (%) NPL BPR (%)

59 BAB 4 PERKEMBANGAN SISEM PEMBAYARAN Secara umum, kegiatan sistem pembayaran melalui jasa perbankan di Nusa enggara Barat berlangsung dengan baik dan tidak mengalami gangguan. Pada triulan III9, kegiatan transaksi tunai mengalami net outflo yang disebabkan oleh peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat. Peningkatan juga terjadi pada aktivitas penukaran uang kecil sehubungan kegiatan hari raya Idul Fitri. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menjaga fisik uang turut menurunkan jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan. Sementara itu, penemuan uang palsu sepanjang triulan ini mengalami peningkatan dibanding triulan lalu. 4.. ransaksi Keuangan Secara unai Pada triulan III9, meningkatnya realisasi penyaluran kredit perbankan dan aktivitas ekonomi masyarakat menyebabkan peningkatan transaksi tunai antar perbankan di Nusa enggara Barat. Mengikuti pola tahuntahun sebelumnya, pada triulan III9 aliran uang ke kas Bank Indonesia mengalami net outflo, karena aliran uang masuk (cash inflo) lebih kecil dibandingkan aliran uang keluar (cash outflo), atau dengan kata lain setoran dari perbankan masih lebih kecil dibandingkan penarikan yang dilakukan oleh perbankan. Hal ini disebabkan, ekspansi kredit perbankan dan optimalisasi penggunaan plafon kredit oleh debitur yang terlihat dari undisbursed loan (kelonggaran tarik) semakin kecil dimana pada triulan laporan mencapai sebesar 5,64% sedangkan triulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,%. Grafik 4. Perkembangan Inflo, Outflo dan Netflo (Rp, miliar),6,4,, Inflo Outflo Netflo (kanan) Q Q Q Q4 Q Q Q Q4 Q Q Q Q4 Q Q Q Q4 Q Q Q (5) () (45) (6) (75) (9) Aliran uang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran bank umum di NB selama triulan III9 tercatat sebesar Rp59 miliar atau menurun sebesar

60 BAB 4 PERKEMBANGAN SISEM PEMBAYARAN,9% dari triulan II9 yang mencapai Rp6 miliar. Sementara itu, cash outflo dari kas Bank Indonesia Mataram tercatat sebesar Rp777 miliar atau meningkat sebesar,5% dibandingkan triulan II9 dengan nominal Rp64 miliar. Peningkatan kegiatan perkasan (net outflo) ini disebabkan oleh faktor musiman, yaitu memasuki bulan puasa dan hari raya Idul Fitri dimana kegiatan konsumsi masyarakat meningkat. 4.. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil Kebutuhan uang pecahan kecil masyarakat di NB pada triulan III9 mengalami peningkatan, disebabkan oleh meningkatnya kegiatan konsumsi masyarakat memasuki bulan puasa dan hari raya Idul Fitri pada bulan Agustus hingga bulan September. Jumlah nominal yang ditukarkan masyarakat NB baik melalui kas keliling maupun langsung ke KBI Mataram mencapai Rp6,5 miliar atau meningkat sebesar 45,% bila dibandingkan triulan II9 yang mencapai Rp5,5 miliar. Secara keseluruhan, penukaran keluar pecahan mata uang kertas rupiah yang paling diminati masyarakat adalah pecahan Rp., sebanyak lembar yang baru dilaunching uang pecahan Rp., sejak bulan Agustus 9. Kemudian diikuti oleh pecahan Rp5., sebanyak lembar, pecahan Rp., sebanyak lembar dan pecahan Rp., sebanyak lembar. Grafik 4. Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp, juta) 4, 5,, 5,, 5,, 5, Penukaran di BI Kas keliling Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Grafik 4. Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan Rp5.; % Rp.; 5% Rp.; % Rp.; 4% Rp.; % 4.. Pemberian anda idak Berharga (PB) Uang Kartal Pada triulan III9, jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan (PB) di NB mencapai Rp6 miliar atau ratarata sebesar Rp9 miliar setiap bulan, lebih rendah dibandingkan triulan sebelumnya yang mencapai Rp55 miliar perbulannya. Porsi jumlah PB terhadap cash inflo pada triulan laporan mencapai 7,% menurun dibandingkan triulan II9 yang mencapai,85% karena pertumbuhan cash inflo yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PB. Besarnya volume PB sangat tergantung dengan perilaku masyarakat dalam menggunakan uang kartal dan kebijakan Bank Indonesia dalam pemusnahan Uang 4

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa enggara Barat riulan II 2009 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA ENGGARA BARA riulan II2009 KANOR BANK INDONESIA MAARAM Penerbit :

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I 200 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I200 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV 2008 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV2008 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III211 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit : BANK INDONESIA MATARAM Kelompok Kajian Statistik dan Survei Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III 2008 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III2008 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III2013

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Raker Multi Niaga Group, dengan Tema : Tumbuh di Tengah Krisis keuangan Global. Graha Multi Niaga,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II 2008 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II2008 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2009 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci