KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2012

2 VISI BANK INDONESIA : nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi MISI BANK INDONESIA : pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang NILAI-NILAI STRATEGIS ORGANISASI BANK INDONESIA : -nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas, dan

3 E KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kata Pengantar KATA PENGANTAR BUKU Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau. Terbitan kali ini memberikan gambaran perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau pada triwulan II-2012 dengan penekanan kajian pada kondisi ekonomi makro regional (PDRB dan Keuangan Daerah), Inflasi, Moneter dan Perbankan, Sistem Pembayaran, Kesejahteraan dan Prakiraan Perkembangan Ekonomi Daerah pada triwulan III Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data ekspor-impor yang diolah oleh Kantor Pusat Bank Indonesia, data PDRB dan inflasi yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, serta data dari instansi/lembaga terkait lainnya. Tujuan dari penyusunan buku KER ini adalah untuk memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi para pemangku kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak lain yang membutuhkan. Kami menyadari masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menyempurnakan buku ini. Oleh karena itu kritik, saran, dukungan penyediaan data dan informasi sangat diharapkan. Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd Hari Utomo Pemimpin iii

4 E KAJIAN EKONOMI REGIONAL TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. INFLASI DAN PDRB INDIKATOR Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Indeks Harga Konsumen : - Kota Pekanbaru 124,57 127,44 129,35 130,20 131,64 - Kota Dumai 129,24 132,55 133,98 133,20 134,91 Laju Inflasi Tahunan (yoy, %) : - Kota Pekanbaru 5,61 6,10 5,09 4,20 5,67 - Kota Dumai 5,42 5,78 3,10 2,75 4,38 PDRB - harga konstan (Rp juta) - Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas dan Air Besih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy %, dengan migas) 3,44 3,93 4,63 5,02 3,96 Pertumbuhan PDRB (yoy %, tanpa migas) 7,54 7,64 7,40 7,36 7,50 B. PERBANKAN INDIKATOR (dalam Rp juta) Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Bank Umum Total Aset DPK Giro Tabungan Deposito Kredit - berdasarkan lokasi proyek LDR - Lokasi Proyek (%) 112,09 113,71 113,74 106,18 107,72 Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR (%) 75,88 76,45 80,33 77,18 80,10 - NPL (%) 2,16% 2,39% 1,95% 2,22% 2,35% Kredit UMKM - Mikro Kecil Menengah NPL MKM (%) 3,03% 3,13% 2,40% 3,06% 3,16% BPR Total Aset DPK Kredit - berdasarkan lokasi proyek Rasio NPL 7,95% 8,75% 8,22% 10,51% 10,71% LDR 95,35% 96,22% 96,07% 91,04% 99,12% *) SBH 2007 xi

5 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH C. SISTEM PEMBAYARAN INDIKATOR Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Posisi Kas Gabungan (Rp juta) Inflow (Rp juta) Outflow (Rp juta) Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) Volume Transaksi RTGS (lembar) Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) Nominal Tolakan Cek/BG Kosong Volume Tolakan Cek/BG Kosong Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong Rata-rata Harian Cek/BG Kosong xii

6 E KAJIAN EKONOMI REGIONAL Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF I. GAMBARAN UMUM Perekonomian Riau tumbuh melambat sejalan dengan melemahnya kinerja sektor strategis Kondisi ekonomi Riau pada triwulan laporan mencatat perlambatan sejalan dengan melemahnya kinerja sektor strategis setelah pada triwulan sebelumnya mengalami akselerasi cukup tajam. Hal ini utamanya dipengaruhi oleh ketidakpastian pemulihan ekonomi zona Eropa yang telah mengakibatkan harga komoditas global menurun. Selain itu, tingginya curah hujan di Provinsi Riau selama triwulan laporan telah mengakibatkan kinerja sektor pertanian dan pertambangan migas relatif terganggu. 1

7 E KAJIAN EKONOMI REGIONAL Ringkasan Eksekutif II. ASSESMEN MAKROEKONOMI REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Riau menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan dimana tumbuh melambat setelah pada dua triwulan sebelumnya mengalami akselerasi. Terbatasnya produksi di sektor migas diindikasikan menjadi faktor penyebab utama melambatnya pertumbuhan Riau dalam triwulan laporan. Pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan II-2012 melambat. Sementara, dengan mengeluarkan unsurmigas, pertumbuhan ekonomi berada di atas nasional dan menunjukkan peningkatan Dengan memasukkan unsur migas, secara tahunan (year-on-year/yoy), pertumbuhan ekonomi Riau tercatat sebesar 3,96% dan berada dibawah pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau tumbuh meningkat dari 7,36% pada triwulan I-2012 menjadi 7,50% dan berada diatas pertumbuhan ekonomi non migas nasional yang mencapai sebesar 6,90%. Dari sisi penggunaan, permintaan domestik masih menjadi penopang utama pertumbuhan khususnya konsumsi dengan andil sebesar 2,84% atau turun dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang mencapai 2,88%. Di sisi lain, ekspor dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) non migas memberikan andil sebesar 6,88% terhadap pertumbuhan triwulan laporan atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 2,99% sejalan dengan percepatan pembangunan infrastruktur PON. Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi di salah satu sentra produksi tanaman perkebunan kelapa sawit menurun hingga 70% Sementara itu, dari sisi sektoral, pada sektor tradables, motor penggerak perekonomian Riau utamanya berasal dari sektor industri pengolahan non migas dengan andil sebesar 0,97% (yoy). Sementara, pada sektor non tradables, sektor perdagangan masih tetap menjadi roda penggerak utama perekonomian dengan andil sebesar 2,42% (yoy) sejalan dengan meningkatnya berbagai aktivitas kegiatan dunia usaha selama triwulan laporan. Kinerja sektor primer Riau terutama sektor perkebunan pada triwulan laporan mengalami perlambatan yang disebabkan oleh faktor tingginya curah hujan. Dari hasil penelusuran informasi kepada pelaku usaha diketahui bahwa salah satu sentra produksi perkebunan mengalami 2

8 E KAJIAN EKONOMI REGIONAL Ringkasan Eksekutif dampak cukup parah adalah Kab. Rokan Hulu yang tercatat memiliki luas lahan tanaman kelapa sawit terbesar di Provinsi Riau. Terjadinya banjir besar pada bulan Mei 2012 telah mengakibatkan produksi tanaman kelapa sawit turun hingga 70% dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. III. ASSESMEN INFLASI Tekanan inflasi Riau pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan dan berada diatas perkiraan sebelumnya Sejalan dengan perkiraan sebelumnya, dinamika perkembangan harga di Provinsi Riau pada triwulan II-2012 secara umum menunjukkan peningkatan, namun meningkat lebih tinggi dari perkiraan semula. Hal tersebut utamanya terjadi pada kelompok volatile food, seiring dengan adanya gangguan cuaca. Inflasi Riau pada triwulan II-2012 mencapai 5,44% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,94%. Inflasi tahunan Riau pada triwulan laporan juga tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi triwulan II dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir. Selain itu, inflasi Riau juga mencatat angka yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi wilayah Sumatera dan Nasional yang masing-masing tercatat sebesar 4,99% (yoy) dan 4,53% (yoy). Hal ini utamanya bersumber dari melonjaknya harga komoditas pangan, khususnya cabe merah keriting dan beras. Berdasarkan kota yang disurvey di Provinsi Riau secara triwulanan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Dumai yaitu mencapai 1,28%. Sementara itu, Kota Pekanbaru tercatan mengalami inflasi sebesar 1,10%. Inflasi pada kedua kota tersebut tercatat mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Berdasarkan disagregasi inflasi, kelompok Volatile Foods (VF) tercatat mengalami inflasi. Peranan kelompok ini juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi kelompok core tercatat mengalami penurunan, namun peranannya masih tetap mendominasi. 3

9 E KAJIAN EKONOMI REGIONAL Ringkasan Eksekutif IV. ASSESMEN KEUANGAN Perbankan Total aset perbankan Riau pada triwulan II mencapai Rp69,81 triliun atau naik 3,53% (qtq). Kegiatan usaha perbankan di Provinsi Riau pada triwulan II-2012 secara umum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Perkembangan indikator utama perbankan terus menunjukkan peningkatan seperti jaringan kantor, aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit. Di sisi risiko, rasio kredit bermasalah yang dialami perbankan pada triwulan laporan relatif terjaga meskipun mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Total aset perbankan Riau pada triwulan laporan mencapai Rp69,84 triliun atau naik sebesar 3,56% (qtq). Kenaikan aset perbankan tersebut utamanya berasal dari meningkatnya jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun yakni dari Rp49,16 triliun menjadi Rp51,01 triliun atau naik 3,75% (qtq). Sejalan dengan meningkatnya penghimpunan DPK, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan Riau juga menunjukkan kenaikan, yakni dari Rp38,07 triliun menjadi Rp40,99 triliun atau naik 7,68% (qtq). Lebih tingginya kenaikan kredit dibandingkan DPK pada triwulan II-2012 telah mendorong Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Riau meningkat, yakni dari 77,43% menjadi 80,37%. Tingkat kredit bermasalah (NPL gross) perbankan di Riau pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,49%, atau relatif lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,36%. Meskipun meningkat, tingkat NPL yang tercatat pada triwulan laporan masih berada di bawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 5%. Pada triwulan laporan, jaringan kantor bank di Riau meningkat 10 kantor sehingga totalnya menjadi 634 kantor. Peningkatan utamanya terjadi pada kantor cabangdan kantor cabang pembantu Sementara, berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan mencapai Rp54,19 triliun atau meningkat 5,29% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dengan kondisi tersebut, LDR perbankan Riau berdasarkan lokasi proyek tercatat lebih tinggi yaitu sebesar 106,28%. Jumlah jaringan kantor bank umum di Riau pada triwulan laporan mengalami kenaikan sebanyak 10 kantor sehingga menjad 634 kantor. 4

10 E KAJIAN EKONOMI REGIONAL Ringkasan Eksekutif Penambahan jaringan kantor tersebut terjadi pada jumlah kantor cabang (1 unit), kantor cabang pembantu (6 unit) dan lainnya (3 unit). Keuangan Daerah Secara umum, hingga semester I- 2012, prosentase realisasi pendapatan dann belanja daerah mencatat angka yang lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Realisasi penyerapan anggaran pendapatan Pemerintah Provinsi Riau sampai dengan semester pertama tahun 2012 mencapai Rp2,36 triliun atau mencapai 42,92% dari target yang ditentukan. Prosentase realisasi pendapatan pada semester I-2012 lebih rendah dibandingkan dengan semester yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 47,83%. Di sisi lain, realisasi anggaran belanja pemerintah provinsi Riau sampai dengan periode yang sama tercatat sebesar Rp1,40 triliun atau sekitar 22,01% dari rencana anggaran belanja tahun Realisasi anggaran belanja pada semester I-2012 ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi anggaran pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 28,25%%. V. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Perekonomian Riau pada triwulan III-2012 diproyeksikan tumbuh meningkat Perekonomian Riau pada triwulan III-2012 diperkirakan akan relatif lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini diindikasikan tidak terlepas dari menguatnya keyakinan konsumen terkait faktor pelaksanaan PON ke-18 yang secara umum diperkirakan akan memberikan stimulus bagi perekonomian Riau. Secara tahunan, dengan memasukkan unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh relatif stabil pada kisaran 4,0%-4,50% (yoy). Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,5%-7,9% (yoy). Dari sisi penggunaan, permintaan domestik diperkirakan masih akan menjadi penopang utama terutama PMTB non migas. Kondisi ini bersumber dari masih berlangsungnya percepatan pembangunan infrastruktur menjelang pelaksanaan PON pada bulan September mendatang. 5

11 E KAJIAN EKONOMI REGIONAL Ringkasan Eksekutif Sumber pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diperkirakan berasal dari sektor tersier Sementara, dari sisi sektoral, beberapa sektor yang diperkirakan akan menjadi motor penggerak perekonomian pada triwulan mendatang utamanya berasal dari sektor tersier yakni sektor bangunan, perdagangan, dan jasa. Hal ini sejalan pelaksanaan PON ke-18 yang jatuh pada triwulan III-2012 sehingga akan mendorong meningkatnya aktivitas perekonomian baik yang berasal dari perdagangan domestik maupun perdagangan internasional (ekspor dan impor). Namun demikian, terdapat beberapa hal yang berpotensi membawa pertumbuhan ekonomi Riau menyentuh batas bawah proyeksi (downside risks) diantaranya terkait dengan ketidakpastian pemulihan ekonomi zona Eropa yang diperkirakan masih akan memberikan tekanan terhadap pergerakan harga komoditas energi global. Adanya prediksi curah hujan yang relatif tinggi terkait Badai El-Nino di wilayah Asia diperkirakan juga akan mengakibatkan kinerja sektor pertanian dan pertambangan relatif terganggu.. Tekanan inflasi triwulan III-2012 diperkirakan relatif terkendali yakni berkisar 4,30%- 4,70% (yoy) Di sisi harga, inflasi Kota Pekanbaru pada triwulan mendatang diproyeksikan berada pada kisaran 4,3% - 4,7% (yoy). Sedangkan secara triwulanan, inflasi diperkirakan berkisar 1,0% - 1,4% (qtq). Kondisi ini diperkirakan tidak terlepas dari potensi penguatan sisi permintaan (demand pull inflation) terkait dengan pelaksanaan PON yang jatuh pada triwulan laporan serta adanya pengaruh baseline effect. Beberapa faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi tekanan inflasi pada triwulan mendatang antara lain (i) menguatnya permintaan domestik sejalan dengan masih berlangsungnya percepatan pembangunan infrastruktur pendukung PON, (ii) perkiraan tingginya curah hujan dalam triwulan mendatang yang diindikasikan akan memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap sisi penawaran (cost push inflation), dan (iii) rencana pemberlakuan pengaturan tata niaga impor hortikultura dan rencana kenaikan LPG pada bulan September 2012 yang dapat memberikan tekanan terhadap harga secara umum. 6

12 Kondisi Ekonomi Makro Regional Bab 1 KONDISI EKONOMI MAKRO REGIONAL 1. KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi Riau menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan, tumbuh melambat setelah pada dua triwulan sebelumnya mengalami akselerasi pertumbuhan. Terbatasnya produksi di sektor migas dan melemahnya daya beli masyarakat diindikasikan menjadi faktor penyebab utama melambatnya pertumbuhan Riau dalam triwulan laporan. Dengan memasukkan unsur migas, secara tahunan (year-on-year/yoy), pertumbuhan ekonomi Riau tercatat sebesar 3,9% melambat dibandingkan triwulan I-2012 dan berada dibawah pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian, dengan mengeluarkan unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau tumbuh meningkat dari 7,3% pada 7

13 yoy (%) KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional triwulan I-2012 menjadi 7,5% dan berada diatas pertumbuhan ekonomi non migas nasional yang mencapai sebesar 6,9%. Pertumbuhan ekonomi non migas Riau tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional (yoy,%) 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 - I II III IV I II III IV I II III IV I II Riau 5,1 2,1 1,6 3,0 2,9 3,7 4,7 5,2 4,0 3,4 3,9 4,6 5,0 3,9 Nasional 4,5 4,0 4,1 5,4 5,6 6,1 5,8 6,9 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 Riau (Tanpa Migas) 6,6 6,5 5,7 7,3 6,0 6,7 7,9 7,8 7,5 7,5 7,6 7,4 7,3 7,5 Nasional (Tanpa Migas) 4,9 4,4 4,5 5,8 6,2 6,5 6,2 7,4 6,9 7,0 6,9 6,9 6,7 6,9 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 2. PDRB SISI PENGGUNAAN Pertumbuhan ekonomi Riau secara umum menunjukkan perlambatan akibat menurunnya kinerja ekspor migas. Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas menunjukkan hal yang menggembirakan sebagaimana terlihat dari pertumbuhan positif yang terjadi pada seluruh komponen. Secara umum, permintaan domestik khususnya konsumsi masih menjadi penopang utama pertumbuhan dengan andil sebesar 2,84% namun menurun dibandingkan dengan andil pada triwulan I-2012 yang mencapai 2,88%. Di sisi lain, ekspor dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 1 memberikan andil sebesar 6,88% terhadap pertumbuhan triwulan laporan atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I yang tercatat sebesar 2,99%. Sementara itu, jika memasukkan unsur migas, kedua peran tersebut relatif menurun yakni dari 6,98% menjadi 3,92% sejalan dengan melambatnya kinerja sektor migas dalam triwulan laporan. Konsumsi sebagai motor penggerak utama mulai menurun dari 6,16% pada triwulan I-2012 menjadi 5,90% pada triwulan II P Pembentukan Modal Tetap Bruto merupakan salah cermin perkembangan investasi di Provinsi Riau 8

14 Kondisi Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan tertinggi pada triwulan laporan terjadi pada komponen impor yakni sebesar 8,70% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut utamanya didorong oleh meningkatnya impor barang modal seperti pupuk, pasir dan bebatuan sejalan dengan tingginya kebutuhan pada industri non migas dan pesatnya pembangunan infrastruktur menjelang akan digelarnya PON ke-18 pada bulan September mendatang. Kondisi tersebut juga secara simultan memberikan pengaruh terhadap PMTB tanpa migas Riau yang pada triwulan laporan mengalami akselerasi dengan tumbuh sebesar 11,73% (yoy). Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy) Komponen 2010** 2011*** 2012*** Andil I II III IV I II III IV I II I-2012 II-2012 Konsumsi 7,22 7,21 7,53 7,30 6,90 6,31 5,68 5,83 7,25 6,65 2,88 2,84 Pembentukan Modal Tetap Bruto 8,91 8,98 8,27 7,58 7,74 8,79 8,85 8,12 6,27 5,98 1,79 1,71 Ekspor 2,93 3,10 3,79 5,18-0,16 0,77 1,17 4,71 5,91 2,28 5,19 2,21 Impor 14,57 6,84 5,35 8,84 2,94 5,48 3,46 8,16 7,27 8,70 2,23 8,70 Total 2,90 3,77 4,76 5,22 4,04 3,44 3,93 4,63 5,02 3,96 7,63 3,96 Sumber : BPS Provinsi Riau Ket : (p) prakiraan BI, ***) Data Sangat Sementara, **) data sementara Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan Tanpa Migas (yoy) 2010** 2011*** 2012*** Andil Komponen I II III IV I II III IV I II I-2012 II-2012 Konsumsi 7,22 7,21 7,53 7,30 6,90 6,31 5,68 5,83 7,25 6,65 2,88 2,84 Pembentukan Modal Tetap Bruto 2.1. Konsumsi 18,91 15,02 12,22 11,24 8,28 10,38 8,85 10,22 10,44 11,73 3,01 3,18 Ekspor Non Migas 7,66 2,01 3,46 3,29 6,28 10,88 12,02 6,20-0,04 6,24-0,02 3,70 Impor Non Migas 15,65 6,09 5,06 7,73 2,60 6,17 4,35 9,65 4,51 8,75 2,66 4,97 Total Tanpa Migas 6,01 6,75 7,95 7,84 7,51 7,54 7,64 7,40 7,36 7,50 7,36 7,50 Sumber : BPS Provinsi Riau Ket : (p) prakiraan BI, ***) Data Sangat Sementara, **) data sementara Dalam triwulan II-2012, pertumbuhan konsumsi Riau tercatat tumbuh melambat menjadi 6,65% (yoy). Peningkatan ini utamanya bersumber dari melambatnya konsumsi rumah tangga Riau yakni dari 7,45% pada triwulan I-2012 menjadi 7,11% pada triwulan laporan. Kondisi ini diindikasikan tidak terlepas dari pengaruh menurunnya harga CPO internasional yang berimbas pada harga TBS lokal sehingga secara implisit mempengaruhi daya beli masyarakat Riau secara umum. Selama triwulan laporan, harga rata-rata TBS lokal yang ditentukan berdasarkan mekanisme kesepakatan antara Pemda dengan pelaku usaha mencapai Rp1.317/Kg atau turun 18,88% dibandingkan dengan triwulan I

15 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 Nov-10 Dec-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Jul-11 Aug-11 Sep-11 Oct-11 Nov-11 Dec-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Rp/Kg USD/MT KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia (survei konsumen), tingkat optimisme masyarakat terhadap perekonomian Riau juga cenderung melemah sebagaimana terlihat dari menurunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Riau pada triwulan laporan 2. IKK 3 Riau pada triwulan laporan mencapai 128,10 atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 126,90. Hal ini disebabkan adanya penurunan pendapatan masyarakat saat ini sebagai dampak dari menurunnya harga jual TBS lokal pada triwulan laporan. Tabel 1.3. Pertumbuhan Konsumsi Riau Tahun ** 2011*** 2012*** Komponen I II III IV I II III IV I II Konsumsi Rumah Tangga Swasta Nirlaba Pemerintah Total Keterangan : **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah Grafik 1.2. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen Riau II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Survei Konsumen BI Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen Baseline Grafik 1.3. Perkembangan Trend Harga CPO Lokal dan Dunia TBS Domestik (kiri) Sumber : Disbun Riau dan Bloomberg CPO Dunia (kanan) Sejalan dengan kondisi diatas, penyaluran kredit konsumsi yang merupakan cerminan konsumsi yang dibiayai dari dana perbankan juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat 4 yakni dari 20,34% (yoy) menjadi 17,49% (yoy). Beberapa indikator lain yang menunjukkan penguatan konsumsi diantaranya adalah pertumbuhan indikator tingkat penjualan kendaraan bermotor yang pada 2 Data BPS Riau menunjukkan bahwa sekitar 60% penduduk di Riau bekerja di sektor perkebunan 3 Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Pekanbaru triwulan I Note : catatan dari Ibu Christin sebaiknya dibobot dengan IHK Riau bukan IHK Pekanbaru 10

16 ribu KL % Rp triliun % unit % KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional triwulan laporan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,81%. Sementara itu, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Riau juga mencatat penurunan menjadi 344 ribu KL atau secara tahunan mengalami kontraksi sebesar 0,15% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami kontraksi sebesar 18,67% Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Konsumsi di Riau 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 - I II III IV I II III IV I II ,00 20,34 17,49 20,00 K. Konsumsi (kiri) yoy (kanan) 15,00 10,00 5,00 - Grafik 1.5. Perkembangan Indikator Penjualan Kendaraan Bermotor di Riau I II III IV I II III IV I II Penjualan Kendaraan 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 - yoy (kanan) (20,00) Grafik 1.6. Perkembangan Konsumsi BBM di Riau I II III IV I II III IV I II Sumber : Dispenda Provinsi Riau BBM yoy (kanan) Sumber : PT. Pertamina Wilayah Riau 2.2. Investasi Kinerja investasi di Riau sebagaimana dicerminkan dari PMTB Riau pada triwulan laporan tercatat tumbuh melambat dari 6,27% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 5,98% (yoy). Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, PMTB Riau tercatat tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 11,73% atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan pada dua triwulan sebelumnya. Terakselerasinya 11

17 unit % USD ribu ribu Ton % Rp triliun % KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional pertumbuhan PMTB non migas pada triwulan laporan diperkirakan tidak terlepas dari faktor pembangunan infrastruktur PON ke-18 seperti jalan layang, stadion, kantor, apartemen, pusat perbelanjaan, tempat penginapan dan bandara udara SSK II. Kondisi tersebut tercermin dari relatif tingginya konsumsi semen Riau yang pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 361,46 ribu ton atau tumbuh sebesar 15,68%. Meskipun mengalami pertumbuhan yang relatif melambat dibandingkan dengan triwulan I-2012 namun tingkat konsumsi semen Riau pada triwulan laporan masih relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata konsumsi semen tahun 2011 yang tercatat sebesar mencapai 300 ribu ton. Selain itu, perkembangan indikator penjualan truk juga masih tinggi dimana pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 49,93% atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I yang tercatat sebesar 13,34% (yoy). Grafik 1.7. Perkembangan Penjualan Semen di Riau I II III IV I II III IV I II ,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00-10,00-20,00 Grafik1.8. Perkembangan Kredit Investasi di Riau 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 - I II III IV I II III IV I II ,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - Konsumsi Semen (kiri) Sumber : Asosiasi Semen Indonesia g.yoy (kanan) K. Investasi yoy (kanan) Grafik 1.9. Perkembangan Penjualan Kendaraan Jenis Truk I II III IV I II III IV I II ,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 - Grafik Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Provinsi Riau ,16 289, I-2012 II-2012 Truck yoy (kanan) Sumber : Dispenda Provinsi Riau Sumber : BKPM 12

18 Rp miliar KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional Grafik Perkembangan Penanaman Modal Asing Dalam Negeri (PMDN) Provinsi Riau Sumber : BKPM - yang akan berlangsung di Riau pada tahun ini I-2012 II-2012 Sejalan dengan bertumbuhnya investasi, jumlah investasi yang dibiayai melalui kredit juga masih tumbuh tinggi yakni sebesar 20,97% dengan tingkat realisasi sebesar Rp11,30 triliun. Sebagian besar kredit investasi yang disalurkan perbankan Riau utamanya diserap sektor konstruksi yang diperkirakan sejalan dengan tingginya kebutuhan dana investasi dalam rangka PON ke-18 Sementara itu, pesatnya pembangunan investasi di Riau juga dapat dilihat dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang masuk ke Provinsi Riau. Dalam triwulan laporan jumlah PMA yang masuk tercatat sebesar USD289,01 ribu atau meningkat 10,7,68% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan jumlah PMDN yang masuk ke Provinsi Riau pada triwulan laporan mencapai Rp3.507 triliun meningkat signifikan sebesar 896,38% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya Ekspor Impor Kinerja perdagangan eksternal Riau pada triwulan laporan mencatat perkembangan yang kurang menggembirakan dimana total ekspor tumbuh melambat dari 5,91% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 2,28% (yoy). Perlambatan ekspor utamanya disebabkan oleh tidak optimalnya produksi migas pada triwulan laporan sehingga mengakibatkan ekspor migas menurun. Di sisi lain, impor mencatat kenaikan pertumbuhan yakni dari 7,27% (yoy) pada triwulan I menjadi 8,70% (yoy) pada triwulan laporan yang utamanya bersumber dari meningkatnya impor barang modal. 13

19 USD juta % USD juta % USD juta % USD juta % KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional Grafik Perkembangan Volume Ekspor CPO Riau Grafik Perkembangan Ekspor Pulp and Paper Riau ,0 800,0 200, ,0 100,0 700,0 600,0 500,0 150,0 100, ,0 400,0 50, (50,0) 300,0 200,0 100,0 - (50,0) 0 I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II (100,0) - I IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI II (100,0) Vol (kiri) yoy (kanan) Vol (kiri) yoy (kanan) Grafik Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau Grafik Perkembangan Volume Ekspor Karet Olahan Riau 1.600,0 700,0 10, , , , ,0 800,0 600,0 400,0 200,0 - I IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI II 600,0 500,0 400,0 300,0 200,0 100,0 - (100,0) (200,0) 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 - I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I II 2.000, , ,0 500,0 - (500,0) Vol (kiri) yoy (kanan) Vol (kiri) yoy (kanan) Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, ekspor menunjukkan peningkatan cukup signifikan bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekspor non migas Riau pada triwulan II-2012 tumbuh meningkat dipicu oleh meningkatnya ekspor komoditas pulp and paper ke negara mitra dagang utama. Dalam triwulan laporan, volume ekspor komoditas pulp and paper mencapai 562,31 ribu ton atau tumbuh sebesar 11,18% (yoy). Di sisi lain, kenaikan yang berarti juga terjadi pada komponen impor non migas yang tercatat tumbuh meningkat dari 4,51% (yoy) menjadi 8,75% (yoy). Kondisi ini didorong oleh meningkatnya impor barang mentah terutama pupuk kimia dan pasir. Hal ini diindikasikan tidak terlepas dari faktor pembangunan infrastruktur dan 14

20 Kondisi Ekonomi Makro Regional meningkatnya kebutuhan industri pengolahan non migas (CPO, pulp and paper dan karet olahan) untuk meningkatkan produktivitas outputnya. 3. PDRB SEKTORAL Kinerja ekonomi sektoral Riau pada triwulan laporan secara umum menunjukkan hal yang menggembirakan dimana seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Pada sektor tradables, motor penggerak perekonomian Riau utamanya berasal dari sektor industri pengolahan non migas dengan andil sebesar 0,97% (yoy). Sementara, pada sektor non tradables, sektor perdagangan masih tetap menjadi roda penggerak utama perekonomian dengan andil sebesar 2,42% (yoy) sejalan dengan meningkatnya berbagai aktivitas kegiatan dunia usaha selama triwulan laporan. Relatif tingginya pertumbuhan pada sektor perdagangan diindikasikan tidak terlepas dari momentum PON ke-18 yang memberikan magnet tersendiri bagi para pelaku usaha dalam membuka usahanya di Riau. Pertumbuhan tertinggi secara sektoral terjadi pada sektor keuangan dan sektor bangunan yakni masing-masing sebesar 15,02% dan 14,96% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2012 yang masing-masing tercatat sebesar 10,78% dan 12,38% (yoy). Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral (yoy) Komponen Sektoral 2010** 2011*** 2012*** Andil I II III IV I II III IV I II Tw I Tw II Pertanian 2,90 3,03 4,73 4,86 4,55 3,94 3,58 2,41 2,88 2,14 0,48 0,36 Pertambangan 0,08-1,98-1,39 2,66 0,89-0,37 0,27 1,97 2,65 0,43 1,29 0,21 - Non Migas 9,60 9,64 11,06 8,66 12,89 13,94 13,65 12,62 7,62 6,94 0,16 0,14 Ind. Pengolahan 4,94 5,86 7,78 7,92 7,42 7,42 7,66 5,19 4,97 4,63 0,56 0,53 - Non Migas 6,18 7,24 8,78 8,73 8,91 9,09 8,74 5,88 4,95 5,47 0,88 0,97 Listrik, Gas & Air 3,71 4,89 8,78 4,62 5,46 7,56 9,21 6,73 5,47 3,45 0,01 0,01 Bangunan 9,02 9,34 9,02 7,77 9,99 12,38 13,25 14,04 12,38 14,96 0,46 0,57 Perdagangan 7,97 9,52 10,36 12,22 9,10 9,13 9,61 12,38 12,89 12,82 1,20 1,22 Pengangkutan 7,80 9,30 11,22 8,97 8,91 9,02 9,59 11,12 11,30 10,38 0,36 0,33 Keuangan 8,82 10,15 10,07 9,03 9,58 9,37 9,46 10,22 10,78 15,02 0,16 0,22 Jasa-jasa 7,89 8,75 9,15 7,89 8,04 8,07 8,82 8,92 9,15 9,56 0,49 0,51 Total 2,90 3,77 4,76 5,22 4,04 3,44 3,93 4,63 5,02 3,96 5,02 3,96 Total (Tanpa Migas) 6,01 6,75 7,95 7,84 7,51 7,54 7,64 7,40 7,36 7,50 7,36 7,50 Sumber : BPS Provinsi Riau Ket : (p) prakiraan BI, ***) Data Sangat Sementara, **) data sementara Keterangan : **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah 15

21 indeks % KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional 3.1. Sektor Pertanian Pertumbuhan sektor pertanian Riau pada triwulan II-2012 tercatat tumbuh melambat sebesar 2,14% (yoy). Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian disebabkan oleh tingginya curah hujan selama periode lapoan sehingga mengakibatkan banjir dan mengganggu produksi tanaman perkebunan secara umum. Berdasarkan hasil penelusuran informasi, diketahui bahwa salah satu wilayah yang menerima dampak cukup parah adalah di Kab. Rokan Hulu dimana sekitar produksi tanaman perkebunan menurun 70% dibandingkan dengan bulanbulan sebelumnya. Grafik1.16. Perkembangan Curah Hujan di Provinsi Riau Grafik Perkembangan NTP Tanaman Perkebunan Riau I II III IV I II III IV I II Sumber : USDA NTP (kiri) Sumber : BPS Provinsi Riau yoy (kanan) Sebagaimana diketahui, Kab. Rokan Hulu dengan luas lahan tanaman perkebunan kelapa sawit terbesar dengan kontribusi produksi sebesar 15,72 terhadap total produksi TBS Riau. Disamping itu, menurunnya trend harga CPO dunia berimbas kepada penurunan harga TBS lokal sehingga mengakibatkan penerimaan petani relatif turun. Lebih lanjut, berdasarkan hasil ARAM I diketahui bahwa produksi tanaman pangan terutama padi cenderung lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi ini utamanya disebabkan oleh menurunnya luas lahan panen dari ha menjadi ha atau turun 6,66%. Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral (yoy 16

22 ribu barel/hari KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional Periode Perkembangan Keterangan ATAP ATAP ARAM I Absolut % Absolut % a Luas Panen - Januari - April 1,279 1, (1,329) (72.07) - Mei - Agustus 2,449 1,831 1,709 (618) (25) (122) (6.66) - September - Desember 1,524 2,750 2,417 1, (333) (12.11) - Januari - Desember 5,252 6,425 4,641 1, (1,784) (27.77) b Produkstivitas (ku/ha) - Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember c Produksi (ton) - Januari - April 1,386 1, (1,426) (71.34) - Mei - Agustus 2,762 2,065 1,948 (695) (25) (117) (5.67) - September - Desember 1,682 3,036 2,738 1, (298) (9.82) - Januari - Desember 5,830 7,100 5,259 1, (1,841) (25.93) 3.2. Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan Riau pada triwulan laporan tercatat tumbuh melambat dari 2,65% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 0,43% (yoy) pada triwulan II Kondisi ini diindikasikan tidak terlepas dari faktor usia sumur minyak yang sudah relatif tua serta minimnya penggunaan teknologi modern dalam penggalian sumur minyak tua juga menjadi salah satu hal yang mengakibatkan rendahnya kinerja sektor pertambangan migas di Riau secara umum. Grafik Perkembangan Volume Lifting Minyak Bumi Provinsi Riau 440,00 420,00 400,00 380,00 360,00 340,00 320,00 300,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Departmen ESDM Disamping itu, relatif tingginya curah hujan yang terjadi pada bulan laporan juga telah mengakibatkan proses ekstraksi minyak relatif terganggu. Berdasarkan data yang dihimpun dari 9 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi di 17

23 Kondisi Ekonomi Makro Regional Riau, volume lifting minyak pada triwulan II-2012 mencapai 377,24 ribu barel/hari atau tumbuh 4,71% (yoy). Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, laju pertumbuhan sektor pertambangan mencatat angka yang lebih tinggi yaitu sebesar 6,94% (yoy) namun relatif melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 7,62% (yoy). Berdasarkan hasil survei liasson kepada pelaku usaha, diketahui bahwa kondisi ini utamanya disebabkan oleh terbatasnya produksi batubara sejalan dengan faktor lokasi tambang yang sudah cukup dalam serta relatif tingginya curah hujan yang mengakibatkan produksi tidak optimal Industri Pengolahan Dalam triwulan laporan, sektor industri pengolahan Riau mencatat perlambatan pertumbuhan yakni dari 4,97% (yoy) menjadi 4,63% (yoy). Kondisi ini bersumber dari terbatasnya produksi industri migas yang pada triwulan laporan pertumbuhannya tercatat melambat cukup tajam dari 5,04% pada triwulan sebelumnya menjadi 0,87% (yoy). Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, pertumbuhan sektor industri pengolahan mencatat peningkatan sejalan dengan relatif stabilnya permintaan dan tidak ditemukannya selisih antara penjualan dengan produksi. Peningkatan yang terjadi pada sektor industri dalam triwulan laporan diperkirakan dipengaruhi oleh meningkatnya produksi pada industri pengolahan strategis terutama pulp and paper. Berdasarkan hasil survei liasson kepada pelaku usaha, diketahui bahwa masih terdapat kenaikan produksi sekitar 80% (yoy) yang di dorong oleh masih tingginya kebutuhan di pasar domestik. Disamping itu, berdasarkan informasi dari contact liason di sektor industri karet olahan, diketahui bahwa permintaan karet dunia saat ini masih relatif stabil dan juga beberapa perusahaan penghasil karet telah menjalin kontrak penjualan baru dengan pabrik ban berskala internasional dengan volume kontrak sekitar 400 ton/bulan Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor PHR Riau pada triwulan laporan tumbuh relatif stabil yaitu sebesar 12,82% (yoy). Kondisi ini terkonfirmasi dari relatif stabilnya tingkat hunian hotel (hotel berbintang 3,4,5) di Kota pekanbaru yakni dari 48,96% pada triwulan I

24 unit % KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional menjadi 53,54% pada triwulan laporan. Sementara, tingkat penjualan kendaraan bermotor di Riau masih tumbuh positif meskipun relatif melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ini sejalan dengan adanya menurunnya pendapatan masyarakat dan keyakinan terhadap ekonomi Riau dalam beberapa bulan kedepan. Grafik Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Bintang 3,4,5 Riau 58,00% 56,00% 54,00% 52,00% 50,00% 48,00% 46,72% 46,00% 44,00% 42,00% 40,00% 54,41% 48,12% 56,06% 45,91% 51,33% 44,35% 52,42% 48,96% 53,54% I II III IV I II III IV I II Grafik Perkembangan Penjualan Kendaraan di Riau I II III IV I II III IV I II ,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 - (20,00) Mobil dan Motor yoy (kanan) Sumber : Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumber : Dispenda Provinsi Riau 3.5. Pengangkutan dan Komunikasi Secara umum perkembangan sektor pengangkutan dalam triwulan laporan menunjukkan perlambatan. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi di Riau mencapai 10,38% (yoy), melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2012 (11,30%) namun masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 9,02% (yoy). Salah satu indikator yang mendukung kondisi tersebut adalah relatif tingginya arus kedatangan dan keberangkatan penumpang dan pesawat di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II. Pada triwulan laporan, arus kedatangan penumpang di Bandara SSK II mencapai jiwa, meningkat 10,30% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan triwulan I-2012 yang mencapai 8,91% (yoy). Di sisi lain, jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara SSK II juga relatif tinggi yakni mencapai jiwa atau naik 9,94% (yoy). 19

25 Kondisi Ekonomi Makro Regional Grafik Arus Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang di Bandara SSK II I II III IV I II III IV I II III IV I II datang Sumber : PT. Angkasa Pura II berangkat Grafik 1.22 Arus Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat di Bandara SSK II I II III IV I II III IV I II III IV I II datang berangkat 20

26 Perkembangan Inflasi Daerah Bab 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 1. KONDISI UMUM Sejalan dengan perkiraan sebelumnya, dinamika perkembangan harga di Provinsi Riau 1 pada triwulan II-2012 secara umum menunjukkan peningkatan, namun meningkat lebih tinggi dari perkiraan semula. Peningkatan tersebut utamanya terjadi pada kelompok volatile food, seiring dengan adanya gangguan cuaca. Di sisi lain meskipun nilai rupiah terdepresiasi, namun inflasi core (inti) masih menunjukkan trend menurun. Kondisi ini terjadi karena pengaruh penurunan harga global yang terus berlanjut dan adanya upaya stabilisasi nilai tukar rupiah. 1 Perhitungan inflasi Riau diwakili oleh Kota Pekanbaru dan Kota Dumai dengan bobot masing-masing kota sebesar 82% dan 18% 31

27 Perkembangan Inflasi Daerah 2. INFLASI TRIWULANAN (QTQ) Inflasi Riau pada triwulan II-2012 (qtq) mencapai 1,13%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya (0,43%) maupun inflasi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya (-0,31%). Namun demikian, inflasi Riau pada triwulan laporan tercatat lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi Wilayah Sumatera (1,29%) dan inflasi nasional (1,96%). Kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan harga yang terjadi di Provinsi Riau selama triwulan laporan relatif lebih terjaga bila dibandingkan dengan peningkatan harga pada kota-kota di wilayah Sumatera dan kota-kota di Indonesia lainnya. Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq)riau, Sumatera dan Nasional 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00-1,00-2, P.baru 0,48-0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51-0,30 2,30 1,50 0,66 1,10 Dumai -0,74-0,77 3,52-1,14 0,26 2,60 2,21 3,71-0,25-0,31 2,56 1,08-0,58 1,28 Nasional 0,36-0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 2,25 2,23 2,88 1,76 2,33 1,96 Riau 0,25-0,58 2,04 0,03 0,69 1,89 1,90 2,71 1,18-0,31 2,35 1,43 0,43 1,13 Sumatera -0,49 2,80 0,16 0,91 1,97 2,12 2,62 0,58 0,09 2,74 0,55 0,35 1,29 Sumber : BPS, diolah Berdasarkan kota yang disurvey di Provinsi Riau, inflasi tertinggi terjadi di Kota Dumai yaitu mencapai 1,28%, tercatat mengalami peningkatan yang berarti bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-0,58%) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (-0,31%). Sementara itu, Kota Pekanbaru tercatat mengalami inflasi sebesar 1,10%, juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (0,66%) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (-0,30%). 32

28 Perkembangan Inflasi Daerah Tabel 2.1 Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Selama Triwulan II-2012 di Pekanbaru No. Perubahan April (0,021%) Mei (0,09%) Juni (0,80%) Harga Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%) 1 Cabe Merah 13,86 0,13 Bawang Merah 8,41 0,05 Cabe Merah 36,63 0,44 2 Kontrak Rumah 1,31 0,03 Rokok Kretek Filter 1,02 0,03 Tarif Rumah Sakit 23,15 0,23 3 INFLASI Rokok Kretek Filter 1,02 0,03 Keramik 11,63 0,03 Bawang Merah 18,65 0,13 4 Pisang 7,59 0,03 Mobil 0,80 0,02 Rekreasi 22,61 0,08 5 Teri 5,11 0,03 Surat Kabar Harian 6,71 0,02 Gula Pasir 7,69 0,07 1 Beras -1,44-0,08 Beras -1,22-0,06 Beras -1,17-0,06 2 Serai -5,39-0,05 Cabe Merah -3,30-0,03 Minyak Goreng -3,89-0,05 3 DEFLASI Daging Ayam Ras -3,48-0,04 Emas Perhiasan -0,90-0,02 Kentang -7,16-0,02 4 Bawang Merah -5,71-0,03 Telur Ayam Ras -2,26-0,02 Serai -2,70-0,02 5 Emas Perhiasan -1,19-0,03 Serai -1,52-0,01 Teri -2,41-0,01 Sumber : BPS, diolah Berdasarkan komoditasnya, maka kenaikan harga cabe merah dan bawang merah telah memberikan andil yang besar terhadap meningkatnya inflasi selama triwulan II Kondisi ini diperkirakan tidak terlepas dari gangguan produksi akibat musim penghujan yang mengakibatkan terhambatnya pasokan dari sentra produksi utama seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Di sisi lain komoditas beras secara berturut-turut pada triwulan II-2012 terus menunjukkan penurunan harga. Kondisi ini terjadi sejalan dengan terjaganya pasokan beras di Riau terutama beras Bulog sejak awal triwulan laporan yang mencapai 15 ribu ton dan tersebar diseluruh gudang-gudang beras di Riau. Beras-beras tersebut sebagian merupakan beras impor yang berasal dari India, Vietnam dan Thailand. Selain itu, sejalan dengan rekomendasi dari TPID Riau, Bulog juga telah melakukan penyaluran raskin dari alokasi April pada bulan Maret. Tabel 2.2 Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Selama Triwulan II-2012 di Dumai No. Perubahan April (0,33%) Mei (0,75%) Juni (0,19%) Harga Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%) 1 Bayam 25,05 0,36 Bayam 34,20 0,65 Cabe Merah 42,13 0,42 2 Sewa Rumah 1,57 0,09 Sewa Rumah 1,55 0,09 Jengkol 40,84 0,08 3 INFLASI Cabe Merah 9,96 0,08 Serai 5,27 0,05 Bawang Putih 51,81 0,07 4 Rokok Kretek Filter 1,53 0,06 Bawang Merah 16,41 0,05 Celana Pannjng 7,25 0,04 5 Mobil 1,07 0,03 Kangkung 36,56 0,05 Buku Tulis Bergaris 15,83 0,04 1 Teri -9,89-0,07 Teri -9,08-0,06 Beras -0,82-0,04 2 Serai -6,80-0,06 Cabe Merah -7,45-0,05 Daging yam ras -1,80-0,03 3 DEFLASI Telur Ayam Ras -5,30-0,05 Beras -0,28-0,01 Tongkol -3,40-0,03 4 Tongkol -6,03-0,05 Emas Perhiasan -0,47-0,01 Cabe Rawit -8,50-0,01 5 Perhiasan -1,08-0,02 Tomat Buah -2,22-0,01 Kentang -2,50-0,01 Sumber : BPS, diolah 33

29 Perkembangan Inflasi Daerah 2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Jika dilihat berdasarkan kelompok barang dan jasa, maka terjadi inflasi pada semua kelompok barang dan jasa yang disurvey, kecuali kelompok sandang yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,20%. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan diikuti oleh kelompok bahan makanan. Namun, kelompok bahan makanan tercatat memberikan kontribusi tertinggi dalam pembentukan inflasi Riau, diikuti oleh kelompok makanan jadi. Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Barang dan Jasa secara Triwulanan (qtq) Sumber : BPS, diolah Kelompok Bahan Makanan Pada triwulan laporan kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 1,95%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi 0,02%. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Dumai yaitu mencapai 2,74% sementara Kota Pekanbaru sebesar 1,77%. Inflasi pada kedua kota dimaksud juga tercatat mengalami peningkatan yang berarti bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi. Kelompok bahan makanan juga tercatat memberikan kontribusi tertinggi dalam pembentukan inflasi Riau yaitu mencapai 0,53% pada triwulan II Berdasarkan komoditasnya, kenaikan harga cabe merah dan bawang merah selama triwulan laporan memberikan andil yang besar terhadap meningkatnya inflasi kelompok bahan makanan. Kondisi ini diperkirakan karena adanya gangguan produksi akibat musim penghujan yang mengakibatkan terhambatnya pasokan dari sentra produksi utama seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Sementara untuk komoditas bawang merah, sebagian besar 34

30 *) I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah pasokannya berasal dari Jawab Barat, yang pada triwulan laporan mengalami gangguan cuaca yaitu relatif tingginya curah hujan sehingga mengakibatkan proses panen mengalami kendala. Grafik 2.2. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang Merah di Kota Pekanbaru 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Cabe Merah Bawang Merah (RHS) 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Sumber : Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah Di sisi lain, menurunnya harga komoditas beras dan minyak goreng cukup memberikan andil yang berarti untuk meredam kenaikan inflasi kelompok bahan makanan selama triwulan laporan. Kecukupan stok beras Bulog dan alokasi raskin April pada bulan Maret (rekomendasi TPID Riau) telah memberikan faktor psikologis untuk mencegah kenaikan harga beras, meskipun harga beras dunia menunjukkan peningkatan. Selain itu, stok yang masih tercukupi karena adanya siklus panen di sentra produksi utama beberapa bulan sebelumnya turut memberikan pengaruh terhadap relatif rendahnya tingkat harga beras pada triwulan laporan. Sementara itu, adanya tren penurunan harga CPO telah mendorong harga minyak goreng pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beras Dunia dan Beras di Kota Pekanbaru 600,00 550,00 Harga Beras Dunia (USD/Mt) Mundam (MDAS) Sokan Belida Harga Rata-Rata 500, , , , , I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 I II III IV Sumber : Bloomberg dan Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah 35

31 *) KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO Dunia dan Minyak Goreng di Kota Pekanbaru 1.300, , , ,00 Harga CPO Dunia, USD/Metric Curah (tanpa merek) Migor bermerk Harga Rata-Rata 900, ,00 700,00 600,00 500, Sumber : Bloomberg dan Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 I II III IV Kelompok Makanan Jadi Kelompok makanan jadi pada triwulan II-2012 tercatat mengalami inflasi sebesar 1,06%, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,34%. Kenaikan harga komoditas rokok kretek filter, gula pasir dan rokok putih merupakan faktor pendorong terjadinya inflasi pada kelompok ini di triwulan II Kenaikan harga rokok didorong oleh adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif cukai rokok dari 12,5% menjadi 15%. Sementara itu, informasi anekdotal menunjukkan bahwa peningkatan harga gula pasir didorong oleh gagalnya panen tebu di Jawa Tengah. Grafik 2.5. Perkembangan Harga Gula Pasir di Kota Pekanbaru Harga Dalam Negeri (SHS) Harga Rata-Rata Harga Eks Luar Negeri I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Sumber : Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah 36

32 Perkembangan Inflasi Daerah Kelompok Perumahan Pada triwulan laporan, inflasi kelompok perumahan mengalami penurunan yaitu dari 0,93% pada triwulan I-2012 menjadi 0,72% pada triwulan laporan. Berdasarkan subkelompoknya, maka inflasi tertinggi berasal dari subkelompok biaya tempat tinggal yang tercatat sebesar 1,08%, diikuti oleh subkelompok penyelenggaraan rumah tangga yaitu sebesar 0,91%. Di sisi lain, subkelompok bahan bakar, penerangan dan air mengalami deflasi sebesar 0,01% yang berasal dari penurunan harga pertamax. Deflasi pada subkelompok ini telah mendorong terjadinya penurunan pada kelompok perumahan. Dilihat dari kontribusinya, pada triwulan laporan subkelompok biaya tempat tinggal juga memberikan andil tertinggi dalam mendorong terjadinya inflasi kelompok perumahan diikuti oleh subkelompok penyelenggaraan rumah tangga. Berdasarkan komoditasnya, maka andil tertinggi dalam mendorong inflasi kelompok perumahan berasal dari kenaikan kontrak rumah, keramik dan semen. Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan Biaya Tempat Tinggal Perlengkapan Rumahtangga Bahan Bakar, Penerangan dan Air Penyelenggaraan Rumahtangga (0,00) - 0,02 0,13 Sumber : Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah Inflasi Kelompok Sandang Kelompok sandang merupakan satu-satunya kelompok barang/jasa yang mengalami deflasi pada triwulan laporan yaitu sebesar 0,20% setelah mengalami inflasi sebesar 1,49% pada triwulan sebelumnya. Masih berlanjutnya penurunan harga emas dunia telah mendorong menurunnya harga jual emas perhiasan di Riau pada triwulan laporan. Menurunnya harga 37

33 *) KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah emas dunia diperkirakan merupakan dampak dari adanya penukaran emas ke minyak dari Iran oleh China sebagai negara pemilik cadangan emas terbesar di dunia. Namun demikian, pada akhir triwulan laporan, harga emas dunia sudah mulai menunjukkan peningkatan ,00 Grafik 2.7. Perkembangan Harga Emas Dunia 1.800,00 Harga Emas Dunia (USD/OZ) 1.600, , , ,00 800,00 Sumber : Bloomberg, diolah Inflasi kelompok Kesehatan Pada triwulan laporan, kelompok kesehatan mengalami inflasi yang berarti yaitu dari 0,56% pada triwulan I-2012 menjadi 3,69% pada triwulan laporan. Satu-satunya yang menyebabkan kenaikan inflasi pada kelompok ini adalah adanya peningkatan tarif rumah sakit pada akhir triwulan laporan yaitu pada bulan Juni. Pada tahun 2011 yang lalu tarif rumah sakit juga menunjukkan peningkatan. Sementara itu harga dari barang dan jasa lainnya dari kelompok kesehatan tercatat relatif stabil Inflasi Kelompok Pendidikan Kelompok pendidikan pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 1,33%, dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,24%. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, maka kenaikan biaya rekreasi, harga surat kabar harian dan harga buku tulir bergaris menjadi faktor pendorong kenaikan inflasi kelompok pendidikan pada triwulan laporan. Peningkatan ini tidak terlepas dari faktor musiman masa liburan sekolah yang memicu tingginya kegiatan rekreasi di Kota Pekanbaru dan adanya persiapan memasuki tahun ajaran baru sehingga sudah mulai mendorong peningkatan harga beberapa peralatan sekolah. 38

34 Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi kelompok Transportasi Inflasi kelompopk transportasi pada triwulan laporan relatif stabil yaitu sebesar 0,23%. Hampir semua subkelompok mengalami inflasi kecuali subkelompok komunikasi dan pengiriman yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,02%. Berdasarkan komoditasnya, maka peningkatan harga hanya terjadi pada mobil, sepeda motor, service, dan pelumas/oli, selain komoditas tersebut harga-harga pada kelompok transportasi tercatat stabil. 3. INFLASI TAHUNAN (YOY) Pada triwulan laporan, inflasi tahunan (yoy) 2 Riau mencapai 5,44%, meningkat dibandingkan dengan inflasi pada triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 3,94%. Inflasi pada triwulan laporan juga tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi triwulan II dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir. Peningkatan harga komoditas pangan terutama cabe merah dan beras menjadi faktor pendorong meningkatnya laju inflasi pada triwulan laporan. Inflasi pada Provinsi Riau tercatat lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi wilayah Sumatera yang tercatat sebesar 4,99% maupun inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,53%. Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Riau, Sumatera dan Nasional secara Tahunan (yoy) Inflasi Tw I-12 (yoy) Inflasi Tw II-12 (yoy) Rata-rata tw II-12 selama (yoy) 3,97 4,53 4,75 3,94 5,44 4,60 Nasional Riau 4,99 4,82 3,75 Sumatera Sumber : BPS, diolah 2 yoy (year on year) atau inflasi tahunan merupakan perbanndingan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan laporan dengan IHK di bulan yang sama tahun sebelumnya 39

35 Perkembangan Inflasi Daerah Berdasarkan kota yang disurvey, maka inflasi tertinggi terjadi di Kota Pekanbaru yaitu sebesar 5,67%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,20%, maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61%. Sementara itu, inflasi Kota Dumai mencapai 4,38%, juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,75%. Namun, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,42%. Grafik 2.9 Perkembangan Pekanbaru dan Dumai secara Tahunan (yoy) 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0, Dumai 10,16 2,74 3,22 0,80 1,81 5,27 3,94 9,05 8,49 5,42 5,78 3,10 2,75 4,38 Riau 7,67 3,50 2,39 1,73 2,18 4,71 4,57 7,37 7,90 5,57 6,04 4,72 3,94 5,44 P.baru 6,99 3,68 2,20 1,94 2,26 4,58 4,72 7,00 7,76 5,61 6,10 5,09 4,20 5,67 Sumber : BPS, diolah Peningkatan harga di Kota Pekanbaru berasal dari kenaikan harga cabe merah, rokok kretek filter, dan beras. Namun, penurunan harga mujair, serai, kelapa, daging ayam ras dan bawang putih merupakan komoditas yang meredam inflasi berada pada tingkat yang lebih tinggi. Sementara, kenaikan harga di Kota Dumai didorong oleh adanya peningkatan harga bayam, beras, dan sewa rumah. Beberapa komoditas yang meredam tingkat inflasi Dumai berada pada tingkat yang lebih tinggi antara lain teri, udang basah, bawang merah, telepon selular dan bawang putih. Tabel 2.4. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Selama Triwulan II-2012 (yoy) No. Perubahan Pekanbaru Tw II-2012 (5,67%) Dumai Tw II-2012 (4,38%) Harga Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%) 1 Cabe Merah 155,06 1,85 Bayam 38,53 0,60 2 Rokok Kretek Filter 13,61 0,45 Beras 9,28 0,48 3 INFLASI Beras 7,05 0,37 Sewa Rumah 7,36 0,42 4 Kontrak Rumah 11,84 0,31 Emas Perhiasan 19,78 0,36 5 Emas Perhiasan 10,60 0,23 Nasi 8,70 0,26 1 Mujair -15,96-0,09 Teri -24,25-0,16 2 Serai -5,61-0,05 Udang Basah -15,80-0,11 3 DEFLASI Kelapa -9,65-0,04 Bawang Merah -17,49-0,06 4 Daging Ayam Ras -2,01-0,02 Telepon Selular -5,23-0,05 5 Bawang Putih -7,00-0,02 Bawang Putih -21,43-0,03 Sumber : BPS, diolah 40

36 Perkembangan Inflasi Daerah 3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa Berdasarkan kelompok barang dan jasa, pada triwulan laporan terjadi inflasi pada semua kelompok barang dan jasa yang disurvey. Kelompok pendidikan tercatat mengalami inflasi tertinggi yaitu mencapai 8,25%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,90%) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (5,93%). Namun, Jika dilihat dari kontribusinya, inflasi pada kelompok bahan makanan memberikan andil tertinggi dalam pembentukan inflasi Riau pada triwulan II Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi kelompok Barang dan Jasa Triwulan II-2012 (yoy) II-11 I-12 II-12 Kelompok Inflasi Inflasi Kontribusi Inflasi Kontribusi Pbr Dumai Riau Pbr Dumai Riau Pbr Dumai Riau Pbr Dumai Riau Pbr Dumai Riau Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi UMUM Sumber : BPS, diolah Inflasi Kelompok Bahan Makanan Pada triwulan laporan, kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 7,49% meningkat cukup berarti dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (1,28%). Berdasarkan kota yang disurvey maka inflasi tertinggi terjadi di Kota Pekanbaru yaitu mencapai 8,01% diikuti inflasi Kota Dumai yaitu sebesar 5,19%. Peningkatan harga pada subkelompok bumbu-bumbuan tercatat memberikan andil tertinggi dalam pembentukan inflasi kelompok bahan makanan yang berasal dari kenaikan harga cabe merah dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir. Selanjutnya diikuti oleh peningkatan pada subkelompok padi-padian, umbi dan hasilnya yang berasal dari peningkatan harga beras, yang didorong oleh peningkatan harga beras dunia. 41

37 Perkembangan Inflasi Daerah Grafik Perkembangan Inflasi subkelompok Bahan Makanan Triwulan II-2012 (yoy) 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00-5,00 Inflasi Kontribusi (RHS) 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00-0,20 Sumber : BPS, diolah Inflasi Kelompok Makanan Jadi Kelompok makanan jadi pada triwulan II-2012 tercatat mengalami inflasi sebesar 6,73%, relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,72%. Subkelompok tembakau dan minuman berakohol tercatat mengalami inflasi tertinggi yang juga memberikan sumbangan tertinggi dalam pembentukan inflasi kelompok makanan jadi pada triwulan laporan. Peningkatan subkelompok ini didorong oleh meningkatnya tarif cukai rokok pada tahun Grafik Perkembangan Inflasi subkelompok Bahan Makanan Triwulan II-2012 (yoy) 11,60 4,72 6,41 0,68 0,22 0,54 Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol Inflasi Kontribusi Sumber : BPS, diolah 42

38 Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi Kelompok Perumahan Selanjutnya, kelompok perumahan pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 3,53%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan saebelumnya (3,45%). Namun, masih lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 4,92%. Dilihat dari subkelompoknya, maka inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok biaya tempat tinggal (5,19%) diikuti oleh subkelompok penyelenggaraan rumah tangga (3,58%). Kondisi ini juga sejalan dengan kontribusinya dalam pembentukan inflasi dimana subkelompok biaya tempat tinggal dan subkelompok penyelenggraan rumah tangga juga memberikan sumbangn tertinggi. Meningkatnya biaya kontrak rumah dan sewa rumah menjadi faktor pendorong terjadinya inflasi selama triwulan laporan Inflasi Kelompok Sandang Inflasi yang terjadi pada kelompok sandang pada triwulan laporan tercatat sebesar 6,03% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (8,22%), maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (7,62%). Kondisi ini didorong oleh lebih tingginya peningkatan harga emas dunia pada tahun 2011 yang lalu daripada tahun Grafik Perkembangan Pertumbuhan Harga Emas Dunia (yoy) 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 yoy *) Sumber : Bloomberg, diolah 43

39 Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi Kelompok Kesehatan Inflasi kelompok kesehatan pada triwulan laporan juga tercatat sebesar 4,90% lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,40%), maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (7,65%). Subkelompok jasa kesehatan tercatat memberikan inflasi tertinggi dan kontribusi tertinggi terhadap inflasi kelompok kesehatan. Peningkatan tarif rumah sakit merupakan faktor yang paling mendominasi inflasi pada triwulan laporan. Namun, peningkatan pada tarif rumah sakit pada tahun 2011 yang lalu lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan pada tahun Inflasi kelompok Pendidikan Kelompok pendidikan pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi tertinggi dibandingkan dengan kelompok barang dan jasa lainnya yaitu mencapai 8,25%. Namun, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,90%) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (5,93%). Inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok rekreasi (13,91%), namun kontribusi tertinggi berasal dari peningkatan pada subkelompok pendidikan. Berdasarkan komoditasnya, maka kontribusi tertinggi berasal dari peningkatan biaya rekreasi, biaya sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan SLTA. Kondisi ini sejalan dengan memasuki musim Tahun Ajaran Baru dan libur sekolah Inflasi kelompok Transportasi Inflasi kelompok barang dan jasa terendah pada triwulan laporan terjadi pada kelompok transportasi yang tercatat sebesar 1,74%. Inflasi pada kelompok ini juga tercatat mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (1,89%) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (2,20%). Subkelompok sarana dan penunjang transpor tercatat mengalami inflasi tertinggi (6,36%), namun demikian kontribusi tertinggi berasal dari subkelompok transpor. Berdasarkan komoditasnya, maka inflasi pada triwulan laporan berasal dari peningkatan biaya angkutan udara, angkutan antar kota, mobil dan sepeda motor. Di sisi lain, penurunan harga terjadi pada harga 44

40 Perkembangan Inflasi Daerah telepon selular, seiring dengan semakin beragam dan menjamurnya jenis-jenis telepon selular yang diproduksi. 4. DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan disagregasi inflasi, secara tahunan (yoy) inflasi tertinggi terjadi pada kelompok volatile food (VF) yaitu mencapai 7,53%, meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan inflasi kelompok ini berasal dari kenaikan harga cabe merah dan beras. Secara triwulanan (qtq), kelompok volatile food juga tercatat mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 1,65%, yang berasal dari peningkatan harga cabe merah dan bawang merah. Peranan kelompok VF juga menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sejalan dengan kenaikan harga pangan domestik. Grafik Perkembangan Disagregasi Inflasi secara Tahunan (yoy) 25,00 Core VF AP 20,00 15,00 10,00 5,00 0, , Sumber : BPS, diolah 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00-2,00 AP VF Core Selanjutnya, sejalan dengan menurunnya tingkat ekspektasi pada akhir triwulan laporan, maka secara tahunan inflasi kelompok core (inti) juga mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya sebelumnya yaitu menjadi menjadi sebesar 4,99%. Menurunnya tingkat inflasi core pada triwulan laporan disebabkan relatif menurunnya pertumbuhan harga emas dunia dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Bahkan jika dilihat secara triwulanan, harga emas dunia tercatat mengalami pertumbuhan negatif. Hal ini juga menjadi faktor pendorong relatif menurunnya inflasi kelompok core dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 1,33% menjadi 0,95%. Secara tahunan, peranan kelompok core masih mendominasi. 45

41 % KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah Namun jika dilihat secara triwulanan dominasi kelompok ini telah menunjukkan penurunan yang berarti. Grafik Pertumbuhan Harga Emas Dunia secara Tahunan (yoy) dan Triwulanan (qtq) 50,00 45,00 40,00 35,00 yoy 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0, *) Sumber : Bloomberg, diolah 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00-5,00-10,00 qtq Inflasi kelompok administered price (AP) pada triwulan laporan (yoy) juga tercatat mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu dari 2,74% menjadi masing-masing sebesar 3,72% dan 4,62%. Selanjutnya, secara triwulanan perkembangan inflasi kelompok AP juga masih terus menunjukkan trend penurunan yang sudah dimulai sejak triwulan III-2011 yang lalu. Relatif rendahnya inflasi kelompok AP didorong oleh minimnya kebijakan pemerintah yang berdampak pada peningkatan harga. Inflasi yang terjadi pada kelompok AP utamanya berasal dari peningkatan harga rokok yang didorong oleh kenaikan cukai rokok. Secara tahunan, peranan kelompok AP masih cenderung stabil, namun jika dilihat secara triwulanan, peranan kelompok AP cenderung menurun, bahkan memberikan sumbangan negatif pada triwulan laporan. Grafik Perkembangan Disagregasi Inflasi Secara Triwulanan (qtq) 10,00 Core VF AP 8,00 6,00 4,00 2,00 0, , ,00-6,00 Sumber : BPS, diolah 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00-0,50-1,00-1,50 AP VF Core

42 Boks 1 PENINGKATAN POPULASI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT RIAU SEBAGAI PELUANG EKSPANSI PERBANKAN DI RIAU Perekonomian selalu dikaitkan dengan perubahan terhadap kesejahteraan masyarakat. Menggeliatnya ekonomi suatu negara atau provinsi merupakan signal dari akan semakin membaiknya kesejahteraan masyarakat. Masyakarat yang secara ekonomi membaik maka akan memiliki daya beli atau purchasing power untuk memenuhi kebutuhan, termasuk makan-minum, pendidikan, kesehatan, hiburan dan lain sebagainya. Pemenuhan kebutuhan tersebut mencerminkan semakin membaiknya tingkat kesejahteraan seseorang dan masyarakat. Oleh karenanya, pembangunan ekonomi (economic development) sangatlah penting terutama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Nasional, PDRB Sumatera dan Provinsi Riau NO PROVINSI Tahun (yoy,%) ** 2009** 2010*** 2011*** 1 PROVINSI RIAU - DENGAN MIGAS 5,41 5,15 3,41 5,65 2,97 4,17 5,01 - TANPA MIGAS 8,54 8,66 8,25 8,06 6,56 7,16 7,63 2 SUMATERA - DENGAN MIGAS 3,57 5,26 4,96 4,98 3,50 5,49 6,00 - TANPA MIGAS 5,77 7,00 6,96 5,95 4,39 5,51 5,71 3 INDONESIA - DENGAN MIGAS 5,69 5,50 6,28 6,06 4,50 6,10 6,50 - TANPA MIGAS 6,57 6,11 6,87 6,52 4,90 6,60 6,90 Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Riau ** (data sementara), ***(data sangatsementara) Dalam kerangka pertumbuhan ekonomi, Indonesia dipengaruhi oleh kinerja ekonomi dari seluruh daerah di Indonesia. Membaiknyaekonomidaerahpadasaatinitelah menyebabkan ekonomi Indonesia tumbuh pada kisaran 4,5-6,5% (dengan migas). Relatif tingginya pertumbuhan ekonomi nasional atau produk domestik bruto (PDB) tidak terlepas dari sumbangan ekonomi Sumatera dan khususnya provinsi Riau. Apabila ekonomi Indonesia tidak memperhitungkan sektor minyak dan gas (migas) maka pertumbuhan provinsi Riau yang relatif tinggi, yaitu dalam kisaran 6,5% sd. 8,66%

43 turut memberikan kontribusi atas tingginya pertumbuhan PDB nasional dalam kisaran 4,5% s.d 6,5% (lihat tabel 1). Kuatnya pertumbuhan ekonomi provinsi Riau telah mendorong provinsi Riau menjadi kekuatan nomor lima dalam ekonomi nasional (lihat tabel 2). Tabel 2. Persentase PDRB Terhadap PDB (hargaberlaku) No Wilayah DKI Jakarta 16,0 15,8 16,3 16,3 16,1 2 Jawa Timur 15,1 14,5 14,8 14,7 14,5 3 Jawa Barat 14,9 14,8 14,8 14,6 14,6 4 Jawa Tengah 8,8 8,6 8,6 8,4 8,4 5 Riau 5,9 6,5 6,4 6,5 6,1 6 Kalimantan Timur 6,3 7,4 6,1 6,1 5,7 7 Sumatera Utara 5,1 5,0 5,1 5,2 4,6 8 Banten 3,0 3,3 3,3 3,2 3,2 9 Sumatera Selatan 3,1 3,1 3,0 3,0 3,0 10 Sulawesi Selatan 2,0 2,0 2,2 2,2 2,2 Wilayah lain 19,7 19,0 19,6 19,8 19,8 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber : BPS Nasional (diolah) Pembahasan terkait dengan economic development di provinsi Riau adalah bagaimana pesatnya pertumbuhan ekonomi provinsi Riau berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat.apakah yang dimaksud dengan economic development?. Dalam pandangan ekonomi tradisional, development is meant the capacity of a national economy to generate and sustain an annual increase in its gross national product at significant rates (Tri Widodo, 2012). Atau dengan kata lain Gross National Product (GNP) per capita or Gross Domestic Product (GDP) per capita. For example, World Bank (2009) defines:low income countries: <935; Middle income countries: ,455; and High income countries: 11,456. Meanwhile, ssocial indicators gains in literacy, schooling, health conditions and services and provision of housing, etc. Analisis economic development akan sangat berguna bagi kalangan usaha termasuk jasa perbankan untuk dapat menangkap peluang melakukan aktifitas usahanya di provinsi Riau terutama meningkatkan peranan perbankan dalam financial inclusion bagi masyarakat yang selama ini belum memanfaatkan jasa pelayanan perbankan Secara singkat dapat jabarkan bahwa sebagai salah satu daerah yang ekonominya sedang berkembang, provinsi Riau memiliki karakteristik sangat unik. Keunikan ekonomi provinsi Riau adalah kontribusi utama ekonomi berasal dari tiga sektor, yaitu sektor pertanian/perkebunan, sektor pertambangan, dan sektor industri. Ketiga sektor tersebut telah memberikan kontribusi sekitar 70%. Adapun salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar tehadap ekonomi provinsi Riau adalah aktifitas

44 ekonomi pada sektor pertanian/perkebunan, khususnya perkebunan sawit, kelapa dan karet. Luas perkebunan di provinsi Riau mencapai 3,2 juta hektar (lihat tabel 3). Areal perkebunan terluas adalah kebun kelapa sawit, diikuti oleh kelapa dan karet. Besarnya luas perkebunan di Riau telah menyebabkan penyerapan tenaga kerja sangat besar. Bahkan tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian/perkebunan mencapai 44,8% (tabel 4) dari total tenaga kerja se provinsi Riau atau sebanyak 1,75 juta orang. Sedemikian besar kemampuan daya serap subsektor perkebunan terhadap tenaga kerja sehingga perkebunan merupakan buffer bagi tersedianya lapangan pekerjaan di provinsi Riau. Tabel 3. Luas Areal Perkebunan di Provinsi Riau No Komoditi Luas Tanaman (Ha) Kelapa sawit Kelapa , , , n.a 3 Karet , , , n.a 4 Sagu , , , n.a 5 Kakao 5.586, , , n.a 6 Kopi , , , n.a 7 Gambir n.a Total n.a Sumber : Dinas perkebunan Provinsi Riau (2012) Tabel 4. Persentase Tenaga Kerja per Sektoral di Provinsi Riau Lapangan Pekerjaan Feb-07 Feb-08 Feb-09 Feb-10 Feb-11 Feb-12 Utama (%) (%) (%) (%) (%) (%) Pertanian (kanan) 51,50 46,70 46,70 48,82 43,65 44,80 Pertambangan 2,80 2,90 2,90 2,21 1,16 1,11 Industri 4,00 5,40 5,40 6,47 6,14 5,99 Listrik, Gas & Air 0,40 0,20 0,20 0,22 0,21 0,26 Bangunan 6,20 5,90 5,90 5,14 4,03 3,87 Perdagangan 15,80 17,20 17,20 17,48 21,21 21,51 Angkutan & Perdagang 7,20 5,90 5,90 5,82 4,41 3,98 Keuangan & Jasa Peru 1,00 1,40 1,40 0,85 2,42 2,69 Jasa Kemasyarakatan 11,10 14,30 14,30 12,99 16,77 15,80 Total Penduduk 15+ (Jiwa) Sumber : BPS Provinsi Riau (diolah) Meningkatnya areal perkebunan yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar merupakan konsekuensi dari tingginya permintaan atas produk perkebunan. Permintaan dalam negeri dan ekspor untuk komoditas hasil kelapa sawit, kelapa, dan karet dalam beberapa tahun terakhir sangat besar. Besarnya permintaan

45 tersebut telah mengakibatkan harga jual dari ketiga komoditas tersebut meningkat. Implikasinya adalah terhadap peningkatan kesejahteraan petani berupa kenaikan pendapatan, sebagaimana yang ditunjukkan oleh naiknya nilai tukar petani 1 (grafik 3) NTP Grafik 2. Nilai Tukar petani di Provinsi Riau Meningkatnya pendapatan petani telah mendorong pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di provinsi Riau. Salah satu indikatornya adalah turunnya angka Gini Ratio 2, yang mencerminkan bahwa kue ekonomi di provinsi Riau juga telah dinikmati oleh masyarakat berpendapatan menengah dan rendah, atau dapat dinyatakan bahwa distribusi pendapatan masyarakat di Riau semakin menyempit. Angka gini ratio di provinsi Riau pada tahun terakhir menunjukkan angka 0,306 (2008), lebioh rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,322 (2007) Di sisi lain, membaiknya kesejahteraan dari sisi ekonomi juga diikuti dengan kesejahteraan secara menyeluruh. Hal ini ditunjukkan oleh angka Indeks Pembangunan Manusia provinsi Riau yang terus meningkat (Lihat tabel 5) Tabel 5. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi IPM Ranking IPM Ranking IPM Ranking Sumber : BPS nasional 31. DKI Jakarta 77, , , Sulawesi Utara 75, , , Riau 75, , , Yogyakarta 74, , , Kalimantan Timur 74, , , Kepulauan Riau 74, , , Kalimantan Tengah 73, , , Sumatera Utara 73, , , Sumatera Barat 72, , , Sumatera Selatan 72, , ,95 10 Indonesia 71,17 71,76 72,27 1 Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu ukuran pendapatan petani yang dihitung dari selisih antara indeks yang diterima oleh petani dikurangi dibayar oleh petani (untuk kegiatan operasional bertani dan konsumsi seharihari) 2 Gini ratio adalah ukuran disparitas kue ekonomi yang dapat dinikmati oleh masyarakat berpendapatan tinggi, menengah, dan bawah. Semakin kecil (mendekati nol) maka disparitas antara kelompok pendapatan tinggi dan pendapatan rendah menyempit dan sebaliknya.

46 Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di provinsi Riau, terutama pada masyarakat petani merupakan peluang bagi berkembangkan aktifitas ekonomi. Perbankan merupakan salah satu sektor yang secara alamiah dikatakan sebagai follows the economic activity juga telah menerima manfaat dari semakin besarnya kegiatan ekonomi di provinsi Riau. Pesatnya aktifitas perbakan di Riau tercermin dari jaringan kantor bank terus meningkat, penghimpunan dana dan penyaluran kredit yang besar. Sementara kualitas kredit relatif masih baik. Indikator-indiaktor perkembangan perbankan di provinsi Riau dapat ditemui dalam analisis Perkembangan Perbankan.

47 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH 1. Kondisi Umum Kegiatan usaha perbankan di Provinsi Riau pada triwulan II-2012 secara umum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan seiring dengan bertumbuhnya perekonomian Riau. Perkembangan indikator utama perbankan terus menunjukkan peningkatan seperti jaringan kantor, aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit. Di sisi risiko, rasio kredit bermasalah yang dialami perbankan pada triwulan laporan relatif terjaga meskipun mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. 27

48 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah 2. Perkembangan Perbankan Riau Perkembangan kondisi perbankan di Provinsi Riau pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan. Total aset perbankan Riau pada triwulan laporan mencapai Rp69,84 triliun atau naik sebesar 3,56% (qtq). Kenaikan aset perbankan tersebut utamanya berasal dari meningkatnya jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun yakni dari Rp49,16 triliun menjadi Rp51,01 triliun atau naik 3,75% (qtq).sejalan dengan meningkatnya penghimpunan DPK, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan Riau juga menunjukkan kenaikan, yakni dari Rp38,07 triliun menjadi Rp40,99 triliun atau naik 7,68% (qtq). Lebih tingginya kenaikan kredit dibandingkan DPK pada triwulan II-2012 telah mendorong Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Riau meningkat, yakni dari 77,43% menjadi 80,37%. Tingkat kredit bermasalah (NPL gross) perbankan di Riau pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,49%, atau relatif lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,36%. Meskipun meningkat, tingkat NPL yang tercatat pada triwulan laporan masih berada di bawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 5%. Sementara, berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan mencapai Rp54,19 triliun atau meningkat 5,29% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dengan kondisi tersebut, LDR perbankan Riau berdasarkan lokasi proyek tercatat lebih tinggi yaitu sebesar 106,28%. Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Riau (dalam Rp Juta) Indikator I II yoy qtq Jumlah Bank Bank Umum BPR Jaringan Kantor Aset ,17 3,56 Kredit ,23 7,68 Kredit Lokasi Proyek ,05 5,29 Dana Pihak Ketiga ,60 3,75 LDR 80,55% 77,43% 80,37% LDR (lokasi proyek) 112,13% 104,70% 106,25% NPL 2,05% 2,36% 2,49% Pertumbuhan Tw II-2012 (%) \ 28

49 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah 3. Perkembangan Bank Umum 3.1. Perkembangan Jaringan Kantor Tabel 3.2. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Umum di Riau Triwulan II-2012 Keterangan Periode Tw I-12 Tw II Jumlah Bank Pemerintah Swasta Asing Syariah Unit Usaha Syariah Kantor Pusat Kantor Cabang Pemerintah Swasta Asing Kantor Cab.Pembantu Kantor Kas Lainnya *) Jumlah *) Kantor Wilayah, Payment point, Kantor Fungsional, Kantor Layanan Syariah, Gerai, Kas Mobil Jumlah jaringan kantor bank umum di Riau pada triwulan laporan mengalami kenaikan sebanyak 10 kantor, sehingga menjad 634 kantor. Penambahan jaringan kantor tersebut terjadi pada jumlah kantor cabang (1 unit), kantor cabang pembantu (6 unit) dan lainnya (3 unit). Sementara itu, pada tingkat kabupaten/kota, penyebaran jaringan kantor bank umum masih terpusat di Kota Pekanbaru dengan jumlah mencapai 236 jaringan diikuti oleh Kabupaten Indragiri Hilir dan Kampar. Namun, perbankan juga sudah mulai melihat potensi ekonomi pada kabupaten/kota lain di Provinsi Riau sebagaimana tercermin dari banyaknya jumlah kantor bank di wilayah lain. Tabel 3.3. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Umum Menurut Kab./Kota di Riau Triwulan II-2012 No. Kab./Kota Jumlah Kantor Bank Umum di Kabupaten/Kota KP Kanwil KC KCP KK Lainnya Total 1 Pekanbaru Bengkalis Dumai Indragiri Hulu Indragiri Hilir Kampar Kuantan Singingi Pelalawan Rokan Hulu Rokan Hilir Siak Meranti Total

50 Rp triliun yoy, % KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah 3.2. Perkembangan Aset Aset bank umum di Riau pada triwulan II-2012 tercatat sebesar Rp68,83 triliun atau meningkat sebesar 3,53% dibandingkan dengan triwulan I Secara tahunan, pertumbuhan aset bank umum Riau juga tetap menunjukkan perkembangan yang positif dimana tumbuh sebesar 18,13%, meskipun tumbuh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 22,07%. Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Grafik 3.2. Pangsa Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 - II III IV I II III IV I II III IV I II 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00-100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% II III IV I II III IV I II III IV I II Aset (kiri) Pertumbuhan (kanan) Pemerintah Swasta Berdasarkan kelompoknya, komposisi aset bank umum di Riau tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Aset bank milik pemerintah masih memiliki pangsa terbesar dengan angka mencapai Rp49,60 triliun atau sekitar 70% terhadap total aset bank umum di Riau Kredit Perkembangan Penyaluran Kredit Pada triwulan II-2012, kredit yang disalurkan bank umum di Riau mencapai Rp40,30 triliun, atau meningkat sebesar 7,72% (qtq). Secara tahunan, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 25,28% atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 24,28%. Menurut jenis kelompok bank, komposisi penyaluran kredit bank umum di Riau masih didominasi oleh kelompok bank milik pemerintah dengan nilai mencapai 30

51 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Rp25,79 triliun, sedangkan pada kelompok bank milik swasta nilainya mencapai Rp14,51 triliun. Sementara itu, dari sisi jenis valuta, lebih dari 90% kredit yang disalurkan oleh bank umum di Riau utamanya berupa mata uang Rupiah dengan nilai nominal sebesar Rp38,73 triliun (Tabel 3.4). Tabel 3.4. Posisi Kredit Bank Umum Di Provinsi Riau (dalam Rp juta) Keterangan II III IV I II A. Kelompok Bank 1. Bank Pemerintah 20,855,994 21,700,994 23,295,168 24,077,457 25,791, Bank Swasta 11,314,434 11,922,179 12,787,764 13,337,413 14,511,924 B. V a l u t a 1. Rupiah 31,034,189 32,370,192 34,748,115 35,966,424 38,734, Valas 1,136,238 1,252,981 1,334,816 1,448,445 1,569,115 T o t a l 32,170,427 33,623,173 36,082,931 37,414,869 40,303, Konsentrasi Kredit Menurut jenis penggunaan, penyaluran kredit produktif yang terdiri dari Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) masih tetap mendominasi dengan pangsa mencapai 63,38% dari total kredit yang disalurkan dan mengalami pertumbuhan tahunan yang meningkat yakni dari 23,62% menjadi 25,94%. Secara spesifik, penyaluran Kredit Modal Kerja (KMK) pada triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp14,24 triliun atau secara tahunan tumbuh sebesar 24,47%. Sementara itu, KI yang disalurkan bank umum di Riau pada triwulan II-2012 mencapai Rp11,29 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 27,84% (yoy). Hal tersebut diperkirakan tidak terlepas dari pesatnya pembangunan berbagai infrastruktur pendukung PON ke-18 yang akan dilaksanakan pada bulan September 2012 serta masih prospektifnya perekonomian Riau sehingga mampu mendorong peningkatan investasi yang dibiayai dari kredit.di sisi lain, penyaluran kredit konsumsi (KK) oleh bank umum pada triwulan laporan mencapai Rp14,76 triliun. Secara tahunan, KK mencatat pertumbuhan sebesar 24,16% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 24,28%. 31

52 yoy,% KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Grafik 3.3. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan Grafik 3.4. Pertumbuhan (yoy,%) Kredit Menurut Jenis Penggunaan 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 36,6% 28,0% 35,3% I II III IV I II III IV I II II III IV I II III IV I II III IV I II Modal Kerja Investasi Konsumsi Pertumb. MK Pertumb. Kons Pertumb. Inv Total Berdasarkan sektor usaha yang dibiayai, konsentrasi penyaluran kredit bank umum di Riau utamanya masih ditujukan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai kredit mencapai Rp8,79 triliun atau porsinya sekitar 21,81% terhadap total kredit pada triwulan II Kredit yang disalurkan sebagian besar tertuju pada sub sektor perdagangan eceran keliling dan perdagangan yang didominasi makanan, minuman dan tembakau dengan nilai masing-masing sebesar Rp1,25 triliun dan Rp1,13 triliun. sebesar 5,70% (yoy). Sementara, pertumbuhan kredit perdagangan yang didominasi makanan, minuman dan tembakau ini mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi yakni sebesar 30,80% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan yang relatif baik. Sektor ekonomi lain yang tercatat menyerap kredit cukup besar adalah sektor pertanian, dimana sebagian besar kredit diserap oleh sub sektor kelapa sawit seiring dengan peran kelapa sawit sebagai komoditas primadona di Provinsi Riau. 32

53 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Tabel 3.5. Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Riau (Rp juta) No. Sektor Ekonomi I II III IV I II 1 Pertanian 5,129,220 5,200,799 5,207,971 6,662,578 6,936,742 7,548,586 2 Pertambangan 176, , , , , ,149 3 Perindustrian 1,573,092 1,623,518 1,654,884 1,763,623 1,758,769 1,870,186 4 Listrik, Gas dan Air 62,997 70,069 77, , , ,605 5 Konstruksi 953, ,813 1,076, , , ,907 6 Perdag., Resto. & Hotel 6,207,599 6,600,950 6,924,963 7,798,914 7,935,746 8,792,084 7 Pengangkutan, Pergud. 703, ,131 1,110,787 1,109,161 1,191,996 1,361,472 8 Jasa-jasa 2,612,464 2,807,117 2,863,246 3,065,079 3,070,879 3,366,105 9 Lain-lain 12,687,496 13,733,357 14,363,596 14,241,524 15,272,958 16,032,076 Jumlah 30,105,869 32,170,427 33,623,173 36,082,932 37,414,869 40,303,169 Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan ke sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 49,10% dengan nilai nominal mencapai Rp1,36 triliun. Relatif tingginya pertumbuhan pada kredit ke sektor tersebut utamanya didorong oleh peningkatan penyaluran kredit ke sub sektor angkutan jalan untuk barang yang tercatat meningkat sebesar 63,64% (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini diindikasikan tidak terlepas dari tingginya frekuensi aktivitas perdagangan lintas batas antar provinsi seperti halnya kebutuhan bahan pangan pokok serta bahan bangunan mengingat kondisi Riau yang memiliki ketergantungan cukup besar dari wilayah lain. Tabel 3.6. Distribusi Penyaluran Kredit Lokasi Proyek Per Dati II di Provinsi Riau (Rp juta) No Kab./Kota I II III IV I II 1 Pekanbaru 18,611,610 19,892,910 21,041,768 21,666,041 22,011,832 22,618,110 2 Bengkalis 3,065,804 3,185,970 3,447,018 3,395,686 3,219,482 3,274,797 3 Dumai 6,464,333 6,811,808 6,681,126 4,719,193 4,734,703 5,159,444 4 Indragiri Hilir 1,822,435 1,885,997 2,114,061 2,258,084 2,180,437 2,267,220 5 Indragiri Hulu 3,046,743 3,170,940 3,432,272 3,606,247 3,576,043 3,740,232 6 Lainnya 12,646,388 12,573,528 13,294,986 15,445,692 15,753,150 17,137,476 Jumlah 45,657,313 47,521,153 50,011,231 51,090,943 51,475,647 54,197,279 Menurut daerah tingkat II, kredit lokasi proyek yang diserap di Provinsi Riau sebagian besar masih terkonsentrasi di Kota Pekanbaru dengan nilai mencapai Rp22,61 triliun, diikuti oleh Kota Dumai dan Kabupaten Indragiri Hulu yang masing-masing tercatat sebesar Rp5,16 triliun dan Rp3,74 triliun. Kabupaten Indragiri Hilir dan Dumai tercatat menyerap jumlah kredit paling kecil. 33

54 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Penyaluran Kredit UMKM Pada triwulan laporan, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) oleh bank umum di Riau mencapai Rp14,85 triliun atau pangsanya sebesar 36,84% dari total kredit bank umum di Riau. Kredit kepada sektor UMKM di Provinsi Riau sebagian besar diserap oleh skala usaha kecil dengan nilai kredit sebesar Rp5,94 triliun, diikuti oleh skala menengah dan mikro masing-masing sebesar Rp5,36 triliun dan Rp3,55 triliun. Menurut jenis penggunaan, seluruh penyaluran kredit kepada sektor UMKM digunakan untuk kegiatan produktif (kredit modal kerja dan investasi). Hal ini memberikan indikasi positif bagi pengembangan beberapa sektor ekonomi yang banyak dilakukan oleh UMKM seperti perdagangan dan pertanian. Tabel 3.7. Perkembangan Kredit UMKM (KUMKM) di Provinsi Riau (Rp juta) Skala Usaha I II III IV I II Mikro 2,495,251 2,687,024 2,901,705 3,112,386 3,313,470 3,545,514 Kecil 5,088,232 5,445,174 4,921,351 5,448,902 5,640,244 5,935,445 Menengah 3,287,614 3,676,323 4,440,529 4,868,783 4,955,899 5,364,799 Total Kredit UMKM 10,871,097 11,808,522 12,263,585 13,430,070 13,909,612 14,845,758 NPL UMKM 3.14% 3.03% 2.98% 2.40% 3.06% 3.16% Total Kredit 30,105,869 32,170,427 33,623,173 36,082,932 37,414,869 40,303,169 (% terhadap Total Kredit) 36.11% 36.71% 36.47% 37.22% 37.18% 36.84% Ket : Kriteria KUMKM mengikuti UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Secara sektoral, kredit UMKM yang disalurkan oleh bank umum di Riau utamanya diserap ke sektor perdagangan dan pertanian (Tabel 3.8). Pada sektor perdagangan, penyaluran kredit UMKM utamanya diserap oleh sub sektor perdagangan eceran keliling dan perdagangan yang didominasi oleh makanan, minuman dan tembakau masing-masing sebesar Rp1,17 triliun dan Rp.851,48 miliar. Sedangkan pada sektor pertanian, kredit UMKM sebagian besar (83,4%) digunakan untuk sub sektor kelapa sawit seiring dengan tingginya prospek sektor ini. 34

55 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Tabel 3.8. Sebaran Kredit UMKM menurut Sektor Ekonomi (Rp juta) No. Sektor Ekonomi Tw I-11 Tw II-11 Tw III-11 Tw IV-11 Tw I-12 Tw II-12 % % % % % Jumlah % 1 Pertanian 23.5% 22.2% 21.2% 26.5% 26.6% 3,962, % 2 Pertambangan 0.3% 0.3% 0.2% 0.3% 0.3% 80, % 3 Perindustrian 2.7% 3.0% 2.9% 3.1% 3.0% 455, % 4 Listrik, Gas dan Air 0.0% 0.0% 0.0% 0.1% 0.0% 6, % 5 Konstruksi 3.5% 3.6% 3.7% 3.5% 3.3% 528, % 6 Perdag., Resto. & Hotel 43.4% 42.2% 42.9% 44.9% 43.8% 6,593, % 7 Pengangkutan, Pergud. 3.1% 3.8% 4.2% 3.8% 3.7% 540, % 8 Jasa-jasa 9.4% 9.3% 9.4% 9.7% 9.6% 1,405, % 9 Lain-lain 14.1% 15.6% 15.3% 8.2% 9.6% 1,273, % Jumlah 100% 100% 100% 100% 100% 14,845, % Kelonggaran Tarik Jumlah kredit yang belum dicairkan (undisbursed loan) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp3,39 triliun atau sekitar 8,41% dari total kredit bank umum di Provinsi Riau. Jumlah kredit yang belum dicairkan tersebut mengalami penurunan sebesar 12,89% (Rp500 miliar) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah kredit yang belum dicairkan tersebut sebagian besar terdapat pada kelompok bank milik swasta yakni sebesar Rp1,95 triliun atau turun 3,11% (qtq). Sementara itu, jumlah kredit yang belum dicairkan pada kelompok bank milik pemerintah tercatat juga mengalami penurunan yakni dari Rp1,88 triliun menjadi Rp1,44 triliun atau turun 23,34% (qtq). Menurut jenis penggunaan, kredit yang belum dicairkan pada triwulan laporan sebagian besar merupakan kredit modal kerja dengan nilai mencapai Rp2,69 triliun diikuti oleh kredit investasi yakni sebesar Rp842,38 miliar. Sementara itu, Jika dilihat menurut sektor ekonomi, jumlah kredit yang belum dicairkan terbesar utamanya terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar Rp1,35 triliun diikuti oleh sektor pertanian dan real estate masing-masing sebesar Rp483,27miliar dan Rp406,75 miliar. Penurunan jumlah kredit yang belum dicairkan pada triwulan laporan diperkirakan tidak terlepas dari tingkat keyakinan pelaku usaha terhadap kondisi ekonomi Riau selama tahun

56 Rp Triliun KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Grafik 3.5. Jumlah Kredit yang Belum Dicairkan Bank Umum di Riau 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Tw II 11 Tw III 11 Tw IV 11 Tw I 12 Tw II 12 Pemerintah 1,50 1,57 1,83 1,88 1,44 Swasta 1,97 2,19 2,00 2,01 1,95 Total 3,47 3,77 3,83 3,89 3, Risiko Kredit Risiko kredit bermasalah (Non Performing Loans/NPL 1 ) yang terdapat di bank umum di Riau masih relatif terjaga. Pada triwulan laporan, NPL bank umum di Riau tercatat sebesar 2,35% sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,22% namun masih berada dibawah batas kewajaran yang ditetapkan Bank Indonesia yakni sebesar 5%. Grafik 3.6. Perkembangan NPL Gross di Provinsi Riau Rp miliar % 700 3, ,20 2,16 2,39 1,95 2,22 2,35 2,50 2,00 1,50 1, ,50 0 Tw I 11 Tw II 11 Tw III 11 Tw IV 11 Tw I 12 Tw II 12 - Kurang Lancar Diragukan Macet NPLs (kanan) 1 NPL Gross 36

57 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Dalam triwulan laporan, sektor konstruksi masih mengalami NPL tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 8,95%, namun demikian, pangsa penyaluran kredit ke sektor ini relatif kecil, sehingga belum memberikan dampak yang signifikan terhadap NPL secara umum. Oleh karena itu, perlu menjadi perhatian ke depan. Selanjutnya, diikuti oleh NPL sektor jasa sosial masyarakat dan sektor perdagangan yakni masing-masing sebesar 4,05% dan 3,87%. Tabel 3.9. NPLs Per Sektor Ekonomi Di Provinsi Riau No. Sektor Ekonomi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 1 Pertanian 1.17% 1.27% 1.37% 1.11% 1.50% 1.42% 2 Pertambangan 0.67% 0.46% 0.24% 0.15% 0.45% 0.58% 3 Perindustrian 1.64% 1.46% 1.41% 1.24% 1.33% 1.31% 4 Listrik 0.20% 0.28% 0.13% 0.18% 0.09% 0.58% 5 Konstruksi 6.13% 6.80% 6.34% 6.82% 6.78% 8.95% 6 Perdagangan 4.17% 3.84% 4.68% 3.80% 4.11% 3.87% 7 Pengangkutan 1.78% 0.77% 0.57% 0.39% 0.17% 0.42% 8 Jasa Dunia Usaha 0.99% 1.26% 1.53% 1.07% 1.35% 1.50% 9 Jasa Sosial Masy. 1.32% 1.71% 1.93% 1.39% 4.51% 4.05% 10 Lain-lain 1.71% 1.73% 1.82% 1.42% 1.60% 1.92% Total 2.20% 2.16% 2.39% 1.95% 2.22% 2.35% Berdasarkan Kabupaten/Kota, dari 5 kota yang menyerap kredit terbesar risiko kredit bermasalah tertinggi terdapat di Kabupaten Bengkalis, yaitu sebesar 3,52% sedangkan NPL terendah terdapat di Kabupaten Indragiri Hulu yaitu sebesar 1,01%. Relatif tingginya risiko kredit bermasalah di Kabupaten Bengkalis utamanya berasal dari sektor konstruksi yang diperkirakan sejalan dengan pesatnya pembangunan infrastruktur. Tabel NPL Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau No. Kab./Kota I II III IV I II 1 Pekanbaru 2.36% 2.31% 2.57% 2.10% 2.34% 2.39% 2 Dumai 1.58% 1.39% 1.60% 1.58% 2.18% 2.41% 3 Bengkalis 1.51% 1.81% 2.13% 1.89% 2.91% 3.52% 4 Indragiri Hulu 1.16% 1.32% 1.44% 1.09% 1.11% 1.01% 5 Indragiri Hilir 1.85% 1.34% 1.56% 1.29% 1.76% 2.32% 6 Lainnya 2.28% 2.29% 2.36% 1.78% 1.98% 2.28% 37

58 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah 3.4. Kondisi Likuiditas Dana Pihak Ketiga Penghimpunan DPK oleh bank umum di Riau pada triwulan laporan mengalami kenaikan sebesar Rp1,83 triliun menjadi Rp50,31triliun atau naik 3,78% (qtq). Kenaikan ini utamanya bersumber dari jumlah tabungan dan deposito 6-12 bulan yang mengalami kenaikan masing-masing sebesar Rp628 miliar dan Rp203 miliar. Sementara itu, jumlah penghimpunan dana dalam bentuk giro juga menunjukkan kenaikan sebesar Rp1,44 triliun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tabel Perkembangan DPK di Provinsi Riau (Rp miliar) No Komponen DPK I II III IV I II 1 Giro 10,461 11,252 11,567 10,837 13,012 14,452 2 Tabungan 18,359 19,361 20,142 22,343 21,589 22,216 3 Deposito 11,239 11,783 12,271 11,740 13,879 13,646 a. s.d 3 bln 9,162 9,579 10,137 9,446 11,566 11,160 b. > 3-6 bln 1,236 1,252 1,227 1,238 1,304 1,507 c. > 6-12 bln d. > 12 bln Total DPK ,059 42,397 43,980 44,920 48,480 50,314 Berdasarkan kepemilikannya, kenaikan DPK bank umum di Riau utamanya didorong oleh kenaikan dana milik Pemerintah Daerah serta dana milik perorangan. Pada triwulan laporan, komposisi dana milik Pemerintah Daerah di bank umum mencapai Rp12,38 triliun atau meningkat 1,84% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sedangkan komposisi dana milik perorangan yang memiliki pangsa terbesar mengalami kenaikan sebesar 1,18% (qtq) menjadi Rp30,64 triliun. 38

59 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Tabel Perkembangan DPK di Provinsi Riau Menurut Kepemilikan (Rp juta) No Kepemilikan Sektor Pemerintah I II III IV I II 8,470,216 10,124,673 10,614,233 7,354,226 12,437,605 13,368,237 1 Pemerintah Pusat 190, , , , , ,086 2 Pemerintah Daerah 5,924,026 9,181,928 9,694,791 6,484,913 11,488,233 12,378,411 3 Badan/ Lembaga Pemerintah 83,443 85,508 99,833 80, , ,338 4 Badan Usaha Milik Negara 545, , , , , ,105 5 Badan Usaha Milik Daerah 1,726, ,370 74,101 93,287 43,267 61,297 Sektor Swasta 5,580,482 5,006,127 5,055,840 6,354,088 5,976,678 6,307,174 6 Perusahaan Asuransi 43,561 56,414 57,926 74,236 81, ,593 7 Perusahaan Swasta 5,056,826 4,338,702 4,362,892 5,565,121 5,255,431 5,540,719 8 Yayasan dan Badan Sosial 328, , , , , ,553 9 Koperasi 134, , , , , , Lainnya 17,274 19,083 10,940 15,181 13,890 9,246 Perorangan 26,008,014 27,265,819 28,310,181 31,211,791 30,065,991 30,638,917 Jumlah 40,058,712 42,396,619 43,980,255 44,920,105 48,480,274 50,314,329 Penghimpunan DPK menurut Kabupaten/Kota dalam triwulan laporan relatif tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya. Kota Pekanbaru masih memberikan kontribusi terbesar dengan jumlah DPK yang dihimpun mencapai Rp29,86 triliun atau sekitar 59,35% terhadap total DPK bank umum, diikuti oleh Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai masing-masing sebesar 9,69% dan 7,56% (Tabel 3.14). Tabel Penghimpunan DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau No. Kab./Kota Tw II-11 % % % % % Rp Juta % 1 Pekanbaru ,860, Bengkalis ,875, Dumai ,802, Indragiri Hilir ,013, Indragiri Hulu ,990, Lainnya ,771, Jumlah Tw I-11 Tw III-11 Tw IV-11 Tw I-12 Tw II ,314,

60 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Posisi LDR bank umum di Riau pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 80,10% atau meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai 77,18%. Kondisi ini didorong oleh lebih tingginya laju pertumbuhan kredit (7,72% (qtq)) dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK (3,78% (qtq)). Sementara itu, dengan memperhitungkan kredit berdasarkan lokasi proyek 2, LDR perbankan Riau dalam triwulan laporan mencapai angka yang lebih tinggi yakni sebesar 107,72%, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 108,53% namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan LDR nasional 3 yang tercatat 81,97%. Grafik 3.7. Perkembangan LDR Di Provinsi Riau 120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% Tw I-11 Tw II-11 Tw III-11 Tw IV-11 Tw I-12 Tw II-12 LDR 75,15% 75,88% 76,45% 80,33% 77,18% 80,10% LDR1 113,98% 112,09% 113,71% 113,74% 108,53% 107,72% Nasional 77,18% 80,01% 81,70% 79,00% 80,61% 81,97% Ket : LDR 1 = LDR berdasarkan kredit lokasi proyek 2 data posisi Februari data posisi Februari

61 % KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah 3.5. Profitabilitas Spread Bunga Pergerakan suku bunga rata-rata tertimbang bank umum di Riau pada triwulan II-2012 menunjukkan penurunan baik pada suku bunga dana yang tercermin dari deposito 3 bulan maupun suku bunga pinjaman. Suku bunga pinjaman tertimbang bank umum pada triwulan laporan tercatat menurun sebesar 16 bps menjadi 12,43%. Sementara itu, suku bunga dana tertimbang mencatat penurunan sebesar 66 bps menjadi 5,54%. Kondisi ini mendorong naiknya margin yang diterima bank umum sebesar 50 bps hingga menjadi 6,89%. Meskipun margin yang diterima oleh bank umum pada triwulan laporan relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, namun masih relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 7,20%. Grafik 3.8. Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito 3 bulan 20,00 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 Margin Kredit Deposito 3 bulan BI rate Dalam upaya meningkatkan good governance dan mendorong persaingan yang sehat dalam industri perbankan, Bank Indonesia secara resmi telah mengeluarkan kebijakan pemberlakuan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit 4. Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan disiplin pasar yang lebih baik 4 Sebagaimana diatur dalam SE Ekstern No.13/5/DPNP tanggal 08 Februari 2011 tentang Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit 41

62 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah melalui terbentuknya informasi yang simetris baik di tingkat pelaku usaha maupun perbankan Pendapatan dan Beban Bunga Jumlah pendapatan bunga yang diperoleh bank umum di Provinsi Riau pada triwulan laporan mencapai Rp1,53 triliun atau meningkat Rp135,29 miliar (9,63%) dibandingkan dengan triwulan I Peningkatan pendapatan bunga sebagian besar bersumber didorong oleh pendapatan bunga kredit yang tercatat meningkat sebesar Rp117,99 miliar menjadi Rp1,36 triliun sejalan dengan bertumbuhnya penyaluran kredit di Riau pada triwulan laporan. Grafik 3.9. Komposisi Pendapatan Bunga 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tw II-11 Tw III-11 Tw IV-11 Tw I-12 Tw II-12 Lainnya Antar Bank Kredit SBI dan surat berharga Di sisi lain, beban bunga yang ditanggung oleh bank umum di Riau pada triwulan laporan juga mengalami kenaikan yakni dari Rp505,73 miliar menjadi Rp526,18 miliar atau naik 4,04%. Kondisi disebabkan oleh adanya kenaikan yang relatif tinggi pada tingkat bunga deposito 6 bulan terutama pada bulan April dan Mei yang tercatat mengalami kenaikan berturut-turut dari 6,36% (Maret 2012) menjadi 6,57% (bulan April) dan 6,74% (bulan Mei). Kemudian, kenaikan beban bunga juga tidak lepas dari peningkatan beban bunga pihak ketiga bukan bank yang tercatat mengalami kenaikan dari Rp101,94 miliar menjadi Rp212,22 miliar. 42

63 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik Komposisi Beban Bunga Pada triwulan laporan nilai pendapatan bunga bersih (net interest income) bank umum di Riau mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan I-2012 yakni dari Rp889,26 miliar menjadi Rp1,00 triliun atau naik Rp113,84 miliar. Tw II-11 Tw III-11 Tw IV-11 Tw I-12 Tw II-12 Lainnya Antar Bank Tabungan Deposito Giro Perkembangan Laba Rugi Kondisi laba bank umum Provinsi Riau dalam triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ini bersumber dari meningkatnya pendapatan operasional khususnya pendapatan bunga. Pendapatan operasional bank umum di Riau pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,95 triliun, naik Rp175,84 miliar (9,72%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, beban operasional yang ditanggung mencapai Rp1,30 triliun, atau naik sebesar Rp76,29 (6,18%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Lebih tingginya kenaikan pendapatan operasional dibandingkan dengan beban operasional triwulan laporan mendorong rasio BOPO bank umum di Riau menurun yakni dari 68,15% menjadi 65,96%. Dengan kondisi tersebut, laba bank umum di Riau pada triwulan laporan mencapai Rp676,06 miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai Rp578,64 miliar. Sementara dengan memperhitungkan transfer dan pajak, maka jumlah perolehan laba bersih bank umum Riau mencatat angka yang lebih tinggi yakni sebesar Rp677,05 miliar. 43

64 Rp juta % KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Grafik Perkembangan Laba Rugi , ,51 64,45 77,29 65,26 68,15 65,96 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20, ,00 - Tw I 11 Tw II 11 Tw III 11 Tw IV 11 Tw I 12 Tw II 12 0,00 4. Perbankan Syariah L/R (sblm transfer & pajak) L/R (net) Rasio BOPO Kinerja perbankan syariah pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan syariah Riau pada triwulan II-2012 mencapai Rp3,91 triliun atau meningkat sebesar 13,13% secara triwulanan. Peningkatan aset perbankan syariah utamanya didorong oleh meningkatnya penghimpunan dana yaitu dari Rp2,74 triliun menjadi Rp2,86 triliun atau naik 4,55% (qtq). Dengan demikian, pangsa aset Perbankan syariah terhadap total perbankan di Provinsi Riau saat ini telah mencapai 6,46% dan diperkirakan akan mengalami peningkatan sejalan dengan tingginya animo perbankan nasional untuk dalam melakukan penetrasi ke provinsi Riau terutama di bidang perbankan syariah. Sementara itu, selama triwulan II-2012, pembiayaan yang disalurkan oleh Perbankan syariah di Riau pada triwulan laporan mencapai Rp2,58 triliun atau meningkat sebesar 8,57% (qtq). Lebih tingginya kenaikan pembiayaan dibandingkan dengan kenaikan DPK mengakibatkan FDR Perbankan syariah di Riau relatif meningkat yaitu dari 86,51% pada triwulan I-2012 menjadi 89,83%. Di sisi lain, risiko pembiayaan bermasalah yang dialami berada pada tingkat relatif terjaga yakni sebesar 2,95% (Tabel 3.14). 44

65 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Tabel Indikator Kinerja Utama Perbankan Syariah di Provinsi Riau (Rp juta) No. Keterangan I II III IV I II 1 Jumlah Bank Aset 2,456,607 2,733,467 3,012,003 3,256,336 3,457,740 3,911,778 3 DPK 1,747,795 2,003,249 2,153,377 2,341,312 2,743,362 2,868,268 - Giro 229, , , , , ,583 - Tabungan 911, ,013 1,065,587 1,175,950 1,420,873 1,491,500 - Deposito 606, , , , , ,185 4 Pembiayaan 1,775,067 1,959,222 2,207,900 2,290,267 2,373,195 2,576,518 5 NPF 2.64% 3.04% 3.04% 2.58% 2.91% 2.95% 6 FDR % 97.80% % 97.82% 86.51% 89.83% Sebagian pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi Riau utamanya diserap dalam bentuk pembiayaan konsumsi yang mencapai 45,53% terhadap total pembiayaan, diikuti pembiayaan modal kerja dan investasi masing-masing sebesar 28,54% dan 25,93%. Pembiayaan konsumsi tercatat meningkat sebesar 11,05% (qtq), sedangkan pembiayaan investasi dan modal kerja masing-masing meningkat sebesar 7,10% (qtq) dan 6,25% (qtq). Sementara itu, secara sektoral, pembiayaan perbankan syariah utamanya ditujukan ke sektor lain-lain serta jasa dunia usaha dengan pangsa masingmasing mencapai 45,49% dan 21,61%. Pembiayaan sektor lain yang juga relatif besar salurkan ke sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan kelapa sawit. 5. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR/S) Secara umum kegiatan usaha BPR/S dalam triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang relatif membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini terlihat dari meningkatnya aset BPR/S, DPK dan kredit yang disalurkan. Aset BPR/S Riau per Juni 2012 mencapai Rp997,84 miliar atau meningkat 2,63% dibandingkan dengan triwulan I Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya penyaluran kredit dimana pada triwulan laporan mengalami kenaikan sebesar 5,16%. 45

66 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Tabel Indikator Kinerja Utama BPR/S di Provinsi Riau (dalam Rp juta) Keterangan I II III IV I II 1. Jumlah BPR/S Asset DPK Tabungan Deposito Kredit LDR 91,04% 95,35% 96,22% 96,07% 95,66% 99,47% 6. NPLs 8,46% 7,95% 8,75% 8,22% 10,51% 10,88% Sementara itu di sisi risiko, terjadi kenaikan risiko kredit bermasalah yakni dari 10,51% menjadi 10,88%. Hal ini utamanya disebabkan oleh belum optimalnya kinerja debitur BPR mengingat sebagian besar segmen kreditnya berada pada sektor informal. Tingkat NPLs ini sepatutnya menjadi perhatian bagi BPR/S di Riau karena dapat mengakibatkan tingkat Kualitas Aktiva Produktif (KAP) memburuk yang pada akhirnya berpotensi menurunkan tingkat kesehatan bank dan mengganggu fungsi intermediasi bank. 6. Perkembangan Penyaluran KUR Kredit Usaha Rakyat yang disalurkan oleh 6 (enam) bank pelaksanaan KUR di Riau hingga triwulan II-2012 telah mencapai Rp2,57 triliun, naik 14,05% (qtq) atau berada pada urutan ke-7 di tingkat nasional dan ke-2 di Sumatera. Penyaluran KUR yang di Riau mencakup sekitar 3,23% dari total penyaluran KUR secara nasional yang tercatat sebesar Rp73,15 triliun. Adapun jumlah debitur penerima KUR di Provinsi Riau s.d triwulan II-2012 tercatat sebesar jiwa. Dengan demikian, rata-rata KUR yang disalurkan meningkat 4,67% dibandingkan dengan posisi triwulan I-2012 menjadi Rp23,30 juta/jiwa. Tabel Perkembangan Penyaluran KUR di Riau Indikator Sumber: Kantor Menko Perekonomian Pertumbuhan Tw II-2012 (%) IV I II yoy qtq Kredit Usaha Rakyat 1,963,716 2,255,137 2,569, Jumlah Debitur 94, , , Rata-rata (Rp juta/jiwa)

67 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah 7. Perkembangan Transaksi Pembayaran 7.1. Kondisi Umum Perkembangan transaksi pembayaran di Provinsi Riau pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik transaksi tunai maupun non tunai. Peningkatan transaksi pembayaran diperkirakan terkait dengan pembayaran berbagai proyek terkait pelaksanaan PON XVIII pada bulan September mendatang, pembangunan gedung-gedung kantor, apartemen dan pusat perbelanjaan. Secara umum, perkembangan transaksi tunai di Riau masih terus menunjukkan net outflow, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, transaksi non tunai Riau masih didominasi oleh transaksi yang terjadi di Kota Pekanbaru dan Kota Dumai. Hal ini sejalan dengan perkembangan kedua kota tersebut sebagai pusat bisnis di Riau Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Aliran Uang Masuk dan Keluar (Inflow Outflow) Perkembangan peredaran uang kartal di Provinsi Riau dapat dilihat dari pergerakan arus uang masuk (inflow) dan arus uang keluar (outflow) 5. Pada triwulan laporan, terjadi peningkatan pada sisi outflow yaitu dari Rp1,57 triliun menjadi Rp3,24 triliun atau meningkat sebesar 106,45% dibandingkan triwulan sebelumnya, juga meningkat sebesar 7,47% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah outflow pada triwulan laporan merupakan kondisi musiman dalam rangka persiapan hari besar keagamaan yaitu Ramadhan dan Lebaran. Sementara itu, jumlah inflow ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp828 miliar atau menurun sebesar 23,64% dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu mencapai 81,04%. Berdasarkan perkembangan tersebut di atas, maka pada triwulan laporan transaksi pembayaran tunai di 5 Inflow-Outflow adalah uang tunai yang diterima dan dikeluarkan melalui KPw. Bank Indonesia Provinsi Riau 47

68 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Provinsi Riau masih menunjukkan net outflow dengan peningkatan yang signifikan mencapai 395,11% dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga nilainya mencapai Rp2,4 triliun. Namun, mengalami penurunan sebesar 5,65% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Grafik Perkembangan Inflow dan Outflow Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Dalam upaya pemenuhan jumlah nominal uang kartal menurut jenis pecahan dan dalam kondisi layak edar (Clean Money Policy) bagi masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau secara berkala melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) yang diterima dari setoran bank maupun penukaran uang dari masyarakat dan mengganti dengan uang yang layak edar (fit for circulation). Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) yang menandakan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) dalam triwulan laporan mencapai 319 miliar, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 33,11% dan 21,56%. Penurunan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) disebabkan oleh kondisi fisik uang yang diterima oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau dari bank maupun dari masyarakat masih banyak dalam bentuk uang layak edar. Kondisi tersebut mencerminkan masyarakat Riau semakin memahami cara-cara memperlakukan uang dengan baik dan benar. Hal ini sejalan dengan semakin intensifnya sosialisasi tentang cara memperlakukan uang dengan baik 48

69 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau kepada masyarakat. Sosialisasi ini dilakukan guna memperpanjang usia manfaat fisik uang dengan memperkenalkan prinsip 3D (Didapat, Disimpan, Disayang). Grafik Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau (Rp miliar) Uang Rupiah Tidak Asli Jumlah dan nilai nominal uang rupiah tidak asli yang ditemukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau pada triwulan laporan tercatat mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2012, jumlah uang rupiah tidak asli yang ditemukan mencapai 89 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp6,48 juta. Sementara pada triwulan sebelumnya tercatat sebanyak 84 lembar dengan nominal tercatat sebesar Rp5,43 juta. Uang rupiah tidak asli yang dikonfirmasi oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau dalam triwulan laporan terdiri dari pecahan Rp sebanyak 42 lembar, Rp sebanyak 45 lembar, Rp sebanyak 1 lembar dan Rp sebanyak 1 lembar. Penemuan uang rupiah tidak asli tersebut berdasarkan permintaan klarifikasi dari perbankan dan masyarakat serta setoran bank-bank ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau. 49

70 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Grafik Perkembangan Peredaran Uang Rupiah Tidak Asli di Provinsi Riau Dalam upaya meningkatkan awareness masyarakat dalam mengidentifikasi keaslian uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau secara rutin melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat termasuk kalangan perbankan melalui penerapan prinsip 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Dengan adanya sosialisasi ciri keaslian uang rupiah, masyarakat diharapkan terhindar dari penyebaran uang rupiah tidak asli PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Transaksi Kliring Transaksi pembayaran non tunai melalui kliring dalam triwulan laporan mengalami peningkatan baik dari sisi nominal maupun jumlah warkat yang digunakan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Transaksi nominal kliring pada triwulan II-2012 tercatat sebesar Rp7,66 triliun, atau meningkat sebesar 5,15% dan jumlah warkat yang digunakan mencapai lembar atau meningkat sebesar 3,86% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Selanjutnya, jumlah warkat dan nominal transaksi non tunai melalui kliring mengalami peningkatan sebesar 1,53% dan 8,24% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. 50

71 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Grafik Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Riau Meningkatnya jumlah warkat maupun nominal transaksi non tunai tersebut menunjukkan semakin tingginya nilai nominal transaksi kliring yang terjadi. Kondisi ini tidak terlepas dari pesatnya perkembangan ekonomi Riau, antara lain berasal dari pembayaran proyek-proyek pembangunan berbagai sarana pendukung PON Real Time Gross Settlement (RTGS) Transaksi non tunai melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan II-2012 di Provinsi Riau secara umum mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya baik dari sisi nominal maupun jumlah warkat (volume) yang digunakan. Dari sisi nominal, nilai transaksi BI-RTGS di Provinsi Riau pada triwulan laporan mencapai Rp79,52 triliun atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 68,13% dan 27,79%. Dari sisi volume, jumlah warkat transaksi BI-RTGS di Provinsi Riau pada triwulan laporan mencapai warkat atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu masingmasing sebesar 8,14% dan 5,34%. Secara umum, transaksi RTGS baik nilai maupun volume di dominasi oleh Pekanbaru dan Dumai, hal ini sejalan dengan perkembangan kedua kota tersebut sebagai pusat bisnis di Riau. Peningkatan transaksi RTGS yang 51

72 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah signifikan pada kota Pekanbaru diperkirakan berasal dari pembayaran proyekproyek dalam rangka pembangunan berbagai infrastruktur PON menjelang pelaksanaan PON pada bulan September 2012 yang akan dating, pembangunan gedung kantor, pusat perbelanjaan, apartemen dan lain-lain. Tabel Perkembangan Nilai Transaksi BI-RTGS di Provinsi Riau Triwulan I-2012 *) angka koreksi (dalam Rp miliar) I-2012 II-2012 Jumlah nominal FROM - Kumulatif Kabupaten/Kota FROM*) TO*) FROM TO FROM - TO Kumulatif TO*) Nilai *) Nilai BENGKALIS DUMAI INDRAGIRI HULU INDRAGIRI HILIR KAMPAR KUANTAN SINGINGI PEKANBARU PELALAWAN ROKAN HILIR ROKAN HULU SIAK RIAU Tabel Perkembangan Volume Warkat BI-RTGS di Riau Triwulan I-2012 I-2012 II-2012 Jumlah nominal FROM - Kumulatif Kabupaten/Kota FROM*) TO*) FROM TO FROM-TO Kumulatif TO*) Volume *) Volume BENGKALIS DUMAI INDRAGIRI HULU INDRAGIRI HILIR KAMPAR KUANTAN SINGINGI PEKANBARU PELALAWAN ROKAN HILIR ROKAN HULU SIAK RIAU *) angka koreksi 52

73 Kondisi Keuangan Daerah Bab 4 KONDISI KEUANGAN DAERAH 1. Kondisi Umum Realisasi penyerapan anggaran pendapatan Pemerintah Provinsi Riau sampai dengan semester pertama tahun 2012 mencapai Rp2,36 triliun atau terealisasi sebesar 42,92% dari rencana. Di sisi lain, realisasi anggaran belanja pemerintah provinsi Riau sampai dengan periode yang sama tercatat sebesar Rp1,40 triliun atau sekitar 22,01% dari rencana anggaran belanja tahun Secara umum, baik realisasi pendapatan maupun belanja daerah 51

74 Kondisi Keuangan Daerah Provinsi Riau relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. 2. Realisasi APBD Realisasi pendapatan Provinsi Riau sampai dengan semester I-2012 tercatat sebesar Rp2,36 triliun atau mencapai 42,92% dari target yang ditentukan sebesar Rp5,49 triliun. Sementara itu, jumlah anggaran belanja yang telah direalisasikan sampai dengan semester I-2012 telah mencapai Rp1,40 triliun atau mencakup sekitar 22,01% terhadap alokasi anggaran belanja tahun 2012 yang mencapai Rp6,37 triliun. Realisasi anggaran belanja pada semester I-2012 ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi anggaran pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 28,25%. Tabel 4.1. Ringkasan Realisasi APBD Provinsi Riau Semester I-2012 (Rp miliar) Uraian Alokasi Anggaran 2012 Nilai Realisasi Realisasi Triwulan II, % Realisasi Semester I-2011, % (1) (2) (2) / (1) Pendapatan 5.487, ,56 42,92 47,83 Belanja 6.366, ,52 22,01 28,25 Surplus / Defisit (878,88) 954, Pembiayaan Penerimaan Daerah 953, ,23 139,35 142,15 - Pengeluaran Daerah 75,00 74,00 98,67 57,14 Pembiayaan Netto 878, ,23 142,82 173,08 SILPA , Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau Jumlah realisasi pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan belanja mendorong anggaran Provinsi Riau pada semester I-2012 tercatat mengalami surplus sebesar Rp954,04 miliar. Sementara itu, pembiayaan netto Provinsi Riau pada semester I-2012 mencapai Rp1,26 triliun. Dengan demikian, maka sampai dengan semester I-2012 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Provinsi Riau berada pada level yang positif yakni sebesar Rp2,21 triliun. 52

75 Kondisi Keuangan Daerah 2.1. Realisasi Pendapatan Porsi realisasi anggaran pendapatan Provinsi Riau sampai dengan semester I-2012 sebagian besar berasal dari pendapatan transfer yakni sebesar Rp1,22 triilun, diikuti oleh pendapatan asli daerah dan lain-lain pendapatan yang sah masing-masing sebesar Rp987,47 miliar dan Rp152,78 miliar. Realisasi pendapatan asli daerah dan pendapatan transfer Provinsi Riau pada semester I-2012 tercatat relatif lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Tabel 4.2). Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Provinsi Riau Semester I-2012 (Rp miliar) Uraian (1) (2) (2) / (1) Pendapatan Asli Daerah 1.824,50 987,47 54,12 62,31 Pendapatan Transfer 3.663, ,31 33,18 41,33 Lain-Lain Pendapatan Yang Sah - 152, Pendapatan 5.487, ,56 42,92 47,83 Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau Sebagian besar (84,85%) dari realisasi pendapatan asli daerah berasal dari pendapatan pajak daerah yang mencapai mencapai Rp837,89 miliar atau sekitar 55,75% dari target yang ditentukan. Sementara, dari pendapatan transfer, sebagian besar realisasinya berasal dari dana bagi hasil bukan pajak (sumber daya alam) yaitu sebesar Rp716,71 miliar atau sekitar 36,06% dari target yang ditentukan. Alokasi Anggaran 2012 Nilai Realisasi Realisasi Triwulan II, % Realisasi Semester I-2011, % 2.2. Realisasi Belanja Realisasi anggaran belanja Provinsi Riau sampai dengan semester I-2012 tercatat sebesar Rp1,401 triliun atau sekitar 22,01% dari rencana anggaran belanja tahun Realisasi anggaran belanja pada semester I-2012 ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi anggaran pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 28,25%%. Realisasi anggaran belanja operasi pada triwulan laporan telah mencapai Rp1,02 triliun atau mencapai sekitar 24,29% dari rencana anggaran tahun Realisasi anggaran belanja tersebut sebagian besar diserap dalam 53

76 Kondisi Keuangan Daerah bentuk belanja pegawai dan belanja hibah yaitu masing-masing sebesar Rp413,04 miliar dan Rp370,84 miliar. Sementara itu, pada komponen belanja modal, realisasi tersebut utamanya diserap dalam bentuk belanja jalan, irigasi dan jaringan dengan realisasi sebesar Rp276,61 miliar pada semester I Tabel 4.3. Realisasi Pendapatan Provinsi Riau Semester I-2012 (Rp miliar) Uraian Alokasi Anggaran 2012 Nilai Realisasi Realisasi Triwulan II, % Realisasi Semester I-2011, % (1) (2) (2) / (1) Belanja Operasi 4.213, ,32 24,29 30,52 Belanja Modal 1.549,48 330,16 21,31 32,28 Belanja Tidak Terduga 10,78 0,00 0,00 - Transfer 593,34 48,04 8,10 9,06 Belanja 6.366, ,52 22,01 28,25 Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau 54

77 Kesejahteraan Daerah Bab 5 KESEJAHTERAAN DAERAH 1. KONDISI UMUM Perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Riau pada tahun 2012 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan sebagaimana terlihat dari menurunnya tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin. Kondisi ini mencerminkan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk di Riau telah mengalami peningkatan yang diperkirakan tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan ekonomi Riau yang telah membuka lapangan pekerjaan baru baik di sektor formal maupun informal. Meskipun demikian, meningkatnya indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan di kota perlu mendapat perhatian. 68

78 jiwa % KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kesejahteraan Daerah 2. KEMISKINAN 2.1 Penduduk Miskin Riau Persentase penduduk miskin di Riau dalam kurun waktu 12 (dua belas) tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang menurun. Pada tahun , jumlah persentase penduduk miskin di Riau mencapai 483 ribu jiwa atau sekitar 8,22% dari jumlah penduduk Riau ini menunjukkan perkembangan yang menggembirakan meskipun jumlah penduduk Riau terus menunjukkan peningkatan. Grafik 6.1. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jumlah (kiri) % (kanan) 10,26 15,39 14,97 14,67 12,51 11,85 11,2 10,63 9,48 8,65 8,47 8, Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah Sebaran penduduk miskin di Riau selama beberapa tahun terakhir tidak mengalami perubahan signifikan. Penduduk miskin di Provinsi Riau sebagian besar masih berada di daerah pedesaan, dimana pada tahun 2012 jumlahnya mencapai 335 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan ini menurun dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat sebesar 340 ribu jiwa. Jika dilihat dari prosentasenya, tingkat penduduk miskin di daerah pedesaan pada tahun 2012 mencapai 9,36% atau lebih rendah jika dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 9,83%. Sementara itu, jumlah penduduk miskin Riau di daerah perkotaan mencatat angka yang lebih rendah namun mengalami kenaikan sebesar 6 ribu jiwa 1 per Maret 69

79 Kesejahteraan Daerah dibandingkan tahun 2011 sehingga menjadi 148 ribu jiwa pada tahun Kenaikkan jumlah penduduk miskin telah mendorong peningkatan prosentase penduduk miskin di daerah perkotaan sehingga mencapai 6,43% pada tahun 2012 atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebesar 6,37% Grafik 6.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah 2.2 Garis Kemiskinan Riau Garis Kemiskinan (GK) Riau selama 6 tahun terakhir terus menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2012, Garis Kemiskinan Riau mengalami peningkatan sebesar 6,48% menjadi Rp ,- perkapita/bulan. Jika dilihat berdasarkan wilayahnya, maka GK di kota lebih tinggi dari GK di desa. Pada tahun 2012, GK di Kota telah mencapai Rp ,- perkapita/bulan meningkat 6,60% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara, GK di desa tercatat sebesar Rp ,- perkapita/bulan, meningkat 6,40% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan GK Riau pada tahun 2012 secara umum meningkat lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan GK Riau tahun 2011 yang lalu, baik di desa maupun di kota. 70

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2012 VISI BANK INDONESIA : nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi MISI BANK INDONESIA : pemeliharaan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2010 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2009 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN III 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN I 2010 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016 Rakordal KALTENG Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016 2015 PEREKONOMIAN NASIONAL Triwulan III 2015 PDB Tw III-15: 4,73% gpdrb negatif Perbaikan perekonomian terjadi di Jawa, sementara ekonomi

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan IV - 2008 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III 2009 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan September 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN IV 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Inflasi 2016 Cukup Rendah dan Berada dalam Batas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Triwulan I-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII TIM KAJIAN EKONOMI Jl. Jend.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

B O K S. I. Gambaran Umum

B O K S. I. Gambaran Umum B O K S RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL WILAYAH SUMATERA * TRIWULAN II - 28 I. Gambaran Umum Memasuki Triwulan II-28, kinerja perekonomian wilayah Sumatera mengalami perlambatan pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci